Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI KH SAHLAN MASHARI

(Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Dongmas)

Oleh:

Ahmad Riza Hendrawan

Beliau KH. Sahlan Masyhari adalah sosok perintis sekaligus pendiri pondok pesantren
darussalam yang beralamat didesa kecil Dongmas kecamatan sumberrejo kabupaten
bojonegoro kurang lebih 25 KM dari pusat kota. Beliau putra Bapak K. Masyhari dan ibu
Warsining yang merupakan anak sulung dari 6 bersaudara. Beliau lahir pada tahun 1968
ditanah dongmas, pada masa kecil beliau hidup dengan kedua orangtuanya terutama paling
dekat dengan kakek neneknya, beliau merupakan anak paling dicintai oleh saudara-
saudaranya dan keduaorangtuanya melebihi dari pada saudara saudaranya.

Mulai sejak kecil KH Sahlan Masyhari memang sudah dikenal dipelosok desa dengan
kejujuranya, ketawadhuanya, dan sangat rajin dalam mengaji, belajar tak lepas juga dari
peribadatan. beliau menempuh pendidikan di SD kedungrejo selama enam tahun, setelah
kelulusan kakek-neneknya menginginkan beliau masuk pendidikan pondok pesantren
akantetapi mendapat pertentangan oleh keduaorangtua sehingga sahlan kecil didaftarkan ke
sekolah formal seperti smp, tetapi takdir berkehendak lain harapan orangtuanya seakan
lenyap begitu saja yang menginginkan sahlan kecil sekolah formal dikarenakan sahlan kecil
gagal masuk, bukanya malah menerima dengan sedih malah sahlan sangat menginginkan
untuk menempuh pandidikan di lingkup pesantren yang disarankan oleh kakek neneknya.

Setelah tamat dari sekolah dasar KH Sahlan Masyhari melanjutkan di Pondok pesantren
Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro yang jarak tempuhnya lumayan dekat dari
kediamannya sekitar kurang lebih 8 KM an, di awal masuk pondok beliau sangat ketakutan
karena merupakan pengalaman pertama baginya, beliau juga sering menangis dan selau ingin
pulang, selain itu di pondok juga tak luput dengan bahasa arab dan kajian kitab kuning
dikarenakan beliau dengan latar belakang dari pendidikan SD dengan dukungan motivasi dari
kakek-nenek serta kedua orang tuanya akhirnya beliau kerasan(betah untuk tetap tinggal)
serta kuat untuk menghadapi kehidupan di pondok pesantren.
Setelah lulus dari tingkat Tsanaawiyah KH Sahlan Masyhari melanjutkan di mualimin
masih dibawah yayasan pondok pesantren, di awal masuk ketingkat muallimin pada bulan
pertama terjadi hal yang mengherankan pada beliau yaitu ketika sedang terlelap tidur serambi
mushola pondok pada tengah malam beliau bermimpi bulan jatuh di tepat ulu hatinya
seketika itu langsung terbangun dari tidurnya, ketika membuka bajunya beliau melihat ada
bekas bulat yang ada dikulit dadanya sontak rasa bingung dan kaget muncul yang bekas atau
tanda bulat tadinya tidak ada di dadanya. Keesokanya beliau sowan untuk menanyakan
perihal tanda bulat didada yang tiba-tiba muncul setelah bangun tidur , menurut Kyai dan
Alim mimpi dan bekas itu merupakan kemuliaan dan keajaiban yang diberikan Allah dan
tidak semua anak bisa mengalami mimpi yang sama dengan Beliau, dan tanda itu tetap terus
ada di dada sampai akhir hayatnya.

Setelah kelulusan dari madrasah Muallimin KH Sahlan Masyhari melanjutkan ke


jenjang madrasah Aliyah dan mengabdi dipondok serta dindalem(rumah) Kyai
Sholeh(Pendiri Pondok Pesatren Attanwir Talun). Selama mondok beliau sangat dicintai dan
disukai oleng semua kalangan baik dari para Asatidz maupun kawan-kawanya, dikarenakan
beliau memiliki rasa mengalah yang besar serta keikhlasan yang tinggi, keikhlasan ini bisa
dilihat dari beliau yang tidak ada rasa mengeluh dalam kamus kehidupnya. Apapun bentuk
permintaan bantuan dari kawan-kawan seperjuangan beliau tidak pernah untuk menolaknya,
baik itu dari mulai adik-adik kelas, kakak-kakak kelas maupun Asatidz.

Semenjak diasrama pondok, jarang sekali KH Sahlan Masyhari meminta kiriman atau
bekal dari orangtua, bahkan mungkin beliau tidak pernah memintanya, karena dikamar
asrama beliau mempunyai banyak kawan yang anaknya orang-orang yang sangat mampu,
seakan akan beliau jarang mengeluarkan biaya dan makan, karena sering dijenguknya atau
disambang anak orang mampu dengan membawa makanan atau kebutuhan lainya. Disamping
itu beliau juga mengabdi atau jadi pelayan dindalem Kyai Sholeh sehingga semua kebutuhan
makan ditanggung ndalem.

Ketika dindalem KH Sahlan sangat rajin untuk membantu dan melayani Kyai, mulai
dari sering pijit-pijit, membantu didapur dan sering diajak untuk mengikuti undangan dari
luar baik untuk ceramah maupun kondangan. Sehingga beliau juga sering diutus untuk
menggantikan Kyai Sholeh apabila ada udhur(halangan). Tak heran juga beliau sangat mahir
ceramah dan mengajar ngaji yang masih diumur yang belia, karena sering bersama dengan
Kyai Sholeh.
Setelah lulus dari madrasah aliyah K.H Sahlan Masyhari masih tetap mengabdi untuk
sementara waktu dipondok dan ndalem, beliau berperan aktif disemua kegiatan yang
diadakan dipondok baik dari acara peringatan hari Islam maupun dalam kegiatan
pembelajaran. Beliau ditugaskan atau disuruh oleh Kyai untuk berperan aktif dalam
mengurusi masjid yang ada ditengah-tengah pondok, yaitu dengan mengopratori alat-alat
elektronik yang ada dalam masjid serta memperbaiki dan mengganti apabila ada yang rusak
terlebih lampu-lampunya.

Pada 1990 Oleh KH. Moch Sahlan Mashari mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama
Darussalas, Ponpes Darussalam bermula dari permintaan Almarhum Kyai Syukri dan Kyai
Rohmat Barong Kidul Ngampal yang meminta kepada KH. Sahlas Masyhari untuk mengajar
ngaji dan tilawatil Qu'ran anak-anak Barong Kidul. Pada waktu itu beliau berusia 22 tahun
dan masih Aktif di PP. Attanwir belum boyong dari pondok, karena beliau masih sakit setelah
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan beliau patah tulang kaki dan dirawat selama 6
bulan, beliau belum sanggup untuk pulang pergi mengaji di dukuh Mbarong kemudian beliau
berinisiatif dengan adik-adik beliau Ustadzah siti Insiyah dan Ustadz M. Sholeh perihal
permintaan mengaji dari 2 tokoh di atas dengan mengadakan ngaji di rumah anak-anak dari
dukuh Mbarong yang datang ke rumah beliau setelah beliau sowan dan meminta nasehat guru
mulia beliau KH Sholeh (perintis, pendiri Pengasuh Ponpes Attanwir Talun) tentang
keinginan masyarakat yang meminta ngaji dan niat beliau untuk mengajar di rumah sendiri,
beliau merestui dan dan menyarankan untuk di mulai hari Ahad yang malamya bertepatan
tanggal satu Januar 1990 M.

Setelah mendapatkan restu guru mulia beliau serta dukungan penuh dari ayah dan ibu
serta keluarga besar KH Sahlan Masyhari, pada hari Ahad sesuai saran dan perintah dari KH
Sholeh Talun, beliau bersama Ustdaz sholeh datang ke Mbarong untuk menjemput anak-anak
untuk mengaji, pada waktu dimulai pembukaan mengaji yang berangkat 5 santri laki-laki
sampai beberapa hari, dengan metode mengaji yang diterapkan menggunkan metode pondok
yang berbeda degan mengaji di musholla/langgar kampung pada umumnya yang di rasa
berbeda dan terasa menarik maka anak yang ingin ikut menga semakin bertambah sehingga
satu bulan berjalan 25 santri ikut mengaji. Dalam mengajar KH Sahlan Masyhari dibantu adik
beliau Ustadzah Siti Insiyah dan Ustadz M Sholeh, dengan pelajaran Al Qur'an, sir
Fasholatan, sir Ro'sun sirah duh sagangsasi, Ngudi Susilo Nasyid-Nasyid Sholawat dan lai-
lain.

Dari sisi tempat mengaji pada awalnya sangat sederhana bahkan bisa dibilang sangat
kurang layak karena keluarga KH Sahlan Masyhari sendiri tergolong keluarga tidak mampu
dari segi ekonomi walaupun dulu pernah menjadi kelurga yang berkecukupan. Karena
keterbatasan itu anak-anak yang mengaji di minta membawa alas duduk sendri-sendiri berupa
karung (sak bekas pupuk). Kursi, bangku sama sekali belum ada. Sistem pengajarannya pun
sederhana dengan masuk sore yang masih anak kecil dan malam hari yang besar. Untuk
memaksimalkan pengajaran yang semakin hari semakin banyak santri yang mengaji, maka
dibuat sistem klasikal dengan wadah Diniyah dengan nama Diniyah Darussalam. Jauh
sebelum ada anak yang mengaji Kyai Masyhari (ayahanda KH Sahlan)membuat musholla
atas permintaan KH. Sahlan Masyhari yang berada di depan rumah dan dibuat jamaah sholat
keluarga dengan Kyai Masyhari jadi imam. Musholla tersebut di beri nama Darussalam.
Nama terebut terinspirasi dari guru beliau KH. Hamam Munaji Talun yang sering bercerita
tentang pondok Darussalam Gontor dengan segala ketenaran dan kelebihan Gontor dan beliau
KH Sahlan sendiri juga pernah study ke Gontor dengan di antar guru beliau KH. Muhaimin.
Dengan nama Darussalam itu pula beliu memulai pendidikan Diniyah yang kemudian
berkembang menjadi Madrasah Diniyah dan PP. DARUSSALAM Dungmas kegiatan
mengaji dibuat klasikal untuk memudahkan dan mengelompokka kemampuan. Setiap hari
Ahad seluruh santri masuk pagi supaya masuk bersama antara yang masih sekolah SD dan
yang sudah tidak sekolah serta sering diadakan ialan-jalan pada hari Ahad mengelilingi desa
desa sekitar pondok untuk mengenalkan pendidikan pada masyarakat. Pedidikan ini
mendapat respon positif dari masyarakat, terbukti dengan jumlah santri 25 santri pada bulan
pertama dan pada bulan kedua sudah mencapai 60an santri. Belum genap satu tahun Santri
yang belajar di Madrasah Diniyah sudah mencapai 100 orang.

Karena minimnya tempat belajar mengajar, sementara santri terus bertambah maka di
ambil kebijaksanaan agar kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pagi
bagi yang tidak bersekolah SD, sore dan malam hari bagi yang lebih besar.

Berawal dari santri yang mengaji malam hari yang dikelompokan menjadi Majlis
Ta'lim Al-Fata yang sebagian dari mereka banyak yang bermalam dan menetap hingga
beberapa hari, maka pengasuh membuat tempat khusus bagi mereka yang menetap. Dari sini
pula yang awalnya diniyah, menjadi madrasah dan berkembang menjdi Pondok Pesantren
Darussalam.

Untuk itu di buatlah beberapa kamar yang berada disamping rumah pengasuh. Santri
putra berada disamping kanan dan santri putri di samping kiri. Beberapa bulan kemudian
musholla yang didirikan K. Masyhari dijadikan asrama putra dengan menambah samping kiri
kanannya, Karena banyaknya santri yang menetap maka untuk memenuhi kebutuhan tempat,
pengasuh beserta wali murid bermusyawaroh untuk membuat asrama.

Dengan semangat gotong royong saling bantu membantu maka berdirilah dua
asrama, satu untuk santri putra yang terdiri 4 kamar dan satu asrama putri yang terdiri dari 4
kamar. Pada tahun-tahun berikutnya perkembangan santri cukup menggembirakan, sehinga
sampai saat ini jumlah santri mencapai 760 santri. Kini pondok pesantren tengah mengalami
berbagai kemajuan seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Duka yang mendalam dan sangat besar terjadi pada tahun 2016 bagi sekeluarga,
santri, alumni, masyarkat pada tanggal 3 Agustus 2016 KH Sahlan Masyhari meninggal dunia
dan tiga hari sebelumnya ayah beliau K. Masyhari meninggal dunia juga, duka yang
mendalam untuk kami semua. Hanya do'a yang kami panjatkan kepada Allah semoga beliau
berdua husnul khotimah diterima semua amal baiknya diampuni semua kesalahannya,
sekeluarga yang ditinggal diberi kesabaran dan ketabahan serta bisa melanjutkan perjuangan
dakwah melalui pondok pesantren Darussalam Dungmas yang dirintis beliau Sepeninggalan
KH. Sahlan Masyhari S.pd.l sebelum beliau dimakamkan dikumpulkanlah putra dan saudara-
saudara beliau untuk meneruskan perjuangan PP. Darussalam Dungmas sampaisaat ini diasuh
oleh KH Muntohar.yaitu suami dari saudara KH Sahlan Masyhari.

Anda mungkin juga menyukai