Anda di halaman 1dari 7

Nama: Wija Yanti

Judul: Yang Berat itu Bukan Rindu, tapi Istiqomah dalam Ketaatan

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Perkenalkan nama Aku Aina Nur Syifa yang memiliki arti perempuan yang
bercahaya sebagai penawar. Aku biasa disapa dengan syifa. Kisah hijrahku dimulai
saat aku duduk dibangku SMP, saat itu aku kelas 8. Saat itu aku dan teman-teman di
kelas tengah melakukan praktikum, lalu disela-sela praktikum salah satu temanku
bernama Anisya, mengajak kami berfoto. Hasil jepretan foto nya saat bagus dan
cantik, “kok wajah aku kusam banget ya ?” celetuk salah satu teman ku. Mendengar
hal itu, anisya berkata “mungkin kamu jarang shalat makannya wajah kamu kusam.”
Mendengar kata-kata dari anisya, hati ini merasa tertohok seakan diri ini tersadar dari
penyimpangan yang telah ku lakukan. Jujur, aku hanya melaksanakan sholat maghrib
dan sholat isya, itu pun kalau lagi mau, “Ya Allah betapa aku sangat berdosa,” lirihku
dalam hati. Setelah acara sesi foto, kami pun bergegas untuk berkemas karena waktu
praktikum sudah habis dan siap kembali ke kelas. Saat di Kelas aku merenungi
perkataan yang diucapkan oleh temanku tadi, Anisya. “Ya Allah, apakah ini suatu
hidayah untuk ku agar aku kembali kepadaMu?” lirih ku.
Hari-hari pun berlalu, aku mencoba untuk mendirikan shalat 5 waktu. Namun,
ternyata tidak semudah itu ada banyak kesulitan-kesulitan yang harus aku hadapi,
salah satunya adalah rasa malas yang terkadang tiba-tiba menggerogoti semangat ku
untuk berhijrah. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti
tahun aku mencoba untuk menapaki jalan hijrah ini, akhirnya aku berada dikelas IX
SMP. Alhamdulillah aku dipertemukan kembali oleh Anisya, Feny, Cut, dan Winda
teman yang menjadi contoh bagiku dalam perjalanan hijrah ku. Benar memang kata
orang-orang, jika kita berteman dengan penjual minyak wangi pasti kita akan
mendapat wangi harumnya. Artinya adalah, jika kita berteman dengan orang yang
ingat kepada Allah, InsyaAllah kita pun akan mengikuti kebaikan-kebaikan yang
mereka lakukan.
Hidayah itu sangat luar biasa, tidak semua orang mendapatkannya. Aku
merupakan salah satu hamba yang beruntung karena mendapatkan hidayah tersebut.
pada saat itu, tiba-tiba aku ingin memakai hijab saat di luar lingkungan sekolah
karena sebelumnya aku berhijab hanya saat disekolah. Aku mulai berhijab di rumah
saat aku duduk dibangku SMA saat itu aku masih kelas X. saat belajar menggunakan
hijab, banyak sekali orang-orang yang mencemooh ku, “Alah paling bentaran aja
pakai jilbabnya” kata salah-satu tetangga ku. Begitulah yang aku dengar ketika aku
mulai belajar menggunakan hijab. Awalnya aku sedikit goyah untuk melepaskannya
kembali, namun kembali lagi ku kuatkan tekad ku untuk berhijab. Alhamdulillah aku
berhasil melakukannya, walaupun belum sempurna dalam menutup aurat tapi aku
akan tetap belajar.
Hari-hari pun berlalu, akhirnya aku menginjakkan kaki ku di kelas XII SMA.
Saat masa-masa pubertas seperti ini, aku diuji oleh ketertarikanku dengan lawan jenis.
Aku jadi teringat firman Allah dalam surah Al-„Ankabut ayat 2 yang artinya “Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami
telah beriman dan mereka tidak diuji ?”. Pada ayat ini, Allah bertanya kepada
manusia yang mengaku beriman bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih
dulu diuji? Tidak, semua orang beriman justru harus diuji terlebih dahulu, sehingga
keimanannya terbukti. Aku diuji oleh perasaan ku, aku menyukai salah satu laki-laki
dikelasku. Karena lemahnya imanku serta minimnya ilmu pengetahuanku terkain
dengan pacaran akhirnya akupun terjerumus perbuatan dosa tersebut. Aku pun sering
sekali melakukan berchat ria dengan laki-laki itu, akhirnya lambat laun kami pun
berpacaran. Namun, setelah kujalani aku seperti merasakan bahwa hal ini tidaklah
benar dan dapat mengganggu proses ku di sekolah, orang tua ku juga melarang aku
untuk jangan berteman dekat dengan laki-laki. Akhirnya aku pun menuruti apa yang
dikatakan oleh orang tua ku. Hubungan ku dengan laki-laki tersebut berakhir setelah
2 bulan dijalani. Alhamdulillah ternyata Allah masih menyayangiku dengan
mengirimkan orang-orang yang memberiku arahan bahwa pacaran itu tidak
diperbolehkan. Aku masih meraba-raba dalam memahami islam ini, semoga kelak
aku bertemu dengan teman-teman yang dapat membantuku untuk memahami islam
lebih jauh.
