Anda di halaman 1dari 58

Resume buku Pembaharuan dalam Islam – Harun Nasution

Bagian Pertama

MESIR

1. Ekspedisi Napoleon

Setelah selesainya Revolusi 1789, Prancis mulai menjadi negara besar yang mendapat
saingan dan tantangan dari Inggris. Pada waktu itu kepentingan Inggris sudah meningkat di
India dan untuk memutuskan komunikasi antara Inggris dan India, Napoleon melihat Mesir
sebagai tempat yang strategis untuk diletakan dibawah kekuasaan Prancis. Disamping Prancis
perlu pada pasaran baru untuk perindustriannya juga Prancis ingin menguasai kerajaan besar
seperti yang sudah dicita-citakan, dan tempat itu bukan Roma atupun Paris melainkan Kairo.

Mesir pada waktu itu berada dibawah kekuasaan Mamluk[1], meskipun sejak ditaklukannya
oleh Sultan Salim pada tahun 1517, pada hakikatnya daerah ini merupakan bagian dari daerah
Kerajaan Usmani. Pada abad-17 setelah bertambah lemahnya kekuasaan sultan-sultan, Mesir
mulai memisahkan diri menjadi daerah otonom.

Sultan-sultan Usmani tetap mengirim seorang Pasya Turki ke Kairo namun tidak lebih hanya
sebagai duta besar karena sebenarnya kekuasaan masih berada di tangan kaum Mamluk.

Setelah jatuhnya prestise[2] sultan-sultan Usmani, mereka tidak mau tunduk dan membayar
pajak yang dipungut dengan kekerasan kepada Istambul. Karena mereka memiliki Syeikh[3]
yang memimpin dan menjadi raja bagi mereka.

Pertahanan Mesir pada waktu itu sangatlah lemah. Dibuktikan dalam ekspedisi Napoleon
yang dalam waktu singkat dapat menguasai Mesir seluruhnya. Pada tanggal 2 Juni 1798
Napoleon mendarat di Alexandria dan keesokan harinya kota pelabuhan ini jatuh, Sembilan
hari kemudian kota Rasyid[4] jatuh pula, pada tanggal 21 Juli tentara Napoleon sampai di
Piramid didekat Kairo dan terjadi pertempuran. Kaum Mamluk yang tidak sanggup
menghadapi senjata-senjata dari tentara Napoleon ahirnya melarikan diri ke Kairo namun
mereka tidak dapat sokongan dan simpati dari rakyat Mesir. Akhirnya mereka lari ke daerah
Mesir bagian Selatan. Pada tanggal 22 Juli Napoleon sudah mampu menguasai Mesir.
Usaha Napoleon untuk menguasai daerah Mesir bagian timur tidak berhasil. Pada tanggal 18
Agustus 1799, ia meninggalkan Mesir dan pulang ke tanah airnya karena kehadirannya
dibutuhkan karena masalah politik. Ekspedisinya dilanjutkan dibawah pimpinan Jendral
Kleber. Dalam pertempurannya melawan Inggris membuat kekuatan Prancis di Mesir
mengalami kekalahan dan akhirnya ekspedisi Napoleon berahir pada tanggal 31 Agustus
1801.

Napoleon datang ke Mesir tidak hanya membawa tentara. Dalam rombonganya terdapat 500
kaum sipil dan 500 wanita. Didalam kaum sipil terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Napoleon juga membawa dua unit percetakan dengan huruf Latin,Arab dan
Yunani. Ekspedisi itu bukan hanya untuk kepentingan militer tetapi untuk kepentingan ilmiah
juga. Untuk hal tersebut di bentuklah lembaga ilmiah bernama Institute d’Egypte, yang
mempunyai empat bagian: Bagian ilmu Pasti, ilmu Alam, ilmu Ekonomi-Politik dan ilmu
Sastra-Seni. Publikasi yang digunakan lembaga ini adalah La Decade Egyptienne. Adapun
majalah lain yaitu Le Courrier d’Egypte, yang diterbitkan oleh Marc Auriel[5]. Sebelum
datangnya ekspedisi ini, Mesir sama sekali tidak mengenal percetakan, majalah ataupun surat
kabar.

Institut d’Egypte boleh dikunjungi orang Mesir terutama para ulamanya yang diharapkan
oleh para ilmuwan Prancis dapat menambah pengetahuan yang lebih tentang Mesir, adat
istiadat, bahasa dan agama. Dari sinilah untuk pertama kalinya orang Mesir melakukan
kontak langsung dengan peradaban Eropa yang masih baru dan asing.

Abd al-Rahman al-Jabarti[6] pernah mengunjungi lembah itu pada tahun 1799 dan merasa
sangat kagum dengan perpustakaan besar yang ada disana yang berisi berbagai buku dalam
beragam bahasa selain Eropa namun adapun buku-buku agama dalam bahasa Arab[7], Persia
dan Turki.

Adapun beberapa ide-ide baru yang dibawa Napoleon yang dihasilkan dari Revolusi Prancis:

1. Sistem pemerintahan Republik yang berbeda dari sistem yang dipakai orang-orang
Arab waktu itu dengan sistem yang absolut.
2. Ide persamaan dalam arti samanya kedudukan dan turut sertanya rakyat dalam soal
pemerintahan.
3. Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang Prancis
adalah suatu bangsa dan kaum Mamluk adalah orang asing dan datang ke Mesir dari
Kaukasus, jadi meskipun orang Islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir.

2. Muhammad Ali Pasya

Muhammad Ali adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla,Yunani pada tahun
1765 dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Orang tuanya seorang penjual rokok dan ia
harus bekerja sejak kecil dan meninggalkan bangku sekolah. Di usia remaja ia bekerja
sebagai pemungut pajak dank arena kecakapannya ia diangkat menjadi menantu oleh
gubernur Usmani dan sejak itu karirnya meningkat. Selanjutnya ia masuk dinas militer dan
karena kecakapannya ia diangkat menjadi perwira yang mengepalai pasukan yang dikirim
dari daerahnya.

Dalam perang melawan Prancis ia diangkat menjadi kolonel karena keberaniannya. Ia juga
memegang peranan penting dalam kekosongan pemerintahan sejak mundurnya tentara
Prancis. Kaum Mamluk dan Pasya dari Usmani saling memperebutkan kedudukan didaerah
yang ditinggalkan Prancis itu. Muhammad Ali mengambil sikap untuk mengadu domba
kedua golongan dan ahirnya pasukan Usmani mundur dan dipaksa kembali ke Istambul
sehingga Muhammad Ali mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa baru dan mulai
memberantas kaum Mamluk yang berpotensi besar menentang kekuasaannya. Meskipun
kaum tersebut hendak membunuh Muhammad Ali, namun konspirasi itu dapat diketahui dan
ahirnya Muhammad Ali dapat memberantas semua kaum Mmluk.

Muhammad Ali berkuasa penuh atas rakyat Mesir dan menjadi diktator karena rakyat Mesir
tidak memiliki organisasi dan kekuatan untuk melawan kekuasaannya. Ia juga mementingkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan militer yang mesti ada kekuatan ekonomi
dibelakangnya untuk membelanjai segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang militer.

Kekayaan kaum Mamluk dan rakyat mesir dikuasainya. Untuk kemajuan Ekonomi ia
memeperbaiki irigasi lama dan membuat yang baru, ia juga mendatangkan ahli pertanian dari
Eropa dan memperbaiki bidang pengangkutan. Selain itu ia mengadakan industri modern di
Mesir namun gagal.

Meski ia seorang yang buta huruf namun ia mengerti akan pentingnya dan tingginya nilai
pendidikan bagi suatu Negara. Dalam bidang ilmu pengetahuan ia mendirikan Kementrian
Pendidikan. Sekolah pertama yang dibuka di Mesir adalah sekolah Militer pada tahun 1815,
sekolah Teknik tahun 1816, dan sekolah kedokteran pada tahun 1827. Guru-guru didatangkan
dari Barat dengan bantuan penerjemah Arab dan Turki. Selain itu 311 pelajar Mesir dikirim
ke Italia, Prancis, Inggris dan Austria. Di Mesir didirikan rumah penampungan husus pelajar-
pelajar Mesir. Ilmu-ilmu yang dipentingkan adalah yang berhubungan dengan Militer seperti
Arsitek, Kedokteran dan Obat-obatan.

Selain militer ia mementingkan ilmu tentang administrasi Negara dan melarang para pelajar
mempelajari ilmu politik.

Penerjemahan buku asing disesuaikan dengan sekolah-sekolah yang dibangun Muhammad


Ali. Selain sekolah yang sudah disebut diatas,ia juga membuka sekolah Obat-obatan
(apoteker) pada tahun 1829, sekolah Pertambangan tahun 1834, sekolah Pertanian tahun 1836
dan sekolah Penerjemahan tahun 1836.[8] Tiga masalah yang dihadapi sekolah ini adalah
masalah guru, mahasiswa dan buku. Untuk menyelesaikan masalah itu ia kemudian mengirim
mahasiswa-mahasiswanya ke Eropa dan diberikan gaji serta diberi program belajar intensif.
Buku-buku Eropa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh para penerjemah yang
bekerja di Dewan namun cara ini membwa hasil yang kurang memuaskan karena para
penerjemah bukanlah ahli dalam bidang yang diterjemahkan dan menganggap itu sebagai
pekerjaan sambilan sehingga berjalan lambat.

Penerjemahan mulai lancer sejak didirikan sekolah penerjemahan tahun 1836 yang kemudian
diserahkan kepada pemimpin Rifa’ah al-Tahtawi[9] yang kemudia membawa hasil yang lebih
baik dalam waktu yang lebih singkat. Bagian penerjemahan disekolah ini dibagi menjadi
empat bagian: Bagian ilmu pasti, ilmu kedokteran dan ilmu fisika, bagian sastra dan bagian
Turki.

Diantara buku-buku yang diterjemahkan: Buku-buku filsafat, riwayat hidup orang-orang


Eropa, logika, ilmu bumi, kunjungan-kunjungan ke negara-negara asing, politik,dan
antropologi. Tahun 1841 diterjemahkan buku mengenai raja-raja Prancis yang antara lain
mengandung Revolusi Prancis dan buku serupa juga diterjemahkan pada tahun 1847.

Dari sini orang Islam mulai mengenal orang-orang barat yang tidak hanya terdiri dari orang
Prancis melainkan Inggris, Italia dll. Mereka juga mengenal filsafat Yunani, adat istiadat
yang berlainan dengan orang Islam.

Berbeda dengan gerakan penerjemahan pada abad-9 yang ketika itu umat Islam dalam
keadaan makmur dan maju , pada abad-19 penerjemahan terbatas pada teknikdan dalam
keadaan Islam mengalami kemunduran dan Barat mengalami kemajuan yang pesat

3. Al-Tahtawi

ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan
meninggal di Kairo pada tahun 1873. Saat masa pemerintahan Muhammad Ali, harta orang
tuanya termasuk yang dikuasai pemerintah dan ia belajar dengan bantuan biaya dari keluarga
ibunya. Pada usia 16 tahun ia pergi ke Kairo untuk belajar di al-Azhar dan selesai pada tahun
1822. Ia salah satu murid kesayangan Syeikh Hasan al-Attar[10]. Ia mengajar di al-Azhar
selama dua tahun dan kemudian di angkat menjadi imam tentara pada tahun 1824, dua tahun
kemudian ia diangkat menjadi imam mahasiswa di Paris dan tinggal disana selama lima tahun
tanpa menyia-nyiakan waktunya untuk belajar dan menambah pengetahuan disana.

Al-Tahtawi belajar bahasa Prancis dan berhasil menerjemahkan 12 risalah dan buku
diantaranya: Risalah tentang sejarah Alexander Macedonia, buku mengenai pertambangan,
akhlak, adat istiadat berbagai bangsa, ilmu bumi dab lain-lain. Disana ia banyak membaca
buku dan beberapa diantaranya adalah karangan Montesquieu, Voltaire dan Rousseau. Ia
membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan tidak memusatkan diri pada
satu pembahasan karena tujuan dia adalah untuk menerjemahkan buku kedalam bahasa Arab.
Dan ini menjadi ujian akhirnya di Paris.

Sekembalinya dari Paris ia diangkat sebagai guru bahasa Prancis dan penerjemah disekolah
kedokteran dan menerjemahkan buku-buku kedokteran. Dua tahun kemudian ia pindah
kesekolah Altileri untuk mengepalai penerjemahan buku-buku tentang ilmu teknik dan
kemiliteran. Tahun 1836 didirikan sekolah penerjemahan yang diganti namanya menjadi
sekolah bahasa-bahasa asing yang mengajarkan bahasa Arab, Prancis, Turki, Persia, Italia
dan berbagai ilmu-ilmu teknik dan lain-lain. Selain mengajar ia juga mengoreksi hasil
terjemahan para muridnya.

Setelah Muhammad Ali meninggal di tahun 1848 kemudian digantikan oleh Abbas yang
Karena alasan yang tidak jelas kemudian memindahkan al-Tahtawi ke Sudan. Setelah Abbas
wafat pada tahun 1854 ia dipanggil kembali utuk jadi kepala sekolah militer oleh Pasya yang
baru. Tahun 1863 ia memimpin Badan Penerjemahan Undang-undang Prancis yang diadakan
oleh Khedewi Ismail.

Aktivitasnya terpusat pada penerjemahan dan dia juga aktif dalam karang mengarang. Tahun
1870 ia mendirikan majalah Raudotul Madaris yang bertujuan memajukan bahasa Arab dan
menyebarkan ilmu-ilmu modern kepada khalayak ramai. Selain itu ia juga mengarang buku-
buku seperti Intisari dari Kesimpulan tentang Paris,tentang perjalanan ke Paris dan jalan bagi
orang Mesir untuk Mengetahui Literatur Modern,yang menjelaskan betapa pentingya
kemajuan ekonomi bagi Negara, karena ia menjelaskan bahwa pemerintahan yang baiklah
yang dapat memajukan ekonomi.

Menurut pendapatnya, masyarakat dibagi menjadi empat golongan: Raja, ulama dan ahli-ahli,
tentara dan kaum produsen. Dua golongan sebelumnya adalah yang memerintahdan dua
lainnya yang harus tunduk dan patuh pada pemerintah.

Salah satu jalan menuju kesejahteraan menurutnya adalah berpegang pada agama dan budi
pekerti yang baik. Untuk itu, pendidikan perlu. Pendidikan pada dasar haruslah universal dan
pada tingkat menengah mesti mempunyai tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan juga
diberikan kepada perempuan mengingat emansipasi perempuan terutama para ibu-ibu. Dan
tujuan pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan melainkan untuk menanamkan
rasa patriotisme. Dan semua ini adalah konsep baru dalam Islam.

Ulama Islam,menurutnya, harus mempelajari ilmu-ilmu modern sesuai perkembangan zaman


agar Islam semakin maju. Pemikiran mereka yang terbatas oleh fatalisme dan terlalu pasrah
dengan kada dan kadar tidak akan membawa perkembangan dalam Islam, taklid kepada
ulama-ulama terdahulu harus dihilangkan dan membuka diri untuk pengetahuan modern
adalah kunci bagi kemajuan umat Islam saat ini.

4. Jamaluddin al-Afghani

Beliau lahir di Afganistan pada tahun 1839 dan meninggal di Istambul pada tahun 1897. Pada
usia 22 tahun ia menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afganistan. Tahun
1864 menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi mentri
oleh Muhammad A’zam Khan. Pada waktu itu Inggris mulai mencampuri politik Afganistan.
Tahun 1869 ia ke India meninggalkan Afganistan. Tahun 1871 ia meninggalkan India karena
daerah ini berada dibawah kekuasaan Inggris dan ia merasa tidak bebas. Ia kemudian
menetap di Kiro dan menjauhi dunia politik dan memusatkan diri pada bidang ilmiah.
Rumahnya menjadi tempat pertemuan bagi murid-muridnya. Beberapa muridnya adalah
Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaglul.

Pada tahun 1876 ia terjun ke dunia politik dan memasuki perkumpulan Freemason Mesir.
Pengaruh al-Tahtawi dari buku-bukunya mendorong al-Afgahani membuat suatu partai
Nasional pada tahun 1879 yang bertujuan memperjuangkan pendidikan universal,
kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir kedalam posisi-posisi dalam bidang
militer.

Atas sokongan partai ini al-Afghani berusaha menggulingkan raja mesir Khedewi Ismail dan
menggantinya dengan Taufik dengan janji mengadakan pembaharuan-pembaharuan. Setelah
berhasil, al-Afghani diusir keluar oleh Taufik atas paksaan Inggris pada tahun 1879.

Dari Mesir ia ke Paris dan mendirikan perkumpulan Al-‘Urwah al-Wusqa yang berisi
orangIslam dari India, Mesir, Syiria, Afrika Utara dan lain-lain. Tujuannya untuk
memperkuat persatuan Islam, membela Islam dan memajukan Islam. Namun perkumpulan ini
tidak berjalan lama. Di Eropa ia mengadakan perundingan dengan Sir Randolph Churchil dan
Drummond Wolf namun tidak membawa hasil.

Tahun 1889 ia diundang ke Persia untuk menyelesaikan persengketaan antara Rusia dan
Persia karena politik pro-Inggris. Tahun 1892 ia diundang kembali ke Istambul dalam rangka
pelaksanaan politik Islam yang direncanakan Istambul. Namun rencana ini tidak tercapai
mengingat paham politik mereka yang berbeda.[11]

Melihat pada kegiatan politik yang demikian besar didaerah yang demikian luas,pada
tempatnyalah kalau dikatakan bahwa ia lebih banyak bersifat pemimpin politik daripada
pemimpin dan pemikir pembaharuan dalam Islam. Namun tak dapat dilupakan bahwa
kegiatan politik yang dijalankan al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang
pembaharuan dalam Islam.pemikiran pembaharuannya berdasarkan atas keyakinan bahwa
Islam adalah yang sesuai dengan semua bangsa,semua zaman dan semua keadaan.

Kemunduran Islam dikarenakan Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran yangsebenarnya dan


mengikuti ajaran-ajaran asing dari luar. Salah satu sebab kemunduran dalam bidang politik
adalah bentuk pemerintahan yang masih absolut dan bukan demokratis. Sebab lain dari
lemahnya rasa persaudaraan Islam.

Menurutnya jalan untuk memperbaiki keadaan ini adalah melenyapkan pengertian-pengertian


salah yang dianut umat pada umumnya dan kembali pada ajaran yang sebenarnya. Corak
pemerintah otokrasi harus diganti dengan demokrasi, Islam menghendaki pemerintahan
republik yang didalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan pendapat, persatuan Islam mesti
diwujudkan kembali.

Ide-idenya kemudian banyak mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh tentang


pembaharuan dalam Islam.

