Anda di halaman 1dari 10

Terjadinya Desa Sendang Bulus Brubulan Dan Desa Pasucen

Ceritera Rakyat dari Kecamata Gunem Kabupaten Rembang.


Tersebutlah seorang laku-laki bernama Umbul Jati yang tinggal di sebuah desa terpencil.
Pada suatu ketika si Umbul Jati mengalami nasib yang malang. Yaitu isteri tercintanya sakit
kemudian meninggal dunia. Atas meninggalnya sang isteri membuat Umbul Jati merasa berputus
asa dalam menjalani kehidupan. Andaikata tidak segera bertemu Sunan Bonang, kemudian
menerima berbagai nasehat dari sang sunan, mungkin Umbul Jati sudah memilih bunuh diri
untuk mengakhiri penderitaannya.

Setelah bertemu dengan Sunan Bonang, si Umbul Jati yang telah menduda ini tidak
hanya menerima berbagai nasehat yang berguna tentang kehidupan di dunia semata saja. Lebih
dari itu si Umbul Jati diberi nasehat tentang pengertian hidup setelah mati. Si Umbul Jati telah
diberi banyak nasehat tentang agama Islam. Dengan adanya nasehat yang diberikan oleh Sunan
Bonang kepada Umbul Jati ini menyebabkan si Umbul Jati mampu menerima kenyataan hidup
yang dialaminya. Bahkan lebih dari itu, si Umbul Jati kemudian menjadi murid setia bagi Sunan
Bonang yang sangat setia. Kemanapun sang sunan pergi berdakwah, si Umbul Jati selalu
mengikutinya.

Dalam perkembangan berikutnya, setelah sekian lama si Umbul Jati ini menjadi pengikut
setia sang sunan, pada suatu hari si Umbul Jati mengikuti perjalanan Sunan Bonang untuk pergi
ke Blora. Kepergian mereka berdua mengambil jalan pintas yang menyebrang hutan jati. Adapun
tujuan kepergian Sunan Bonang tidak lain hanyalah untuk menyebarkan agama islam. Karena itu
yang dilakukan Sunan Bonang dan pengikutnya hanyalah berjalan dan berjalan memecah
lebatnya hutan jati.

Pada suatu ketika sampailah perjalanan mereka ke suatu tempat. Saat itu sedang terjadi
kemarau panjang. Hal itu menyebabkan sulitnya memperoleh air untuk memenuhi segala
kebutuhan. Jangankan untuk keperluan mandi atau keperluan lainnya yang banyak membutuhkan
air, untuk minum saja merasa kesulitan. Itulah kesulitan tersendiri yang harus dialami oleh
Umbul jati bersama sang sunan dalam menempuh perjalanannya.
Dalam keadaan seperti itu, ketika matahari persis diatas kepala, Sunan Bonang
bermaksud melakukan sholat dhuhur. Karena itu sang sunan harus mencari air terlebih dahulu
untuk berwudhu dan mensucikan diri. Maka dari itu sang sunan bersama Umbul Jati segera
mondar mandir mencari sumber air yang dapat dimanfaatkan airnya. Dan setelah keduanya
mondar mandir kesana kemari akhirnya ditemukanlah sebuah sumber air atau sendang yang
mengeluarkan sumber dengan derasnya. Bukan main senang hati mereka.

Setelah ditemukannya sumber air, karena Umbul Jati merasa kepanasan dan kehausan, ia
terlebih dahulu mencebur ke dalam sendang tersebut tanpa seijin sang sunan. Kepentingan sang
sunan yang akan berwudu untuk sholat dhuhur sudah tidak dipedulikan lagi. Melihat sikap
Umbul Jati itu,tentunya hati sang sunan sangat kecewa. Dan setelah ditunggu lama sekali si
Umbul Jati belum keluar dari sendang, tetapi yang namanya sunan segala tindakannya ibarat
selalu berpantangan dengan hal hal yang sifatnya tidak menyenangkan. Karena itu Sunan
Bonang hanya bergumam pelan seorang diri. Adapun gumam sang sunan sebagai berikut. “Wong
weruh banyu kok kaya bulus. Kungkum ora uwis-wis.” Artinya berendam didalam sumur kok
seperti bulus, tidak segera rampung.

Selesai Sunan Bonang bergumam seperti itu, ternyata berikutnya terjadi peristiwa yang
aneh sekali. Sendang itu mendadak mengeluarkan sumbernya deras sekali. Dalam bahasa jawa
disebut gembrubul. Yang lebih mengagetkan lagi bagi Sunan Bonng sendiri, setelah sang sunan
itu melihat kedalam sendang, ternyata Umbul Jati yang semula berendam dalam sendang telah
berubah menjadi seekor bulus. Sejak peristiwa tersebut, untuk mengingat ingat peristiwa tersebut
sendang tersebut kemudian dinamakan “Sendang Bulus Duda Brubulan.” Sementara itu Sunan
Bonang menyesal juga ucapan yang telah dilakukan. Dan sebagai bentuk penyesalannya, bekal
makanan yang dibawanya langsung diceburkan kedalam sendang dengan maksud agar dimakan
si Umbul Jati. Tetapi yang terjadi berikutnya tidak kalah menakjubkannya. Bekal makanan yang
diceburkan kedalam sendang tersebut berubah menjadi ikan ikan wader yang kemudian hidup
menemani sang Bulus alias Umbul jati. Sunan Bonang akhirnya melanjutkan perjalanannya
seorang diri menuju Blora untuk melanjutkan tugasnya menyiarkan agama Islam.

Pada perkembangan berikutnya datanglah pangeran Bei datang ke tempat tersebut


sebagai bentuk penentangan dan pelariannya dari kejaran penjajah Belanda. Tetapi di tempat itu,
sekarang disebut hutan Brengkang. Pangeran Bei malah bertemu dengan seseorang pengikut
Sunan Bonang yang lain yang bernama Ki Ageng Sukmajati. Akhirnya setelah Pangeran Bei
bertemu dengan Ki Ageng Sukma Jati, mereka pun saling berembug tentang masalah yang
mereka hadapi masing masing. Akhirnya mereka sepakat untuk melakukan penyebaran agama
Islam secara bersama sama di daerah tersebut. Karena itu mereka segera mendirikan padepokan
sebagai tempat guna melakukan penyiaran agama Islam.

Sebelum melakukan kegiatannya sebagi penyiar agama Islam yang menetap di sebuah
padepokan, mereka sepakat untuk mensucikan diri. Yang dimaksud mensucikan diri ialah
mensucikan diri secara lahir berupa membersihkan diri secara nyata, dan secara batin dengan
cara mendekatkan diri pada Allah Sang Maha Pencipta. Setelah mereka berdua mencapai
kesepakatan. Acara mensucikan diri secara lahir pun segera dilakukan. Mereka berdua datang ke
sendang yang didalamnya terdapat penjelmaan bulus penjelmaan dari Umbul Jati. Di sendang
yang disebut “Sendang Bulus Duda Brubulan” itu mereka segera membersihkan diri. Diguyurnya
mulai ujung rambut hungga ujung kaki dengan air yang diambil dari Sendang Bulus Duda
Brubulan.

Selesai mensucikan diri dengan air dari Sendang Bulus Duda Brubulan, Pangeran Bei
yang sudah berganti nama menjadi Mbah Apu itu segera memulai dengan kegiatan barunya.
Menetap di padepokan guna menyebarkan agama islam dengan tekunnya. Dan untuk mengenang
peristiwa yang dilakukan Pangeran Bei bersama Ki Ageng Sukmajati mensucikan diri secara
lahir di Sendang Bulus Duda Brubulan, tempat dimana sendang tersebut berada dinamakan desa
“Pasucen” artinya tempat untuk mensucikan diri.

Karena tekatnya sudah membulat, daripada hidup selalu berkejar kejaran dengan penjajah
Belanda, lebih baik berjuang di jalan Allah dengan cara menyebarkan agama Islam kepada para
umat yang belum mengenal agama Islam. Karena itu setelah dirinya merasa suci secara lahir,
Pangeran Bei atau mbah apu itu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah Yang Maha Kuasa
sebagai bentuk penyucian dirinya secara batin.

Rupanya tujuan baik yang diharapkan Pangeran Bei atau Mbah Apu dalam waktu dekat
telah menjadi kenyataan. Orang orang yang ada di sekitarnya segera berguru tentang
pengetahuan agama islam kepada mereka. Muridnya berdatangan dari berbagai arah. Dan dalam
perkembangannya Pangeran Bei yang semula adalah semula seorang kerabat keraton Mataram,
karena benciya kepada penjajah Belanda, kini telah berubah menjadi penyebar agama Islam
dengan sebutan Mbah Apu.

Dalam perjalanan hidup berikutnya, pangeran bei yang telah berganti namanya menjadi
mbah apu itu tetap melanjutkan perjuangannya untuk menyebarkan agama islam hingga akhir
hayatnya. Setelah wafat jasadnya dikuburkan di desa Pasucen tersebut. Hingga kini kubur Mbah
Apu masih dapat kita saksikan dengan mata kepala. Bahkan oleh banyak warga setempat
kuburnya masih dikeramatkan oleh pengagumnya. Selama menjadi penyebar agama Islam Mbah
Apu memiliki dua orang anak laki laki, masing masing bernama Mubaroq dan Hasan.

Tentang putra Mbah Apu yang bernama Mubaroq ini, selanjutnya secara turun temurun
mampu melanjutkan perjuangan para leluhurnya sebagai pejuang dan penyebar agama Islam.
Terbukti secara turun temurun pula keturunan dari Mubaroq tetap melakukan penyebaran agama
Islam dengan cara mendirikan pondok pesantren.

Itulah ceritera singkat tentang terjadinya sendang bulus duda brubulan dan desa
pasucen.yang kini keberadaannya termasuk dalam wilayah kecamatan Gunem kabupaten
Rembang.bahwa ada sumber lain yang menceritakan bahwa ulama yang tinggal dan mendirikan
pesantren di pondok pesantren ini masih ada garis keturunan yang kesekian kalinya dengan mbah
apu ini. Karena cerita ini hanya terjadi turun temurun, karena tidak didukung oleh catatan yang
lengkap, benar dan tidaknya ceritera tersebut terserah penilaian para pembaca sendiri.

UNSUR INSTRINSIK

1. TEMA : keagamaan
2. Amanat :- kita sebaiknya tidak gegabah dalam melakukan sesuatu, lebih baik
pikirkan yang lebih utama terlebih dahulu.
“Setelah ditemukannya sumber air, karena Umbul Jati merasa kepanasan dan
kehausan, ia terlebih dahulu mencebur ke dalam sendang tersebut tanpa seijin sang
sunan. Kepentingan sang sunan yang akan berwudu untuk sholat dhuhur sudah tidak
dipedulikan lagi. Melihat sikap Umbul Jati itu,tentunya hati sang sunan sangat
kecewa.”
-tanpa pendidikan agama kita bisa salah arah dalam menjalani kehidupan

” Andaikata tidak segera bertemu Sunan Bonang, kemudian menerima berbagai


nasehat dari sang sunan, mungkin Umbul Jati sudah memilih bunuh diri untuk
mengakhiri penderitaannya”

“. Lebih dari itu si Umbul Jati diberi nasehat tentang pengertian hidup setelah mati.
Si Umbul Jati telah diberi banyak nasehat tentang agama Islam. Dengan adanya nasehat
yang diberikan oleh Sunan Bonang kepada Umbul Jati ini menyebabkan si Umbul Jati
mampu menerima kenyataan hidup yang dialaminya.”

3. Alur : perkenalan : Tersebutlah seorang laki-laki bernama Umbul Jati yang tinggal di
sebuah desa terpencil. Pada suatu ketika si Umbul Jati mengalami nasib yang malang. Yaitu
isteri tercintanya sakit kemudian meninggal dunia. Atas meninggalnya sang isteri membuat
Umbul Jati merasa berputus asa dalam menghadapi kehidupan. Andaikata tidak segera bertemu
dengan Sunan Bonang, kemudian menerima berbagai nasihat dari sang sunan. Mungkin Umbul
Jati sudah memilih bunuh diri untuk mengakhiri penderitaan hidupnya. Setelah bertemu dengan
Sunan Bonang si Umbul Jati yang telah menduda ini tidak hanya menerima nasehat yang
berguna tentang kehidupan di dunia semata saja. Lebih dari itu si Umbul Jati menerima nasehat
pengertian tentang hidup setelah mati. Si Umbul Jati telah diberi banyak nasehat tentang agama
islam. Dengan adanya nasehat yang diberikan oleh Sunan Bonang kepada Umbul Jati ini
menyebabkan si Umbul Jati mampu menerima kenyataan hidup yng telah dialaminya. Bahkan
lebih dari itu, si Umbul Jati menjadi murid yang setia bag Sunan Bonang yang setia. Kemanapun
sang Sunan pergi berdakwah, si Umbul Jati selalu mengikutinya.

Konflik : Dalam perkembangan berikutnya, setelah sekian lama si Umbul Jati menjadi pengikut
setia sang sunan, pada suatu hari Umbul Jati mengikuti perjalanan Sunan Bonang untuk pergi ke
Blora. Kepergian mereka berdua melewati jalan pintas yanv menyebrang hutan jati. Adapun
tujuan kepergian Sunan Bonang tidak lain hanyalah untuk menyebarkan agama islam. Karena
itu yang dilakukan oleh Sunan Bonang dan pengikutnya hanyalah berjalan dan berjalan memecah
lebatnya hutan jati. Pada suatu ketika sampailah mereka di suatu tempat. Saat itu sedang terjadi
kemarau panjang. Hal ini menyebabkan sulitnya memperoleh air untuk memenuhi segala
kebutuhan. Jangankan membutuhkan air untuk mandi dan keperluan lainnya yang membutuhkan
banyak air, untuk minum saja merasa kesulitan. Itulah kesulitan tersendiri yang dialami Umbul
Jati dengan sang Sunan dalam menempuh perjalanannya.

Perumitan : Dalam keadaan seperti itu, ketika matahari persis diatad kepala, Sunan Bonang
bermaksud melakukan sholat dluhur. Katena itu sang Sunan harus mencari air terlebih dahulu
untuk berwudhu dan mensucikan diri. Maka dari itu sang Sunan dan Umbul Jati segera mondar
mandir untuk mencari sumber air dapat dimanfaatkan airnya. Dan setelah keduanya mondar
mandir kesana kemari akhirnya diketemukanlah sebuah sumber air atau sendang yang
mengeluarkan sumber dengan derasnya. Bukan main senang hati mereka.

Klimaks : Setelah diketemukannya sumber air, Umbul Jati merasa kepanasan dan kehausan, ia
terlebih dulu mencebur ke dalam sendang tanpa seizin sang Sunan. Kepentingan sang sunan yang
akan berwudhu untuk melakukan sholat dluhur sudah tidak dipedulikan lagi. Melihat sikap si
Umbul Jati itu, tentunya hati sang sunan sangat kecewa. Dan setelah di tunggu hinggalama sekali
si Umbul Jatu belum keluar dari dalam sendang tetapi, yang namanya sunan, segala tindakannya
ibarat selalu berpantangan dengan hal-hal yang sifatnya tidak menyenangkan. Karena itu Sunan
Binang hanya bergumam pelan seorang diri. Adapun gumam sang sunan sebagai berikut. "Wong
weruh banyu kok kaya bulus. Kungkum ora uwis-uwis". Artinya orang melihat air kok seperti
bulus. Berendam tudak selesai-selesai.

Penyelesaian : setelah selesai bergumam seperti itu ternyata kejadian aneh terjadi. Sendang itu
mendadak mengeluarkan sumbernya deras sekali. Dalam bahasa jawa disebut gembrubul, yang
lebih mengagetkan lagi bagi Sunan Bonang sendiri, setelah sang sunan melihat ke dalam sendang,
ternyata si Umbul Jati yang semula berendam didalam sendang berubah menjadi seekor bulus.
Setelah kejadian itu untuk mengingat ingat peristiwa tersebut sendang itu dinamakan "sendang
bulus duda brubulan". Sementara itu Sunan Bonang menyesal juga atas ucaoan yang telah
dilakukan. Dan sebagai bentuk penyesalannya, bekal makanan yang dibawanya langsung
diceburkan kedalam sendang dengan tujuan agar dimakan oleh Umbul Jati. Tetapi kejadian yang
terjadi berikutnya tidak kalah menakjubkannya. Bekal berupa makanan yangdiceburkan kedalam
sendang betubah menjadi ikan, ikan wader yang kemudian hidup menemani sang bulus alias
Umbul Jati. Sunan Bonang pun melanjutkan perjalananya seorang diri menuju ke Blora untuk
melanjutkan tugasnya menyiarkan agama islam.
Konflik : Pada perkembangan berikutnya, datanglah Pangeran Bei, keluarga mataram yang
datang ke tempat tersebut. Tujuan Pangeran Bei datang ke tempat tersebut sebagai bentuk
penentangan dan pelarian diri dari kerajaan panjajah Belanda. Tetapi di tempat itu, sekarang
disebut hutan Brengkang. Pangeran Bei malah bertemu dengan pengikut Sunan Bonang yang
lain yang bernama Ki Ageng Sukma Jati. Akhirnya setelah Pangerang Bei bertemu dengan Ki
Ageng Sukma Jati, merekapun saling berembug tentang masalah yang merek hadapi masing
masing. Akhirnya merka sepakat untuk melakukan penyebaran islam secaa bersama sama di
daerah tersebut. Karena itu mereka segera mendirikan padepokan sebagai tempat guna
menyiarkan agama islam. Sebelum melakukakan kegiatan meyebarkan agama islam yang
menetap di sebuah padepokan, mereka sepakat untuk mensucikan diri. Yang dimaksud
mensucikan diri ialah membersihkan diri secara lahir berupa membersihkan diri secara nyata,
dan secara batin dengan cara mendekatkan diri kepada Allah Sanga Maha Pencipta. Setelah
mereka berdua mencapai suatu kesepakatan, acara mensucikan diri pun dimulai dengan cara
mensucikan diri secara lahir pun segera dilakukan. Mereka berdua datang ke sendang yang di
dalamnya terdapat seekor bulus penjelmaan dari Umbul Jati. Di sendang yang disebut "Sendang
Bulus Duda Brubulan" itu mereka segera membersihlan diri. Diguyurnya mulai dari ujung
rambut hingga ujung kaki dengan air yang diambil dari sendang bulus duda brubulan.