Waktu terus berlalu, saat ini aku telah menjadi mahasiswa disalah satu
perguruan tinggi di kota Pekanbaru. Disini aku bertemu dengan teman-teman yang
berasal dari berbagai daerah. Sari salah satu teman satu kelasku, tiba-tiba
memanggilku “Wija, ikut LDF ini yuk kebetulan ini lagi masa-masa
openrecruitment.”. “Boleh la, yuk biar ga jadi mahasiswa kupu-kupu yakan hahahah”
kata ku. Kami pun pergi untuk mendaftar sebagai anggota LDF di Fakultas kami.
Awalnya aku hanya sekedar coba-coba aja, ternyata setelah bergabung disini
MasyaAllah banget. Disinilah awal mulanya aku belajar tentang apa itu islam.
Pada hari jumat, dari LDF kami selalu mengadakan kajian khusus akhwat,
namanya Kansa (Kajian khusus Annisa). Aku, Putri, dan Sari bergegas menuju
mushala fakultas kami tempat dimana Kajian tersebut diadakan. Kami sangat
bersemangat, karena tema pada kajian hari ini berjudul Pakain Istimewa untuk
Perempuan Istimewa. Selama kajian itu, aku terkagum-kagum dan juga banyak ilmu
pengetahuan yang aku dapatkan. salah satu penggalan dari kajian tersebut yang aku
ingat adalah tutuplah aurat sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam surah
Al-Ahzab ayat 59:
Artinya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri mu, anak-anak perempuan mu
dan istri-istri orang mukmin , Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh
tubuh mereka, yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga
mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Dari ayat ini kita dapat mengetahui bahwa kita diwajibkan untuk menutup
aurat, ke seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan kita. Dan Allah telah
menyediakan azab yang sangat pedih bagi hamba-hambanya yang tidak menutup
aurat, salah satunya adalah balasan bagi perempuan yang membuka rambut kepalanya
di hadapan orang selain suaminya diakhirat, yaitu akan digantung rambutnya diatas
api neraka hingga menggelegak isi otak nya. Apabila seorang perempuan yang sudah
baligh tidak menutup auratnya, dosa tidak hanya menjadi miliknya namun orang
tuanya juga ikut menanggung dosa yang ia perbuat selama ia belum menutup
auratnya. Mendengar hal itu Aku merasa sedih dan juga takut, “Ya Allah bantulah
aku menjadi seorang muslimah yang baik, aku ingin hijrah menjadi muslimah yang
baik maka kirimkan lah aku orang-orang yang akan membantuku dalam hijrah ini,
dan berilah aku petunjuk serta hidayahMu ya Allah,” pinta ku dalam hati. Setelah
selesai kajian aku membulatkan tekad untuk mengamalkan ilmu yang telah aku
dapatkan hari ini. Aku bergegas pergi ke took penjual jilbab untuk membei jilbab
yang sesuai dengan syariat islam, yaitu jilbabnya harus menutup dada dan tidak
menerawang. aku membeli sebanyak 3 buah jilbab, diakrenakan memeang uang saku
ku tidak cukup untuk membeli jilbab yang banyak.
Hari demi hari aku lewati dengan terus belajar tentang ilmu agama, aku mulai
membiasakan untuk sholat diawal waktu dan melakukan amalan sunnah lainnya.
Namun dalam perjalanan hijrah ku tak jarang aku dapati diriku ini yang future, iman
terkadang naik dan turun. Tetapi Alhamdulillah sari dan putri selalu mengingatkanku
dan selalu mengajaku pada hal-hal kebaikan. Disaat diriku malas untuk dating ke
kajian, mereka selalu dating menghampiriku untuk mengajak ku pergi. Disaat sholat
dhuha terasa begitu berak kulaksanaakan, ada mereka yang selalu mengajak ku untuk
shalat. Disaaat puasa sunnahku perlahan mulai ku tinggalkan, mereka pun senantiasa
untuk mengajak ku berpuasa kembali. Disaat sholat wajib ku selalu ku tunda-tunda,
ada mereka yang selalu mengingatkan dan mengajakku untuk shalat diawal waktu.
Allah selalu menghadirkan orang-orang yang selalu senantiasa mengingatkan ku pada
hal-hal kebaikan.
Aku, putri dan sari kami sama-sama untuk selalu mengingatkan dalam
kebaikan. Sampailah kami pada semester 6. Kami mendapatkan amanah untuk
melanjutkan organisasi kami ke tingkat Universitas. Saat itu aku diamanahkan di
Organisasi Al-Qur‟an ditingkat Universitas, Putri diamanahkan di Organisasi UKMI,
dan Sari diamanahkan di lembaga Legislatif yang ada di Universitas. Memang
diantara kami bertiga, hanya sari yang beramanah di lembaga yang tidak berbasis
islam. Intensitas kami bertemu semakin jarang dan semakin jauh karena kesibukan
masing-masing. ditambah lagi terdapatkan wabah pandemi virus corona yang
melanda Indonesia membuat seluruh kegiatan yang awalnya dilaksanakan secara
langsung, tiba-tiba beralih menjadi daring. Kami yang merupakan anak rantauan,
berbondong-bondong pulang ke kampung masing-masing. Aku, Sari, dan Putri saling
berjauhan dan hanya bertatap lewat telepon saja. Aku merasa ini sangat berat, aku
merindukan masa-masa ku saat di Pekanbaru. Kini tidak adalagi yang mengingatkan
ku dikala aku futur, tidak adalagi yang mengajak ku untuk mengikuti kajian-kajian
yang ada di kampus. Langkahku kali ini tidak mudah, aku merasa sendirian,
amalanku berantakan, amalan sunnah yang dulu ku kerjakan perlahan kini
kutinggalkan. Ibadah wajib hanya ku kerjakan hanya sekedarnya saja, tidak
kutemukan kekhusukan dalam beribadah. Al-qur‟an yang dulu selalu ku baca, kini ku
biarkan ia berdebu dilemari. Semangatku dulu yang menggebu-gebu untuk belajar
agama, kini hilang entah kemana. Ku coba untuk merenungi segala yang terjadi pada
diriku saat ini, mengingat kembali ketaatan yang dahulu pernah kutapaki, tak terasa
air mata ini menetes begitu saja. “Ya Allah hamba sudah terlalu jauh dari Mu, hamba
rindu manisnya iman. Ya Allah bantulah hamba untuk kembali ke jalanMu Ya Allah”
pinta ku dalam do‟a yang ku panjatkan kepada Sang Khalik.
Kini kusadari bahwa tetap istiqomah dalam ketaatan itu berat, oleh karena itu
agar tetap istiqomah dalam ketaatan kita harus berkumpul dengan orang-orang yang
taat kepada Allah, orang-orang yang senantiasa selalu mengingatkan kita akan hal
kebaikan, menegur kita dikala kita menyimpang, dan harus pandai-pandai dalam
memilih teman untuk bergaul teman yang baik adalah teman yang selalu senantiasa
mengingatkan kita pada hal kebaikan dan selalu menasehati kita apabila kita
melakukan penyimpangan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya,
perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti
penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi
terkadang mengoleskan minyak wanginya kepada kamu dan terkadang kamu
membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi
itu. Sementara, tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaianmu ataupun kamu
akan mencium baunya yang tidak sedap." (HR. Muslim). Hadits di atas bukan
menceritakan pekerjaan seorang teman tapi perumpamaan yang menggambarkan
bagaimana teman dekat memberikan pengaruh terhadap diri kita.
Hadis ini bukan menceritakan tentang profesi, namun perumpamaan ketika kita
berteman dengan seseoarang. Apabila kita berteman dengan orang baik, maka kita
akan ikut menjadi baik. Sedangkan apabila kita berteman dengan orang yang buruk,
maka kita akan ikut pengaruh buruknya. Maka ketika kita ingin belajar istiqomah,
pilihlah teman yang benar-benar mengajak mu dalam kebaikan bukan keburukan.
Teman yang baik akan selalu mengingatkanmu jika kamu berbuat salah dan selalu
mengajak mu untuk menggapai ridho Ilahi. Teman yang buruk akan mengajak kamu
kepada kemaksiatan, dan jauh dari Allah.

Anda mungkin juga menyukai