juga ketika Agus mengangkat nasab SUNAN BONANG DIHALAMAN 130 dan 131 seperti ada
sikap keraguan tentang nasab Sunan Bonang, begitu juga ketika bicara nasabnya Sunan
Gunung Jati pada halaman 155 yang terlihat janggal namun tetap diangkat karena terdapat dalam
sebuah Naskah kuno yang sudah dialih bahasakan, ada juga yang menurut saya agak berani
dari sisi Agus Sunyoto ketika ia mengatakan dihalaman 186 tentang nasabnya SUNAN KUDUS,
Agus mengatakan, SEKALIPUN PADA KETIGA SILSILAH DIATAS TERDAPAT NAMA
NAMA TOKOH YANG DIRAGUKAN KEBERADAANNYA. Tapi saya fikir, mungkin ketika
agus mengatakan hal hal tersebut diatas, dia melihat data dan fakta yang ia miliki memang
banyak terjadi perbedaan. Namun terkadang, repotnya Agus ini Juga terjebak dengan Data Prof.
Dr. Slamet Mulyana yang sudah dinyatakan gugur secara ilmiah oleh beberapa guru besar,
karena datanya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Beberapa sumber yang dia pakai seperti
Babad Tanah Jawi bahkan tidak diterima pada dunia akademis, bahkan pernah seorang penulis
novel sejarah mengatakan dalam sebuah tulisannya, bahwa Babad Tanah Jawi itu bukan fakta
sejarah, kitab itu lebih banyak imajinatif alias fiksi, sehingga data datanyapun kurang begitu
akurat.
Bicara nasab, silsilah dan asal usul seseorang, apalagi setingkat walisongo, memang tidak
mudah, Agus Sunyoto, Slamet Mulyana, Umar Hasyim, Solihin Salam serta yang lain sudah
membuktikan itu, namun demikian langkah mereka patutlah kita hargai, tidak banyak penulis
yang mau serius mendalami tentang biografi walisongo. Mereka semua bergerak, namun nun
jauh sebelum Agus Sunyoto dan para penulis lain bergerak. Tahun 1909 sebenarnya penelitian
tentang nasab nasab walisongo sudah dilakukan oleh beberapa ulama nasab walisongo, hanya
saja mereka banyak yang bergerak secara underground. Sehingga keberadaan data-data
tersebutpun hanya dimiliki oleh ulama ulama ahli nasab tersebut. Karena ketatnya pencatatan
dan penelitian nasab dan silsilah walisongo yang tentu nantinya berpengaruh pada asal usulnya,
semua data dan fakta betul betul diseleksi dengan ketat dan kritis sehingga ketika menulis
tentang nasab walisongo sudah tidak ada lagi istilah Spekulatif atau tebak-tebakan.
Dahulu beberapa tahun yang lalu pernah terjadi perdebatan dalam sebuah situs keluarga besar
walisongo yang membicarakan tentang asal usul walisongo, ini juga dulu pernah terjadi pada
tahun 70 dan 60an, yang mengakibatkan munculnya beberapa mazhab tentang asal usul
walisongo. Mazhab yang mengatakan walisongo Tionghoa asli (slamet Mulyana), Walisongo
adalah Jawa (versi budayawan dan penulis Jawa), Walisongo Arab (Van Der Berg), Walisongo
dari Majapahit (terdapat dalam beberapa babad). Cuma ada satu pertanyaan saya yang sangat
menggelitik dan selalu diliputi penasaran, kenapa ketika ada MAZHAB yang mengatakan bahwa
WALISONGO ADALAH KETURUNAN RASULULLAH SAW banyak yang meragukan???
Tidak tanggung-tanggung ketika mazhab yang mengatakan bahwa WALISONGO adalah
AHLUL BAIT atau ZURIAH RASULULLAH SAW, banyak yang bersikap sinis? Ada apa ini?
Apa yang salah jika itu memang benar???, apalagi jika itu ditulis oleh ulama ulama ahli nasab
yang justru metode penulisan nasabnya memang sudah teruji, meneliti nasab berarti akan banyak
bersentuhan dengan banyaknya kajian ilmu pengetahuan yang lain. Adanya sikap sinis ketika
mazhab klan Rasulullah SAW muncul kepermukaan, sangatlah aneh dan lebih cenderung tidak
fair dalam penyajian data. Padahal pencatatan nasab dan silsilah pada keluarga besar
RASULULLAH SAW itu bisa dikatakan teliti dan terus menerus sampai sekarang, pencatatan
nasab dan silsilah itupun sudah dimulai pada masa Umar bin Khattab. Van Der Berg dalam
penelitianya tentang orang orang Hadramaut yang ada di Nusantara, walaupun dia mengatakan
Arab, dia tetap masih meragukan jika WALISONGO DAN RASULULLAH SAW ada hubungan
nasab dan sejarah. Padahal kalau saja kita mau mencari data dan fakta walisongo adalah
keturunan RASULULLAH SAW, itu terdapat dalam 27 kitab berbahasa arab yang membahas
nasab, 27 kitab ini bahkan mengakui keberadaan nasabnya Keluarga besar Walisongo yang
berasal dari SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN. Bicara Sayyid Abdul Malik ya bicara
Walisongo dan 27 kitab itu sudah mengesahkan nasabnya SAYYID ABDUL MALIK
AZMATKHAN yang merupakan nenek moyangnya walisongo yang pertama dan bergelar
AZMATKHAN. Tidak itu saja, bahkan kalau kita mau buka mata kita lebar-lebar kita akan
mendapati kejutan data yang bisa kita lihat diberbagai dunia maya, jika ternyata WALISONGO
keberadaannya jelas, karena Walisongo dibentuk oleh SULTAN MUHAMMAD 1 dari dinasti
TURKI USMANI pada tahun 1404 Masehi.
Semua Ulama walisongo yang diperintahkan Oleh SULTAN MUHAMMAD 1 ini adalah
keluarga besar walisongo angkatan pertama dan semuanya adalah keturunan dari Jalur Sayyid
Abdul Malik Azmatkhan. Sultan Muhammad mengirim surat kepada beberapa penguasa Timur
Tengah dan Afrika untuk mengirimkan delegasi atau ulama-ulama terbaik untuk menyebarkan
dakwah ke Nusantara, dan terpilihlah keluarga besar walisongo. Bagaimana bisa mengumpulkan
mereka yang jauh jauh itu, apalagi mereka satu nasab. Ya mudah saja, karena jaringan antar
ulama yang senasab, khususnya nasab keluarga besar Rasulullah SAW memang terkenal solid
dan kuat. Sekalipun mereka berjauhan, namun soliditas dan komunikasi mereka sangatlah
mantap.
Walaupun walisongo dikatakan dari Gujarat, namun semua anggota walisongo saat itu memang
umumnya berasal dari India, gujarat hanyalah satu medan dakwah mereka di India. Islam saat itu
tidak hanya berkembang di Gujarat, namun juga berkembang dikota kota lain seperti
ALLAHABAD, AHMADABAD, AGRA, MALABAR, NASIRABAD. Dan Kebetulan asal usul
walisongo banyak yang berasal dari NASIRABAD INDIA. Kenapa Sultan Muhammad 1 bisa
tahu gerakan dakwah dari keturunan Rasulullah SAW seperti walisongo ini? Ya karena memang
keturunan Rasulullah SAW itu pergerakan dakwahnya meluas keseluruh Dunia, jaringan mereka
lintas negara, lintas pejabat, lintas raja, lintas budaya, lintas sosial, lintas suku, mereka universal,
mereka mampu menempatkan dirinya untuk bisa berasimilasi. kalaupun beberapa walisongo
dikatakan berasal dari beberapa negara, itu hanyalah merupakan medan dakwah dan boleh jadi
sebagai transit dakwah untuk bergerak kewilayah lain. Salah satu Walisongo yang bernama
MAULANA MALIK ISRAIL atau ALI NURUL ALAM yang merupakan kakeknya SUNAN
GUNUNG JATI dan RADEN FATTAH bahkan dikatakan berasal dari TURKI padahal ia
memerintah sebuah wilayah di Asia Tenggara dan juga mempunyai pengaruh sampai ke Palestina
(Israil) sehingga dinamakan Maulana Mali Israil, sehingga kemungkinan besar dialah yang
memberi tahu sepak terjang gerakan dakwah keluarga besar AZMATKHAN yang merupakan
keturunan Rasulullah SAW di India dan negara negara lain.
Keterangan perintah dari Sultan Muhammad 1 dari Turki Usmani, diperkuat oleh adanya surat
perintah SULTAN MUHAMMAD 1 kepada beberapa ulama walisongo, yang sampai saat ini
surat tersebut masih tersimpan baik di musium Istambul Turki sebagai mana yang dikatakan
penulis buku Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Abu Khalid.
Keterangan kedua penulis ini bahkan lebih dipertegas dengan adanya berita yang tertulis didalam
kitabnya IBNU BATUTAH, seorang petualang muslim yang legendaris yang menulis di kitab
KANZUL HUM yang secara lengkap menulis secara lengkap asal usul walisongo baik dari
mulai terbentuknya Majjelis Dakwah Walisongo sampai terjadinya pergantian anggota walisongo
yang wafat. Adanya kedua informasi yang sangat kuat dan valid ini seakan menyindir habis
mereka yang selama ini selalu memakai referensi dari kolonial belanda, atau referensi yang
isinya banyak mendiskriditkan walisongo, baik dari sejarahnya, nasab dan asal usulnya, Fakta ini
memang sepertinya lama disembunyikan oleh orang orang yang memang benci pada walisongo
seperti fihak kolonial penjajah serta akademisi seperti snouck dan followernya yang menafikkan
peran dan sumbangsih walisongo. Fakta ini menjungkir balikkan mereka yang selama ini sering
berspekulasi tentang walisongo terutama ketika membahas nasab, silsilah ataupun asal usul
mereka. Sudah seharusnya fakta fakta seperti ini diperkenalkan untuk menangkis teori-teori yang
sifat dan isinya mendiskriditkan dan melemahkan walisongo..
Semoga tulisan ini bisa membuat kita lebih banyak untuk bisa melihat fakta fakta yang selama
ini mungkin disembunyikan oleh orang orang yang tidak senang senang pada walisongo seperti
para kolonial penjajah serta followernya yang mungkin saja masih ada sampai ini....entahlah
dimana mereka ? Hanya Allah yang lebih tahu...
Wallahu Alam Bisshoowab...
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam tulisan berjudul Standar Dinar Dan Dirham
Dalam Sejarah Dan Fikih Islam , yang menyebutkan bahwa Walisongo adalah mubaligh Islam
yang juga melakukan perdagangan dengan sistem dinar dan dirham di Nusantara, maka saya
menambahkan detail tentang Walisongo pada tulisan tersebut yang diambil dari sebuah sumber
orisinil yang tersimpan di Museum Istana Turki Istanbul, dimana dicatat dalam sejarah bahwa
gerakan Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I, pada tahun 1404 M (808 H).
Berdasarkan laporan dari saudagar Gujarat, India, Sultan Muhammad I mengirim surat kepada
pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta untuk dikirim beberapa Ulama.
Maka setelah dikumpulkan, Sultan Muhammad I mengirim 9 orang yang memiliki kemampuan
di berbagai bidang dan juga memahami ilmu agama, untuk diberangkatkan kepulau Jawa pada
tahun 1404 M, mereka ini dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli tata
negara, berita ini tertulis dalam kitab Kanzul Hum dari Ibn Bathuthah, yang kemudian
dilanjutkan oleh Sheikh Maulana Al Maghribi (1)
Wali Songo periode pertama, tahun 1404 1435 M, terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isroil, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli rukhyah.
Wali Songo periode kedua, tahun 1435 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan (tahun 1419 menggantikan Maulana Malik
Ibrahim)
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan (W. 1463)
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana Malik
Israil)
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina (tahun 1435 menggantikan Maulana
Muhammad Ali Akbar)
Sebelum Demak berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau nama aslinya Maulana Ainul
Yaqin, membangun wilayah tersenddri di daerah Giri, Gresik jawa Timur. Wilayah ini dibangun
menjadi sebuah kekuasaan agama dan juga pusat pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini
dihasilkan pendakwah-pendakwah yang kelak dikirim ke kawasan Nusa Tenggara dan wilayah
Timur Indonesia lainnya.
Giri berkembang dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Jawa Timur. Buya Hamka
menyebutkan , sedemikian besar pengaruh kekuatan agama dihasilkan Giri, membuat Majapahit
yang kala itu menguasai Jawa tidak punya kuasa untuk menghapus kekuatan Giri. Dalam
perjalanannya, setelah melemahnya Majapahit, berdirilah Kesultanan Demak. Lalu bersambung
dengan Pajang, kemudian jatuh ke Mataram.
Meski kekuatan politik Islam baru tumbuh, Giri tetap memainkan peranannya tersendiri. Sampai
ketika Mataram dianggap sudah tidak lagi menjalankan ajaran-ajaran Islam pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Giri akhirnya harus mengambil sikap. Giri mendukung kekuatan
Bupati surabaya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.
Meski akhirnya kekuatan Islam melemah saat kedatangan dan mengguritanya kekuasaan
penjajahan Belanda, Kesultanan dan tokoh-tokoh Islam tanah Jawa memberikan sumbangsih
yang besar pada perjuangan. Ajaran Islam yang terkenal dengan ajaran dan semangat jihadnya
telah menuliskan tinta emas dalam perjuangan melawan penjajah diseluruh Nusantara.
Hubunga telah terjalin erat antara pemerintahan Aceh dan Kekhilafahan Islam itu pula yang
membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan
pemerintahan kekhalifahan Islam terjadi pada masa ke-khilafahan Turki Utsmani (Ottoman),
tidak saja dalam hubungan dagang dan keagamaan, tetapi juga hubungan poloitik dan militer
telah dibangun pada masa ini.
Kapal-kapal dan ekspedisi Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke !6
Masehi. Bahkan pada tahun 974 Hijriah atau 1566 Masehi dilaporkan ada lima kapal dari
kesultanan Asyi (aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah.
Hubungan ini pula yang membuat angkatan perang Khilafah Utsmani turut membantu mengusir
Portugis dari pantai Pasai yang dikuasai sejak tahun 1521 M. Bahkan pada tahun-tahun
sebelumnya, Portugis juga sempat digemparkan dengan kabar Pemerintahan kekhalifahan
Utsmani yang akan mengirim angkatan perangnya untuk membebaskan kerajaan Islam Malaka
dari cengkeraman penjajah portugis. Pemerintahan Utsmani juga pernah membantu mengusir
Parangi (portugis) dari perairan yang akan dilalui Muslim Aceh yang hendak menunaikan ibadah
haji ke tanah suci.
Selain itu hubungan ini tampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormata di tanah Jawa.
Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan
Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu. Pangeran Rangsang
dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M)
dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. (Ensiklopedia Tematik Dunia
Islam Asia Tenggara, 2002). Bahkan Banten sejak awal memang menganggap dirinya sebagai
Kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah
Turki Utsmani di Istanbul.