Anda di halaman 1dari 16

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DI

NUSANTARA

OLEH:
1. Fanny Fayu Laksono (24) K
M
E
A 2. Fawwaz Mutashim Yulianto (25)
L
S
3. Febrin Hardipermana Putra (26) U
U
4. Febry Yanto Maulana (27) A
K
R
5. Firda Eka Nur Cahyani (28)
1. Pengenalan Tentang Akulturasi Budaya

2. Akulturasi Bidang Bangunan

3. Akulturasi Bidang Aksara dan Seni Sastra


DAFTAR ISI

4. Akulturasi Bidang Sistem Pemerintahan

5. Akulturasi Bidang Sistem Kalender

6. Penutup

KELUAR
Apa itu Akulturasi Budaya?
Akulturasi adalah bercampurnya dua atau lebih
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan
saling mempengaruhi.
Pada saat itu, akulturasi budaya dilakukan
untuk menyebarkan agama Islam agar agama Islam
bisa mudah diterima oleh masyarakat yang belum
memeluk Islam (yang masih beragama Hindu Budha)

DAFTAR
POINT KE 1 KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat
pada bangunan:
1. Masjid BACA LEBIH LANJUT
2. Makam BACA LEBIH LANJUT
3. Istana BACA LEBIH LANJUT

DAFTAR
POINT KE 2 KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Bangunan - Masjid
Ciri-ciri akulturasi masjid kuno adalah seperti ini:
1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas
semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya
ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk
memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang
ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan
kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat.
Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun
atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau
dekat dengan makam.
Contoh masjid kuno adalah Masjid Demak dan Masjid Kudus.

DAFTAR BACK TO
POINT KE 2.1 NEXT KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Bangunan - Masjid

DAFTAR BACK TO PREVIOU


POINT KE 2.1 S
KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Bangunan - Makam
Ciri-ciri akulturasi makam adalah seperti ini:
1. Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang
keramat.
2. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,
nisannya juga terbuat dari batu.
3. Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan
cungkup atau kubba.
4. Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara
makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura
tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang
berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya
masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

DAFTAR BACK TO
POINT KE 2.2 NEXT KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Bangunan - Makam

DAFTAR BACK TO PREVIOU


POINT KE 2.2 S
KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Bangunan - Istana
Bangunan pusat kerajaan atau kesultanan, tempat raja
menetap. Pada masa Islam di Indonesia, istana berperan penting baik
sebagai pusat kekuasaan politik, juga berfungsi sebagai pusat
penyebaran Agama Islam. Istana atau keraton yang dibangun pada
masa Islam bercorak khas perpaduan unsur-unsur arsitektur tradisional,
budaya Hindu Buddha dan budaya Islam.
Atapnya tumpang dan pintu masuk keraton berbentuk gapura.
Letak keraton biasanya dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat,
selalu menghadap ke arah utara, di sebelah barat ada masjid, dan
sebelah timur ada pasar, sebelah selatan alun-alun. Di lapangan luas
keraton terdapat pohon beringin besar.

DAFTAR BACK TO
POINT KE 2.3 NEXT KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Bangunan - Istana

DAFTAR BACK TO PREVIOU


POINT KE 2.3 S
KELUAR
ISI TOP
Akulturasi Bidang Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap
bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab,
bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah
Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu
tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak
digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
1. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau
tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir
Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

DAFTAR
POINT KE 3 NEXT KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Aksara dan Seni Sastra
2. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai
peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya
Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
4. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena
berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari
baik/buruk.
5. Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan
yang tersusun.

DAFTAR PREVIOU
POINT KE 3 S
NEXT KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Aksara dan Seni Sastra

DAFTAR PREVIOU
POINT KE 3 S
KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah
berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi
setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan
sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan
atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi
dimakamkan/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

DAFTAR
POINT KE 4 KELUAR
ISI
Akulturasi Bidang Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang
dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon.
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada
nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan
diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan
hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555
Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8
Agustus 1633 M.

DAFTAR
POINT KE 5 KELUAR
ISI
Terima kasih telah menyimak
presentasi dari kami, mohon
maaf bila ada salah kata
maupun salah kalimat.
Sekian
dan
Wassalamualaikum Wr. Wb.

DAFTAR
KELUAR
ISI

Anda mungkin juga menyukai