Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODE MEMPELAJARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. M. Zainuddin,,i MA.

Oleh:
Ahmad Riza Hendrawan
NIM: 200101220004

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,,i ipuji isyukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan limpahan rahmat,,i taufik,,i dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Metode Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Prof. Dr. H. M. Zainuddin,,i MA. selaku Dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Qur’an. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu,,i kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami bagi pembaca.
Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami dan juga para pembaca.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Malang,,i 18 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam .................................................... 4

B. Metode tahapan mempelajari filsafat Pendidikan Islam ........................ 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

A. Kesimpulan ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan iIslam imerupakan bagian dari kehidupan dan kemanusiaan.
Setiap aktivitas kehidupan manusia selalu terkait idengan pendidikan iIslam.
Manusia itanpa pendidikan maka dia tidak lebih dari makhluk lain seperti
binatang. Urgensi manusia imewujudkan dirinya dapat aktualisasi diri dan
fungsinal,,imaka harus didukung oleh pendidikan Islam. Oleh sebab itu,,i
Pendidikan Islam bersikap luas dan universal serta mencakup isegala bidang
kehidupan manusia.
Proses ikegiatan pendidikan idimulai sejak wahyu ipertama
iditurunkan,,i yaitu isuratial-Alaq ayat 1-5. Turunnyaiayat tersebut
menjadiiilandasanibahwa Allahi memerintahkan iumatimanusiaiuntuk
imembaca,,i imerenungkan,,i menelaah,,i meneliti,,i atau mengkaji segala
sesuatu yang ada di jagad raya. Berawalidari makna-maknaiyang terkandung
dalamisurat al-Alaq ayati1-5,,i manusia memikirkan,,i menelaah dan meneliti
bagaimana pelaksanaan pendidikan,,i isehingga muncullahipemikiranidan
teori-teori pendidikan. iTeori-teoriipendidikanyang telah digagas
menjadiilandasan untukikegiatan pendidikanpadaisaat ini.
Sebagaiisebuah sistem,,i PendidikanIslam tidakidapat dilepaskan dari
kerangka filosofisiyang mengkajiitentang masalahipendidikan Islam.
Kerangkaifilosofis yangiberbertuk gagasan iniikemudian menjadiipenunjuk
arah bagaimanaikontsruksi sistemipendidikan Islamitersebut dibentuk.
iDalam ranah filosofis,,i ihal ini dapatidilihat dari tiga iaspek yakniiontologi,,i
epistimologi,,i idan iaksiologi.1 Ontologi imerupakan iasas penetapan ruang
lingkup serta iasas penafsiraniakan hakikatipokok objekipengetahuan.2
Epistemologiimerupakan asas metedologikipemerolehan danipenyusunan

1
Jalaluddin, Filsafat Pendidikani Islam: telaah sejarah dan pemikirannya, (Jakarta: Kalam Mulia,
2011), h. 121.
2
Sudarono, Ilmu Flsafat Suatu Pengantar (Jakarta; Rineka Cipta, 1993), 188

1
bangunanipengetahuan.3 Sedangkaniaksiologi adalah asasinilai dan tujuan
pemanfaatanipengetahuan,,i dalam haliini adalahipendidikan.4
Ontologi,,i iepistemologi,,i daniaksiologi dalam kajian filsafat ipendidikan
disebutkan secara berurutan. Hal ini dikarenakan ketiga landasan tersebut dalam
kajianipendidikan salingiberkaitan; ontologiipendidikan berkaitanidengan
epistemologiipendidikan,,i epistemologyipendidikan berkaitan dengan aksiologi
pendidikan,,i idaniseterusnya.
Untuk lebih jelasnya bahwa konsep ilmu pengetahuan dalam Islam
ketika
berbicara tentang ontologi,,i epistemologi,,i dan aksiologinya tentu sama
dengan konsep pendidikan secara umum. Namun di sini akan berbeda ketika
Islam sebagai agama menjadi bagian di dalamnya. Ontologi,,i epistemologi,,i
dan aksiologi dalam Pendidikan Islam sangatlah berbeda dengan ontologi,,i
epistemologi,,i dan aksiologi dalam kajian lain. Maka untuk itu penulis akan
mencoba mengulas bagaimana sebenarnya ontologi,,i epistemologi,,i dan
aksiologi dalam pendidikan Islam sehingga dapat dikatakan berbeda dengan
pendidikan secara umum dalam kajian tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut,,i maka masalah pokok yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah: “Tahapan atau metode teratur dalam
mengenal landasan filsafat pendidikan Islam” Dari pokok permasalahan ini,,i
dapat dikemukakan sub masalah,,i yaitu: Apa pengertian filsafat pendidikan
Islam? Apa saja metode tahapan dalam mempelajari filsafat pendidikan Islam
?Sehubungan dengan permasalahan tersebut,,i maka tulisan ini bertujuan
membahas kajian filsafat pendidikan dengan fokus utama ontologi,,i
epistimologi dan aksiologi Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat pendidikan Islam?

3
Sudarono, Ilmu Flsafat Suatu Pengantar (Jakarta; Rineka Cipta, 1993), 188
4
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta; Sinar Harapan, 2003),
234.

2
2. Apa saja metode tahapan dalam mempelajari filsafat pendidikan
Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian filsafat pendidikan Islam?
2. Untuk menjelaskan metode tahapan dalam mengenal filsafat
pendidikan Islam?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Omar Mohamad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa filsafat
pendidikan Islam tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah
filsafat dalam bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Disisi
lain Zuhairini menjelaskan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah studi
tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam
terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam.
Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan
dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan
problematika pendidikan umat Islam yang selanjutnya memberikan arah dan
tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan Pendidikan umat Islam.5
Sedangkan Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam
sebagai suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam
kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Alquran dan al-Hadis sebagai
sumber primer,,i dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai
sumber sekunder. Selain itu,,i Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin
Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis,,i yakni berfikir secara
mendalam,,i sistematik,,i radikal dan universal tentang masalah-masalah
pendidikan,,i seperti masalah manusia (anak didik),,i guru,,i kurikulum,,i
metode dan lingkungan dengan menggunakan Alquran dan al-Hadis sebagai
dasar acuannya. Disisi lain Jalaludin dalam bukunya Filsafat Pendidikan
Islam,,i menyebutkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan hasil
pemikiran para filosof berdasarkan sumber yang berasal dari wahyu Ilahi,,i
sedangkan falsafah pendidikan lainnya berasal dari hasil renungan
(pemikiran) yang didasarkan atas kemampuan rasio. Hasil pemikiran yang

5
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikani Islam, terj. Hasan Langgulung
dari Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 1.

4
bersumber dari wahyu bagaimanapun memiliki kebenaran yang mutlak,,i
tidak tergantung pada kondisi ruang dan waktu. Sebaliknya hasil pemikiran
berdasarkan rasio,,i sangat tergantung kepada kondisi ruang dan waktu.6
Kajian Falsafat pendidikan Islam beranjak dari kajian falsafat
pendidikan yang termuat dalam Alquran dan hadis yang telah diterapkan oleh
nabi Muhammad SWT,,i baik selama periode Makkah maupun selama
periode Madinah. Falsafat Pendidikan Islam yang lahir bersamaan dengan
turunnya wahyu pertama itu telah meletakkan dasar kajian kokoh,,i
mendasar,,i menyeluruh serta terarah ke suatu tujuan yang jelas,,i yaitu sesuai
dengan tujuan ajaran Islam itu sendiri.7
Dilain pihak M. Arifin dalam pendahuluan buku Filsafat Pendidikan
Islam menyebutkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena
pemikiran yang mendasar,,i sistematis,,i logis dan menyeluruh (universal)
tentang pendidikan,,i yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu
pengetahuan Agama Islam saja,,i melainkan menuntut kepada kita untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.8
Selanjutnya M. Arifin menyebutkan tentang sebuah pemikiran
bercorakkan khas Islam,,i Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan
ajaran agama Islam tentang hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina
dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam,,i serta mengapa manusia harus dibina
menjadi hamba Allah yang berkepribadian demikian.9
Dalam pengertian Filsafat Pendidikan Islam yang disebut di atas
disebutkan bahwa filsafat ini didasarkan pada Alquran dan hadis sebagai
sumber primer,,i dan pendapat para ahli,,i khususnya para filosof muslim
sebagai sumber sekunder. Maka dari sini kita tahu bahwa sumber-sumber
Filsafat Pendidikan Islam itu ada dua,,i yaitu Pertama,,i sumber primer yaitu
6
Abudin Nata, Filsafat Pendidikani Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 15-16.
7
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikani Islam: Konsep dan Perkembangan
pemikirannya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), h. 3-4.
8
M. Arifin, Filsafat Pendidikani Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. xi.
9
M. Arifin, Filsafat Pendidikani Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. xi.