5. Muhammad Abduh

ia lahir di desa di Mesir Hilir tahun 1849. Orang tuanya menjadi salah satu korban kekerasan
pajak pada pemerintahan Muhammad Ali yang membuatnya berpindah-pindah dan akhirnya
menetap di desa Mahallah Nsr. Orang tuanya tidak pernah mengenal pendidikan sekolah
namun mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.

Orang tuanya menyuruhnya belajar membaca dan menulis, setelah ia mampu ia kemudian
dikirim ke Tanta pada tahun 1862 untuk belajar bahasa Arab, nahu,sharaf, fikih dan
sebagainya di Masjid Syeikh Ahmad. Namun, setelah dua tahun belajar disana ia merasa
masih belum mengerti apa-apa karena metode yang digunakan gurunya adalah metode
hafalan di luar kepala yang menurutnya metode ini salah.

Karena tidak puas ia kemudian lari kerumah salah satu pamannya namun pamannya
menyuruhnya kembali ke Tanta untuk melanjutkan belajar. Ia kemudian pulang untuk bekerja
sebagai petani dan pada tahun 1865 sewaktu usianya 16 tahun ia menikah. Setelah 40 hari
menikah ia disuruh kembali ke Tanta dan lagi-lagi ia kabur kerumah salah satu paman dari
ayahnya Syeikh Darwisy Khadr yang kemudian merubah riwayat hidupnya.

Seikh Darwisy Kadr tahu akan keengganan Muhammad Abduh untuk membaca. Ia kemudian
memberikan sebuah buku namun dilemparkan oleh Abduh dan diambilnya kembali oleh
pamannya dan diberikan untuk dimintanya membaca beberapa kalimat kemudian dijelaskan
panjang lebar oleh pamannya. Metode ini sangat disukai Muhammad Abduh sehingga ia
kemudian bersemangat belajar.
Ia kemudian melanjutkan studi di al-Azhar pada tahun 1866. Disinilah untuk pertama kalinya
ia bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani dan menjadi murid setianya dikemudian hari.

Tahun 1877 ia menyelesaikan studinya dan mulai mengajar di al-Azhar kemudian di Dar al-
Ulum dan dirumahnya sendiri. Diantar buku yang diajarkan adalah buku akhlak karangan Ibn
Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun dan sejarah kebudayaan Eropa karangan Guizot yang
diterjemahkan oleh al-Tahtawi kedalam bahasa Arab di tahun 1857. Ketika al-Afghani diusir
dari Mesir pada tahun 1879, Muhammad Abduh pun dipandang turut campur dan di buang
pula ke Kairo. Tahun 1880 ia kembali ke ibu kota dan diangkat menjadi redektur surat kabar
resmi pemerintahan Mesir Al-Waqa’I Misriyah. Muhammad Abduh pun mempunyai peranan
penting dalam Revolusi Urabi[12]

Ia berpendapat bahwa factor yang menyebabkan mundurnya Islam adalah paham Jumud[13]
yang terdapat dikalangan umat Islam yang sebenarnya di bawa oleh orang orang-orang bukan
Arab yang ingin menjatuhkan umat Islam dengan menutup berbagai pengetahuan agar umat
Islam terkungkung dalam kebodohan dan ketidaktahuan sehingga mereka akan lebih
cenderung patuh pada pemerintah. Ini akan membuat rakyat berada pada sistem statis, seperti
pemujaan berlebih pada Seikh, wali dan kepatuhan dan taklid berlebih pada ulama serta
penyerahan segala sesuatu pada kada dan kadar. Ini merupakan Bid’ah. Dan ia berpendapat
bahwa masuknya berbagai bid’ahlah yang akan membuat Islam lupa akan ajaran-ajaran yang
sesungguhnya. Namun menurutnya tidaklah cukup hanya dengan kembali ke ajaran asli
melainkan ajaran asli itu perlu disesuaikan dengan keadaan modern sekarang.

Tentang pengetahuan modern ia berpendapat bahwa itu tidak bertentangan dengan Islam. Dan
ia juga seorang yang menganut paham Qadariah. Ia juga memikirkan sekolah-sekolah
pemerintah untuk menunjang kebutuhan Negara seperti administrasi, militer, kesehatan,
perindustrian dan lain-lain. Kemudian dalam bidang ketatanegaraan ia berpendapat bahwa
kekuasaan harus di batasi.

6. Rasyid Rida

Lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang tidak jauh dari Syiria.
Pada tahun 1882 ia belajar di Madrasah al-Wataniah al-Islamiah (sekolah Nasional) yang
didirikan oleh Seikh Husain al-Jisr di Tripoli, selain bahasa Arab iajuga diajarkan bahasa
Turki, Prancis serta pengetahuan agama dan modern. Selanjutnya ia banyak dipengaruhi ide-
ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh dalam Al-Urwah al-Wusqa. Dari situlah
ia kemudian menerbitkan majalah Al-Manar yang memiliki tujuan yang sama dengan
majalah gurunya itu. Iapun mendesak Muhammad Abduh agar memberikan tafsiran modern
dari al Qur’an yang kemudian dikenal dengan Tafsir al-Manar.

Ia melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pendidikan dengan menambah


kurikulum baru seperti teoligi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi,
ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa asing, fikih, tafsir dan lain-lain. Pada tahun 1912
didirikan sekolah Madrasah al-Da’wah wa al-Irsyad.

Ia baru memasuki ranah politik setelah wafanya Muhammad Abduh. Pemikiran-pemikiran


pembaharuan yang dibawanya tidak jauh berbeda dengan guu-gurunya Muhammad Abduh
dan Jamaluddin al-Afghani.
7. Murid dan Pengikut Muhammad Abduh
8. Muhammad Farid Wajdi

Ia menulis buku bernama al-Madaniah wa al-Islam sebagai pembelaan umat Islam atas
prasangka dan pernyataan orang barat terhadap Islam. Pemikiran pembaharuannya sedikit
berbeda dengan gurunya. Jika Muhammad Abduh memandang bahwa peradaban sejati sesuai
dengan ajaran Islam, menurut Wajdi Islam sejati sesuai dengan peradaban. Ia juga mengarang
ensiklopedi Dairah al-Ma’arif al-Quran al-Isyrin yang tersususn dari sepuluh jilig.

1. Syaikh Tantawi Jauhari

Beliau lebih menonjolkan tentang Sunatullah dari gurunya. Ia banyak menulis tentang ilmu
bintang dan ilmu alam dalam buku-buku Al-Taj al-Murassa’ bi Jawahir al-Quran wa al-
‘Ulum (mahkota yang dihiasi dengan permata al-Qur’an dan ilmu pengetahuan) Jamal al-
‘Alam (Keindahan Alam) dan Al-Nizam wa al-‘Alam (Peraturan dan Alam)

1. Qasim Amin

Ia mengambil konsep tentang wanita. Menurutnya wanita sudah seharusnya mendapatkan hak
yang sama dengan laki-laki dan sudah saatnya derajat wanita diangkat dan disetarakan
dengan yang lainnya, wanita layak mendapat pendidikan yang sama, bagian yang sama dalam
masyarakat. Ia menulis buku Tahir al-Mar’ah (Emansipasi Wanita) dan Al-Mar’ah al-
Jadidah (Wanita Modern).

1. Sa’ad Zaglul

Ia mengambil konsep politik dari kedua gurunya, Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad
Abduh. Tujuannya ialah ingin mewujudkan ide gurunya yaitu membatasi kekuasaan otokrasi
yang pada itu sultannya adalah Khedewi dan ingin melepaskan Mesir dari kekuasaan Inggris.

1. Ahmad Lutfi al-Sayyid

Ia mengambil konsep kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasan dalam berpikir dan


kemerdekaan dalam hidup kemasyarakatan dari ikatan-ikatan politik yang berlebih-lebihan.
Ia mengidamkan negara yang liberal. Ia tidak menyukai sistem politik yang absolut yang
sudah lama dianut oleh Mesir.jiwa lemah selalu patuh dan suka memuja orang yang berkuasa
itu harus diberantas. Ia menganut paham nasionalisme Mesir.

1. Ali Abd al-Raziq

Ia mengambil konsep khilafah. Ia berpendapat bahwa sistem khalifah tidak disinggung oleh
al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu ajaran islam tidak menentukan corak suatu Negara.
Corak suatu Negara bukanlahurusan agama melainkan urusan dunia, oleh karena itu
penghapusan system khalifah tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam.

1. Taha Husain

Ia banyak mengarang terutama dalam bidang sastra Arab. Menurutnya bahwa sebagian besar
dari sastra Arab jahiliah seperti yang terdapat dalam buku-buku, bukanlah sastra Arab
jahiliah, tetapi karangan-karangan yang yang timbul di zaman sesudah Islam. Hanya sedikit
bagian sastra Arab jahiliah yang otentik.

Bagian Kedua

TURKI

8. Sultan Mahmud II

Lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional. Ia diangkat menjadi sultan pada
tahun 1807 dan meninggal pada tahun1839. Dibagian pertama ia disibukan dengan
peperangan dengan Rusia untuk menundukan daerah yang mempunyai kekuatan otonomi
besar dan pada tahun 1812 peperangan berahir dan daerah otonom dapat diperkecil kecuali
Mesir pada pemerintahan Muhammad Ali.

Pembaharuan pertama yang ia lakukan di bidang militer. Tahun 1826 ia membentuk suatu
korps tentara baru yang diasuh oleh pelatih dari Muhammad Ali dari Mesir.

Pemberontakan terjadi dari pihak Yeniseri terhadap pembentukan korps. Pada ahirnya para
Yeniseri di berantas, tempat perkumpulan mereka di hancurkan dan tarekat Bektasyi yang
anggotanya banyak dari kalangan Yeniseri di bubarkan yang mengakibatkan lemahnya
kekuatan para ulama yang anti pembaharuan. Dengan demikian pembaharuan dapat berjalan
dengan lancer.

Perubahan lainnya dari segi pemerintahan. Sultan Mahmud II sangat membenci system
aristokratis dan menggantinya dengan system demokratis. Ia tidak menyukai system yang
terlalu mengegungkan pemimpin sehingga terlihat kesenjangan antara rakyat dan pemimpin
yang signifikan.

Dari segi organisasi pemerintahan ia membagi dua tugas penting dalam pemerintahannya.
Pemimpin dunia (kekuasaan memerintah negara) dan pemimpin agama (kekuasaan
menyiarkan dan membela Islam). Kekuasaan pemerintah dibantu oleh sadrazam yang
menggantikan sultan ketika sultan tidak ada namun karena tugasnya memiliki kekuasaan
yang besar sehingga sultan Mahmud menggantikannya dengan dibentuk mentri-mentri.
Untuk urusan keagamaan diserahkan kepada Seikh al-Islam. Urusan agama diatur oleh syariat
dan urusan Negara diatur oleh hokum.

Ia juga melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Sultan membangun dua sekolah
umum yang sebelumnya hanya ada madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama
sehungga para masyarakat enggan memasukan anak mereka kedalam sekolah dan lebih
memilih belajar keterampilan praktis dalam perusahaan. Pembentukan sekolah umum ini
bertujuan untuk mengurangi angka buta huruf dikerajaan Usmani. Dibentuklah sekolah
umum untuk menjadi pegawai administrasi sedangkan sekolah sastra untuk melahirkan para
penerjemah. Kedua sekolah ini selain mengajarkan bahasa Arab juga mengajarkan bahasa
Prancis. Tak lama kemudian berdiri beberapa sekolah : sekolah militer, teknik, kedokteran
dan pembedahan yang kemudian dua sekolah terhir itu disatukan.

Ia juga mengirim para mahasiswa ke Eropa dan kembali dengan membawa perubahan baru.
9. Tanzimat

Tanzimat adalah suatau zaman atau masa pembaharuan lanjutan setelah pembaharuan yang
dibawa Mahmud II. Pemuka utama pada zaman ini adalah Mustafa Rasyid Pasya. Lahir di
Istambul pada tahun 1800. Ia memiliki didikan madrasah yang kemudian menjadi pegawai
pemerintah dan dikirim menjadi Duta Besar ke Paris pada tahun 1834. Ia juga berkunjung ke
Eropa dan memperoleh inspirasi pembaharuan pada zaman itu.

Tokoh lain adalah Mehmed Sadik Rifat Pasya (1807-1856). Ia melanjutkan pendidikan ke
sekolah sastra dan pada tahun 1834 ia diangkat menjadi pembantu mentri dan 3 tahun
kemudian ia dikirim menjadi Duta Besar di Wina dan kemudian menjadi mentri luar negri
dan kemudian mentri keuangan.

Sumbangan pemikirannya adalah bahwa peradaban dan kemajuan modern barat dapat
diwujudkan karena adanya suasana damai dan hubungan baik antara Negara-negara Eropa.
Kemakmuran suatu Negara bergantung pada kemakmuran rakyat, dan kemakmuran rakyat
dapat diperoleh hanya dengan menghapuskan system pemerintahan yang absolute.

Obatnya adalah dengan dibentuk undang-undang dan pemerintah tunduk pada undang-
undang dan merupakan Negara hukum. Kesejahteraan rakyat tidak diabaikan dengan cara
meningkatkan bidang pertanian dan perdagangan. Dengan itu dibentuklah undang-undang
dan peraturan pemerintah. Pada tahun1839 Abdul Majid menggantikan Mahmud II menjadi
sultan dan mengeluarkan piagam Gulhane.

Piagam itu menjelaskan bahwa pada masa permulaan kerajaan Usmani syariat dan undang-
undang Negara dipatuhi dan oleh karena itu kerajaan menjadi besar dan kuat. Namun pada
150 tahun terahir undang-undang tidak diperhatikan lagi sehingga diadakan perubahan-
perubahan.

Atas dasar piagam ini terjadi pembaharuan diberbagai institusi seperti hukum yang
memperbanyak anggota pada dewan hukum. Di tahun 1847 didirikan mahkamah-mahkamah
baru untuk urusan pidana dan sipil. Dalam bidang pemerintahan diadakan dengan mengajak
rakyat memberikan pendapat soal-soal negara dan administrasi. Dalam bidang keuangan di
bangunlah bank Usmani pada tahun 1840. Dibidang pendidikan tugas ulama diserahkan
kepada kementrian pendidikan yang dibentuk tahun 1847.

Pada tahun 1856 diumumkan piadam baru, Hatt-I Humayun yang lebih banyak mengandung
pembaharuan terhadap kedudukan orang Eropa yang berada dibawah kekuasaan Usmani.

Pembaharuan sesuadah pengumuman piagam ini dipimpin oleh Ali Pasya (1815-1871) dan
Fuad Pasya (1815-1869), keduanya murid dari Mustafa Rasyid Pasya. Ali Pasya cepat
menjadi pegawai istana dan menjadi duta negara pada tahun 1840 dan menggantikan Rasyid
Pasya sebagai perdana mentri pada tahun 1852.

Fuad Pasya lulusan dari sekolah kedokteran dan pernah dikirim ke Eropa dan pada tahun
1852 di angkat sebagai mentri luar negri.

Mereka mengadakan penyempurnaan dalam hukum pidana, hukum dagang dan maritim.
Sumber pembaharuan dalam bidang hokum ini diambil mereka dari hokum Prancis. Pada
tahun 1867 dikeluarkan undang-undang yang member hak kepada orang asing untuk
memiliki tanah di kerajaan Usmani.

Dalam bidang pendidikan, pembaharuan datang dalam bentuk pembukaan sekolah


Galatasaray tahun 1868. Didalamnya diajarkan bahasa Prancis dan untuk pertama kalinya
orang Islam dan orang asing duduk berdampinagn.

Pembaharuan pada zaman ini tidak seluruhnya mendapat penghargaan bahkan malah
mendapat kritikan seperti: isi kedua piagam yang sudah dikeluarkan itu bersifat sekularisme
dan dengan demikian membawa sekularisasi dalam berbagai institusi terutama hokum. Kritik
ditunjukan kepada sikap pro-barat yang dianut pemuka-pemuka zaman Tanzimat.

10. Usmani Muda

Golongan intelegensia kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan absolut sultan
dikenal dengan sebutan Usmani Muda yang mulai eksis setelah zaman Tanzimat yang diahiri
oleh wafatnya Ali Pasya. Usmani Muda asalnya merupakan sebuah perkumpulan rahasia
yang didirikan pada tahun 1865 dengan tujuan mengubah pemerintahan absolut kerajaan
Usmani menjadi kerajaan konstitusional. Setelah rahasia gerakan mereka terbuka mereka lari
ke Eropa pada tahun 1867 dan mengembangkannya disana.

Salah satu tokohnya adalah Ziya Pasya (1825-1880) anak seorang pegawai cukai di Istambul.
Ia bekerja dipemerintahan dan sempat kabur ke Eropa karena permusuhannya dengan Ali
Pasya.

Ia berpendapat bahwa Negara maju, kerajaan Usmani, harus menggunakan sistem


konstitusional seperti Eropa yang tidak menggunakan sistem pemerintahan absolut kecuali
Rusia. Dalam sistem ini harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Dan dalam pembaharuannya ia
tidak setuju dengan pendirian meniru Barat dalam segala-galanya karena ia berjiwa Islam
yang teguh.

Tokoh lain yang terkemuka adalah Namik Kemal (1840-1888) yang berasal dari keluarga
golongan atas. Ia banyak dipengaruhi oleh Ibrahim Sinasi, seorang sastrawan yang pernah
belajar di Prancis. Pemikiran-pemikiran Namik Kemalpun banyak dipengaruhi oleh ide-ide
barat. Ia juga memiliki jiwa Islam yang baik.

Menurutnya sebab-sebab yang membuat kemunduran Islam adalah dari bidang ekonomi dan
politik yang tidak beres, karena itu bidang yang harus diperbaiki pertama kali adalah kedua
bidang itu. Dalam bidang politik, pemerintah harus mengubah sistem absolut menjadi system
konstitusional. Ia menghendaki bentuk pemerintahan demokrasi yang menurutnya tidak
menentang ajaran Islam.

Orang kalangan pemerintah yang berada dibelakang pengadaan konstitusi itu adalah Midhat
Pasya (1822-1883)

11. Turki Muda

Ide perjuangan Turki muda, antara lain dikemukakan oleh tiga orang pemimpin. Ahmed Riza
(1859-1931), Mahmed Murad (1853-1912), dan pangeran Sahabuddin (1877-1948).
Ahmed Riza melanjutkan studi di bidang pertanian guna memperbaiki keadaan rakyat di
sebuah desa yang pernah ia kunjungi. Namun setelah ia bekerja di kementrian pertanian, ia
merasa tidak banyak kontribusi dari kementrian untuk perbaikan rakyat.

Kemudian ia beralih kebidang pendidikan namun tetap tidak membawa hasil yang
diharapkan.

Ia kemudian pindah ke Paris karena ia tidak dapat mengeluarkan pendapat dan pikirannya di
surat kabar. Disana ia bergabung dengan kelompok yang sama-sama memerangi sultan Abdul
Hamid. Disana pula ia dapat mengeluarkan surat kabar Mesveret dan disebarkan ke Istambul
untuk dibaca secara umum.

