Anda di halaman 1dari 10

Al Imam Alwi bin Al Imam Al Qutb Abdurrahman Assegaff

Sekilas Mengenai Keluarga Al Imam Alwi bin Al Imam Al Qutb Abdurrahman Assegaff

Susun galur nasabnya adalah seperti berikut:

As Syech Al Imam Alwi bin Al Imam Al Qutb Abdurrahman Asseggaff bin Muhammad
Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al Qhuyyur bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin
Muhammad Shohib Mirbat bin Ali Kholi' Qasam.......Rasulullah Muhammad SAW.

As Syech Al Imam Alwi Asseggaff adalah generasi ke 23 dari Rasulullah Muhammad S.A.W.
Al Imam Alwi bin Al Imam Al Qutb Abdurrahman Assegaf, wafat di Tarim tahun 826 H
mempunyai 3 orang putra yaitu:

1. Ali, mempunyai 3 orang putra yaitu:

* Muhammad, terputus.
* Abdullah, mempunyai 4 orang putra kemudian semuanya terputus.
* Abdurrahman Al A'yan, mempunyai seorang putra dan terputus.

2. Abdurrahman, mempunyai 5 orang putra yaitu:

* Salim, mempunyai seorang putra yakni Abdurrahman kemudian terputus.


* Hasan, terputus.
* Muhammad, terputus.
* Alwi, terputus.
* Umar, mempunyai 3 orang anak yaitu:

1. Abdurrahman, terputus.
2. Muhammad, terputus.
3. Hasan, mempunyai seorang anak yakni Umar, keturunannya ada di Ethiopia.

3. Ahmad Shohib Maryamah, wafat di Tarim 829 H, dari sinilah keturunan ini berkembang
sangat besar, mempunyai 5 orang anak yaitu:

* Umar Al Maknun, mempunyai 4 orang putra:

1. Hasan, terputus.
2. Ali, terputus.
3. Abdurrahman, terputus.
4. Ahmad Al Maknun, keturunannya tercatat hingga generasi ke 10.

* Ibrahim, terputus.
* Muhammad, terputus.
* Syech, terputus pada generasi ke 2.
* Alwi, wafat di Tarim, dari sinilah keturunan Ahmad Shohib Maryamah berkembang
menjadi beberapa furu'.

Al Habib Alwi bin Ahmad Shohib Maryamah ini mempunyai 2 orang putra yaitu:

1. Ali, mempunyai 3 orang putra yaitu:

* Syech, terputus.
* Alwi, terputus.
* Abdurrahman, mempunyai 4 orang putra yaitu:

1. Alwi, terputus.
2. Syahabudin, terputus.
3. Umar
4. Muhammad, mempunyai 2 orang putra yakni:

* Syech, dari sinilah muncul furu' Asseggaf Maula Al Qaisiah, furu' ini dimulai dari Al Habib
Muhammad (Maula Qaisiah) bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syech. Sejarah mencatat
dari keturunan ini menjadi menantu Sultan Machmud Badaruddin II bin Sultan Muhammad
Baha'uddin, Sultan Palembang Darussalam (1803-1821) M. beliau adalah Syarief Umar bin
Muhammad (Maula Qaisiah) bin Abdurrahman. Syarief Umar dan anaknya Syarief Abdullah
bersama-sama dengan Sultan Machmud Badaruddin pada tanggal 3 Juli 1821 dibuang
Pemerintahan Belanda dengan naik kapal Fregar Dageraa, berangkat ke Betawi tanggal 6 Juli
1821, sampai di Betawi 28 Juli 1821. Setelah itu perjalanan di teruskan, pada Maret 1822,
Sultan dan Syarief Umar Assegaf di asingkan di Ternate. Karena Belanda takut akan
pengaruh Sultan Badaruddin di Ternate maka Sultan di kembalikan ke Palembang sedangkan
Syarief Umar tetap di Ternate dan wafat disana. Sementara Syarief Abdullah bin Umar
Assegaff di buang ke Tondano. Keturunannya hingga saat ini banyak disana dan ada sebagian
hijrah ke Jakarta. Sementara itu saudara Syarief Umar yaitu Abdurrahman juga masuk ke
Ternate, keturunannya ada di Ternate, Solo, Jakarta dan Semarang.
* Abdullah Al Mu'allim, keturunannya ada di Semarang, Seiwun, Magelang, Tegineneng
(Lampung) dan Jakarta

2. Abdurrahman, mempunyai 4 orang putra yaitu:

* Ibrahim, wafat 975 H terputus.