Perumitan : Selesai mensucikan diri dari sendang bulus duda brubulan, Pangeran Bei yang sudah
berganti menjadi Mbah Apu segera memulai dengan kegiatan barunya. Menetap di padepokan
guna me yebarkan agama islam dengan tekunnya. Dan untuk megenang peristiwa yang dialami
oleh Pangeran Bei dan Ki Ageng Sukma Jati mensucikan diri secara lahir di sendang bulus duda
brubulan itu, tempat dimana sendang tersebut berada dinamakan desa " pasucen " artinya tempat
untuk mensucikan diri. Karena tekadnya sudah membulat, daripada hidup selalu berkejar- kejaan
dengan para penjajah Belanda, lebih baik berjuang dijalan Allah dengan cara meyebarkan ajaran
agama islam kepada umat yang belum mengenal agama islam. Karena itu setelah dirinya merasa
suci secara lahir, Pangeran Bei atau Mbah Apu itu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah
Yang Maha pencipta sebagai bentuk pensuciaan dirinya secara batin.

Klimaks : rupanya tujuan baik yang diharapkan oleh Pangeran Bei atau Mbah Apu dalam waktu
dekat telah menjadi kenyataan. Orang-orang yang ada di sekitarnya segera berguru tentang
pengetahuan agama islam pada mereka. Muridnya berdatangan dari berbagai arah. Dan dalam
perkembangannya, Pangeran Bei yang semula adalah seorang kerabat keraton mataram, karena
bencinya kepada penjajah Belanda, maka setiap hari gencarnya menentang oemerintah Belanda,
kini telah berubah menjadi seorang penyebar agama islam dengan sebutan Mbah Apu.

Penurunan : Dalam perjalanan hidup berikutnya, Pangeran Bei yang telah berganti nama menjadi
Mbah Apu itu tetap melanjutkan perjuangannya untuk menyebarkan agama islam hingga akhir
hayatnya. Setelah wafat jasadnya dikuburkan di desa pasucen tersebut. Hingga kini kubur Mbah
Apu masih dapat dilihat dengan mata kepala. Bahkan oleh banyak warga setempat kuburnya
masih dikeramatkan oleh para pengagumnya. Selama Mbah Apu menjadi penyebar agama islam
Mbah Apu mempunyai dua orang anak laki-laki masing-masing bernama Mubaroq dan Hasan.

Koda : Tentang putra Mbah Apu yang bernama Mubaroq ini, selanjutnya secara turun temurun
mampu melanjutkan perjuangan leluhurnya sebagai pejuang san penyebar agama islam. Terbukti
secara turun temurun pula keturunan dari Mubaroq tetap melakukan penyebaran agama islam
dengan cara mendirikan pondok pesantren. Itulah cerita singkat tentang terjadinya "Sendang
Bulus Duda Brubulan dan Desa Pasucen" yang kini keberadaannya termasuk dalam wilayah
Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.

3. LATAR:
 Tempat : Desa terpencil “Tersebutlah seorang laki-laki bernama Umbul Jati
yang tinggal di sebuah desa terpencil. Pada suatu ketika si Umbul Jati
mengalami nasib yang malang.”
- Hutan jati
“Kepergian mereka berdua mengambil jalan pintas yang menyebrang
hutan jati.”
- Sendang

“Dan setelah keduanya mondar mandir kesana kemari akhirnya


ditemukanlah sebuah sumber air atau sendang yang mengeluarkan sumber dengan
derasnya. Bukan main senang hati mereka.“

 Suasana : Kecewa “Melihat sikap Umbul Jati itu,tentunya hati sang sunan
sangat kecewa.”
- Berputus asa; “Yaitu isteri tercintanya sakit kemudian meninggal dunia.
Atas meninggalnya sang isteri membuat Umbul Jati merasa berputus asa
dalam menjalani kehidupan.”
 Waktu : siang hari “Dalam keadaan seperti itu, ketika matahari persis diatas
kepala, Sunan Bonang bermaksud melakukan sholat dhuhur.”

Ciri-Ciri :

1. Anonim ( tidak diketahui pengarangnya aslinya)

2. Komunal (serita rakyat tersebut menjadi milik penduduk gunem teritama penduduk desa
pasucen kecamatan gunem kab. Rembang)” Itulah cerita singkat tentang terjadinya "Sendang
Bulus Duda Brubulan dan Desa Pasucen" yang kini keberadaannya termasuk dalam wilayah
Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.“

3. Istana sentris (adanya hubungan cerita dengan kerajaan mataram dan penjajahan) “Dan
dalam perkembangannya Pangeran Bei yang semula adalah semula seorang kerabat keraton
Mataram, karena benciya kepada penjajah Belanda, kini telah berubah menjadi penyebar agama
Islam dengan sebutan Mbah Apu.”

4. Statis : - wanita :(Umbul Jati mencintai isterinya) “Yaitu isteri tercintanya sakit kemudian
meninggal dunia. Atas meninggalnya sang isteri membuat Umbul Jati merasa berputus asa dalam
menjalani kehidupan.”

5. Fantastis: (umbul jati berubah menjadi seekor bulus dan bekal yang dimasukkan Sunan
Bonang kedalam sendang berubah menjadi ikan wader).

- “Yang lebih mengagetkan lagi bagi Sunan Bonang sendiri, setelah sang sunan itu melihat
kedalam sendang, ternyata Umbul Jati yang semula berendam dalam sendang telah berubah
menjadi seekor bulus.”

- “Dan sebagai bentuk penyesalannya, bekal makanan yang dibawanya langsung diceburkan
kedalam sendang dengan tujuan agar dimakan oleh Umbul Jati. Tetapi kejadian yang terjadi
berikutnya tidak kalah menakjubkannya. Bekal berupa makanan yangdiceburkan kedalam
sendang betubah menjadi ikan, ikan wader yang kemudian hidup menemani sang bulus alias
Umbul Jati.”

Nilai Nilai

1. Nilai religi ( saat sunan bonang dan pangeran bei menyiarkan agama islam dan bertaqwa
kepada allah)
-“pada suatu hari si Umbul Jati mengikuti perjalanan Sunan Bonang untuk pergi ke Blora.
Kepergian mereka berdua mengambil jalan pintas yang menyebrang hutan jati. Adapun
tujuan kepergian Sunan Bonang tidak lain hanyalah untuk menyebarkan agama islam.”
1. Nilai moral : kita sebaiknya tidak gegabah dalam melakukan sesuatu, lebih baik
pikirkan yang lebih utama terlebih dahulu.
“Setelah ditemukannya sumber air, karena Umbul Jati merasa kepanasan dan
kehausan, ia terlebih dahulu mencebur ke dalam sendang tersebut tanpa seijin sang
sunan. Kepentingan sang sunan yang akan berwudu untuk sholat dhuhur sudah tidak
dipedulikan lagi. Melihat sikap Umbul Jati itu,tentunya hati sang sunan sangat
kecewa.”
2. Nilai sosial ( saat pangeran bei berembug masalah dengan pengikut sunan bonang. Yaitu
Ki Ageng Sukmajati) ” Akhirnya setelah Pangeran Bei bertemu dengan Ki Ageng Sukma
Jati, mereka pun saling berembug tentang masalah yang mereka hadapi masing masing.
Akhirnya mereka sepakat untuk melakukan penyebaran agama Islam secara bersama
sama di daerah tersebut. Karena itu mereka segera mendirikan padepokan sebagai tempat
guna melakukan penyiaran agama Islam.”
3. Nilai budaya “ Karena cerita ini hanya terjadi turun temurun, karena tidak didukung oleh
catatan yang lengkap, benar dan tidaknya ceritera tersebut terserah penilaian para
pembaca sendiri.”
4. Nilai estetika (penulisan cerita yang runtut dan mudah dipahami oleh pembaca)

Anda mungkin juga menyukai