Pondok Buntet Pesantren merupakan salah satu pesantren modern dan tertua di
Cirebon. Lokasi Pondok Buntet Pesantren terdapat di salah satu blok yang berada di Desa
Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon bagian timur. Asal-usul
nama Buntet sendiri memiliki beberapa pendapat yang bervariasi. Nama Buntet, cukup unik
bagi seseorang yang mendengarnya, akan tetapi dibalik nama unik ini memiliki sejarah yang
panjang. Nama buntet sendiri berasal dari bahasa jawa, dalam bahasa indonesia biasa
diartikan pendek atau buntu.
Latar belakang nama desa buntet ini, berkaitan dengan pendiri pondok Buntet
pesantren yaitu mbah Muqayyim. Ketika itu, mbah Muqayyim memisahkan diri dari keraton
karena beliau mulai tidak setuju dengan pendapat-pendapat para penjajah belanda yang mulai
menyimpang dari Agama Islam. Akhirnya Mbah Muqayyim memisahkan diri dari keraton
dan mencari tempat persembunyian yang saat ini dinamakan Buntet Pesantren. setelah
mengetahui kepergian Mbah Muqayyim, para penjajah Belanda mulai mencarinya. Beberapa
mata-mata dari Belanda mengetahui keberadaan mbah Muqayyim sehingga berita ini sampai
kepada para penajajah Belanda. Konon, penjajah Belanda merasa terkecoh dengan pertahanan
Mbah Muqayyim. Pada saat Mbah Muqayyim mendirikan pondok Pesantren di Buntet,
berkali-kali penjajah Belanda mencarinya tetapi tidak berhasil, penjajah Belanda selalu
kehilangan jejak (Buntet).1 Latar belakang cerita tersebut yang menyebakan nama desa ini
disebut dengan Desa Buntet.
Menurut cerita yang lain, asal-usul nama Buntet konon berkaitan erat dengan
peristiwa penculikan Putri Raja Galuh, yaitu Putri Dewi Arum Sari. Suatu ketika Putri Dewi
Arum Sari sedang berbulan madu dengan suaminya yaitu Pangeran Legawa. Pangeran
Legawa adalah Putra Ki Ageng Sela. Ketika Putri Arum Sari sedang mandi, tiba-tiba diculik
oleh buto ijo. Kemudian buto ijo tersebut membawa Putri Arum Sari ke tengah hutan
Karendawahana. Pengeran Legawa yang mengetahui hal tersebut, langsung bergegas mencari
istrinya di hutan Karendawahana tersebut. Perkelahian antara buto ijo dengan Pangeran
Legawa terjadi. Konon, perkelahian dimenangkan oleh Pangeran Legawa dengan berhasil
membinasakan buto ijo. Setelah selesai berkelahi, Pangeran Legawa langsung membawa
1
Amsal Hadi, Kisah-Kisah dari Buntet Pesantren, (Cirebon: Kata Hati, 2018) hlm 20-21, cet ke 9.
istrinya pergi dari hutan Karendawaha. Setelah berjalan cukup lama, keduanya merasa ada
hal aneh karena sama sekali tidak menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. Bahkan
keduanya tersangkut akar pohon dukuh sehingga terjatuh. Pangeran Legawa dan sang istri tak
menemukan jalan keluar, dan malah menemukan jalan sama lagi dan bahkan menemukan
jalan buntu (Buntet). Akhirnya keduanya memutuskan untuk tinggal di dalam hutan tersebut
dengan mendirikan sebuah pesangrahan dengan nama Buntet.2
Adapun penambahan nama Pesantren sendiri, juga memiliki latar belakang yang
berbeda. Beberapa orang mengatakan dulu awalnya hanya Buntet saja, seiring dengan
perkembangan zaman, jumlah pesantren semakin bertambah banyak. Selain itu konidisi
Buntet yang semakin melebar, membuat warga kesulitan untuk mencari alamat. Buntet
sendiri kini terdapat beberapa Blok dan salah satunya yaitu Blok Buntet Pesantren,
dikarenakan blok tersebut terdapat terdapat banyak pesantren. Hingga saat ini, baik warga
Buntet sendiri maupun masyarakat luas mengenal nama Buntet menjadi Buntet Pesantren.3
B. Sejarah Berdirinya Pondok Buntet Pesantren
Dalam sejarah tercatat bahwa, pondok Buntet Pesantren didirikan pada tahun 1750
oleh seorang Kyai bernama Muqayyim bin Abdul Hadi, atau yang dikenal dengan nama
Mbah Muqayim. Beliau menikah dengan Nyai Ratu Randuwalang, putri dari Kiai Entol
Rujitnala. Beliau menikah dengan Nyi Ratu Randuwalang karena dijodohkan oleh Ki Entol
Rujitnala yang kagum dan simpatik melihatnya. Perjodohan tersebut berlangsung setelah
Mbah Muqoyyim berhasil memenangkan sayembara yang dibuat oleh Ki Entol dengan tujuan
membantu masyarakat Setu.
