Anda di halaman 1dari 2

Nama saya Yolanda Elin Santosa. Saya anak kedua dari dua bersaudara.

Alhamdulillah saat ini satu keluarga saya beragama sama yaitu Islam.

Sebelumnya, latar belakang kedua orang tua saya berbeda dari suku dan agama. Ayah
saya chinesse beragama islam. Kakek kandung saya (dari Ayah) chinesse beragama katholik
dan Nenek saya (dari Ayah) chinesse beragama kristen. Karena suatu hal (saya kurang tau)
sehingga tidak bisa bersama lagi. Kemudian Nenek saya menikah dengan orang jawa
bergama islam dan akhirnya Ayah saya sejak kecil sudah beragama islam sehingga.
Kemudian, Ibu saya jawa+chinesse beragama kristen. Kakek saya (dari Ibu) chinesse
beragama kong hu cu. Nenek saya (dari ibu) jawa bergama kristen. Kemudian, menikah dan
akhirnya Ibu saya ikut Ayah saya jadi pindah agama islam. Begitu pula dengan keluarga dari
Ibu saya juga ikut pindah islam. Beberapa family dari Ayah maupun Ibu saya ada juga yang
beragama katholik dan kristen. Dahulu juga Kakek kandung saya meninggal, petinya
diletakkan di rumah saya, juga perseketuan doa pernah diadakan di rumah saya dengan
maksud untuk mendoakan kakek kandung saya ini. Saat Hari Raya Idul Fitri sanak saudara,
family yang berbeda agama mengucapan selamat, sebaliknya, saat Hari Natal juga Ayah dan
Ibu saya juga mengucapkan selamat. Jadi tidak ada masalah adanya perbedaan ini.

Waktu kecil, TK saya berbasis agama di TK Al-Firdaus. Karena waktu itu kedua
orang tua saya bekerja sehingga saya dititipkan di tempat penitipan anak. Tempat penitipan
anak saya dulu dekat dengan masjid, jadi setiap pukul 4 sore saya sudah harus jalan ke masjid
untuk mengaji. Kemudian, SD saya swasta di SD Hang Tuah 10 Juanda. Di situ teman-teman
saya beragam agamanya. Jadi ada waktu agamanya sendiri. Karena rumah saya dekat dengan
masjid, setiap sore jam 4 juga saya jalan ke masjid pergi mengaji. Kemudian, SMP saya
negeri di SMP Negeri 35 Surabaya, teman-teman saya juga beragam. Kemudian, SMA saya
negeri di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo, sama juga temen-teman saya juga beragam. Saat ini,
kuliah saya swasta di Universitas Surabaya, lebih beragam lagi.

Bila orang baru kenal saya, sekilas melihat, banyak yang mengira saya non muslim.
Saat saya bilang “duluan saja ke kelas, saya mau sholat dulu” disitu teman saya heran dan
baru tau kalau saya muslim. Sampai suatu ketika saya pernah beli minum untuk buka puasa,
yang jual kaget dan seperti tidak percaya. Saat kuliah di Ubaya ini, ada beberapa lawan jenis
yang mendekati saya tetapi kebanyakan mereka non muslim. Untuk menghindari
berkepanjangan dekatnya dan supaya tidak membuat orang lain sakit hati, maka saya ganti
foto saya dengan foto memakai jilbab dan akhirnya mereka mundur dengan sendirinya.
Selain itu saya pernah mengunggah foto di media sosial (instagram) memakai jilbab,
kemudian ada yang bertanya “kamu kenapa pakai itu jilbab? Ada acara apa?” saya pun
menjawab bila tidak ada acara apa-apa dan lagi ingin pakai saja dan dia pun kaget.

Ada juga cerita, saya masih ingat, ketika paman mama saya meninggal dan family
berkumpul di Adi Jasa Surabaya. Saya duduk dengan salah satu family mama saya,
perempuan. Saat duduk bersama, ditanyalah dan dijelaskan kemudian diajaklah saya untuk
masuk kristen. Saat itu ditanya dan dijelaskan kurang lebih seperti ini “kenapa kok islam?
Masuk kristen aja di kristen itu tuhan yesus gini...*menjelaskan sesuatu yang saya tidak
mengerti*” dan saya hanya berkata “oohhh gitu ya” dan tersenyum. Tidak terlalu menanggapi
karena saya takut bila salah bicara, nantinya jadi menyinggung orang lain dan berdebat soal
agama, lebih baik saya menangguk dan tersenyum. Bagi saya setiap orang memiliki
keyakinan sendiri dan tidak bisa dipaksakan, senyamannya orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai