Anda di halaman 1dari 4

Makam Mbah Sinari

Nama :Mohammad syauqul jazil

Kelas. :X-8

Absen :26

Makam keramat Mbah Sinari atau Senari terletak di sebelah timur Desa Ngawen, Kecamatan
Sidayu, Kabupaten Gresik. Makam tersebut menjadi titik sentral atau berada tepat di tengah antara
Dusun Ngawen, Asemanis dan Dusun Pekuncen.

Makam berukuran sekitar 8 meter dengan lebar sekitar 0,8 meter ini berada dalam cungkup yang
sederhana dan terlindungi oleh rumpun bambu dan pohon besar yang diyakini telah berusia ratusan
tahun.

Sampai saat ini makam Mbah Sinari masih dikeramatkan oleh warga Desa Ngawen, Dusun Asemanis,
Asempapak, Kuncen, dan desa di sekitarnya seperti Randuboto hingga Tajung. Itu terlihat dari
kehadiran ribuan sami'in dan sami’at dari beberapa desa tersebut.

Menurut penuturan Bapak Wasi'an, selaku juru kunci. sosok Mbah Sinari diyakini oleh masyarakat
setempat sebagai Kanjeng Sepuh Sidayu kelima yang dikenal dengan julukan “Nogosaliro”.

Mbah Sinari disebut memiliki senjata pamungkas “Tombak Cakra Tirta” sepanjang 4 jengkal (2,5
meter). Beliau juga memiliki kuda putih yang setia menemani ke mana Mbah Sinari pergi. Konon
kuda itu pandai melewati titian (Mowot).

Bapak Wasi'an menjelaskan, keberadaan makam Mbah Sinari atau Senari berasal dari rasa penasaran
Kanjeng Sepuh Sidayu kedelapan kepada sosok berjubah dan bersurban yang kerap datang pertama
di masjid dan orang terakhir meninggalkan Masjid Sidayu.

Karena sosok tersebut tidak pernah bicara dan hanya berdzikir, Kanjeng Sepuh pun enggan untuk
bertanya. Hingga akhirnya Kanjeng Sepuh menugaskan muridnya untuk memata-matai sosok
misterius ini.
Dari pengamatan muridnya disampaikan, jika sosok ini ke masjid naik kuda putih dari Desa Ngawen
melewati Asempapak. Setelah turun, dia mengikat kudanya di timur alun-alun Sidayu lalu berjalan ke
masjid.

Begitu pula ketika pulang dari masjid, beliau berjalan menuju kudanya lalu bergegas ke Desa
Ngawen. Ketika sampai di Desa Ngawen, sosok ini hilang beserta kudanya di antara rumpun bambu.

Berdasarkan laporan muridnya, akhirnya Kanjeng Sepuh Sidayu kedelapan isyaroh di tempat
hilangnya sosok berjubah dan bersurban itu. Dari isyaroh itu ditemukan tombak “Cakra Tirta” yang
disertai pesan agar tombak tersebut dimakamkan di tempat diketemukannya.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Muharam/Suro Jum'at ketiga. Sejak saat itu haul Mbah Sinari atau
Senari mulai dilaksanakan Kanjeng Sepuh Sidayu. Hingga saat ini haul Mbah Sinari selalu diperingati
setiap tahun bersamaan dengan haul sesepuh Desa Ngawen.

Menurut penuturan Bapak Wasi'an, di desa Ngawen juga ada makam Pejabat Sidayu sebelumnya.
Diantaranya makam Tumenggung Suwargo (Kanjeng Sepuh Sidayu pertama) dan Mbah Sido Ngawen
(Kanjeng Sepuh Sidayu kedua).

Selain itu, ada juga makam Mbah Banteng (Kanjeng Sepuh Sidayu ketiga), makam Mbah Probolinggo
(Kanjeng Sepuh Sidayu keempat) dan makam Raden Ainul Khodz (Kanjeng Sepuh Sidayu keenam)
atau cucu dari Sunan Giri.

Sedangkan makam Kanjeng Sepuh ketujuh dan kedelapan berada di Masjid Jami Sidayu. Lalu makam
kanjeng Sepuh Sidayu kesembilan Raden Badron berada di Jombang.

Konon pada masa pemerintahannya dihentikan oleh Belanda bersamaan kalahnya Kasunanan Giri
oleh Mataram. Raden Badron dipindahkan ke Jombang, dan status Sidayu berubah menjadi
Kawedanan.

Masyarakat desa mengadakan haul atau selamatan mbah haji sinari setiap tahun nya dan di ikuti oleh
masyarakat desa dan masyarakat luar desa.

Selamatan desa diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan diantaranya yakni pembacaan yasin, tahlil,
sholawat serta ceramah agama.

Kegiatan ini dimulai dengan sholawat bersama Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) pada Sabtu
(6/8/2022) malam hari.
Ahad paginya, warga Desa Ngawen dan sekitarnya berduyun-duyun menghadiri Pengajian umum
dalam Haul Akbar Mbah Haji Sinari, Mbah Kanjeng Banteng, Mbah Kanjeng Ngawen, Mbah Kanjeng
Tumenggung Suwargo serta sesepuh desa Ngawen Sidayu, Gresik.

Hadir dalam kegiatan para Kiai dan Gawagis antara lain KH Farhan, Gus Akhsib, Gus Wafi, Gus
Nu’man, para sepuh desa Ngawen dan sekitarnya.

Sementara itu berdasarkan cerita tutur masyarakat setempat mengatakan bahwa Mbah Haji Sinari
memiliki karomah yang tinggi.

“Ada juga versi yang berpendapat bahwa beliau (Mbah Haji Sinari) merupakan salah seorang guru
spiritual dari Kanjeng Sepuh Sidayu,” kata Cipto, penggerak Majelis Rutin Kliwonan Mbah Sinari.

Lebih lanjut, kata Cipto, di kompleks di pemakaman Ngawen ini bersemayam pula Mbah Kiai
Mustahal bin Kiai Badrudin bin Kiai Onggoyudo, “Masih terhubung dengan pendiri Pondok
Tebuwung, Dukun Gresik” imbunya.
Hawa segar dan teduh menjadi kekhasan dari kompleks makam yang dahulu penduduk menyebutnya
dengan Makam Sentono ini. Pasalnya, terdapat tiga pohon cendana di kompleks makam tersebut.
(Chidlir)

Anda mungkin juga menyukai