Anda di halaman 1dari 3

Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara

Ketika pertama kali masuk, Islam tidak bisa diterima begitu saja oleh masyarakat Nusantara,
karena mereka saat itu masih beragama Hindu-Buddha atau masih menganut animisme,
dinamisme, dll. Agar dapat diterima, Islam perlu berbaur dengan budaya asli Nusantara.
Akulturasi budaya itu dapat kamu lihat pada:

1. masjid dan menara

Pada beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam, kamu dapat melihat perpaduan unsur
budaya Islam dengan praislam. Masjid Agung Demak, misalnya. Atapnya berbentuk seperti
meru (nama gunung) yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Kemudia, di bagian
puncak menara masjidnya ada mustaka. Perpaduan praislam juga ada pada menara seperti
Masjid Kudus. Menara Masjid Kudus mirip candi Jawa Timur.

Mustaka di Kubah Masjid Agung Yogyakarta (Sumber: commons.wikimedia.org).

2. Makam

Makam-makam biasanya terdapat dekat dengan masjid agung. Seperti makam sultan-sultan
Demak di samping Masjid Agung Demak, kompleks makam di Samudra Pasai, makam
sultan-sultan Aceh di Kandang XII, makam sultan-sultan Gowa di Tamalate.

3. Seni Ukir

Pada masa Islam, mulai berkembang seni-seni kaligrafi. Ini disebabkan karena seni ukir
patung kurang berkembang karena adanya ajaran yang tidak boleh menggambarkan manusia
atau hewan. Sampai saat ini, kamu masih bisa menemukan seni kaligrafi di banyak tempat.
4. Aksara dan Sastra

Huruf Arab-Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan digunakan dalam
surat, kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang datang dari sana) cukup
kuat pada bidang sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman, dan Cerita
1001 Malam. Ada empat macam seni sastra masa Islam yaitu:

a. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita, peraturan, dan
silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, maupun biografis. Contohnya: Hikayat Raja-
raja Pasai dan Hikayat Iskandar Zulkarnain.

b. Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yang
berisi tentang sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad Tanah Jawi dan Babad
Cirebon.

c. Suluk yaitu kitab-kitab tentang tasawuf. Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil.

d. Syair adalah sajak-sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Contohnya:
syair pada nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

5. Kalender

Squad pernah dengar perayaan 1 Sura di Yogyakarta? Itu adalah salah satu pengaruh Islam
yang masih bisa kamu ikuti sekarang. Akulturasi budaya pada perayaan tersebut berawal dari
penyampuran Kalender Saka dengan Kalender Islam yang akhirnya melahirkan Kalender
Jawa.

Dalam Kalender Saka, ada nama hari seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Sedangkan dalam Kalender Islam, ada nama bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rajab,
Syakban, Ramadhan, dan Syawal. Selain itu, nama-nama harinya adalah Ahad, Isnen,
Tsulatsa, Arba’a, Khomis, Jumuah, dan Sabtu.

Perpaduan keduanya melahirkan Kalender Jawa yang memiliki nama bulan Sura, Safar,
Mulud, Rajab, Ruwah, Pasa, dan Sawal. Selain itu, nama-nama harinya menjadi seperti Legi,
Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Perayaan Malam Satu Suro selalu diadakan setiap tanggal satu di bulan Muharram. (Sumber:
indonesiakaya.com).

Anda mungkin juga menyukai