Kelas :
Mata Kuliah : Adab Sya’bi
Anekdot
Terlihat santri keluar dari masjid dengan santainya berjalan bergeluntai dengan
membawa kitab di tafsir jalalain yang lumayan tebal, sebut saja bernama Hendra dia adalah
santri yang berasal dari desa sumberharjo kec. Sumberrejo yang mana letak desa dan pondok
pesantren Darussalam Dongmas Bojonegoro tidak terlalu jauh. Ia berasal dari keluarga yang
kurang mampu dalam kebutuhan ekonomi. Dengan alasan itu maka orang tua Hendra
menitipkannya ke salah satu dalem pondok. 5 tahun sudah Hendra mondok dan juga ikut
ndalem Kyai Sahlan.
Berhubung salah satu santri yang didapuk sebagai sopir pribadi kyai Sahlan sebentar
lagi lulus dari pondok, maka mau tak mau Hendra harus siap menggantikannya sebagai sopir
pribadi kyai. Cuma butuh waktu sebentar Hendra sudah mampu mengendarai mobil dengan
bagus.
Sibuk ceramah dimana-mana itulah kesibukan sehari-hari kyai Sahlan, selain
mengajar pondok, beliau juga di undang di acara kenduri maupun pengajian di desa-desa
tetangga, awalnya kyai mengajak Takul yaitu sopir pribadi kyai yang akan lulus dari pondok,
akan tetapi Kyai menyadari bahwa banyak ujian yang harus dihadapi Takul sebelum
kelulusan. Tidak ada pilihan lagi kyai langsung menyuruh Hendra untuk menggantikan
Takul.
Berhubung kyai Sahlan mendapat jadwal diluar kota yaitu disalah satu daerah
dikabupaten Lamongan. Diutuslah Hendra untuk menggantikan Takul. Dengan penuh
semangat Hendra menyambut kyai yang akan berangkat menghadiri ceramah. Dengan sifat
lugu dan polos Hendra sangat disukai Kyai sehingga obrolan disepanjang membuat kyai
tertawa kecil dan tersenyum.
Sampai dengan selamat sampai tujuan, kyai Sahlan dan Hendra langsung menuju
tempat pengajian dengan jarak tak jauh dari parkir. Ikutlah Hendra bersama kyai masuk ke
area pengajian dan ditempatkan paling depan Bersama kyai. Ketika kyai sedang ceramah
Hendra sangat memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama.
Tak serasa pengajian pun ditutup dengan doa oleh Kyai sahlan, taklupa kyai juga
harus bersilaturrahim dengan para-para panitia dan penyelenggara pengajian tersebut dengan
mengajak Hendra. Bisyaroh untuk kyai pun diberikan tapi berbeda biasanya, disini kyai
diberi dua amplop, kyai mengira mungkin yang amplop satunya diberikan untuk sopir kyai
yakni si Hendra. Tanpa dicek dan pikir Panjang kyai langsung memberi salah satu amplop
kepada Hendra.
Ketika sudah sampai di dalem kyai berniat untuk membuka bisyaroh dengan bentuk
amplop yang diberi oleh penyelenggara pengajian di kabupaten lamongan tadi, dan dibukalah
amplop itu ternyata hanya berisi uang 50.000 rupiah saja, berbeda dengan ceramah biasanya
kyai selalu di kasih bisyaroh minimal 500.000 rupiah, seketika itu kyai menyadari bahwa
amplopnya tertukar dengan Hendra. keesokan harinya ketika habis mengaji Hendra dengan
senyam-senyum sendiri sambil ningali kyai seraya berkata: kapan kyai ada jadwal ceramah.
Informan : KH. Muthohar (Pengasuh PP. Darussalam Dongmas)
Cerita Kyai Sahlan Masyhari
Mulai sejak kecil KH Sahlan Masyhari memang sudah dikenal dipelosok desa dengan
kejujuranya, ketawadhuanya, dan sangat rajin dalam mengaji, belajar tak lepas juga dari
peribadatan. beliau menempuh pendidikan di SD kedungrejo selama enam tahun, setelah
kelulusan kakek-neneknya menginginkan beliau masuk pendidikan pondok pesantren
akantetapi mendapat pertentangan oleh keduaorangtua sehingga sahlan kecil didaftarkan ke
sekolah formal seperti SMP, tetapi takdir berkehendak lain harapan orangtuanya seakan
lenyap begitu saja yang menginginkan sahlan kecil sekolah formal dikarenakan sahlan kecil
gagal masuk, bukanya malah menerima dengan sedih malah sahlan sangat menginginkan
untuk menempuh pandidikan di lingkup pesantren yang disarankan oleh kakek neneknya.
Setelah tamat dari sekolah dasar KH Sahlan Masyhari melanjutkan di Pondok pesantren
Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro yang jarak tempuhnya lumayan dekat dari
kediamannya sekitar kurang lebih 8 KM an, di awal masuk pondok beliau sangat ketakutan
karena merupakan pengalaman pertama baginya, beliau juga sering menangis dan selau ingin
pulang, selain itu di pondok juga tak luput dengan bahasa arab dan kajian kitab kuning
dikarenakan beliau dengan latar belakang dari pendidikan SD dengan dukungan motivasi dari
kakek-nenek serta kedua orang tuanya akhirnya beliau kerasan(betah untuk tetap tinggal)
serta kuat untuk menghadapi kehidupan di pondok pesantren.
Semenjak diasrama pondok, jarang sekali KH Sahlan Masyhari meminta kiriman atau
bekal dari orangtua, bahkan mungkin beliau tidak pernah memintanya, karena dikamar
asrama beliau mempunyai banyak kawan yang anaknya orang-orang yang sangat mampu,
seakan akan beliau jarang mengeluarkan biaya dan makan, karena sering dijenguknya atau
disambang anak orang mampu dengan membawa makanan atau kebutuhan lainya. Disamping
itu beliau juga mengabdi atau jadi pelayan dindalem Kyai Sholeh sehingga semua kebutuhan
makan ditanggung ndalem.
Ketika dindalem KH Sahlan sangat rajin untuk membantu dan melayani Kyai, mulai
dari sering pijit-pijit, membantu didapur dan sering diajak untuk mengikuti undangan dari
luar baik untuk ceramah maupun kondangan. Sehingga beliau juga sering diutus untuk
menggantikan Kyai Sholeh apabila ada udhur(halangan). Tak heran juga beliau sangat mahir
ceramah dan mengajar ngaji yang masih diumur yang belia, karena sering bersama dengan
Kyai Sholeh.
Setelah lulus dari madrasah aliyah K.H Sahlan Masyhari masih tetap mengabdi untuk
sementara waktu dipondok dan ndalem, beliau berperan aktif disemua kegiatan yang
diadakan dipondok baik dari acara peringatan hari Islam maupun dalam kegiatan
pembelajaran. Beliau ditugaskan atau disuruh oleh Kyai untuk berperan aktif dalam
mengurusi masjid yang ada ditengah-tengah pondok, yaitu dengan mengopratori alat-alat
elektronik yang ada dalam masjid serta memperbaiki dan mengganti apabila ada yang rusak
terlebih lampu-lampunya.