Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Islam di Kehidupan Masa Kini |

Sejarah Kelas 10
1. Kehidupan Ekonomi

Squad tentu masih ingat kalau kerajaan Islam bertumpu pada perdagangan ‘kan? Ternyata, perdagangan
antarpulau dan antarnegara itu memiliki peran yang penting, seperti menghubungkan penduduk
antarpulau maupun terjadi penyebaran budaya antardaerah.

Selain kedua hal di atas, pelabuhan yang dulu menjadi tempat berdagang masih ada yang digunakan,
lho. Lokasi tersebut masih digunakan karena merupakan lokasi strategis untuk berdagang. Kamu bisa
sebutkan salah satu contoh tempatnya?

Pulau Batam (Riau) serta Bangka dan Belitung menjadi beberapa tempat yang memiliki lokasi strategis di
Selat Malaka. (Sumber: eaglespeak.us)

2. Bahasa

Bahasa Melayu menjadi bahasa yang tumbuh berkembang sejalan dengan penyebaran Islam, serta
pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan antarsuku bangsa
sehingga disebut lingua franca.

Bangsa Melayu tersebar ke mayoritas wilayah Nusantara seiring dengan pesatnya perdagangan pada
abad ke-15. Aktivitas bangsa Melayu yang menggunakan bahasa Melayu sehari-hari semakin
menyebarkan bahasa dan budaya Melayu ke berbagai wilayah Nusantara.
3.Jaringan Keilmuan di Nusantara

Ketika di masa jayanya, Samudra Pasai pernah menjadi pusat studi Islam di Nusantara, dan menyiarkan
Islam di wilayah Malaka. Sistem pendidikan Islam ini diadaptasi oleh sekolah-sekolah saat ini seperti
pesantren ataupun madrasah.

4. Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara

a. Masjid dan menara. Pada beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam, kamu dapat
melihat perpaduan unsur budaya Islam dengan praislam. Masjid Agung Demak,
misalnya. Atapnya berbentuk seperti meru (nama gunung) yang bersusun, semakin ke
atas semakin kecil. Kemudia, di bagian puncak menara masjidnya ada mustaka.
Perpaduan praislam juga ada pada menara seperti Masjid Kudus. Menara Masjid Kudus
mirip candi Jawa Timur.
b. Makam. Makam-makam biasanya terdapat dekat dengan masjid agung. Seperti makam
sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, kompleks makam di Samudra
Pasai, makam sultan-sultan Aceh di Kandang XII, makam sultan-sultan Gowa di
Tamalate.
c. Seni ukir. Pada masa Islam, mulai berkembang seni-seni kaligrafi. Ini disebabkan karena seni
ukir patung kurang berkembang karena adanya ajaran yang tidak boleh menggambarkan
manusia atau hewan. Sampai saat ini, kamu masih bisa menemukan seni kaligrafi di banyak
tempat.
d. Aksara dan sastra. Huruf Arab-Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan
digunakan dalam surat, kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang datang
dari sana) cukup kuat pada bidang sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman,
dan Cerita 1001 Malam. Ada empat macam seni sastra masa Islam yaitu:
1) Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita, peraturan, dan
silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, maupun biografis. Contohnya: Hikayat Raja-
raja Pasai dan Hikayat Iskandar Zulkarnain.
2) Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura
yang berisi tentang sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad Tanah Jawi dan
Babad Cirebon.
3) Suluk yaitu kitab-kitab tentang tasawuf. Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil.
4) Syair adalah sajak-sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Contohnya:
syair pada nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
e. Kalender. Pernah dengar perayaan 1 Sura di Yogyakarta? Itu adalah salah satu pengaruh Islam
yang masih bisa kamu ikuti sekarang. Akulturasi budaya pada perayaan tersebut berawal dari
penyampuran Kalender Saka dengan Kalender Islam yang akhirnya melahirkan Kalender Jawa.
Dalam Kalender Saka, ada nama hari seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Sedangkan
dalam Kalender Islam, ada nama bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rajab, Syakban,
Ramadhan, dan Syawal. Selain itu, nama-nama harinya adalah Ahad, Isnen, Tsulatsa, Arba’a,
Khomis, Jumuah, dan Sabtu.
Perpaduan keduanya melahirkan Kalender Jawa yang memiliki nama bulan Sura, Safar, Mulud,
Rajab, Ruwah, Pasa, dan Sawal. Selain itu, nama-nama harinya menjadi seperti Legi, Pahing, Pon,
Wage, dan Kliwon.

5. Sistem pemerintahan masa Islam


Di masa Islam, kerajaan disebut dengan kesultanan, sehingga pemimpinnya disebut dengan
sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia merupakan pemipin tertinggi. Selain sultan, sebutan lain
untuk seorang pemimpin adalah maulana, susuhan, dan panembahan.
Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi terdapat di masa Islam. Di masa Islam,
seorang sultan memperkuat kedudukannya dengan mengaitkan dirinya melalui garis keturunan
pada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, di dalam Islam tidak ada sistem kasta, sehingga seorang
sultan bukanlah seseorang yang harus ditaati, dan sultan juga bukan titisan dari Allah. Sultan
hanyalah manusia biasa yang diberikan kelebihan-kelebihan, sehingga pantas untuk memimpin
suatu kerajaan.
Dalam hal pengangkatan raja di masa Islam, terdapat kesamaan dengan pengangkatan raja di
dalam sistem pemerintahan agama Hindu Buddha. Sultan diangkat berdasarkan garis keturunan.
Jika dilihat mampu dan berwibawa untuk memimpin, maka anak sultan akan mendapatkan
takhta untuk memimpin kerajaan.
6. Sistem Sosial
Salah satu alasannya karena dalam Islam tidak ada sistem kasta. Hal ini menyebabkan aturan
kasta sudah tidak berlaku di kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam.
Selain kasta, masyarakat juga telah menggunakan nama-nama Arab seperti Muhammad,
Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya. Kosakata Bahasa Arab juga
banyak diserap dan digunakan ke bahasa pada masa itu.
Alasan lain Islam Mudah diterima :
a) ajarannya cenderung lebih sederhana.
b) Syarat untuk masuk ke dalam Islam mudah.
c) Tidak mengenal sistem kasta.
d) Upacara-upacara keagamaan yang ada lebih sederhana.
e) Disebarkan melalui jalan damai (berbeda dengan Katolik dan Kristen yang disebarkan oleh
bangsa asing yang menjajah).

7. Sistem Ekonomi
Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung pada perdagangan. Kalau kamu perhatikan,
Squad, banyak kerajaan Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis ini menjadikannya
mudah menjadi tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan kapal laut.

Hal ini juga memicu berdirinya bandar-bandar atau pelabuhan tempat transaksi perdagangan terjadi.
Tempat tersebut tidak hanya disinggahi oleh pedagang pribumi, tapi juga oleh pedagang dari
mancanegara. Pedagang dari mancanegara umumnya berasal dari Arab, Persia, Tiongkok, bahkan
Eropa.Komoditas yang dijual saat itu terdiri dari rempah-rempah, perhiasan, ataupun keramik.

Anda mungkin juga menyukai