Anda di halaman 1dari 8

Pengalaman Saya Keluar Dari Islam

Berawal dari keinginan membela Islam dan berakhir keluar dari Islam....

Begini ceritanya :D

Dilahirkan sebagai muslim

Saya dilahirkan di keluarga Islam, semua seluruh keluarga besar saya beragama
Islam.
Seperti umat Islam yang lain sejak kecil saya sudah menerima pendidikan Islam,
mulai
dari syahadat, rukun iman, rukun Islam, mengaji, dosa-dosa dan siksaan, dan lain
sebagainya.

Saya ingat sekali sewaktu kecil (pra SD atau baru SD) saya sering bertanya pada
mama saya
tentang pertanyaan-pertanyaan lugu tentang Islam, seingat saya saya sering
bertanya tentang
topik; jumlah istri nabi Muhammad, umur istri nabi Muhammand Aisya, tentang
kenapa manusia
disiksa dengan siksaan keji (saya masih kecil dan merasa ngeri mendengarnya
dulu), dan
bagaimana akhir dari semua kehidupan ini, baik akhir di akhirat nanti, dan masih
banyak lagi
pertanyaan yang mungkin sangat aneh di didengar. Singkat cerita saya tidak
puas dengan jawaban
jawabannya (saya tidak menjelaskan detil karena akan terlalu panjang).

Karena merasa tidak mendapatkan jawaban-jawaban dan saya dulu masih kecil,
yang hanya
ingin memikirkan bermain dan tidak mau memikirkan yang berat-berat, saya
memutuskan

untuk menelan mentah-mentah jawaban mama saya.

Setelah bertambah usia saya semakin memahami kemampuan orang tua saya
dalam memahami
Islam, saya semakin tahu bahwa keluarga saya adalah orang-orang yang tahu
banyak tentang
Islam di bagian ritual nya saja, tapi tidak di sejarah dan latar bekalang islam.
Dan saya menjadi
tahu mengapa mereka tidak pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya. Tapi saya
tidak ambil pusing, karena waktu itu saya masih SMP dan belum terlalu serius
untuk mendalami
pengetahuan agama.

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya orang tua saya ahli dalam ritual agama
Islam, dan itu
memberi saya banyak pengaruh dan menurun kepada saya. Saya rajin sholat 5
waktu, puasa,
mengerti (dalam bahasa Indonesia) ayat-ayat Al-Quran yang saya baca saat
sholat ataupun
mengaji (setiap mengaji saya selalu membaca artinya, saya tidak mau membaca
Al-Quran yang
tidak ada tafsirnya), sholat Tahajud, Duha, Hajat, dan lain sebagainya.

Semakin nyaman beragama Islam

Beranjak SMA saya semakin mahir dalam ritual-ritual Islam, dan mulai banyak
keinginan-keinginan
duniawi yang muncul di kepala saya, dan akhir nya saya mulai banyak
melakukan doa untuk
meminta. Banyak doa-doa yang saya kuasai, saya mempunyai buku tentang doadoa khusus
untuk permintaan khusus agar cepat terkabul, saya juga menguasai manfaat
dari manfaat

Asmaul Husna tentang jumlah bacaan dan fungsinya.

Saat itu saya merasa sangat tenang dan damai, dan banyak doa-doa saya yang
terkabul baik
yang permintaan besar atau permintaan kecil dan waktu terkabul ada hitungan
hari atau minggu
atau bulan. Yang jelas sebagian besar permintaan saya (doa) terkabul dan
terjawab. Pertanyaan
pertanyaan aneh saya yang saya bawa sedari kecil pun lenyap, dan saya
memutuskan untuk
menutup semua pertanyaan aneh di kepala saya, saya memutuskannya dengan
jawaban
"Hanya Allah yang tau". Karna itulah jawaban yang sering saya dengar dari
orangtua atau pun
kerabat dan teman saya.

Perjalanan Awal memulai sebuah keberanian

Beranjak ke kuliah, pertanyaan-pertanyaan aneh muncul lagi di kepala saya, dan


saya tidak dapat
menutupi bahwa jawaban "Hanya Allah yang tau" memuaskan keingintahuan
saya tentang Islam.
Saya akan menulis beberapa perntanyaan aneh kala itu (mungkin terlihat
membosankan dan silahkan
di "skip" saja kalo tidak berkenan):

Kembali ke terkabulnya doa saya, muncul pertanyaan mengapa umat Agama lain
pun juga terkabul
akan doa-doa dan keinginannya? Jawabannya begini (umat Islam pasti tau); Allah
maha pengasih
setiap orang yang berusaha (dunia) akan mendapatkan apa yang dia usahakan
(di dunia),
kalau tidak salah di Al-Quran juga ada. Logis menurut saya, lalu pertanyaannya
mengapa jika yang

di usahakan itu sebuah kebaikan tetapi tidak diterima amal kebaikannya?


Jawabannya begini : Karena
dia bertindak / berusaha tidak atas nama Allah (mulai tidak logis, karena tidak
ada yang tahu
apa agama orang tua seseorang ketika dilahirkan, keluarga, lingkungan, dsb).
Lalu mengapa
menciptakan Agama dan manusia yang padahal sebelum menciptakan dia sudah
tau akan ada banyak
yang akan di masukan di Neraka? Mengapa siksaan di neraka sangat keji dan
kejam (bayangkan
film "The Saw" dimana korban di siksa karena perbuatannya, diluar
pemahamannya berhak atau
tidaknya si pelaku), apakah Tuhan seperti itu? dan lain sebagainya (banyak
sekali).

Dari semua itu mulai tumbuh dua kepribadian dalam diri saya, satu saya adalah
pembangkang karena
pertanyaan-pertanyaan saya, dua saya merasa nyaman karena Islam adalah
agama mayoritas di
negeri ini, dan agama yang direstui kedua orangtua saya. Dalam perjalanan itu
saya menjadi sangat
tertarik mempelajari sejarah Islam baik melalui hadist, Al-Quran, buku-buku dan
lain sebagainya. Karena
berkeinginan untuk membela Islam dari pernyataan-pernyataan buruk tentang
Islam dan pada
waktu itu ilmu ke Islam-an saya terutama sejarah dan latarbelakang masih
minim, dan saya ingin
membela Islam dengan bisa menjawab apapun pernyataan buruk dari luar Islam.
Selain Islam saya pun tertarik mempelajari sejarah dan ajaran-ajaran agama lain,
Kristen, Katolik,
Budha, Hindu, Konghucu. Saya tertarik menjadi Teolog pada saat itu (tentu saja
masih dalam frame Islam).

Sampai saya sudah bekerja dan menikah saya menemukan situs FFI ini dan
banyak hal yang saya

tidak suka disitus ini pada saat-saat awal (sampai sekarang sih, terutama cacian
dan makian, sorry no offence).
Pada saat itu saya berkeyakinan yang buruk tentang Islam tidak harus diyakini,
dan meyakini yang
baik-baik saja. Maka dari itu pada awal bergabung saya banyak menentang
tentang kejanggalankejanggalan yang di lontarkan disini. Sampai pada akhirnya saya memutuskan
untuk meninggalkan
situs ini (FFI Indonesia).

Saya Murtad!

Perjalanan saya belajar masih berlanjut, sampai pada suatu ketika saya bertanya
pada diri saya sendiri:
Jika Islam adalah agama yang benar, mengapa ada banyak kejanggalan, dan
saya selalu mengabaikan
dan tidak mau jauh-jauh memikirkan ke arah sana. Lalu saya berfikir, sebenarnya
bannyak pertanyaan-pertanyaan
yang ada dalam diri saya ini sudah terjawab, bahkan sebenarnya saya sudah tau
jawabannya sewaktu saya
bertanya waktu kecil, tapi saya selalu menolak karena "Ancaman dan Siksaan".
Siksaan itu begitu keji dan kejam
sehingga saya tidak mau memikirkan terlalu panjang apa yang saya ragukan,
sungguh ancaman itu sangat-sangat
besar pengaruhnya bagi saya (dan saya yakin bagi banyak umat Islam lainnya).

Yah, saya tau tembok besar yang menghalangi saya adalah "Ancaman &
Siksaan", dan pada saat itu akhirnya
saya memutuskan untuk keluar dari Islam. Lalu timbul pertanyaan, nanti jikalau
benar Islam itu benar apa yang
harus saya lakukan di hadapan Tuhan? Saya menjawab "Lakukanlah apa yang
ingin engkau lakukan kepadaku,
karena bukankah engkau yang menciptakan kejadian ini sedari awal sewaktu
saya belum ada, dan lalu mengapa

engkau menanyakannya?"

Diwaktu awal keluar dari Islam terus terang saya merasa bingung, dan seperti
tidak ada arah dan tujuan.
Persis seperti yang dikatakan umat Islam bahwa tidak beragama seperti tidak
punya arah dan tujuan.
Saya sedih dan putus asa (galau kalau bahasa sekarang), saya banyak melamun
dan seperti ingin kembali ke
Islam, karena ketika saya bingung saya berdoa, ketika saya ingin sesuatu saya
berdoa, ketika saya sedih saya berdoa,
ketika saya senang saya berdoa, lalu sekarang saya harus apa? tidak ada tempat
spiritual saya untuk mengungkapkan
sesuatu (diluar pengungkapan dengan seseorang, pengungkapan dengan
sesuatu di dalam hati pada sang pencipta
terasa lebih melegakan dan puas). Karena kegalauan itu saya seperti mendengar
bisikan-bisikan untuk pulang
ke Islam "Kembalilah-kembalilah....tenanglah bersamaku". Memang bisikan itu
sangat mempengaruhi mental saya,
dan sempat berfikir untuk kembali ke Islam. Tetapi setelah berfikir panjang,
kembali ke Islam mungkin akan
menenangkan saya dalam hal spiritual tetapi saya yakin dengan berdiri sebagai
Atheis-pun saya akan mendapatkan
sebuah ketenangan, karena diluar Islam pun saya masih bisa mengakui Tuhan.
Tuhan yang dahulu selalu
mengabulkan doa-doa saya adalah Tuhan yang sama yang saya akui sebagai
Atheis sekarang (Atheis ada dua bro,
mengakui Tuhan dan tidak), yah dengan mempunyai prinsip seperti itu saya
masih bisa merasakan ketenangan
spiritual dengan Tuhan sampai sekarang (dengan cara yang berbeda tentunya).

Mungkin ada yang bertanya bagaimana caranya? Jadi begini, selama Anda
pernah merasakan keberadaan Tuhan
dalam diri spiritual Anda, Anda akan tetap merasakannya Tuhan yang sama
sewaktu Anda pertama kali mengenal

Tuhan dalam diri Anda walaupun dalam seumur hidup Anda sudah 5 kali
berpindah Agama, Tuhan yang Anda rasakan
adalah Tuhan yang sama. Lalu bagaimana caranya untuk tetap berhubungan
dengan Tuhan saat menjadi Atheis?
Banyak caranya dan hasil nya adalah sama, pakai cara Islam, Kristen, dan Yahudi
adalah dengan berdoa, pakai
cara Hindu, Budha dengan meditasi. Dan hasilnya adalah sama!. Dan lalu
bagaimana tentang kehidupan setelah mati?
Dari semua agama ada cerita kehidupan setelah mati, dan banyak macamnya,
lalu bagaimana dengan Atheis?
Bagi saya, saya sama sekali tidak mengetahui kehidupan setelah mati, tapi
mengutip dari sebuah tulisan sebuah buku
bahwa "Anda mungkin tau dan bisa merasakan membayangkan ketika Anda
mati, tapi Anda tidak bisa merasakan dan
membayangkan bahwa Anda tidak Ada". Yah..., saya yakin tidak ada yang akan
bisa merasakan dan membayangkan
bahwa dirinya tidak ada (bukan mati), kosong dan sama sekali tidak ada. Saya
memang akan mati (dan kalian semua)
tapi saya akan tetap Ada.

Saya banyak belajar pengetahuan agama, baik Islam, Kristen, Katolik, Budha,
Hindu, dan Konghucu. Dan
saya banyak belajar tentang psikologi dan motivasi dari tokoh-tokoh terkenal
dalam dan luar negeri. Dan
itu banyak membantu saya dalam menemukan pola kehidupan. Jadi sekarang
saya amat terbiasa menjadi
Atheis (saya Atheis ber-Tuhan), dan lebih merasakan kebebasan MENERIMA
berbagai macam ilmu tanpa
di block oleh frame suatu Agama. Hidup ini lebih indah dan seru!.

Sory OOT dikit.. (bisa di hapus oleh pak Admin jika tidak berkenan)

Banyak yang berfikiran negatif tentang Atheis, jikalau teman-teman mau


mengatahui Atheis lebih dalam

(terutama yang melihat secara negatif) Atheis ada bermacam-macam; 1) Yang


kecewa dengan Agama-nya,
biasanya akan menjelek-jelekan mantan agamanya itu. 2) Yang sadar akan
pengetahuan yang dia tahu
tentang agama (biasanya akan menghormati semua agama), dan lain
sebagainya.

Mengapa saya memilih Atheis dan tidak memilih salah satu agama yang ada di
dunia? Karena menurut saya
semua agama punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing (menurut
saya loh, no offence).
Di seluruh dunia semua agama itu sangat sensitif, jikalau semua mau terbuka
dan berdiskusi tentang agama-nya
masing-masing dari semua lapisan, maka akan lebih menarik dan terlihat ada
sebuah MENTAL BLOCK yang di
bangun oleh sebuah agama. Sekali lagi tidak ada maksud menyinggung, hanya
pendapat pribadi.

Terima kasih sudah membaca...... Salam......

Anda mungkin juga menyukai