Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HEAT EXCHANGER, PIPE-STILL FURNACE,


DISTILLATION AND STRIPPING

Disusun Oleh :

Yulia Nurul Marifah (1720834320005)

MAGISTER TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2017
BAB I
Heat Exchanger and Pipe-Still Furnace

1.1 Heat Exchanger

Alat penukar panas menukar panas antara fluida panas dan dingin dimana
fluida dingin dipanaskan oleh fluida panas tanpa menggunakan perapian atau
pembakaran. Alat penukar panas yang paling banyak digunakan, bagian fluida
panas dan dingin dipisahkan oleh permukaan metal. Jenis penukar panas ini
disebut recuperator, dimana fluida tidak bercampur secara fisik, tapi hanya panas
yang mengalir melalui permukaan dinding metal. Penukar panas double pipe dan
shell and tube adalah jenis recuperator yang umum digunakan. Pada double pipe
exchanger, salah satu fluida masuk melewati inner tube dan fluida lainnya
melewati ruang annular yang berada diantara tube luar dan dalam. shell and tube
exchanger terdiri atas sebundle tube didalam tube atau shell yang berdiameter
besar. Salah satu fluida melewati inner tube dan fluida lainnya melewati ruang
annular antara inner tube dan shell. Pada kedua exchanger tersebut, fluida dapat
menglair baik secara berlawanan (countercurrent) ataupun searah parallel (co-
current). Kenyataannya, pada Shell and tube exchanger, arah aliran tidaklah
counter atau co-current melainkan crosscurrent.

1.2 Theory of Heat Exchange


Panas mengalir dari temperature tinggi ke temperature lebih rendah
berdasarkan prinsip termodinamika. Berdasarkan hokum konservasi energy,
kehilangan panas dari fluida panas akan diserap oleh fluida dingin.

1.2.1 Heat Balance


Jika temperatur inlet dari fluida dingin dan panas adalah Tc1 dan Th1 dan
temperature keluar adalah Tc2 dan Th2 secara berurutan, maka persamaan
keseimbangan panas adalah:
WhCph(Th1-Th2) = WcCpc(Tc2-Tc1)
Koefisien transfer panas keseluruhan disimbolkan sebagai U, dimana
1/UiAi = 1/UoAo = 1/hiAi + kmXm/Am + 1/hoAo
Gambar 1.1 Typical Heat Exchangers

Gambar 1.2 Sectional views of Elements of a Shell and a Tube Heat Exchanger
1.2.2 Rate of Heat Transfer
Kecepatan transfer panas bergantung pada nilai U, yang mana juga
merupakan fungsi dari koefisien lapisan transfer panas dari fluida dan
konduktivitas termal metal dari tube. Semakin besar nilai U, semakin cepat
transfer panas. Koefisien lapisan transfer panas adalah fungsi velositas dan sifat
dari fluida. Untuk velositas rendah dan Reynold Number NRe kurang atau sama
dengan maka persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan hi:
Nu = 1.86{(NRe)(NPr)(D/L)}1/3(/w)0.14
untuk velositas yang lebih besar saat aliran turbulen dan NRe sama dengan atau
lebih besar dari 10.000, maka untuk menentukan hi dapat menggunakan
persamaan berikut:
Nu = 0.027(NRe)0.8(NPr)1/3(/w)0.14
LMTD adalah kecepatan pertukaran panas (Q) yang dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Q = U A T
Dengan demikian,
Q = U A LMTD
Dimana,
LMTD = (T1 - T2) / ln (T1 / T2)
Untuk countercurrent operation,
T1 = (Th1 Tc2)
T2 = (Th2 Tc1)
Dan untuk co-current operation,
T1 = (Th1 Tc1)
T2 = (Th2 Tc2)

1.3 Fouling
Saat alat penukar panas masih baru, permukaan tube sangat bersih.
Koefisien transfer panas (U) sangat tinggi dan temperature keluaran dari fluida
panas mencapai temperature terendah yang memungkinkan, dan hasilnya, fluida
pendingin berada pada temperature maksimum saat meninggalkan alat. Namun,
setelah beberapa lama pemakaian, bahan organic dan anorganik terdeposit pada
permukaan logam, yang disebut kerak atau pengotor, mengurangi transfer panas
karena konduktivitas termal yang rendah dari logam tube. Untuk kondisi
demikian, efek pada U dapat diprediksi untuk operasi countercurrent dari
perhitungan teoritis berikut:
U = WhCph / A(1 ) ln {(Th1(1 ) + Th2 Tc1) / (Th2 Tc1)}
Dimana,
= WhCph / WcCpc

1.4 Plate Type Heat Exchanger


Penukar panas tipe plat menggunakan plat sebagai permukaan recuperator
dimana fluida panas dan dingin melewati permukaan plat yang terhubung
sedemikian rupa secara bergantian yang mana fluida panas dan dingin
dikontakkan secara terpisah tanpa pencampuran secara fisik.

Gambar 1.3 Components of a Plate Type Heat Exchanger

1.5 Extended Surface Exchanger


Saat velositas salah satu fluida rendah atau konduktivitas termalnya
rendah, kecepatan transfer panas dapat ditingkatkan dengan meluaskan area
melalui penambahn fins (sirip) dan studs (tiang).
Gambar 1.4 Fin Type and Stud Type Extended Heat Exchanger

1.6 Scraped Surface Exchanger


Ini adalah tipe khusus penukar panas double pipe dimana pipa dalamnya
memiliki diameter yang besar yang memungkinkan pengikis mekanik untuk
membersihkan permukaan pipa dalam. Tipe ini digunakan pada chiller dan
pendingin pada dewaxing plant. Lilin yang menumpuk di permukaan dalam pipa
menyebabkan kecepatan pendinginan yang rendah dan pada akhirnya dapat
menyumbat pipa.

Gambar 1.5 Scraped Pipe Chillers in a Series


1.7 Heat Exchanger Train
Untuk meningkatkan area transfer panas, lebih dari satu penukar panas
dihubungkan secara seri dimana fluida dalam tube lewat dari satu penukar panas
ke penukar panas lainnya secara berurutan. Namun penghubungan secara parallel
untuk aliran apa saja akan menurunkan pressure drop.

Gambar 1.6 Typical Heat Exchanger Trains for Crude Preheating

1.8 Pipe-Still Furnace


Pemanas tube-still digunakan dalam industry minyak dan petrokimia untuk
berbagai tujuan, seperti distilasi minyak mentah (atmosferik dan vakum),
reboiling dan preheating stok minyak, dimana pemanasan dilakukan untuk tujuan
vaporisasi. Tube-still furnace juga digunakan sebagai reactor, seperti vis-breaking
furnace, coking furnace, pyrolysis heaters pada produksi olefin, steam reformer
untuk produksi hydrogen dan lainnya. Semuanya ini adalah furnace bertemperatur
rendah (dibandingkan dengan furnace yang digunakan pada industry metalurgi,
keramik dan semen), dimana tugas panas pembakar bervariasi dari 0.5 sampai 100
juta kcal/hr dan temperature diatas 1200. Tekanan yang diijinkan sebesar 10
MPa (100 atm). Furnace ini umumnya diletakkan dalam sebuah silinder atau
kotak persegi tipe refractory-lined steel casing yang disangga struktur baja.
Pemanasnya memiliki radian section dan konveksi. Umpan mengalir melalui pipa
di section radian, menerima panas dari api pembakaran di burners. Pada section
konveksi, umpan yang masuk mendapat panas dari panas bahan bakar yang keluar
dari radian section.

Gambar 1.7 (a) Pipe-still furnace, (b) Natural Draught Circular Furnace, (c)
Natural Draught Box Furnace, and (d) Box Furnace with Force Draught with Air
Preheater (APH)

Gambar 1.8 Twin Cell Furnace


1.9 Pipe-Still Furnace Elements
Elemen umum furnace tipe pipa terdiri atas pipa dan tube, disupport oleh
pipa, refractories, burners, still shell dan elemen struktur.

1.9.1 Heater Pipes or Tubes


Pipa baja digunakan untuk proses pemanasan normal dengan nominal
diameter lubang bor bervariasi dari 2 sampai 6 in dan ketebalan bervariasi dalam
rentang 40-80 schedule. Dalam beberapa kasus, diameter dapat sebesar 8 in atau
lebih, terutama untuk proses vakum. Material konstruksi tube dipilih berdasarkan
komposisi flue gas, sifat umpan hidrokarbon dan temperatur dan tekanan operasi.

Gambar 1.9 Terrace Wall Furnace

Gambar 1.10 Multizone Pyrolisis Furnace


Campuran baja mengandung kromium, molybdenum dan nikel digunakan secara
luas sebagai material tube.
1.9.2 Refractories
Permukaan dinding dalam furnace ditutupi oleh lapisan refraktor untuk
memantulkan panas radian dari api. Lantai alumina atau lapisan refraktor
mengandung 97% alumina yang biasanya digunakan sebagai dinding re-radiating
terdiri atas refraktoris silica-alumina tinggi.

1.9.3 Burners
Burner adalah alat dimana bahan bakar dan udara dikontakkan dengan
sumber percikan atau perapian dan memungkinkan pembakaran kontinyu pada
temperatur tinggi di muaranya. Pembakaran kontinyu disebabkan oleh suplai
udara pada kamar pembakaran. Temperatur nyala api bergantung pada nilai panas
dari bahan bakar dan kecepatan pembakaran. Pada natural draught furnace, udara
primer dan sekunder mengalir karena ada perbedaan tekanan atmosfir dan gas
panas dalam furnace. Perbedaan temperatur ini disebabkan adanya perbedaan
antara temperatur atmosfir dan temperatur gas furnace.

1.9.4 Convection Zones


Pada sesi ini, umpan dipanaskan oleh flue gas panas yang keluar dari
radiant section. Sejumlah besar tube diletakkan secara countercurrent atau cross-
current ke arah aliran flue gas. Panas mengalir dari flue gas panas ke stok umpan
yang lebih dingin yang memasuki zona konveksi. Diameter pipa biasanya lebih
lebih kecil dari tubes di bagian radian.

1.9.5 Radiant Section


Pada sesi ini menggunakan kamar pembakaran dengan adanya bahan
bakar dan udara dimana panas ditransfer ke tube dari perapian dengan radiasi.
Campuran udara dan bahan bakar dibakar dengan sejumlah burner yang
didistribusi di atas cross section chamber untuk memungkinkan keseragaman
pemanasan tanpa menyentuh permukaan tube. Temperatur maksimum permukaan
pipa metal yang diperbolehkan dibatasi oleh komposisi dari campuran yang
digunakan untuk konstruksi.
1.9.6 Stack or Chimney
Cerobong adalah saluran pembuangan untuk flue gas ke atmosfir. Gas-gas
hasil pembakaran atau flue gas mengandung karbon dioksida, karbon monoksida,
sulfur dioksida, uap air, hidrokarbon yang tidak terbakar, nitrogen, oksigen dan
lainnya. Temperatur flue gas furnace kebanyakan dijaga diatas 100 agar tidak
ada embun yang menyebabkan korosi asam karena adanya gas bersifat asam
seperti sulfur dioksida, hydrogen sulfida dan merkaptan yang sangat korosif pada
fase cair.

1.10 Operation of Furnace


Furnace diletakkan diatas permukaan tanah untuk memberikan cukup
ruang untuk memfasilitasi penyinaran burner, mengawasi perapian melalui kaca,
pengisapan udara untuk jalan masuk udara pembakaran, pembuangan steam dan
gas inert dari radiant box, perawatan fasilitas burners dan lainnya. Kaca lihat
disediakan untuk melihat ke dalam radian section untuk memonitor dan
menyesuaikan api di ujung burner.

1.11 Draught in a Furnace


Kolom udara diluar furnace pada temperature ambien memiliki tekanan
yang lebih tinggi dari kolom gas panas dalam furnace chamber dan sebagai akibat
dari perbedaan tekanan ini, udara masuk ke kamar pembakaran melalui register
udara.

1.12 Furnace Design By The Wilson, Lobo and Hottel Method


Transfer panas dianggap sebagai kombinasi radiasi dan konveksi.
Berdasarkan persamaan Wilson, Lobo dan Hottel, fraksi (R) panas dihasilkan oleh
pembakaran yang diserap oleh tube sebagai berikut:
1.12.1 Furnace Design By The LOBO and Evans Method
Desain peralatan dapat dilakukan dengan 2 cara: 1) menggunakan aturan
teori fundamental dan batasan yang diinginkan atau 2) mempelajari desain
peralatan yang sudah ada dan pemeriksaan untuk memenuhi persyaratn yang
diinginkan. Langkah-langkah desain pada metode ini dirangkum sebagai berikut:
1. Asumsikan sebuah furnace tipe sirkular atau kotak dan beri data desain
seperti jumlah tube dalam satu baris, nomor baris, jarak tubes, diameter
tube dan panjang tube.
2. Tentukan luas permukaan pendinginan efektif (ACP) dan total luas
area (AT), hitung luas radiasi efektif (AR = AT - ACP).
3. Tentukan mean beam length, yang mana didefinisikan sebagai panjang
rata-rata sinar radiasi dari pengapian dan dievaluasi dari dimensi
furnace sebagai

4. Tentukan tekanan total dari CO2 dan uap air (P) dari rasio C/H bahan
bakar dan persentase udara berlebih yang digunakan.
5. Tentukan effective flame emissivity (), yang diperoleh dari nilai
tekanan produk (P dan panjang sinar (L) yaitu (PL), asumsikan
temperatur api dan temperature permukaan tube.
6. Tentukan overall exchange factor (), yang menentukan transfer panas
radiasi dan konveksi dan nilai () dan rasio dari AR/ACP.
7. Tentukan kecepatan pembangkitan panas (Q) karena pembakaran
bahan bakar dan tentukan penyerapan fraksi pada zona radiasi
menggunakan persamaan fraksi.
8. Tentukan kecepatan factor absorpsi panas:

9. Periksa temperature api dari kecepatan factor absorpsi panas


BAB II
Distillation and Stripping

2.1 Process of Distillation and Stripping


Distilasi adalah proses dimana substans volatile pada campuran dipisahkan
dari substans yang kurang volatile. Pemisahan ini dapat dilakukan baik dengan
menguapkan campuran liquid atau dengan mengkondensasi campuran uap. Pada
praktek distilasi, cairan mengandung substansi volatile dipanaskan untuk
menghasilkan uap yang akan dipisahkan dari campuran diikuti proses kondensasi
uap sebagai distilat. Residu yang tersisa kaya akan komponen kurang volatile.
Pemisahan komponen bertitik didih rendah dalam jumlah yang sedikit dengan
pemanasan atau menggunakan steam atau dengan gas disebut stripping.

2.2 Batch Distillation

Batch distillation dilakukan untuk pengujian dan analisa proses pemisahan


skala kecil. Pada refinery dan industry petrokimia, distilasi dilakukan secara
kontinyu untuk pemisahan skala besar. Minyak menyah dan produknya dianalisis
dengan ASTM dan analisa distilasi TBP yang adalah batch processes. Pada proses
distilasi ASTM, sejumlah sampel perlahan dipanaskan dalam tabung untuk
memisahkan uapnya, yang kemudian dikondensasi dan dikumpulkan sebagai
fraksi. Pada proses ini, fraksi didih dengan peningkatan titik didih (bubble point)
dikumpulkan bersamaan dengan peningkatan temperatur tabung. Pada proses
distilasi TBP, sampel dipanaskan dalam tabung sama dengan ASTM tapi
menggunakan kolom panjang yang dilapisi material pelapis. Uap yang dipisahkan
dari cairan dikondensasi dan sebagian dikembalikan (refluxed) ke tabung dan
sebagian dikumpulkan sebagai fraksi.