Ki Entol membuat sayembara membangun sebuah bendungan, karena bendungan
yang ada pada kala itu sering bocor dan belum dapat berfungsi dengan baik, sehingga daerah
tersebut langganan banjir. Sayembara tersebut berisikan “barangsiapa saja yang dapat
menyempurnakan bangunan bendungan Setu, maka akan dinikahkan dengan putrinya yang
bernama Nyi Ratu Randuwalang, seorang putri yang berparas cantik jelita dan elok
rupawan”.4
Setelah pernikahan berlangsung, konon katanya Nyi Ratu Randuwalang lebih terkenal
di kalangan penduduk dengan nama Nyi Pinang. Hal itu terjadi karena perjodohan Nyi Ratu
Randuwalang dengan Mbah Muqoyyim melalui pinangan sayembara. Adapun silsilah
2
Ibid, hlm 10
3
Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Subhi (kepala Dusun desa buntet pesantren) Minggu, 21 Des.
2017 pukul 15.40 WIB. (PPL 1)
4
Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kyai Abbas, Pesantren Buntet dan Bela
Negara,hlm.17
keturunan Mbah Muqoyyim dengan Nyi Ratu Randuwalang, dan berdasarkan silsilah yang
dimiliki putera Al Maghfurlah KH Dachlan, Pangeran Losari (sahabat dekat KH Abbas
Buntet) bahwa pernikahan Mbah Muqoyyim dengan Nyi Ratu Randuwalang atau Nyi Pinang
memiliki keturunan yaitu Kiai Muhajir, Nyi Sungeb, Nyi Roisah, Nyi Thoyibah, dan Nyi
Khofifah.5
Mbah Muqayyim adalah seorang mufti atau penghulu dari keraton Kanoman di
Cirebon.6 Awal mula Mbah Muqayim mendidrikan pondok di Buntet Pesantren, dikarenakan
beberapa alasan. Beberapa alasannya yakni salah satunya memiliki pemikiran tidak sejalan
dengan kehidupannya di Keraton Kanoman. Meskipun jabatannya sangat mulia tetapi,
jabatan terhormat tersebut ditinggalkan dengan alasan semata-mata karena, dorongan rasa
tanggung jawab terhadap Agama dan bangsa.7 Alasan Mbah Muqayim meninggalkan jabatan
tersebut dikarenakan Mbah Muqayim menentang campur tangan Belanda dalam urusan
keraton dan menyaksikan bahwa sebagian bangsawan keraton telah terjebak dalam aturan-
aturan Belanda. Banyak di antara mereka yang berperilaku menentang Syari‟ah, seperti
berdansa-dansi dan berminum-muniman alkohol.8
Dalam sejarah dijelaskan bahwa Mbah Muqayim meninggalkan keraton pada tahun
1770, pergi ke sebuah Dusun Kedung malang, Blok Buntet, Desa Mertapada Kulon, Cirebon.
Pada awalnya, di Desa tersebut Mbah Muqayim hanya mendirikan Mushola dan beberapa
tempat bilik yang diperuntukan santri. Setiap harinya, Mbah Muqayyim mengadakan
pengajian pada masyarakat sekitar. Dengan berjalannya waktu, banyak warga dari luar Buntet
yang datang untuk mengikuti pengajian tersebut. Pada akhirnya tempat inilah yang sekarang
dikenal denga nama Pondok Buntet Pesantren.9 Di Buntet, ia berada di sebuah daerah yang
disebut Gajah Ngambung (saat ini menjadi tempat pemakaman atau Makbaroh). Disebut
seperti itu, konon Mbah Muqayim dikabarkan Mempunyai gajah putih.10
Proses pengajaran yang dilakukan Mbah Muqayim akhirnya terdengar oleh Belanda
sehingga, mereka mencari informasi mengenai keberadaan Mbah Muqayim. Melalui mata-
matanya, penjajah Belanda berhasil mengetahui keberadaan Mbah Muqayim. Akan tetapi,
Mbah Muqayim mengetahui hal tersebut, yang diberi tahu oleh teman akrabnya yang
5
Ibid, hlm.16-19
6
Ibid, hlm 113
7
A. Khoirul Anam (ed), Berjuang dan Mengawal Bangsa untuk Membangun Tradisi Islam
Nusantara,(Tangerang: Pustaka Compass, 2015) hlm 42, cet 1
8
Maksum Mukhtar, hlm 113
9
Munib Rowanddi Amsal Hadi, hlm 20-21
10
A. Khoirul Anam, hlm 42.
bernama Kyai Ardi Sela. Setelah mendengar hal tersebut, Mbah Muqayim pergi ke suatu
tempat untuk menyelamatkan diri dari desakan penjajah Belanda. Mbah Muqayim berkali-
kali melakukan perpindahan tempat karena, penjajah Belanda selalu mencarinya. Beberapa
tempat yang pernah disinggahi Mbah Muqayyim adalah di daerah Persawahan Lemah Agung
(masih daerah Cirebon), kemudian ke Tuk Karangsuwung, dan Beji di daerah Pemalang Jawa
Tengah, dan akhirnya kembali lagi ke Buntet, Cirebon.11 Dalam keadaan bangunan yang
sudah dibombardir oleh Belanda, Mbah Muqayim tetap bersikukuh untu memperbaiki
kembali bangunan yang ada.