5
Alquran dan al-Hadis,,i dan kedua,,i sumber sekunder yaitu pendapat para
filosof muslim.
Adapun sumber sekunder dalam filsafat pendidikan Islam belum
dioptimalkan. Banyak pendapat ulama‟ yang tertulis dalam kitab klasik.
Sumber ini untuk pengembangan filsafat Pendidikan Islam. Namun demikian
secara subtansial pendapat para filosof muslim pun masih dapat
dipersoalkan,,i yaitu jika sesuatu dijadikan sebagai sumber,,i maka sumber itu
harus permanen,,i constant,,i dan tidak diperselisihkan keberadaannya.
Sedang filsafat dari manapun ia berasal atau disampaikan tetap memiliki sifat
sifat kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan kedudukannya sebagai
sumber dapat dipermasalahkan.10

B. Metode tahapan dalam mengenal filsafat pendidikan Islam


1. Ontologi
Untuk berbicara tentang ontologi pendidikan Islam. Kita terlebih
dahulu harus memahami apa itu ontologi? dan apa itu pendidikan
Islam? Berbicara tentang ontologi tentu kita tidak akan bisa
melepaskan diri dari kajian filsafat hal ini lebih kepada adanya
keterkaitan istilah ontologi dengan filsafat. Secara etimologi kata
ontologi berasal dari bahasa Yunani sebagaimana sebagaimana Adib,,i
dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontologi berasal dari kata
ontos dan logos. Ontos memiliki makna suatu wujud sedangkan
makna logos berarti ilmu.11 Sedangkan secara terminologi ontologi
adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. 12
Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang
mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa

10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikani Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 15
11
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 69.
12
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia

6
yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu). Jadi dalam ontologi yang
dipermasalahkan adalah akar-akarnya hingga sampai menjadi ilmu.13
Sedangkan objek kajian ontologi meliputi,,i ada individu,,i ada
umum,,i ada terbatas,,i ada tidak terbatas,,i ada universal,,i ada
mutlak-Tuhan Yang Maha Esa. Istilah ontologi ini lebih banyak
digunakan ketika membahas yang ada dalam konteks filsafat.14 Dari
apa yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa ontologi
adalah hakikat tentang keberadaan yang meliputi keberadaan segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Untuk lebih jelasnya
mengenai konsep ontologi di sini adalah upaya untuk membahas
tentang pendidikan Islam.
Ontologi merupakan bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada,,i
menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat.
Dalam kajian filsafat pendidikan yang difokuskan kepada kajian
ontologi pendidikan ini berusaha untuk mengupas tentang hakikat
pendidikan,,i kenyataan dalam pendidikan dengan segala pola
organisasi yang melingkupinya,,i yang meliputi hakikat tujuan
pendidikan,,i hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang
ditekankan kepada pendidik dan peserta didik,,i dan hakikat
kurikulum pendidikan.
Pengertian pendidikan secara etimologi penulis kaji dari sudut
pandang Bahasa Arab,,i diantaranya adalah; al-ta’lim,,ial-tarbiyah,,i
dan al-ta’dib. Kata al-ta’lim merupakan bentuk masdar dari kata
’alama,,i yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau
penyampaian pengertian,,i pengetahuan dan keterampilan. Kata al-
tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh,,i
mendidik,,i dan memelihara. Sedangkan kata ta’dib merupakan
masdar dari addaba yang berarti kepada proses mendidik yang lebih
13
Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Cet. I; Yogyakarta:
ANDI, 2007), h. 61.
14
Susanto, Filsafat Ilmu., 91.

7
tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti
peserta didik.15
Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti
sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak
agar mereka sebagai manusia dan sebagia warga negara dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinngginya.
John Dewey,,i mendefinisikan pendidikan sebagai proses
pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.16
Dari penjelasan tentang pengertian pendidikan,,i maka
bagaimana pula dengan pengertian pendidikan . Kata dalam
pendidikan menunjukkan warna pendidikan tertentu,,i yaitu
pendidikan yang berwarna Pendidikan yang berdasarkan ajaran.
Menurut Arifin pendidikan adalah suatu prosessistem pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah dengan berpedoman pada ajaran.17
Sebenarnya ontologi dalam kajian ini lebih menekankan pada
aspek hakikat keberadaan,,i yang dimaksud keberadaan di sini adalah
keberadaan pendidikan. Sedangkan hakikat pendidikan berkaitan
dengan hakikat manusia.18 Dalam konteks ini yang berusaha di sentuh
oleh ontologi pendidikan adalah mencoba mencari hakikat pendidikan
dan hakikat manusia. Dari pemahaman tersebut,,i sudah tentu hakikat
pendidikan atau ontologi pendidikan berakar dari kebutuhan hidup
manusia berkenaan dengan proses berpikir,,i berkemandirian dalam
berbagai macam hal baik dalam kemandirian berpikir.19