Di Paris ia banyak membaca buku-buku pemikir Prancis dan tertarik pada Filsafat
Positivisme Auguste Comte (1798-1857),sehingga ia berpendapat bahwa penyelamat
keruntuhan kerajaan Usmani adalah dengan Ilmu Pengetahuan positif,bukan Teologi atau
metafisika. Dan terlaksananya program pendidikan yang baik ada pada pemerintah
konstitusional yang tidak bertentangan dengan Islam yang menganjurkan sistem musyawarah.

Tokoh berikutnya adalah pangeran Sahabuddin yaitu cucu dari Sultan Mahmud II dan
keponakan dari Sultan Abdul Hamid.

Di Paris, beliau dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dalam bidang Sosiologi dan masalah
dalam kerajaan ia tinjau dari sudut sosiologi. Masyarakat Turki memiliki corak kolektif, dan
corak inilah yang harus dirubah supaya mereka mengandalkan dan tergantung pada dirinya
masing-masing tanpa harus tergantung lagi dan mengikuti semua perintah dari ketua
kelompok mereka. Perubahan itu dapat dilakukan dengan jalan pendidikan. Dan jika mereka
masih bersifat kolektif, maka sultan memiliki kekuasaan absolut,dan dengan itu mereka harus
berubah menjadi mandiri supaya tercipta pemerintahan yang konstitusional.

Tokoh ketiga adalah Mahmed Murad. Ia mengenal ide-ide Barat namun ajaran Islam
mempunyai pengaruh besar dalam pemikirannya.

Ia berpendapat bahwa bukan Islam ataupun rakyat yang menjadi penyebab mundurnya
kerajaan Islam melainkan sultan yang absolut sehingga kekuasaannya harus dibatasi,
sehingga terbentuklah negara konstitusional.

Meskipun dari ketiga tokoh terdapat perbedaan ide dan pemikiran, namun ketiganya sama-
sama ingin menggulingkan sultan Abdul Hamid.

12. Tiga Aliran Pembaharuan: Barat, Islam dan Nasionalis

Golongan Barat ingin mengambil peradaban Barat sebagai dasarpembaharuan. Golongan


Islam menganggap pembaharuan itu bersala dari Islam, sedangkan golongan Nasionalis Turki
menganggap bukan Baratatau Islam melainkan Nasionalisme Turki.

Kesadaran Nasionalisme Turki di kerajaan Usmani mulai timbul baru di pertengahan kedua
dari abad-19. Pada penutup abad-18 perasaan Nasionalisme mulai mempengaruhi bangsa-
bangsa Eropa Timur yang berada dibawah kekuasaan Usmani.
Usmani muda mulai mempertahankan keutuhan kerajaan Usmani dengan menimbulkan ide
Usmanisme yang kemudian hancur dan diganti ide Islamisme yang merupakan gabungan dari
berbagai daerah yang beragama Islam bersatu menjadi satu Nasionalitas.

Sebagai reaksi dari perkembangan ini timbul ide pan-Turkisme yang merupakan gabungan
semua orang Turki dibawah kekuasaan Usmani.

Tokohnya Yusuf Akcura yang menyumbangkan ide persatuan antara rakyat didalam kerajaan
Turki Usmani dengan yang diluar supaya semakin kuat persatuan dan rasa nasionalitas karena
satu bangsa dan agama. Namun ide ini sudah terdapat dalam pemikiran Zia Gokalp (1875-
1924)

Menurut pendapat Zia Gokalp,nasionalisme didasarkan bukan pada bangsa sebagai yang
diyakini oleh penganut paham pan-Turkisme, tetapi kebudayaan. Ia juga membedakan antara
kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan bersifat unik, nasional, sederhana, subektif dan
timbul dengan sendirinya, sedangkan peradaban bersifat umum, global, internasional, objektif
dan diciptakan.

Terdapat perbedaan pendapat dari ketiga golongan,Barat, Islam dan Nasionalisme.

Tokoh dari golongan barat antara lain Tewfik Fikret (1867-1951) yang menulis tentang
tradisi lama dan paham tradisionalis agama yang mencoba menentangpaham fatalisme Allah
yang dianggap tidak adil dan diibaratkan sebagai raja yang zalim sehingga ia
dianggapsebagai musuh agama.

Tokoh kedua, Dr. Abd Jewdat. Ia sempat menerbitkan majalah Ijtihad ketika di Eropa. Ia
sependapat dengan sultan Sahabuddin bahwa yang perlu diubah bukanlah sultan melainkan
sistem sosialnya.

Tokoh dari Islam adalah Mahmed Akif (1870-1936) yang amat tertarik pada kemajuan
Jepang. Ia berpendapat bahwa kelemahan Islam bukanlah dari agama melainkan dari
peniruan terhadap orang barat atau westernisasitanpa reserve

Golongan barat berpendapat bahwa mundurnya kerajaan Usmani karena tidak maunya
masyarakat Turki untuk melihat dan berpikir karena dihalangi oleh syari’at, karena itu
masyarakat haruslah membuka diri untuk belajar dari barat agar kerajaan dapat maju.

Berlainan dengan orang Islam yang berpendapat bahwa kemunduran kerajaan Usmani malah
karena meninggalkan syari’at dan mereka harus kembali kepada syari’at jika ingin maju.

Bagi kaum Nasionalis Zia Gokalp bahwa kelemahan disebabkan oleh keengganan umat Islam
mengakui adanya perubahan dalam kondisi kehidupan mereka dan tidak melihat perlunya
interpretasi baru yang sesuaidengan zaman terhadap ajaran-ajaran dasar Islam. Golongan ini
juga tidak setuju untuk meniru barat dalam segala hal hanya dari unsur kebudayaan untuk
dijadikan model pembentukan kebudayaan nasional Turki yang modern.

Kesimpulannya, baik barat maupun Nasionalis tidak mengabaikan Islam dalam pemikiran
pembaharuan. Keduanya ingin pembaharuan dalam Islam dan bukan diluar Islam.
Perbedaannya, pembaharuan Islam bersifat tradisional, sedangkan barat dan
nasionalismodern. Islam mempertahankan tradisi Islam sedangkan barat dan nasionalis
mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran-ajaran dasar Islam.

13. Mustafa Kemal

Dijuluki Ataturk (Bapak Turki) atas jasanya yang menyelamatkan kerajaan Usmani dari
kehancuran total dan penjajahan Eropa. Ia lahir di Salonika tahun 1881.

Ia belajar militer sejak kecil dan mengenal dunia politik dari sahabatnya Fethi serta banyak
membaca buku-buku karya Rousseau, Voltaire, Auguste Comte, Montesquieu dll. Ia pernah
menerbitkan tulisannya dalam surat kabar dengan teman satu komite rahasia dan pernah
dipenjara serta diasingkan karena bidang politiknya.

Di Damaskus ia masih berpolitik. Tahun 1906 ia membentuk perkumpulan Vatan (Tanah air)
yang kemudian membentuk cabang perkumpulan di Salonika dengan nama Vatan Ve
Hurriyet (Tanah air dan kemerdekaan).

Tahun 1907 ia dipindahkan ke Salonika dan bekerja sebagai staf umum. Disana sudah di
bentuk perkumpulan persatuan dan kemajuan yang berpusat dikota itu yang memiliki
pengaruh yang lebih besar dari Vatan Ve Hurriyet dan ia bergabung.

Di konferensi persatuan dan kemajuan yang diadakan di Salonika, ia mengeluarkan


pendapatnya tentang partai dan tentara. Agar Negara konstitusi dapat dipertahankan,
diperlukan tentara yang kuat di satu pihak dan partai yang kuat dipihak yang lain. Perwira
yang tunduk kepada dua kepala akan menjadi prajurit juga politisi yang tidak baik.

Karena ketidaksetujuannya terhadap tiga pemimpinnya dalam perkumpulan, Ali Fethi di


buang dan Kemal Mustafa ikut sebagai atase militer dan dari sini ia mengenal peradaban
barat yang menarik perhatiannya terutama pemerintahan parlementer setelah Perang Dunia 1
ia dipanggil kembali menjadi panglima divisi XIX.

Dalam pertempuran ia berperan sangat berani dan cakap dan dengan itu ia diangkat menjadi
kolonel kemudian jendral dan ditambah gelar Pasya. Hubungan dengan tiga pemimpinnya
masih tidak lancer dan dalam Perang Dunia 1 ia mengundurkan diri.

Setelah Perang Dunia 1 ia diangkat menjadi panglima dan membebaskan daerah yang jatuh
ke tangan asing dan ahirnya dapat menyelamatkan daerah Turki dari penjajahan asing.

Dengan teman-temannya ia mulai menentang perintah dari sultan Istambul yang banyak
bertentangan dengan kepentingan nasionalis Turki. Sultan Istambul berada dibawah
kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan kehendak mereka. Oleh karena itu
Mustafa Kemal mengeluarkan maklumat untuk membuat pemerintahan tandingan di
Anatolia.

Atas maklumat itu ia di panggil ke Istambul namun menolak sehingga ia di pecat sebagai
panglima dan menjadi ketua dalam perkumpulan pembela hak-hak rakyat cabang Erzurum
yang kemudian diadakan dua kali kongres di Erzurum dan di Sivas.

Pemilihan untuk parlemen diadakan di Istambul dan golongan nasionalis memperoleh


mayoritas.
Tahun 1920 dibentuk majelis Nasional Agung. Ankara menjadi ibu kota Turki dan ia
diangkat menjadi ketua yang kemudian mengeluarkan lima keputusan:

1. Kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat Turki


2. Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
3. Majelis nasional Agung bertugas sebagai badan legislative dan badan eksekutif
4. Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari majelis nasional agung akan
menjalankan tugas pemerintah
5. Ketua majelis nasional agung merangkap jabatan ketua majelis Negara.

Itulah usaha Mustafa Kemal yang kemudian membuat sekutu akhirnya mengakui mereka
sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki. Tanggal 24 Juli 1923 ditandatangani perjanjian
Lausanne dan pemerintahannya mendapat pengakuan internasional.

Pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi ole hide nasionalis Turki dan ide
golongan Barat. Turki hanya bias maju dengan meniru barat tidak hanya sebagian melainkan
keseluruhan dari barat. Turut campurnya Islam terhadap keseluruhan membawa kepada
kemunduran Islam dan dibarat sekularisasilah yang menimbulkan peradaban tinggi, maka
perlu diadakannyasekularisasi.

Westernisasi,sekularisasi dan nasionalisme itulah yang menjadi dasar pemikiran


pembaharuan Mustafa Kemal.

Sekularisasi Mustafa Kemal tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki. Dan ia
tidak bermaksud demikian. Yang ia maksud adalah menghilangkan kekuasaan agama dalam
bidang politik dan pemerintahan.

Bagian Ketiga

INDIA-PAKISTAN

14. Gerakan Mujahidun

Syah Abdul Aziz

Ide-ide yang dicetuskan Syah Waliyullah di abad-18 dilanjutkan oleh anaknya Syah Abdul
Aziz yang merupakan ulama besar di zamannya. Ia membolehkan belajar bahasa Inggris
untuk kemajuan umat Islam India.

Ketika Inggris menguasai India,orang Hindu lebih maju karena bias bekerja di kantor-kantor
orang-orang Inggris. Inilah yang ingin di atasi Syah Abdul Aziz untuk memajukan Islam.

Sayyid Ahmad Syahid

Lahir tahun 1786 di Rae Bareli, di dekat Lucknow. Ia berguru pada Syah Abdul Aziz. Ia
mengarang sebuah buku bernama Sirat-I Mustaqim yang sebagian besar isinya adalah
pemikiran Syah Waliyullah.

Menurutnya, umat Islam India mundur karena agama yang mereka anut tidak lagi murni,
tetapi telah bercampur dengan paham dan praktek yang berasal dari Persia dan India.untuk itu
umat Islam India harus kembali pada Islam yang murni dengan kembali kepada Qur’an dan
Hadis dan dengan itu bid’ah akan hilang.

Yang pertama dibersihkan adalah mengenai ketauhidan umat Islam India. Yang dimaksud
Tauhid ialah:

1. Yang disembah hanyalah Allah


2. Tidak mensifati makhluk dengan sifat Tuhan
3. Sunnah yang diterima hanya sunnah Nabi dan Khalifah sesudahnya

Beliau juga menentang taklid pada pendapat ulama terutama empat imam besar.

Ide yang berpengaruh kemudian adalah pemikiran dibidang politik. Daerah Islam yang
dikuasai non muslim disebut Dar al-Harb dan daerah yang dikuasai orang Islam disebut
Daral-Islam. Sayyid Ahmad berpendirian bahwa daerah yang berada dibawah kekuasaan non
muslim harus direbut kembali dan dengan itu terjadi perang Jihad menghadapi dua musuh,
Hindu dan Inggris.

Dengan gerakan Mujahidnya ia memulai peperangan terhadap golongan Sikh di India Utara
hingga mundur. Kemudian ia melanjutkan perang untuk merebut kembali daerah-daerah
Islam yang direbut barat denganbanyak dukungan dari Afganistan dan kepala suku-suku
bangsa di daerah itu.

Kerajaan Mughal dinilai sudah cukup lemah dan perlu dibentuk Imamah yaitu Negara yang
dipimpin Imam dan ia dipilih sebagai Imam. Imam mengangkat khalifah dan wakilnya di
kota-kota penting dengan tugas mengumpulkan zakat dan mengumpulkan mujahid untuk
melanjutkan jihad. Imamah dibentuk pada tahun 1827 dan tidak berlangsung lama. Karena
para kepala suku beranggapan imam sebagai saingan sehingga banyak tantangan yang
diterima Sayyid Ahmad.

Ia meninggal dalam pertempuran melawan kaum Sikh di tahun 1831 dan mendapat gelar
syahid. Dalam perang itu banyak mujahid yang mati. Setelah ia wafat, golongannya pecah
menjadi dua. Golongan pertama beralih haluan dan lebih focus dalam bidang pendidikan dan
yang lain terus melanjutkan jihad di bawah pemimpin Maulvi Wilayat Ali (w. 1852) dan
Maulvi Inayat Ali (w. 1858). Setelah mereka meninggal kemudian digantikan oleh Maulvi
Abdullah (w. 1902). Pertempuran melawan golongan Sikhterus berlanjut di Punjab dan
Punjab jatuh ketangan Inggris dan dengan itu Mujahid dapat berhadapan langsung dengan
Inggris.

Orang-orang Hindu mulai tidak suka dengan Inggris dengan sebab:

1. Masyarakat Hindu merupakan masyarakat yang kuat mempertahankan agama dan


tradisi.
2. Inggris membuka sekolah-sekolah baru yang mengajarkan bahasa Inggris dan ide-ide
berasal dari barat akan merusak keyakinan pemuda Hindu.
3. Pemerintah Inggris mempertahankan Aristokrat dan tidak membuka pintu bagi Orang
Hindu
4. Pemilik tanah resah, takut tanahnya dikuasai Inggris
Tanggal 10 Mei 1857 pasukan Hindu menyerang Inggris dan terjadi “Pemberontakan 1857”
yang dibantu oleh golongan mujahid. Inggris menganggap Islam-lah yang menjadi penggerak
utamanya. Inggris banyak menghancurkan gedung-gedung di Delhi, penduduknya di usir
keluar Delhi, gerakan Mujahid dihancurkan. Ide Sayyid Ahmad pun lenyap namun ia
memiliki empat pengikut yang akan melanjutkan idenya. Diantara pengikutnya adalah,
Maulvi Imadudin dan Maulvi Karamat Ali.

Darul Ulum Deoband

Darul Ulum Deoband adalah suatu perguruan tinggi yang didirikan oleh tokoh Maulana
Muhammad Qosim Nanantawi dan Maulana Muhammad Ishaq. Mereka adalah golongan
pengikut Sayyid Ahmad (w. 1831) yang bergerak dalam bidang pendidikan yang berkembang
setelah gagalnya pemberontakan 1857. Kedudukan Deoband ini di India sama dengan al-
Azhar di Kairo Mesir.

Ide-ide Syah Waliyullah oleh SayyidAhmad dan gerakan mujahid inilah yang menjadi
pegangan Deoband yaitu pemurnian tauhid, pemurnian bid’ah dan mewujudkan Islam murni
seperti yang terdapatpadazaman Nabi, sahabat, tabiin dan sesudahnya. Mazhab yang dianut
adalah mazhab Hanafiah.

Dalam bidang politik ia mengambil sikap anti Inggris. Ajaran pembaharuan Syah Waliyullah
memiliki banyak persamaan dengan Wahabiah Arabia. Oleh karena itu, gerakan mujahidin
disebut juga gerakan Wahabiah India menurut penulis barat namun memiliki perbedaan
besardalam sikap terhadap ajaran sufi.

15. Sayyid Ahmad Khan

Setelah berakhirnya gerakan mujahidin dan kerajaan Mughal sebagai akibat dari
pemberontakan 1857,munculah Sayyid Ahmad Khan yang lahir pada tahun 1817 sebagai
pemimpin umat Islam India. Ia mendapat didikan tradisional dan bias bahasa Arab dan
Persia. Ia rajin membaca dan berpengetahuan luas, usia 18 tahun ia bekerja di serikat India
Timur dan tahun 1846 ia kembali ke Delhi melanjutkan studi.

Dalam pemberontakan 1857 ia banyak membantu dan membela Inggris demi kepentingan
umat Islam India.

Ia berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat diwujudkan hanya
dengan bekerja sama dengan Inggris. Dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
bekerjasama dan memperbaiki hubungan dengan Inggris.

Ia juga meyakinkan bahwa dalam pemberontakan 1857 bukan Islam sebagai peranan utama
dan menyebutkan sebab-sebabnya adalah:

1. Intervensi Inggris terhadap keagamaan


2. Tidak turutsertanya orang India baik Islam ataupun Hindu dalam lembaga perwakilan
rakyat
3. Orang Inggris tidak berusaha mengikat tali persaudaraan dengan India.
Atas usaha dan kesetiaanya terhadap Inggris, ia berhasil merubah pandangan Inggris terhadap
umat Islam India dan umat Islam India supaya tidak melawan melainkan berteman, ahirnya
hubungan baik dapat terjamin.

Ia melihat umat Islam India mundur karena tidak mengikuti perkembangan zaman dan dasar
peradan adalah pengetahuan dan teknologi dan itu merupakan hasil pemikirab manusia
sehingga ia memberikan penghargaan tinggi terhadap akal. Namun sebagai muslim ia juga
percaya pada wahyu dan membatasi akal. Ia juga menganut paham Qadariah.

Pokok pikirannya mengenai pembaharuan Islam sama dengan Muhammad Abduh. Mereka
sama-sama member penghargaan terhadap akal,sama-sama berpaham Qadariah, sama-sama
percaya pada hokum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang takliddan sama-sama
membuka Ijtihad.

