Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENJAJAHAN BANGSA BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan
Islam dan Budaya Lokal

Disusun oleh :
1. Yuliani Tiarawaty

(12630018)

2. Priesta Romukti D.

(12630019)

3. Rizky Tejo Nugroho

(12630023)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015/2016

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb.


Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kita senantiasa diberi kesehatan dan berkah
yang tidak terhingga. Sehingga kami diberi kesempatan dan waktu untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Penjajahan Bangsa Barat
Terhadap Dunia Islam.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Kebudayaan Islam dan Budaya Lokal. Kami berharap semoga dengan adanya
makalah ini dapat memudahkan kita untuk lebih memahami tentang penjajahan
bangsa barat terhadap dunia Islam.
Kami juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun, guna kesempurnaan makalah ini dan perbaikan dalam berbagai hal
untuk kedepannya. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat untuk
pembaca dan penulis.
Wassalamu alaikum wr. wb.

Yogyakarta, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I
A.

PENDAHULUAN............................................................................4
Latar

Belakang

4
B.

Rumusan

Masalah

4
C.

Tujuan
4

BAB II
A.

PEMBAHASAN...............................................................................5
Sejarah

Arab

Pra

Islam

5
B.

Sejarah Kelahiran dan Awal Perkembangan Islam pada

Masa

Nabi

Muhammad

S.A.W

10
BAB III PENUTUP........................................................................................15

A.

Kesimpulan
15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar
berkuasa, yakni kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India). Namun, seperti
pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun.
Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai
menunjukkan usaha kebangkitannya.
Kebangkitan bangsa barat bermuara pada khazanah ilmu pengetahuan dan
metode berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Diantara jalur
masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah Spanyol. Ketika
Islam di Spanyol mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang datang untuk
belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini
dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan perubahan-perubahan besar.
Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan Eropa,
sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami kemunduran.
Banyak penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan
kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat
setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa.
Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan
kekuatan baru yang mereka miliki, Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas
melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa
mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan
persenjataan sederhana dan tradisional.
Kemerosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa dalam industri

perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini pada masa-masa sebelumnya
telah diakui oleh seluruh dunia.
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu
melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatankekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis menduduki Aljazair
pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris pada tahun 1839. Tunisia
ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889.
Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tidak luput dari penjajahan
Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Renaisans di Eropa ?
2. Bagaimana Penjajahan Barat atas Dunia Islam di Anak Benua India
dan Asia Tenggara ?
3. Bagaimana Kemunduran Kerajaan Turki Usmani dan Ekspansi Barat
ke Timur Tengah ?
4. Bagaimana Bangkitnya Nasionalisme dalam Dunia Islam ?
5. Bagaimana Proses Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari Penjajah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui renaisans di Eropa.
2. Untuk mengetahui penjajahan Barat atas dunia Islam di anak Benua India
dan Asia Tenggara.
3. Untuk mengetahui kemunduran kerajaan Turki Usmani dan ekspansi Barat
ke Timur Tengah.

4. Untuk mengetahui bangkitnya nasionalisme dalam dunia Islam.


5. Untuk mengetahui kemerdekaan Negara-negara Islam dari penjajah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. RENAISANS DI EROPA
Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama kerajaan Turki
Usmani yang berpusat di Turki. Sehingga Bangsa Barat melakukan berbagai
penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi
benua. Setelah Christoper Colombus menemukan benua Amerika (1492 M) dan
Vasco da Gama menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan (1498 M),
benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa.
Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan, L. stoddard menggambarkan
dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan eropa yang
semula terpojok segera menjadi yang dipertuankan di laut bahkan dipertuan di dunia.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru
terbuka baginya.
Tak lama setelah itu, mulailah kemajuan Barat melampaui kemajuan Islam
yang sejak lama mengalami kemunduran. Kemajuan barat itu dipercepat oleh
penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap
yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan
kemajuan mereka. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat.
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan ke seluruh dunia. Negeri-negeri Islam yang pertama kali jatuh ke bawah
kekuatan eropa adalah negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan Turki
Usmani, Negeri-negeri Islam yang pertama dapat dikuasai barat itu adalah Negerinegeri Islam di Asia Tenggara dan di India. Sementara, negeri-negeri Islam di Timur
Tengah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Turki Usmani, baru diduduki
Eropa pada masa berikutnya.

B. PENJAJAHAN BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM DI INDIA DAN


ASIA TENGGARA
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara
menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis.
Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama
pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di
Benggali. Rentang waktu antara 1798 1818, dengan perjanjian atau aksi militer,
pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang
baru menyerah pada tahun 1843 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi
antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India,
yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun
1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasilhasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi
sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki dan Syiria.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi
politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber
menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara
Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801
M, dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan. Kekosongan tersebut dimanfaatkan
oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil
mengambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat
menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembaharuan, namun pada tahun
1882 M dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negaranegara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri
menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah.
Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka.

Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan


tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan Barat atas
negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang
Barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu
lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam. India, pada masa kemajuan
kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini
mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di
awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada
tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M
belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat
mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun,
mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi,
ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang
kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja
yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah
kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879,
Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim
Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan
daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan
negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah
dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh
bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung
Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah
Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperanganpeperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali

berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat


kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang.
Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam,
seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M,
giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun,
Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya
datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara Eropa di negara-negara
Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke-20.
C. KEMUNDURAN KERAJAAN TURKI USMANI DAN EKSPANSI
BARAT KE TIMUR TENGAH
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang
membuat kerajaan Turki Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi nama
besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk menyerang atau menguasai
wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam. Namun kekalahan
besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina pada tahun 1683 M, membuka mata
Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar mengalami kemunduran jauh sekali.
Sejak kekalahan dalam peperangan Wina itu, kerajaan Turki Usmani
menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan
mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa, terutama Perancis,
untuk mempelajari kemajuan mereka dari dekat. Pada tahun 1720 M, Celebi
Muhammad diutus ke Paris dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-parbik,
benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainnya. Ia kemudian memberi
laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan
lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan tersebut mendorong Sultan Ahmad
III (1703 1730 M) untuk memulai pembaharuan. Untuk tujuan itu, didatangkanlah
ahli-ahli militer Eropa, salah satunya adalah De Rochefort, Pada tahun 1717, ia

datang ke Istambul dalam rangka membentuk korps artileri dan melatih tentara
Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern.
Usaha pembaruan yang dilakukan tidak terbatas pada bidang milliter. Dalam
bidang-bidang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti pembukaan percetakan di
Istanbul pada tahun 1737 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan.
Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki,
sebagaimana telah dilakukan oleh para penguasa Abbasiyah ketika menerjemahkan
buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan
kemunduran Turki Usmani, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan.
Penyebab kegagalan tersebut karena kelemahan raja-raja Turki Usmani karena
wewenangnya sudah menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus
mengalami kebangkrutan, tidak mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor
terpenting yang menyebabkan kegagalan usaha pembaharuan adalah karena ulama
dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik kerajaan
Turki Usmani menolak pembaharuan.
Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah Sultan
Mahmud II membubarkan tentara Yenissari pada tahun 1826 M. Struktur kerajaan
dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku Barat
diterjemahkan, siswa berbakat dikirim belajar ke Eropa, dan sekolah-sekolah
kemiliteran didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil yang
diperoleh dari gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil menghentikan gerakan Barat
terhadap dunia Islam. Selama abad ke-18, Barat menyerang wilayah kekuasaan Turki
Usmani di Eropa Timur. Akhir dari serangan itu adalah ditandatanganinya Perjanjian
San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin (Juli 1878 M), antara kerajaan
Turki Usmani dengan Rusia.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman yang
kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu kekuasaan kerajaan Turki

semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan
dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani di Asia
dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini disebabkan timbulnya
nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah kekuasaan Turki. Bangsa
Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke Barat, memohon bantuan
Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di pegunugan dan Arab di
padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari
cengkeraman penguasa Turki Usmani.
D. BANGKITNYA NASIONALISME DI DUNIA ISLAM
Sebagaimana telah disebutkan di atas, benturan-benturan antara Islam dan
kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka memang jauh
tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali oleh Turki, karena
kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha menghadapi kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar
dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong
oleh dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang
dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahhabiyah yang
dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di
India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad
Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu
pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh
penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan
dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa
mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena
Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama

kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang
pada awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun,
gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal,
Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya
akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk
memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk
pertahanan. Umat Islam, menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan
dan berjuang di bawah panji bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat
lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak
Nasionalisme dalam Islam.
Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II,
untuk mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat
sambutan hangat dari negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi alAfghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak
diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan
cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya Jerman, kalah dalam
Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru
mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri
Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan
dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembagalembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini
pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam, karena
dipandang tidak sejalan dengan semangat uuwa al-Islamiya. Akan tetapi, gagasan
ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup.
Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan
Jamludin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini
adalah Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan
hangat, sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu

terjadi di Mesir, Syiria, Libanon, Palestina, Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat
persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh usaha barat untuk mendirikan negara
Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab.
Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang
dikenal dengan gerakan ilafa juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah
seorang pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali
khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer
adalah gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan
tetapi, gagasan nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh
Islam, karena kaum muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang
mayoritas.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan.
Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut
nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama
komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang
merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme
tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh
Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal dan Muhammad Ali
Jinnah.
E. KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM DARI PENJAJAHAN
BARAT
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai
politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan
negara merdeka. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan
diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk
kegiatan antara lain:
1. Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.

2. Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat


menyambut dan mengisi kemerdekaan.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan
kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia
merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu. Disusul
oleh Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di
India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satunya untuk Pakistan.
Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan dari Inggris,
namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka.
Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956,
Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang
hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh
kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura
mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984
M.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari
penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahuntahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu
Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada
tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992 (Yatim,
2003:187-189).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia Islam yang
selanjutnya membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara Barat.
Karena mulai dari Perang Salib I inilah kaum muslimin banyak mengalami kerugian,
baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam yang direbut
Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai
hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat.
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib
berlatar belakang hal-hal berikut :
1. Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara
Islam.
2. Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara
jajahannya.
3. Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor
ekonomi dan politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa
penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke
negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap
perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru,
maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan
dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh
asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.

B. SARAN
Demikianlah uraian singkat makalah tentang penjajahan Bangsa Barat
terhadap Dunia Islam. Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan
guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengenalkan warisan
kebudayaan Islam, sehingga generasi penerus kita mampu mengetahui pasang surut
dunia Islam di masa lampau.

DAFTAR PUSTAKA
Amin,Ahmad.1991. Islam dari Masa ke Masa.Bandung:Remaja Rosdakarya
Yatim, Badri.1998.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
Zallun, Abdul Qodim.2013.Malapetaka Runtuhnya Khilafah.Bogor:Al Azhar
Press

Anda mungkin juga menyukai