0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan7 halaman
Tiga kalimat:
Narator menceritakan perjalanan hidupnya dalam mempraktikkan agama Islam, mulai dari terdorong untuk shalat lima waktu oleh teman SMP hingga menjadi mahasiswi aktif di organisasi keagamaan kampus. Namun, selama pandemi virus corona ia merasa kehilangan semangat beribadah dan butuh bantuan Allah untuk kembali ke jalan yang benar.
Tiga kalimat:
Narator menceritakan perjalanan hidupnya dalam mempraktikkan agama Islam, mulai dari terdorong untuk shalat lima waktu oleh teman SMP hingga menjadi mahasiswi aktif di organisasi keagamaan kampus. Namun, selama pandemi virus corona ia merasa kehilangan semangat beribadah dan butuh bantuan Allah untuk kembali ke jalan yang benar.
Tiga kalimat:
Narator menceritakan perjalanan hidupnya dalam mempraktikkan agama Islam, mulai dari terdorong untuk shalat lima waktu oleh teman SMP hingga menjadi mahasiswi aktif di organisasi keagamaan kampus. Namun, selama pandemi virus corona ia merasa kehilangan semangat beribadah dan butuh bantuan Allah untuk kembali ke jalan yang benar.
Judul: Yang Berat itu Bukan Rindu, tapi Istiqomah dalam Ketaatan
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perkenalkan nama Aku Aina Nur Syifa yang memiliki arti perempuan yang bercahaya sebagai penawar. Aku biasa disapa dengan syifa. Kisah hijrahku dimulai saat aku duduk dibangku SMP, saat itu aku kelas 8. Saat itu aku dan teman-teman di kelas tengah melakukan praktikum, lalu disela-sela praktikum salah satu temanku bernama Anisya, mengajak kami berfoto. Hasil jepretan foto nya saat bagus dan cantik, “kok wajah aku kusam banget ya ?” celetuk salah satu teman ku. Mendengar hal itu, anisya berkata “mungkin kamu jarang shalat makannya wajah kamu kusam.” Mendengar kata-kata dari anisya, hati ini merasa tertohok seakan diri ini tersadar dari penyimpangan yang telah ku lakukan. Jujur, aku hanya melaksanakan sholat maghrib dan sholat isya, itu pun kalau lagi mau, “Ya Allah betapa aku sangat berdosa,” lirihku dalam hati. Setelah acara sesi foto, kami pun bergegas untuk berkemas karena waktu praktikum sudah habis dan siap kembali ke kelas. Saat di Kelas aku merenungi perkataan yang diucapkan oleh temanku tadi, Anisya. “Ya Allah, apakah ini suatu hidayah untuk ku agar aku kembali kepadaMu?” lirih ku. Hari-hari pun berlalu, aku mencoba untuk mendirikan shalat 5 waktu. Namun, ternyata tidak semudah itu ada banyak kesulitan-kesulitan yang harus aku hadapi, salah satunya adalah rasa malas yang terkadang tiba-tiba menggerogoti semangat ku untuk berhijrah. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun aku mencoba untuk menapaki jalan hijrah ini, akhirnya aku berada dikelas IX SMP. Alhamdulillah aku dipertemukan kembali oleh Anisya, Feny, Cut, dan Winda teman yang menjadi contoh bagiku dalam perjalanan hijrah ku. Benar memang kata orang-orang, jika kita berteman dengan penjual minyak wangi pasti kita akan mendapat wangi harumnya. Artinya adalah, jika kita berteman dengan orang yang ingat kepada Allah, InsyaAllah kita pun akan mengikuti kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Hidayah itu sangat luar biasa, tidak semua orang mendapatkannya. Aku merupakan salah satu hamba yang beruntung karena mendapatkan hidayah tersebut. pada saat itu, tiba-tiba aku ingin memakai hijab saat di luar lingkungan sekolah karena sebelumnya aku berhijab hanya saat disekolah. Aku mulai berhijab di rumah saat aku duduk dibangku SMA saat itu aku masih kelas X. saat belajar menggunakan hijab, banyak sekali orang-orang yang mencemooh ku, “Alah paling bentaran aja pakai jilbabnya” kata salah-satu tetangga ku. Begitulah yang aku dengar ketika aku mulai belajar menggunakan hijab. Awalnya aku sedikit goyah untuk melepaskannya kembali, namun kembali lagi ku kuatkan tekad ku untuk berhijab. Alhamdulillah aku berhasil melakukannya, walaupun belum sempurna dalam menutup aurat tapi aku akan tetap belajar. Hari-hari pun berlalu, akhirnya aku menginjakkan kaki ku di kelas XII SMA. Saat masa-masa pubertas seperti ini, aku diuji oleh ketertarikanku dengan lawan jenis. Aku jadi teringat firman Allah dalam surah Al-„Ankabut ayat 2 yang artinya “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji ?”. Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dulu diuji? Tidak, semua orang beriman justru harus diuji terlebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Aku diuji oleh perasaan ku, aku menyukai salah satu laki-laki dikelasku. Karena lemahnya imanku serta minimnya ilmu pengetahuanku terkain dengan pacaran akhirnya akupun terjerumus perbuatan dosa tersebut. Aku pun sering sekali melakukan berchat ria dengan laki-laki itu, akhirnya lambat laun kami pun berpacaran. Namun, setelah kujalani aku seperti merasakan bahwa hal ini tidaklah benar dan dapat mengganggu proses ku di sekolah, orang tua ku juga melarang aku untuk jangan berteman dekat dengan laki-laki. Akhirnya aku pun menuruti apa yang dikatakan oleh orang tua ku. Hubungan ku dengan laki-laki tersebut berakhir setelah 2 bulan dijalani. Alhamdulillah ternyata Allah masih menyayangiku dengan mengirimkan orang-orang yang memberiku arahan bahwa pacaran itu tidak diperbolehkan. Aku masih meraba-raba dalam memahami islam ini, semoga kelak aku bertemu dengan teman-teman yang dapat membantuku untuk memahami islam lebih jauh. Waktu terus berlalu, saat ini aku telah menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota Pekanbaru. Disini aku bertemu dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah. Sari salah satu teman satu kelasku, tiba-tiba memanggilku “Wija, ikut LDF ini yuk kebetulan ini lagi masa-masa openrecruitment.”. “Boleh la, yuk biar ga jadi mahasiswa kupu-kupu yakan hahahah” kata ku. Kami pun pergi untuk mendaftar sebagai anggota LDF di Fakultas kami. Awalnya aku hanya sekedar coba-coba aja, ternyata setelah bergabung disini MasyaAllah banget. Disinilah awal mulanya aku belajar tentang apa itu islam. Pada hari jumat, dari LDF kami selalu mengadakan kajian khusus akhwat, namanya Kansa (Kajian khusus Annisa). Aku, Putri, dan Sari bergegas menuju mushala fakultas kami tempat dimana Kajian tersebut diadakan. Kami sangat bersemangat, karena tema pada kajian hari ini berjudul Pakain Istimewa untuk Perempuan Istimewa. Selama kajian itu, aku terkagum-kagum dan juga banyak ilmu pengetahuan yang aku dapatkan. salah satu penggalan dari kajian tersebut yang aku ingat adalah tutuplah aurat sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam surah Al-Ahzab ayat 59: Artinya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri mu, anak-anak perempuan mu dan istri-istri orang mukmin , Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Dari ayat ini kita dapat mengetahui bahwa kita diwajibkan untuk menutup aurat, ke seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan kita. Dan Allah telah menyediakan azab yang sangat pedih bagi hamba-hambanya yang tidak menutup aurat, salah satunya adalah balasan bagi perempuan yang membuka rambut kepalanya di hadapan orang selain suaminya diakhirat, yaitu akan digantung rambutnya diatas api neraka hingga menggelegak isi otak nya. Apabila seorang perempuan yang sudah baligh tidak menutup auratnya, dosa tidak hanya menjadi miliknya namun orang tuanya juga ikut menanggung dosa yang ia perbuat selama ia belum menutup auratnya. Mendengar hal itu Aku merasa sedih dan juga takut, “Ya Allah bantulah aku menjadi seorang muslimah yang baik, aku ingin hijrah menjadi muslimah yang baik maka kirimkan lah aku orang-orang yang akan membantuku dalam hijrah ini, dan berilah aku petunjuk serta hidayahMu ya Allah,” pinta ku dalam hati. Setelah selesai kajian aku membulatkan tekad untuk mengamalkan ilmu yang telah aku dapatkan hari ini. Aku bergegas pergi ke took penjual jilbab untuk membei jilbab yang sesuai dengan syariat islam, yaitu jilbabnya harus menutup dada dan tidak menerawang. aku membeli sebanyak 3 buah jilbab, diakrenakan memeang uang saku ku tidak cukup untuk membeli jilbab yang banyak. Hari demi hari aku lewati dengan terus belajar tentang ilmu agama, aku mulai membiasakan untuk sholat diawal waktu dan melakukan amalan sunnah lainnya. Namun dalam perjalanan hijrah ku tak jarang aku dapati diriku ini yang future, iman terkadang naik dan turun. Tetapi Alhamdulillah sari dan putri selalu mengingatkanku dan selalu mengajaku pada hal-hal kebaikan. Disaat diriku malas untuk dating ke kajian, mereka selalu dating menghampiriku untuk mengajak ku pergi. Disaat sholat dhuha terasa begitu berak kulaksanaakan, ada mereka yang selalu mengajak ku untuk shalat. Disaaat puasa sunnahku perlahan mulai ku tinggalkan, mereka pun senantiasa untuk mengajak ku berpuasa kembali. Disaat sholat wajib ku selalu ku tunda-tunda, ada mereka yang selalu mengingatkan dan mengajakku untuk shalat diawal waktu. Allah selalu menghadirkan orang-orang yang selalu senantiasa mengingatkan ku pada hal-hal kebaikan. Aku, putri dan sari kami sama-sama untuk selalu mengingatkan dalam kebaikan. Sampailah kami pada semester 6. Kami mendapatkan amanah untuk melanjutkan organisasi kami ke tingkat Universitas. Saat itu aku diamanahkan di Organisasi Al-Qur‟an ditingkat Universitas, Putri diamanahkan di Organisasi UKMI, dan Sari diamanahkan di lembaga Legislatif yang ada di Universitas. Memang diantara kami bertiga, hanya sari yang beramanah di lembaga yang tidak berbasis islam. Intensitas kami bertemu semakin jarang dan semakin jauh karena kesibukan masing-masing. ditambah lagi terdapatkan wabah pandemi virus corona yang melanda Indonesia membuat seluruh kegiatan yang awalnya dilaksanakan secara langsung, tiba-tiba beralih menjadi daring. Kami yang merupakan anak rantauan, berbondong-bondong pulang ke kampung masing-masing. Aku, Sari, dan Putri saling berjauhan dan hanya bertatap lewat telepon saja. Aku merasa ini sangat berat, aku merindukan masa-masa ku saat di Pekanbaru. Kini tidak adalagi yang mengingatkan ku dikala aku futur, tidak adalagi yang mengajak ku untuk mengikuti kajian-kajian yang ada di kampus. Langkahku kali ini tidak mudah, aku merasa sendirian, amalanku berantakan, amalan sunnah yang dulu ku kerjakan perlahan kini kutinggalkan. Ibadah wajib hanya ku kerjakan hanya sekedarnya saja, tidak kutemukan kekhusukan dalam beribadah. Al-qur‟an yang dulu selalu ku baca, kini ku biarkan ia berdebu dilemari. Semangatku dulu yang menggebu-gebu untuk belajar agama, kini hilang entah kemana. Ku coba untuk merenungi segala yang terjadi pada diriku saat ini, mengingat kembali ketaatan yang dahulu pernah kutapaki, tak terasa air mata ini menetes begitu saja. “Ya Allah hamba sudah terlalu jauh dari Mu, hamba rindu manisnya iman. Ya Allah bantulah hamba untuk kembali ke jalanMu Ya Allah” pinta ku dalam do‟a yang ku panjatkan kepada Sang Khalik. Kini kusadari bahwa tetap istiqomah dalam ketaatan itu berat, oleh karena itu agar tetap istiqomah dalam ketaatan kita harus berkumpul dengan orang-orang yang taat kepada Allah, orang-orang yang senantiasa selalu mengingatkan kita akan hal kebaikan, menegur kita dikala kita menyimpang, dan harus pandai-pandai dalam memilih teman untuk bergaul teman yang baik adalah teman yang selalu senantiasa mengingatkan kita pada hal kebaikan dan selalu menasehati kita apabila kita melakukan penyimpangan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya, perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan minyak wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara, tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaianmu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap." (HR. Muslim). Hadits di atas bukan menceritakan pekerjaan seorang teman tapi perumpamaan yang menggambarkan bagaimana teman dekat memberikan pengaruh terhadap diri kita. Hadis ini bukan menceritakan tentang profesi, namun perumpamaan ketika kita berteman dengan seseoarang. Apabila kita berteman dengan orang baik, maka kita akan ikut menjadi baik. Sedangkan apabila kita berteman dengan orang yang buruk, maka kita akan ikut pengaruh buruknya. Maka ketika kita ingin belajar istiqomah, pilihlah teman yang benar-benar mengajak mu dalam kebaikan bukan keburukan. Teman yang baik akan selalu mengingatkanmu jika kamu berbuat salah dan selalu mengajak mu untuk menggapai ridho Ilahi. Teman yang buruk akan mengajak kamu kepada kemaksiatan, dan jauh dari Allah.