2.3 Boiling Point and Equilibrium Diagrams


Teori distilasi paling mudah dipahami dari analisis dua komponen (binary
components) yaitu proses distilasi dua komponen. Anggap campuran binary dari
dua komponen volatil, A dan B, dimana A lebih volatil dari B. jika uap dan cairan
berada dalam kesetimbangan, maka komposisi A dalam fase uap-cair menjadi
fungsi temperatur, T, pada tekanan total konstan. Pada gambar 2.1 plot temperatur
dan komposisi A pada fase uap-cair dapat dilihat. Hal ini disebut diagram titik
didih komponen, dimana y dan x adalah fraksi mol A pada fase uap-cair. Plot dari
y dan x dikenal sebagai equilibrium diagram (Gambar 2.2). komposisi uap (y)
dan komposisi cairan (x) dihubungkan oleh relative volatility () berikut:

Gambar 2.1 Boiling Point Diagram

Gambar 2.2 Vapour-liquid Equilibrium Diagram


2.4 Theory of Distillation
Anggap campuran uap dua komponen volatil, A dan B, memiliki titik
didih 50 dan 100, yang dikontakkan dengan campuran cainya (reflux) yang
jatuh dari plate seperti pada gambar 2.3. jika temperature uap dan cairan adalah
120 dan 60, B akan terkondensasi dari aliran uap saat temperature cairan
lebih rendah dari titik didihnya dan akan bergabung dengan aliran cairan.
Sedangkan, A dari aliran cairan akan menguap saat temperature uap lebih besar
dari titik didihnya dan bergabung dalam aliran uap.

Gambar 2.3 Separation of a more volatile component A from a mixture of A and B


by simultaneous heat and mass transfer processes in a distillation with reflux

2.5 Continuous Distillation


Distilasi kontinyu biasanya dilakukan di kolom berlapis. (plated columns).
Anggap plated column yang berisi sejumlah plates (nt), masing-masing membawa
aliran uap dan cairan dalam kesemtimbangan. Piringan kolom dilengkapi bubble
caps untuk kenaikan uap dan downcomers disediakan untuk jalur turun cairan.
Plate masuk umpan membagi kolom menjadi dua bagian berbeda, disebut bagian
rectification dan stripping, untuk bagian atas dan bawah. Uap dari plate atas
dikondensasi oleh kondensor (biasanya pendingin air) dan kondensat
dikumpulkan dalam sebuah tangki, dikenal sebagai reflux drum, yang dimana
sebagian kondensat di kembalikan ke puncak kolom. Kondensat diambil dari
reflux drum sebagai produk dan disebut distilat atau top product. Cairan residu
dari bawah kolom masuk ke reboiler, yang memanaskan kembali sebagian atau
menguapkan cairan kembali ke bottom plate.

Gambar 2.4 A Distillation Cplumn with Plates and Sections

2.5.1 Top Reflux Drum


Asumsikan bahwa uap dari top plate semuanya terkondensasi menjadi
cairan, sehingga kondensor adalah total condenser. Jika kecepatan uap
meninggalkan top plate adalah V mol/time, maka
V=L+D
Dimana L adalah kecepatan reflux dalam mole per waktu dan dinyatakan sebagai
fraksi dari distilat RD, dimana R adalah reflux ratio, yaitu rasio L terhadap D,
R = L/D. sehingga persamaan neraca massa untuk aliran uap dan cairan masuk
dan keluar reflux drum adalah:
V = RD + D = (R + 1)D
Jika komposisi uap A dari top plate adalah y1, maka neraca massa komponen A
adalah:
Vy1 = (R + 1)xd
Sehingga,
y1 = xd

2.5.2 Rectification Section


2.5.2.1 Stream Leaving the Envelope under Study
Overhead distillate melaju pada kecepatan D mol/waktu, dengan xd fraksi
mol dari komponen yang lebih volatil dan cairan meninggalkan enveloped section
dari n plate pada kecepatan Ln mol/waktu dengan xn fraksi mol dari komponen
yang lebih volatil.
Secara keseluruhan aliran yang meninggalkan section adalah (Ln +
D)mol/waktu dan mol dari komponen yang lebih volatil adalah (LnXn + DXd).

2.5.2.2 Streams Entering the Envelope under Study


Pada kondisi steady state, neraca massa keseluruhan: total mole yang
masuk dan keluar enveloped section harus sama, dan neraca massa komponen:
mole komponen yang lebih volatil masuk dan keluar enveloped section harus
sama.

2.5.2.3 Reboiler
Reboiling dilakukan dalam berbagai metode. Sebagai contoh cairan bawah
dididihkan dengan coil uap yang terendam atau dengan memanaskan melalui
furnace. Jika uap yang dihasilkan dari reboiler memiliki kecepatan dan
komposisi Vb dan yb, dan kecepatan dan komposisi cairan yang diambil adalah B
dan xb maka neraca massa total dan komponen adalah:
Lnt = Vb + B
Lntxnt = Vbyb + Bxb
2.5.2.4 Stripping Section
Seksi ini berisi plate umpan dan plate bawah hingga ke dasar kolom.

2.5.2.5 Feed Plate or Flash Zone


Ini adalah plate tempat umpan masuk. Plate ini tidak dapat menjalankan
pemisahan yang setimbang, justru uap dan cairan berada pada kondisi turbulen
karena interaksi uap dan cairan yang masuk bersamaan dengan uap reboiler dan
cairan reflux. Biasanya, agar memungkinkan pemisahan uap, disediakan ruang
yang lebih besar antara plate umpan dan plate di atas untuk mengakomodir
seluruh uap dan cairan yang masuk.

2.5.2.6 Evaluation of Fraction Vaporised (f) from the Quality of the Feed
Entalpi uap dan cairan pada titik didih (Tb) adalah Hv dan h1 adalah:

2.6 McCabe-Thiele Method


Solusi grapikal dibuat secara sistematis menggunakan asumsi McCabe-
Thiele. Untuk konstruksi garis operasi untuk plate di rectification section: di
distilasi kolom komposisi uap dan cairan yang meninggalkan tiap plate dapat
ditentukan dengan teknik grafikal. Gambar diagram keseimbangan pada kertas
grafik seperti pada gambar 2.5, dimana fraksi mol uap adalah sepanjang sumbu y
dan fraksi mol cairan sepanjang sumbu x. Semakin panjang garis horizontal dan
vertical yang digambar dalam menentukan lokasi komposisi plate selanjutnya
pada garis operasi, semakin besar pemisahan uap-cair dan lebih sedikit plate yang
dibutuhkan untuk pemisahan yang diinginkan.
Gambar 2.5 OEG, the equilibrium; DAC, the operating line for the rectification
section; EAF, the feed line; AB, the operating line for the stripping section;
OBFDG, the y = x line

2.6.1 Operating Line for the Feed Section or Feed Line


Garis umpan didapatkan dari persamaan berikut:

2.6.2 Operating Line and Plates for the Stripping Section


Semakin besar kecepatan reflux, semakin sedikit jumlah plate yang
dibutuhkan untuk pemisahan. Dengan demikian, jumlah plate akan menjadi
minimum pada saat total reflux, yaitu D = 0.
Jumlah plate minimum dapat ditentukan menggunakan persamaan Fenske
berikut:

Dimana ln AB adalah volatilitas relatif A dengan mengindahkan B, seperti pada


persamaan:
Jumlah plate akan menjadi tak hingga saat R = 0, dan ini dapat dibuktikan dengan
mengamati slopes. Jika garis operasi memotong atau tangensial terhadap kurva
keseimbangan, jumlah plate akan menjadi sangat besar sebelum reflux mencapai
nol. Pada kenyataannya sebuah distilasi kolom tidak bisa beroperasi pada zero dan
total reflux, namun pada rasio reflux tertentu yang ditentukan oleh biaya operasi.

2.7 Enthalpy Balance Method


Perhitungan kolom distilasi menggunakan entalpi dan neraca massa lebih sesuai
dibandingkan metode McCabe-Thiele. Disini, kecepatan cairan dan uap dari tiap
plate ditentukan bersamaan dengan temperatur plate.

2.7.1 Reflux Drum


Neraca massa keseluruhan:

Neraca massa komponen:

Neraca entalpi:

Asumsikan kondensasi total, y1 = xD:

2.7.2 Top Plate


Dari nilai H1, temperature puncak dan komposisi cairan seimbang (x1) sesuai
dengan y1(=xD) dan entalpi cairan pada plate (h1) didapat.
Neraca massa total:

Neraca massa komponen:


Neraca entalpi:

2.7.3 Reboiler
Neraca massa total:

Neraca massa komponen:

Neraca panas:

Menentukan temperatur bubble point dan mencari komposisi keseimbangan yang


sesuai dari komposisi cairan, xB, dimana:

2.7.4 Numerical Solution


Untuk total kondensor, y1 = xd = 0.974. Komposisi cairan pada plate puncak
dalam keseimbangan adalah:

Komposisi uap meninggalkan plate kedua didapat dari neraca massa,

2.7.5 Types of Reflux


External reflux adalah bagian dari aliran uap dan cairan yang dipisahkan
dari kolom, didinginkan (oleh external coolers atau kondensor), dan dikembalikan
ke kolom. Reflux yang kembali dari luar ke kolom adalah external reflux. Aliran
uap meninggalkan top plate kolom dikondensasi oleh pendingin air dan
dikumpulkan dalam drum reflux. Kondensat diambil sebagai produk puncak atau
distilat dan sebagian dari ini, dikenal sebagai overhead atau top reflux,
dikembalikan ke puncak kolom. Karena itu overhead reflux adalah external reflux.
2.7.6 Internal Reflux
Sebagian komponen volatil pada aliran uap terkondensasi saat komponen tersebut
naik ke atas kolom bersamaan dengan turunnya temperatur pada plate di atas.
Kondensat ini kemudian jatuh ke plate di bawah, yang kemudian diuapkan
kembali dan dikondensasi di plate atas. Proses ini terulang terus-menerus dan
alirannya dikenal sebagai internal reflux.

2.7.7 Minimum Reflux


Jika reflux meningkat, distilat menjadi lebih kaya akan komponen volatil
untuk kolom dengan jumlah plate tertentu. Semakin tinggi reflux, semakin besar
biaya pemompaan, kecepatan distilat lebih kecil, tugas pemanas semakin besar
dan sebagainya, menyebabkan biaya operasional meningkat seiring meningkatnya
kecepatan reflux. Sebaliknya, jika reflux dikurangi, jumlah plate dalam kolom
yang dibutuhkan untuk menjaga tingkat enrichment komponen yang lebih volatil
pada top product harus meningkat, menyebabkan tingginya biaya peralatan.
Untuk mengurangi biaya operasional, kecepatan reflux diminimalisir agar total
biaya menjadi minimum.

2.8 Gap and Overlap


Pada distilasi petroleum, produk yang dipisahkan dari kolom distilasi
adalah campuran hidrokarbon, dan penggunaan konstanta VLE (k) tidak pasti,
meski nilai rata-ratanya dapat digunakan untuk fraksi ringan. Tingkat pemisahan
dan kualitas produk dinyatakan sebagai gap atau overlap dari aliran yang
dipisahkan. Gap diartikan sebagai perbedaan antara 5% dan 95% dari fraksi berat
dan ringan.

2.9 Packies Correlation


Packie mengembangkan hubungan antara jumlah plate dan rasio internal
reflux antara aliran samping sebagai fungsi gap/overlap.
Tabel 2.1 Typical Packies CorrelationHeat

Anda mungkin juga menyukai