Anda di halaman 1dari 8

Lika Liku Ayahku

Hampir setiap orang selalu mengagumi sosok ibu. Namun, tidak denganku. Selain
mengidolakan ibu, akupun mengidolakan ayahku. Bagiku, ayah adalah seorang pria idaman
karena ayah adalah sosok yang sangat bertanggung jawab. Ayahku bernama Mustofa
Ramadhan Nasution.

Ayah lahir pada tanggal 23 september 1972. Ia terlahir bukan dari keluarga yang kaya raya
sehingga sejak kecil agar tidak membebani kedua orang tua nya yg juga harus
mensekolahkan kakak-kakaknya, ayahku selalu mencari beasiswa dari SMP sampai Kuliah.
Dimana beasiswa yang dia dapat berasal dari keterampilannya dalam bermain sepak bola.

Ia lulus dari SMA 71 yang


merupakan sekolah
berperingkat tinggi di
jakarta timur. Bisa dibilang
ia adalah siswa yang
bandal seperti tawuran atau
menongkrong hingga ralut
malam tapi karena adanya
prestasi juga ia bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.

Saat SMA ayahku seringkali berpergian


ke desa-desa dan berbagai daerah yang
memilki curug untuk eksplorasi.aku
rasa ini juga hal wajar yang dilakukan
banyak remaja pada masa itu sebagai
hiburan .

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, ia


berhasil lulus kuliah dengan lancar di jurusan akutansi tapi saat pertama kali mendapat
pekerjaan ia menjadi event organizer di extra joss selama beberapa tahun dan pekerjaan-
pekerjaan lain tetapi itu tidak bertahan lama karena adanya ketidakcocokan.
Hingga akhirnya memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri dalam bidang konveksi
yang menyuplai garmem untuk bahan pembuatan baju secara bertahap bersama teman
sebayanya.

Walaupun penghasilan pertama yang didapat tidak besar , tapi ayah tetap bersyukur masih
bisa bekerja hingga kini mendapatkan hasil yang cukup. Mengingat saat ini rasanya sulit
untuk mendapatkan pekerjaan.

Ayah selalu mendidik ku dari kecil dengan baik tapi jika aku
melakukan kesalahan ia akan sangat keras dalam memarahi
ku, aku rasa ini juga hal yang wajar mengigat keluarga
ayahku berdarah batak yang dikenal dengan didikan nya
yang keras.Tetapi dibalik itu ia masih sangat menyayangi
keluarganya.

Dia hanya membentak jika aku meninggalkan hal yang wajib


seperti shalat dan tidak mendengarkan apa yang orang tua ku
katakan . Tak jarang juga ia rela bekerja seharian hanya agar
aku dan kakak-kakakku bisa terus sekolah.

Selain penyayang, ayah juga merupakan sosok lelaki yang tangguh dan kuat. Dalam hidupnya
tentu ia tidak sedikit menjumpai masalah, tapi dia selalu bisa mengatasi dan melewatinnya
dengan kepala dingin tanpa membuat khawtir keluarganya.

Ia selalu bisa mengeluarkan kata-kata atau tepatnya pengalaman yang telah ia alami yang
bagiku sangat berguna saat aku dewasa nanti, dan rangkaian kata dari mulutnya itu selalu
mampu memotivasiku apabila merasa tertekan.

Dan salah satu impian ayah adalah mengantarkan anak-anaknya untuk mengenyam
pendidikan tinggi, hal yang tidak bisa ia raih di masa mudanya

Karena keadaan inilah, ayah selalu menasehati aku untuk selalu menjalankan ibadah dan
bersyukur apapun keadaannya. Ayah juga selalu menasehatiku tentang pentingnya menabung
atau lebih tepatnya mengatur keuangan demi masa depan. Atas nasehat ayah ini, aku pun
selalu membatasi pengeluaran ku di berbagai hal dan tidak berani menghambur-hamburkan
uang untuk sesuatu yang bukan menjadi prioritas kebutuhanku. Berkat kegigihan ayahku, aku
kini mampu berada di titik ini. Buatku, ayah adalah sebenar-benarnya pahlawan.
Hai Malaikatku

Ibu, orang yang paling berharga dalam hidupku. Sosok itu bernama evy oktaviawaty, ia lahir
pada tanggal 24 Oktober 1976 di palembang. Ia bekerja sebagai perawat yang membuat ia
dulu harus sering bermalam di rumah sakit.

Beliau lahir di keluarga yang bisa dibilang kurang berkecukupan sama seperti ayahku. Tak
hanya itu, keluarganya juga sangat taat dalam menjalankan tugas-tugas serta aturan agama.

Sedari dulu ibu sangat gemar membaca. Tak hanya itu, salah satu kemampuan ibu yang
sangat baik adalah menghafal. Mungkin ini juga didorong oleh hobi membacanya. Dia selalu
membaca novel sebelum tidur yang mungkin membuatnya menggunakan kacamata sejak
SMP. Kebiasaan membaca dan menghafalnya akhirnya diturunkan ke anak-anaknya

Sejak kecil, ibu sudah berjualan makanan seperti es buah agar bisa mendapat uang jajan
karena orang tuanya tidak mampu untuk memberi uang saku pada saaat itu. Dan beranjak
dewasa, ibuku sudah terbiasa dengan keadaaan yang tidak menguntungkan atau tertekan
keadaan.

Pada masa SMA nya dia sempat mengikuti beberapa


perlombaan di daerahnya hingga akhirnya mendapat
kesempatan mengikuti pertukaran pelajar ke fhilipina
selama beberapa bulan untuk menuntut ilmu disana.

Ibuku bisa dibilang siswa yang populer bukan dari


kecantikannya tetapi juga dari kepintarannya dalam
berbahasa inggris yang fasih sehingga tidak kesulitan saat
berada di filiphina

Setelah lulus SMA ibuku melanjutkan kuliah di Akademi Keperawatan Jayakarta


(PUDIKLAT). Karena keadaan keuangan waktu itu juga masih kurang , ibuku harus mencari
beasiswa untuk meringankan beban uang kuliah. Ketika sudah lulus ibuku mendapat
pekerjaan sebagai perawat di RS Pasar Rebo selama kurang lebih 10 tahun.
Awalanya karena terlalu fokus dengan karir ibuku tidak sempat berpikir untuk memiliki
pasangan. akhirnya ibuku dikenalkan oleh temannya kepada ayahku , dan akhirnya mereka
menikah pada 2003. Setelah itu mereka membeli rumah sendiri di bintara yang kini masih
aku tempati hingga sekarang

Akan tetapi, karena kedua orang tuaku yang bekerja sewaktu kecil aku sering sekali
mengikuti ibuku bekerja apabila mendapat jadwal siang-sore. Yang membuatku cukup
familiar dengan keadaan di rumah sakit dan pernah membuatku mempunyai impian untuk
menjadi dokter .

Tetapi setelah adikku lahir pada 25 September 2010 ia terpaksa harus berhenti bekerja
sebagai perawat karena adikku tidak bisa ditinggalkan ibuku, yang membuatnya kini menjadi
ibu rumah tangga.

Ibuku sering kali mengajakku berpergian kemana-


kemana sejak kecil. Biasanya ia mengajakku untuk
berenang untuk bersenang-senang,hingga sekarang
berenang menjadi olahraga favoritku. Hal ini yang
membuatku lebih dekat dengan ibu karena ayahku yang
sibuk mecari nafkah untuk keluarga kami. berbeda
dengan ayahku yang mendidik dengan keras , ibuku
mendidikku lebih lembut.

Dia selalu menasehati ku terlebih dahulu apabila melakukan perilaku yang buruk. Seperti hal
nya orang tua pada umumnya ibuku selalu mementingkan anaknya dari pada dirinya sendiri
semisal, apabila makananku tidak cukup ia akan memberikan lagi sebagian makannya
untukku walaupun ia juga lapar. Bahkan disaat situasi pandemi ini ia juga masih berusaha
untuk memenuhi apa yang anaknya inginkan meskipun itu hanya gurauan semata.

Karena masih adanya juga ilmu yang dia dapat selama menjadi perawat ketika aku atau di
keluarga ada yang sakit selama bukan penyakit yang menyerang organ dalam tidak perlu
dibawa kerumah sakit dan ibuku bisa merawatnya dirumah. Karena itu lah sejak kecil juga di
keluargaku tidak pernah ada yang terawat di rumah sakit hingga saat ini

Ibuku selalu mengingatkan ku untuk jangan pernah meninggalkan shalat juga untuk jangan
pernah melawan orang yang lebih tua dan itulah yang akan selalu kuingat.
Perjalananku

Perkenalkan namaku Iyas Yahya Ramadhan Nasution.


Aku lahir di Jakarta pada 16 Oktober 2004. Aku adalah
anak pertama dari tiga bersaudara, buah dari pasangan
Mustofa Ramadhan Nasution dan Evy Oktaviawaty.
Iyas adalah nama panggilan biasaku di orang sekitar,
aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana.
Ayahku adalah seorang Wirausaha sedangkan ibuku
adalah seorang perawat yang tak lama pensiun setelah
saudara kedua ku lahir. Dari kecil kedua orang tuaku
selalu mengajariku bahwa ketika harus
menyeimbangkan dalam mempelajari ilmu dunia dan
ilmu akhirat, karena itu lah aku sudah ditanamkan nilai-
nilai agama sejak kecil

Ketika berumur 6 tahun, aku mulai bersekolah di SDIT AL-Muhajirin. karena aku bersekolah
di SD Swasta, saat SD aku bukanlah murid yang pintar. Dalam hal pelajaran aku hanya
merasa menonjol dalam pelajaran agama islam dan bahasa arab , karena ayahkku juga
mengajariku dirumah waktu itu . selama 6 tahun SD kelas ku tidak pernah berkurang atau
bertambah murid yang membuat kami memilki hubungan yang sangat dekat. Saat itu juga
disekolahku kami memiliki kakak kelas yang bisa dibilang merupakan artis cilik pada
masasnya yaitu Iqball Ramadhan. Walaupun tidak terlalu dekat, aku pernah sesekali bertukar
kata dengan artis cilik itu.

Kemudian setelah lulus aku memutuskan untuk mencoba memasuki SMP Negeri yaitu
SMPN 199 pada 2016. Di masa inilah aku mulai mengenal pergaulan-pergaulan dari yang
baik sampai yang buruk, mungkin ini karena bedanya sekolah negeri yang lebih terbuka
dibandingkan sekolah swasta. Karena saat itu adikku sudah mulai bersekolah jadi sejak kelas
7 aku sudah harus pulang kembali kerumah menggunakan angkutan umum.
Saat menginjak tahun kedua aku mulai mengikuti berbagai perlombaan futsal antar SMP se-
kota jakarta , di tahun itu kami memenangkan banyak piala yang membuat tim futsal SMP ku
mulai dipandang berbagai sekolah. Aku sangat gembira dan juga merasa bangga sekali
karena bisa mengharumkan nama sekolah lewat hal yang aku sukai.

Di tahun ketiga karena adanya larangan dari orang tua aku mengurangi hobi ku dalam
bermain futsal dan mempersiapkan diri untuk USBN dan UNBK, saat pelepasan murid di
akhir tahun pelajaran disebutkan juga nilai terbaik dalam ujian. Aku yang mengira hanya
mendapat nilai biasa pun kaget ketika guru menyebutkan namaku untuk mengambil piagam
penghargaan ke panggung.. guru ku bahkan berkata ia tidak menyangka aku bisa mendapat
nilai tinggi, bahkan aku pun juga masih terheran-heran saat itu. Akhirnya aku memutuskan
untuk melanjutkan masa SMA ku di SMAN 44 jakarta pada tahun 2019 karena dari yang
kudengar sekolah itu memiliki banyak prestasi bukan hanya di akademik tapi juga di non
akademik, khusus nya futsal yang kuincar saat iu

Di hari pertama masuk sekolah aku tidak terlalu bingung atau kesepian karena aku kebetulan
berada dalam satu kelas bersama teman SMP ku dulu. Seperti yang kebanyakan orang bilang
bahwa SMA adalah masa-masa paling menyenangkan. Dan yaa aku setuju saat itu,

aku terpilih untuk langsung mengikuti lomba futsal


secepat itu dan diantara lomba yang ku ikuti salah
satunya adalah tournament tahunan yang diadakan
sekolah ku dengan nama “Tyfo Cup”

Sebagai murid tahun pertama untuk mewakili sekolah di


lomba sekolah itu sendiri adalah kebanggan sendiri , tapi
kurangnya pengalaman juga kurangnya kerja sama karena
tim kami berisikan murid baru akhirnya kami harus
tersingkirkan di 5 besar . tapi kami berhasil
memenangkan perlombaan yang diadakan di sekolah lain.

Seperti Lomba yang diadakan oleh SMA 71, SMA Don Bosco, SMA BPSK. Hanya dalam 1
semester itu lah kami berhasil memenangkan 3 kejuaraaan yang membuatku sangat
bersemangat dan sangat menantikan perlombaan-perlombaan yang akan datang. Aku juga
merasa nyaman dan senang karena aku memiliki kakak kelas yang sangat baik juga seru
untuk diajak bersenang- senang. Tapi semua hal tidak bisa berjalan sesuai apa yang kita
inginkan, pada awal bulan febuari virus covid 19 muncul yang membuat semua dan segala
kegiatan yang sudah ku nantikan hilang

Dan sudah berlalu satu setenagah tahun aku melewati kegiatan sma ku dengan online. Tak
terasa aku sudah berada di tahun ketiga ku di SMA dan siap melanjutkan kuliah. Aku
berharap di UTBK yang aku jalani nanti , aku bisa mendapat jurusan dan universitas yang
aku impikan hingga aku benar-benar dapat menggapai apa yang cita-cita ku lewat jalur itu,

Anda mungkin juga menyukai