15
Samsul Nizar, Dasar- dasar Pemikiran Pendidikani Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001),
85- 91.
16
Syuaeb Kurdi & Abdul Aziz, Model Pembelajaran Efektif Pendidikani Agama Islam di SD dan
MI, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), 3.
17
M. Arifin, Ilmu Pendidikani Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), 32.
18
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikani (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 129.
19
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikani (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 130

8
Konsep pendidikan Islam kalau kita lihat pada dasarnya di awali
dengan mengenal Allah.20 Mengenal Allah adalah masalah pertama
dan utama dalam konteks pendidikan Islam. Allah sebagai Tuhan yang
menciptakan manusia,,i alam,,i dan segala sesuatu yang ada di dunia
ini merupakan Zat yang wajib di ketahui dan di yakini dengan
sepenuh hati bahwasanya Dialah Zat yang memiliki segala sesuatu
yang ada di dunia ini.
Untuk membawa manusia sampai kepada Tuhan,,i pendidikan
Islam harus memperkenalkan hakikat lain dari pendidikan Islam. Di
situ ada ilmu,,i tujuan,,i pendidikan dan peserta didik,,i dan terakhir
kurikulum. Kesemuanya itu harus ada dalam perspektif pendidikan
Islam. Dan ketika semua itu sudah dijalankan dengan baik sebagai
suatu proses pendidikan yang tepat,,i maka akan mengantarkan
manusia pada hakikat tertinggi dari keseluruah hakikat yang ada
dalam pendidikan Islam.

2. Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” berarti teori.
Dengan demikian,,i epistemologi secara etimologi berarti teori
pengetahuan.21 Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan,,i
struktur,,i metode,,i dan validitas pengetahuan dan epistemologi
merupakan disiplin ilmu yang bersifat evaluatif,,i normatif,,i dan
kritis.22

20
Kadar, Tafsir Tarbawi., 4
21
Rizal Mustansyir, Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 16; Juhaya
S. Praja, Aliran- aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Kencana, 2008), 87; Imam Wahyudi,
Pengantar, 1.
22
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar, 18- 19

9
Pengetahuan manusia itu diperoleh dengan berbagai cara dan
alat untuk memperolehnya. Adapun aliran yang berbicara tentang
masalah ini atau masalah cara memperoleh pengetahuan adalah aliran
empirisme,,i rasionalisme,,i positivisme,,i dan intuisionisme. Dari
semua jenis pengetahuan di atas maka dalam ranah inilah
epistemologi sebagai suatu alat untuk mengukur kebenaran tersebut.23
Di dalam epistemologi dibicarakan tentang sumber pengetahuan
dan sistematikanya,,i di samping itu pula epistemologi hadir guna
memperbincangkan tentang hakikat ketepatan susunan berpikir yang
secara akut pula digunakan untuk masalah-masalah yang memiliki
korelasi dengan maksud untuk menemukan kebenaran isi sebuah
pertanyaan. Sedangkan isi pertanyaan itu adalah sesuatu yang ingin
diketahui. Oleh karena itu,,i epistemologi relevan dengan ilmu
pengetahuan yang disebut dengan filsafat ilmu.24
Oleh karena epistemologi dalam hal ini adalah mencoba
mempertanyakan tentang pengetahuan,,i maka juga harus mengenal
tentang pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini kebenaran pengetahuan
dapat dibagi menjadi dua macam,,i yaitu kebenaran mutlak atau
absolut dan kebenaran relatif atau nisbi. Kebenaran absolut adalah
kebenaran yang abadi tidak berubah-ubah dan tidak bisa dipengaruhi
oleh yang lain (kebenaran tentang adanya Tuhan). Sedangkan
kebenaran nisbi,,i adalah kebenaran yang dapat berubah-ubah
(misalkan seperti penglihatan) akan dipengaruhi oleh keadaan yang
dilihatnya.25
Namun,,i dalam Islam,,i ilmu tidak hanya terbatas pada wilayah
eksperimental. Lebih dari itu,,i ilmu dalam pandangan Islam mengacu
kepada tiga aspek. Pertama,,i metafisika berasal dari wahyu,,i
mengungkap realitas agung,,i sehingga pada akhirnya akan memahami