* Syech, keturunannya ada di Hauthah, Zubaidi dan Maryamah.
* Alwi, keturunannya ada di Madinah, Singapura, India, Banjarmasin, Surabaya, Pasuruan
dan Jakarta.
* Ahmad Syarief, wafat 998 H, mempunyai 2 orang putra yaitu:

1. Muhammad
2. Abdurrahman, mempunyai anak Ahmad dan Al Habib Ahmad mempunyai 5 orang anak
yaitu:

* Abdullah, diantara keturunan dari garis ini yang termasyhur di bidang nasab adalah Al
Habib Ali bin Ja'far b Syech Assegaff yang dari karya beliau yang menjadi rujukan utama
bagi ilmu nasab hingga saat ini. Keturunannya tersebar di Seiwun, Singapura, Pasuruan,
Betawi, Sukabumi dan Jakarta.
* Syech, terputus.
* Idrus, terputus.
* Muhammad, terputus.
* Abdurrahman, keturunannya tersebar di Seiwun, Semarang, Gresik, Pekalongan, Cirebon,
Banjarmasin dan Pasuruan.

Sumber: Naqobatul Asyrof Al-Qubro

Al - Habib Abdullah bin Alwi Al - Haddad Shohibur Rotib

Nasab Al-habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi
bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin
Abdullah bin Al Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyidina Al-
Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi
bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shoumaah bin Sayyidina Al-Imam Alwi
Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam
Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad
An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Jafar As-Shodiq
bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu Anhum
Ajmain.

Beliau dilahirkan pada malam senin 5 Shafar 1044 H / 1624 M di Subair, di pinggiran kota
Tarim, Hadramaut, Yaman. Pada tahun kelahirannya, terjadi beberapa peristiwa, yaitu Wafat
Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim dan Sayyid Yusuf bin Al-Fasi ( murid Syekh
Abu Bakar bin Salim ) dan terbunuhnya Sayyid Ba Jabhaban.

Kedua Orang Tua Beliau

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai
seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di
bawah asuhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli marifah dan wilayah.
Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan
kekeramatannya. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar
Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat marifah sempurna. Suatu hari Sayyid
Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin
Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, lalu ia meminta Syaikh Ahmad
Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad berkata kepadanya, Anakmu adalah anakku,
di antara mereka ada keberkahan. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-
Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus adalah
saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Al-Habib
Husein ini adalah kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin
Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mualif Simtud Durror). Maka lahirlah dari pernikahan itu
Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar,
Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy
terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat pada dirinya tanda-tanda
sinar Al-Wilayah ( Kewaliyan ).

Masa kecil Beliau

Ketika Habib Abdullah berusia 4 tahun, beliau terserang penyakit cacar. Demikian hebat
penyakit itu, hingga hilanglah penglihatan beliau. Namun musibah ini sama sekali tidak
mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Beliau berhasil menghafal Al Quran dan
menguasai berbagai ilmu agama ketika masih kanak-kanak. Beliau sejak kecil gemar
beribadah da riyadhoh. Nenek dan kedua orang tuanya sering kali tidak tega menyaksikan
anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyadhoh. Mereka menasehati agar
beliau berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun
mengurangi ibadah dan riyadhoh yang sesunguhnya amat beliau gemari.
Di masa mudanya beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, berwibawa dan
di wajahnya tidak tampak bekas-bekas cacar yang dahulu menyebabkan beliau kehilangan
penglihatannya.

Guru-guru Habib Abdullah bin alwi Al Haddad

1. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrohman Al-Aththos bin Aqil bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrohman bin Abdullah bin Abdurrohman Asseqaff,
2. Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh
Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrohman Asseqaff,
3. Al-Allamah Al-Habib Abdurrohman bin Syekh Maula Aidid BaAlawy,

4. Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily BaAlawy


5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar
bin Abdurrohman Asseqaff
6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh
Abdurrahman Asseqaff
7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin
Salim
9. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrohman bin Muhammad bin
Syaikh Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani
Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo
11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi

Murid-murid Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad

1. Habib Hasan bin Abdullah Al Haddad ( putra beliau )


2. Habin Ahmad bin Zein Al Habsyi
3. Habib Abdurrahman bin Abdullah BilFaqih
4. Habib Muhammad bin Zein bin Smith
5. Habib Umar bin Zein bin Smith
6. Habib Umar bin Abdullah Al Bar
7. Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahnan As Segaf
8. Habib Muhammad bin Umar bin Toha Ash Ahafi As Segaf
9. dll.

Suatu hari beliau berkata :

Dahulu orang menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku .

Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Dawah wal
Irsyad.

Beliau berpesan :

Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada
tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat ( haqiqah )
dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan
ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.

Ibadah Beliau

Pada masa Bidayahnya ( permulaannya ); setiap malam beliau mengunjungi seluruh masjid di
kota Tarim untuk beribadah. Telah lebih 30 tahun lamanya beliau beribadah sepanjang
malam. Ketika beliau berada di Bidayahnya, Al-Faqih Abdullah binAbu Bakar Al-Khotib,
salah seorang guru Fiqih beliau, berkata :

Aku bersaksi bahwa Syyidi Abdullah Al Haddad berada di Maqom Sayyid ath-Thoifah
Junaid.
Ratib Al Haddad dan Wirdul Lathif

ketika beliau berusia 27 tahun, beberapa orang ( Syiah ) Zaidiyyah masuk ke Yaman. Para
Ulama khawatir akidah masyarakat akan rusak karena pengaruh ajaran para pendatang syiah
itu. Mereka lalu meminta beliau untuk merumuskan sebuah doa yang dapat mengokohkan
akidah masyarakat dan menyelamatkan mereka dari faham-faham sesat. Beliau memenuhui
permintaan mereka lalu menyusun sebuah doa yang akhirnya dikenal dengan nama Ratb Al
Haddad. Disamping itu beliau juga merumuskan bacaan dzikir yang dinamainya Wirid al-
Lathif. Ketika berusia 28 tahun, ayah beliau meninggal dunia dan tak lama kemudian ibunya
menyusul.

Keluhuran Budi Beliau


Dalam kehidupannya, beliau juga mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya,
Beliau berkata :

Kebanyakan orang, jika tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar;
mereka sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah SWT. Tetapi jika diganggu orang,
mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu sebenarnya juga qodho
dan qodar Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan
menyucikan jiwa mereka.

Rasulullah bersabda :

Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT mencintai suatu kaum, ia
akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoannya; barang siapa
tidak ridho, Allah SWT akan murka kepadanya. ( HR Thabrani dan Ibnu Majah )

Habib Abdullah juga menjadikan Ratib Al-Atthas karya gurunya, Habib Umar bin
Abdurrahman Al-Atthas sebagai rujukan. Ketika seseorang datang minta ijazah atau izin
mengamalkan Ratib Al-Haddad; beliau berkata :

Bacalah Ratib Guruku, kemudian baru Ratibku

Ini merupakan cermin bagaimana seorang murid menghormati gurunya, meski karyanyalah
yang lebih populer.

Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila beliau terpaksa harus bersikap
tegas, beliau kemudian segera menghibur dan memberikan hadiah kepada orang yang
ditegurnya. Beliau berkata :

Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci dan iri pada seseorang!

Dalam mengarungi bahtera kehidupan, beliau lebih suka berpegang pada hadits Rasulullah
SAW :

Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan sabar menanggung gangguannya, lebih
baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula sabar menghadapi
gangguannya. ( HR Ibnu Majah dan Ahmad )

Dalam kesempatan lain beliau berkata :

Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai
pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari mereka. Sudah menjadi tabiat
dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka
berkelana di gurun sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku
menahan diri tidak melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat
dariku.

Beliau menulis dalam syairnya :

Bila Allah SWT mengujimu, bersabarlah


karena itu haknya atas dirimu.
Dan bila ia memberimu nikmat, bersyukurlah.
Siapapun mengenal dunia, pasti akan yakin
bahwa dunia tak syak lagi
adalah tempat kesengsaraan dan kesulitan.

Beliau tidak pernah bergantung pada mahluk dan selalu mencukupkan diri hanya kepada
Allah SWT. Beliau berkata :

Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah SWT.
Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanannya.
Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah SWT. Jika ada
seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku,
karena aku mrnganggap orang itu hanyalah perantara saja,

Beliau sangat menyayangi kaum faqir miskin,

Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum faqir miskin.
Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh kaum Mukminin yang lemah. Dengan
sesuap makanan tertolaklah bencana.
Karya-karya Beliau

1. An Nashoihud Diniyyah wal Washoyal Imaniyyah


2. Ad Dawatut Tammah wat Tadzkiratul Ammah
3. Risalatul Muawanah wal Muzhoharah wal Muazaroh
4. Al Fushul Ilmiyyah
5. Sabilul Iddikar
6. Risalatul Mudzakaroh
7. Risalatu Adabi sulukil Murid
8. Kitabul Hikam
9. An Nafaisul Uluwiyah
10. Ithafus Sail Bijawabil Masail
11. Tatsbitul Fuad
12. Risalah Shalawat ; diantaranya Shalawat Thibbil Qulub ( Allahumma shalli ala sayyidina
Muhammadin thibbil qulubi wadawa-iha, waafiyati abdani wa syifa-iha, wanuril abshari
wadliya-iha, waala alihi washahbihi wasalim.)
13. Ad-Durul Mandzum (kumpulan puisi )
14. Diwan Al-Haddad (kumpulan puisi )

