Anda di halaman 1dari 6

OPTIMISME MEMBANGUN HARAPAN UNTUK

HARI ESOK YANG LEBIH BAIK

M. DAFFA ALKAYSAN
MEKKAH 22

Keas 8.2

Kabupaten pelalawan - riau

i
Perjuangan merupakan segala sesuatu yang dilakukan manusia untuk
mencapai suatu tujuan yang indah dan untuk meraih sesuatu yang di impikan demi
kemuliaan dan kebaikan. Dalam melakukan perjuangan begitu banyak hambatan
yang akan dilaluinya, semakin kita kuat menjalanin hambatan ini semakin kuat kita
menjalankan tujuan yang kita impikan.

Dan perjuangan inilah kunci pertama yang kita punya. Termasuk saya,
saya memiliki perjuangan yang begitu besar untuk mencapai impian yang ingin
saya raih dan ingin semua itu terwujud satu demi persatu. Perjuangan besar dari
awal saya duduki masa SMP saya hingga saat ini.

Telah saya niatkan dalam diri saya, dalam menjalankan perjuangan itu
sangat lah berat, dan begitu banyak hambatan yang akan dilaluinya. Saya
mempunyai tekad yang teguh agar perjuangan dan impian yang saya impikan akan
tercapai. Begitu banyak hambatan yang saya lalui saat itu.

Pada pertengahan Sekolah Dasar ( SD ) saya telah memiliki tekad yang


kuat untuk meraih impian saya dan ingin mewujudkan impian orang tua saya. Saat
itu orang tua saya ingin anak-anak nya untuk bersekolah di Pondok Pesantren dan
kebetulan ayah saya alumuni pondok pesantern juga. Dan saat itu saya berfikir
"bagaimana dengan saya yang tak bisa jauh dari ayah dan bunda?" tapi mereka ingin
anak-anaknya masuk dan belajar didalam Pondok Pesantren hingga lulus. Dan
langkah awal saya yang bisa saya pelajari saat itu niat dalam diri saya bahwa saya
"Bisa".

Saya bisa mewujudkan apa yang diimpikan kedua orang tua saya. Awal
mula perjuangan saya di mulai setalah Lulus SD dan Awal menduduki bangku
SMP. Dimana semua orang ingin masuk di SMP yang mereka impikan saat itu
pupus lah sudah impian SMP yang saya impikan. Saat itu pertama kali saya harus
berpisah sementara dengan kedua orang tua saya. Dan awal kehidupan baru yang
akan saya jalankan demi impian. Awal kehidupan di Pondok Pesantren. Dalam
pikiran saya "Pondok Pesantren itu tidak menyenangkan, dibanding kehidupan di
rumah. Pondok Pesantren itu banyak peraturan, tidak bebas seperti dirumah. Dan
apalagi bakal jauh dari orang tua dalam waktu yang sangat lama, dan harus siap

1
menahan rindu dengan orang rumah, nanti kalau masuk pondok air nya gak seperti
dirumah?!, makan gak enak?!", mencuci dan menyiapkan pakain sendiri. Dalam
perjuanganku saat di Pondok Pesantren itu membuat ku menyadari dari
pelajaran kehidupan.

Di dalam Pondok Pesantren itu harus membiasakan diri kita dengan jadwal
belajar dan kegiatan yang super padat banget, seperti tidak ada waktu untuk
beristirahat. Karena jadwal keseharian kita saja terjadwal. Bangun tidur jam tiga
pagi, dan itu dilakukan untuk shalat Tahajud dan mengaji sambil menunggu waktu
shalat subuh dan seseorang yang hidup di Pondok Pesantren akan merasakan benar-
benar yang Namanya penegakkan aturan, dan setiap aturan yang dilanggarnya akan
ada hukumannya.

Kita harus mempelajari 2 bahasa asing yaitu, Inggris dan Arab, ini adalah
Bahasa sehari-hari santri yang digunakan dalam Pondok. Pertemanan kita semakin
banyak dan mempunyai teman dari berbagai daerah. Tidur bareng dengan teman-
teman yang sama-sama berjuang yang jauh dari kedua oran tuanya. Tak seperti
dirumah tidur yang hanya sendiri. Kini hidup di Pondok Pesantren itu adalah
kebersamaan dalam segala sesuatu, maupun itu suka dan duka, dalam kehidupan di
Pondok tidak ada yang Namanya perbedaan semua sama, dari anak penjabat, kiyai
pondok semua disamakan dalam kehidupan sehari-hari di pondok dan peraturan
dalam Pondok Pesantren. Semua kebiasaan Manja kini menjadi Mandiri dan kini
berubah sejak saya di Pondok Pesantren ini adalah perjuangan yang saya lakukan.

Saya seorang anak yang manja, tak bisa jauh dari kedua orang tua, hidup
serba enak, tapi semenjak saya masuk Pondok Pesantren saya banyak belajar dari
kehidupan berjuang untuk mewujudkan impian kedua orang tua saya dan impian
saya yang besar. Perjuangan di Pondok begitu banyak proses yang dilakukannya
seperti, Ikhlas, ikhlas menjalankan kehidupan sehari-hari di dalam pondok. Sabar,
sabar menjalankan peraturan yang ada dalam Pondok. Dan saat itu saya
mempelajari pengetahuan kehidupan pondok dan mempelajari dari arti perjuangan.
Dan ketika seseorang tidak kuat untuk menjalankan kehidupan di dalam pondok,
kini saya harus bisa menjalakan kehidupan di dalam pondok. Karena memang

2
sangat berbeda kehidupan dirumah dan di pondok. Memang kehidupan didalam
Pondok Pesantren memang banyak yang bilang bahwa Pondok itu keras, tak mudah
dan begitu banyak peraturan yang harus di jalankan dan setiap kali jadwal menelfon
ayah dan bunda saya menangis dan minta pulang, ayah dan bunda selalu
memberikan nasehat terhadap saya, dalam hati saya saya sudah bosan selalu di beri
nasehat, ketika bunda saya menasehati saya, coba memandang itu tidak hanya ke
atas saja tetapi juga ke bawah nak?, maksudnya ada kawan saya yang jauh asal
daerahnya, tidak bisa ibunya menjenguknya bahkan mau pulang atau kegiatan
Birrul walidain pun dia pulang sendirian naik bus, bahkan naik kapal yang berhari-
hari, tetapi dia sanggup menjalini semua ini kan alkaysan anakku?, itulah yang
harus kamu renungkan naik. Saya termenung sesaat, dan berhayal menjadi teman
yang di ceritakan bunda, ternyata dia lebih tegar dan kuat dari saya. Dan saya
perlahan sadar dan paham bahwa semua hal itu justru membentuk diri saya menjadi
pribadi yang kuat. Inilah jalan perjuangan saya saat itu.

Mengawali kisah ini saat masih menginjak bangku kelas 1 Madrasah


sanawiyah di pondok pesantren icbs harau saya dan beberapa teman mengikuti
ajang tahfiz qur’an yang di laksanakan di pekanbaru. Sebagai santri yang baru
masuk pondok pasti ada merasakan tidak betah karena jauh dari orang tua, yang
mana saya sendiri merasakan ketidak nyamanan selama belajar di pondok, apalagi
di pondok semua kegiatan atau pun aktifitas di laksanakan sendirian dan juga di
kelilingi dengan teman -teman yang baru dari berbagai daerah. Setiap kalimat yang
diucapkan oleh sang ustadz direnungi dalam-dalam. Dalam hatinya saya
sepenuhnya membenarkan ucapan-ucapan ustadz bahwa mungkin ini hanya awal
saja, setelah beberapa hari dan berkawan dengan santri lainnya, kerinduan juga akan
terobati. Ini hanya persoalan waktu. Alkaysan memantapkan hatinya, saya harus
menjadi santri yang hebat” ikrarnya pada diri sendiri

Pada waktu itu ada pengumuman akan mengikuti karantina tahfiz yang di
laksanakan di hotel tiga dara di pekanbaru. Perasaan saya senang sekali, terlintas di
benak bisa pulang kerumah, bisa bermain dan berkumpul bersama keluarga, bahkan
saya sendiri mendaftar untuk mengikuti karantina tahfiz selama satu bulan, dalam
pikiran saya bisa pulang ke rumah, bisa bermain dan berkumpul bersama keluarga.

