Anda di halaman 1dari 20

AMUK SEMESTA

ABDUS SALAM: NOBELIS MUSLIM PERTAMA


Fisikawan Brilyan Yang Dipersekusi
Diterjemahkan dan disadur
dari buku karya GORDON FRASER
Oleh:

IMANSYAH PUTRA, S.Si, M.Si

Kelompok Studi Filsafat dan Sains Lanjut


Ocu Madani
Bangkinang Kota
2020
i
ii
Sekapur Sirih dari Penerjemah

Amuk alias kemurkaan semesta adalah judul dari Biografi ilmuwan hebat ini. Judul
yang sangat baik untuk memerikan bentangan riwayat hidup seorang Prof. Abdus
Salam. Ya jalan hidup seorang Salam adalah jalan panjang dari seorang bocah se-
derhana di Kota Jhang di Paksitan untuk tampil di panggung tertinggi pentas sains
dunia, meraih hadiah puncak Nobel di bidang Fisika.
Perjalanan dari titik terendah menuju hall of fame adalah perjuangan berdarah dan
penuh luka. perjalanan dari seorang prajurit satu hingga menjadi jendral bintang lima
dinas ketentaraan sains adalah perjalanan yang membutuhkan jiwa dan tekat sekeras
dan sekuat baja. DAN ITU PASTI TIDAK MUDAH!!
Dan seorang Salam telah melewati itu semua. Dari mana energi yang begitu besar
untuk memiliki ketekunan dan kekuatan semangat yang begitu dahsyat untuk meng-
hajar semua rintangan besar yang ada? maka judul buku ini menggambarkan dengan
baik semuanya, yaitu dari RASA MURKA YANG AMAT BESAR, rasa amat murka
yang besar akan ketidakadilan dunia. Ketidakadilan dunia adalah tema besar tantang-
an hidup seorang salam, ketidakadilan karena ia orang rendah, ketidakadilan bahwa
dia dari dunia ketiga, ketidakadilan bahwa dia berkeyakinan berbeda ditengah dunia
muslim, semua itu mengkristal menjadi amarah yang besar. Namun amarah seorang
Salam adalah amarah seorang pecinta ilmu pengetahuan. Amarah yang ia simpan de-
ngan baik untuk menjadi sumber energi dahsyat untuk bekerja keras, semakin marah,
semakin ia tenggelamkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, semakin menggali rahasia
alam semesta, dan semakin menunjukkan jiwa berbelas kasih kepada bibit unggul ilmu-
wan muda dari dunia ketiga yang penuh keterbatasan seperti dirinya. ya kemarahan
seorang salam adalah kemurkaan yang Indah. hendaklah demikian kita melampiask-
an kemurkaan kita dan ajarkanlah anak didik kita untuk melampiaskan rasa amarah
mereka yang besar atas ketidakadilan dunia dengan penggalian hebat kedalam kawah
candra dimuka ilmu pengetahuan.
Nisan kuburan Prof Salam di Lahore berkali-kali di ganggu orang dengan meng-
hapuskan kata “islam” dari tulisan nisannya. Ini semua karena beliau berkeyakinan
Ahmadiah, suatu sekte yang hari ini dianggap bukan bagian dari aliran resmi islam
yang diterima. Tidak heran beliau dipersekusi di Pakistan yang mayoritas muslim-
nya adalah Suni dan sebagian kecilnya lagi Syii. Namun demikian bukan kapasitas
penerjemah untuk menilai kesahihan keyakinan Prof. Salam karena apa yang menarik
bagi penerjemah untuk mengurai biografi beliau ini bukanlah soal keotentikan keisla-
mannya namun lebih kepada sepak terjang beliau dalam sains serta bagai mana beliau

iii
iv

mengatasi kendala yang ada demi cita-citanya yang tinggi.


Kalaupun ada sisi relijiusitas yang menarik dari beliau, penerjemah menilai itu
terdapat pada sisi keyakinan beliau yang kuat kepada alquran sebagai sumber insfirasi
terbesar untuk terus menggali rahasia besar tanda-tandaNya di alam semesta. Dari
titik ini penerjemah yakin, bahwa keyakinan beliau yang tidak “mainstream” tidak
perlu menjadi concern kita yang serius karena kita hanya peduli kepada hal-hal yang
jelas beliau tampilkan, yaitu prestasi besar sains akibat motivasi dan semangat alquran
untuk merenungi dan menggali rahasia tanda-tanda Allah di alam semesta.
Memang demikianlah sebaiknya cara kita membaca biografi para ilmuwan besar,
yaitu harus pandai-pandai mengambil sisi positif mereka, karena sejatinya dalam kehi-
dupan ini tak ada manusia yang sempurna sebagai mana istilah tak ada gading yang
tak retak. Kecuali para nabi dan rasul yang sudah jelas-jelas ditegaskan dalam kitab
suci kesempurnaan mereka.
Suatu hal yang amat menarik untuk dicatat dalam hal ini, bahwa tidak pernah ada
usaha Abdus Salam untuk membela secara argumentatif rasional keyakinan Ahamdi-
yahnya itu layak menjadi isyarat ada “sesuatu behind the scene” di sini. Kita ketahui
klaim dari Mirza Ghulam Ahmad begitu fantastis, pertama ia mengaku wali Allah,
kemudian mengaku Rasul, kemudian mengaku juga al masih. Pengakuan fantastis itu
tentu tidak mungkin begitu saja ditelan bulat-bulat oleh seorang yang berakal sangat
cerdas seperti Abdul-Salam.
Namun hemat pribadi penerjemah, apa yang terjadi pada Abdul Salam adalah se-
perti apa yang terjadi pada Einstein. Yaitu dia hidup disebuah lingkungan dan tradisi.
Sebagai mana Einstein dibesarkan dalam tradisi keyahudian, maka Abdus Salam hidup
dalam tradisi Ahmadi, dan seseorang sulit begitu saja melepas akar dan asal muasal-
nya. Dan salam adalah seorang yang amat menghormati dan mencintai ayahnya, yang
merupakan seseorang yang penting dalam lingkungan ahmadi Pakistan. Apakah abdul
salam punya keyakinan yang berbeda dengan lingkungannya? sangat mungkin hemat
penerjemah karena tidak pernah ada usaha Salam untuk membela secara rasional ke-
yakinan ahmadiyah yang ia anut secara KTP itu. Namun ini hanya pendapat pribadi
penerjemah karena penerjemah tidak berkompeten menyelidiki keyakinan sejati sese-
orang.Namun demikian, keyakinan abdul salam kepada kebenaran alquran sungguh
rasional dan argumentatif karena dalam banyak kesempatan beliau selalu menjelaskan
bahwa alasan utama usaha keras beliau mencari sebuah teori terpadu gaya fundamen-
tal alam adalah argumentasi Tauhid yang ada dalam alquran. Namun sekali lagi ini
hanya bersifat dugaan, dan hakikatnya hanyalah Allah swt yang maha mengetahui.
Wallahua’lam bishawaf.
Patut juga diketengahkan suatu pendapat yang cukup ekstrim yang mengatakan
bahwa Salam pada hakikatnya sebagai mana banyak ilmuwan rasional barat adalah
Ateis. Namun bagi penerjemah pribadi pendapat ini bisa ditepis karena pembelaan
Salam yang begitu berapi-api kepada islam dan alquran sangat sulit jika berakar dari
kepura-puraan. Ilmuwan sejati kebanyakan tak pandai berpura-pura. Itulah sebabnya
ia tidak berpura-pura untuk membela Ahmadiyah. Kekecewaan beliau yang menjadi
latar belakang beliau meninggakan pakistan dan balik ke Inggris bukanlah semata ka-
v

rena keluarnya surat keputusan kementrian agama Pakistan yang menilai Ahmadiyah
sesat, namun lebih karena kecewa akan persekusi yang akan di alami oleh orang-orang
yang ia cintai serta demi kebebasan dan peluang akademik yang lebih besar di Inggris.
Soal ini akan menjadi panjang lebar dan memerlukan riset mendalam. Namun sung-
guhpun begitu Salam adalah ilmuwan yang lahir dari masyarakat Islam juga. Bagai
manapun cara ia mempersefsikan islam, Salam tetap bagian dari sebuah kekayaan umat
Islam yang harus disikapi secara arif bijaksana serta penuh kata kedamaian, karena Is-
lam itu adalah Salam, keselamatan bagi setiap hamba yang salam, yang pendamai arif
dan bijaksana. Dan usaha menghafus tulisan “Islam” dari Nisan Kuburnya tidak akan
mampu juga menghafus jejak salam dalam jasanya kepada Islam dengan menunjukkan
bahwa orang yang percaya kepada alquran bukanlah orang yang anti sains dan tidak
punya semangat kemajuan.

Bangkinang, Oktober 2020

Imansyah Putra
Daftar Isi

1 Sebuah Sorban di Kota Stockholm 1

2 Permadani di Anak Benua 5

3 Sejarah sang Foton 6

4 Kilas Balik 7

5 Spin dan Statistik 8

6 Sejarah sang Foton Berlanjut 9

7 Kondensasi Bose 10

Daftar Pustaka 10

vi
Daftar Gambar

vii
Kata Pengantar

“Ada air pasang dalam kehidupan manusia yang membawa kepada banjir
yang menghanyutkannya ke daratan kemujuran. Jika ia tiada, semua per-
jalanan kehidupan akan dangkal dan menyedihkan”
William Shakespeare, Julius Caesar

Dalam biografi Primo Levi yang begitu apik, Ian Thomson sang pengarang menulis
“sangatlah luarbiasa sulitnya untuk untuk mengarang sebuah narasi dari fakta-fakta
tak lengkap kehidupan seseorang”. Bahkan lebih sulit lagi dalam menulis biografi se-
seorang seperti Abdus Salam, yang kehidupannya membentang dalam berbagai tema
terpisah dan dalam dunia yang berbeda, sehingga urutan kesejarahan tradisional men-
jadi mustahil. Dan demi alasan yang akan diterangkan kemudian, buku ini tidak akan
dibaca serupa sebuah diari.
Sains mendukung keseluruhan dunia kita dan mengatur gaya hidup kita, namun–
asing serta sulit dalam bentuk matematisnya—merupakan cabang kebudayaan yang
telah terabaikan. Para ilmuwan yang telah merubah pandangan dunia kita tentang
Kosmos seringkali dibayangi oleh para selebritis yang secara superfisial tampak mem-
beri sumbangan lebih kepada gelombang pasang yang mempengaruhi kehidupan ba-
nyak manusia itu. Namun Abdus Salam bukanlah sosok ilmuwan Cinderella semacam
itu.
Science underpins the whole of our world and governs our lifestyle, but – remote
and diffi cult in its mathematical form – has become a neglected branch of culture.
Scientists who change our view of the cosmos are overshadowed by celebrities who
superfi cially appear to contribute more to the tides that aff ect the aff airs of men.
Abdus Salam was no such Cinderella scientist.