Karya-karya beliau sarat dengan inti sari ilmu syariat, adab islami dan tarekat, penjabaran
ilmu hakikat, menggunakan ibarat yang jelas dan tata bahasa yang memikat. Semuanya
ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Berisi ajaran tasawuf murni. Beliau berkata :

Aku mencoba menyusunnya dengan ungkapan yang mudah, supaya dekat dengan
pemahaman masyarakat, lalu kugunakan kata-kata yang ringan, supaya segera dapat
dipahami dan mudah dimengerti oleh kaum khusus maupun awam.

Seluruh tulisannya sarat dengan ajaran islam ( tauhid, syariat, akhlaq, tarekat ) semuanya
tersaji bercirikan tasawuf. Dalam Ad-Durrul Mandzum, misalnya beliau menulis :
Dalam bait-bait yang aku tulis ini, terdapat berbagai ilmu yang tidak yang tidak ada dalam
kitab lainnya. Maka barang siapa membacanya secara rutin, lalu berpegang teguh kepadanya,
cukup sudah baginya.

Ada keyakinan di kalangan sebagian kaum muslimin, membaca karya Habib Abdullah bisa
mendapatkan manfaat besar, yaitu keselamatan, bukan hanya bagi pembacanya, melainkan
juga masyarakat sekitarnya.

Sebagai Mujaddid Abad ke 11 H.

Penganut Mazhab Syafii, khususnya di Yaman, berkeyakinan bahwa Habib Abdullah bin
Alwi Al Haddad adalah Mujaddid ( pembaharu )abad 11 H. pendapat ini diutarakan oleh Ibnu
Ziyad, seorang Ahli Fiqih terkemuka di Yaman yang fatwa-fatwanya disejajarkan dengan
tokoh-tokoh Fiqih seperti Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli.
Seseorang pernah menggambarkan kedudukan beliau dengan ungkapan yang indah,yaitu:

Dalam Dunia Tasawuf Imam Ghazali ibarat pemintal kain, Imam Syarani ibarat tukang
potong dan Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad adalah penjahitnya.

Beberapa Ulama memberinya beberapa gelar, seperti :

Syaikhul Islam ( Rujukan utama keislaman )


Fardul Alam ( Orang teralim )
Al-Quthbul Ghauts ( Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan )
Al-Quthbud Dawah wal-Irsyad ( Wali Tertinggi yang memimpin Dakwah )

Pendapat Ulama tentang Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrohman Al-Athos ra.
mengatakan, Al-Habib Abdullah Al-Haddad ibarat pakaian yang dilipat dan baru dibuka di
zaman ini, sebab beliau termasuk orang terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan beliau demi
kebahagiaan umat dizaman ini ( abad 12 H ).

Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, Sayyid Abdullah
bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy"
Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrohman Madehej ra. mengatakan, Mutiara ucapan
Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang
sebab mutiara beliau segar dan baru, langsung dari Allah SWT. Di zaman sekarang ini kamu
jangan tertipu dengan siapapun, walaupun kamu sudah melihat dia sudah memperlihatkan
banyak melakukan amal ibadah dan menampakkan karomah, sesungguhnya orang zaman
sekarang tidak mampu berbuat apa-apa jika mereka tidak berhubungan (kontak hati) dengan
Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebab Allah SWT telah menghibahkan kepada beliau banyak
hal yang tidak mungkin dapat diukur.

Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra. mengatakan, Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-
Haddad bila matahari mulai menyising, mencari beberapa masjid yang ada di kota Tarim
untuk sholat sunnah 100 hingga 200 raka'at kemudian berdoa dan sering membaca Yasin
sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat anugrah ( fath ) dari allah
swt sejak masa kecilnya".
Sayyid Syaikh Al-Imam Khoir Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-
Haddad sebagai fadhillun min ahli Tarim (orang utama dari Kota Tarim).

Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata, Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-
Haddad adalah masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil beliau sudah mampu
mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit seperti mengaji dan mengkaji pemikiran
Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Aroby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghodzali. Beliau
tumbuh dari fitroh yang asli dan sempurna dalam kemanusiaannya, wataknya dan
kepribadiannya.

Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, Bahwa Allah telah
mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.

Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata tentang majelis Al-Habib Abdullah Al-
Haddad sebagai majelis ilmu tanpa belajar (ilmun billa taalum) dan merupakan kebaikan
secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan, Aku telah berkumpul
dengan lebih dari 40 Waliyullah, tetapi aku tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib
Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, beliau adalah Nafs Rohmani,
bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari
dirinya".

Seorang guru Masjidil Harom dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata,
Aku dulu sangat ber-taalluq (bergantung) kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani.
Kadang-kadang dia tampak di hadapan mataku. Akan tetapi setelah aku ber-intima
(condong) kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka aku tidak lagi melihatnya. Kejadian
ini aku sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata,Syaikh Abdul
Qodir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila yang satu ghoib (tidak terlihat), maka akan
diganti dengan yang lainnya. Allah lebih mengetahui. Maka semenjak itu aku berta'alluq
kepadanya".

Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang
mendapat mandat besar dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan
mengatakan, Seandainya aku dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziaroh ke makam,
kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang yang mati untuk bangkit dari kuburnya,
pasti mereka akan bangkit sebagai orang-orang hidup dengan izin Allah. Karena aku
menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap hari telah mampu menghidupkan orang-orang
yang bodoh dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. Beliau adalah lauatan ilmu
pengetahuan yang tiada bertepi, yang sampai pada tingkatan Mujtahid dalam ilmu-ilmu
Islam, Iman dan Ihsan. Beliau adalah mujaddid pada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman
ini".
Syaikh Abdurrohman Al-Baiti ra. pernah berziaroh bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad
ke makam Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin Ali BaAlawy, dalam hatinya
terbetik sebuah pertanyaan ketika sedang berziaroh, Bila dalam sebuah majelis zikir para
sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrohman Asseqaff, Syaikh Umar al-Mukhdor,
Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan
mereka, mana diantara mereka yang akan berada di baris depan? Pada waktu itu guruku, Al-
Habib Abdullah Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan,
Saya adalah jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa masuk kepada mereka
kecuali melaluiku. Setelah itu aku memahami bahwa beliau Al-Habib Abdullah Al-Haddad,
adalah dari abad 2 H, yang diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada abad ini sebagai
rohmat bagi penghuninya.

Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, Bahwa Allah memudahkan bagi
pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh),
dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama, dunia dan
akhirat, serta akan diberi Afiat (kesejahteraan) yang sempurna dan besar kepadanya.

Al-Habib Thohir bin Umar Al-Hadad ra. mengatakan, Semoga Allah mencurahkan
kebahagiaan dan kelapangan, serta rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya,bagi
mereka yang hendak membaca karya-karya Al-Quthb Aqthob wal Ghouts Al-Habib Abdullah
bin Alwy al-Haddad ra".
Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra. mengatakan bahwa seseorang yang hidup sezaman
dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari setelah Al-Habib
Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah orang bahwa semalam
beliau ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, Tiap hari,
siang dan malam, saya melihat beliau selalu datang berthowaf mengitari Kabah (padahal
beliau berada di Tarim, Hadhromaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, karena itulah saya
mengetahui bahwa beliau sudah wafat.

Wafatnya Beliau
Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H / 1712 M, beliau sakit dan tidak ikut shalat ashar berjamaah
di masjid dan pengajian sore. Beliau memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan
pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, beliau
sholat isya berjamaah dan tarawih. Keesokan harinya beliau tidak bisa menghadiri sholat
jumat. Sejak hari itu, penyakit beliau semakin parah. Beliau sakit selama 40 hari sampai
akhirnya pada malam selasa, 7 Dzulqaidah 1132 H / 1712 M beliau wafat di kota Tarim,
disaksikan anak beliau, Hasan.
Beliau wafat dalam usia 89 tahun, meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di
dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman Zanbal, Tarim.
Meski secara fisik telah tiada, secara batin Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad tetap hadir
di tengah-tengah kita, setiap kali nama dan karya-karyanya kita baca.

al-Quthub Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, mempunyai enam orang anak laki:
1. Zainal Abidin
2. Hasan, wafat di Tarim tahun 1188 H, anaknya Ahmad.
3. Salim
4. Muhammad, keturunannya di Tarim
5. Alwi, wafat di Makkah tahun 1153 H, keturunannya di Tarim
6. Husin, wafat di Tarim tahun 1136 H keturunannya di Aman, Sir, Gujarat

Anda mungkin juga menyukai