Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rijki Hardiyanti

Program studi : Teknik Informatika

Kelas : Informatika A

Semester :1

Mata kuliah : Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah

 Tugas Membuat Biografi Diri Sendiri

Pada tanggal 21 Maret 2004 di daerah Kabupaten Cianjur tepatnya di kecamatan


Cilaku,desa Sirnagalih, kampung Sukasirna lahirlah seorang bayi perempuan dari rahim
seorang ibu yang kini menjadi hal yang paling berharga dalam hidup bayi tersebut. Bayi
itu merupakan anak ketiga dari seorang pasangan suami istri yang harmonis, mereka
juga sudah memiliki dua anak perempuan sebelum bayi ini lahir. Dan bayi itu adalah
aku, mereka memberinya nama Rijki Hardiyanti. Nama tersebut sangat berarti bagi
hidupku karena nama tersebut akan mengalir sampai aku mati sekalipun dan
didalamnya mengalir doa ketulusan dari keduaorangtuaku. Memang aku pun tidak tau
apa arti sesungguhnya dari nama itu yang jelas awalan namaku yang umumnya dipakai
oleh seorang laki-laki itu adalah pemberian dari guru spiritual ayahku. Sehingga
serimgkali orang mengira aku laki- lakikarena awalan namaku, padahal ada juga
perempuan yang memakai nama tersebut hanya memang tidak banyak.

Aku lahir dalam keluarga yang cukup harmonis, sederhana, dan orangtua yang selalu
mengajarkan tentang kebaikan terutama masalah agama.Sedari kecil aku di didik untuk
menjadi manusia yang taat akan perintah agama meski begitu namanya manusia tidak
akan sempurna pasti mempunyai kesalahan dan khilaf. Ayahku merupakan seorang
penjahit sekaligus bisa dibilang ustad kampung sedangkan ibu merupakan ibu rumah
tangga pada umumnya yang kadang juga suka membantu pekerjaan ayah atau berjualan
di rumah dengan membuka warung. Ibu juga sama seperti ayah suka memimpin
pengajian-pengajian yang ada di kampung. Aku bangga dan bersyukur mempunyai
orangtua seperti mereka. Meskipun orangtuaku hanya lulusan sekolah dasar tapi
orangtuaku sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya sampai ke jenjang yang
lebih tinggi. Kini kedua anaknya atau kakakku alhamdulillah sudah menjadi sarjana dan
sekarang giliranku yang sedang berjuang disini untuk menyandang gelar sarjana pula.

Orangtuaku tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk melakukan sesuatu yang


mereka mau bahkan untuk belajar pun orangtuaku tidak pernah memaksa anaknya harus
berprestasi. Namun, orangtuaku selalu mendukung apa yang ingin dilakukan oleh anak-
anaknya selagi itu bermanfaat. Pernah dulu waktu Pendidikan Anak Usía Dini (PAUD)
di Paud Delima setiap sekolah aku selalu menangis tidak seperti anak lainnya yang
selalu ceria ketika belajar. Akhirnya hanya bertahan sampai tiga bulan saja dan kedua
orangtuaku memutuskan untuk mengajariku oleh mereka sendiri. Setiap hari aku belajar
membaca & berhitung dengan ibu. Terbukti ibuku berhasil mengajariku sendiri di
rumahnya dan aku pun tidak pernah menangis walau kadang sedikit nakal tapi ketika
mulai masuk sekolah dasar justru jadi murid yang termasuk lancar dalam membaca dan
berhitung sampai menjadi juara kelas.

