Perancis telah menduduki mesir selama kurang lebih selama 3 tahun 6 bulan
yaitu dimulai 1798 M hingga bulan september 1801M. Mereka telah memberi kesan
yang sangat mendalam kepada peradaban mesir karena bermulanya era modern mesir
telah menjadi sejarah bertapaknya kolonialisme di mesir. Perancis dengan
panglimanya yaitu napoleon bona parte yang merupakan general muda yang masih
berumur sangat belia yaitu 29 tahun dan telah memimpin bala tentara untuk menjajah
mesir.
Kesan negatif yang sangat jelas terhadap masuknya Perancis ke Mesir ialah
kebangkitan rakyat dalam satu pemberontakan yang dikenal sebagai”Pemberontakan
Kaherah” yang meletus pada 21 Oktober 1798 M. Peristiwa tersebut terjadi karena
beberapa faktor, yaitu ketidakpuasan hati rakyat mesir terhadap pajak upeti yang
dikenakan dan beberapa peraturan yng membebankan. Dan para pemberontak itu
telah menjadikan Al-Azhar sebagai markas gerakan dan penentangan yang di ketuai
Muhammad Saddat, salah satu ulama yang berpengaruh ketika itu. setelah itu
Napoleon memerintahkan pemberontak untuk mundur akan tetapi tidak dihiraukan.
Kemudian Napoleon menjatuhkan bom di halaman Al-Azhar yang memporak-
porandakan bangunan di sekitarnya dan menyebabkan sebagian penduduk keherah
1
Syafi’i Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam: Kairo, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012) hlm 170
2
Lois Aroian, Ritchard Mitchel,Timur tengah dan Afrika Moden,(Kuala Lumpur: Dewan Pustaka) hlm
77
terbunuh.3 Dan di laporkan bahwa tentara perancis masuk ke Al-Azhar dengan
menunggang kuda dan membumi hanguskan rata dengan tanah. Bukan itu saja
beberapa kali peperangan juga terjadi yang melibatkan Perancis dengan mamluk yang
terjadi di piramid yang menewaskan ratusan tentara Perancis dan ribuan tentara Mesir.
Namun pada tahun 1799 M tokoh Mesir yaitu Muhammad Ali memerintahkan
bala tentara mesir untuk mengusir balik usaha Napoleon yang ketika itu mengusai
mesir kurang lebih tiga setengah tahun. Dan baru menuai hasil pada tahun 1801.
Pemberontakan yang ke 2 pecah lagi yang jatuh pada tahun 1800 yang melibatkan
tentara Perancis dan rakyat Mesir yang terdiri orang-orang Islam dan orang-orang
Qibti bersatu untuk menentang. Di pihak Perancis mengalami kerugian dengan
terbunuhnya tentaran-tentaranya kurang lebih 12.000 dan musnahnya perlengkapan
dan peralatan perang serta kapal yang mereka naiki. Tahun 1801 Napoleon mundur
berkat perlawanan Muhammad Ali dan kembali ke Perancis melalui Syiria dengan
jalur darat dengan mendapat bantuan dari pemerintah Karamanli yang berada di
Tripoli.
Kolonialisme Perancis habis pada tahun 1802 dan meninggalkan Mesir, pada
tahun berikutnya Pemerintahan Mesir diambil Alih oleh Muhammad Ali yang
berkuasa kurang lebih 4 tahun. Pengaruh mesir kian luput didalam kerajaan Utsmani
walaupun hubungan masih berlangsung dalam waktu yang singkat.
3
Kamal Mujani, Nafisah Karimah, Jurnal: Kesan Penaklukan Perancis atas Mesir (Sealangor,
Universitas Kebangsaan Malaysia
4
Kamal Mujani, Nafisah Karimah, Jurnal: Kesan Penaklukan Perancis atas Mesir (Sealangor,
Universitas Kebangsaan Malaysia
Napoleon berhasil mendirikan lembaga ilmiah(perpustakaan) Institut of egypt,
yang mempunyai beberapa bagian penting yaitu ilmu pasti, bagian ilmu alam , bagian
politik, bagian ekonomi dan bagian sastra dan seni serta penulisan yang diterbitkan
oleh lembaga La decade egyptenne dan majalah Le courier d’egypt terbitan Marc
Auriel seorang pengusaha yang mengikuti ekpedisi napoleon. Sebelum kedatangan
ekpedisi ini, orang orang mesir masih belum mengenal bidang percetakan seperti
pengeluaran majalah dan surat kabar.5
Dalam bidang politik, Napoleon turut mencetuskan beberapa ide baru yang
dihasilkan semasa revolusi Perancis, seperti dalam sistem pemerintahan republik yang
mana pemimpin negara dipilih untuk waktu tertentu dan tunduk pada undang undang
parlemen. Sistem ini sangat berbeda dengan sistem pemrintahan Islam yang mana raja
yang berkuasa selama masih hidup dan kemudian diganti oleh anaknya serta tidak
tunduk pada parlemen.6
Institut D’Egypt boleh dikunjungi oleh semua rakyat mesir terutama para
ulama karena ilmuan-ilmuan Perancis berharap dapat menularkan pengetahuan
mereka tentang Mesir, adat-istiadatnya, bahasa dan agama mereka. Disinilah orang-
orang mesir dan umat islam baru pertama kalinya mempunyai hubungan secara
langsung dengan eradaban Barat yang baru lagi asing bagi mereka.
5
Gleen Perry, Fourteen Islamic Century, Indiana University, USA, 1991, hlm 118
6
Harun Nasution, Pembaharuan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hlm31
Sudan, Mesir dan Turki serta negara-negara lain. Untuk memastil kedudukan Inggris
di Lautan India dan Mediteranean tidak tergugat, mereka perlu mempunyai satu
kedudukan di Mesir.
Kepentingan Inggris tidak lain adalah meminta kerja sama dengan pihak
Mesir guna membuka terusan Suez sebagai jalur tranportasi menuju Kawasan india
dan Timur. Ingris sebagai negara kolonialis berambisi untuk memperluas negara
jajahan. Terutama dikawasan India yang sangat berlimpah. Tetapi keinginan Inggris
mendapat penolakan dari Mesir dibawah pimpinan Pasya dengan mengarahkan ribuan
tentara yang sanggup mempertahankan jalur perdagangan yang terpadat sedunia.
7
Vatikolis, The History og Egypt, Tanner Ltd, London,1969 hlm 170
8
Abd, Rahman Abdullah, Sejarah dan Pemikiran Islam, Pena, 1981, hlm 33
pemuda-pemudi dirosakkan oleh film-film dan musik-musik yang menimbulkan
syahwat. Pergaulan bebas, minum-minuman arak dan media massa tidak dapat
dikawal lagi oleh kerajaan Mesir kerana kebanyakan pemimpinnya juga telah
terpengaruh dengan budaya-budaya negatif kolonial ini.
Golongan terpelajar mulai lari dari cara hidup Islam yang sebenarnya dan
anggota masyarakat lebih senang menghabiskan waktu lapang mereka di kelab- kelab
malam dari memikirkan masalah-masalah yang mengancam agama, bangsa dan
negara mereka sendiri, Hal ini hanya dititikberatkan oleh golongan ulama- ulama'
Mesir yang semakin bimbang dengan keadaan yang melanda negara Mesir dan agama
Islam khususnya. Mesir diberi kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1922 dengan
beberapa syarat yang mereka kenakan yang membawa kepada tercetusnya Deklarasi
1922 Pada tahun 1923, Saad Zaghlul menjadi Perdana Menteri pertama Mesir melalui
pilihanraya dan beliau merupakan ketua pergerakan pemoderen dan nasionalis Mesir
Golongan-golongan elit dan yang berpendidikan tinggi telah menyertai kerajaan
dalam usaha pembebasan Mesir pada tahun 1923 hingga 1952"
Kesimpulan