Anda di halaman 1dari 12

Representasi

Islam di Majalah
Hidayah
Pendahuluan
Majalah tergolong media cetak baru yang mampu
memberikan banyak perubahan bagi dunia media
cetak.
Media majalah memiliki pangsa pasar yang lebih
spesifik.
Keberadaan majalah bertemakan agama membuat
ketertarikan tersendiri untuk menganalisis media
jenis ini.
Hidayah = majalah yang memiliki karekteristik yang
kuat.
Awal terbit di Malaysia, dengan motto Hidayah :
Sebuah Digiest Islam pada tahun 1998.
Tahun 2001, Hidayah masuk ke Indonesia, dengan
motto, Hidayah: Sebuah Intisari Islam.
Tiras episode pertama mencapai lebih dari 10.000
majalah.
Rubrik menarik dari majalah ini adalah, rubrik Iktibar.
Iktibar = ditulis dengan cerita Naratif, dan visualisasi
gambar yang kuat.



Rumusan Masalah
Media akan
merepresentasikan
berbagai realitas menjadi
suatu produk media.
Bagaimana representasi
agama Islam yang
dilakukan oleh Hidayah
dalam rubrik Iktibar?
Mengapa representasi
dilakukan seperti itu?
Pembahasan
Rubrik Iktibar = cerita tentang pengalaman religi
seseorang, yang dicertiakan dengan gaya penulisan
naratif.
Rubrik ini berisi enam kisah, yang hampir memiliki
pola pembahasan cerita yang sama.
Penelitian kali ini, akan dikhususkan pada kisah satu
dan kisah dua yang dirilis pada Edisi-138, Februari
2013 (Maut Tragis si Dukun Santet, dan Keranda
Terbang Lelaki Shaleh)

Maut Tragis Si Dukun Santet
Nyi Dasimah, adalah seorang Janda yang ditinggal mati suaminya. Setelah ditinggal
mati, mendadak dia menjadi seperti orang gila yang senang menyendiri dan mengurung
diri di rumah. Belum lagi, ada kabar yang mengatakan kalau Nyi Dasimah adalah seorang
dukun santet dan ahli teluk. Tentu, hal ini membuat masyarakat semakin mengucilkan Nyi
Dasimah. Apalagi setelah kematian tak wajar, Sutinah, warga sekitar, masyarakat semakin
menganggap Nyi Dasimah sebagai dukun santet yang harus dihindari.
Beberapa bulan ini Nyi Dasimah menderita penyakit yang aneh. Badannya kurus,
dan setiap hari ia berteriak-teriak histeris. Kakinya bengkak, dan terdapat borok yang
menjalar dari kaki, paha dan punggungnya. Borok itu mengeluarkan bau yang menyengat
dan dipenuhi dengan belatung. Ia juga merasa lapar, dan seakan tidak pernah kenyang,
padahal anaknya Sutri dan suaminya, Warto selalu memberikan makan kepadanya.
Anehnya ia tidak pernah merasa kenyang. Kadang, saking lapartnya, ia memakan kembali
kotoran yang keluar dari anusnya.
Suatu malam, keadaan Nyi Dasimah semakin parah. Ia selalu berteriak,
Panas...Panas...Panas... tanpa ada yang tau alasannya. Akhirnya, Warto dan Sutri
memanggil Kyai Ahmad. Sesampainya di rumah, Nyi Dasimah, Kyai Ahmad membacakan
doa, dan mempersiapkan air kelapa, daun pandan dan bambu kuning. Disiramnya Nyi
Dasimah dengan campuran air kelapa dan daun pandan, dan dipukulkan bambu kuning
secara perlahan di tubuhnya. Sesaat kemudian Nyi Dasimah berubah lemas dan lunglai.
Setelah kunjungan Kyai Ahmad, kondisi fisik Nyi Dasimah semakin menurun.
Tepat tiga hari setelah, ia meninggal dunia, dengan kaki dan punggung membusuk dan
penuh belatung, lemas dan lunglai.
Setelah kunjungan Kyai Ahmad, kondisi fisik Nyi Dasimah semakin menurun.
Tepat tiga hari setelah, ia meninggal dunia, dengan kaki dan punggung membusuk dan
penuh belatung.

