Anda di halaman 1dari 2

Hijrahku

Oleh : Shofiyatul Ilmi


Nama ku Kinanti Sekar. Aku sering dipanggil temanku dengan
panggilan Sekar. Aku merupakan lulusan dari Universitas Gajah Mada
2 tahun yang lalu. Saat ini aku menjadi manajer di suatu perusahaan
besar di kotaku. Usahaku selama ini tidak sia sia, aku berjuang dari
masa kelamku, sampai aku sadar ketika kita berhenti pada titik kelam,
kesempatan untuk menjemput kesuksesan dunia dan akhirat juga akan
berhenti.
Ketika aku duduk dibangku SMP aku sering mendapat
peringkat pertama di kelasku. Bapak Ibu guru sangat mengenalku
karena prestasiku. Sehingga pada akhirnya aku jenuh dengan semua
itu,”Mengapa aku tidak menjadi diriku sendiri?”. Gumamku. Aku
mulai mencari teman baru dari media sosial. Aku mulai bergaul
dengan remaja remaja jalanan semenjak waktu itu. Pergaulanku sangat
bebas, aku sering mengamen sampai tidak kenal waktu. Akupun juga
sering tidak masuk sekolah apalagi pulang ke rumah. Mungkin
seminggu dua kali. Itu tidak menjadi permasalahan di keluargaku,
karena ayah dan ibuku sudah berpisah semenjak aku duduk dibangku
SMP. “Dari mana saja kamu?” Hanya itu yang dikatakan ayahku
ketika aku pulang kerumah.
Aku pulang hanya untuk mandi. Aku mulai malas mandi dan
jarang beribadah. Aku mulai menjauhi Tuhan. Ketika itu aku
merasakan kehidupan yang bebas tanpa ada yang mengatur dan aku
merasakan bahwa aku sepantasnya ada disini, aku merasa bahwa ini
duniaku. Ketika kenaikan kelas peringkatku benar benar jatuh, yang
dulu aku dikenal sebagai siswa yang berprestasi tetapi tidak juga
dengan sekarang, saat ini aku dikenal sebagai siswa yang punya
berbagai macam masalah. Karena dipergaulanku saat ini aku dengan
bebas melakukan apa saja, aku sering melakukan perkelahian dengan
teman sekelasku sendiri. Aku merasa otakku sangat keras waktu
itu,tidak ada yang boleh mengalahkan aku. Sampai pada titik aku
mengalami kecelakaan sampai gendang telingaku harus dioperasi.
Aku didiagnosis tuli permanen, karena kerusakan parah pada gendang
telingaku.
Aku tidak bisa tidur dan mulai putus asa. “Mungkin lebih baik
aku menghilang dari dunia ini.” Gumamku. Aku menahan semua
cemoohan dari orang orang sekitarku, meskipun aku tidak bisa
mendengar,tetapi aku bisa melihat tatapan mereka dan membaca
gerakan mulut dari mereka. Akhirnya aku memutuskan untuk
mengakhiri hidupku dengan apa yang aku bisa lakukan. Mungkin aku
bisa melompat dari atap apartement. Aku langsung bergegas jalan ke
apartemen yang jaraknya juga cukup jauh dari rumahku. Lalu ketika
diperjalanan aku bertemu dengan seorang yang tak jelas apakah dia
perempuan ataupun lelaki. Entah mengapa aku hanya bisa mendengar
suaranya. “Wahai anak muda, apa yang membuatmu sedih? Apa yang
akan kamu lakukan?” Ucapnya. Aku spontan menjawab “Aku mau
bunuh diri”. “Baiklah,aku akan mengantarmu,tetapi ada satu syarat.
Kau harus mau ikut aku sebentar.” Tanpa sadar aku mengiyakan. Lalu
aku mengikutinya sampi pada gerbang sebuah masjid. Pada detik itu
aku merasakan seperti mimpi, aku menyaksikan langsung seseorang
yang menghampiriku berubah layaknya malaikat yang terbang
menggunakan sayapnya dengan tersenyum lebar kepadaku. Orang itu
menjauh ke atas langit sampai tak terlihat, saat itu aku merasakan sakit
sesakit sakitnya pada telingaku. Rasa sakit itu menghilang dan
digantikan dengan lantunan suara adzan yang aku dengar. Suara
kerumunan orang mulai aku dengan. Entah aku sangat menangis
ketika mendengar adzan. Lalu aku bergegas pergi ke masjid untuk
mengambil air wudhu. Aku sangat damai ketika bisa mendengarkan
kucuran air wudhu saat itu.
4 tahun berlalu. Ketika kejadian tersebut aku memutuskan
untuk berhijrah dan mulai memperbaiki diri. Aku mulai menutup
auratku dengan sebaik mungkin dan aku sangat bersyukur semua ujian
masuk universitas dipermudah dan segala urusan berjalan lancar.
Sampai aku bertemu dengan pendamping hidupku, hingga aku masuk
ke sebuah perusahaan, berawal dari karyawan sampai menjadi
manajer. Aku sangat bersyukur.
Tentukan semua jalan hidupmu. Ketika aku memutuskan untuk
tetap pada masa kelam, surga tidak akan mau menerimaku. Mungkin
neraka yang menantiku. Dan Allah membuka pintu taubat seluas
lautan. Bertaubatlah sebelum terlambat.

Anda mungkin juga menyukai