Anda di halaman 1dari 11

HISTORIOGRAFI ISLAM INDONESIA PRAKOLONIAL

Zaki Azmirrijali
Sejarah Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
zakiazmirrijali@gmail.com

Abstrak

Historiografi Islam Indonesia Prakolonial merupakan sebuah historiografi


yang unik dengan ciri khasnya. Meskipun historiografi ini tidak memberikan
informasi yang akurat dan tepat, namun tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dalam
makalah ini, akan disampaikan sedikit mengenai dua karya Historiografi yang
muncul prakolonial dan menjelang masuknya bangsa Eropa ke Nusantara. Adapun
dua karya tersebut adalah Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin. Dua
karya ini sama-sama membahas mengenai Sejarah Melayu dan menjadi salah satu
rujukan utama dalam penulisan Sejarah Melayu.

A. Pendahuluan
Ketika disebutkan sebuah kalimat yaitu historiografi islam
Indonesia prakolonial, maka hal pertama yang dipahami adalah
historiografi yan berkembang sebelum pihak-pihak kolonial datang. Pihak
colonial sendiri datang ke Nusantara sekitar abad ke-16. Yang disebut
dengan kolonial di Nusantara adalah orang-orang Eropa yang datang ke
Nusantara dan melakukan kolonialisme. Tapi, pembahasan pada kali ini
adalah tentang historiografi islam Indonesia prakolonial, jadi tidak akan
dibahas tentang kolonialisme.
Berbicara mengenai historiografi islam Indonesia prakolonial,
maka perlu juga sedikit membahas tentang perkembangan islam di
Nusantara. Berkenaan dengan perkembanga islam di Nusantara, banyak
sejarawan yang masih berdebat tentang kapan pertama kali islam masuk ke
Nusantara. Beberapa berpendapat islam masuk ke Nusantara sejak abad
ke-7, namun pendapat lain berkata bahwa islam mulai masuk ke Nusantara
pada abad ke-11. Hal ini berkaitan dengan beberapa sumber yang
ditemukan, namun tidak terlalu memberikan informasi sehingga hanya
memunculkan spekulasi-spekulasi saja. Beberapa sumber yang dianggap
sebagai sumber tertua adalah batu nisan seorang putri yang bernama
Maimun, ditemukan di daerah Leran, Gresik, yang diperkirakan dari tahun
1082 M. Di Sumatera, tepatnya di pemakaman Lamreh juga ditemukan
batu nisan dari Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-Basir yang wafat
pada 1211 M. Dua nisan ini dianggap sebagai sumber terpercaya dalam
menjelaskan kapan Islam datang ke Nusantara dan mulai tersebar.1
Kembali pada topik pembahasan yaitu berkaitan dengan
historiografi islam Indonesia prakolonial, dapat juga dikatakan sebagai
historiografi islam indonesia tradisional (masa klasik). Historiografi islam
Indonesia di masa ini, cenderung memiliki bentuk yaitu berupa karya
sastra klasik yang isinya banyak menyebutkan istilah-istilah seperti
hikayat, tambo, haba dan lainnya yang berasal dari Bahasa Arab.2
Historiografi islam Indonesia, tentunya memiliki sebuah perbedaan
yang mencolok dibandingkan dengan historiografi islam dari timur tengah.
Pada umumnya, historiografi islam menceritakan tentang sejarah Nabi
Muhammad dan menggunakan sumber-sumber utama seperti Al-Qur’an
dan Hadits. Berbeda dengan historiografi islam di Indonesia, yang
cenderung tidak menggunakan sumber seperti Al-Qur’an dan Hadits
sebagai sumber utama, namun cenderung kepada mitos yang berkembang
dan istanasentris.3 Ini adalah ciri umum pada historiografi Indonesia
klasik, tidak hanya islam namun juga umum.
B. Beberapa Historiografi Islam Indonesia Prakolonial
1. Sulalatus Salatin
Berbeda dengan historiografi yang berkembang di Eropa dan
Timur Tengah yang pada umumnya bisa melacak pengarang-

1
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2007), hlm. 27-29.
2
Endang Rochmiatun, Historiografi Islam Indonesia, (Palembang:
NoerFikri Offset, 2016), hlm. 117.
3
Ibid, hlm. 132-133.
pengarangnya historiografinya dengan cukup mudah, di wilayah
Nusantara cukup sulit untuk melacak pengarangnya. Salah satunya
adalah kitab Sulalatus Salatin. Kitab ini dianggap sebagai sebuah karya
sastra tertua dari Melayu disamping Hikayat Raja-raja Pasai. 4
Berdasarkan data yang ada, pengarang dari Sulalatus Salatin adalah
Tun Sri Lanang atau dikenal juga dengan Tun Muhammad. 5 Seorang
bangsawan dari Johor. Hanya saja, sang pengarang dalam karyanya ini
tidak menyebutkan Namanya, melainkan memanggil dirinya sendiri
sebagai seorang fakir. Sedangkan menurut pendapat yang lain, Tun Sri
Lanang hanyalah penyunting saja, namun pendapat ini tidak kuat.
Informasi mengenai Sulalatus Salatin adalah sebuah karya yang
membahas Sejarah Melayu. Dalam teks aslinya, karya ini
menggunakan huruf pegon dengan Bahasa Melayu. Dalam beberapa
transkrip dan penulisan ulang yang dilakukan seperti yang dilakukan
oleh A. Samad Ahmad.
Secara khusus, Sulalatus Salatin membahas mengenai sejarah dari
Melayu, baik kerajaan-kerajaan yang muncul dan tokoh-tokoh di
dalamnya. Kisah dimulai dari perjalanan Iskandar Zulkarnain dalam
perjalanannya menguasai dunia. Selanjutnya dikisahkan juga tentang
keturunan-keturunan dari Iskandar Zulkarnain.6 Kemudian dilanjutkan
dengan kisah-kisah yang lain yang berkaitan dengan mitos-mitos
dalam sejarah melayu.
Sala satu bagian penting dalam kitab Sulalatus Salatin adalah cerita
tentang awal kedatangan islam ke tanah Melayu. Berawal dari kisah
berdirinya kerajaan Samudra Pasai oleh Merah Silu. Dalam hal ini,
untuk memperkuat kedudukan Samudra Pasai, dalam kitab

4
Azyumardi Azra dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 1,
(Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm. 149-151.
5
Taufik Abdullah, “Tun Sri Lanang dan Ikatan Kultural Alam Melayu”,
Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 16, Nomor 1, Tahun 2014, hlm. 10-11.
6
A. Samad Ahmad, Sulalaatus Salatin, (Malaysia: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1986) hlm. 4 – 13.
dicantumkan sebuah hadits dari Rasulullah yang menyebutkan bahwa
“Pada zaman akhir kelak, ada sebuah negeri di bawah angin, semundra
Namanya, maka apabila kamu dengan khabarnya negeri semundra itu,
maka segeralah kamu pergi ke negeri itu, bawa isi negeri semundra itu
masuk islam, karena dalam negeri itu banyak wali allah akan jadi,
………”.7 Tidak hanya berkisah tentang Samudera Pasai saja, namun
Sulalatus Salatin juga menceritakan tentang perkembangan Islam yang
ada di Tanah Melayu. Seperti kisah masuknya Islam ke Malaka, ke
Melayu, dan seperti di Samudera Pasai di atas.
Selayaknya historiografi tradisional di Indonesia, historiografi
islam Indonesia prakolonial ini di dalamnya terkandung banyak hal-hal
yang berbau magis, ghaib, dan mitos. Selain itu, dalam Sulalatus
Salatin lebih banyak menceritakan tokoh-tokoh penting seperti Sultan
dan para bangsawan daripada menceritakan rakyat. Misalnya saja
adalah kisah tentang pertemuan Sultan Muhammad Syah sebelum
memeluk islam yang bermimpi dengan Rasulullah dan kemudian
berlanjut bertemu dengan Sayid Abdul Aziz.8
2. Hikayat Raja-raja Pasai
Hikayat yang bisa juga diartikan sebagai sebuah cerita, masih lekat
dan erat dengan mitos dan legenda. Begitu juga dalam Hikayat Raja-
raja Pasai. Hikayat ini berisi tentang kisah pengislaman wilayah
Melayu dan khususnya adalah wilayah Pasai. Menjelaskan tentang
berdirinya Samudera Pasai sebagai sebuah kesultanan Islam. meskipun
hikayat ini cenderung mengandung hal-hal yang berbau mitos atau
legenda, namun tetap memiliki nilai-nilai historis di dalamnya.
Ciri dalam hikayat ini adalah sama dengan Sulalatus Salatin. Yang
pertama tentu saja ditulis dengan huruf pegon. Sedangkan Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Melayu. Yang cukup disayangkan mengenai
hikayat ini adalah sudah tidak adanya atau hilangnya teks asli yang

7
Ibid, hlm. 55 – 56.
8
Sejarah kebudayaan Islam Indonesia, hlm. 154.
sebenarnya. Yang ada sekarang ini adalah hasil transkrip yang
dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles.
Hikayat Raja-raja Pasai diketahui secara pasti siapa pengarangnya.
Hal ini yang membuat cukup sulit untuk melacak sebenarnya karya-
karya ini dari mana. Namun, dari Bahasa yang digunakan, masih bisa
diketahui berasal dari masa dan zaman apa karya-karya ini. Meskipun
pengarangnya tidak jelas oleh siapa, namun banyak orang dan para ahli
yang telah melakukan pentranskripan dan penterjemahan. Salah
satunya adalah A. Hills yang mentranskrip hikayat ini. Berikut
ringkasan dari penterjemahan yang dilakukan oleh A. Hills.9
Pada bagian pertama, isi dari Hikayat Raja-raja Pasai adalah
tentang silsilah dan asal-usul dari sang pendiri Samudera Pasai yaitu
Merah Silu. Dalam hal ini, diceritakan bahwa Merah Silu memiliki
seoarang saudara yaitu Merah Hasum dan mereka adalah anak dari
Merah Gajah. Merah Gajah sendiri adalah anak angkat dari Raja
Ahmad yang dinikahkan dengan Puteri Betong yang merupakan
saudara Raja Ahmad yaitu Raja Muhammad. Selain itu pada bagian
pertama juga menceritakan tentang bagaimana Merah Silu masuk ke
dalam Islam atas bimbingan dari Sheikh Ismail. Merah Silu dala hal ini
juga berganti nama menjadi Malik Al-Saleh atau Malikus Saleh. Selain
Sultan Malik Al-Saleh, pada bagian pertama juga menceritakan
beberapa sultan lainnya seperti Malik At-Tahir, Malikul Mahmud, dan
masih banyak lagi. Terakhir dalam bagian pertama mengisahkan
Sultan Ahmad.10
Pada bagian kedua, menceritakan tentang perjalanan atau
pengembaraan dari Tun Beraim Bapa. Mengisahkan tentang empat
pendekar yang datang ke Pasai untuk mencari pendekar terkuat. Selain
itu pada bagian ini juga menceritakan tentang bagaimana sifat dari
Sultan Ahmad.
9
A. H. Hills, “Hikayat Raja-raja Pasai”, Journal of The Malayan Branch
of The Royal Asiatic Society, Volume 33, 1960), hlm. 34.
10
Ibid.
Pada bagian ketiga, diceritakan bahwa Majapahit memiliki
hubungan dengan Samudera Pasai. Namun, pada bagian ini,
mengisahkan juga tentang bagaimana Majapahit kemudian mampu
mengalahkan Samudera Pasai. Keretakan hubungan Majapahit dan
Samudera Pasai sendiri diakibatkan oleh Sultan Ahmad.11
3. Bustanus Salatin
Kitab ini adalah salah satu kitab penting karangan dari Nuruddin Ar-
raniry. Arti dari Busatanus Salatin sendiri adalah Taman Para Sultan.
Ditulis pada abad ke-17 M atas perintah dari Sultan Iskandar Tsani.
Kitab ini menggambarkan mengenai keindahan dan kemegahan dari
kesultanan Aceh yang bertabur taman yang luas, bunga-bunga yang
indah, sehingga taman ini dikenal dengan taman gairah. Isi dari kitab
ini beragam. Mulai dari keagamaan, awal kejadian penciptaan alam
semesta, Nur Muhammad, para nabi dari Adam a.s. sampai
Muhammad S.A.W. Selain itu, dalam karya sastra ini juga terkandung
mengenai ilmu tata kenegaraan, tasawuf, ekatologi, dan sejarah yang
tidak bercampur dengan mitos.
Secara keseluruhan, kitab ini terdiri dari tujuh bab. Bab 1 tentang
kejadian penciptaan alam semesta. Pada bab 2 berisi mengenai Nur
Muhammad, penciptaan Adam a.s., cerita mengenai raja-raja mulai
dari Persia, Byzantium, Mesir, dan Arab, hingga raja Aceh dan
Melayu. Bab 3 menceritakan raja-raja yang adil dan wazir-wazir yang
pandai. Bab 4 berisi mengenai cerita raja-raja yang zuhud dan wali-
wali sufi yang saleh. Bab 5 berisi mengenai raja-raja yang zalim dan
wazir yang kejam. Bab ke-6 berisi mengenai tokoh-tokoh besar yang
membela kebenaran. Dan bab ke-7 berisi mengenai akal, ilmu firasat,
kedokteran, dan sifat-sifat perempuan.12
4. Suluk Linglung

11
Ibid, hlm. 34-35.
12
Nurul Hak, Sains, Kepustakaan, dan Perpustakaan dalam Sejarah dan Peradaban
Islam (Klasik, Pertengahan, Modern), (Pati: Maghza Pustaka, 2020), hlm. 228-229.
Suluk ini adalah karya dari Sunan Kalijaga. Berisi mengenai kisah
sang sunan dalam mendalami ilmu hakikat. Berisi tentang iman sejati,
sangkan paraning dumadi, terbukanya tabir kegelapan, ilmu makrifat,
dan mengenai wahdatul wujud. Dalam suluk ini diceritakan juga
mengenai Sunan Kalijaga yang sedang berguru kepada Sunan Bonang,
Sunan Gunung Jati, Syeh Siti Jenar, dan Syeh Sutabris di Malaka,
kemudian dilanjutkan dengan cerita perjalanan sang sunan menuju
Mekah dalam rangka penyucian jiwa. Pada suluk ini, juga
menceritakan mengenai seni olah batin seperti bertapa dan kungkum di
sungai.13
C. Bentuk-bentuk Historiografi Islam Indonesia Prakolonial
Setelah melihat beberapa contoh historiografi Islam Prakolonial di atas,
kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam beberapa bentuk antara lain:
1. Hikayat/Babad/Kisah
Merupakan sebuah bentuk cerita yang selalu disampaikan dalam
bentuk puisi yang disebut dengan sajak. Pada masa sebelum masuknya
islam, hikayat hanya mengandung cerita tentang para raja, namun
setelah masuknya islam, terdapat beberapa perubahan dalam hikayat.
Beberapa hal yang berubah misalnya adalah penyebutan raja menjadi
sultan, tokoh agama juga menjadi sorotan dalam isinya, dan bercerita
juga tentang proses persebaran agama Islam. beberapa contoh hikayat
antara lain: Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, Sulalatus
Salatin, Bustanus Salatin, dan Hikayat Cirebon.
2. Tambo/Suluk/Serat
Tambo berasal dari Bahasa Minangkabau yang bisa diartikan
sebagai cerita historis tentang nenek moyang mereka. Bisa berisi
tentang penuturan sastra lisan dalam bentuk pepatah dan syair yang
Panjang. Tambo menceritakan adat istiadat, sistem pemerintahan, dan
aturan kehidupan sehari-hari bagi orang Minangkabau. Tambo sering

13
Ibid, hlm. 239-240.
dituturkan oleh “Tukang Kaba” di tempat-tempat kegiatan yang
dilaksanakan masyarakat.
Sedangkan suluk berbeda dengan Tambo, bahkan penyampaiannya
juga berbedda. Jika Tambo berupa sastra lisan, berbeda dengan suluk
yang merupakan sebuah sastra tertulis. Suluk sendiri merupakan tradisi
dari orang-orang Jawa. Suluk memiliki arti menempuh atau jalan.
Sedangkan orang-orangnya disebut dengan Salik. Suluk dalam tradisi
Jawa biasa dihidangkan dalam bentuk tulisan dengan format
penulisannya seperti puisi atau geguritan. Isi dari suluk sendiri
Sebagian besar adalah ajaran-ajaran tasawuf dan tentang bagaimana
seseorang dalam mendekatkan dirinya dengan tuhan. Contoh suluk
adalah Suluk Linglung karya dari Sunan Kalijaga.
Berbeda lagi dengan serat. Meskipun model penulisannya sama
yaitu berupa puisi, namun terdapat urutan-urutan atau rangkaian-
rangkaiannya. Rangkaian serat tersebut dikenal dengan Mocopat
seperti dandhanggula, maskumambang, mijil, asmarandana, dan
sebagainya. Isi dari serat juga bermacam-macam, mulai dari tasawuf,
kegamaan, moral atau adab, spiritualitas, kisah asmara, kenegaraan,
dan lain sebagainya. Contoh dari serat adalah Serat Dewa Ruci dari
Sunan Kalijaga yang mengisahkan perjalanan Bima dari Pandawa
dalam mencari kesejatian. Contoh lainnya adalah Serat Wulangreh
karya dari Pakubuwana IV yang berisi mengenai ajaran keagamaan
seperti adab dan fiqih. Ada juga Serat Kalatidha karya dari
Ranggawarsito yang berisi mengenai tasawuf dan ilmu firasat.
D. Ciri Khas Historiografi Islam Indonesia Prakolonial
Dari kedua karya di atas, terdapat kesamaan ciri khas di dalamnya. Ciri
khas ini sebenarnya melekat pada semua historiografi pra kolonial yang
ada di Indonesia pada umumnya. Adapun ciri khas yang melekat dalam
Historiogafi Islam Indonesia Prakolonial jika dilihat dari dua karya ini
antara lain:
- Berfokus pada tokoh-tokoh penting seperti raja, ulama’ dan bahkan
tokoh-tokoh legendaris. Jika dicontohkan, dalam Sulalatus Salatin
menjelaskan tentang Raja Iskandar Zulkarnain, Sultan Muhammad
Syah, dan beberapa Raja Pasai. Sedangkan dalam Hikayat Raja-
raja Pasai contohnya adalah pengambaran tokoh Raja Ahmad dan
Raja Muhammad, Merah Gajah, Merah Silu, dan Sultan Ahmad
diakhir cerita. Seddangkan contoh legendaris muncul dalam
Sulalatus Salatin dengan tokohnya yaitu Hang Tuah.
- Selain berfokus pada tokoh-tokoh penting, juga banyak kisah-kisah
mitos dan legendaris. Salah satu kisah legendaris yang ditampilkan
adalah tentang kelahiran dari Merah Gajah dalam Hikayat Raja-
raja Pasai. Sedangkan dalam Sulalatus Salatin, kisah legendaris
yang ditampilkan adalah kisah Hang Tuah, yang dianggap sebagai
orang sakti, Ulama’, dan tokoh penyebar agama.
- Tidak begitu penting dalam menyampaikan pengarang.
Kebanyakan karya-karya prakolonial atau tradisional, tidak
menyertakan nama pengarang di dalamnya. Meskipun dalam
Sulalatus Salatin disebutkan Tun Sri Lanang sebagai
pengarangnya, namun dalam karya Sulalatus Salatin sendiri tidak
disebutkan nama dari pengarang, melainkan menggunakan istilah
“fakir” sebagai penggantinya. Sedangkan Hikayat Raja-raja Pasai
memang tidak disertai atau diketahui pengarangnya.
E. Kesimpulan
Historiografi Islam Indonesia Prakolonial merupakan sebuah
historiografi khusus yang digunakan untuk memahami dan mengerti
mengenai peristiwa-peristiwa sejarah prakolonial, khususnya yang
berkaitan dengan islam. Hanya saja, dalam kenyataannya, historiografi
islam Indonesia prakolonial ini tidak begitu banyak memberikan informasi
yang akurat. Sebab dari hal ini adalah karena banyaknya unsur-unsur
mitos dan legenda yang masuk ke dalam karya-karya historiografi islam
Indonesia prakolonial. Namun, historiografi ini tidak bisa diabaikan
bagaimanapun juga.
Beberapa contoh historiografi islam Indonesia prakolonial adalah
Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin. Dua kitab ini sama-sama
menceritakan tentang Sejarah Melayu. Bedanya, Hikayat Raja-raja Pasai
lebih berfokus pada kisah tentang pengislaman wilayah Pasai dan
berdirinya sampai keruntuhan Pasai oleh Majapahit. Sedangkan Sulalatus
Salatin membahas secara luas mengenai Sejarah Melayu mulai dari
Malaka, Melayu itu sendiri, dan Pasai secara sedikit.
Ciri khas yang ditampilkan dalam dua karya tersebut adalah
pembahasan berfokus pada tokoh-tokoh penting saja seperti raja, ulama’
dan tokoh-tokoh mitos atau legendaris. Selain itu, unsur mitos dan legenda
banyak ditampilkan dalam kedua karya. Permasalahan seperti objektifitas
dan subjektifitas tidak diperdulikan. Hal penting lain yang tidak
dicantumkan adalah nama pengarang yang lebih sering tidak ditampilkan
atau mungkin hanya sekedar disamarkan.

Daftar Pustaka

A. H. Hills. “Hikayat Raja-raja Pasai”, Journal of The Malayan Branch of


The Royal Asiatic Society. Volume 33, 1960.

Azyumardi Azra dkk. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 1.


Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Endang Rochmiatun. 2016. Historiografi Islam Indonesia. Palembang:
NoerFikri Offset.
Hak, Nurul. 2020. Sains, Kepustakaan, dan Perpustakaan dalam Sejarah
dan Peradaban Islam (Klasik, Pertengahan, Modern). Pati:
Maghza Pustaka.
M.C. Ricklefs. 2007. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Samad Ahmad, A. 1986. Sulalaatus Salatin. Malaysia: Dewan Bahasa dan
Pustaka.

Taufik Abdullah. “Tun Sri Lanang dan Ikatan Kultural Alam Melayu”,
Jurnal Masyarakat dan Budaya. Volume 16, Nomor 1, Tahun
2014.

Anda mungkin juga menyukai