Perjuangan Mbah Muqayim melawan penjajah Belanda juga disertai dengan Tirakat
(Riyadlah), yang bertujuan untuk kewaspadaan bersama. Selama perjuangannya, Mbah
Muqayyim melakukan puasa selama 12 tahun tanpa terputus. Niat puasa 12 tahun itu
ditujukan untuk beberapa tujuan yaitu; 3 tahun pertama untuk keselamatan Pesantren Buntet,
3 tahun kedua untuk keselamatan anak cucunya, 3 tahun ketiga ditujukan untuk para santri
dan pengikutnya dan 3 tahun yang terakhir ditujukan untuk keselamatan dirinya. Saat itulah,
Mbah Muqayyim sebagai peletak awal berdirinya pondok Buntet Pesantren. Hingga saat ini,
pesantren masih mewarisi semangat perjuangan Mbah Muqayim. Belum diketahui dengan
jelas kapan wafatnya pendiri pondok Buntet Pesantren ini. Di dalam sejarah hanya tercatat
bahwa setelah Mbah Muqoyyim wafat, Buntet Pesantren dipangku oleh menantu cucu yang
juga murid beliau yang bernama KH.Muta‟ad pada tahun 1785 – 1842.12
C. Letak Geografis
1. Desa Mertapada Kulon
Mertapada Kulon merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan
Astanajapura, Kabupaten Cirebon bagian Timur provinsi Jawa Barat. Desa Mertapada Kulon
berada di tengah –tengah yaitu, di sebelah utara terdapat Desa Buntet, sebelah Timur Desa
Mertapada Wetan, sebelah selatan Desa Sidamulya dan sebelah Barat Desa Munjul. Desa
Mertapada Kulon sendiri terdapat tiga dusun atau blok, dengan jumlah 7 RW (Rukun Warga)
dan jumlah 21 RT (Rukun Rakyat).
11
A. Khoirul Anam, hlm 43.
12
Profil Pondok Buntet Pesantren, yang di dapat dari data kantor Yayasan Buntet.
keadaan cerah hujan antara 250 mm, suhu rata-rata harian 26ºC – 31ºC dengan tinggi dataran
1-3 m di atas permukaan laut.13
Lokasi Desa Mertapada Kulon sendiri, dapat dikatakan tempat yang mudah
dijangkau, karena banyaknya macam-macam kendaraan yang bisa ditempuh. Jalan raya yang
terdapat di Desa Mertapa Kulon ini menghubungkan antara kota Cirebon – Ciledug, dengan
melewati Sindanglaut. Sehingga mudah mencari kendaraan seperti Bus, Elf dan ain-lain.
dapat dikatakan bahwa Desa Mertapada Kulon merupakan desa yang terbuka. Dengan akses
jalan yang mudah di tempuh, menjadikan banyak budaya yang mudah masuk dan,
menjadikan Desa Mertapada Kulon sebagai desa semi kota.
2. Buntet Pesantren
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sedikit di atas, bahwa Buntet Pesantren
merupakan bagian dari Desa Mertapada Kulon. Dimana Desa Mertapada Kulon memiliki tiga
blok dan salah satu dari blok tersebut adalah Buntet Pesantren. Blok Buntet Pesantren ini
terletak 700 m dari jalan utama Cirebon-Ciledug dari arah kantor desa dan dihubungkan
dengan jalan utama oleh jalan desa.
KH Muta‟ad lahir kurang lebih tahun 1785 M. Beliau seorang putra Raden Muridin
bin Moh Nurudin yang merupakan keturunan ke-17 Sunan Gunung Jati dari garwa pertama
yaitu Nyi Ratu Aisyah atau biasa disebut Nyi Lor, seorang putri dari Kiai Raden Muhammad
dan seorang cucu dari Mbah Muqoyyim Muta‟ad, mendapat keturunan 10 orang yang terdiri
dari Nyi Rochlilah, Nyi Mu‟minah, Nyi Qoyyumiiyah, KH Barwi, Kiai Soleh Zamzam, Nyi
Mu‟minah, H Soleman, Kiai Abdul Jamil, Kiai Fachrorrozie, dan Kiai Abdul Karim.
13
Data desa tahun 2013-2019
Sedangkan dari garwa Nyi Kidul beliau memperoleh keturunan 5 orang anak yaitu, Nyi
Saodah, Kiai Mun‟im, Kiai Tarmidzi, Nyi Hamimah dan Kiai Abdul Mu‟thi.14
Seorang putri pertamanya yaitu Nyi Rochilah dinikahkan dengan seorang Kiai yang
alim ulama dan sakti mandraguna yang bernama Kiai Anwaruddin atau yang masyhur dengan
panggilan Kiai Kriyan, panggilan tersebut konon katanya karena masyarakat menganggap
beliau selaku Wali Karian (Wali Belakangan).
KH Muta‟ad adalah seorang Kiai yang cerdas dan hal yang paling menonjol dari
sosok KH Muta‟ad adalah beliau merupakan seorang pemimpin yang jago strategi,
administrator, dan berwawasan luas. Kecerdasan yang beliau miliki ini merupakan kunci dan
jalan untuk beliau mamajukan Buntet Pesantren, dan juga dalam menata kembali pesantren
peninggalan Mbah Muqoyyim sendiri. KH Muta‟ad menyamakan persepsi dan itikad dengan
saudar-saudara, menantu dan sanak keluarganya, baik dalam hal pelajaran maupun sistem
yang akan digunakan untuk belajar.
KH Abdul Jamil bin Kiai Muta‟ad dilahirkan pada tahun 1942 di Buntet pesantre.
Ibunya bernama Nyi Asiyah yang merupakan seorang cucu Mbah Muqoyyim. KH Abdul
Jamil adalah seorang Kiai yang sejak kecil sudah ikut berguru kepada Kiai Kriyan, penghulu
kesultanan Cirebon. Beliau berguru kepadanya bermacam-macam ilmu, mulai dari ilmu
agama, ilmu tata negara, ilmu kadigdayaan dan lain sebagainya.15
KH Abdul Jamil tumbuh dan berkembang dengan tuntunan dari Kiai Kriyan, dan dari
Kiai Kriyan beliau berhasil menghatamkan berpuluh-puluh kitab salaf, memperdalam qira’at,
ilmu tata negara serta ilmu pengetahuan lainnya. Selain berguru kepada Kiai Kriyan, dulu KH
Abdul Jamil juga berguru kepada Kiai Murtadlo di pesantren Mayong, Jepara untuk
memperdalam ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu tafsir dan hadits. Selama menjadi murid Kiai
Kriyan, KH Abdul Jamil adalah seorang murid yang cerdas, pandai, kreatif dan berakhlak
mulia, hidupnya merakyat meskipun tinggal dan bergaul dalam lingkungan keraton. Oleh
karena itu, Kiai Kriyan menjadikannya sebagai menantu.
KH Abdul Jamil dinikahkan dengan puntrinya yang bernama Sa‟adiyah, tetapi
berhubung Nyi Sa‟adiyah masih kecil, maka Kiai Kriyan menikahkan KH Abdul Jamil
dengan Nyi Qoriah, putri KH Syatori yaitu penghulu landraat Cirebon dan dari
pernikahannya itu KH Abdul Jamil memiliki keturunan KH Abbas, Nyi Yakut, Nyi
14
Ibid, hlm.31
15
Ibid, hlm.38
Mu‟minah, Nyi Nadroh, KH Akyas, KH Annas, KH Ilyas, dan Nyi Zamrud. Selanjutnya
pernikahannya dengan Nyi Sa‟adiyah memiliki keturunan Nyi Sakiroh, Nyi Mundah, KH A.
Zahid, Nyi Sri dan Nyi Khalimah.16
Sebelum semakin banyaknya pondok, dalam sejarahnya dulu Pesantren Buntet
merupakan pondok pesantren salaf dengan lokasi yang cukup jauh dari keramaian dan hanya
ada satu pondok pesantren besar yang diasuh oleh seluruh Kiai yang ada, dan diberi nama
pesantren Buntet. Para Kiai bahu membahu dalam membangun dan mengembangkan
pesantren Buntet.
Penggunaan cara tradisional baik dalam metode pembelajaran maupun pelajaran-
pelajaran, yang diajarkan pada saat itu masih sangat kental. Akan tetapi, seiring berjalannya
waktu dan pergantian periode atau masa kepemimpinan pesantren, perkembangan dan
perubahan di Pesantren Buntet semakin nyata. Mulai dari perkembangan pembangunan,
perubahan pola pesantren sampai dengan perkembangan tumbuhnya pondok-pondok oleh
anak keturunan pemimpin terdahulu. Kini, Pesantren Buntet memiliki pola semi modern,
yaitu menggabungkan antara metode dan pelajaran di pesantren salaf dan modern.17
Awal mula perkembangan dan perubahan Pesantren Buntet dari salaf ke semi modern
dan dari satu pondok besar ke banyaknya pondok mulai terlihat pada masa kepemimpinan
KH Abdul Jamil tahun 1842-1919. Penerus KH Mutta‟ad ini bekerja keras untuk dapat
memajukan pesantren baik dalam bidang pengelolaan maupun dalam aspek akademis.