Keranda Terbang Lelaki Saleh
Ustadz Masykur, adalah orang yang shaleh. Beliau mempraktekan ajaran islam baik
itu hablum minallah dan hablum minannas secara baik. Banyak yang menghormatinya, di
kampungnya. Suatu hari ia ingin bertemu dengan sepupunya Royyan yang ada di Kampung
Setu. Namun, saat beliau datang kesana, ternyata saudara sepupunya sudah tidak ada di
sana. Ia tinggal di kampung lain, yaitu di Kampung Sindang.
Mengetahuinya saudaranya pindah, Ustadz Masykur mendatangi rumah Royyan
yang baru. Sesaat, setela sampai di Kampung Sindang, Ustadz Masykur merasa kaget
dengan keadaan kampung saudaranya ini. Di sini, praktek judi, seks bebas dan miras secara
terang-terangan dilakukan. Ustadz Masykur merasa perlu melakukan sesuatu. Ia akhirnya,
membulatkan tekadnya untuk menyebarkan dakwah di kampung ini. Niatnya disambut baik
oleh Pak Halim, warga sekitar yang ingin membantu niat Ustadz Masykur.
Sayangnya, masyarakat di daerah itu sangat sulit untuk diajak bertobat. Ajakan
tobat, selalu ditolak. Hardikan, caci maki, hingga kekerasan fisik pun harus di terima
Ustadz Masykur. Akhirnya, kekerasan yang terus terjadi ini, membuat fisik Ustadz
Masykur melemah. Beliau pun sudah, tidak sanggup melakukan dakwah lagi. Akhirnya, ia
menyerahkan semuanya kepada Allah SWT, agar masyarakat di kampung itu diberikan
hidayah-Nya.
Suatu hari Pak Halim yang memelihara Ustadz Masykur menemukan keadaan
beliau sudah tidak bernyawa lagi. Pak Halim bingung, karena Ustadz Masykur tinggal
sebatang kara di sini, tak ada sanak keluarga.
Akhirnya, Pak Halim meminta tolong kepada masyarakat sekitar untuk membantu
mengurus jenazah Ustadz Masykur. Saat mengurus, jenazah sang ustadz, satu per satu
orang berdatangan, dan segera membantu pengurusan jenazahnya. Prosesi pengurusan
jenazah pun sangat cepat, hingga saat jenazah dimasukkan kedalam keranda, dan diantar
menuju pemakaman, keranda itu seakan terbang. Para takziah itu, seakan membantu prosesi
pemakaman dengan cepat.

Setelah jenazah dikebumikan, semua takziah yang datang pergi pulang entah
kemana. Tidak ada dialog sama sekali yang terjadi, dan Pak Halim, masih bingung, siapa
sebenarnya mereka? dan berasal dari mana mereka? Apakah ini kemuliaan Allah bagi
lelaki shaleh?

Nyi Dasimah = dukun santet dan ahli teluk, dikucilkan warga,
menderita penyakit yang aneh, selalu merasa lapar, suka berteriak-
teriak.
Ustadz Masykur = shaleh, mempraktekan hablum minallah dan
hablum minannas, gemar berdakwah, jenazah diurus secara baik.
Kisah satu maupun kisah kedua, menjelaskan tentang dampak atau
ganjaran yang didapat jika seseorang mematuhi atau melanggar
hukum-hukum Islam.
Ekslusi = wacana publik yang dilakukan untuk membuat klasifikasi
baik dan buruk (kafir dengan shaleh).
Klasifikasi dibuat berdasarkan nilai agama, sehingga dibedakan jadi
dosa-tidak berdosa, kafir-shaleh, jahat-baik, adzab-bantuan.

Konsep kesadaran magis = kesadaran yg hadir ketika
masyarakat, dalam suatu lingkungan tidak dapat
menjelaskan hubungan keterkaitan antara satu faktor
dengan faktor lainnya (Freire, 2002)
Kematian mengerikan Nyi Dasimah dan keranda
terbang Ustadz Masykur terjadi karena ada kekuatan
di luar rasionalitas manusia, yaitu kekuatan
supranatural yang ditunjukkan dengan ganjaran dari
Allah SWT terhadap setiap perilaku makhluknya di
dunia.

Mengapa Begitu?
Clifford Greetz, dalam tesisnya, Islam Observed, membandingkan
dari segi sejarah dan budaya antara Islam Maroko dengan Islam
Indonesia.
Islam di Indonesia adalah Islam akulturasi dari nilai budaya yang
telah ada sebelumnya.
Saat itu, Islam masuk ketika sebagian besar masyarakat Indonesia,
memeluk agama Hindu-Budha dan kepercayaan mistik. Akibatnya
terjadi akulturasi budaya antara Islam dan agama ini.




Hal ini dapat dilihat ketika Sunan Kalijaga, sebagai
salah satu wali yang bertugas menyebarkan agama
Islam di Jawa, membentuk agama Islam dengan
akulturasi budaya Hindu-Budha.
Di Jawa sendiri, klenik dan mistis masih menjadi hal
yang sangat disakralkan. Islam dipandang sebagai
risalah syariah yang jika dilanggar akan membawa
pelaku pada adzab mistis yang diberikan oleh Allah
SWT, sedangkan orang yang mentaati akan diberikan
keberuntugan yang kadang sifatnya diluar akal
rasionalitas manusia.


Kesimpulan
Rubrik Iktibar, merepresentasikan Islam, sebagai
suatu agama yang memiliki kekuatan magis, kekuatan
supranatural, yang mengatur umatnya dan mengatur
manusia di dunia.
Representasi yang dilakukan oleh majalah Hidayah
merupakan suatu upaya untuk mendekatkan diri
kepada pangsa pasar yang memiliki ketertarikan
terhadap bacaan yang berbau mistis, tetapi memiliki
latar belakang pembahasan agama.

Anda mungkin juga menyukai