3
Kemudian saya mendengar informasi sana sini karantina tahfiz banyak aturan-
aturannya salah satunya tidak di izinkan ketemu keluarga hati saya pun kecewa
yang luar biasa, sehingga saya mau membatalkannya ternyata jauh dari hayalan
saya selama ini, akhirnya karena sudah mendaftar, saya pun tidak bisa membatalkan
karentina tahfiz, saya konsultasi sama orang tua dan ustad, mau tidak mau saya
harus mengikuti karantina tahfiz, terpaksa saya memilih karantina tahfiz selama
lima belas hari saja dari pada satu bulan terlalu lama dalam pikiran saya.

Setelah pendaftaran keluarlah nama saya untuk gelombang kedua, ada


perasaaan menyesal tapi sudah terlanjur pendaftar, dengan hati yang galau karena
saya sendiri mendapatkan informasi bahwa karantina tahfiz itu bukan main-main
bisa pulang ke rumah dan jalan-jalan, ternyata di sana di ajarkan cara menghafal
ayat-ayat suci alquran yang menurut saya susah di tambah lagi dengan pembimbing
yang cukup killer. Hari-hari pertama tentu terasa berat, rasanya saya mau pulang
saja dan tidak mau lagi mengikuti karantina tahfiznya, tetapi saya percaya kelak
saya akan mendapakan ilmu dan trik bagaimana cara menghafal ayat-ayat alquaran.
bersabarlah, dan tekun belajar. Ingat, Allah bersama orang-orang yang bersabar.
Dan Allah menyukai hambanya yang bekerja keras “Man jadda wa jada (Siapa yang
bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkannya)” kata kata itu selalu
terngiang di kala saya sudah pasrah dan menyerah, saya selalu teringat pesan dari
ustad yang selalu membimbing saya selama di pondok pesantren.

Selama mengikuti karantina tahfiz ternyata banyak manfaatnya, saya di


ajarkan untuk disiplin, tekun, sabar dan ikhlas dalam mengikiti karantina tahfiz.
Harus di akui menghafal alquran tidak semudah membalikan telak tangan, selain
harus memiliki tekad yang kuat ada hal-hal yang mesti kita korbankan salah satunya
adalah waktu, semakin lama kita mengingat ayat yang sedang kita hafalkan maka
akan semakin banyak pula waktu yang harus kita korbankan, semakin banyak
jumlah hafalan kita, maka akan semakin banyak pula juz-juz yang harus kita
murojaah lagi- lagi masalah waktu.

Pada dasarnya pengorbanan bisa terjadi karena kita memiliki tekad, dan
tekad bisa terbentuk karena kita memiliki niat yang kuat. Dari Amirul Mukminin,
Abu Hafsh “ Umar bin al-Khattab radhiyallahu“ Sesungguhnya setiap amalan

4
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendaptkan apa yang ia niatkan.Siapa
yang hijrahnya karena Allah dan RasulNya. Siapa yang hijahnya karena mencari
dunia maka hijrahnya kepada yang ia tuju” ( HR.Bukhari dan Muslim)

Alhamdulilah ustad selalu memberi semangat juang yang tinggi dengan


memberikan motivasi- motivasi untuk menghafal Alquran waktu ke waktu saya
lalui sampai ke penghujung karantina tahfiz. Dan doa orang tua itu lebih penting,
saya selalu ingat pesan dari sang bunda, kalau niat kita tidak benar akan merugikan
kita juga, begitu juga sebaliknya, kalau niat kita baik, akan di mudahkan nantinya
dan berdampak juga bagi diri kita. Saya bertekad d dalam hati harus bertanggung
jawab setiap pengambilan keputusan ataupun tindakan. Hari- berganti hari
karantina tahfiz

Di situlah kali pertama mendapatkan sertifikat dan wisuda karantina


tahfizh. Alhamdulilah orang tua saya sangat senang dan bangga terhadap saya,
mendengar saya wisuda karantina tahfiz, yang awalnya niat saya yang tidak baik
mengikuti karantina tahfiz, hanya ingin pulang dan berkumpul bersama kelurga,
nggak tahunya saya bisa menyelesaikan karantina tahfiznya dan mendengar
ceramah ustad seorang anak yang mencintai Al-Quran dan mampu menghafalnya
maka ia akan memberikan mahkota terindah kepada kedua orangtuanya di akhirat
kelak. Aamiin… tentu menjadi kebanggan dan kebahagiaan yang tidak ternilai bagi
orangtua. Dan saya berharap membangun harapan hari esok akan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai