Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Pure Lingsar

Berawal dari orang Bali yang datang ke Lombok yang datang dengan tujuan
Menetap di Lombok. Orang-orang Bali tersebut berasal dari Kerajaan Karangasem Mataram,
Orang-orang tersebut mendarat tepat di Lombok Barat yaitu di Gunung Pengsong. Saat
Rombongan tersebut berada di Gunung pengsong, Rombongan yang berasal dari kerajaan karang
asem Mataram ini mendapatkan mereka diberitahukan oleh Dewa Pengsong, Bahwa usahanya
akan berhasil sampai 7 generasi.

Namun setelah menetap di Gunung Pengsong, Rombongan dari Kerajaan Mataram ini
belum menemukan apa yang di beritahukan oleh Dewa Pengsong ini. Lalu Rombongan ini
melakukan perjalanan, menuju ke Pagutan dan disana pun Masih belum menemukan tanda-tanda
tersebut, lalu sampai di Pagesangan tanahnya sangat gersang, disana juga Rombongan ini belum
menemukan tanda tersebut. Lalu rombongan ini melakukan perjalanan lagi ke arah utara,
Sampailah di Gunung Sari, di Gunung sari pun begitu ROmbongan ini belum menemukan tanda
kehidupan yang di maksud oleh dewa Pengsong.

Maka rombongan ini pergi dengan berjalan kaki, Berjalan menuju tengah pulau Lombok,
dimana rombongan ini sampai di hutan punikan. Di Hutan Punikan, rombongan kerajaan
Mataram ini ketika saat istirahat makan, rombongan ini mendengar Letusan yang sangat keras.
Kerajaan karang asem ini di pimpin 3 orang yaitu, Anak Agung Ketut Nengah , beliau adalah
adik dari Anak Agung Gusti Karangasem, yang kedua pedande Gede Subali ini sebagai
rombongan pendetanya, Ketiga adalah Arsiteknya yang bernama Boleng. Rombongan ini
mencari suara letusan itu, Rombogan ini mencari ke arah Barat, dan ketemulah tempat ini kurang
lebih 300 meter dari aik mual, barulah rombongan ini menemukan air yang baru meletus itu tepat
di aiq mual.

Rombongan itu lalu melakukan perjalanan kearah Barat lagi, dan menemukan Pure
Lingsar dengan keadaan Pure yang belum dibangun, dan itu sudah ada tertulis di kemaliq bahwa
disini itu adalah tempat kehidupan. Maka beliau menemukan nenek moyang kami di sini yang
generasi ketiga yang bernama Baloq namanya Baloq Nerawang. Anak Agung bertemu dengan
baloq nerawang ini melihat tempat ini dan berkata “saya akan membangun Pure di tempat ini”.
Setelah bisa menguasai sebagian Lombok Barat Ankak Agung menepati janjinya. Datang lagi
kesini dan membangun pure dan kemaliq. Kemaliq ini walaupun arsiktekturnya berbentuk
dengan pure tapi tidak menghilangkan nilai dan keislamannya, walaupun budayanya seperti
budaya Bali Hindu. Pada tahun 1959 Anak Agung membangun Pure dan Kemaliq Lingsar ini
dengan tujuan untuk menyatukan Masyarakat suku Sasak yang beragama muslim, dengan
masyarakat Bali yang beragama Hindu, Jadi itu tujuan sebenarnya dibangun Pure ini.

Kemaliq ini adalah tempat suci tempat keramat itu yang disebut dengan maliq, yang
berarti tempat itu suci dan aman itulah kemaliq. Dimaping itu ada Pure dimana Pure juga adalah
tempat suci. Pada tahun 1978 Anak Agung waktu itu membangun 2 Golongan masyarakat yang
Hindu Buda namanya Pure, yang islam sufi namanya Kemaliq. Karena keunikan dari pure dan
kemaliq ini, semua umat Orang yang bisa beragama Kristen dan Buda bisa sembahyang
dikemaliq karena disana terdapat ada 2 pengelola, disamping ada Hindunya ada Islamnya. Umat
Hindu juga begitu sudah sembahyang di Pure lalu melanjutkan sembahyang di kemaliq. Dua
umat yang dominan ini yang paling mistis Hindu dengan Sasak muslim bisa melakukan
persembahyangan, di sanalah keunikannya, di kemaliq ini tidak membedakan latar belakang
seseorang dari Agama dan Ras bisa memasuki kemaliq ini bisa Orang-orang yang berbeda-beda
ini bisa berkumpul dan bersatu di kemaliq tetapi bukan untuk menyatu. Dari Agama yang tidak
bisa menyatu terpisah tetapi bukan memisah dan itulah keunikanya.

Dulu sebelum nenek moyang kita masih mengenal animisme menyembah-nyembah


pohon datang seorang ulama sufi dari Jawa memperkenalkan keyakinan dan kebenaran bahwa
Tuhan yang paling di Sembah itu adalah Allah, itulah pengakuan orang muslim saat itu. Mereka
berangsung-angsur mengenal agama Islam. Diamana di Lingsar ini saat sholat menggunakan
islam waktu telu, dimana waktu telu ini adalah kombinasi dari mistik.

Menurut orang Lingsar sendiri kemaliq itu sejarahnya dulu Lingsar ini sebelum pure ini
di bangun itu semasih kecil beliau orang yang istilahnya taat beragama belajar mulai tentang
keimanan dan kebenaran. Tetapi setelah ia besar dewasa ia meninggalkan kampong halamanya
dari Jawa sampailah beliau di Lombok. Tetapi setelah besar beliau tidak pernah kembali, dengan
Kerinduannya dengan keluarga di Jawa maka beliau susun, beliau ini istilahnya pengemben yang
menyebarkan agama islam yang disebut islam waktu telu. Setelah lama berada di Lombok beliau
masuk kampong memperkenalkan nilai kehidupan dengan makna kebenaran. Dalam
perjalanannya mengemben ajaran agama pada penduduk itu terjadi saking keringnya bumi
Lombok pada itu, Berkat Keromahan doa beliau pada waktu itu terjadi pada tanggal 15 Purname
sasih ke 7, beliau bermunajat bermohon ditempat ini seakan-akan saking kering flora dan fauna
tidak bisa bersahabat skaing keringnya. Beliau bermohon kepada sang kuasa untuk tempat ini.
Saat 15 urname sasih ke 7, beliau mengambil tanah dengan mengamalkan doa-doa salehnya
untuk tempat ini. Menjelang sholat subuh sampai menjelang sholat ashar baru tongkat yang
ditancapkan tadi lalu mencabutnya maka keluarlah air yang sangat deras pada waktu itu,
sehingga desa ini bernama Lingsar Ling itu tongkat, Sar itu air.

Ketika wali ini ingin kembali ke Jawa, dengan tidak disangka-sangka ditempat ini,
beliau berpesan saat pergi kepada adiknya jika ada yang ingin mencari saya, maka carilah saya
ketempat ini. Beliau hilang di tempat air tadi sebagai gantinya. Ditempat ini fenomena alam yang
tidak disangka-sangka pada waktu itu saat kering kerontang tiba-tiba menjadi subur. Saking
sedihnya adik dari beliau, nanti apa yang akan disampaikannya karena beliau sudah tidak ada
untuk masyarakat, karena pada saat itu juga mencari-cari beliau karena beliau tidak pernah
kembali kediamannya. Untuk mencari sang wali/datoq pada waktu itu beliau dengan di bekali
dengan ketupat dan lauk pauk ayam, itik, kerbau untuk mencari beliau. Maka dijumpailah
adiknya ini oleh oleh masyarakat terjadi gerangan apa saking bersedihnya. Ditempat ini yang
dulunya bernama bencangah/ becingah sekarang menjadi kantor bupati, disanalah beliau
berkumpul untuk memberitahukan masyarakat tentang keberadaan beliau yang hilang. Hilangnya
beliau dalam bahasa Sasak Muksonya. Hilangnya beliau dalam umat Hindu mereka meyakini
bahwa wali itu sebagi jelmaahnya dari Dewa Wisnu, kalu dalam islamnya beliau adalah seorang
wali. Pada waktu itu masyarakat sebagai rasa syukurnya dengan adanya air beliau mengadakan
selametan tupat, kambing, itik pada waktu itu dipotong untuk berdzikir untuk mengadakan
hiburan semalam melakukan pesta hingga berminggu-mingguan, dan kisah itu yang disebut
dengan pijewali dalam istilah raraq waru yaitu perang ketupat. Dengan rasa syukur
masyakatkarena adanya air, perayaan ini sering diadakan 1 tahun sekali, dimana ada pije wali
ada odalan, dimana hari pelaksanaannya sama tapi dilakukan dengan tidak bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai