Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI SINGKAT KH.

MUHAMMAD UTSMAN
Nama Kecil KH. Muhammad Utsman adalah Abdul Jalal. Beliau lahir di Dusun Nglempung
Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Beliau wafat tahun 1948 M.
Perjalanan mencari ilmu. Bermula dari kisah muda KH. Muhammad Utsman yang akan
dijodohkan keluarga dengan saudara sepupunya sendiri. Singkat cerita, ketika akan
dilaksanakannya akah nikah, calon mempelai putri yang adat kebiasannya dihadirkan di majlis
aqad nikah tidak mau hadir di tempat aqad nikah. Akhirnya, sang pemuda Abdul Jalal
mendatangi calon mempelai putri untuk menanyakan tentang persetujuan perjodohannya.
Akhirnya dengan bahasa isyarat dapat disimpulkan bahwa calon mempelai putri tidak
siap/belum siap menikah.
Berawal dari cerita di atas, seorang pemuda yang bernama Abdul Jalal tidak lain nama
asli KH. Muhammad Utsman sebagai manusia biasa merasa tidak enak hati. Kemudian
memutuskan dengan niat Rawe-rawe rantas,malang-malang putung . Berangkatlah beliau
berkelana yang pihak keluarganya sendiri tidak mengetahui kemana pergi dan kabarnya.
Berdasarkan sumber informasi yang didapatkan, perjalanan Abdul Jalal mencari ilmu
sampai ke Kota Makkah al Mukarromah berguru kepada Syeikh Ali Ridlo Jabal Qubays sekaligus
melaksanakan ibadah haji.
Menurut cerita, dahulu pada tiang / kamar mandi masjid banyak peninggalan Barongan
dan Reog kesenian dari Ponorogo. Jika dilihat hal ini, menandakan bahwa perjalanan beliau
mencari ilmu pernah singgah di daerah Ponorogo. Pada masa itu ada sebuah pesantren besar
murid Kanjeng Sunan Ampel yang didirikan oleh Syeikh Hasan Besari Tegalsari Ponorogo.
Termasuk murid-muridnya adalah Pangeran Diponegoro, Jendral Besar Soedirman, Ki Hajar
Dewantara dll.
Setelah pulang dari kota Makkah, KH. Muhammad Utsman tidak langsung pulang rumah
orang tuanya di Dusun Nglempung Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
Melainkan langsung menuju Pondok Pesulukan Baran Maesan Mojo Kediri, yang pada masa itu
diasuh oleh Almaghfurlah Hadrotus Syeikh KH. Muhammad Yahya untuk menimba ilmu kurang
lebih selama 2 tahun.
Menurut sumber cerita, Almaghfurlah KH. Muhammad Utsman mendapatkan Ijazah
Kemursyidan 2 Kali yaitu dari Syeikh Ali Ridlo Jabal Qubaysi Makkah al Mukarromah dan dari
Hadrotus Syeikh KH. Muhammad Yahya Baran Maesan Mojo Kediri.
Proses Pernikahan KH. Muhammad Utsman dengan Ibu Nyai Maryam . Setelah
selama kurang lebih 2 tahun menuntut ilmu di Pondok Pesantren Baran. Ada seorang Kiyai
Pulotondo pada waktu itu tidak lain Mbah H. Thohir yang biasa disebut dengan Mbah Buyut
Setu putra dari KH. Abdur Rozaq Wajak Kidul. Beliau sowan kepada KH. Muhammad Yahya
yang tak lain Pengasuh Pondok Pesulukan Baran Maesan Mojo Kediri, dengan maksud untuk
mencarikan menantu. Wal hasil terjadilah pernikahan KH. Muhammad Utsman dengan Ibu Nyai
Maryam.
Dalam pernikahannya Beliau dikaruniai 10 anak. Nama – nama keturunan Beliau adalah
sebagai berikut :
1. Mbah Haji Affandi dengan nama kecil Yasa’ (Rejotangan). Beliau dimakamkan di Pundensari
Rejotangan/Makam Ki Ageng Sengguruh.
2. Mbah KH. Muhammad Amin Utsman/Mbah Mahshon. Beliau penerus Pondok Pesulukan
Pulotondo Ngunut (Masjid Nurul Athqiya’)
3. Mbah Marjifah.
4. Mbah Abdul Fattah/Abu Mansur Kademangan Blitar. Makam Beliau dibelakang Masjid Jami’
Kademangan (KUA).
5. Mbah Ruqoyah (Mbah Kayah) Bonsari Bethak Kalidawir.
6. Mbah Sabwan/Mbah Yusuf Pulotondo Ngunut.
7. Mbah H. Muhajir (Mbah Jer). Pulotondo Ngunut.
8. Mbah Rohmat. Ngluntreng Selokajang Srengat Blitar.
9. Mbah Yaroh. Kalidawir
10. Mbah Muthu’ali (Mbah Tin). Pulotondo Ngunut.
Setelah menikah, KH. Muhammad Utsman berdomisili di Pulotondo Ngunut dengan
mendirikan Masjid Nurul Athqiya’ dan Pondok Pesulukan seperti yang ada sampai sekarang
dengan mengalami proses renovasi dan pengembangan pembangunan.
Metode dakwah yang dikembangkan KH. Muhammad Utsman dengan menggunakan
corak kesenian tradisional dan percampuran kebudayaan Jawa. Hal tersebut terlihat dari
peninggalan masjid dan rumah yang ada serta berbagai kesenian bercorak tradisional. KH.
Muhammad Utsman wafat pada tahun 1948 di Pulotondo. Beliau dimakamkan di selatan Masjid
Nurul Athqiya’ Pulotondo Ngunut Tulungagung. Pengasuh Pondok Pesulukan selanjutnya
diteruskan oleh Putra Beliau yang bernam Mahshon atau Amin yang tak lain adalah KH.
Muhammad Amin Utsman, abah dari Kyai Yasifun (Pengasuh Pondok Pesulukan sekarang). KH.
Muhammad Amin Utsman semasa hidupnya belum berkesempatan menunaikan ibadah haji,
namun Alhamdulillah pada musim haji tahun 2010 sudah dihajikan dengan haji amanah.

Catatan : Penggali & Penulis Sumber al faqir M. Adnan Fauzan.


Diketik ulang oleh Panitia Reuni. Mohon Maaf jika ada salah dan kekurangan

Anda mungkin juga menyukai