Nama ku Kinanti Sekar. Aku sering dipanggil temanku dengan panggilan Sekar. Aku merupakan lulusan dari Universitas Gajah Mada 2 tahun yang lalu. Saat ini aku menjadi manajer di suatu perusahaan besar di kotaku. Usahaku selama ini tidak sia sia, aku berjuang dari masa kelamku, sampai aku sadar ketika kita berhenti pada titik kelam, kesempatan untuk menjemput kesuksesan dunia dan akhirat juga akan berhenti. Ketika aku duduk dibangku SMP aku sering mendapat peringkat pertama di kelasku. Bapak Ibu guru sangat mengenalku karena prestasiku. Sehingga pada akhirnya aku jenuh dengan semua itu,”Mengapa aku tidak menjadi diriku sendiri?”. Gumamku. Aku mulai mencari teman baru dari media sosial. Aku mulai bergaul dengan remaja remaja jalanan semenjak waktu itu. Pergaulanku sangat bebas, aku sering mengamen sampai tidak kenal waktu. Akupun juga sering tidak masuk sekolah apalagi pulang ke rumah. Mungkin seminggu dua kali. Itu tidak menjadi permasalahan di keluargaku, karena ayah dan ibuku sudah berpisah semenjak aku duduk dibangku SMP. “Dari mana saja kamu?” Hanya itu yang dikatakan ayahku ketika aku pulang kerumah. Aku pulang hanya untuk mandi. Aku mulai malas mandi dan jarang beribadah. Aku mulai menjauhi Tuhan. Ketika itu aku merasakan kehidupan yang bebas tanpa ada yang mengatur dan aku merasakan bahwa aku sepantasnya ada disini, aku merasa bahwa ini duniaku. Ketika kenaikan kelas peringkatku benar benar jatuh, yang dulu aku dikenal sebagai siswa yang berprestasi tetapi tidak juga dengan sekarang, saat ini aku dikenal sebagai siswa yang punya berbagai macam masalah. Karena dipergaulanku saat ini aku dengan bebas melakukan apa saja, aku sering melakukan perkelahian dengan teman sekelasku sendiri. Aku merasa otakku sangat keras waktu itu,tidak ada yang boleh mengalahkan aku. Sampai pada titik aku mengalami kecelakaan sampai gendang telingaku harus dioperasi. Aku didiagnosis tuli permanen, karena kerusakan parah pada gendang telingaku. Aku tidak bisa tidur dan mulai putus asa. “Mungkin lebih baik aku menghilang dari dunia ini.” Gumamku. Aku menahan semua cemoohan dari orang orang sekitarku, meskipun aku tidak bisa mendengar,tetapi aku bisa melihat tatapan mereka dan membaca gerakan mulut dari mereka. Akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan apa yang aku bisa lakukan. Mungkin aku bisa melompat dari atap apartement. Aku langsung bergegas jalan ke apartemen yang jaraknya juga cukup jauh dari rumahku. Lalu ketika diperjalanan aku bertemu dengan seorang yang tak jelas apakah dia perempuan ataupun lelaki. Entah mengapa aku hanya bisa mendengar suaranya. “Wahai anak muda, apa yang membuatmu sedih? Apa yang akan kamu lakukan?” Ucapnya. Aku spontan menjawab “Aku mau bunuh diri”. “Baiklah,aku akan mengantarmu,tetapi ada satu syarat. Kau harus mau ikut aku sebentar.” Tanpa sadar aku mengiyakan. Lalu aku mengikutinya sampi pada gerbang sebuah masjid. Pada detik itu aku merasakan seperti mimpi, aku menyaksikan langsung seseorang yang menghampiriku berubah layaknya malaikat yang terbang menggunakan sayapnya dengan tersenyum lebar kepadaku. Orang itu menjauh ke atas langit sampai tak terlihat, saat itu aku merasakan sakit sesakit sakitnya pada telingaku. Rasa sakit itu menghilang dan digantikan dengan lantunan suara adzan yang aku dengar. Suara kerumunan orang mulai aku dengan. Entah aku sangat menangis ketika mendengar adzan. Lalu aku bergegas pergi ke masjid untuk mengambil air wudhu. Aku sangat damai ketika bisa mendengarkan kucuran air wudhu saat itu. 4 tahun berlalu. Ketika kejadian tersebut aku memutuskan untuk berhijrah dan mulai memperbaiki diri. Aku mulai menutup auratku dengan sebaik mungkin dan aku sangat bersyukur semua ujian masuk universitas dipermudah dan segala urusan berjalan lancar. Sampai aku bertemu dengan pendamping hidupku, hingga aku masuk ke sebuah perusahaan, berawal dari karyawan sampai menjadi manajer. Aku sangat bersyukur. Tentukan semua jalan hidupmu. Ketika aku memutuskan untuk tetap pada masa kelam, surga tidak akan mau menerimaku. Mungkin neraka yang menantiku. Dan Allah membuka pintu taubat seluas lautan. Bertaubatlah sebelum terlambat.