Gedung-gedung baru dan sebuah masjid besar mulai didirikan untuk mengakomodasi jumlah
santri. Selain itu, karena letak pesantren diapit oleh dua sungai dan pesantren seperti agak
terpisah dari wilayah desa, akhirnya di bangunlah sebuah jembatan untuk menghilangkan
kesan terisolasi. Perkembangan yang cukup pesat tersebut, membuat jumlah santri meningkat
hingga pernah mencapai 700 orang.18 Ketika KH Abdul Jamil wafat, kepemimpinannya
diteruskan oleh putra tertuanya dari Nyi Qari‟ah yaitu KH Abbas.
c. Masa Kepemimpinan Kyai Abbas
KH Abbas dilahirkan pada hari Jum‟at tanggal 24 Dzulhijjah 1300H/1879M di
Pekalongan. Beliau merupakan putra sulung KH Abdul Jamil dari pernikahannya dengan Nyi
Qoriah. Perjalanan KH Abbas menempuh pendidikan cukup panjang, pertama-tama beliau
belajar ilmu-ilmu dasar dan ilmu agama kepada ayahnya.
16
Ibid..,hlm.38-39
17
Hasil wawancara dengan Kang Rofahan (Gus, sekaligus ketua LTN Kab. Cirebon ), tanggal 08 februari 2018,
pukul 18.45, bertempat dikediaman Kang Rofahan
18
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,
2002,hlm.316-318
Selain belajar kepada ayahnya, KH Abbas juga belajar kepada Kiai Nasuha, Sukansari
Plered Cirebon, Kiai Hasan, pengasuh pesantren salaf di Jatisari, Kiai Ubaedah, pengasuh
pesantren Giren Tegal, Jawa Tengah, dan kemudian beliau berpindah ke Jombang, tepatnya
belajar di pesantren Tebuireng yang kala itu diasuh oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy‟ari,
pendiri Nahdlatul Ulama (NU).19
Pada masa kepemimpinanya, KH Abbas mengalami berbagai fase kekacauan politik:
kolonialisme Belanda pra-PD II, fasisme Jepang, agrasi militer Belanda, dan perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Gebrakan yang paling menonjol di kepemimpinan KH Abbas adalah
pengenalan dan penyetaraan sistem madrasah di dalam pesantren. Pada tahun 1928 beliau
mendirikan Madrasah Abnaul Wathan Ibtidaiyah yang mengajarkan bidang studi umum.20
d. Masa Kepemimpinan KH Muatahdi Abbas
KH Mustahdi Abbas adalah putra sulung KH Abbas dan Nyi Chafidoh. KH Mustahdi
Abbas menikah dengan Nyi Aisyah yang tidak lain adalah putri pamannya KH A. Anas, dari
pernikahannya KH Mustahdi Abbas memiliki keturunan Nyi Faridah, Nyi Minhatul Maula,
Al-Ustadz H. Ahmad Abbas Shobih dan Al-Ustadz H. Anis Wahdi. Kemudian KH Muhtadi
Abbas menikah lagi dengan Nyi Zaenah dan memiliki keturunan Umniyyah dan
Taufiqurrahman.21
Sejak putra sulungnya ini masih kecil, KH Abbas telah mengetahui bahwa Mustahdi
adalah seorang anak yang jenius. Suatu hari pada saat Mustahdi berusia 15 tahun, KH Abbas
memberi tugas kepadanya untuk memberi harakat sekaligus mengartikan atau memberi
makna seluruh isi kitab „Ihya Ulumuddin. Ternyata hasil yang diberikan Mustahdi betul-betul
memuaskan. Harakat dan maknanya satupun tidak ada yang salah dan yang lebih
membanggakan lagi, tugas itu diselesaikannya dengan tempo waktu yang relatif singkat.
Melihat hal itulah KH Abbas sudah mengetahui bahwa putranya adalah seorang anak yang
cerdas, bahkan jenius.22
Jika dilihat, sistem kepemimpinan di Pesantren Buntet masih menunjukkan pada pola
singel management dan budaya patriarkhal. Meskipun bentuk kepemimpinannya bersifat
singel management, tetapi mulai ada dan terjadi perubahan orientasi. Perubahan yang terjadi
pada saat itu lebih menekankan pada regulasi pendidikan yaitu dari pendidikan salaf
(tradisional) ke arah pendidikan khalaf (modern). Perubahan itu mulai terjadi ketika
Pesantren Buntet di pimpin KH Abbas Abdul Jamil, sampai selanjutnya dipimpin oleh KH
19
Ibid..,hlm.67
20
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon,hlm. 320-322
21
Ibid..,hlm.97
22
Ibid..,hlm.97
Abdullah Abbas (1989-2007). Selama kepemimpinan KH Abdullah Abbas terdapat beberapa
berubahan, yaitu pertama, tidak lagi menerapkan sistem singel management. Hal tersebut
ditandai dengan didirikannya Yayasan Pendidikan Islam (YPI) pada tahun 1992. Kedua,
Pesantren Buntet bukan lagi sebagai pesantren salafi, tetapi telah berubah menjadi pesantren
terpadu antara pesantren salaf dan pesantren modern, yaitu dengan didirikannya lembaga-
lembaga pendidikan keterampilan seperti Madrasah Aliyah Khusus (MAK), lembaga
pendidikan tinggi AKPER yang dalam kurikulumnya lebih menekankan kepada keterampilan
keperawatan.23
1. Jumlah Penduduk
Setiap daerah memiliki situasi atau demografi yang berbeda-beda. Adapun demografi
dari desa Mertapa Kulon sendiri dapat dilihat dari jumlah penduduk. Adapun tabel data
kependudukan Desa Mertapada Kulon sendiri yaitu sebagai berikut24:
23
Wardah Nuroniyah, Feminisme Dalam Pesantren Narasi Pemberdayaan Perempuan di Pondok Pesantren
Buntet Cirebon, Cirebon: Laporan Penelitian Dosen IAIN Syekh Nurjati, tahun 2012, hlm. 4
24
Data Desa Tahun 2013-2019
7. Jumlah keseluruhan 5.410
Untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat Desa Mertapa Kulon, berikut tabel jenis
pekerjaan:
25
Hasil pengamatan penulis dalam acara peringatan maulid Nabi Muhammad Saw di Majid Buntet Pesantren.
26
Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Subhi (kepala Dusun desa buntet pesantren) Minggu, 21 Des.
2017 pukul 15.40 WIB. (PPL 1)
3. Buruh tani 156
4. Buruh pabrik 56
5. PNS 271
6. Pegawai swasta 209
7. Wiraswasta / pedagang 512
8. TNI/ Polri 6 orang
9. Montir 3 orang
10. Jasa 58 rang
27
Hambali, Konsep Pendidkan dalam Perspektif Tan Malaka (Tokoh Revolusioner Pakemerdekaan), No. 1,
Vol. 3, 2015
28
Sumber dari buku Profil Desa Mertapada Kulon, 2015
1. PAUD 2 buah 4 orang
2. Taman Kanak-kanak 3 buah 15 orang
3. SD/MI 8 buah 65 orang
4. SLTP/MTS 7 buah 152 orang
5. SLTA/SMK/MA 7 buah 174 orang
6. AKPER 1 buah 20 orang
7. STIT 1 buah
JUMLAH SANTRI
No. Nama Pondok Pesantren TOTAL
Putra Putri
1 AL - ISTIQOMAH 1 32 32
2 FALAHIYAH FUTUHIYAH 12 2 14
3 AL-QUR'AN AT-TIJANI 12 4 16
4 ASY-SYAKIROH 100 67 167
5 AL-HIKMAH K1 47 44 91
6 AL-ISLAH 7 8 15
7 AL-HIKMAH III (SEBRANG) 29 19 48
8 AL-FALAH 8 11 19
9 AL-FIRDAUS 41 52 93
10 SYUBBANIYAH ISLAMIYAH 21 36 57
11 NADWATUL BANIN WAL BANAT 85 83 168
12 AL-HIDAYAH 24 39 63
13 AN-NUR 12 8 20
14 AL-KHOIR 47 44 91
15 DARUL HIJROH 67 58 125
16 AL-MAMUN 42 31 73
17 NURUSSHOBAH 4 6 10
18 HIDAYATUL MUBTADIIN 87 55 142
19 AL-MUAFI 17 15 32
20 AL-INAROH 151 96 247
21 NUR ARWANI 56 63 119
22 NADWATUL UMMAH 188 134 322
23 AL-ISTIQOMAH II 9 20 29
24 AN-NAJAH 8 2 10
29
Sumber dari data yang ada di YLPI (Yayasan Lembaga Pendidikan Islam) Buntet Pesantren 2019.
25 DARUSSALAM 123 86 209
26 AL-IKHLASH 0
27 AL-MUTTABA 59 45 104
28 AL - FATIH 10 7 17
29 DARUL AMANAH 21 9 30
30 AL-ANWAR AZZAHIDIYYAH 3 17 20
31 HABBIL ILMI 16 37 53
32 AL-ANWAR 25 14 39
33 AL-MURTADLO 19 13 32
34 AL-ARIFAH 47 62 109
35 AL-KHIYAROH 66 92 158
36 AL-MUSTAHDIYAH 40 80 120
37 AL-HIKMAH II KH FUAD ZEN 42 35 77
38 AL-KAUTSAR 7 15 22
39 AT-TA'AWUN 50 74 124
40 AR-RAUDHOH 20 25 45
41 DARUL AKHLAM 20 11 31
42 ASY-SYAKIROH 2 23 23
43 DAARUL ILYAS 24 29 53
44 MA'HAD ALI 0
45 AL-ANDALUCIA 92 92
46 AL-IZZAH 13 8 21
47 UMMU AIMAN 40 38 78
48 AL-MUZAMMIL 19 7 26
49 AL-MUHAJIR 10 4 14
50 AL ALFIYAH 42 25 67
51 HM AL-HIDAYAH 18 7 25
52 CORDOVA 13 13
53 AL- KAISI 8 2 10
54 ZAWIYYAH TIJANIYAH 16 5 21
JUMLAH 1960 1676 3636
JUMLAH TOTAL 3636
Banyaknya jumlah pesantren yang tersebar di Buntet Pesantren tersebut,
mempengaruhi kondisi sosial kehidupan masyarakat. Baik dari segi kondisi sosial
keagamaan, pendidikan, ekonomi, politik, dan keadaan-keadaan sosial yang lainnya. Situasi
kehidupan pesantren, yang identik dengan keislaman seperti banyaknya santri yang berlalu
lalang dan disibukkan kegiatan mengajinya dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan erat
dengan keislaman. Sebagaimana pesantren adalah salah satu tradisi dari pada agama Islam,
yang sudah familiar dikalangan masyarakat luas. Pesantren sangat kental dengan tradisi-
tradisi keagamaan, sehingga dapat dikatakan di Buntet Pesantren, kondisi keagamaan yang
sangat kuat. Di samping para santri-santri, ada para kyai-kyai yang menjadi pegangan Agama
bagi para masyarakat dan santri. Sehingga keyakinan keagamaan semakin kuat dan
bertambah karena situasi yang mendukung serta pengajia-pengajian yang dilakukan oleh para
kyai-kyai terhadap masyarakat.
Jika diperhatikan, Mayoritas pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat adalah bekerja
sebagai pedagang. Berdagang baik dengan kios atau ruko maupun gerobak atau keliling. Hal
ini dapat dilihat dari situasi desa khususnya di komplek Buntet Pesantren. pedagang
berdatangan tidak hanya dari masyarakat Desa saja, akan tetapi dari luar daerahpun juga
berdagang di daerah ini. Dapat dilihat di sepanjang jalan menuju Buntet atau yang disebut
dengan Jalan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI). Jika seseorang melewati jalan
tersebut, terdapat ruko-ruko bahkan hampir semua bangunan yang ada di pinggir jalan adalah
kios untuk berjualan. Meskipun ada beberapa bangunan selain kios seperti pondok pesantren,
tempat sekolah dan rumah warga. Selain itu pedagang kaki lima juga tidak kalah banyak yang
berjualan disekitar jalan tersebut.
F. Jaringan Sosial Pondok Buntet Pesantren
1. Sebaran Santri
Santri pondok Buntet Pesantren, sebagaimana pada tabel 1.1 santri datang dari
berbagai daerah, baik dari wilayah Cirebon maupun luar Cirebon. sebagian besar santri
yang mondok di Buntet Pesantren adalah mereka yang tinggal (untuk jangka waktu
panjang) di pesantren-pesantren tertentu atau rumah-rumah kyai. Dari 3616 santri, 124
diantaranya adalah santri kalong (berasal dari buntet sendiri) yang mengikuti kegiatan
belajar seperti pengajian, mengaji Al-quran, kitab kuning dan lain-lain. selain itu, santri
yang datang dari luar Cirebon. sebagian besar santri Buntet, berasal dari daerah jawa
Barat, khususnya wilayah III Cirebon yakin dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan
Kuningan (CIAYUMAJAKUNING). Selain itu, ada juga santri yang datang dari
Pariyangan Timur seperti Ciamis, Tasikmalaya, dan Sumedang. Tidak ketinggalan pula
dari Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan dan Purwokerto. Selain
itu dari DKI Jakarta, Lampung, Sumatera Utara, bahkan ada empat santri yang datang
dari Timor Timur. Untuk melihat latar belakang daerah asal santri, tabel berikut ini
adalah sebaran santri di salah satu pesantren yang bernama Ummu Aiman.30
Tabel 1.2
Profile Daerah Asal Santri Pondok Pesantren Ummu Aiman Tahun 2015-2019
2. Jawa Timur - 2
3. Jawa Barat 10 12
4. Jawa Tengah 28 30
Jumlah 54 64
30
Buku data santri Pondok Ummu Aiman tahun 2015-2019
perempuan 588, kemudian pada tahun 2019, jumlah santri laki-laki 1960 dan santri
perempuan 1676. Lebih luas lagi, beberapa alumni Buntet Pesantren biasanya menitipkan
anak, kerabat dan temannya nya di pesantren yang dulu dijadikan sebagai tempat
pesantren dirinya. Sehingga jumlah santri Buntet setiap tahunnya, memungkinkan untuk
selalu bertambah. Selain itu, menyebabkan meningkatnya jumlah alumni yang semakin
banyak.
31
Hasil wawancara dengan S (salah satu santri Buntet yang mondok selama 10 tahun) pada 18 April 2019,
pukul 10.15 WIB di halaman pondok
Alumni merupakan salah satu peran yang sangat besar bagi pondok Buntet
Pesantren. Sebagaimana pula jaringan sosial santri yang datang dari berbagai daerah.
Beberapa alumni, biasanya menjadi seorang pejabat, kyai, polisi, dan lain-lain. sehingga
ketika sudah menjadi alumni, tidak sedikit yang masih tetap menjaga hubungan baik
dengan pesantren. hubungan tersebut yang menyebabkan pesantren memiliki hubungan
dengan masyarakat luas dengan alumni. sebagaimana penuturan Kang Anas bahwa
semakin tahun dengan semakin bertambahnya santri, membuat pesantren buntet menjadi
banyak alumni dan banyak yang masuk sehingga buntet semakin mudah melakukan
sesuatu, seperti banyak bantuan dan lain-lain.32
Buntet Pesantren merupakan pesantren yang terbuka, sehingga tidak jarang para
tokoh-tokoh ternama baik dari kalangan kyai, politik, dan lain-lain datang mengunjungi
Buntet Pesantren. dari kunjungan tersebut, baik kyai, masyarakat maupun santri
menyambut dengan baik. Seperti ketika presiden Jokowidodo datang menghadiri suatu
acara di Buntet, para kyai, masyarakat, dan santri ikut serta menyambutnya.
G. Haul Di Buntet Pesantren
Haul di Buntet Pesantren, sebagaimana haul di pesantren-pesantren lainnya, yakni
dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Haul dilaksanakan secara turun temurun oleh
masyarakat Buntet Pesantren mulai dari tahun 1970 an.33 Dilakasanakannya secara turun-
temurun ini, lambat laun haul mengalami perkembangan. Jika dahulu haul hanya
dilaksanakan secara sederhana, yakni mendatangi makam para Kyai, Tahlil dan mendoakan,
kini haul sudah mengalami perkembangan. Perkembangan yang terjadi yakni dari cara
pelaksanannya, saat ini masyarakat tidak hanya mendatangi makam saja akan tetapi ada
beberapa rangkaian acara lainnya seperti sunatan masal, donor darah dan lain-lain. bahkan
acara haul sudah dilakasanakan satu minggu sebelum hari puncaknya.
Dalam acara haul di Buntet Pesantren, kepanitiaan dibuat dan haul direncanakan
sedemikian rupa. Mulai dari penyebaran undangan-undangan, ramainya pedagang yang mulai
berjualan, panggung haul untuk pengajian didirkan dan persiapan-persiapan lainnya. Alumni,
tokoh-tokoh baik kyai, pejabat dan masyarakat luas ikut serta dalam acara haul di Buntet
Pesantren. semua itu dilakukan oleh masyarakat, untuk memperingati hari haul para Kyai dan
warga Buntet Pesantren.
32
Hasil wawancara dengan Kang Anas (ketua pelaksana haul tahun 2017,2018, dan 2019) pada 27 Feb. 19
pukul 16.15 WIB, di halaman rumahnya
33
Wawancara dengan Kiai Ahmad Mursyidin (salah satu sesepuh dan pengasuh pp Buntet), 07 Feb. 19 pukul
14.23 WIB di kediaman rumahnya.
Dalam konteks keseluruhan, antara hubungan pesantren dengan desa, dan hubungan
pesantren dengan masyarakat luas, haul merupakan suatu titik perekat yang luar biasa untuk
menyatukannya. Sehingga menarik untuk dikaji biasanya yang datang di sana adalah tokoh-
tokoh ternama, seperti pada tahun 2017 bapak Ir. H. Jokowidodo (Presiden RI) dan Kang
Dedi Purwadi (Bupati Purwakarta), bapak Nahrawi Imam (Menteri Pemuda Olahraga RI) dan
tokoh budayawan bapak Sujiwo Tejo pada haul 2018, dan bapak KH Ma‟ruf Amin ( wakil
Presiden RI) pada tahun 2019. Selain itu, beberapa Kyai yang menghadirinya yakni Prof.Dr.
KH. Said Agil Al Munawwar (Menteri Agama) hadir pada haul tahun 2004, bapak KH.
Abdurrahman Wahid (Presiden RI) dan bapak Siswono Yudohusodo pada haul 2005. Lebih
lanjut lagi, akan kami kaji di dalam bab berikutnya.