Anda di halaman 1dari 2

MOTIVATION LETTER

Duta Penggerak Literasi Indonesia 2022

Nama saya Rijki Hardiyanti. Saya berusia delapan belas tahun. Saya berasal dari kota kecil di Jawa
Barat yaitu Kota Cianjur. Riwayat pendidikan saya dimulai dari SDN Sirnagalih kota Cianjur, SMPN 2
Cilaku kota Cianjur, dan SMAN 1 Cilaku kota Cianjur, serta sekarang saya akan melanjutkan study
saya ke jenjang perguruan tinggi di Kota Cianjur jurusan teknik informatika yang saya pilih karena
juga ingin mengembangkan pengetahuan saya pada literasi digital. Hobi saya yaitu membaca,
menulis dan mengarang cerita fiksi, bernyanyi, berpidato, berinteraksi dengan masyarakat dan
menjalin kerja sama dengan orang orang yang tertarik dengan dunia literasi. Saya sangat senang
sekali ketika diajak berdiskusi masalah literasi. Karena salah satu motto saya yaitu "Literasi adalah
kunci tanpa literasi semua akan menjadi gelap, sunyi, dan sepi maka literasi yang meneranginya,”.
Sehingga untuk mendukung motto hidup, saya lebih bersikap untuk aktif dan konseptor dalam
merangkul segala hal yang menjadi masalah dan solusi. Hal inilah yang saya anggap sebagai
kelebihan saya.

Tahun 2015 saya aktif dalam kegiatan WJLRC (West Java Leader’s Reading Challenge) hal ini
merupakan titik awal saya tertarik untuk aktif dalam gerakan literasi. Kegiatan ini diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi Jawa barat yang bekerja sama dengan The Crown in Right of the State of
South Australia. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa
Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang di survei tentang minat baca. Tujuan
diadakannya WJLRC adalah untuk meningkatkan daya nalar siswa menjadi lebih baik, meningkatkan
kegemaran membaca siswa melalui pembiasaan membaca, meningkatkan kecepatan siswa dalam
membaca serta menyimak bacaan, mendorong tumbuhnya karakter positif siswa, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk mengulas (review) dan menganalisis hasil bacaan. Dalam kegiatan ini setiap
sekolah para siswanya diwajibkan untuk membaca buku minimal 15 menit sebelum memulai
pelajaran yang akhirnya dapat menjadi kebiasaan bagi saya dan teman teman saya waktu itu,
sebagian siswa yang dipilih oleh pembimbing setiap sekolah diwajibkan minimal membaca dan
menganalisis hasil bacaan sebanyak 24 buku per bulan yang berlangsung selama 10 bulan. Saya
termasuk siswa yang terpilih pada saat itu setiap minggunya saya bersama teman teman bergiliran
untuk mengkampanyekan hasil bacaan kita didepan siswa lain. Hal ini terbukti berdampak pada
minat baca siswa yang semakin meningkat dan kebiasaan itu berlangsung tidak hanya dalam waktu
10 bulan bahkan sampai saya lulus pun kegiatan literasi ini masih berjalan.

Ketertarikan saya pada dunia literasi berlanjut di tahun 2019 saya terpilih untuk mengikuti program
Reading to Write yang diselenggarakan di kota Cianjur. Dalam program tersebut diberikan tantangan
membaca dan menulis sebuah buku dalam waktu 60 hari kepada puluhan siswa yang mengikuti
program ini. Setelah para siswa membuat buku maka akan diterbitkan secara gratis oleh pemilik
program alhasil buku yang dibuat dapat dikonsumsi dan dipasarkan kepada siapapun saat pameran
pada puncak program ini yang diselenggarakan di salah satu sekolah yang ada di Cianjur dan dihadiri
oleh puluhan siswa yang mengikuti program ini dan berbagai kalangan lainnya. Kemudian pada saat
masa pandemi tahun 2021 saya mengikuti kampanye digital tentang literasi laut yang
diselenggarakan oleh Asean Youth Organization. Kampanye digital ini diselenggarakan dalam waktu
7 hari yang bertujuan untuk mengenali laut dan ekosistemnya lebih dalam serta peningkatan literasi
kelautan di Indonesia dan konservasi laut dunia. Pada kampanye ini saya mempelajari lalu
mengunggah infografis tentang kelautan melalui instastory selama 7 hari berturut turut dan setiap
harinya harus melaporkan viewers instastory tentang infografis kelautan ini, kampanye digital
tentang kelautan ini saya anggap sebagai suatu langkah dalam peningkatan literasi di Indonesia.
Berbagai kegiatan tersebut masih saya jalankan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari hari dan
salah satunya berusaha untuk berkontribusi nyata terhadap literasi di Indonesia dalam penulisan
karya ilmiah, ikut ajang perlombaan dan menganalisis bentuk kegiatan yang baik untuk literasi di
Indonesia. Saya berpikir menjadi Duta Penggerak Literasi Indonesia 2022 merupakan suatu jalan dan
dukungan yang sangat berpotensi terhadap pengaplikasian yang kita kehendaki. Kampanye aktif,
orasi ilmiah, relasi dan diskusi langsung terhadap literasi merupakan salah satu alasan saya untuk
menjadi Duta Penggerak Literasi Indonesia 2022. Motivasi saya adalah saya mampu berpengaruh
untuk lingkungan sekitar. Kendati demikian, saya ingin ada suatu perubahan nyata dan kontribusi
sebagai mahasiswa dan masyarakat untuk meningkatkan minat literasi di Indonesia yang menjadi
prasyarat menuju masyarakat informasi yang merupakan ciri masyarakat modern untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang sangat mumpuni jelang Indonesia Emas pada tahun 2045.
Saya berpikir bahwa saat ini mahasiswa dan masyarakat sedang terjangkit krisis kesadaran dan
literacy awareness . Namun, hal ini akan berkurang ketika mahasiswa dan masyarakat mampu
merasakan pentingnya literasi. Saya beranggapan bahwa inilah yang mesti difokuskan melalui social
preneur, big project, dan campaign untuk peningkatan literasi di Indonesia. Maka dengan terpilihnya
saya menjadi Duta Penggerak Literasi Indonesia 2022, saya berharap mampu memberikan kontribusi
nyata yang bersifat continue dan kemudahan untuk memberikan semangat tentang pentingnya
literasi kepada seluruh warga negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai