Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KE-NW-AN

MASUK DAN PERKEMBANGAN

DOSEN PENGAMPU :

TGH. SAMIIN HADI HARIANTO, Lc, MA

OLEH :

MUH.YSRIL IZZA YUUSF

(200401056 )

SEMESTER 2

KELAS B

UNIVERSITAS HAMZANWADI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

2029/2021
RESUME MASUK DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU LOMBOK

Tidak banyak buku yang mengulas dengan detail sejarah awal pulau Lombok. Mereka
yang selama ini bergelut dalam studi sejarah Lombok merasa adanya kesulitan ketika berusaha
merekontruksi proses perjalanan pulau ini. Hal yang sama dirasakan oleh mereka yang mencoba
menelusuri tapak-tapak sejarah masuknya islam ke wilayah ini. Paling tidak,mereka kesulitan
menemukan data-data primer yang valid dan reliable, sehingga dapat diverifikasi oleh semua
pihak.

Satu-satunya sumber yang selama ini secara khusu menguraikan perjalanan pulau ini
adalah babad, sepeti Babad Lombok, Babad Selaparang dan lain-lain. Keraguan segera muncul
ketika didalam babad-babad tersebut memuat cerita-cerita legenda dan mistis lainnya yang
sedikit banyak mempersulit pemulahan antaa fakta dan mitos didalamnya.

Khusus mengelani sejarah pulau Lombok, baru menjelang abad ke-14 terdapat
buktiyang menunjukan adanya hubungan dengan pulau jawa. Dalam buku Negarakertagama
(1365), karanga Mpu Prapanca, istilah Lombok ( Lombok Mirah ) dan Sasak ( Sasak Adi ), yang
mempresentasikan Pulau Lombok dengan masyarakatnya, disebutkan sebagai wilayah
Majapahit. Dalam pupuh ke-14 tertulis :

"Muwah tang I Gurunsanusa ri Lombok Mirah lawantikang sasakadi


nikalunkehayiankabeh Muwah tanah I Bantayan Pramuka Bantayan len Luwuk teken
Udamakatrayadhi nikayang sanusa pupul”

Terdapat bukti-bukti yang kuat mengenai hubungan Gumi Selaparang ( sebutan Pulau
Lombok yang berarti Bumi Selaparang ) dengan kerajaan majaphit di Jawa. Dr.R.Gorris, dalam
studinya Aantekeningan over Oost Lombok, yang pada pokoknya membicarakan tentang
penduduk yang mendiami Lembah Sembalun, menunjukkan bahwa penduduk lembah ini
meyakini diri mereka sebagai keturunan Hindu-Jawa danjuga meyakini bahwa keluarga Raja
Majapahit dimakamkan di dekat Desa Sembalun. Disamping itu, studi Dr.R.Gorris, menunjukan
adanya pengaruh Hindu-Jawa pada masyarakat Desa Sembalun dalam bentuk-bentuk kesenian,
seperti musik, tarian, bahasa dan hususnya nama-nama tokoh mitos dan tempat-tempat suci.
Akan halnya tentang masuknya islam ke pulau lombok. Penuturan – penuturan yang ada
sementara ini sangat beragam dan agak sulit dikompromikan satu sama lain menjadi sebuah
rangkaian proses yang berkisinambungan. Diduga bahwa keragaman ini mencermikan adanya
perbedaan waktu dan tempat sebagian lagi mengatakan bahwa pulau ini berasal dari melayu,
bugis dan sumbawa. Bahkan ada yang menyebutkan dibawa oleh para pedagang dan pemimpin
agama dari arab.

Salah satu sumber yang menyebutkan masuknya islam kepulau ini dari jawa adalah
ababad lombok. Didalamnya antara lain disebutkan adanya upaya dari raden paku atau sunan
ratu giri dari gresik. Surabaya yang memerintahkan raja-raja jawa timur dan palembang
( sriwijaya ) untuk menyebarkan islam keberbagai wilayah di nusantara.

“susunan ratu giri memerintahkan keyakinan baru itu disebarkan ke seluruh pelosok.
Ini makassar, tidore, seram dan galeier dan putra susuhunan, pangeran prapen ke bali,
lombok dan sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke lombok, dimana dengan kekuatan
senjata ia memaksa orang untuk memeluk agama islam. Setelah menyelesaikan tugasnya,
prapen berlayar kesumbawa dan bima. Namun dalam ketiadaannya, karna kaum perempuan
tetap menganut keyakinan pagan, masyarakat lombok kembali kepada paham pagan. Setelah
kemenangannya disumbawa dan bima, prapen kembali dengan dibantu oleh raden sumuliya
dan raden salut, ia mengatur gerakan dakwah baru ajang kali mencapai kesuksesan.
Sebagian masyarakat berlari ke gunung – gunung, sebagian lainnya ditaklukkan lalu masuk
islam sebagian lainnya hanya ditaklukkan. Prapen meninggalkan raden sumuliya dan raden
salut untuk memelihara agama islam dan ia sendiri bergerak ke bali, dimana ia memulai
negosiasi (tanpa hasil) dengan dewa agung klungkung.”

Menurut Geoffrey E.Marrison, pandangan mengenai pengislaman yang dilakukan oleh


orang-orang dari jawa cukup otentik, mengingat dalam penelitian H.J. de Graff (1941), proses ini
dikaitkan dengan expedisi militer sultan trenggana dari demak, yang memerintah dari tahun
1521-1550. Menurut Tawalinuddin Haris, peneliti de Graaf tersebut sedikit banyak dapat
dibenarkan dengan bukti –bukti arkeologis yang terdapat sejumlah batu nisan yang secara
tipologis diperkirakan berasal antara tahun 1600-1800. Asumsi ini didasarkan atas keberadaan
batu nisan tipe kepala kerbau bersayap dan tipe silendrik. Selain itu, dari segi bentuk dan motif
hiasannya batu nisan yang terdapat di aceh, banten dan madura yang diprkirakan berasal dari
kurun waktu yang bersamaan.

Terdapat versi lain yang menyebutkan bahwa agama islam berasal dari jawa dengan
orang yang berbeda, misalnya dengan pangeran sangupati dan wali nyatok, walaupun yang
disebut terakhir lebih terkenal sebagai penyebar islam di wilayah lombok selatan. Menurut
Geoffrey E.M arrison, pangeran sangu pati membawa bentuk mistik islam dari jawa. Di
jawa,beliau bernama Adji Duta Semung, dibali ia terkenal dengan nama Pedanda Wau Rauh, dan
disumbawa terkenal dengan nama Tuan Semeru. Bentuk mistik islam yang dibawanya
merupakan kombinasi dari hindu ( Adwatta ) dengan islam ( Sufisme), dengan ajaran
pantheisme. Mistik islam ini diterima oleh masyarakat lombok yang masih animis yang
belakangan disebut sebagai penganut Waktu Telu ( Wetu Telu ). Itulah sebabnya ia ini dikenal
sebagai pembawa ajaran Waktu Telu. Versi lain menyebutkan bahwa ia adalah putra selaparang
yang dipandang sebagai waliyullah. Buah karangannya antara lain Jati Swara, Prembonan, Fikih
dan lain –lain. Beliau dianggap mengadakan pagelaran wayang yang pertama kali di Lombok
sebagai media dakwah.

Sedangkan sosok yang dikenal dengan nama wali Nyatok memiliki nama asli Sayyid
Ali atau Sayyid Abdurrahaman. Makamnya terletak didesa Rambitan, Lombok Tengah. Diatas
sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 200 meter diatas permukaan laut diantara peninggalan
sejarah yang dapat ditemukan dari makamnya adalah batu nisan yang tipologinya agak tua dan
mesjid kuno yang merupakan prototipe masjid-masjid kuno di Lombok, seperti masjid pujut dan
bayan.

Dari silsilah yang dikemukakan oleh Ir. H.Lalu Djelenga, wali Nyantokini bernama
Denexmas Putra Pengendeng Segara Katon Rembitan. Beliau adalah keturunan Batara Mas
Tunggul Nala yang menjadi cikal bakal raja – raja Lombok. Ia dikenal sebagai pendiri kerajaan
kayangan yang merupakan cikal bakal kerajaan selalaparang. Ketinggian ilmu tarekatnya telah
mendorongnya untuk mengundurkan diri dari panggung kerajaan kayangan dan menetap di
Rambitan sebagai penyebar agama islam di wilayah ini.

Adapun versi yang menyebutkan agama islam dibawa oleh pemimpin agama dari arab
antara lain dengan ditemukannya sebuah tangkepan ( Babad yang tercatat didaun lontar) yang
menyebutkan islam oleh Ghaos Abdul Rozak yang kini makamnya terdapat di Bayan. Ia masuk
ke Lombok sekitar tahun 977H/1557M. Nama aslinya adalah Syaikh Nurrasyid Ibn Hajar al-
Haitami. Seperti halnya Batara Mas Tunggul Nala, beliau juga disebut sebagai cikal bakal raja-
raja Lombok.

Menurut tanggkepan tersebut Gaos Abdul Rozak berputra dua orang, yakni Zulkarnain
alias Gaos Abdurrahman dan putri Rabi’ah. Gaos Abdurrahman inilah yang kemudian bergelar
Sultan Rinjani, Datu Selaparang serta Raden Mas Panji Mulia. Dialah yang dikenal sebagai
pendiri kerajaan Selaparang. Ia memiliki 3 orang anak , yakni : (1) Sayyid Umar alias Datu
Gunung Pujut ; (2) Sayyid Amir alias Datu Pejanggik ; dan (3) Syarifah Qamariah alias Dewi
Anjani.

Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh baik di darat maupun dilaut.
Pasukan lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut pada
tahun 1667-1668. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus merelakan salah satu
wilayahnya, pulau sumbawa dikuasai oleh belanda dikarenakan lebih dahulu direbut sebelum
terjadinya peperangan laut. Di samping itu, pasukan lautnya juga pernah mematahkan serangan
yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel ( Bali ) dari barat. Selaparang pernah dua kali terlibat
dalam peperangan melawan Kerajaan Gelgel pada tahun 1616 dan 1624 dan keduanya dapat
dipatahkan.

Setelah peperangan tersebut, Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk


membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka ibu kota kerajaan
dipindahkan agak kepedalaman, yaitu Desa Selaparang sekarang, disebuah dataran perbukitan.
Dari kota yang baru itu, panorama selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar
belakang dartan Pulau Sumbawa dari ujung utar ke selatn dengan sekali sapuan pandangan.
Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan ditengah lautan akan segera dapat
diketahui. Wilayah ibu kota ini pun memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan
yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-tingkat sampai kehutan lemor yang memiliki sumber
mata air yang melimpah.

Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan Kerajaan Gelgel, namun pada saat
yang bersamaan muncullah kekuatan baru dari arah barat. Kekuatan ini telah ada sejak
permulaan abad ke 15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem secara
bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan
itu menjelma sebagai kekuatan kecil, yakni ; Kerajaan Pagutan, dan pagesangan yang berdiri
pada tahun 1622. Kerajaan ini hanya berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama kerajaan
Gelgel dari Bali Utara dua tahun sebelum serangan ke 2 yang dapat dipatahkan oleh Selaparang.

Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-
tiba, yaitu kekuatan asing yakni Belanda yang sewaktu waktu akan melakukan ekspansi. Dalam
kecamuk peperangan dan upaya menghadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat
itu, secara tiba-tiba tokoh penting dilingkungan pusat kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang
bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya
Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan
Pejanggik.

Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan
sebuah ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok
Barat. Awalnya kedatangan ekspedisi ini adalah akan menyerah Kerajaan Pejanggik. Namun,
dalam fakta sejarah nya, ekspedisi itu telah menghancurkan Selaparang yang dapat ditaklukkan
tanpa perlawanan dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh, peristiwa ini terjadi pada
tahun 1672.

Dengan runtuhnya Kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik, maka runtuh pula
Kekuatan Islam secara struktural. Akibatnya, bukan hanya struktural bahkan cendrung
mengalami penindasan dan dalam suasana ketakutan serta mematikan potensi islam yang nyaris
hilang dan tidak berkkembang. Berita tentang Islam dalam Kerajaan Mataram baru terdengar
setelah terpecahnya Perang Sakra I dan II pada tahun 1841 dan 1855. Pemberontakan ini
dimotori oleh kaum aristokrat yang merasa tidak diperlakukan tidak adil dan menganggap bahwa
Kerajaan Mataram telah menzalimi rakyatnta.

Konon, Raja Mataram dalam samadinya mendapatkan wangsit untuk mengawini


seorang putri bernama Denda Nawangsasih putri bangsawan Kalijaga Lombok Timur.
Perkawinan ini menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan dan kecemburuan dikalangan istana.
Denda Nawangsasih direbut melalui perang melawan bangsawan Kalijaga yakni, Raden Meraja.
Denda Nawangsasih tidaklah terlalu cantik tetapi sangat berpengaruh terhadap raja. Karena
beliaulah, maka disatu pihak raja dapat membangun kembali hubungannya dengan berberapa
pedalamam dan rakyatnya.,namun dipihak lain raja dinilai telah melakukan intoversi, yaitu
kecenderungan bersikap dan bertindak menurut pikiran sendiri tanpa menghiraukan orang lain,
bahkan tanpa memerhatikan lagi budaya dan filsafat hindu budha. Raja telah membiarkan Denda
Nawangsasih memeluk Agama Islam. Dia menuntut dibangunkan masjid untuk dirinya sendiri
di kompleks Taman Mayura dan untuk umum di kompleks Pura Miru yang kesemuanya dipenuhi
oleh raja. Raja juga dipaksa secara halus membagi- bagikan tanah wakaf kepada masjid-masjid
tertentu dan menurut Martin Van Bruinessen ( 1994 ), pada masa itulah orang sasak
dilonggarkan untuk beribadah haji ke makkah yang sebelumnya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Menurut orang –orang arab diampenan kapada Van Rijckeevorsel, bahwa raja
menyediakan dana untuk membeli sebuah rumah di Makkah yang menjadi asrama para hujaj dari
Lombok.
Refrensi

Muslihan Habib, BUKU PENDIDIKAN KE-NW-AN KELAS X, Pondok Pesantren Nahdatul


Wathan DKI Jakarta Jl. Penggilingan Cakung Jakarta Timur: 2016

Anda mungkin juga menyukai