Anda di halaman 1dari 2

KELUARGA ABDUL RAHIM BAYAN Segment 1. Tentang perkenalan keluarga.

Nama Keluarga Abdul Rahim Bayan, Nama istri Yuscoini, Nama anak Abdullah kuliah di Islamic Madinah University, Nabilah kuliah di Umm Al Quro University Mekkah, Royyan 2SMA, Raniya 4SD. Asal dari Palembang H. Abdul merantau ke Mekkah lalu kembali ke Palembang, menikah dan membawa istri ke Mekkah dan tinggal di Mekkah. Selalu berdoa Ya Allah berikanlah kami anak yang sholeh sholehah, anak yang Ahlul Quran dan Ahli tafsir Al QuranMu. Pagi sekolah umum, sorenya Tahfidz. Segment 2. Tentang Menghafal Quran. Anak anaknya menghafal dari umur 5 tahun. Surat yang disuka Raniya itu Al Ahkof ayat 15 ttg berbakti pada orangtua. Lalu Raniya membacakan. Murojaah bagi Abdullah dan Nabilah yg sudah Al Hafidz itu 1 hari 1 juz. Kesulitannya menghafal itu karena lingkungan dan teman teman yang suka ajak main. Dipesankan oleh gurunya untuk terus mengkhatamkan Al Quran dalam waktu 1bulan. H. Abdul juga dulu seorang peghafal Quran, beliau tau betul susahnya menghafal Quran. Jadi, beliau benar benar menjaga anak - anak dalam menghafal Al Quran. Segment 3. Tentang Imam Mesjid. Abdullah diminta oleh guru tahfidznya untuk menjadi imam mesjid di salah satu mesjid pilihan gurunya pada saat hafal 20juz. Lalu setelah hafal 30Juz, Abdullah diminta untuk memimpin sholat terawih dan mengkhatamkannya di hari ke 30. Lalu pengalamannya itu diterapkan pada Royyan, maka jadilah Royyan juga seorang Imam mesjid dengan metode yg diajarkan guru tahfidz Abdullah. Lalu Abdullah pun pernah mengimami imam Masjidil Haram disebuah kesempatan. H. Abdul awal di Mekkah menjadi pendamping Jemaah Umroh dan Haji, lalu menetap di Mekkah. Tinggal bersama istri dan melahirkan serta membesakan anak - anak di Mekkah. Beberapa tahun yg lalu bertemu dgn Ust. YM di mesjid kemudian berbincang, H.Abdul mengutarakan rencana untuk tinggal di Bandung dan menitipkan Raniya di Daarul Quran namun Ust. YM malah menawarkan untuk Abdullah membuat Tahfidz di Bandung.

Profil Ust. Muh Suyitno.

Segment 1. Asal dari salatiga jawa tengah, keluarga anak terkahir dari 4bersaudara, sejak kecil bersama orangtua prngajar baca quran, jadi dari kecil sudah akrab dengan mesjid, saat kecil masih bisa melihat, sukanya ambil buah, main diladang. Mulai masuk jogja sekitar tahun 2004an dulu masuk ke jogja karena ada misi "masuk pesantren". Di jogja ada lembaga prndidikan tuna netra khusus muslim, diajarkan baca quran braile. tunanetra mendadsk sejak SMP, pas kenaikan kelas 3 tidak bisa melihat, lalu putus sekolah. 2-3 tahun putus sekolah lalu berikhtiar bagaimana bisa melihat lagi, dan ternyata Allah lebih senang saya tdk busa melihat. Ya Akhirnya saya jalani melanjutkan pendidikan walau buta, ingin menjadi pengusaha muslim yg hafal al quran dan mau menjadi motivator yang bisa memberi semangat pd oranglain. Yang busa membuat saya seperti ini adalah orangtua, karena kegiatan ekonomi saya dibawah mampu dan orangtua saya sangat ulet dalam berusaha, tapi orangtua yg menginspirasi saya untuk bisa jadi enterpreneur dan motivator. Yang diingat dari pesan orangtua "selalu semangat dan kalau ada apa2 serahkan pada Allah aja, InsyaAllah dibantu." ketika tunanetra sempat operasi, pertamanya dokternya tidak bisa mendiagnosa penyakit apa, lalu saya dipindah ke semarang, setalsh periksa ini itu tapi juga tidak ada hasil padahal udah spesialis. Lalu dirujuk dokter dari German tapi tidak punya biaya. Lalu berupaya pakai Alternatif pengobatan tapi juga tidak berhasil. Segment 2. Warga desa mencela dll, namun saya tekat Masuk Pesantren. Orangtua menolak saya untuk masuk pesantren dan menghafal Quran tapi alasan orangtua adalah "kamu dirumah saja banyak yang mencela, nanti di pondok kalau ada yang mencela siapa yang bela?" dan benar saat saya masuk pesantren ditolak karena takut merepotkan santri lain, Jadi tidak ada yang mengurus. Alhasil setelah pindah pindah diterima di pesantren dan ada yang mensedekahkan Al Quran Braile. Terletak di lereng gunung pesantrennya itu dan saya dituntut sama banyaknya hafalan seperti teman - teman yang lain, sedangkan Al Quran braile butuh kesensitifan yang tinggi. 30 kali lipat susahnya menghafal dengan braile dibanding Al Quran biasa. Namun saya mencoba agar tidak membebani teman teman yang lain. Segement 3. Setiap Ust. YM berceramah atau mengadakan seminar Ust. Muh. Suyitno selalu menghadiri dan menulis kontaknya pada anitia wisahata hati. Kemudian dapat sms dari WH kalau Ust. YM mau meresmikan rumah tahfidz di nderesan. Dan Ust. Muh Suyitno bertekad untuk bisa bergabung di rumahtahfidz. Lalu diterima di rumahtahfidz dan tadinya mau tinggal di mesjid aja, tapi sama mas Jody ditawarkan untuk tinggal dirumah tahfidz dan membantu mengajar. Kemudian saya bergabung di rumah tahfidz. Kemudian saya sempat membuka Catering lewat SMS menawarkan ke teman teman. Kan hp sekarang sudah makin canggih, sudah bisa membacakan isi sms. Namun saya selalu mengingatkan bahwa rezeki itu dari Allah, milik Allah jadi setiap saya mau jualan. Saya selalu sholat dua rokaat dan saya mengajarkan santri untuk sholat dua rokaat, meminta berdoa pada Allah. Lalu berjualan lah seperti biasa. Perkuatlah keinginan kita dalam meraih mimpi, InsyaAllah segalanya akan mudah dan jadikanlah kekurangan kita menjadi kesempurnaan yang tidak dimiliki orang lain.

Anda mungkin juga menyukai