23
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2012) h.23
24
Anas, Filsafat., 131-132
25
Ibid., 132

10
akan Tuhannya. Kedua,,i aspek humaniora dan studi yang
melingkupinya,,i meliputi pembahasan mengenai kehidupan
manusia,,i hubungannya dengan dimensi ruang dan waktu,,i
psikologi,,i sosiologi,,i ekonomi,,i dan lain sebagainya. Ketiga,,i aspek
material yang meliputi kajian tentang alam raya yang sengaja
diperuntukkan bagi manusia.26
Dalam kajian epistemologi Islam,,i ilmu pengetahuan
bersumber dari lima sumber pokok,,i yaitu indra,,i akal,,i intuisi,,i
ilham,,i dan wahyu.27 Tiga sumber terakhir,,i yaitu intuisi,,i ilham,,i
dan wahyu. Walaupun dalam kajian ini dibedakan secara tajam,,i
tetapi dapat dikatakan bahwa intuisi dan ilham seacara substanstif
merupakan “Wahyu” dalam pengertian yang lebih luas,,i sebab antara
ilham dan intuisi diberikan melalui kekuatan spiritual. Wahyu
merupakan sumber pengetahuan secara normatifdoktriner. Ketika
wahyu hanya diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya sebagai
seorang utusan,,i dalam hal ini walaupun wahyu sebagai pemberian
Allah,,i akan tetapi ilham dan intuisi diberikan tidak melalui utusan.
Ilham merupakan cahaya Allah yang jatuh di atas nurani manusia
secara bersih dan lembut,,i yang bisa datang dengan sendirinya atau
juga datang dengan cara memohon secara sungguh-sungguh sehingga
ilham,,i sama dengan wahyu,,i keduanya tidak memerlukan
pengkajian dan pencarian dalil. Intuisi pun demikian adanya,,i
merupakan pemberian langsung dari Allah sehingga memerlukan
logika atau pola pikir tertentu.28
Berkaitan dengan klasifikasi yang diberikan oleh Ibnu Khaldun
di atas masih dalam Toto,,i konferensi dunia pertama tentang
pendidikan Islam yang diselenggarakan untuk pertama kalinya pada
tahun 1977 di Mekkah,,i juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam

26
Toto, Filsafat Pendidikani., 32
27
Maimun Syamsuddin, Integrasi Multidimensi Agama dan Sains: Analisis Sains Islam AlAttas
dan Mehdi Golshani (Jogjakarta: IRCiSod, 2012), 278
28
Toto, Filsafat Pendidikani., 32

11
dua klasifikasi. Pertama,,i perennial knowledge,,i adalah ilmu abadi
yang diperoleh melalui wahyu Alquran dan Al-sunnah. Kedua,,i
acquired knowlege,,i adalah ilmu yang diperoleh melalui pengetahuan
manusia,,i baik melalui pemikiran deduktif-induktif,,i atau gabungan
keduanya.29
Sebenarnya,,i secara epistemologi landasan pendidikan mengacu
pada fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah menginginkan
agar hidupnya bermakna,,i baik untuk dirinya maupun untuk
lingkungannya. Kehidupan yang bermakna akan membawa kesadaran
pada diri manusia bahwa eksistensinya dihargai.30 Pandangan
Jalaluddin sebagaimana dalam Anas,,i menggambarkan bahwa
epistemology pendidikan,,i terutama pendidikan Islam berdasarkan
pada sumber-sumber yang diwahyukan Tuhan.31
Oleh sebab itu maka dalam hal ini Toto,,i membagi sumber
pendidikan Islam dalam dua kategori,,i yaitu sumber normatif dan
historis. Konsep normatif adalah keseluruhan konsep yang bersumber
dari Alquran dan Al-sunnah. Selanjutnya Toto,,i menjelaskan bahwa
Allah dalam konsep filsafat pendidikan Islam merupakan “Pendidik”
Yang Maha Agung,,i tidak hanya mendidik manusia tetapi mendidik
seluruh makhluk. Dalam hal ini juga Robert L. Gullick dalam Toto,,i
Nabi Muhammad dipandang sebagai seorang pendidik yang luar
biasa.32
Sementara itu,,i selain sumber normatif dalam bahasan ini juga
harus melihat sumber historisnya yang terdiri dari (a) Hasil-hasil
kajian ilmiah mengenal watak manusia,,i mulai dari pertumbuhan
secara psikologis,,i sosiologis,,i tetapi senantiasa serasi dan akidah dan
nilai dalam Islam. (b) Hasil-hasil kajian ilmiah dalam bidang
pendidikan mengenai proses belajar manusia,,i namun juga tidak

29
Toto, Filsafat Pendidikani., 36
30
Anas, Filsafat., 135.
31
Ibid., 137
32
Toto, Filsafat Pendidikani., 38-39.

12
bertentangan dengan ajaran Islam. (c) Pengalaman tentang
keberhasilan kaum muslim di dalam mengembangkan pendidikan,,i
segala bentuk dukungan pemerintah akan membawa dampak terhadap
perkembangan pendidikan Islam yang dirumuskan. (d) Nilai-nilai dan
tradisi sosial budaya masyarakat Muslim yang tidak menghambat
kemajuan dan perubahan. Dari sumber historis ini kemudian harus
dilihat sebagai suatu keselarasan dengan semangat ajaran Islam.33
Dalam upaya mendapatkan formulasi yang tepat dalam
memperbincangkan epistemologi pendidikan Islam. Dengan kata lain
metode apa yang dapat digunakan dalam melakukan kajian terutama
dalam konteks pendidikan Islam. Metode dalam konteks ini dimaknai
sebagai sarana untuk menemukan,,i menguji,,i dan menyusun data
yang diperlukan untuk pengembangan pendidikan Islam. Pada
prinsipnya,,i semua metode yang dapat digunakan dalam kajian
filsafat dapat juga dipergunakan bagi upaya pengembangan
pendidikan Islam. Secara mendasar ada tiga metode yang dapat
digunakan dalam penyelidikan filsafat,,i yaitu kontemplatif,,i
spekulatif,,i dan deduktif. Di samping ketiga metode ini,,i oleh karena
ilmu secara terus menerus mengalami perkembangan.34 Maka dalam
perkembangannya di gunakan juga metode seperti metode normatif
(pendekatan doktrinal),,i historis (berdasarkan urutan waktu dan
disebut dengan historiko filosofis),,i bahasa (analisis bahasa
menyangkut aspek rasional),,i kontekstual (dipahami dalam konteks
sosial masyarakat),,i filsafat tradisional (mengkaji sistem aliran),,i
filsafat kritis (bersifat keilmuan),,i hermeneutik (memahami wacana
yang terdapat dalam sebuah teks),,i dan perbandingan (untuk mencari
titik kelebihan dan kekurangan sebuah teori).35
Ketika mencoba membicarakan Tuhan sebagai sumber ilmu
pengtahuan. Pengetahuan tentang Tuhan sendiri adalah bagian yang
33
Toto, Filsafat Pendidikani., 40
34
Ibid., 41
35
Ibid., 42

13
tak terpisahkan dalam konteks pendidikan Islam. Adapun
epistemologi yang dapat dipergunakan untuk sampai pada
pengetahuan tentang manusia,,i alam dan Tuhan di dalam Pendidikan
Islam. Islam sendiri memiliki bentuk epistemologi tersendiri. Yang
kemudian dikenal dengan epistemologi bayani,,i36 burhani,,i37 dan
irfani.38

3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari istilah Yunani yaitu; axios yang berarti
sesuai atau wajar. Sedangkan logos berari ilmu,,i akan tetapi aksiologi
juga dapat disebut juga dengan teori nilai. Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu
tersebut. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah
hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi
aksiologi di sini adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Dewasa ini,,i istilah axios = nilai dan logos = teori istilah ini
sebenarnya lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi.39 Adapun
aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia; atau kajian
tentang nilai,,i khususnya etika.40
Lebih lanjut aksiologi meliputi nilai-nilai parameter bagi apa
yang disebut dengan kebenaran atau kenyataan. Sebagaimana
kehidupan yang kita jalani berbagai kawasan,,i seperti kawasan

36
Epistemologi bayani adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan dengan bersumber atas
teks, dalam hal ini adalah Alquran dan Hadis. Lihat Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian
Atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Belukar,
2010), 181-196.
37
Epistemologi burhani adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan dengan bersumber dari
akal. Lihat juga Muslih, halamam 207-212.
38
Epistemologi irfani adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan dengan bersumber dari
intuisi. Lihat Muslih, halaman 197-206. Ketiga epistemologi di atas adalah konsep yang
ditawarkan oleh AlJabiri. Akan tetapi epistemologi Islam juga ditawarkan oleh Al-Suhrawardi.
39
Tim Penyusun, Pengantar Filsafat (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 92-93.
40
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia

14
sosial,,i kawasan fisik materi dan kawasan simbolik yang masing-
masing menunjukkan aspeknya sendiri. Lebih dari itu,,i aksiologi juga
menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam
menjalankan ilmu praktis. Dalam pendekatan aksiologis ini ilmu harus
dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dengan cara melihat
berbagai aspek kehidupan yang melingkupinya.41
Ada dua kategori dasar aksiologis,,i yaitu (1) objektivisme dan
(2)
subjektivisme. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama,,i
yaitu,,i apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada
manusia? Dari sini,,i muncul empat pendekatan etika,,i dua yang
pertama beraliran objektivisme dan dua berikutnya beraliran
subjektivisme. Adapun yang dimaksud adalah (1) teori nilai intuitif,,i
(2) teori nilai rasional,,i (3) teori nilai alamiah dan (4) teori nilai
emotif.42
Akan tetapi aksiologi pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu
dan pengetahuan (kognitio),,i maksudnya adalah memikirkan segala
hakikat pengetahuan atau hakikat keberadaan segala sesuatu yang
bersifat fisikal dan metafisikal,,i baik yang umum maupun yang
khusus. Oleh karena itu,,i kajiannya mengarahkan diri pada dasardasar
pengetahuan dalam bentuk penalaran,,i logika,,i sumber
pengetahuan,,i dan kriteria kebenaran. Untuk itu perlu dipahami
bahwa aksiologi pendidikan secara esensial adalah terwujudnya anak
didik yang memahami ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.43
Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan
mengintegrasikan nilai dalam kehidupan manusia dan menanamkan
sikap dalam kepribadian peserta didik. Memang untuk menjelaskan

41
Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Bandung: Refika Aditama, 2011),
14-15
42
Hamdani, Filsafat Sains (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 24-25
43
Anas, Filsafat., 138-139.

15
apakah yang baik itu,,i benar,,i buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang
mudah. Apalagi,,i baik,,i benar,,i indah dan buruk,,i dalam arti
mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak,,i
jelas merupakan tugas utama pendidikan. Pendidikan harus
memberikan pemahaman atau pengertian baik,,i benar,,i bagus,,i
buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam
arti dilihat dari segi etika,,i estetika dan nilai sosial. Dalam
masyarakat,,i nilai-nilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-
nilai di dalam rumah tangga atau keluarga,,i tetangga,,i kota,,i negara
adalah nilai-nilai yang tidak mungkin diabaikan dunia pendidikan
bahkan sebaliknya harus mendapat perhatian. Ajaran Islam merupakan
perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami,,i sesuai
dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan
dengan nilai-nilai,,i tujuan,,i dan target yang akan dicapai dalam
pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut
Abuddin Nata dalam kutipan ini adalah untuk mewujudkan manusia
yang shaleh,,i taat beribadah dan gemar beramal untuk tujuan
akhirat.44
Pendidikan Islam dalam hal ini tentu tujuannya adalah
menjadikan manusia sampai pada satu tahap tertinggi dalam hidupnya.
Sebagaimana Kadar M. Yusuf,,i Islam mempunyai pandangan Khusus
tentang pendidikan. Pandangan tersebut meliputi paradigmanya
mengenai ilmu pengetahuan,,i proses,,i materi dan tujuan
pembelajaran. Hal itulah yang menjadi ciri khas dari pendidikan
Islam,,i yang tidak dimiliki oleh pendidikan lainnya.45 Ilmu
pengetahuan dalam Islam sangat erat dengan iman. Di dalam Islam
iman seseorang di bangun atas dasar ilmu pengetahuan,,i maka
bertambahnya ilmu identik dengan bertambahnya iman.46

44
Aminatul Zahroh”Aksiologi Pendidikani Islam ”http://gudangilmupendidikani.
blogspot.co.id/2013/02/ aksiologi-pendidikani-islam.htm. diakses tenggal 20 Februari 2021
45
Kadar, Tafsir., 102-103.
46
Ibid., 107

