1. Sejarah Berdiri
Begitu juga dengan Kiai Sholeh dan keluarganya, pergi dari keraton dan
mendirikan Pondok Pesantren Benda Kerep di Kampung Cimeuweuh Kelurahan
Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon pada tahun 1862 M.2 Lokasi ini
sebenarnya masih menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Kanoman Cirebon.
Demikian juga tekad Kiai Sholeh Zamzami mendirikan pesantren di sana tidak
lain yaitu atas perintah Kiai Anwaruddin, paman sekaligus sahabatnya.
2
wawancara dengan Kiai Miftah (Pengasuh Ponpes Benda Kerep)
tanggal 22 Februari 2015, pukul 09 : 30 wib.
Guru dari keduanya adalah Kiai Baha’udin dari Manafizaha. Tetapi versi lain
mengatakan bahwa Kiai Anwarudin yang lebih dikenal dengan Kiai Kriyan
tersebut adalah paman sekaligus guru dari Kiai Soleh3
Sementara itu, keterangan yang kami peroleh dari Kiai Miftah, Putra Kiai
Faqih atau keturunan ke empat dari Kiai Sholeh, ketika proses penaklukan
makhluk ghaib di Cimeuweuh semua makhluk ghaib di Cimeuweuh takluk dan
3
Ibid
4
Mukjizat (miracle) yang dimiliki para wali, menurut kepercayaan Islam tradisional
5
http://dalilaahsanah.blogspot.com/2011/06/sejarah-singkat-benda-kerep.html
6
wawancara dengan Kiai Miftah (Pengasuh Ponpes Benda Kerep) tanggal 22 Februari
2015, pukul 09 : 30 wib.
bersedia beranjak dari tanah Cimeuweuh. Tapi ada dua makhluk ghaib yang tidak
mau beranjak dari tanah Cimeuwuh, yaitu seekor macan ghaib dan seekor ular
ghaib yang sebelumnya ular ghaib tersebut ada tiga, yang dua pergi dan yang satu
menetap. Dengan mengadakan sebuah perjanjian bahwa seekor macan dan ular
ghaib tersebut berjanji akan melindungi dan menjaga anak cucu keturunan Kiai
Sholeh dari hal-hal mara-bahaya yang membahayakan. Pernyataan ini dibenarkan
juga oleh Kiai Muhammad Nuh menantu Kiai Hasan bin Kiai Abu Bakar bin Kiai
Sholeh. Bahkan menurut pernyataan Kiai Muhammad Nuh, sampai sekarang
masyarakat Benda Kerep sering melihat penampakan seekor Macan putih dengan
loreng hitam disekitar Cimeuweuh atau Benda Kerep dan di waktu yang berbeda
masyarakat pula sering melihat penampakan seekor ular besar.7
7
Ibid
8
http://dalilaahsanah.blogspot.com/2011/06/sejarah-singkat-benda-kerep.html
9
Ibid
Keberadaan Benda Kerep sebagai wajah baru dari tanah Cimeuweuh
tentunya telah mengundang berbagai perhatian dari berbagai penjuru masyarakat
Cirebon. Terlebih di situ terdapat orang mulia dan mempunyai wawasan keilmuan
yang tinggi dan berakhlak mulia yang selalu memegang teguh prinsip-prinsip
aqidah dan bersandar pada ajaran tasawuf sebagai implementasi dari ajaran Islam
sesungguhnya. Banyak dari kalangan masyarakat Cirebon khususnya dari daerah
tetangga Benda Kerep yang berniat untuk belajar dan berguru kepada Kiai Sholeh.
Lambat laun tanpa terasa yang semula hanya berdua bersama isrinya kini telah
banyak yang menemani Kiai Sholeh sebagai muridnya dan ia pun semakin serius
untuk membumikan ajara Islam di tanah Benda Kerep.10
10
Ibid
11
Ibid
12
http://dalilaahsanah.blogspot.com/2011/06/sejarah-singkat-benda-
kerep.html
Walau tanah mereka tidak bisa dijangkau oleh penjajah, lantas tidak
membuat keluarga Kiai Sholeh tinggal diam atas kebiadaban para penjajah.
Sebagaimana dipaparkan Kiai Miftah, bahwa ada salah seorang pamannya yang
terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu Kiai
Mas’ud cucu Kiai Sholeh Zamzami dari anaknya Kiai Muslim. 13 Demikianlah
Benda Kerep, meskipun tidak pernah dijajah, namun para kiai dari Benda Kerep
ikut serta membantu melakukan perlawanan terhadap penjajah di luar wilayah
Benda Kerep.14
Syarif Hidayatullah
Pangeran Pasarean
Pangeran Dipati
Pangeran Panembahan
Pangeran Dipati
Pangeran Ratu
13
hasil wawancara dengan Kiai Miftah tanggal 22 februari 2015, pukul 09 : 30 wib
14
http://dalilaahsanah.blogspot.com/2011/06/sejarah-singkat-benda-kerep.html
15
Mohammad Hisyam Manshur, Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada
Kulon Cirebon (Buntet Pesantren, Cirebon, 1973), hal. 83-84.
Pangeran Sutajaya
Pangeran Sutajaya
Raden Bagus
Raden Punjul
Raden Ali
Raden Muridin
KH. Muta’ad
Dari Kiai Abu Bakar Putra kedua Kiai Sholeh, ditemukan keterangan dua
orang putra saja, diantaranya adalah Kiai Hasan di Benda Kerep, Mertua Kiai
Muhammad Nuh, dan Kiai Faqih yang juga tinggal di Benda Kerep, tak lain
16
KH Faqihudin (salah satu pengurus ponpes Benda Kerep), dalam Blog resmi Benda
Kerep; http://dalilaahsanah.blogspot.com/2011/06/sejarah-singkat-benda-kerep.html, diunduh 22
Maret 2015, 16:22 wib
adalah Ayah kandung Kiai Miftah. Jika dilihat dari genealogis di atas, maka dapat
dipastikan bahwa kedua anak laki-laki Kiai Sholeh dan keturunannya sebagian
besar menetap di Benda Kerep dan melanjutkan kiprah pendahulunya. Keluarga
kecil Kiai Sholeh dan Nyai Merah berkembang menjadi keluarga besar, kemudian
masing-masing anak yang sudah mandiri memisahkan diri untuk membangun
keluarga baru. Keluarga-keluarga generasi baru itu semakin meramaikan aktifitas
di Pesantren Benda Kerep, membuat warga sekitar tertarik untuk ikut meramaikan
dan belajar di Pesantren Benda Kerep. Sedangkan untuk pelaksanaan haul Benda
Kerep itu sendiri diperingati setiap tanggal 12, 13 dan 14 Dzulhijjah atau setelah
Hari Raya Idul Adha.
17
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
(Jakarta: LP3ES. Cet I, 1982), hlm.78
18
Musthofa Bisri, Kitab Tarikh Auliya, (Kudus: Menara Kudus, 1952), hlm 11-12.
Di tempat baru itu, Syekh Nurjati tidak hanya mengajarkan agama Islam
kepada para pengikutnya yang memang sudah menjadi muslim, tetapi juga giat
berdakwah mengajak masyarakat lokal/pribumi untuk mengenal dan memeluk
agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orang-orang pribumi
berdatangan dan menyatakan diri masuk Islam dengan tulus ikhlas. Oleh
karenanya, semakin hari semakin banyak jumlah orang yang menjadi pengikut
Syekh Nurjati.19
19
Bambang Irianto, dan Siti Fatimah, Syekh Nurjati (Syekh Dzatul Kahfi) Perintis
Dakwah dan Pendidikan, (Cirebon: STAIN Press, 2009), hlm 14.
20
Ibid, hlm. 15.
Wilayah Cirebon dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Bagian Barat
Pulau Jawa. Tidak heran jika Cirebon dikenal dengan keberadaan Pondok
Pesantren Pasambangan dan kokohnya agama Islam di Cirebon, terutama setelah
ada dalam kekuasaan Sunan Gunung Jati. Dalam periode berikutnya, Cirebon
memiliki banyak pesantren terutama sejak pertengahan abad ke-18. Dari masa ke
masa pesantren di Cirebon sekarang semakin berkembang, baik secara massif
seperti halnya di Pesantren Buntet, Pesantren Ciwaringin, Pesantren Kempek, dan
Pesantren Benda Kerep yang sampai sekarang telah menorehkan sejarah dan
eksistensinya di wilayah Cirebon ini.
21
Pondok Pesantren Gedongan, berada di wilayah timur Kabupaten
Cirebon, atau desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon. Pesantren
Gedongan yang bertempat di Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten
Cirebon, didirikan oleh Kiai Muhammad Said, menantu Kiai Muta’ad pendiri
Buntet Pesantren, dari anak perempuannya yang bernama Nyai Maemunah.
Perkembangan selanjutnya anak keturunan Kiai Muhammad Said beranak pinak
menjadi beberapa keluaarga yang scara mandiri mendirikan asrama-asrama
pengajian di Dusun Gedongan itu. Termasuk diantaranya Asrama Ash-Shighor
(1990) di bawah naungan Kiai Bisyri Imam, dan Asrama Hufadz II yang
dibangun oleh Kiai Masduqi Amin (w.2015)
kemiripan masjid-masjid ini adalah sama-sama memiliki pohon sawo di halaman
masjid.
B. SISTEM PENGAJARAN
1. Sistem Wetonan
2. Sistem Sorogan
22
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hlm 143.
Sistem sorogan yang diterapkan di Pondok Pesantren Benda Kerep
adalah sistem “santri aktif”. Santri membaca dihadapan ustadz, kemudian ustadz
menanyakan beberapa persoalan yang berkaitan dengan materi yang telah dibaca.
Biasanya sistem pengajian dengan melalui sistem sorogan adalah pembelajaran al
Qur’an bagi pemula dan kitab bagi santri lanjutan. Kitab yang dikaji melalui
metode ini adalah Safinatunnajah (menekankan pada pemahaman nahwu sharaf),
Sulam Taufiq (menekankan pada pemahaman teks) dan Fathul Qorib
(menekankan pada pemahaman teks dan masail waq’iyyah). Selain sebagai sarana
untuk mendalami kitab kuning, kegiatan sorogan juga dijadikan sebagai wahana
pembinaan akhlak santri oleh ustadz pembimbingnya masing-masing. Pengajian
yang digelar menggunakan sistem sorogan; para santri putra duduk melingkar
sambil mendengarkan sang kyai yang duduk di tengah. Semua duduk lesehan di
ruang terbuka seluas sekitar 8X20 meter.
3. Sistem Ceramah
23
al-mauidzah al-hasanah adalah memberi nasehat dan memberi ingat
(memperingatkan) kepada orang lain dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya
sehingga pendengar mau menerima nasehat tersebut. (Masyhur Amin, pengertian blogspot.com
/2011/12/pengertian-al mauidzah-al-hasanah.html (Diunduh pada 21 Desember 2015).
24
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
(Jakarta: LP3ES. Cet I, 1982), hlm.22
sebagai media pembelajaran di pesantren) dalam sejarahnya tak dapat dipisahkan
dari sejarah pesantren itu sendiri.
“Momentum pembentukan tradisi KK (kitab kuning) di Indonesia, saya kira, terjadi sejak
awal abad ke-19, yakni ketika pesantren dan surau mulai mapan sebagai institusi
pendidikan Islam tradisional di berbagai daerah di Nusantara. Perkembangan dramatis
institusi pendidikan pendidikan Islam tradisional itu sendiri didorong semangat
perlawanan secara diam (silent opposition) terhadap kolonialisme Belanda – setelah
perlawanan bersenjata yang dilancarkan masyarakat muslim dilumpihkan kaum kolonialis.
Para ulama dan kaum santri memusatkan diri kepada pengembangan pendidikan Islam.
Dengan pembentukan, penyebaran, dan pemapanan pesantren dan surau, kebutuhan KK
semakin meningkat. Sampai menjelang abad ke-19, kebutuhan terhadap KK dipenuhi
dengan penyalinan secara manual. Inilah yang kemudian menghasilkan begitu banyak
naskah KK yang kini tersimpan di museum baik di dalam maupun di luar negeri.
Penyebaran KK secara luas berkaitan dengan dua hal: pertama, semakin lancar
transportasi ke laut Timur Tengah sejak dekade terakhir abad XIX (sejak dibukanya
terusan Suez pada 1896); dan kedua, mulainya pencetakan besar-besaran kitab-kitab
beraksara Arab pada waktu yang bersamaan. Semakin banyaknya KK cetakan yang
tersedia di pasaran Timur Tengah memungkinkan bagi jemaah haji Indonesia yang
jumlahnya semakin meningkat untuk membawa KK ketika mereka pulang ke tanah air. Bisa
dipastikan sebagian besar KK tersebut kemudian digunakkan di lingkungan pesantren dan
lembaga pendidikan Islam lainnya.”25
Milenium III, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 146
26
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 147-148
Mujtahid; hadits : Hadits Arba’in Nawawi, Bhulughul Marom, dan
Riyadussalihin; tasawuf : ‘Aqidatul awam, Ihya’ ulumuddin, dan lainnya.
5. Kurikulum
Kurikulum yang ada di pesantren Benda Kerep pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan pesantren lainnya, mengingat kitab-kitab yang digunakan dan
metode pembelajarannya juga sama persis sebagaimana yang lazim dipakai oleh
pesantren-pesantren di wilayah Cirebon. Juga pembedaan sistem pengajian ketika
datangnya bulan Ramadhan, atau yang biasa disebut ngaji pasaran. Hanya saja di
pesantren ini tetap bersikukuh untuk tidak memasukkan pelajaran-pelajaran umum
dalam kurikulum pesantren.
27
hasil wawancara dengan Kiai Miftah tanggal 22 februari 2015, pukul 09 : 30 wib
agenda mengaji digantikan dengan ritual tahlilan, yasinan (ba’da maghrib) dan
marhabanan (ba’da isya) di masjid Pondok Pesantren Benda Kerep. Demikian
pula untuk libur panjang biasanya 15 hari menjelang bulan puasa (Ramadhan).