viii
Bab 1

Sebuah Sorban di Kota Stockholm

Pada 3 Juni 1925, Chaudry Muhammad Hussain bermimpi. Biasanya mimpi de-
mikian akan cepat menguap tanpa meninggalkan jejak, namun mimpi yang satu ini
membuatnya terkejut, kejelasannya terukir dalam ingatannya. Tanggalnya juga ia
ingat baik–hari itu hari libur resmi, hari lahirnya penguasa India, raja Inggris George
V. Sebaliknya, kehidupan sehari-hari di pasar kota Jhang di provinsi Punjab India
berlangsung sebagai mana biasa kebiasaan yang berlangsung berabad lamanya. Listrik
dan berbagai prasyarat kehidupan yang penting belum hadir. Di lingkungan sekitar,
lembu kurus bergerak susah payah dalam lingkaran untuk menghela roda kayu yang
akan menumpahkan air ke saluran irigasi. Masih tak lepas dari kekangan beroda, he-
wan itu pun menarik pedati disepanjang jalan-jalan yang berlubang-lubang. Di depan
rumahnya yang terbuat dari tanah liat, para wanita memasak dengan tungku terbuka
berbahan bakar kotoran sapi kering, yang mana mereka kepal-kepal dengan tangan
lalu dijemur dengan panas matahari. Ada beberapa sepeda yang reyot. Salah satu
tanda langka bahwa era industri telah tiba, British Raj1 telah membangun sebuah
jalur kereta yang melewati kota, yang menghubungkannya dengan kota Lahore, dua
ratus mil ke timur, dan tibanya secara berkala harian koran dan surat di stasiun Jhang
adalah peristiwa utama. Aliran air sungai Punjab yang dahsyat telah disalurkan ke-
pada sebuah rancangan irigasi yang amat luas, namun para petani yang miskin masih
menggarap tanah kepemilikan mereka yang sempit dan menjaga hewan ternak mereka.
Dalam dunia yang menjemukan inilah, Chaudry Muhammad Hussain adalah seorang
guru sekolah kampung, mengajarkan pelajaran dasar bahasa inggris dan matematika
kepada anak-anak di sebuah kelas yang nyaris kosong dari perabotan. Dalam Islam,
mimpi yang terasa begitu nyata bukanlah untingan dari imajinasi alam bawah sadar,
karena dalam visi semacam itulah Allah swt menyingkapkan dirinya sendiri kepada
Muhammad2 , yang kemudian bangun lalu merubah dunia. Quran suci, yang meru-
pakan firman Allah yang diwahyukan kepada Muhammad, mendorong orang beriman
1
Kemaharajaan Britania di tanah jajahan India (Penerjemah)
2
Maksud pengarang adalah proses wahyu yang diterima nabi dalam bentuk mimpi yang benar
namun ini masih perlu didiskusikan lagi agar tidak salah faham karena dalam pemahaman islam yang
mainstream ahlusunnah waljamaah wahyu akan berhenti kepada nabi Muhammad saw sedangkan
dalam keyakinan Ahmadi masih terus berlangsung hingga kiamat (penerjemah)

1
BAB 1. SEBUAH SORBAN DI KOTA STOCKHOLM 2

untuk mencari pemahaman. “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka, Kami kelu-
arkan dari tumbuh-tumbuhan tanaman yang menghijau3 ”. Dan juga “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah tu-
runkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan4 .” Dalam mimpinya itu,
Chaudry Muhammad Hussain mendapat kabar gembira bahwa anaknya kelak akan
merenungi dan menafsirkan tanda-tanda alam semesta tersebut yang mana tak seora-
ngpun sebelumnya melakukan yang seperti itu.
Bagi Chaudry Muhammad Hussain, keluarga adalah satu-satunya wahana yang
bisa diandalkan bagi jaminan sosial. Bahkan untuk seorang guru sekolah, keberadaan
mereka senantiasa dibayang-bayangi oleh kemelaratan. Gaji baik dari pemerintah atau
dari komunitas relijius adalah langka. para orang tua akan membesarkan anak-anak,
sebanyak mungkin karena ketika itu tingkat kematian sangat tinggi, dan hanya anak
yang kuat yang kelak akan mampu merawat orang tua mereka di usia tua. Anak yang
lebih tua juga akan menjaga anak yang lebih muda. Dengan melahirkan di pondok yang
penuh lumpur, didampingi hanya oleh ibu atau saudari perempuannya, banyak wanita
meninggal ketika melahirkan atau akibat komplikasi lanjutan selama enam minggu
masa persalinan tradisional mereka. Chaudry Muhammad Hussain, yang lahir pada
1891 tahu betul ini semua.
Ayahnya, Gul Muhammad, dihormati oleh masyarakat sebagai seorang ulama dan
hakim, atau seorang penyembuh, namun begitu pendidikannya selaku dokter ternyata
tak membuatnya mampu menyelematkan istrinya, yang meninggal ketika Muhammad
Hussain (gelar kehormatan Chaudry hanya belakangan ia peroleh, sebagai sebuah sta-
tus sosial) masih kecil. Muhammad Hussain dibesarkan bersama dengan saudaranya
Ghulam Hussain, yang berumur 17 tahun, di rumah pamannya, di mana tidak ada anak
lain. Hidup Muhammad Hussain yang kesepian kemudian berubah di tahun 1922, ke-
tika ia menikahi Saeeda Begum lalu mempunyai seorang putri, Masooda, pada 1924.
Ketika sang putri baru berumur 6 minggu, Saeeda Begum meninggal dan Muhammad
Hussain kembali sendiri, namun dengan seorang putri yang harus disokong. Meskipun
ia telah terbiasa dengan kesedihan dan penderitaan, umurnya masih 33 tahun, terlalu
muda untuk tetap menduda: Putrinya yang piatu juga tidak terlihat berkembang baik,
hingga kemudian ada sedikit pertolongan. Setelah Imam dari komunitasnya mengak-
tifkan sebuah sistem jaringan, sebuah pesan pun tiba dari sebuah keluarga jauh di
Santokdas, 60 mil ke selatan Jhang, anggota dari suku Pathan Kukezai. Muhammad
Hussain pun menikahi Hajira Begum pada 12 May 1925: Pasangan tersebut tinggal di
rumah orang tua pengantin selama 40 hari bulan madu tradisional.
Dalam mimpinya, Muhammad Hussain telah melihat bahwa anaknya yang akan
3
Al An’am:99 (penerjemah)
4
Al Baqarah 164 (Penerjemah)
BAB 1. SEBUAH SORBAN DI KOTA STOCKHOLM 3

datang adalah laki-laki, anak laki-laki pertama yang akan membawa kejayaan kepada
Tuhan dan kehormatan kepada keluarga. Namun ia bukanlah seorang ksatria dan juga
bukan seorang pedagang yang kaya: Capaiannya hanyalah melalui kebijaksanaan dan
intelek yang lebih berdaya dibanding pedang apapun ataupun uang. Dalam sebuah
dunia di mana kaya akan tradisi namun lemah dalam rangsangan visual, Chaudry Mu-
hammad Hussain menceritakan kembali mimpinya kepada keluarganya serta Imamnya,
yang terkesan oleh kejernihan dan kejelasan rincian empatiknya. Muhammad Hussain
segera mulai membuat persiapan. Dalam mimpi tersebut, satu malaikat berkata pada-
nya bahwa anak itu dipanggil Abdus Salam, nama sederhana namun terhormat. Ketika
sang anak lahir pada 29 Januari 1926, Muhammad Hussain meminta nasehat untuk
nama sang anak dan menulis surat kepada pemimpin agamanya, yang mengingatkan
Muhammad Hussain kepada mimpinya itu. “Ketika Tuhan sendiri yang memberikan
nama, bagai mana bisa kita akan ikut campur,” tegurnya.
Agama Islam mengatributkan Allah, yang maha perkasa, dengan 99 nama, yang
mana pengucapannya adalah sebuah zikir yang kuat, sebuah tasbih lisan. Dalam laku
ibadah semacam ini, setiap atribut Atribut nama Allah di mulai oleh kata sandang
khusus arab “al” yang memberikan, misal, Al-Aziz, yang maha perkasa, Al Malik,
yang maha berkuasa, al-Hakim, yang maha bijaksana. Dalam zaman dahulu, permo-
honan kepada nama-nama ini menghasilkan dewa-dewa yang terpisah untuk masing-
masingnya, masing-masingnya layak untuk ditujukan persembahan sendiri. Namun 99
nama yang disembah dalam Islam adalah menekankan kepada keesaan absolut, yang
maha menguasai dan mengatasi, hanya satu, yang maha melihat dan maha meliputi.
Adapun kata arab “Abd,” artinya pelayan atau seorang hamba, ketika dikombina-
sikan dengan 99 nama Allah, akan membuka 99 kemungkinan nama-nama yang mulia
bagi umatNya. Tak ada stigma yang terkait dengan memiliki salah satu dari nama
tradisional ini. Sebaliknya, nama semacam itu sangat dihormati. Dalam bahasa Arab,
vokal pendek disisipkan alih-alih ditulis, dan dalam banyak kasus juga tergantung
kepada konsonan yang mengiringinya, sehingga “hamba yang Maha Perkasa” adalah
Abd-ul-Aziz. Kata sandang tertentu “ul” dan “al” termasuk kepada kata benda ke
dua, yang merupakan sifat Allah. Di Barat, kata sandang ini telah direnggut dari kata
bendanya, dan nama tersebut terdistorsi menjadi Abdul Aziz, yang mengimplikasikan
secara tidak logis nama yang pertama, Abdul, dan nama yang kedua Aziz. Kenda-
tipun demikian, nama sesungguhnya tetap dibangun dari pasangan kata benda, satu
dari 99 cara untuk mengatakan “hamba Allah.” Sifat Allah lainnya adalah As-Salam,
“yang maha (sumber) keselamatan,” sehingga salah satu dari 99 nama mulia terse-
but adalah Abd-us-Salam, “hamba dari yang maha menganugrahkan keselamatan,”
nama dari mimpinya Chaudry Muhammad Hussain yang ia berikan pada anak laki-
lakinya yang pertama. Dalam pilihan nama ini, tidak hanya huruf vokal dari kata san-
dang pasti yang dipengaruhi oleh konsonan yang mengiringi, namun juga “l” dari kata
sandang pasti telah termodulasi menjadi “s”, yang memberikan penggabungan yang
halus. Dalam bentuk tulisan, huruf “l” dipertahankan, sebagai Abd-ul-Salam–Abdul
Salam. Akhirnya anak laki-laki Chaudry Muhammad Hussain yang lain juga diberikan
nama-nama mulia semacam ini–Abd-us-Sami (Hamba Allah yang maha mendengar);
BAB 1. SEBUAH SORBAN DI KOTA STOCKHOLM 4

Abd-ul-Hamid (Hamba Allah yang maha terpuji), Abd-ul-Majid (Hamba Allah yang
maha mulia), dan juga anaknya yang kembar Abd-ul-Qadir (Hamba Allah yang maha
menentukan taqdir) dan Abd-ur-Rashid (Hamba Allah yang maha membimbing), dan
Abd-ul-Wahab (Hamba Allah yang maha menganugrahkan).
Chaudry Muhammad Hussain juga mengikuti sebuah tradisi muslim untuk tidak
menggunakan nama warisan keluarga (nama keluarga/marga/nama kedua/nama be-
lakang). Nama keluarga diciptakan kemudian karena lebih banyak orang dari pada
nama depan yang tersedia. Dengan nama Arab yang pendek-pendek, seperti sekelom-
pok nama yang ditambahkan dalam konstruksi 99 abd yang mungkin, nama marga
terindikasi melalui kata bin, atau ibn, yang berarti “anak dari’.” Sehingga Ibnu Saud
menunjukkan nasab dari pihak ayah, yang sangat mengingatkan kebiasaan patronimik5
orang Russia yang sangat menarik (Andrei Dimitriyevich Sakharov), atau menunjukk-
an kepada ikatan yang mendalam kepada kesukuan. Ketika seorang yang berlidahkan
bahasa arab mencapai kedewasaan dan memiliki anak, namanya kemudian juga diberi
embel-embel6 dengan menambahkan kata ab atau abu, yang berarti “Ayah dari...,”
sebagai mana dalam nama Abu Bakr, atau Ab-Rahim (”Abraham”). Itulah sebabnya
pada 1980 Akademi Kerajaan Maroko menghiasi nama Abdul Salam yang sederhana
itu dengan menyebutkan Abu Ahmad Abd-ul-Salam, dengan memperkenalkan putra
Salam tertua, Ahmad. Dalam tahun-tahun berikutnya, Emirat Kuwait alih-alih lebih
memilih akhiran bin Hussain, setelah nama ayah Salam.

5
Kebiasaan memberi nama anak mengacu kepada nama ayahnya (penerjemah)
6
Nama Kunyah (penerjemah)
Bab 2

Permadani di Anak Benua

5
Bab 3

Sejarah sang Foton

6
Bab 4

Kilas Balik

7
Bab 5

Spin dan Statistik

8
Bab 6

Sejarah sang Foton Berlanjut

9
Bab 7

Kondensasi Bose

10
Daftar Pustaka

[Quan1] Wolchover, N., Quanta Magazine, United Nations, di akses pada 6 Oktober
2020, http://www.quantamagazine.org

11

Anda mungkin juga menyukai