Anda di halaman 1dari 3

Struktur Penulisan Teks Novel Sejarah Pribadi

Penulisan suatu teks novel sejarah pribadi perlu memenuhi kaidah-kaidah berikut ini.

1. Bagian Orientasi

Pada bagian orientasi teks novel sejarah pribadi, terdapat pengenalan terkait
kemunculan tokoh yang akan dibahas beserta latar belakang terjadinya cerita.

2. Urutan Peristiwa

Merupakan bagian yang berisi serangkaian peristiwa sejarah yang sudah terjadi.
Peristiwa tersebut dijelaskan menurut kronologis waktunya. Pada bagian tersebut
cerita yang terperinci juga akan dipaparkan.

3. Reorientasi

Bagian penutup teks sejarah yang memuat pendapat penulis baik dalam bentuk
tanggapan maupun simpulan.

Contoh Teks Novel Sejarah Pribadi: Perjuangan


Pendidikanku

Orientasi

Saya dilahirkan dengan nama Aurum Mayangsari di Bandung pada 17 Januari 1990.
Nama tersebut diberikan oleh mendiang ayah dengan tujuan agar saya bisa berkilau
layaknya emas.

Ibu saya adalah TKI di Malaysia yang sudah beberapa tahun tidak pernah memberi
kabar.
Sejak kecil ayah selalu mendidik saya dengan sangat keras. Tujuan beliau baik agar
saya tetap semangat belajar dan tidak menyia-nyiakan pengorbanan beliau.

Pekerjaan ayah sebagai loper koran nyatanya bisa membawa saya sampai bangku
Perguruan Tinggi.

Meskipun pada prosesnya hampir setiap hari saya harus bermandikan peluh untuk
belajar dan mencari tambahan biaya.

Kronologis Peristiwa

Saya mulai menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Mulia Bahagia yang


berjarak sekitar satu kilometer dari rumah.

Sejak kecil, ayah membiasakan saya untuk mandiri, sehingga saat berangkat ke TK
pun saya tidak diantar tetapi naik sepeda butut yang rantainya kadang bisa lepas
sendiri.

Saya bukan anak yang manja meskipun hidup dalam kondisi yang terbatas.

Setelah dua tahun di TK, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar
Melati yang lokasinya lebih jauh daripada TK.

Kehidupan yang tidak kunjung membaik membuat saya harus tetap berjuang agar bisa
menyelesaikan studi.

Jika teman-teman di kelas rajin dibawakan bekal orang tuanya, saya justru membuat
bekal sendiri dan menjualnya pada teman lain yang tidak membawa makanan.

Selain bisa menambah uang saku, saya juga bisa latihan memasak dan membuatkan
ayah sarapan.

Pemikiran saya saat SD sudah jauh lebih dewasa dibandingkan teman-teman


seumuran. Saat berada di SMP pun kebiasaan mandiri dan tidak mengandalkan orang
lain masih tetap melekat.

Ayah mulai membebaskan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan.

Teman-teman di SMP tahu bahwa saya anak yang kurang mampu dari segi finansial.

Namun, dari segi prestasi tidak bisa dianggap remeh. Berkali-kali saya menjadi juara
kelas dan memenangkan perlombaan sampai tingkat provinsi.

Prestasi saya itu lah yang membawa saya untuk bisa masuk SMA favorit di kota.

Karena lokasi SMA yang cukup jauh sampai belasan kilometer, saya memutuskan
untuk tinggal di kost. Untunglah ayah mendukung saya sepenuhnya.

Re-Orientasi

Kini, saya sudah duduk di Perguruan Tinggi. Pengorbanan ayah yang rela menahan
lapar demi bisa mengirimi saya uang sewa kost masih terus membekas.

Saya tidak pernah merasa lelah jika harus belajar sampai larut malam.

Jika nantinya saya menjadi orang sukses dan berkilau layaknya emas, orang pertama
yang akan saya bahagiakan adalah ayah.

Anda mungkin juga menyukai