16
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan atas
dasar-dasar ajaran Islam,,i yakni Alquran dan Hadis sebagai pedoman
hidup bagi seluruh umat Islam. Melalui pendidikan inilah,,i kita dapat
memahami,,i menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai
dengan ketentuan Alquran dan Al-sunnah. Sehubungan dengan hal
tersebut,,i tingkat pemahaman,,i penghayatan,,i dan pengamalan kita
terhadap ajaran Islam sangat tergantung pada tingkat kualitas
pendidikan Islam yang kita terima.
Adapun konsep yang ditawarkan dalam kajian ini adalah untuk
memahami tentang nilai dari diadakannya pendidikan Islam. Selain
pendidikan di arahkan untuk membawa manusia kepada realitas
tertinggi di dalam hidupnya. Namun Islam sebagai agama yang
relevan dengan tuntutan zaman,,i harus bisa memberikan sebuah
resolusi nilai di dalamnya. Untuk itu,,i pendidikan Islam memberikan
sebuah konsep yang komplit baik itu nilai spiritual,,i nilai teoritis,,i
dan nilai praktis. Adapun tujuan akhir dari setiap nilai tersebut adalah
upaya untuk membawa manusia kepada realitas hidup tertinggi,,i yaitu
Tuhan. Baik ontologi,,i epistemologi dan aksiologi pendidikan Islam
tujuannya adalah untuk sampai kepada Tuhan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari artikel ini,,i perlu kiranya dikatakan kembali
bahwa kajian ontologi,,i epistemologi,,i dan aksiologi merupakan suatu
bentuk di dalam kajian filsafat. Namun kajian tersebut tidak hanya berlaku
secara umum. Artinya bahwa kajian ini dapat juga digunakan sebagai
telaah dalam kajian pendidikan terutama dalam kajian pendidikan Islam.
Di sini ontologi,,i epistemologi,,i dan aksiologi digunakan untuk
memahami,,i mengetahui,,i akar,,i sumber,,i manfaat dan tujuan dari
pendidikan Islam. Ontologi di dalam pendidikan Islam digunakan sebagai
cara untuk mengetahui tentang hakikat dari pendidikan Islam,,i sedangkan
epistemologi digunakan sebagai kajian untuk mengetahui bagaimana cara
memperoleh ilmu di dalam pendidikan Islam. Melalui beberapa metode
epistimologi,,i pendidikan dinilai berhasil dalam proses
penyelenggaraannnya jika mampu mewujudkan kecerdasan intelektual,,i
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara seimbang pada diri
peserta didik. Sedangkan yang terakhir adalah aksiologi,,i pada bagian ini
lebih difokuskan untuk menanyakan kegunaan dan tujuan dari
penyelenggaraan pendidikan Islam.

18
Daftar Pustaka
Adib,,i Mohammad. Filsafat Ilmu Ontologi,,i Epistemologi,,i Aksiologi,,i dan
Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,,i 2010
Al-Syaibani,,i Omar Mohammad al-Toumy,,i Falsafat al-Tarbiyah al-Islamiyah,,i
terj. Hasan Langgulung,,i Filsafat Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta:
Bulan Bintang,,i 1983.
Arifin,,i Muzayyin,,i Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara,,i 2005.
Arifin,,i M.,,i Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,,i Jakarta: Bumi aksara,,i 2009.
Hamdani. Filsafat Sains. Bandung: Pustaka Setia,,i 2011.
Jalaludin,,i dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan Manusia,,i Filsafat dan
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2010
Jalaludin dan Usman Said,,i Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangan pemikirannya,,i Jakarta: RajaGrafindo Persada,,i 1994.
Kadar M. Yusuf. Tafsir Tarbawi. Pekanbaru: Zanafa Publishing,,i 2011.
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kurdi,,i Syuaeb & Abdul Aziz. Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama
di SD dan MI. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,,i 2006.
Mustansyir,,i Rizal,,i Munir,,i Misnal. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,,i
2001.

19
Nata,,i Abuddin,,i Perspektif Islam tantang Pola Hubungan GuruMurid; Studi
Pemikiran Tasawuf al-Ghazali. Jakarta: Rajawali Pers,,i 2001.
Nata,,i Abuddin,,i Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Gaya Media Pratama,,i
2005.
Nizar,,i Syamsul. Dasar- dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama,,i 2001.
Qamar,,i Mujamil. Epistemologi Pendidikan dari Metode Rasional hingga
Metode Kritik. Jakarta: Erlangga,,i 2005.
Salahuddin,,i Anas. Filsafat pendidikan. Bandung,,i Pustaka setia,,i 2011.
Suriasumantri,,i Jujun S.,,i Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. Cet. XVIII;
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,,i 2007.
Sudarsono. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. jakarta: Rineka Cipta,,i 1993.
Suharto,,i Toto. Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,,i 2014.
Susanto,,i Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,,i
Epistemiologis dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara,,i 2016.
Soetriono dan Rita Hanafie,,i Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Cet. I;
Yogyakarta: ANDI,,i 2007.
Tafsir,,i Ahmad. Filsafat Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya,,i 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai