Anda di halaman 1dari 3

Asal-Usul Desa Kuncen

Kuncen adalah desa di kecamatan Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia. Sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai pedagang, khususnya pedagan "pedagang" tahu dan tempe.
Masyarakatnya dikenal cukup religius dengan banyaknya tempat aktivitas pengajian baik di
mushola, masjid, langgar atau di rumah warga. Tempat-tempat penting di desa ini adalah
diantaranya Langgar Rowobayan, langgar pahlawan, langgar kidul, masjid Takwa, "tretek".
membahas tentang seluk-beluk desa inijuga terdapat seorang waliullah yang telah menyebarkan
agama islam di desa ini namanya Mbah Sabil & Mbah Hasyim tapi biasanya kami menyebutnya
dengan mbah menak anggrung maha suci engkau ya Allah telah memberikan seorang pejuang
islam di desa ini.

I. Riwayat Singkat Mbah Sabil & Mbah Hasyim.


Salah satu riwayatnya mbah Hasyim, yaitu sebelum mbah Sabil datang ke
Kuncen, mbah Hasyim sudah menjadi kyai di daerah Kuncen yang saat itu daerah/desa
yang ditempati mbah Hasyim belum mempunyai nama. Tidak ada data pasti yang
menunjukan siapakah sebenarnya mbah Hasyim dengan langgar (surau) kecilnya?
darimanakah asal beliau? yang jelas mbah Hasyim mendapat julukan Ketib Hasyim (para
sesepuh mengartikan ketib sebagai katib:penulis, penyalin, sekretaris. atau
khadam:pelayan) setelah kedatangan mbah Sabil, beliau dikenal juga sebagai merbot
masjidnya mbah Sabil.
Mbah Sabil sendiri mempunyai nama asli Pangeran Adiningrat Dandang Kusuma.
Beliau adalah orang rantau dari kerajaan Mataram Jogya. Pada sekitar + abad XVII,
beliau dikejar-kejar oleh Belanda, kemudian menyelamatkan diri kearah timur hingga
sampai di Dusun Jethak-Bojonegoro. Beberapa saat setelah kedatangannya di Jethak,
namanya diganti Sabil karena kekhawatiran beliau diketahui oleh Belanda, toh pada
akhirnya ketahuan juga oleh kaum penjajah. Kemudian dari Jethak melarikan diri lagi,
menyelamatkan diri hingga tiba di Dusun Jumok. Tempat ini masuk wilayah kecamatan
Ngraho bagian timur, kira-kira 15 km dari Kecamatan Padangan ke arah selatan

II. Permulaan Mbah Sabil Tiba di Desa Kuncen


Setelah beberapa saat tinggal di Jumok, mbah Sabil berencana untuk pergi ke
Ampel Surabaya. Perlu diketahui bahwa mbah Sabil adalah alumni Pondok Pesantren
Ampel Denta Surabaya, hanya tidak diketahui kapan beliau belajar disana. Dalam
rencananya, kepergian mbah Sabil ke Ampel harus sudah sampai tujuan dalam waktu
semalam. Setelah ditentukan harinya, beliau berangkat dari Dusun Jumok ke Ampel
Gading Surabaya setelah sholat Isya’. Beliau berjalan ke-arah Ngraho lalu ke barat dan
diteruskan ke utara hingga akhirnya berhenti di Bengawan Solo. Setelah tiba di
bengawan, beliau milir/ngintir mengikuti aliran Sungai Solo dengan menaiki kranjang
mata ero serta membawa peralatan memasak seperti kendil, enthong dan lain-lain, yang
saat ini diketahui bahwa peralatan tersebut ditanam dipojok sisi timur bagian depan
didalam makam.
Bersamaan dengan mbah Sabil ngintir, beliau tiba disalah satu tikungan
Bengawan Solo, mbah Sabil dengongok/anguk-anguk . Ditempat mbah Sabil anguk–
anguk inilah lama kelamaan tempat tersebut dikenal sebagai Desa Dengok. Mbah Sabil
ngintir lagi ke timur, beliau mendengar suara burung Gemek ngoceh (berkicau), akhirnya
tempat tersebut berubah menjadi Dukuh Dema’an. Perjalanan diteruskan ke timur dengan
kranjang mata ero-nya, hingga mendengar burung jalak ngoceh dan menjadilah dukuh
Jalakan. Dari Jalakan langsung ketimur dan terdengar ada ayam jago yang sedang
berkokok. Hal ini menarik perhatian mbah Sabil, ternyata ayam jago tersebut berada
disekitar kalangane (daerahnya) tempat sabung ayam, sehingga tempat tersebut
dinamakan dukuh Kalangan.
Bersamaan beliau tiba di salah satu tempat, Fajar Shodiq sudah terlihat, akhirnya
tempat tersebut dinamakan Pajaran asal dari kata Pajar (fajar). Fajar Sendiri dalam
pengertianya ada dua dari keseluruhan hukum-hukum yang telah dijelaskan Rasulullah
yaitu fajar kadzib dan fajar shodiq. Fajar kadzib adalah cahaya warna putih memanjang
bersinar yang nampak dari atas ke bawah seperti ekor srigala dan sedikit-demi sedikit
hilang. Fajar ini tidak menghalalkan sholat subuh, dan tidak mengharamkan makanan
bagi orang yang sedang berpuasa. Sedangkan fajar shodiq adalah warna merah yang
bersinar tersebar, yang melintang diangkasa diatas puncak bukit-bukit dan gunung-
gunung, tersebar di jalan-jalan, gang-gang, rumah-rumah, dan inilah yang berhubungan
dengan hukum-hukum puasa dan sholat.

Semakin lama akhirnya Pajaran disebut juga Padangan, karena sudah Padang
(terang). Berhentikah mbah Sabil ?...tidak ! Akhirnya beliau terus ke timur, hingga
bertemu dengan mbah Hasyim yang saat itu sedang mengambil air wudhu di tepi Sungai
Solo. Saat itu Bengawan Solo masih kecil dan sempit tepat kiranya bila disebut Sungai.
Terlihat oleh mbah Hasyim dari arah barat, sesuatu bergerak menuju ke-arahnya. Mbah
Hasyim penasaran melihat “sesuatu” tersebut. Setelah diperhatikan dengan cermat,
ternyata ada seseorang yang sedang naik keranjang, dan lebih-lebih tambah penasarannya
setelah diketahui keranjang tersebut ternyata kranjang mata-ero. Anggapan mbah
Hasyim, jelas ini bukan sembarang orang dan ditunggulah orang tersebut. Setelah dekat
mbah Sabil yang masih bersila diatas keranjang ajaib itu ditanya oleh mbah Hasyim:
“Gerangan mau kemana ki sanak ?”. Lalu dijawab oleh mbah Sabil: “Kula bade kesah
wonten Ampel Denta Surabaya” (saya mau pergi ke Ampel Surabaya). Kemudian mbah
Hasyim menawarkan sudilah kiranya mbah Sabil mampir dulu barang sebentar
dirumahnya, “Mangga kula aturi pinarak wonten griya, mangga, mangga...” katanya. Dan
turunlah mbah Sabil dari keranjang tersebut untuk memenuhi permintaan mbah Hasyim.
Kemudian mbah Hasyim membawakan keranjang mbah Sabil sambil berjalan beriringan
menuju kerumahnya.
Sesampai di tujuan, mereka berdua melaksanakan sholat berjama’ah di Langgar
mbah Hasyim. Usai sholat mbah Hasyim matur : “Sebenarnya saya berharap, ki sanak
untuk tetap tinggal disini, karena saya membutuhkan bantuan ki sanak untuk menyiarkan
agama Islam disini”. Singkat cerita, mbah Sabil manut mengikuti apa yang diinginkan
mbah Hasyim - agar kepergiannya ke Ampel Gading dihentikan alias di KUNCI.
Akhirnya tempat tersebut akibat dari pergeseran waktu dan kata menjadi Kuncen asal dari
kata kunci. Maka peristiwa inilah asal mula Desa Kuncen.

Anda mungkin juga menyukai