Anda di halaman 1dari 22

AKULTURASI

Budaya Islam,Hindu-Budha, & Tradisi Lokal


Indonesia
KONSEP AKULTURASI

Istilah akulturasi atau acculturation, ataupun culture contact


adalah proses dimana suatu kelompok masyarakat dengan
suatu kebudayaannya dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
(dalam waktu yang cukup lama) lambat-laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
LOCAL GENIUS

Local Genius adalah kemampuan kebudayaan


setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan
asing pada waktu kedua kebudayaan itu
berhubungan. Akibatnya terjadilah suatu proses
akulturasi, di mana kebudayaan setempat
menerima pengaruh kebudayaan asing dan
mengolahnya sesuai kepribadian setempat.
Budaya Lokal

Budaya Hindu- Budaya Islam


Budha Budaya Indonesia
BENTUK AKULTURASI

Akulturasi kebudayaan di Indonesia terjadi dalam bidang-bidang berikut:


1. Arsitektur
2. Pemerintahan
3. Kesenian
4. Aksara & Bahasa
5. Adat Istiadat,
6. Pemakaman
7. Sistem Kalender
8. Pendidikan
ARSITEKTUR

Masjid
Masjid di Indonesia mempunyai corak khusus arsitektur yang memperlihatkan
perpaduan budaya lokal, Hindu & Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari Atap masjid
& Menara Masjid. Kebanyakan masjid di Pulau Jawa, khususnya pada awal-awal
zaman Islam memiliki atap tumpang, tersusun ke atas semakin kecil. Bagian paling
atas berbentuk limas. Jumlah limas selalu ganjil (3 atau 5). Letak Masjid biasanya
berada di dekat Istana, sebelah barat alun-alun. Denahnya berbentuk bujur sangkar
& di bagian depan serta samping terdapat serambi & parit berair.
Di Indonesia dikenal 3 jenis Masjid:
1. Masjid Kuno
2. Masjid Makam
3. Masjid Modern
Masjid Agung Demak & Mesjid Kudus
Masjid Makam & Masjid Modern
LANJUTAN

Makam
Wujud akulturasi lainnya dapat dilihat pada bangunan makam, misalnya sebagai berikut:
1. Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau di tempat-tempat keramat
2. Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut Kijing atau jirat
3. Di atas Jirat biasanya di buat cangkup
4. Dilengkapi dengan tembok dan gapura yang mehubungkan antara makam dengan kelompok makam.
5. Bentuk Gapura ada yang berupa Kori Agung (beratap & berpintu) & berupa candi bentar (tidak beratap & tidak
berpintu)
6. Di dekat makam biasanya terdapat masjid yg menandakan makam tersebut merupakan makam orang besar seperti
Raja atau Wali
Makam Fatimah binti Maimun
Gerbang Makam Gerbang Makam
Sunan Bonang Sunan Ampel
PEMERINTAHAN

Pada masa Islam terdapat perubahan dalam sistem pemerintahan, yaitu:


1. Raja diganti dengan panggilan Sultan dengan tambahan gelar Khalifatullah
2. Pengangkatan Sunan sebagai penasehat Raja
3. Digunakannya hukum Islam
KESENIAN

Seni Rupa
Pada masa Islam seni rupa bersifat nonfigural (karena Nabi melarang membuat
gambar berbentuk mahkluk yang bernyawa) dan menggunakan aksara arab
sebagai ragam hias. Bentuk akulturasinya dapat dilihat pada nisan dan bangunan
makam.
Seni Sastra
Kary sastra zaman Islam kebanyakan menyadur sastra dari daerah Melayu
& Jawa. Sumber utamanya berasal dari karya sastra Persia & Jawa Kuno.
Karya sastra dari Jawa ditulis dengan huruf Jawa & Arab. Sedangkan dari
Melayu ditulis dengan huruf Arab.
Berdasarkan corak & Isinya, wujud akulturasinya dibagi menjadi tiga
macam, yaitu
1. Hikayat: karya sastra berupa dongeng & ditulis dalam bentuk gancaran.
Contoh: Hikayat Sri Rama, Hikayat Raja Pasai, Hikayat Pandawa Lima,
Hikayat Amir Hamzah
2. Babad Karya Sastra berupa dongen yang diambil dari sebuah cerita
sejarah. Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad Diponegoro, Babad Cirebon.
3. Suluk: yaitu kitab-kitab tentang Tasawuf. Contoh: Suluk Wujil, Suluk
Sukarsa
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Raja Pasai
& Suluk
AKSARA & BAHASA

Akulturasi kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam


dalam bidang aksara diwujudkan dengan berkembangnya
tulisan Arab melayu/Arab gundul.
Dari segi bahasa terdapat banyak kosakata Arab yang
digunakan dalam bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia
ADAT ISTIADAT

Kedatangan Islam juga mempengaruhi adat istiadat masyarakat Indonesia


Contohnya:
Upacara Grebeg dan Sekaten di Jawa pada hari besar Islam (Idul Fitri, Idul Adha,
Maulid Nabi).
Upacara Tabuik di Bengkulu & Sumatera Barat pada bulan Muharam
Upacara Selamatan (Kenduri)
Upacara Grebk, Kenduri & Tabuik
PEMAKAMAN

Tradisi pemakaman, apabila disesuaikan dengan ajaran Islam, maka


keluarga hanya memiliki kewajiban untuk memandikan Jenazah, mengafani,
dan menguburkannya. Namun, kebanyakan masyarakat setelah itu
memberikan nisan pada makam dan menaburi kembang. Selain itu diadakan
selamatan selama tujuh hari, 30 hari, 100 hari, dan hari peringatan kematian.
Maksud & tujuannya yaitu untuk mendoakan arwah orang yang telah
meninggal. Disinilah terjadi akulturasi antara budaya lokal, Hindu & Islam.
Doa-doa yang dibacakan dalam bahasa Arab, Selamatannya merupakan
tradisi Hindu, & peringatan kematian merupakan pengaruh budaya lokal.
Ziarah kubur & pengeramatan makam juga merupakan suatu bentuk
akulturasi.
SISTEM KALENDER

Masyarakat dahulu sudah mengenal Sistem kalender bahkan


sebelum kedatangan pengaruh Hindu-Budha. Kalender pada
masa Itu merupakan Kalender Saka yang merupakan pengaruh
dari India.
Setelah Islam masuk, Islam mengenal Kalender Hijriah. Pada
masa ini terjadi perpaduan kalender Saka & Hijriah khususnya
di Jawa. Perpaduan ini dilakukan pada masa Sultan Agung
memerintah Negeri Mataram. Berlaku pada 8 Juli 1633,
bertepatan 1 Muharam 1403 H atau 1 Suro 1555 tahun Jawa.
Dalam kalender ini, angka tahunnya merupakan angka tahun
Saka , namun perhitungan kalender mengambil dari Kalender
Hijriah
PENDIDIKAN

Dalam konsep Hindu-Budha, lembaga pendidikan sering dikenal dengan


padepokan yang di dalamnya terdapat unsur Shastri (Guru) & Cantrik (Murid).
Lembaga tersebut pada jaman Islam menjadi pondok pesantren. Pesantren berasal
dari Pecantrikan (dari konsep shastri) dan Santri (dari konsep cantrik).

Anda mungkin juga menyukai