Awal mula itulah yang menjadi awal semangat belajarku semakin meningkat apalagi
tatkala ayah memberi hadiah atas prestasiku. Tahun demi tahun aku di sekolah dasar
aku selalu menjadi juara kelas walau kadang naik turun karena bersaing dengan
sahabatku yang merupakan anak salah satu guru disitu. Semangatku bukannya menjadi
ciut malah jiwa kompetetifnya semakin menjadi sampai aku berhasil meraih prestasi
lomba aksara sunda tingkat kecamatan. Mungkin karena efek sifat ketomboyanku ini,
karena selain namaku seperti laki-laki, dulu aku juga seperti laki-laki dan kebanyakan
teman mainku juga adalah laki-laki. Sejak kelas 1 SD sampai kelas 6 SD di SDN
Sirnagalih aku masih belum memakai hijab padahal teman perempuan ku sudah banyak
yang memakainya bahkan sejak kelas 3 SD. Bukannya aku tidak mengerti masalah
hukum hijab untuk perempuan bahkan banyak yang sering menyindirku entah itu guru
bahkan teman- teman sampai menyebut aku non muslim. Namanya masih kecil
sebenarnya bukan tidak mau tapi aku tidak terbiasa dan kalaupun memakainya aku akan
menjadi pusat perhatian dan teman-teman sering mengataiku ketika aku memakainya
sehingga aku risih dan itulah yang membuatku malas memakai hijab untungnya pada
waktu sekolah dasar aku belum aqil baligh.
Sampai ketika aku menginjak usía SMP aku sekolah di sekolah negeri yang bisa
dibilang biasa saja namun sangat banyak pengalaman yang berarti bagiku. Awalnya aku
tidak mau masuk ke sekolah ini karena aku takut dengan pergaulan murid-muridnya
yang terkenal nakal dan suka tawuran. Bisa dibilang terjebak karena kesalahan guru
yang dulu mendaftarkan murid-muridnya ke SMP. Guru itu bilang kalau kita tidak bisa
mendaftar ke dua sekolah sekaligus karena akan bertabrakan jadwal tesnya namun
ternyata sekolah SMP saya itu memakai jalur raport bukan jalur tes. Dan guru tersebut
telat memberikan informasinya sehingga pendaftaran ke SMP favorit impian sudah
terlanjur ditutup. Mungkin begitulah takdir selalu tau kemana arah pemiliknya. Aku
tidak menyesal masuk kesekolah ini yakni, SMPN 2 Cilaku malah aku sangat bersyukur
dan bangga pernah menjadi bagiannya. Disini karena peraturan yang ada diharuskan
berhijab untuk perempuan aku pun menjadi terbiasa menggunakan hijab dan rok
panjang. Disini pula aku bertemu dengan banyak teman dan guru yang sangat baik.
Dulu aku mengikuti kegiatan organisasi dan ekstrakurilerya itu osis & paskibra. Di
OSIS mungkin terbilang termasuk anggota yang rajin sehingga hal tersebut
mengantarkan ku menjadi ketua OSIS yang kusebut jalur kampanye lewat ceramah
sehingga orang-orang tertarik padahal kandidat yang lain juga lebih keren.
Namun,kembali lagi semua itu juga sudah takdir benar ternyata rencana Allah itu lebih
indah. Dalam ekstrakurikuler paskibraaku diamanahi sebagai komisi kedisiplinan
mungkin karena muka jutekku yang mendukung aku berada dalam komisi tersebut.
Disini pula aku malah terpilih menjadi daton mungkin juga karena suaraku keras dan
populasi laki-laki di paskibra pada waktu itu sedikit.

Dalam hal akademik pun sepanjang sekolah alhamdulillah selalu menjadi juara satu
tidak pernah turun sehingga mengantarkan ku menjadi lulusan terbaik. Dan pernah juga
menjadi delegasi sekolah untuk mewakili olimpiade di bidang IPS tapi kalah karena
sadar tidak belajar dan waktu untuk persiapannya itu juga kurang. Hal itulah yang
membuatku bersyukur bisa berada disana mendapatkan kesempatan kesempatan luar
biasa yang menjadi modal kedepannya. Padahal aku adalah seorang yang sangat pemalu
dulunya namun semua berubah seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit. Tidak
apa jika mungkin aku dulu gagal sekolah di sekolah favorit karena hal yang aku
dapatkan di sekolah ini itu lebih berharga.
Selain sekolah biasa sejak kelas 7 SMP aku menjadi santri kalong disebuah pesantren
dekat rumah sampai sekarang. Pesantren ini bernama Pesantren Sirojun Najah. Disini
juga banyak sekali pengalaman luar biasa yang didapatkan. Sejak kelas 7 sudah
menjadi pengurus inti dipondok ini dan merupakan pengurus termuda. Bahkan malah
menjadi ketua membawahi anggota lain yang umurnya lebih tua yang justru mereka
malah membantu & mendukung. Lagi-lagi ini tentang takdir yang skenarionya sudah
disusun bahkan sejak sebelum lahir ke dunia. Dipondok ini aku belajar memperdalam
ilmu agama selain itu diajarkan pula adab sebagaimana akhlak Rasulullah yang sangat
mulia. Berkat program yang ada di pesantren ini seperti program belajar ceramah atau
berbicara di depan umum setiap malam minggu membuat aku yang awalnya pemalu
bahkan enggan untuk tampil depan banyak orang menjadi lebih berani. Darisini pula
mengapa aku sampai berani mencalonkan diri menjadi ketua OSIS padahal di fórum aku
terbilang sebagai anggota yang kurang aktif dalam berbicara lebih banyak diam. Disini
bisa membuat bacaan quran aku menjadi lebih lancar sekaligus mengetahui hukum
tajwid & makhrojnya dan berbagai ilmu keagamaan lainnya yang dulunya aku sangat
awam dalam hal itu. Beberapa kali aku memenangkan perlombaan disini seperti lomba
ceramah, tahfiz, murottal, cerdas cermat, dll. Semuanya sangat berarti dalam
kehidupanku dan alhamdulillah selagi masih belajar pun sudah bisa memanfaatkan ilmu
tersebutdengan cara mengajar adik kelas atau kadang mengisi beberapa undangan acara
untuk mengaji. Di pesantren ini pula aku bisa merasakan bagaimana rasanya langsung
terjun dan ikut berkontribusi bahkan bekerja sama dengan masyarakat.

Ada satu hal lagi yang terjadi disini sehingga aku bisa menyebut pesantren inilah tempat
aku mengembangkan segala bakat & potensi diri. Dulu suara ku itu sangat fals tidak
bisa menyanyi namun suatu saat vokalis sholawat di pesantren ini sudah lulus dan tidak
ada yang menggantikannya. Tiba-tiba salah seorang teman menunjukku hanya karena
aku sering sholawatan di mesjid. Aku pun kaget tapi aku suka tantangan dan mulai
mencoba dulu alhasil sampai sekarang aku masih menjadi vokalis bahkan semua orang
yang dulu menyebut suaraku fals sekarang malah kebalikannya. Dengan bimbingan dan
latihan terus menerus mungkin membuat vokal saya terus terlatih dan lumayan
membaik. Sekarang saya malah menjadi hobi bernyanyi walau kadang masih takut tapi
alhamdulillah sudah dipercaya menjadi vokalis oleh band teman.
Rasanya memang sulit dan berat untuk menjalankan kedua ini secara bersamaan skill
untuk memanage waktu sangat dibutuhkan. Meski berat harus tetap dijalani karena kata
guru saya hidup harus seimbang antara mengejar dunia dan akhirat. Apalagi ketika
menginjak masa SMA menjadi sangat sibuk sekali. Karena pada saat itu fullday
berangkat pagi pulangnya setiap hari ba’da asar sehabis asar terkadang langsung
kumpulan organisasi atau kerja kelompok.Untungnya aku adalah siswa korban sistem
zonasi yang lagi-lagi gagal masuk sekolah favorit sehingga jarak dari sekolah ke rumah
itu tidak begitu jauh pulang magrib pun tak begitu khawatir. SMA ini terletak dekat
dengan beberapa galian, diapit oleh dua SMK dan dekat dengan pasar induk, sekolah ini
bernama SMAN 1 Cilaku.

Pada saat SMA aku kembali mengikuti OSIS padahal sebenarnya sudah bosan tapi
masih ingin meneruskan lalu ikut pramuka dan remaja mesjid.Sampai-sampai pernah
ditegur oleh kakak kelas karena sering ikut kegiatan kumpulan tapi hanya setengah
acara langsung pulang duluan. Bukan tanpa alasan tapi karena memang jadwalnya yang
sering bentrok sehingga aku berusaha untuk menyempatkan hadir ke kedua acara.

Masa SMA ini benar-benar sangat sibuk, setiap hari berangkat pagi pulang petang dan
malamnya lanjut menjadi santri kalong di pesantren. Setelah pulang mengaji lanjut
mengerjakan tugas sekolah & belajar sampai jam 11 malam baru setelah itu bisa
istirahat untuk tidur dan bangun lagi subuh. Bahkan hari libur pun kadang dipakai untuk
kegiatan organisasi diluar sekolah atau kerja kelompok. Jadi selain ikut tiga organisasi
di dalam sekolah aku juga ikut dua organisasi eksternal yang cakupannya lebih luas
seperti Forum OSIS Kabupaten Cianjur dan Gerakan Mengajar desa. Seringkali setiap
minggunya pasti sakit karena kecapean tapi nikmat karena bisa mendapatkan
pengalaman yang luar biasa.

Aku tidak munafik karena aku juga anak muda yang ingin menikmati masa mudanya
dengan bersenang-senang. Tapi begitulah caraku menikmati masa muda yaitu dengan
mengikuti kegiatan yang bermanfaat karena disana juga bisa mendapatkan teman,
wawasan, dan pengalaman baru. Nongkrong pun bukan sekedar nongkrong yang
menghabiskan waktu dengan sia-sia saja tapi kita kumpul disuatu tempat dengan
mempunyai tujuan yang jelas jadi sambil rapat sekaligus membicarakan kegiatan yang
memang ada manfaatnya. Bisa dikatakan menyelam sambil minum air.
Namun, kesibukan itu semuanya berubah ketika bencana virus corona melanda. Semua
kegiatan yang tadinya bersifat tatap muka beralih menjadi online. Libur yang awal
mulanya dua minggu adalah libur karena kelas 12 akan ada ujian menjadi libur yang
sangat panjang tanpa disangka-sangka. Banyak aspek yang berubah termasuk diriku
sendiri. Sejak corona jujur sebetulnya kurang nyaman dengan belajar online karena jam
yang tidak jelas, tugas yang tidak teratur menjadi sangat banyak, dan juga penjelasan
materi yang kurang bisa dipahami karena keterbatasan pembelajaran online.

Sejak covid banyak sekali ujian dan musibah yang menimpa keluargaku. Kalau masalah
ekonomi mungkin banyak juga yang terkena dampaknya termasuk keluargaku. Karena
ayah adalah seorang penjahit semenjak corona pelanggan menjadi sepi karena
kebanyakan orang jarang beraktivitas ke luar sehingga tidak begitu banyak pakaian
yang digunakan. Apalagi di era sekarang semuanya serba digital orang-orang juga
kebanyakan memilih berbelanja pakaian di toko online.

Bukan hanya itu kesehatan ayah pun menurun mungkin karena faktor usía juga. Ayah
waktu itu di diagnosis mengidap penyakit hermia sehingga dokter menyarankan untuk
melakukan operasi. Karena pada saat itu corona sebelum di operasi pasien harus di swab
dan karantina terlebih dahulu. Ayah terjebak,dalam hasil tes swab hasilnya negatif tapi
pihak rumah sakit memaksa ayah untuk karantina dalam waktu tiga hari saja katanya.
Nyatanya setelah seminggu ayah masih belum bisa keluar dari ruangan karantina. Ibuku
mulai stres karena merasa bersalah begitu juga dengan kakak-kakakku yang malah
saling menyalahkan satu sama lain. Akhirnya dibantu oleh aparat desa setempat untuk
menjemputnya agar bisa keluar dari sana dengan melalui proses yang panjang tentunya.

Hal itu membuat aku tidak terlalu fokus belajar dan nilai pun ikut turun karena
pembelajaran yang bersifat online ditambah kondisi rumah sedang tidak kondusif itulah
salah satu penyebabnya. Ketika ayah belum sempat operasi kakak keduaku ikut sakit
parah sampai membutuhkan donor darah yang banyak dan harus menjalani pengobatan
selama sembilan bulan. Kondisi ekonomi menurun tapi banyak sekali biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengobatan. Alhamdulillah sekarang ayah sudah dioperasi dan kakak
sudah selesai menjalani pengobatannya.

Kemudian sejak corona pun aku menjadi individu yang lebih banyak diam apalagi
corona rasanya keluar rumah juga menjadi sangat malas dan ada sedikit rasa takut.
Disaat masa seperti itu teman teman sekolah justru banyak yang menjauhi entah apa
alasan sesungguhnya mungkin karena jarang berbaur dengan mereka sehingga dianggap
sombong. Padahal sebenarrya banyak hal yang tidak aku ceritakan kepada mereka.
Aktivitas sibuk yang dilakukan sebelum corona semuanya berubah banyak kegiatan
yang dilakukan secara online sehingga aku lebih sering dirumah, pergi ke sekolah hanya
jika ada tugas yang harus dikumpul ke meja guru.

Pada masa itu aku lebih banyak menghabiskan waktu di pesantren dan ikut mondok
selama kurang lebih enam bulan. Seiring berjalannya waktu karena sudah kelas 12 SMA
aku berhenti mondok dan kembali menjadi santri kalong lagi. Namanya sudah kelas
akhir pasti akan banyak ujian dan banyak hal yang harus dipersiapkan untuk ke jenjang
selanjutnya sehingga butuh fokus lebih. Pada saat kelas 12 aku terpilih menjadi siswa
eligible umtuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri melalui jalur raport, senang
rasanya karena sejak kelas 10 aku sangat ingin kuliah di perguruan tinggi negeri tapi ada
satu hal yang membuatku sedikit kecewa yaitu ranking eligiblenya turun gara-gara
nilaiku yang sempat turun di semester akhir. Namu n, aku tidak patah semangat aku
mengambil kesempatan tersebut dan daftar ke perguruan tinggi yang sekiranya cocok
dengan minat dan nilaiku. Tiba saatnya pengumuman pada saat itu disekolah sedang
dilaksanakan ujian sekolah , sore hari aku membuka pengumuman tersebut di gawai
sambil berkomunikasi di grup whatsapp dengan teman yang lain dan ternyata hasilnya
gagal. Mungkin memang belum rezeki dan bukan takdir, aku sempat menangis kala itu
karena merasa hancur sudah harapanku agar masuk lewat jalur itu.

Tak ingin menyerah aku mencoba lagi jalur lain yaitu melalui tes tulis. Kali ini aku
mulai memperbaiki strategi yang salah. Lalu aku pergi ke kota Bandung dengan
kakakku dan menginap selama beberapa hari disana. Tapi tetap hasilnya masih nihil.
Tapi seperti pepatah mengatakan bahwa banyak jalan menuju roma. Disaat aku sedang
berada di titik pasrah Allah memberikan jalan kembali. Akhirnya aku daftar jalur
khusus vokasi lewat nilai raport di Institut Pertanian Bogor, tapi kali ini aku benar-benar
pasrah dan tidak berharap apapun. Setiap siang & malam aku berdoa dan akhirnya
terkabul aku diterima disana senang sekali rasanya. Aku pun menjalankan proses yang
ada seperti daftar ulang dan lainnya termasuk daftar ulang beasiswa kip kuliah karena
aku memang mempunyai kip kuliah sehingga digunakanlah untuk daftar ke berbagai
jalur yang bisa ditempuh.
Kurang lebih sebulan sudah menjadi mahasiswa disana dan sudah mendapatkan nomor
induk mahasiswa. Tibalah pengumuman beasiswa kip kuliah hancur sudah semua
harapanku aku tidak bisa kuliah di perguruan tinggi negeri karena gagal mendapatkan
beasiswa tersebut. Tanpa beasiswa itu ekonomi keluargaku tidak mampu untuk
membiayai dan mengcover semuanya. Alhasil aku membuat surat pengunduran diri.

Beberapa bulan kemudian aku melihat kampus di kota ku masih dibuka pada gelombang
dua, lalu aku pun bergegas untuk segera mendaftar kesana yaitu ke Universitas
Suryakancana dengan mengambil jurusan teknik informatika. Jurusan yang dulu aku
hindari karena katanya termasuk jurusan tersulit dan membutuhkan banyak biaya
bahkan laptopnya juga harus punya spesifikasi yang memadai tentunya mahal. Selain itu
dulu aku lebih tertarik pada bidang kesehatan karena aku dulu ketika SMA jurusannya
IPA dan sangat suka pada mata pelajaran biologi.

Namun, kembali lagi ini perihal takdir dan sekarang aku kuliah di Universitas
Suryakancana sekaligus sedang berusaha mendapatkan beasiswa juga. Mungkin bisa
dibilang aku selalu gagal untuk menimba ilmu ditempat impian. Tapi aku percaya
bahwa ada banyak hikmah dibalik semuanya. Memang semuanya tidak sesuai
rencanaku tapi aku yakin aku sedang berada dalam rencana-Nya yang pastinya akan
jauh lebih indah daripada rencanaku.

Anda mungkin juga menyukai