Pada bidang pendidikan usahanya dengan mendirikan sekolah.tahun 1861 didirikan sekolah
Inggris di Muradabd. 1876 ia berhenti menjadi pegawai Inggris sampai akhir hayatnya tahun
1898, ia meningkatkan pendidikan umat Islam India. Tahun 1878 ia mendirikan sekolah
Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya yang
bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.

Selain bidang pendidikan, ia juga menulis Tahzib al-Akhlak. Ide-ide yangdicetuskannya


menarik perhatian golongan Islam India.iaberpendapat yang menjadi dasar perkawinan
adalah monogamy bukan poligami.

Ia sangan dihargai oleh golongan intelegensia Islam India. Namun ditentang kaum ulama
terutama pada pembentukan MAOC

16. Gerakan Aligarh

Gerakan yang dibentuk oleh murid-murid Sayyid Ahmad Khan yang berpusat di MAOC yang
kemudian diganti menjadi Universitas Islam Algarhtahun 1920 yang melanjutkan gerakan
pembaharuan Islam. Gerakan ini menjadi penggerak pembaharuan Islam India dengan
meningkatkan Islam India yang mundur menjadi bangkit dan maju. Dimasa tuanya MAOC
dipindahkan ketangan Sayyid Mahdi Ali atau Nahwab Muhsin al-Mulk (1837-1907)

Penyebaran ide-ide Sayyid Ahmad Khan oleh Nawab Muhsin al-Mulk melalui Muhammedan
Education Conference dan membuat ulama India tidak lagi bersikap keras terhadap gerakan
Algarh.antara Deoband dan MAOC memiliki banyak perbedaan. Jika Deoband masih
mempertahankan tradisi,anti Inggris, menggunakan taklid sedangkan MAOC mempunyai
sikap pro Inggris dan mengadakan Ijtihad baru. Dengan demikian perbedaan paham tidak
hanya dalam keagamaan melainkan politik.

Usahanya mempopulerkan gerakan initerlihat dalam peningkatan jumlah siswa dari


zamannya dengan zaman sebelumnya.awalnya berjumlah 343 dan tahun 1907 menjadi 800
siswa. Ia juga aktifdalam bidang politik.

Tokoh lain ialah Viqar al-Mulk (1841-1917). Sejak muda ia menjadi pembantu dan pengikut
Ahmad Khan.tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin al-Mulk dalam memimpin MAOC.
Ia seorang yang keras pendirian dalam agama.hidup keagamaan di MAOC ia perkuat,
pelaksanaan ibadat seperti shalatdan puasa ia perketat pengawasannya. Lulus ujian agama
menjadi syarat utama naik tingkat dan itu membuat sekolah ini popular.

Pandangan politiknya pada mulanya sependapat dengan Ahmad Khan,namun berubah sejak
Inggris membatalkan pembagian Bengal menjadi dua.Inggris bukan lagi tempat Islam
menggantungkan nasib.

Tokoh lain adalah AltafHusain Hali(1857-1914). Ia terkenal sebagai penyair dan penulis
karangan Tahzib al-Akhlak. Ia berteman baik dengan Ahmad Khan dan mengeluarkan syair
Musaddas tentang peradaban Islam atas zaman klasik atas permintaan Ahmad Khan.syair itu
juga mengandung ide Algarh dan memiliki pengaruh yang besarselain MAOC.

Terhadap pendidikan wanita ia lebih progress dari Ahmad Khan yang memandang wanita
belum perlu mendapat pendidikan seperti kaum lelaki.

Penulis lain yang berjasa adalah Chiragh Ali,Salah al-Din Khuda Bakhs yang juga
mengarang buku tentang politik in Islam dan Essay Indian and Islamic.

Diantara sebab-sebab mundurnya Islam adalah kemalasan dan sikap tidak mementingkan
perdagangan yang dapat dibasmi dengan sikap suka berpikir, bekerja keras, hidup sederhana
dan hemat.

Pengarang roman dalam gerakan ini yang banyak berpengaruh adalah Maulvi Nazir Ahmad,
karyanya seputar agama dan social.

17. Sayyid Amir Ali

Berasal dari keluarga Syi’ah zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah dari Khurasan ke India.ia
lahir tahun 1849 dan meninggal tahun 1928. Tahun 1869 ia ke Inggris melanjutkan studi dan
selesai tahun 1873 dalam bidang hokum. Ia mengarang buku The Spirit of Islam dan A Short
History of the Saracens.

Tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association sebagai wadah persatuan


umat Islam India untuk membela kepentingan dan melatih dalam bidang politik.
Perkumpulan ini memiliki 34 cabang di India.

Tahun 1883 ia diangkat menjadi anggota majelis wakil Raja Inggris di India dan ia satu-
satunya orang Islam disana. Tahun 1904ia meninggalkan India dan menetap di Inggris serta
memiliki Istri disana. Tahun 1909 ia diangkat menjadi anggota India dalam Judical Commite
of Privacy Council. Tahun 1906 ia membuka cabang perkumpulannya di London.

Ia berpendapat bahwa Islam bukanlah agama yang membawa pada kemunduran tetapi Islam
membawa pada kemajuan dengan menilik sejarah Islam klasik.

18. Iqbal, Jinnah dan Pakistan

Muhammad Iqbal
Lahir di Sialkot tahun 2876.1906 ia ke Inggris dan masuk Universitas Cambridge,
mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian pindah ke Munich Jerman dan dapat gelar Ph.D.
Tahun 1908 kembali ke Lahore dan menjadi dosen. 1930 ia masuk bidang politik. 1933 ia
diundang ke Afganistan untuk membicarakan Universitas Kabul. Tahun 1938 ia meninggal.

Ia berpendapat bahwa kemunduran Islam selama 500 tahun terahir inidisebabkan oleh
kebekuan dalam pemikiran hokum dalam Islam yang sampai pada keadaan statis. Kaum
konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yangditimbulkan golongan
Mu’tazilah akan membawa kepada disintegrasi dan dengan demikianberbahaya bagi
kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif
itu lari ke syari’at sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.

Sebab lain dari pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran Tasawuf. Sebab utama adalah
hancurnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam dipertengahan abad-13.

Menurutnya, hokum tidaklah statis namun dapat mengikuti perkembangan zaman. Al-Qur’an
senantiasa mengajarkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam.
Islam menolak konsep alam yang bersifat statis.

Dalam pembaharuannya ia tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan sebagai
model.

Muhammad Ali Jinnah

Lahir pada 25 Desember 1876 di Karachi.tahun 1896 ia mendapat gelar sarjana hokum di
London. Ia kembali ke India dan menjadi pengacara di Bombay dan bergabung dengan partai
Kongres Nasional India. Ia termasuk yang kontra dengan Inggris dan menjauhkan diri dari
Liga Muslimah hingga tahun 1913. Pada tahun itu pula ia diangkat menjadi presiden liga
Muslimah dan membawa perubahan.

19. Abul Kalam Azad dan Nasionalisme India

Abul Kalam lahir di Makkah 1888. Ia belajar di al-Azhar Kairo dan kemudian pindah ke
India selamanya. Di Kairo ia hanya belajar ilmu agama, bahasa Arab dan Persia. Di India ia
baru belajar bahasa Inggris dan ilmu pemgetahuan modern barat. Tahun 1912 ia
mengeluarkan majalah Al-Hilal di Kalkuta. Majalah ini berisi ide-ide agama dan politik yang
mengkritik tajam pemerintah Inggris sehingga akhirnya dilarang terbit.

Ia terjun kedunia politik dan bergabung dengan partai Kongres dan sempat beberapa kali
dipenjara. Tahun 1929 menjadi presiden kongres dan tahun 1940 kembali menjadi presiden
kongres, selama hidupnyaia memegang peranan penting di partai kongres dan setelah India
merdekaia menjadi mentri pendidikan India dan meninggal tahun 1958.

Peranan dalam pemikiran pembaharuan tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan
peranannya dalam bidang politik. Penulis menyebut dulu ia seorang penganut pan-Islamis
dan sekarang menjadi Nasionalis India.

Pemikirannya dalam bidang agama tidak se-liberal AhmadKhan. Pembaharuannya bersifat


moderat. Tujuannya melepaskan Islam dari pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan taklid
dan menganjurkan kembali kepada al-Qur’an. Ia juga menerjemahkan al-Qur’an dalam
bahasa Urdu dan sedikit member tafsiran.

Kemunduran umat Islam selain karena dogmatism dan taklid juga karena tidak menjalankan
ajaran Islam seluruhnya. Kebangkitan Islam dapat diwujudkandengan melaksanakanajaran
Islam dalam segalabidang kehidupan dan memperkuat tali persaudaraan umat Islam seluruh
dunia.

Ia mempunyai pengaruh terhadap Hindu dan member kritik pada Ahmad Khan.

[1] Kaum Mamluk berasal dari budak-budak yang dibeli di Kaukasus,suatu daerah
pegunungan yang terletak di daerah perbatasan antara Rusia dan Turki. Mereka dibawa di
Istambul atau ke Kairo untuk diberikan pendidikan Militer, dan dalam dinas kemiliteran
kedudukan mereka meningkat dan diantaranya ada yang dapat mencapai jabatan militer
tertinggi.

[2]Menurut KBBI, préstise memiliki pengertian wibawa (perbawa) yg berkenaan dengan


prestasi atau kemampuan seseorang

[3] Sebutan bagi raja mereka adalah Syeikh al-Balad yang memimpin pemerintahan pada
waktu itu.

[4] Terletak di sebelah Timur Alexandria

[5] Seorang penguasaha yang ikut dengan ekspedisi Napoleon

[6] Seorang ulama dari al-Azhar dan penulis sejarah

[7] Diantara ahli-ahli yang dibawa Napoleon memang terdapat orientalis yang pandai dan
mahir dalam bahasa Arab. Merekalah yang menerjemahkan buku-buku dalam bahasa Arab
atas perintah Napoleon.

[8] Boleh dikatakan sekolah-sekolah serupa ini baru didirikan di dunia Islam yang berbeda
dengan sekolah tradisional sebelumnya yang hanya mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama.

[9] Adalah seorang ulama al-Azhar yang pernah belajar di Paris dan kemudian ada
pengaruhnya dalam penyiaran ide-ide Barat di Mesir.

[10] Ia banyak memiliki hubungan dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan Prancis yang datang
dengan Napoleon di Mesir

[11] Al-Afghani yang menganut paham politik demokratis sedangkanpaham Abdul Hamid
yang masih memakai system teokratis

[12] Penaklukan Mesir dibawah kekuasaan Inggris

[13] Mengandung arti membeku, keadaan statis, tidak berubah atau tidak ada perubahan
FILSAFAT PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR

‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬

Assalamu’alaikum wr,wb.

Alhamdulillahi robbil’alamiin,,Puja dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmad dan hidayahNya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP TUHAN, ALAM DAN MANUSIA MENURUT IBN THUFAIL”.makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan
pembaca mengenai Konsep Tuhan,Alam dan Manusia Menurut Ibn Thufail.

Terimakasih kami ucapkan kepada pihak yang telah membantu,sehingga makalah ini bisa
tersusun dengan baik,diantarnya:

1. YOGI PRANNA IZZA.M.Pd.I, selaku dosen filsafat islam.


2. Teman sejawat yang telah menyumbangkan ilmu dan informasinya.
Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kami khususnya dan orang lain yang telah
membaca makalah ini umumnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya
akan menjadi lebih baik. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr,wb.

Bojonegoro, Oktober 2014

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 1
C. Tujuan pembahasan …………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn Thufail………………………......................... 2


B. Perkembangan Filsafat Pada Masa Ibnu Thufail ................ 3
C. Filsafat Ibnu Tufail ............................................................. 4
1. Metafisika (Ketuhanan) ................................................. 5
2. Alam .............................................................................. 6
3. Jiwa ................................................................................. 6
4. Epistemologi………….................................................. 7
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………….. 9

B. Saran ................................................................ ......................... 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….......... 10

BAB I
PENDAHULUN

A. Latar Belakang
Pada zaman pertengahan, Islam di Barat dan Timur telah mencapai puncaknya. Baik dalam
pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Tapi Islam di Barat (Spanyol) lebih menjadi perhatian dunia
ketika mampu mentranfer khazanah-khazanah Islam di Timur. Dan bahkan mengembangkannya.
Filsuf-filsuf yang karya-karya besarnya banyak dikaji dunia, lahir di kota ini. Diantaranya, Ibnu
Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ibnu Thufail dikatakan orang berada di suatu tingkat yang ajaib dalam ilmunya, yakni berada
dalam tingkat mistik yang penuh kegembiraan. Beberapa orang menganggapnya sebagai orang panteis
orang yang menganggap tidak ada beda lagi antara dirinya dengan Tuhan. Anggapan ini ternyata
salah. Ia sebenarnya hanya seperti juga Al Ghazali , merasa telah mencapai tingkat ma’rifat yang
tinggi seperti katanya: ”Fakana makana mimma lastu adkuruhu. Fadhonnu khoiran wala tasal anil
khobari.” (terjadilah sesuatu yang tidak akan disebutkan akan tetapi sangkalah dia sebagai suatu
kebaikan juga, dan jangan tanya tentang beritanya).
Ibnu Thufail yang menjadi kajian dalam makalah ini, juga mampu menyihir para cendekiawan
dunia dengan karya monumentalnya, Hayy Ibnu Yaqzhan. Salah satu karya yang tersisa dalam sejarah
pemikirannya. Risalah atau novel alegori yang bertajuk filosofis-mistis itu, menyita banyak perhatian.
Hayy ibnu Yaqzhan adalah refleksi dari pengalaman filosofis-mistis Ibnu Thufail. Dimana karya itu
tidak lepas dari penbacaan ulang atau pengaruh dari pemikiran Ibnu Shina. Namun Ibnu Thufail di
sini menghadirkan karya yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Tuhan menurut ibn thufail ?
2. Bagaimanakah konsep Alam menurut ibn thufail?
3. Bagaimanakah konsep Manusia menurut ibn thufail?
C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat mengetahui sejarah atau biografi dari ibn thufail.
2. Dapat memahami knsep ketuhanan menurut ibn thufail.
3. Dapat memahami knsep alam menurut ibn thufail.
4. Dapat memahami knsep manusia menurut ibn thufail.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Thufail


Nama lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar Muhammad ibn Abd Al-Malik ibn Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Thufail Al-Qaisyi, di Barat dikenal dengan abudecer. Ia adalah pemuka pertama
dalam pemikiran filosofis mawahhid yang berasal dari Spanyol.Ibnu Thufail lahir pada tahun 506
H/1110 M atau pada Abad VI H/XIII M di kota Guadix, Provinsi Granada. Keturunan Ibnu Thufail
termasuk keluarga suku arab yang terkemuka, yaitu suku Qaisy.
Karier Ibnu Thufail bermula sebagai dokter praktik di Granada. karena ketenaran atas jabatan
tersebut, maka ia diangkat menjadi Sekretaris Gubenur di Provinsi itu.pada tahun 1154 M (549 H).
Ibnu Thufail menjadi sekretaris pribadi gubernur Ceuta dan Tangier, pengusaha muwahhid Spanyol
pertama yang merebut Maroko. Dan dia menjabat dokter tinggi dan menjadi qhadi di pengadilan pada
kholifah Mawahhid Abu Ya’qub Yusuf (558 H/1163 M-580 H./ 1184 M ).
Ibnu Thufail adalah seorang dokter, filosof, ahli matematika dan penyair yang sangat terkenal dari
mawahhid spanyol, akan tetapi sedikit karya-karyanya yang di kenal orang.Ibnu Khotib menganggap
dua risalah mengenai ilmu pengobatan itu sebagai karyanya. Al Bitruji (muridnya) dan ibnu rusyd
percaya bahwa dia memiliki gagasan-gagasan astonomis asli. Al-Bitruji membuat sangkalan atas teori
ptolemeos mengenai epicycles dan eccentric cirles, yang dalam kata pengantar dari karyanya kitab Al-
Hai’ah dikemukakannya sebagai sumbangan dari gurunya Ibnu Thufail. dengan mengutip perkataan
Ibnu Rusyd, Ibn Abi Usaibiah menganggap fi al buqa’Al maskunah wal-ghair Al maskunah sebagai
karya Ibnu Thufail, tapi dalam catatan ibnu rusyd sendiri acuan semacam itu tidak dapat
ditemukan.Al-Marrakushi, yang ahli sejarah itu mengaku telah melihat naskah asli dari salah satu
risalahnya mengenai ilmu keTuhanan. Miquel Casiri ( 1112 H/1710 M -1205 H/1790 M )
menyebutkan dua karya yang masih ada: risalah Hayy ibn Yaqzan dan asrar Al hikmah Al
mashariqiyah, yang disebut terakhir ini berbentuk naskah.kata pengantar dari asrar menyebutkan
bahwa risalah itu hanya merupakan satu bagian dari risalah Hayy Ibn Yaqzan, yang judul lengkapnya
ialah Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar Al hikamat Al mashariqiyah.

B. Perkembangan Filsafat Pada Masa Ibnu Thufail


Pemikiran dan hasil karya para tokoh Islam khususnya dalam bidang filsafat tentunya sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya dan politik pada masanya, begitu juga masa-masa
sebelumnya. Karena pemikiran merupakan produk budaya dari sebuah masyarakat, dimana seseorang
itu hidup, tumbuh dan dibesarkan. Pada massa kekuasaan Umayyah, Abad pertengahan, Islam pernah
berjaya di Cordova Spanyol. Waktu itu cordova menjadi salah satu pusat peradaban dunia.
Budaya seni, sastra, filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang disana. Tokoh-tokoh besar Islam
juga banyak yang lahir di sana. Seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Masarrah, Ibnu ‘Arabi, Ibnu Hazm, asy-
Syathibi dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka ini berhasil menempatkan filsafat sebagai kajian yang
berkembang disana. Seperti yang dikatakan Abed al-Jabiri, para tokoh tersebut telah berhasil
membangun tradisi nalar kritis yang ditegakkan di atas struktur berfikir demonstratif (nizham al-aql
al-burhani). Atau yang kemudian dikenal sebagai “epistemologi burhani”.
Oleh karena itu, sebenarnya tradisi pemikiran filsafat sudah diterapkan sejak dinasti Umayyah
berdiri. Tradisi-tradis keilmuan lain, seperti syari’ah, mistis (tasawuf), dan iluminis (Isyraqi) juga
terus mengalami pekembangan. Tradisi-tradisi keilmuan seperti inilah yang nantinya mempengaruhi
pemikiran Ibnu Thufail. Walaupun perkembangan keilmuan ini mengalami pasang-surut mengikuti
kondisi politik pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kegiatan intelektual di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan mendapat perhatian penuh pada masa
khalifah al-Hakam al-Mustanshir Billah (961-976), putra dari khalifah pertama, Abdurrahman ad-
Dakhil. Pada masa ini juga dapat dikatan semaraknya transmisi keilmuan dari Timur ke Barat. Karena
setelah pendirian lembaga ilmu pengetahuan tidak cukup menampung murid lagi, para cendikian
muslim di Barat berhijrah ke Timur yaitu mulai dari Mesir, syam, Hijaz, hingga ke Baghdad untuk
menuntut ilmu.
Al-hakam sangat cinta dengan ilmu pengetahuan, sehingga ia bersedia menanggung biaya untuk
tujuan ekspedisi ke berbagai Negara. Itulah yang menjadi faktor utama bagi kegemaran umat Islam
untuk menuntut ilmu dan mendalami buku-buku filsafat. Menyangkut hal ini, penulis sejarah filsafat
dalam Islam, De Boer berpendapat bahwa peradaban yang dicapai pada masa al-Hakam lebih megah
dan lebih produktif daripada yang dicapai oleh dunia Islam Timur.
Seiring berjalannya waktu, sejarah mengatakan tidak selamanya zaman keemasan ini berlangsung
hidup. Setelah tampuk kekuasaan digantikan oleh putra al-Hakam, Hisyam al-Mu’ayyid Billah.
Karena dia lebih cenderung kepada pengetahuan syari’at dan anti filsafat. Akhirnya kegiatan
intelektual pun kembali fakum dan ajaran filsafat kembali dikatan sesat.
Walaupun kondisi sangat tidak mendukung, kegiatan menekuni filsafat dilakukan secara
sembunyi. Sampai akhirnya berdirilah dinasti al-Muwahhidin, dimana ketika pemerintahan dipegang
oleh Abu Ya’qub Yusuf al-Mansur (558-580 H) filsafat mulai terlihat titik terangnya. Masa inilah
Ibnu Thufail hidup dengan menekuni bidang filsafat. Kedekatannya dengan penguasa, bahkan
dipercaya sebagai dokter dan penasehat pribadi khalifah, maka kegiatan filsafat mulai diterima
kembali. Tapi hanya dalam lingkungan istana atau terbatas pada kaum elit saja.
Masyarakat masih menganggap filsafat sebagai ajaran yang sesat dan bertentangan dengan agama
Islam. Dalam situasi yang tidak kondusif inilah Ibnu thufail terus menggali keilmuannya, sehinga
lahir karyanya “Hayy ibnu yaqzhan”. Dan dapat disimpulkkan mengapa Ibnu Thufail menggunakan
bahasa symbol dalam karyanya tersebut. Dengan bahasa yang sederhana, diharapkan masyarakat akan
mudah memahami dan lambat laun menerima filsafat sebagai kajian keilmuan. Bahkan sebagai
metode berfikir dan cara pandang hidup.
C. Filsafat Ibnu Tufail
Filsafat ibnu Thufail merupakan pemikiran yang baru dalam filsafat islam yang belum pernah
dilakukan para filosof muslim sebelumnya. Terutama dalam hal pembuktian adanya tuhan. Penjabaran
yang diberikan ibnu Thufail cukup gamlang dan dapat dipahami oleh nsemua golongan orang.
Berbeda dengan Ibnu Sina. Pembagian wajib al wujud min ghairih dan mumkin al wujud bi dzatihi,
seperti yang dikatakan Prof. Dr. H . Sirajudin Zar, yang dikutib dari Muhammad Athif Al Iraqiy, agak
membingungkan. Karena dalam konsep Wajib ada unsur mumkin.
Secara umum, pemikiran filsafat ibnu Thufail dapat kita lihat dalam karyanya: Hay Ibnu Yaqhan.
Roman Filsafat itu menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai fitroh bagi setiap
manusia. Absal merupakan orang yang berilmu dan beragama islam, dimana ilmunya telah dilengkapi
dengakan wahyu. Sedangkan salman menggambarkan tentang masyarakat.
Sebagaimana diketahui, Ibnu Thufail tidak merasa puas dengan filsafat Al Ghazali untuk mencari
kebahagiaan dan kebenaran tuhan, tetapi lebih cendrung kepada perenungan fikiran sebagaimana
dilakukan Al Farabi. Ibnu Thufail termasuk pengikut aliran Kontemplatif filsafat arab yang disebut
isyrok, suatu teori neo platonisme kuno dan dekat dengan aspirasinya kepada mistik modern. Menurut
Amir Ali, sebagaimana dikutip oleh Muslim Ishak dalam buku Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari
Barat, Filsafat Kontemplatif Ibnu Thufail tidak didasarkan atas exsaltasi mistik, tetapi atas suatu
mode yang mana intuisi digabungkan dengan pencarian akal. Hal ini dapat dilihat sebagaimana dalam
kisah Hay, dimana, akal memiliki perkembangan yang berngsur-angsur dan berturut-turut dari
seseorang yang tidak mendapat asupan pendidikan dari luar.
1. Metafisika (Ketuhanan)
Seperti para filosof sebelumnya, ibnu Thufail memulai filsafatnya dengan filsafat ketuhanan.
Dalam membuktikan adanya tuhan ibnu Thufail mengemukakan tiga argument sebagai berikut:
a. Argumen Gerak
Gerak alam menjadi bukti adanya Allah. Baik bagi orang yang meyakini alam baharu maupun
bagi orang yang yang meyakini alam kadim. Bagi orang yang meyakini alam itu baharu, gerak alam
berarti dari ketiadaan hingga alam itu ada (diciptakan). Oleh karena itu, keberadaan alam dari
ketiadaan itu mestilah membutuhkan pencipta yaitu Allah. Sementara bagi orang yang mengatakan
bahwa alam itu kadim, gerak alam berarti tidak berawal dan tidak berakhir. Karena zaman tidak
mendahuluinya, arti gerak ini tidak didahului oleh diam. Disini, penggerak alam (Allah) berfungsi
mengubah materi dari alam potensial ke actual. Mengubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Sirajuddin Zar dalam buku filsafat islam, Filosof dan filsafatnya mengatakan, inilah letak
keistimewaan argumen gerak ibnu thufail, yakni dapat dipahami oleh semua golongan. Dengan
argumen diatas, secara tidak langsung, Ibnu Thufail memperkuat argumentasi bahwa tanpa wahyu
akal dapat mengetahui adanya Allah.
b. Argumen Materi
Argumen gerak Ibnu Thufail juga digunakan untuk mebuktikan adanya tuhan. Argumen ini
didasarkan pada ilmu fisika yang masih ada korelasinya dengan argumen yang pertama (al harakat).
Hal ini dikemukakan Ibnu Thufail dalam kelompok pikiran yang terkait satu sama lain yakni, segala
yang ada tersusun dari materi dan bentuk, setiap materi membutuhkan bentuk, bentuk tidak mungkin
bereksistensi penggerak dan segala yang ada untuk bereksistensi membutuhkan pencipta.
Bagi yang meyakini alam itu kadim, pencipta ini berfungsi mengeksistensikan wujud dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain. Sementara bagi yang meyakini alam itu baru, pencipta berfungsi
menciptakan dari ketiadaan menjadi ada. Pencipta disini, merupakan ilat (sebab) dan alam merupakan
ma’lul (akibat).
c. Argumen Alghaiyyat dan Al-inayat al ilahiyat
Argumen ini sebenarnya pernah dikemukakan oleh Ibnu Sina. Tiga sebab yang dikemukakan
oleh aristoteles yaitu materi, bentuk dan pencipta. Ibnu sina melengkapinya dengan ilat al ghaliyat,
sebab tujuan.
Menurut Ibnu Thufail, bahwa segala yang ada di alam ini memiliki tujuan. Tertentu. Ini
merupakan inayah dari Allah. Ibnu thufail yang berpegang pada argument ini sesuai dengan Al
qur’an, menolak bahwa alam diciptakan secara kebetulan. Alam ini, masih menurut ibnu Thufail,
sangat rapi dan sangat teratur. Semua planet, begitu juga jenis hewan dan anggota tubuh pada manusia
memiliki tujuan tertentu. Demikian tiga argument yang dikemukakan Ibnu Thufail.
Adapun mengenai Dzat Allah, Ibnu Thufail sependapat dengan kaum Mu’tazilah sifat-sifat Allah
yang maha sempurna tidak berlainan dengan Dzat-Nya. Allah berkuasa bukan dengan sifat ilmu dan
kudrat yang dimiliki. Melainkan dengan Dzat Allah itu Sendiri.
2. Alam
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung mengenai golongan yang mengakui bahwa alam
itu baru atau mereka yang mengakui alam itu kadim. Mengenai alam ini, Ibnu Thuifail merupakan
penganut keduanya. Ia mempercayai bahwa alam itu baru sekaligus alam itu kadim. Alam itu kadim,
menurut Ibnu Thufail, karena ia diciptakan sejak azali, tanpa di dahului zaman. Alam disebut baru
karena ia membutuhkan dan bergantung pada Dzat Allah.
Ibnu Thufail mencontohkan, ketika seseorang menggenggam suatu benda, kemudian ia gerakkan
benda tersebut, maka benda itu mesti bergerak mengikuti gerak tangan orang tersebut. Gerakan benda
tersebut tidak terlambat dari segi zaman dan hanya terlambat dari segi zat. Demikian alam ini,
keseluruhan merupakan akibat dan diciptakan Allah tanpa zaman.
3. Jiwa
Jiwa menurut Ibnu Thufail adalah makhluk yang tertinggi martabatnya. Manusia Terdiri dari dua
Unsur yakni jasad dan roh (al-madat al ruh). Badan tersusun dari unsur-unsur sedangkan jiwa tidak.
Jiwa bukan jisim dan bukan pula sesuatu yang ada didalam jisim. Setelah badan hancur atau
mengalami kematian, jiwa lepas dari badan, dan selanjutnya jiwa yang pernah mengenal Allah yang
berada di dalam jasad akan hidup dan kekal.
Jiwa terdiri dari tiga tingkat: jiwa tumbuhan (an-nafs al nabawiyat), jiwa jiwa hewan dan jiwa
manusia. Ketiga jiwa tersebut merupakan sebuah tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu
jiwa manusia. Dalam menjabarkan hal ini, Ibnu Thufail kemudian mengelompokkan jiwa
hubungannya dengan Allah kedalam tiga golongan:
a. Jiwa yang sebelum mengalami kematian jasad telah mengenal Allah, mengagumi kebesaran dan
keagungannya, dan selu ingat kepadanya, maka jiwa seperti ini akan kekal dalam kebahagiaan.
b. Jiwa yang mengenal Allah Namun bermaksiat, akan abadi dalam kesengsaraan.
c. Jiwa yang tidak mengenal allah sealam Hidupnya, akan berakhir seperti hewan.
Dalam hal ini, Sirajudin Zar dalam buku Filsafat Islam berkomentar: “Agaknya Ibnu Thufail
meletakkan tanggung jawab manusia dihadapan Allah atas dasar pengetahuannya tentang Allah.
Orang yang tahu kepada Allah dan menjalankan kebaikan, akan kekal dalam kebahagiaan”.

4. Epistimologi
Ibnu Thufail mengatakan, seperti tersirat dalam kisah Hay Ibnu Yaqdan, Bahwa ma’rifat dimulai
dari panca indra. Hal yang bersifat metafisis dapat diketahui dengan akal dan intuisi. Ma’rifat dapat
dilakukan dengan dua cara: pemikiran atau renungan akal seperti yang dilakukan filosof muslim; dan
tasawuf seperti yang dilakukan oleh kaum sufi. kesesuaian antara nalar dan intuisilah yang
membentuk epistimologi Ibnu Thufail. Menurut Ibnu Thufail, Ma’rifat dengan tasawuf dapat
dilakukan dengan latihan-latihan rohani dengan penuh kesungguhan. Semakin tinggi latihan itu, maka
semakin jelas dan hakikat semakin tersingkap.
kebenaran yang dimaksud sebagaimana disimpulkan oleh Nadhim al-Jisr dalam buku Qissat al Imam
yang juga dikutib Ahmad Hanafi dalam buku Pengantar Filsafat Islam yaitu:
1. Urutan Tangga Ma’rifat yang ditempuh oleh akal dimulai dari obyek indrawi yang khusus kepada
pikiran universal.
2. Tanpa pengajaran dan tanpa petunjuk, akal manusia dapat mengetahui tanda-tanda pada makhluknya
dan menegakkan dalil-dalil atas wujudnya.
3. Akal manusia kadang-kadang mengalami ketumpulan dan ketidakmampuan dalam mengemukakan
dalil-dalil pikiran, yaitu ketika hendak ingin menggambarkan keazalian mutlak, ketidak-akhir-an,
zaman qadim, hudus dan dalil yang sejenis dengan itu.
4. Baik Akan menguatkan qadimnya alam atau baharunya, namun kelanjutan dari kepercayaan tersebut
adalah satu juga yaitu tuhan.
5. Manusia dengan akalnya sanggup menemukan dasar-dasar keutamaan dan dasar-dasar akhlak yang
bersifat amali dan kemasyarakatan, serta berhiaskan diri dengan keutamaan-keutamaan dasar akhlak
tersebut, disamping menundukkan keinginan-keinginan badan pada hukum pikiran, tanpa ,melalaikan
hak badan atau meninggalkan sama sekali.
6. Apa yang diperintahkan oleh syariat islamdan apa yang diketahui oleh akal yang sehat dengan
sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat bertemu kedua-duanya dalam satu titik,
tanpa dipersilisihkan lagi.
7. Pokok dari semua hikmah ialah apa yang ditetapkan oleh syara’ yaitu mengarahkan pembicaraan
kepada orang lain menurut kesanggupan akalnya, tanpa membuka kebenaran dan rahasia-rahasia
filsafat kepada mereka. Juga pangkal dari segala kebaikan ialah menetapi batas-batas syara’ dan
meninggalkan pendalaman sesuatu.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ibnu Thufail Merupakan salah seorang filosof muslim yang memiliki corak pemikiran yang berbeda
yang tidak dimiliki oleh filosof sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari corak filsafatnya, terutama
dalam membuktikan eksistensi tuhan
2. Dalam berfilsafat, meskipun Ibnu Thufail mengakui bahwa tanpa wahyu akal bisa mencapai tuhan,
Ibnu Thufail tidak menafikan wahyiu sebagai salah satu sumber pengetahuan tidak menuhankan akal
secara mutlak. Ia masih mengakui adanya peran wahyu.
3. Keselarasan antara peran akal dan wahyu merupakan inti dari filsafat Ibnu Thufail

B. SARAN
Semoga dengan sedikit pembahasan diatas dapat memberikan referensi dan pengetahuan,serta
wawasan baru tentang konsep ketuhanan,alam dan manusia menurut ibn thufail bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumya

DAFTAR PUSTAKA

Sirajuddin Zar (Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007)

Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 272

Hanafi, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990) hal. 161

Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat, (Bina Ilmu: surabaya), hal. 40.

Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh filsuf Muslim pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat dan
Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal 179.
RESUME
“BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”
Oleh : Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed.
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Drs. H. ABDUL MUKTI, M.Pd.I

Disusun Oleh:
AHMAD WAHYUDI
( 2013.4.055.0001.1.003461)

Prodi :
Pendidikan Agama Islam (PAI_IVA)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)


SUNAN GIRI BOJONEGORO
PERIODE 2015

BAB I
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Ada beberapa pengertian menurut beberapa ahli, diantaranya:
1. John Dewey
Pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut intelektual, perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia
biasa.
Menurutnya tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring yaitu sama-sama memajukan hidup
manusia.
2. Van Cleve Morris menyatakan, “secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah
studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan sebagai alat sosial semata untuk mengalihkan
cara hidup secara nebyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen(lembaga)
yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan yang lebih
baik.”
Jadi, dilihat dari segi tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah, dan
menganalisis serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat.
Filsafat mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuattu secara menyeluruh,
sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari
perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkuan.
Untuk menyelesaikan permasalahan kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang
membantu filsafat pendidikan, yaitu:
a. Etika atau teori tentang nilai
b. Teori ilmu pengetahuan atau epistemologi, dan
c. Teori entang realitas atau kenyataan dan metafisika(yang ada dibalik kenyataan).
Menurut W.H. Kilpatrick. Filsafat pendidikan mempunyai tiga tugas pokok, yaitu:
a) Memberikan kritik-kritik terhadap asumsi yang dipegang oleh pendidik
b) Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan
c) Melakukan evaluasi secara kritis tentang berbagai metode pendidikan yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan yang dipilih.

B. Ruang Lingkup Pemikiran filsafat


Di bawah ini adalah pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu.
1. Harus bersifat sistematis, dalam arti cara berpikirnya bersifat logis dan rasional tenttang
hakikat permasalahan yang dihadapi.
2. Tujuan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal, artinya Menyakut persoalan-
persoalan yang mendasar.
3. Ruang lingkup pemikirannya universal, artinya persoalan yang dipikirkan menyangkut hal-
hal yang menyeluruh.
4. Pemikiran lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran yang tidak didasari pembuktian-
pembuktian secara empiris, tetapi mengandung nilai objektif.
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang
menyangkut bidang-bidang sebagai berikut.
a. Cosmologi, yaitu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta,
ruang dan waktu, dan sebagainya.
b. Ontologi, yaitu suatu pemikiran asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana
proses kejadiannya.
c. Philosophy of mind, pemikiran filsafat tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan
jasmani serta kebebasan manusia dalam berkehendak(free will).
d. Epistemologi, pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia
diperoleh.(apakah dari aliran Rasionalisme, Empirisme, Idealisme, Teologisme).
e. Aksiologi, membahas tentang nilai-nilai tinggi dari tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama,
dll.
Adapun pola dan sistem pemikiran filosofis kependidikan yang berdimensi mikro adalah
yang menyangkut proses pendidikan, yaitu
1) Pendidik 2) Anak didik 3)Alat-alat pendidikan, baik yang bersifat materiil
maupun nonmateriil.
Beberapa sabda nabi yang dapat dijadikan motivasi.
Artinya: Ambillah hikmah dari manapun datangnya ‫َ من أي‬
ّ ‫ِالحكمة‬
‫خذ‬
‫شئٍ خرجت‬
Artinya: Agama adalah akal, barangsiapa yang tidak berakal ‫ِي‬
‫ْن هو العقل ال‬‫د‬ّ‫ال‬
‫دين لمن العقل له‬ maka dia tidak beragama
BAB II
Pengertian Pendidikan Islam
Tidak ada satupun makhluk ciptaan tuhan di atas bumi ini yang dapat mencapai
kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa adanya suatu proses.
Akan tetapi, suatu proses yang diinginkah harus terarah dan bertujuan, yaitu
mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya, sedangkan
tujuannya adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual
dan sosial serta sebagai seorang hamba yang mengabdi kepada TuhanNya.
Berikut beberapa makna pendidikan sebagai proses, menurut ahli pendidikan di Barat.
diantaranya:
1. Herman H. Home berpendapat, pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses peyesuaian
diri anusia secara timbal balik dengan alam sekitar, sesama manusia dan tabiat tertinggi dari
kosmos.
2. William Mc Gucken, S.J. seorang tokoh katolik. Bependapat, pendidikan sebagai suatu
perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan diri manusia, baik moral,
intelektual, maupun jasmniyah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan
individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan
penciptanya sebagai tujuan akhir.
Dalam hubungan ini dapat dipastikan bahwa pendidikan tidak hanya menumbuhkan,
melainkan mengembangkan kearah tujuan akhir. tidak hanya suatu proses yang sedang
berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung kearah sasarannya. Dalam pengertian
analisis, pendidikan hakikatnya adalah “membentuk” kemanusiaan dalam citra tuhan.
Dibawah ini beberapa definisi pendidikan islam,yaitu
a. Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaebani, pendidikan islam diartikan
sebagai “usaha merubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan....”
dan tentunya berdasarkan nilai-nilai islami.
b. Dalam rumusan seminar pendidikan islam se-Indonesia tahun 1960. Pendidikan islam
sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua
ajaran islam.
Menurut Dr, Muhammad Fadil Al-Djamaly, pendidikan islam adalah proses yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat
kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dankemampuan ajarnya (pengaruh
dari luar).
Pendapat tersebut didasarkan atas firman Allah dalam QS.Ar-Ruum:30 yang berbunyi.
َْ
"....‫ها‬ ََ
‫لي‬ ‫َسِ ع‬
‫ّا‬ ‫َر‬
‫َ الن‬ ‫َط‬
‫ِى ف‬ َّ ِ‫ة هللا‬
‫الت‬ ََ‫ْر‬
‫ِط‬‫ف‬...."
)30 : ‫(الروم‬
Artinya :”itulah fitrah allah,yang di atas fitrah itu manusiadiciptakan Allah..(QS.Ar-Ruum
:30)
Dan surat An-Nahl ayat 78 yang artinya: “dan Allah mengeluarkanmu dari erut ibu-ibumu
(ketika itu) kamu tidak mengetahui sesuatupun dan Allah menjadikan bagimu pendengaran
dan penglihatan serta hati…” (QS.An-Nahl:78)
Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada keterbuakaan
terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri anak didik.pendidikan
secara operasional mengandung dua aspek, aspek menjaga atau memperbaiki dan aspek
menumbuhkan atau membina.

BAB III
Metode Studi Dalam Filsafat Pendidikan
Seorang Filosof Perancis, Rene Descartes menyatakan ada empat langakah berpikir
rasionalistis. Diantaranya
1. Tidak boleh menerima begitu saja hal-hal yang belum diyakini kebenarannya, tetapi harus
secara hati-hati mengkaji hal-hal tersebut.
2. Menganalisis dan mengkaji setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti.
3. Menganalisis sasaran-sasaran yang paling sederhana menuju kearah sasaran-sasaran yang
kompleks.
4. Membuat uraian permasalahan yang sempurna serta dilakukan peninjauan lagi secara umum
Dengan demikian Rene Descartes dalam menganalisis gejala alam berpikir ini selalu
berpegang pada kemampuan akal pikiran belaka, sedanngkan system berpikir lain yang lazim
berlaku dalam filsafat dikesampingkan.
John Dewey, Ahli filsafat pendidikan USA, sediit berbeda dengan Descartes dalam hal
metode yang dipergunakan dalam berpikir, meskipun sama rasionalistisnya, yaitu berpikir
reflektif , suatu cara berpikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang dihadapkan
padanya untuk dipecahkan.
Kenyataan merupakan suatu problem, yang oleh para ahli filsafat dipandang sebagai
problem yang besar, yang secara pemecahannya oleh J. Dewey sebagai berikut.
a. Kita harus menganalisis situasi secara hati-hati dan mengupulkan semua fakta yang dapat
diperoleh, harus adil dan tanpa ada prejudice (prasangka) dalam mengobservasi fakta-fakta.
b. Setelah itu pemecahan apa yang diusulkan dan ditetapkan. Inilah yang disebut oleh dewey
“sugesti” atau “hipotesis” atau teori provisional (persiapan)”.
c. Filsafat juga dapat dihampiri melalui metode historis.
Metode lain yang dapat digunakan dalam studi filsafat pendidikan adalah Metode analitis-
sintetis, suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadapa sasaran
pemikiran secara induktif dan deduktif serta analisis ilmiah.
Pemikiran induktif yaitu cara berpikir yang menganalisis fakta-fakta yang bersifat khusus
menuju ke umum. Ahli filsafat yang menggunakan metode ini yaitu: thales (segala sesuatu
berasal dari air) dan Anaximenes (segala sesuatu berasal dari udara). Sedangkan pemikiran
deduktif yaitu cara berpikir yang menganalisis fakta-fakta yang bersifat umum menuju ke
khusus.
Filsafat dipandang sebagai analisis logis dari Bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
konsep, maka metode pengungkapan permasalahannya pun mengguakan analisis Bahasa dan
analisis konsep, yang keduanya dipandang sebagai fungsi pokok yang sah dari filsafat.
BAB IV
Studi Dalam Filsafat Pendidikan Islam
Falsafah pendidikan yang berdasar islam adalah pandangan dasar tentang pendidikan
yang bersumberkan ajaran islam, yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajarn tersebut.
Mengingat filsafat pendidikan islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak
dibatasi oleh lingkungan kelembagaan islam ataupun oleh ilmu pengetahuan dan
ppengalaman keislaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu pengetahuan yang
luas. Oleh Karena itu, sikap luntur (fleksibel) islam sebagai agama dan kebudayaan harus
ditanamkan dalam setiap diri seorang muslim, islam dan kebudayaan memberikan ruang
lingkup perluasan pemikiran falsafah pendidikan sampai jauh ke masa depan, sedalam dan
seluas masa kini ataupun masa lampau, sejalan dengan kaidah/nilai-nilai yang mendasarinya.
Dalam melakukan studi tentang falsafah pendidikanislam tersebut dituntut
penguasaan ilmu pengetahuan yang melengkapi dan dapat menjadi sumber potensi rujukan
pemikiran pemikir bidang tersebut. Sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut.
1. Ilmu agama yang luas dan mendalam
2. Ilmu Pengetahuan tentang kebudayaan islam dan umum serta sejarahnya
3. Ilmu tentang system approach serta ilmu tenttang metode pendidikan dan riset pendidikan
4. Pengalaman tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam masyarakat
5. Ilmu tentang pedagogies (kependidikan)
Ada beberapa permasalahan dasar yang dibahas oleh filsafat pendidikan islam yaitu
menyangkut tugas dan fungsi pendidikan sebagai sasaran dan tujuan pelaksana pendidikan.
Pelaksanaannya menuntut terwujudnya faktor-faktor pendidikan sebagai berikut.
a. Anak didik dalam proses pendidikan adalah sasaran utama tugas dan fungsi pendidikan
b. Pendidikan merupakan fungsi pedagogis yang mengarahkan perkembangan hidup anak didik
c. Alat-alat pendidikan yang merupakan sarana yang dapat memperlancar proses pendidikan
dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya
d. Lingkungan pendidikan merupakan suasana yang banyak mempengaruhi proses pendidikan
dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya
e. Cita-cita (visi) dan tujuan merupakan arah proses pendidikan yang harus diaksnakan dan
dicapai melalui proses tersebut.
Faktor-faktor tersebut dalam proses kependidikan harus saling berhubungan, karena
msing-masing tidak akan dapat berfungsi dengan baik dan efektif bila berdiri sendiri.

BAB V
Tugas dan Fungsi Pendidikan
John Dewey prnah menyatakan bahwa “ Eduacation is the proses without
end”,pendidikan itu adalah suatu proses tiada akhir, sejalan dengan strategi pendidian yang
secara universal ditetapkan PBB sebagai Life Long Education “pendidikan sepanjang hayat”.
Dengan demikian tugas dan fungsi pendidikan berlangsung secara kontinu dan
berkesinambungan.
Tugas pendidikan dapat dibedakan dari fungsinya sebagai berikut.
a. Tugas Pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan anak didik dari satu tahap ke tahap lain sampai meraih titik kemampuan yang
optimal. Menyangkut predisposisi (kemampuan dasar) dan bakat.
b. Sedangkan fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan
tujuan yang bersifat struktural dan institusional.
Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mengatur
jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun horizontal.
Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang
terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk lebih menjamin proses
pendidikan itu berjalan secara konsisten dan berkisenambungan mengikuti kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dlihat dari segi sosiokultural muslim, pendidikan merupakan alat pembudayaan
(enkulturasi) umat manusia yang paling diperlukan diantara keperluan hidupnya, meskipun
pendidikan itu sendiri pada mulanya timbul dan berkembang dari sumber kultural itu sendiri.
Sebagai suatu alat, pendidikan merupakan aplikasi dari apa yang kita sebut kebudayaan,
yang posisinya tidak netral, melainkan selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa
pendidikan itu dilaksanakan.
Dr.Muhammad, S.A. Ibrahimy (bangladesh), dalam salah satu penerbitan mas media
Islamic Gazette, tahun1983. Menguraikan tentang wawasan dan pengertian serta jangkauan
pendidikan Islam, bahwa Islamic education in true sence of the term, is a system of education
which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may easily
mould his life in accordance with tenets of Islam.... The scope of islamic education has been
changing at different times. In view of the demands of the age and the development of science
and theology, its scope has also widened.
Menurutnya, dalam pengertian sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi islam
(citra islami), sehingga ia dengan mudah dapat membentuk kehiduan dirina sesuai dengan
ajaran islam. Ruang lingkup pendidikan islam telah mengalami perubahan menurut tuntutan
waktu yang berbeda-beda. Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan
teknologi, ruang lingkup pendidikan islam itu juga semakin meluas.
Berkaitan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan islam
bersifat mengarahkan dan mengendalikannya, sehingga nilai fundamental yang bersumber
dari iman dan takwa kepada Allah SWT dapat berfungsi dalam kehidupan manusia yang
menciptakan ilmu dan teknologi itu. Karena iman dan takwa kepada Allah SWT, pada
hakikatnya adalah merupakan rujukan tingkah laku manusia yang memancarkan getaran hati
nurani manusia (conscience) yang berkecenderungan ke arah perikemanusiaan.

BAB VI
Lembaga Pendidikan Islam dan Tantangan Modernisasi
Adanya kelembagaan pendidikan dalam masyarakat merupakan conditio sine qua non
(syarat mutlak) dengan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak didik dan masyarakat.
menurut pandangan islam tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan islam adalah
berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seorang
muslim, yaitu sebagai berikut.
1. Pembebasan manusia dari ancaman api neraka, sesuai dengan firman Allah :
َ ْ
‫نارا‬ ‫ُم‬‫ْك‬
‫ِي‬ ْ‫َ أ‬
‫هل‬ ‫ُم‬
‫ْ و‬ ‫ُسَك‬
‫نف‬َْ ‫ُو‬
‫ْا أ‬ ‫ق‬
Artinya: jagalah dirimu beserta keluargamu dari ancaman api neraka
2. Pembiasaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki kselarasan dan
keseimbangan hidup bahagia di dunia dan akhirat seagai realisasi cita-cita seseorang yang
beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari:
‫َا‬
‫ِن‬ ‫َة و‬
‫َ ق‬ ‫َسَن‬ ‫َة‬
‫ِ ح‬ ‫ْآلخِر‬ ‫َة و‬
‫َ ف‬
‫ِى ا‬ ‫َسَن‬
‫َا ح‬
‫ني‬ْ‫الد‬
ُّ ‫َا ف‬
‫ِى‬ ‫ِن‬ ‫َا ات‬
‫بن‬َّ
‫ر‬
‫َّار‬
ْ ‫َ الن‬ ‫ذاب‬ََ
‫ع‬
Artinya: wahai tuhanku, berilah aku kehidupan di dunia yang sejahtera dan kehidupan di
akhirat yang bahagia dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.
3. Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu
pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan
dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanan berfungsi sebagai penyuluh terhadap
akal budi yang sekaligus mendasari Ilmu pengetahuannya. Dalam (QS. Al-Mujadalah :11)
yang artinya : “..Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang berilmu beberapa derajat..”
Lembaga pendidikan harus mampu melakukan dua fungsi bersama yang kelihatannya
berlawanan satu sama lain, tetapi dapat mengumpul menjadi satu kekuatan ideal yang saling
menggerakkan dan mengendalikan.
Bentuk tantangan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam saat ini
meliputi bidang-bidang sebagai berikut.
a. Politik, karena dalam kehidupan politik, terutama politik kenegaraan, banyak berkaitan
dengan masalah bagaimana negara itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan
kehidupan bangsa dalam jangka panjang.
b. Kebudayaan, yaitu suatu hasil budidaya manusia, baik bersifat material maupun mental
spiritual, dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Bangsa yang mampu
survive(mempertahankan diri dalam kehidupannya) adalah bangsa yang mampu
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya di dunia ini.
c. Ilmu pengetahun dan teknologi adalah suatu segi peradaban dan kebudayaan manusia,
dimana perkembangannya yang lebih cepat menjalar kejantung masyarakat suatu bangsa.
Teknologi sebagai applied science atau pengetahuan terapan adalah hasil kemajuan budaya
manusia yang banyak bergantung pada manusia yang menggunakannya.
d. Ekonomi adalah suatu aspek pengetahuan manusia yang memberitahukan tentang bagaimana
seharusnya manusia itu berusaha memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyahnya. Ekonomi
merupakan tulang punggung kehidupan bangsa yang dapat menentukan maju-mundurnya ,
lemah-kuatnya, lambat-cepatnya proses pembudayaan bangsa.
e. Kemasyarakatan adalah suatu lapangan hidup manusia yang mengandung ide-ide yang sangat
laten terhadap pengaruh kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologisebagai suatu system
kehidupan, kemasyarakatan tidak statis dan beku, melainkan berkecenderungan kearah
perkembangan dinamis yang mengandung implikasi perubahan-perubahan yang biasa kita
kenal sebagai “perubahan sosial” (social change).
f. System nilai adalah suatu tumpuan norma-norma yang dipegang oleh manusia sebagai
mahluk individual dan sebagai mahluk social, baik itu berupa norma tradisional maupun
norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat.
Petunjuk-petunjuk, guna menghadapi masalah dalam lembaga pendidikan. Sebagai anggota
masyarakat janganlah statis dan jumud dalam hidupnya, serta harus dinamis dan konstruksi
dalam melakukan perubahan.
‫ْا‬
‫ُو‬ ‫َي‬
ّ
‫ِر‬ ُ ‫َّى‬
‫يغ‬ ‫َت‬ ‫ْم‬
‫ٍ ح‬ ‫َو‬
‫ِق‬‫َب‬
‫ُما‬
‫ِر‬‫ْف‬
‫يغ‬ َّ‫ا‬...
ََ‫ِن هللاَ ال‬
)11 : ‫(الرعد‬...ْ ‫ِم‬‫ِه‬‫ُس‬ َْ
‫نف‬ ‫َب‬
‫ِأ‬ ‫ما‬
Artinya : “…sesungguhnya Allah tidak akan mengubah hal-hal yang ada pada suatu umat,
sehingga mereka melakukan perubahan atas dirinya sendiri…(QS. Ar-Ra’ad :11)

‫ُل‬
ُّ َ‫َا‬
‫د ك‬ ‫ُؤ‬ ْ َ
‫الف‬ ‫َو‬
‫َر‬‫َص‬ ْ َ
‫الب‬ ‫َ و‬
‫ْع‬ َّ‫ٌ ا‬
‫ِن السَّم‬ ْ‫ِ ع‬
‫ِلم‬ ‫ِه‬ ‫ََلي‬
‫ْسَ َلكَ ب‬ ‫ُ ما‬‫ْف‬
‫تق‬ََ‫َال‬
‫و‬
‫ُال‬ َ ‫ه‬
‫مسْؤ‬ ُْ‫َن‬‫ن ع‬ََ ‫ُولئ‬
‫ِكَ كا‬ ‫ا‬
Artinya : “janganlah kamu mengikuti hal-hal yang kamu tidak mengetahuinya, sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan akal budi, masing-masingnya akan dimintai
pertaggungjawaban dihadapan tuhan”.
BAB VII
Sikap dalam Menghadapi Tantangan Terhadap Pendidikan
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan. sebagai berikut.
1. Sikap Tak Acuh terhaadap Tantangan Perubahan Zaman
Sikap ini adalah yang paling mudah dilakukan karena tidak memerlukan konsep pemecahan
permasalahan yang dihadapi, cukup mengamati dan membiarkan segala apa yang terjadi.
Sikap ini mempunyai landasan pendirian, yaitu suatu perubahan sosial yang mengakibatkan
berbagai tantangan itu pada hakikatnya merupakan sunnah Allah yang senantiasa bejalan di
dalam semua masyarakat.
Sedangkan pada hakikatnya, realitas yang ada di balik gejala perubahan sosial itu terletak
di balik pengalaman masyarakat. hal itu berupa hukum-hukum sosial, kebenaran abadi, dan
Zat Tuhan sendiri.
2. Sikap Mengakui Adanya Perubahan Sosial, tetapi Menyerahkan Pemecahannya
kepada Orang Lain.
Sikap demikian bersifat moderat dengan latar belakang pandangan bahwa segala
perubahan yang ada itu bukan untuk dijawab oleh lembaga kependidikan, juga tidak perlu
membuat argumentasi tentang realitas perubahan itu.
Sikap ini juga berpendirian bahwa secara historis, lembaga pendidikan itu sebenarnya
adalah sebagai tempat akumulasi ilmu pen pengetahuan dan sebagai tempat untuk
melaksanakan tugas transformasi/transmisi tradisi sosial dari genersi ke generasi berikutnya.
Those who cannot remember the past are condemned to repeat it “mereka yang tidak
dapat mengingat masa lampau, maka terbukalah untuk mengulanginya. Demikian pendapat
filsof Spanyol, George Santayana, menanggapi proses perubahan sosial yang terjadi dimana
faktor sejarah merupakan kuncinya.
Bila kita berpedoman pada sikap ini, maka lembaga kependidikan hanya bersifat tidak
lebih daripada “Perustakaan Ilmu Pengetahuan” yang menyimpan dan menunjukkan mana
ilmu pengetahuan yang pantas dipelajari oleh anak didiknya.
3. Sikap yang Mengidentifikasi Perubahan dan berpartisipasi dalam Perubahan itu
Sikap ini lebih positif dibandingkan sikap-sikap sebelumnya, karena merasa bahwa
fungsi lembaga kependidikan adalah commited dengan kehidupan masyarakat yang sedang
berlangsung. Transisi kebudayaan ini telah berlangsung di dalam realitas kehidupan
masyarakat. oleh karena itu, lembaga pendidikan bertugas mengenalkannya pada anak didik
mereka tentang realitas yang ada, mampu menghayati perubahan-perubahannya, bagaimana
watak dan ciri-cirinya, serta mengenal metode yang baik untuk menanganinya.
Suatu lembaga pendidikan wajib berpartisipasi dalam usaha pengubahan kehidupan
masyarakatnya serta sanggup menolong generasi muda belajar mengenai perubahan ini.
4. Sikap yang Lebih Aktif yaitu Melibatkan Diri dalam Perubahan Sosial dan
Menjadikan Dirinya Sebagai Pusat Perubahan Sosial
Sikap ini lebih militan dan progresif dibandingkan ketiga sikap diatas, karena lembaga
pendidikan bertanggung jawab terhadap perubahan sosial tersebut. Masa depan yang
diinginkan umat manusia tidak akan terwujud bukan sekedar hanya melakukan penyesuian
diri dengan kondisi sosial yang berubah, tetapi lebih dari itu karena kita menginginkan
perubahan itu hingga terwujudlah masa depan yang lebih baik, disertai perencanaan
bagaimana usaha untuk mencapainya.
Lembaga pendidikan harus mampu meneliti bagaimana orang berpikir tentang
kehidupannya sendiri, tentang kebenaran dan tentang nilai baik/buruk. Yang menuntut kita
untuk menerangkan semua teori pengetahuan (epistemologi), teori tentang realitas (ontologi),
dan teori tentang nilai-nilai (aksiologi).
Dari segi epistemologi, timbul pertanyaan “Apakah semua kebenaran itu benar selalu di
sepanjang waktu dan tempat, sepanjang sejarah dan kebudayaan, atau kebenaran itu relatif
menurut waktu, tempat dan lingkungannya”
Dari segi ontologi, pertanyaannya “ apakah perubahan sosial itu real (nyata) ataukah
hanya pseudo-real (tampaknya nyata padahal sesungguhnya tidak)
Dari segi aksiologi, pertanyaannya “Apakah ada hukum-hukum moral yang tidak pernah
berubah atau dapat diubah, dan apakah masyarakat dapat berubah moralnya dari abad ke abad
yang lain, agar perubahan itu tersebut sesuai dengan pengertian tentang nilai-nilai kehidupan
manusia yang baik”
Oleh karena itu, manusia harus berpikir sedalam-dalamnya tentang permasalahan hidup
dan kehidupan di alam raya ini, kecuali memikirkn tentang zat Tuhan. Nabi bersabda :
ِ
‫ِه‬‫َات‬
‫ْا فى ذ‬
‫ُو‬‫َّر‬
‫َك‬ ََ‫ِ هللاِ وال‬
‫تف‬ ‫َّر‬
‫ُوا فى خلق‬ ‫َك‬ َ
‫تف‬
Artinya : “Berpikirlah tentang hal-hal yang menyangkut kehidupan makhluk Allah dan
janganlah berpikir tentang zat Allah”
Berpikir merupan suatu “kunci” dari ilmu pengetahuan, Firman Allah dalam (QS.Al-
A’rof :179), yang Artinya: “Dan sesungguhnya Aku jadikan untuk isi neraka Jahannam
kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami ayat-ayat Allah, Mereka mempunyai mata tapi tidak dipergunakan untuk
melihattanda-tanda kebesaran Allah, Mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan
untuk mendengarkan petunjuk-petunjuk Allah, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang melengahkan”.
Dalam pemikiran filsafat, penerapan akal pikiran (ratio)manusia, dalam islam, bukannya
tidak terbatasi seperti yang berlaku di kalangan pemikir bebas di barat atau timur (free
thinkers atau vrij denkers) melainkan sampai batas-batas atau dimensi dalam dua arah.
a. Tidak emasuki alam uluhiyah yang menyangkut zat Tuhan sendiri, karena akan
membahayakan iman dan keyakinan orang itu sendiri. Bila dipaksakkan maka hasilnya akan
berupa kesimpulan yang “ragu-ragu” (skeptis) atau ilhad (atheisme).
b. Tidak terjerumus ke dalam oportunisme penalaran yang menafikan (meniadakan) kekuasaan
absolut di belakang hejala alam di amatinya, karena bila demikian bahaya akan timbul atas
pemikir itu sendiri. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis pikiran yang bersifat nihilis
dalam nilai-nilai kkemanusiaan dan dalam hubungannya dengan tuhan, juga menghilangkan
nilai ketuhanan.

BAB VIII
Manusia dan Proses Pendidikan
Pada masa abad-abad permulaan berdirinya sistem pendidikan klasikal, tugas
kependidikan adalah mencerdaskan daya pikir (intelek) manusia dengan melalui mata
pelajaran “menulis, membaca dan berhitung” atau terkenal dengan “3 R’ s” (writing, reading
and arithmatic). Selain itu tak terlewatkan juga untuk mencerdaskan otak dan juga mendidik
akhak atau moralitas. selain itu, Karena terjadi rising demands (kebutuhan yang meningkat),
maka perlu juga mendidik kecekatan/keterampilan tangan untuk bekerja terampil.
Ketrampilan tersebut prinsipnya terletak pada tangan (hand). Pada akhirnya proses
pendidikan itu berlangsung pada titik kemampuan berkembangnya tiga hal, yaitu head, heart
and hand (3 H’ s).
Proses kependidikan adalah Long Life Education yang dilihat dari segi krhidupan
masyarakat yang dapat dikatakan sebagai proses yang tanpa akhir.
Bila dilihat dari segi kemampuan pedagogis manusia dipandang sebagai Homo
edukandum, mahluk yang harus dididik, atau bisa disebut animal educabil, mahluk sebangsa
binatang yang bisa dididik. Setiap manusia memiliki perbedaan kemampuan untuk dididik,
oleh sebab itu, fungsi pendidikan padda hakikatnya adalah melakukan seleksi melalui prose
kependidikan atas diri pribadi manusia.
Ada dua arah yang menjadi tujuan proses seeksi tersebut, yaitu.
1. Menyeleksi bakat dan kemampuan apa saja yang dimiliki manusia untuk selanjutnya
dikembangkan melalui proses kependdikan.
2. Menyeleksi sampai dimanakah kemampuan manusia dapat dikembangkan guna
melaksanakan tugas hidupnya dalam hidup bermasyarakat.
Proses kependidikan manusia adalah usaha yang sistematis dan berencana untuk
menyeleksi kemampuan belajar manusia agar dapat berkembang sampai pada titik optimal
kemampuannya, yaitu mengembangkan potensi kapabilitasnya semaksimal mungkin, melalui
proses belajar mengajar.
Dari segi psikologis, terjadi suatu pertumbuhan dan perkembangan secara dialektis atau
secara interaksional antara individualitas dan sosialitas serta lingkungan sekitar. Sehingga
terbentuklah suatu proses biologis, psikologis, dan sosiologis sekaligus dalam waktu
bersamaan. Yang dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian faktor-faktor sebagai berikut.
(Faktor Kemampuan Dasar) X (Faktor Lingkungan) X (Waktu) adalah
Suatu Tingkatan Perkembangan Manusia
Proses kependidikan merupakan perkembangan alamiah manusia, yaitu suatu proses
yang harus terjadi terhadap diri manusia. Hal itu merupakan pola perkembangan hidupnya
yang telah ditentukan oleh Allah, atau dikatakan sebagai “sunnatullah”.
Allah berfirman dalam (QS. Al-Mu’minuun:12-14) yang artinya.
“sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari sari pati tanah, kenudian Kami
jadikannya dari setitik nutfah yang tersipan dalam tempat yang aman, yang teguh (dalam
rahim ibu). Kemudian air mani (nutfah) itu Kami jadikan ‘alaqoh (segumpal darah)
kemudian Kami jadikan segumpal daging (mudghah) itu menjadi tulang belulang). Kemudian
tulang belulang itu Kami selimuti dengan daging. Setelah itu Kami jadikannya suatu bentuk
yang lain (yaitu bentuk manusia), maka berkah Allah maha pencipta yang paling utama”.
Ayat di atas menunjukkan bagaimana manusia berproses dalam pertumbuhan
biologisnya sejak alam periode pranatal, hingga menjadi bentuk manusia sempurna.

BAB IX
Berbagai Pandangan Tentang Proses Kependidikan
Proses pendidikan adalah suatu prosespengembangan kemampuan dasar atau bakat
manusia dengan sendirnya, sesuai hukum perkembangan, yaitu hukum kesatuan organis
(perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh dalam seluruh organ-organnya, baik
jasmani maupun rohani). Fungsi kejiwaan manusia saling mempengaruhi antara satu sama
lain, (yang meliputi pikiran, kemauan, perasaan, ingatan, dan nafsu-nafsu yang senantiasa
berkembang secara menyeluruh, menyatu antara satu dengan yang lain).
Menurut ahli pedagogi Prof. Drs.A. Sigit, manusia dalam perkembanganya mengalami
proses dalam tiga faktor perkembangan yang saling mempengaruhi, yaitu faktor pembawaan,
faktor lingkungan sekitar, dan faktor dialektis (proses saling mempengaruhi antara kedua
faktor tersebut).
Jadi, taampaklah bahwa faktor lingkungan mempunyai dampak besar sekali bagi
pembentukan pribadi manusia, aliran Empirisme ini menurut aliran filsafat pendidikan
disebut sebagai faktor yang paling dominan dampaknya terhadap proses perkembangan
manusia. Berbeda dengan Nativisme yang berpandangan bahwa faktor pembaawaan atau
bakat serta kemampuan dasar penentu dari proses perkembangan manusia.
Bila dibandingkan dengan Konvergensi, yang menganggap bahwa proses pekembangan
manusia itu selalu ditentukan oleh perpaduan pengaruh dari faktor pembawaan (kemampuan
dasar) dan faktor lingkungan sekitar, baik yang sengaja (seperti pendidikan) maupun yang
tidak disengaja, seperti pergaulan dan lingkungan alam yang selalu berproses secara interaksi
dalam pembentukan watak dan kepribadian manusia. yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana proses tersebut dapat diarahkan kepada tujuan yang diinginkan oleh peradaban
masyarakat.setiap manusia memiliki sifat individualitas dan sosialitas sebagai mahluk tuhan
baru terbentuk dengan utuh (integrated) bila dlandasi dengan faktor moralitas (kemampuan
bersusila).
Berbeda dengan pandangan di atas, islam yang penuh dengan ajaran etis dan normatif
yang bertolak dari asas hidup dalam perikeseimbangan sepenuhnya menghargai potensi
rohaniah dan jasmaniah manusia bagi kehidupan di alam nyata ini. Pandangan islam lebih
bercorak konvergensi daripada empiris dan nativis karena mengakui adanya pengaruh
internal keimanan dalam pribadi dan pengaruh eksternal yang berupa kegiatan sosial dalam
mayarakat.
Firman Allah, sebagai pegangan dalam menganalisis hakikat manusia.(QS. Ali-Imran:112)
‫ْل‬
ٍ ‫َح‬
‫َب‬ ‫َ هللاِ و‬
‫ِن‬ّ ٍ
‫م‬ ‫ْل‬‫َب‬
‫ِح‬‫ِالَّ ب‬
‫ْآ ا‬‫ُو‬
‫ِف‬ ُ ‫ما‬
‫ثق‬ َ َ
‫ين‬َْ َ‫ِل‬
‫ة ا‬ ّ
َّ‫الذ‬ ُ
‫ِم‬‫ْه‬
‫لي‬ََ
‫ْ ع‬
‫بت‬ ‫ُر‬
َِ ‫ض‬
)112 : ‫(آل عمران‬.... ِ‫َّا س‬ ‫َ الن‬‫ِن‬‫م‬
Artinya : “ditimpakan kehinaan kepada mereka dimanapun berada, kecuali mereka yang
mengadakan ikatan hubungan dengan Allah dan (sekaligus) membentuk tali hubungan
sdengan sesame manusia (masyarakat)”.
Lain halnya dengan pandangan pragmatisme dalam kependidikan, seperti yang
dikemukakan oleh John Dewey (AS), bahwa “Education is the process without end”
(pendidikan adalah proses tiada akhir) dan proses itu berlangsung dalam berbagai tujuan,
yaitu sebagai berikut.
a. Proses transmisi dan transformasi kultural (kebudayaan) dari generasi ke generasi
b. Proses komunikasi karena masyarakat terbentuk dalam siste komunikasi
c. Proses direksi (pengarahan) terhadap lingkungan sekitar
d. Proses konservasi dan progresif, yaitu mengawetkan kebudayaan dan memajukan
kebudayaan sekitar
e. Proses rekapitulasi dan rekonstruksi: proses pengulangan kebudyaan nenek moyang manusia
dan sekaligus menyusun kembali (reogarnize)pengalaman yang akan memperbesar abilitas
(kecakapan) mengarahkan proses pengalaman berikutnya
Education by process ini bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada
anak didik sehingga terbentuklah suatu pribadi yang “belajar dan berbuat” (learning by
doing). Pandangan islam bahwa segala kejadian ini, termasuk kejadian manusia, diberlakukan
oleh tuhan suatu proses kehidupan. Maka tak dapat diingkari lagi bahwa implikasi pandangan
islam demikian mengandung pemikiran progresivisme, karena proses yang terjadi pada
“kejadian” dalam kehidupan ini bertendensi kearah kemajuan secara tahap demi tahap
menuju ke arah kesempurnaannya sebagai titik optimalnya. Dibawah ini firman allah yang
dapat dijadikan sumber pandangan progresivisme.
‫ْو‬
‫َارا (نوح‬ ‫َط‬ ‫ُم‬
‫ْ ا‬ ‫َك‬
‫لق‬ََ َْ
‫د خ‬ ‫ و‬.‫َارا‬
‫َق‬ ‫َق‬ َْ
‫ن هللِ و‬
ِ ‫ْج‬
‫ُو‬ ََ‫ْ ال‬
‫تر‬ ‫ُم‬‫ما َلك‬
َ
)13 -14:
Artinya: “mengapa kamu tidak mempercayai kebesaran Alla, padahal Dia menjadikan
kamu melalui proses setingkat demi setingkat. (QS. Nuh- 13-14).
Akhirnya kita dpat menyimpulkan bahwa: Untuk mencapai titik optimal perkembangan
dan pertumbuhan, manusia harus menempuh proses kependidikan yang berlangsung secara
progresif di atas kemampuan dasar masing-masing, Proses itu diperlancar dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, baik yang disengaja seperti pendidikan maupun seperti yang tidak
disengaja seperti alam sekitar atau pergaulan sosialnya.

BAB X
Kemampuan Belajar Manusia
Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal, tidak dapat terlepas dari filsafat
dalam bidang Epistemologi. Kemampuan manusia terbentuk karena adanya realita sebagai
objek pengamatan indra.
Filsafat yang beraliran idealisme memandang baha realita itu bukan hakikat kebenaran
yang ditangkap oleh panca indra manusia. Pencetus aliran ini seorang ahli filsafat kuno di
Yunani; antara lain Plato, yang kemudian berkembang luas.
Cabang aliran idealisme ini misalnya berupa aliran paham Spiritualisme (serba roh),
panpsychisme (segala sesuatu berasal dari jiwa), dan Rationalisme (ratio/akal yang dapat
menemukan kebenaran hakiki). Pengertian tentang realita di alam ini, menurut aliran
idealisme adalah sebagai suatu kekuatan yang memiliki corak dan sifat kongruen (sesuai)
dengan jiwa. Makna jiwa menurut aliran idealisme.
a. Suatu kekuatan yang ada di dalam diri manusia yang mampu mendorong timbulnya
kebudayaan serta dapat meresapinya.
b. Suatu kekuatan yang dapt di objektifkan (dinyatakan) dalam bentuk kebudayaan itu. Jiwa
yang di objektifkan itu akhirnya meluas pengaruhnya kepada pembentukan jiwa bangsa (folk
geist).
Kesimpulannya adalah semua kenyataan itu senantiasa kongruen dengan alam ide, yaitu
suatu alam kejiwaan. Kejiwaan yang dapan menentukan realita ini, oleh aristoteles disebut
dengan entelichie (suatu kekuatan rohaniah yang bekerja dari dalam dan bersemayam di
dalam segala kenyataan itu.
Paham filsafat idelisme pada abad ke-20 ini, banyak aliran idealisme yang mempunyai
corak khusus, yaitu.
a. Idealisme subjektif : individu manusia itulah yang menjadi produsen (penghasil) kenyataan.
Tokohnya yaitu Berkeley
b. Idealisme objektif : roh manusia hanyalah bagian dari “roh umum” yang menggerakkan alam
nyata ini, sehingga jiwa individual itu tidak berfungsi lagi karena roh umum bersifat
transendent (menembus, mengatasi segalanya).
c. Idealisme rasionalistis : jiwa adalah akal pikiran manusia. Tokohnya Hegel
d. Idealisme religius : kenyataan ini didasarkan atas ajaran agama (islam, yahudi dan kristen).
Panca indra manusia merupakan pintu gerbang dari pengetahuan yang makin
berkembang. Oleh sebab itu manusia harus menggunakannya untuk menggali pengetahuan,
Allah berfirman dalam (Qs. Al-Isra’ :36)
َ
‫َر‬ ‫ْلب‬
‫َص‬ ‫َا‬‫َ و‬
‫ْع‬ َّ‫ٌ ا‬
‫ِن السَّم‬ ْ‫ِ ع‬
‫ِلم‬ ‫ْسَ َلكَ ب‬
‫ِه‬ ‫ما َلي‬َ ُ‫ْف‬
‫تق‬ ََ
َ ‫ال‬ ‫و‬
)36 : ‫ُال (االسرآء‬ َ ‫ه‬
‫مسْؤ‬ ُْ
‫َن‬ َ‫َا‬
‫ن ع‬ ‫ِكَ ك‬ َ ُ
‫ولئ‬ ‫ُل‬
‫ُّ ا‬ َ‫َا‬
‫د ك‬ ‫ُؤ‬ ْ َ
‫الف‬ ‫و‬
Artinya: “Dan janganlah kamu ikut-ikutan saja tentang hal-hal yang kau tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, hati dan semuanya akan
dimintai tanggung jawabnya tentang hal itu.”
di dalam islam dikenal adanya “fitrah”, yaitu kemampuan dasar beragama yang dalam
perkembangannya bagi seseorang banyak dipengaruhi oleh langkah-langkah pendidik.
Manusia memiliki faktor potensial yang disebut “insting” (gharizah) bagaimanapun
dipengaruhi dari luar untuk dibentuk menjadi yang lain ataupun dihapuskan sama sekali,
tetap bertahan dalam eksistensinya.
Firman Allah dalam (QS. Ar-Ruum :30) yang artinya sebagai berikut.
“maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan secara lurus, twtaplah pada
fitrah Allah, yang telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada yang dapat
mengubah fitrah Allah.(itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.”
Naturalism, yaitu suatu paham yang menganggap bahwa kenyataan yang sebenarnya
adalah alam semesta yang lahiriah ini, tidak ada alam lain di balik alam nyata ini. Islam
mengajarkan kita agar tidak menyerah kepada pengaruh lingkungan alam dimana kita hidup
dan berkembang.
Dilihat dari segi mental psikologis, dalam diri manusia telah diberikan suatu
kekuatan/kemampuan rohaniah untuk memilih alternative mana yang baik dan mana yang
buruk. Tertuang dalam firman Allah (QS. Asy-Syams : 7-10) yang artinya “Demi jiwa dan
apa yang menyempurnakanmu, maka Allah mengilhamkannya (dengan kemampuan) memilih
jalan yang buruk dan jalan ketaqwaannya, sungguh beruntung orang yang membersihkan
jiwanya dan sungguh rugilah orang yang mengotorinya”.
Kemampuan belajar seseorang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai suatu kemampuan
ikhtiariahnya sendiri melalui proses belajar mengajar dalam berbagai cara, dimulai dari sejak
lahir sampai meninggal dunia (long life edication).
Pandangan Ontologis (filsafat tentang realitas alam dn yang ada di balik alam nyata),
menurut islam adalah bersumber pada kekuatan yang tunggal, yaitu Allah yang
menciptakannya. Realitas yang ditangkap oleh pengetahuan manusia sangat terbatas, tidak
mampu menjangkau apa yang dirahasiakan Tuhan sendiri seperti tentang roh dan dzat Allah
sendiri. Dan disini Islam tidak sejalan dengan pragmatisme yang ciri fundamentalnya adalah
sekularisme (nilai-nilai yang dipegang hanya yang sesuai dengan kultur msyarakat) apa yang
berguna bagi masyarakat adalah menjadi ukuran baik dan buruknya proses belajar dan
mengajar. Sedangkan islam meletakkan system nilai-nilai absolut (yang bersifat tetap dan
normatif) yang digariskan oleh Tuhan dalam Al-qur’an dan Hadits sebagai sumbernya.

BAB XI
Kurikulum dalam Lembaga Pendidikan Islam
Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah memberikn kompas atau arah
dan tujuan pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam yang hendak dicapai harus
direncanakan(diprogramkan) dalam kurikulum.
Adapun pengertian harfiah kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin, a little
racecourse (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga), yang kemudian
dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi circle of instruction yaitu suatu lingkaran
pengajaran, dimana guru dan murid terlibat di dalamnya. Kurikulum bukan merupakan
sekedar rangkaian ilmu pengertahuan yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut
juga semua hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
Dalam kaitan dengan pengetahuan apa sajakah yang harus diajarkan dan dipelajari
didalam proses pendidikan dalam rangkai mencapai tujuan yang ditetapkan, berikut beberapa
pandangan dari para filsof.
1. Herman H. Horne berpendapat bahwa substansi apa yang harus dimasukkan didalam
kurikulum itu merupakan isi kurikulum, yaitu :
a. The ability and needs of children (kemampuan yang diperoleh dari belajar dan kebutuhan
anak didik) dapat diketahui dari psikologi.
b. The legitimate demands of society ( tuntutan yang sah dari masyarakat ) .diketahui dari
sosiologi
c. The kind of universe in which we live (keadaan alam semesta dimana kita hidup) dari
filsafat.
2. Al Ghazali, ahli tasawuf pada abad ke-5 H (450 H). atau tahun 1058 M. diberi gelar hujjatul
Islam. Beliau membagi menjadi tiga kelompok ilmu pengetahuan yang terlarang dipelajari
atau wajib dipelajari oleh peserta didik, yaitu.
a. Ilmu yang tercela, banyak atau sedikit. Karena tidak ada manfaatnya.
b. Ilmu yang terpuji, banyak atu sedikit. Harus dipelajari karena akan membawa orang kepada
jiwa yang suci.
c. Ilmu terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh dipahami, misalnya ilmu filsafat
Dari ketiga ilmu tersebut, Al Gazali membagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu.
1) Ilmu yang fardhu (wajib), yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber dari kiitab suci Allah.
2) Ilmu fardu kifayah, misalnya ilmu hitung, ilmu kedokteran, dll.
Al Gazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari disekolah.sebagai
berikut.
a) Ilmu Al-qur’an dan ilmu Agama
b) Sekumpulan bahasa (nahwu, mahraj serta lafadz-lafadznya, dll)
c) Ilmu-ilmu fardhu kifayah (kedokteran, ilmu hitung, dll)
d) Ilmu kebudayaan (sya’ir, sejarah, dll)
3. Ibnu Sina, seorang filosof dan ahli kedokteran muslim yang dilahirkan pada tahun 985 M di
Afsyanah, dekat Bukhara. Beliau berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu ada dua jenis,
yaitu ilmu nazhori (teoretis) dan ilmu amali (praktis). Yang tergolong ilmu dazhori ialah ilmu
alam dan ilmu riyadhi (ilmu urai atau matematika)
Ilmu Illahi (ketuhanan) ilmu yang mengandung tentang I’tibar tentang wujud kejadian
alam dan seisinya melalui penganalisaan yang jelas dan jujur sehingga diketahui siapa
penciptanya.
Ilmu amali (praktis) adalah ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia dilihat
dari segi tingkah laku individualnya. Menyangkut juga tentang ilmu akhlak.
4. Ibnu Khaldun, seorang ahli filsafat dan sosiologi dilahirkan di Tunis pada tahun 732 H atau
1332 M.
a. Ilmu lisan (bahasa) yaitu ilmu lughah, bahwu, bayan, dan sastra (adab) atau bahasa yang
tersusun secara puitis(sya’ir)
b. Ilmu naqli, yaitu ilmu yang di ambil dari kitab suci dan sunnah nabi.
c. Ilmu aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau
kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
Dari segi kepentingan nya untuk para pelajar, Ibn Khaldun mengklasifikasikan ilmu menjadi.
a) Ilmu syar’iyah dengan semua jenisnya
b) Ilmu fisafat seperti ilmu alam dan ketuhanan
c) Ilmu alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu lughah, nahwu,dsb
d) Ilmu alat yang membantu ilmu filsafat seperti ilmu mantiq (logika)
5. Ikhwanussofa, adalah suatu perkumpulan para mujtahidin dalam bidang filsafat yang lebih
banyak memperhatikan masalah kependidikan.
Diantara pendirian ikhwanussofa tentang masalah kependidikan adalah sebagai berikut.
a. Mencari ilmu adalah wajib, karena dengan ilmu manusia dapat mendekatkan diri kepada
tuhan, dan dapat mengenal-Nya serta beribadah kepada-Nya.
b. Mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah wajib.
c. Mencari ilmu harus berlangsung sam[pai usia 50 tahun
d. Guru harus memperhatikan kecenderungan anak dan kemampuan anak dalam menagajar.
Ilmu yang harus diajarkan tidak lain adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi .

Menurut kilpatrick, suatu kurikulum yang baik perlu didasarkan kepada tiga
prinsip.yaitu:
1. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang sekolah.
2. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang
bulat dan menyeluruh (all round living).
3. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas eberhasilan sekolah,
sehingga anak didik mampu berkembang dalam kemampuannya yang aktual untuk aktif
memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diamalkan.

BAB XII
Metode dalam Pendidikan Islam
Dalam pengertian letterlijk, kata metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari
meta yang berarti “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan”. Dan digabungkan menjadi “jalan
yang dilalui”. Metode memiliki fungsi ganda, yang bersifat polipragmatis dan mono
pragmatis.
1. Metode dalam Pendidikan atau Pengajaran
Ada anggapan bahwa pendidikan dan pengajaran itu berbeda, padahal sejatinya pendidikan
itu sudah mencakup pengajaran di dalamnya. Pendidikan lebih menitik beratkan pada
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sedangkan pengajaran lebih menitik beratkan
kemampuan maksimal intelektual dalam menerima, memahami, menghayati dan menguasai
serta mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Metode diartikan sebagai “cara” mengandung arti fleksibel (lentur)sesuai situasi dan kondisi,
dan mengandung implikasi “mempengaruhi” serta ssaling ketergantungan antara pendidik
dan peserta didik. Tujuan mempergunaan suatu metode yang paling tepat dalam pendidikan
ialah untuk memperoleh efektivitas dari kegunaan metode itu sendiri.
2. Metode tang dipergunakan dalam pendidikan islam
Berikut beberapa ahli dan metode yang digunakan dalam pendidikan islam.
a. Al Ghazali
Beliau menyatakan “secara potensial, pengetahuan itu ada di dalam jiwa manusia bagaikan
benih di dalam tanah. Dengan melalui belajar potensi itu barru menjadi aktual.” Dalam hal
mendidik, Al Ghazali mengambil sistem yang berasaskan keseimbangan antara kemampuan
rasional dengan kekuasaan Tuhan, antara kemampuan penalaran dengan pengalaman mistik
yang memberikan ruang bekerjanya akal pikiaran, dan keseimbangan antara berpikir deduktif
logis dengan pengalaman empiris manusia.
b. Ibn Khaldun (tunisia, 1332 M/732H seorang ahli sejarah dan sosiologi)
Menurut beliau, metode yang digunakan harus bersifak psikologs.misalnya mengajarkan Al-
Qur’an kepada anak yang harus diakhirkan setelah mengajarkan bahasa arab dan sastra atau
berhitung. Menurutnya bahwa dalam Proses Belajar Mengajar (pendidikan) akal pikiran
manusia menjadi potensi psikologis yang utama
c. Ibn Sina (lahir pada tahun 985 M)
Pendidikan yang ditekankan beliau adalah pendidikan moral. Menunjukkan bahwa paham ibn
sina dalam pendidikan adalah idealisme. Metode-metode yang digunakan dalam mendidik
akhlak anak antara lain adalah metode pembiasaan, perintah dan larangan, dll.
3. Prinsip-prinsip metodologis dalam Al-Qur’an
Terdapat tiga sistem pendekatan metodologis, yaitu.
a. Pendekatan psikologis (aspek rasional atau intelektual)
b. Pendekatan sosiokultural (manusia sebagai mahluk sosial)
c. Pendekatan scientific (manusia dikaruniai daya (potensi) untuk menciptakan sesuatu yang
baru untuk dikembangkan)
Ada beberapa aspek yang kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu pada
hakikatnya tercermin dalam gaya bahasa khitbah tuhan yang bersifat direktif, diantaranya.
1) Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya untuk menelaan dan mempelajari
gejala-gejala kehidupan di alam semesta ini.
2) Metode mendidik secara berkelomppok yang dapat disampaikan dengan metode mutual
education.
3) Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu bersifat mengajar yang
lebih menitikberatkan ada kecerdasan dan pengetahuan.
4) Dll.
BAB XIII
Tujuan Pendidikan Islam
Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu
perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam priibadi manusia yang diinginkan.
Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah tujuan yang merealisasikan idealitas islami (yang
pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari dan dijiwai oleh
iman kepada Allah SWT.
Adapun dmensi kehidupan yang mengandung nilai ideal islami dapat kita kategorikan
kedalam tiga macam, yaitu:
1. Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia.
2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih
kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan (mengintregasikan) antara
kehidupan duniawi dan ukhrowi.
Duniawi, bagi islam mengandung nilai ukhrowi karena dengan amal baik di dunia.
sedangkan ukhrawi adalah tujuan akhir kehidupan manusia muslim.
Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan islam berada di dalam garis yang sama dengan
misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan
kesejahteraan dan kebahagiaan.
1. Berbagai Komponen Tujuan
Secara teoretis dapat dibedakan sebagai berikut.
d. Tujuan Normatif
Suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah (norma-norma) yang mampu
mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan. Mencakup :
(tujuan formatif, selektif, determinatif, integratif dan aplikatif).
e. Tujuan fungsional
Untu memfungsikan daya kognitif, afektif dan psikomotor. Meliputi (tujuan individual,
sosial, moral dan profesional).
f. Tujuan operasional
Sasarannya adalah teknis manajerial. Meliputi (tujuan umum atau tertinggi, intermediar,
partial, insidental dan tujuan khusus).
2. Formulasi Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan islam merupakan cita-cita ideal yang mengandung nilai islami terhadap
mana proses kependidikan diarahkan.
Pendidikan islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada
tiga dimensi hubungan selaku manusia sebagai “khalifah” dimuka bumi,yaitu.
a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan tuhannya.
b. Membentuk sikap yang harmonis, selaras dan seimbang dengan masyarakat.
c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan
alam yang telah diciptakan oleh Allah SWT.
Tujuan pendidikan islam meletakkan tekanan pada kemampuan manusia untuk mengelola
dan memanfaatkan potensi pribadi, sosial dan alam sekitar bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Sedangkan pendidikan umum hanya ingin menggapai duniawi yang sejahtera.
BAB XIV
Sistem Nilai dan Moral Islami
Nilai dan Moral Islami adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih
yang saling mempengaruhi, bekerja dalam satu kesatuan, yang berorietasi pada nilai dan
moralitas islami.
Berikut nilai-nilai yang tercakup didalam sistem nilai islami yang merupakan
subsistem, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam
b. Sistem nilai sosial yang dapat berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia
di akhirat.
c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong oleh
fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi
sumber rujukannya. Yakni islam. Dll
Sistem moral islami, menurut Sayyid Abul A’la Al-Maududi, memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Keridhoan Allah merupakan tujuan hidup muslim.
2) Semua lingkup kehidupan manusia senantiasa ditegakkan di atas moral slami, sehingga dapat
menguasai penuh semua urusan manusia.
3) Islam menuntut manusia untuk melaksanakan sistem kehidupan yang didasarkan atas norma-
norma kebajikan dan jauh dari kejahatan.
Fungsi nilai islam yang absolut adalah menuntut dan mengerahkan nilai-nilai kultural
yang kualitasnya bersifat relativistis, yaitu nilai yang bergantung pada situasi dan kondisi
perkembangan kebudayaan manusia.
1. Nilai-nilai yang berkualitas relatif
Nilai-nilai moral dan etika menurut paham ini, bersifat relatif, tidak mutlak, dan berubah-
ubah tergantung pada waktu dan tempat. Yang menjadi alat pemenuhan kebutuhan mental
budaya manusia itu sendiri. Sehingga yang baik dan buruk tak lagi dipermaslahkan.
Penalaranlah yang menentukan baik atau buruk, benar atau slah.
2. Paham Naturalisme, Pragmatisme, dan Idealisme
Paham naturalisme berorientasi pada naturo-centris (berpusat pada alam),kepada tubuh
jasmaniyah, pancaindra dan pada hal yang bersifat aktual (nyata).
Paham pragmatisme berorientasi pada pandangan antroposentris (berpusat pada manusia),
kepada batin manusia, kemampuan kreatifitas dan pertumbuhan manusia.
Paham Idealisme berorientasi pada ide-ide yang teosentris (berpusan kepada Tuhan), kepada
jiwa (soul), kepada spiritualitas, kepada hal-hal yang ideal (serba cipta), kepada norma-norma
yang mengandung kebenaran mutlak.dan kesediaan berkorban serta kepada personialitas
(kepribadian) manusia.
3. Paham idealisme islam tentang sistem nilai dan moralitas
Menurut DR. Mohammad Fadhil Al Djamaly, pembentukan kepribadian peserta didik harus
diarahkan kepada sasaran-sasaran berikut.
a. Pengembangan iman
b. Pengembangan mempergunakan akal (berpikir)
c. Pengembangan potensi berakhlak mulia dan berkomunikasi dengan baik

BAB XV
Manusia dan Fitrah Perkembangan
Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah
tersebut, pendidikan merupakan sarana (alat) yang dapat menentukan sampai mana titik
optimal kemampuan seorang insan.
Untuk mencapai kemampuan yng optimal, pasti ada metode ikhtiariyah yang
bermacam-macam. dalam Al-Qur’an QS. An-Najm ayat 39 yang artinya “bahwa seseorang
tidaklah akan memperoleh selain apa yang telah diusahaknnya.”
1. Individualisasi dan Sosialisasi
Didalam diri manusia terdapt yang namanya fitrah yaitu kemampuan berpikir manusia
dimana rasio atau intelegensia (kecerdasan) menjadi pusat keseimbangannya.
Fitrah diartikan kemampuan dasar untuk berkembang dalam pola dasar keislaman karena
faktor kelemahan diri manusia sebagai ciptaan tuhan yang harus berserah diri kepada-Nya.
Didasarkan atas firman Allah dalam (QS. Ar Ruum : 30) yang artinya “maka hadapkanlah
wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli). Itulah
fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia di atas fitrah itu, taka ada perubahan atas
fitrah ciptaan-Nya, itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak mengetahuiya.”
2. Pengembangan kepribadian
Menurut Fillmore H. Sandford, kepribadian merupakan susunan yang unik dari sifat-sifat
seseorang yang berlangsung lama.
Bagi kaum iealis, kepribadian seseorang sebagai sasaran proses kependidikan dijadikan tolok
ukur keefektifan nilai dari sistem kependidikan. Bagi mereka kehidupan yang realisasinya
membentuk tujuan hidup dan belajar yang benar adalah berupa watak (karakter), keadilan
sosial, ketrampilan, seni, cinta, pengetahuan, filsafat, dan agama.
3. Kepribadian Muslim
Imam besar Al Azhar, Mahmud Syaltut membedakan kepribadian islam menjadi dua
kategori, yaitu kepribadian yang bersumber dari perasaan (Syakhsijah al hassijah) dan
kepribadian yang bersumber dari identitas (syakhshiyyatul Maknawiyyah).
Menurut syaltut, menurut sumbernya dibagi menjadi 3 macam.
a. Kepribadian bangsa
b. Kepribadian kemanusiaan; dan
c. Kepribadian kewahyuan
4. Proses Internalisasi Nili-Nili Islami
Dapat dilakukan melalui dua macam, yaitu.
a. Pendidikan yang dilakukan sendiri (self education)
b. Pendidikan melalui orang lain (education by another) melalui kerjasama.

BAB XVI
Penutup
Sistematika filsafat pendidikan islam masih dalam proses penataan yang akan menjadi
kompas bagi pengembangan teorisasi pendidikan islam selanjytnya. Analisis filosofis filsafat
pendidikan islam bertumpu pada hal-hal sebagai berikut.
1. Sumber-sumber filsafat pendidikan islam berisi informasi dasar kewahyuan (relatif) yang
telah tersedia dalam kitab suci Al-Qur’an.
2. Untuk merealisasikan cita-cita islami, metode merupakan suatu faktor pelancar dari proses
kependidikan.
3. Ada tiga macam permasalahan pendidikan islam dilihat dari analisis filosofis, sebagai
berikut.
a. Permasalahan content (isi) pendidikan islam.
b. Metode juga amerupakan permasalahan yang memerlukan analisis-filosofis.
c. Tujuan pendidikan (aim of education)
4. Aliran paham kefilsafatan dalam pendidikan yang ada sampai kini, menunjukkan adanya
aspirasi kelompok manusia yang pada dasarnya menginginkan realisasi nilai-nilai
kemanusiaan kedalam berbagai aspek kehidupan manusia. Ada beberapa aliran sebagai
berikut.
a. Aliran progresivisme
b. Aliran essensialisme
c. Aliran perenialisme
d. Aliran rekonstruksionisme

:::Semoga Bermanfaat:::

Anda mungkin juga menyukai