Anda di halaman 1dari 16

I.

MENGENAL PENDIRI ALKHAIRAAT

I.1. Latar Belakang Keluarga dan

Silsilah Pendiri Alkhairaat

Sosok yang seluruh kehidupannya


diabdikan untuk kehidupan ilmu, pendidikan
dan dakwah di jalan Allah swt. Seorang
pendidik sejati pendiri sejumlah madrasah
Alkhairaat di bagian timur kepulauan
Indonesia, memiliki latarbelakang keluarga
yang mulia. Dialah Haji Sayyid (H.S.) Idrus bin
Salim Aljufri. Keturunan beliau adalah al-
da>i (pendakwah). Silsilah keturunan beliau
berasal dari keluarga Aljufri salah satu
cabang keluarga besar ba>'alawi. Keluarga
ini tersebar mulai dari Hadhramaut dan Aden
sampai ke sebagian India, Malaysia,1
Indonesia, Hijaz (Saudi Arabia) dan negara-
negara muslim lainnya. Jumlah mereka di
wilayah Indonesia berdasarkan hitungan
Jam'iyah Rabi>t}ah 'Alawiyah tahun 1358 H
adalah 938 orang, itu belum terhitung
jumlah mereka yang tinggal di beberapa
kepulauan Indonesia dan Malaysia. Sebagian
besar keluarga ini terkenal sebagai
pedagang, ulama dan tokoh masyarakat
serta tokoh politik.2
1 . Keluarga ini pernah menjadi undang di Daerah Jelebu Negeri
Sembilan.
2 . Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur yang
diedit oleh Muhammad Dhiya' Syihab, Syamsu adz-Dzahirah fi
Nasab Ahlilbait min Bany 'Alawy far'u Fathimah az-Zahra' wa
Amiril Mu'minin "Ali Radhiallahu 'Anhu, (Cet.; I, 'Alam al-
Mereka para Alawiyyin dari klan Aljufri
yang terkenal sebagai Ulama diantaranya
adalah;
Sayyid Syaikh bin Muhammad bin Syaikh
bin Hasan bin Alwy bin Muhammad bin
Abubakar bin Abdurrahman bin Alwy bin
Abubakar Aljufri (11341222 H), lahir di Taris
dan bermukim di Malabar terkenal sebagai
seorang yang alim dan saleh.
Sayyid Abdurrahman bin Muhammad
bin Abdullah bin Alwy bin Abubakar Aljufri,
lahir dan wafat di Taris (9301028 H).
Sayyid Abid Abubakar bin Said bin
Abubakar bin Abdurrahman Aljufri, terkenal di
Syibam.
Hasan bin Shaleh Al-Bahar Aljufri,
terkenal sebagai seorang alim dan ahli
ibadah. Keturunan beliau selanjutnya
memakai gelar Albahar.
Syaikh bin Ali bin Muhammad bin
Abdullah bin Alwy bin Abubakar Aljufri.
Abdullah al-Mus}anna bin Abdullah bin
Abdurrahman bin Ahmad bin Alwy bin
Ibrahim bin Umar bin Abubakar Aljufri.
Umar bin Abdullah Aljufri, salah seorang
guru dari Sayyid Husain bin Muhammad bin
Husain Alhabsyi.
Muhammad bin Idrus Aljufri, salah
seorang menteri Sultan Jambi di Sumatera
pada zaman Sultan Thaha. Beliau ikut
memerangi Belanda pada tahun 1917.3
Ayah H.S. Idrus bin Salim Aljufri, adalah
Al-Alla>mah al-Habib Salim bin Alwy bin
Saqqaf Aljufri (12651333 H), lahir di Taris
bertemu dan belajar dengan beberapa ulama
Ma'rifah, Jeddah, 1404 H- 1984 M). h; 408.
3 . Ibid. h; 408 411.
sezamannya di antaranya Sayyid Muhsin bin
Alwy Assaggaf, Abdurrahman bin Ali bin
Umar bin Saqqaf Assaqqaf, Muhammad bin
Ibrahim bilfagih, Abdullah bin Husein bin
shaleh Albahar, Sayyid Idrus bin Umar
Alhabsyi, Muhammad bin Ali Assaqaf
(Saiwun), Abdul Qadir bin Hasan Assaqaf,
Shafi bin Syaikh Assaqaf, paman-pamannya
dari sebelah ibu Idrus bin Muhammad
Alhabsyi dan Thahir bin Muhammad Alhabsyi,
Saqqaf bin Muhammad bin Saqqaf bin
Muhammad Aljufri, Syaikh Ahmad Bakhansyal
(shahibul Khariba3h), Habib Ali bin
Muhammad Alhabsyi, Habib Husain bin
Muhammad Alhabsyi dan Habib Syaikh
Bafaqih (Surabaya). Sahabat dan murid
Habib Salim di antaranya adalah Muhammad
bin saqqaf bin Muhammad Aljufri, Ali bin
Muhammad Makarim, Abdul Karim bin Salim
bin Humaid serta Anak beliau Sayyid Ustadz
Idrus bin Salim Aljufri.4 Beliau menjadi
seorang ilmuwan dan tokoh yang mempunyai
banyak karangan dan tulisan dari berbagai
bidang ilmu, dan ia memegang jabatan
sebagai Qa>d}i dan mufti di negerinya.5
Selain itu Habib Salim bin Alwy adalah
seorang imam, faqi>h dan wara serta
mujahid yang tawad}u, banyak memiliki
karangan di antaranya kitab IA>nah al
Ikhwa>n, Arjauzah fi al-Fiqh, Naz}am al-
Jurumiyyah, dan Hamziyah fi Madhi Khair al-
Bariyyah , serta sejumlah syair-

4 . Ibid. h; 411. Ahmad bin Muhammad Aljufri, Tarjamah al-Jad


Salim bin Alwy Aljufri, (Gersik, 1987), h; 6-7
5 . . Saqqaf Muhammad Aljufri, Al-Habib Idrus bin Salim Aljufri wa
Syai' min Sunanihi wa Afkarihi, (tanpa tahun), h. 1.
syair yang dikumpulkan dalam diwan
khusus.6
Adapun kakeknya Sayyid Alwy bin
Saqqaf bin Muhammad Aljufri adalah seorang
mufti (s}a>hib al-fata>wa) sebagaimana
disebutkan dalam kitab Iqd al-Yawa>qi>t7.
Al-Habib Alwy juga adalah seorang imam dan
ilmuwan yang masyhur serta termasuk lima
ahli fiqh Hadramaut yang dikumpulkan fatwa-
fatwa mereka dalam kitab Bugyah al-
Mustarsyidi>n karangan al-Sayyi<d al-
Habi>b Abdurrahman Al-Masyhu<r. Setiap
fatwa-fatwa dalam kitab tersebut diberi
tanda dengan huruf jim () , Juga penyusun
kitab Syarah 'Umdah 'al-Sa>lik wa Uddah al-
Na>sik.8
Kemudian kakeknya yang kedua Al-
Habi>b Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin
Salim Aljufri (11771239 H), sebagai
pengarang kitab al-Qaul al-Syadi>d fi
Ahka>m al-Mutaalliqah bi al-Abi>d dan
kitab al-Nahru al-Mutadafiq ala Haqaaiq
Umdah al-Muhaqqiq serta Syarhu
Manz}u>mah fi Us}u>l al-Di>n9. Habib
Saqqaf adalah salah satu di antara ulama
yang terkenal faqi>h dan memegang jabatan
Qa>d}i di Hadramaut.10 Murid-muridnya
yang menjadi ulama terkenal adalah Habib
Hasan bin Shaleh bin Idrus Albahar, Habib
Muhammad bin Ahmad Alhabsyi, dua orang
6 . Ahmad bin Muhammad Aljufri, 1987, loc.cit.
7 . Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur yang
diedit oleh Muhammad Dhiya' Syihab, 1984; loc. cit
8 . Saqqaf Muhammad Aljufri; loc. cit.
9 . Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur yang
diedit oleh Muhammad Dhiya' Syihab, 1984; op. cit.,h. 410
10 . Saqqaf Muhammad Aldjufri, Loc. Cit.
anak dari Habib Umar bin Saqqaf Assaqaf ,
Habib Abdurrahman bin Hasan Assaqaf dan
dua orang anaknya Habib Alwy bin Saqqaf
dan Habib Muhammad bin Saqqaf bin
Muhammad Aljufri serta Syaikh Muhammad
bin Abdurrahim bin Qad}i>.11
Melihat latar belakang keluarga Habib
Idrus bin Salim Aljufri di atas, membuktikan
bahwa Habib Idrus berasal dari keluarga yang
berilmu dan mempunyai sifat kasih sayang
serta dari keluarga yang baik, bertaqwa dan
beramal, hampir tidak ada dari kalangan
keluarga mereka yang berprofesi selain
sebagai ulama yang mus}lih (pembaharu)
dan da'i.
Nama lengkapnya adalah Al-Sayyid Idrus
bin Salim (SIS) bin Alwy bin Saqqaf bin
Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin
Abdillah bin Syaikhan bin Alwy bin Abdullah
Al-Tari>si> bin Alwy Al-Khawa>s} bin
Abubakar Aljufri al-Husaini Al-Had}rami>.12
Sementara dari sebelah ibunya, Syarifah Nur
binti Muhammad Aljufri adalah seorang
wanita campuran Arab dan Bugis Sulawesi
Selatan yang ada hubungan darah dengan
Arung Matoa di daerah Wajo Sengkang.13

11 . Ahmad bin Muhammad Aljufri, Tarjamah Abi Ja'far, (Gersik,


1987), h. 3
12 . Saqqaf Muhammad Aljufri, op.cit., h. 1.
13 . Arung Matoa yang artinya Raja yang dituakan adalah gelar raja-
raja Wajo Sengkang. Hasil wawancara penulis dengan Ketua adat
Wajo sekarang bersama dengan petugas dari dinas kepariwisataan
yang bernama Andi Munir, bahwa Raja-Raja yang bergelar Arung
Matoa di Wajo berjumlah 45 orang dan setelah Arung Matoa ke 12
sekitar permulaan Abad ke 17 telah memeluk Islam bersamaan
dengan penyiaran Islam yang dilakukan oleh seorang ulama
keturunan Rasulullah yang bernama Jamaluddin al-Akbar al-
Sulawesi Selatan, dan meninggal di
Hadramaut.
Jika diteliti secara genealogis silsilah
tersebut memiliki rangkaian susur-galur
keluarga besar Baalawi yang merupakan
keturunan ulama besar. Apabila ditarik garis
lurus ke atas, keturunan beliau sampai
kepada Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat,
sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW
dari Sayyidah Fatimah az-Zahra. Beliau H.S.
Idrus bin Salim Aljufri adalah keturunan ke-25
dari Rasulullah Muhammad saw.
Sistematika silsilah Pendiri Alkhairaat
dari Rasul saw adalah sebagai berikut:
Rasulullah Muhammad SAW 1) Fatimah al-
Zahra> X Ali bin Abi Thalib 2) Husain
Sibt}u al-Rasu>l 3) Ali Zainal Abidin 4)
Muhammad al-Ba>qir 5) Ja'far al-S{a>diq
6) 'Ali al-Uraid}i 7) Muhammad
Jamaluddin 8) Isa al-Naqi>b 9) Ahmad
al-Muha>jir 10) Ubaidillah 11) Alwy al-
Mubtakir 12) Muhammad Maula> al-
S}aumaah 13) Alwy S}a>hib Bait Jubair
14) Ali Kha>li Qasam 15) Muhammad
Sa>hib Mirba>t} 16) Ali 17) Muhammad
al-Faqi>h al-Muqaddam14 18) Ahmad
19) Muhammad 20) Ali 21) Muhammad
Husaini. Karena mereka .berkuasa tidak berdasarkan garis
keturunan, sehingga sulit menentukan hubungan darah antara
Syarifah Nur dengan Arung Matoa yang ada, namun melihat tahun
berkuasanya dapat diduga bahwa Arung Matoa ke 40 Lacincing Akil
Ali atau Arung Matoa ke 41 Manggabarani yang berkuasa pada
pertengahan abad ke-19 kemungkinan adalah kakek dari Syarifah
Nur.
14 . Almaktab Ad-Daimi, Silsilah 'Alawiyyn Jilid II., h; 236. Dalam
al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab, Dialog FPI Amar
Ma'ruf Nahi Munkar, PIS, Jakarta, 2003., h; 533.
22) Abubakar Aljufri 15 23) Alwy al-
Khawwa>s} 24) Abdullah al-Tari>si>
25) Alwy 26) Syaikha>n 27) Abdullah
28) Husain 29) Salim 30) Idrus 31)
Muhammad 32) Saqqaf Abi Ja'far 33)
Alwy S{a>hib al-Fata>wa> 34) Salim
35) Idrus16
Dilihat dari silsilahnya, SIS Aljufri
merupakan pertautan antara sosok ulama
dan pemimpin besar Arab-Bugis. Sehingga,
tidaklah berlebihan jika beliau dikategorikan
sebagai ulama yang memiliki sosok dan
kepribadian yang berbeda dengan ulama
lainnya.
Beliau dilahirkan sebagai anak kedua
dari pasangan Habib Salim bin Alwy bin
Saqqaf Aljufri (seorang mufti di Had}ramaut)
dengan Syarifah Nur binti Muhammad Aljufri
(anak dari seorang puteri salah seorang Raja
di Sengkang Sulawesi Selatan yang bergelar
Arung Matoa Wajo), dan sebagai anak ke
empat dari enam bersaudara, yang
susunannya adalah sebagai berikut:
1). Sayid Abdul Kadir bin Salim dengan istri
Futhum binti Muhammad bin Ahmad
Aljufri, wafat di Cianjur, Jawa Barat.
2). Sayid Syekh bin Salim dengan isrti
Syarifah dari Garut, wafat di Solo Jawa
Tengah pada 26 Jumadil Akhir 1382 H.
3). Sayid Alwy bin Salim dengan istri
syarifah Nur binti Muhammad Aljufri,
wafat di Hadramaut dan dikuburkan
pada pekuburan kakek-kakeknya.
15 . Abdurrahman bin Muhammad bin Husain Al-Masyhur yang
diedit oleh Muhammad Dhiya' Syihab, 1984; op. cit.,h. 407.
16 . Ahmad bin Muhammad bin Saggaf Aljufri, Tarjamah Habib
Idrus bin Salim bin Alwy Aljufri, 1984, Gersik Jawa Timur., h; 1
4). Sayid Idrus bin Salim dengan istri
syarifah Nur binti Muhammad Aljufri,
wafat di Palu, Sulawesi Tengah.
5). Sayid Abu Bakar bin Salim dengan isrti
syarifah Nur binti Muhammad Aljufri,
wafat di Solo, Jawa Tengah.
6). Syarifah Lulu binti Salim dengan istri
syarifah Nur binti Muhammad Aljufri,
wafat di Hadramaut.17
Habib Idrus dilahirkan di Taris, sebuah
kota kecil yang letaknya kurang lebih 5 km
dari kota Saiwun, ibukota Provinsi Hadramaut
Yaman Selatan (sekarang Republik Yaman)
pada hari Senin 14 Sya'ban 1309 H yang
bertepatan dengan 14 Maret 1892 M..18
I.2. Pendidikan dan Pengalaman

SIS Aljufri sejak kecil menempuh


pembelajaran ilmu agama dan bahasa di
lingkungan rumah tangga dalam bentuk
pendidikan informal di bawah asuhan
ayahnya Al-Allamah al-Habib Salim bin Alwy
Aljufri. Selain dididik dan dibesarkan dalam
pembinaan langsung ayahandanya yang
memiliki sebuah madrasah yang berlokasi di
masjid Ibnu S{alah di Taris, sempat pula
beberapa lama menimba ilmu dari madrasah
di Ruba>t Tarim sebagai tempat pendidikan
formalnya.
Beliau telah diberi pendidikan agama
yang sempurna oleh ayahnya sendiri selaku
guru mursyid yang alim lagi wara dan
beberapa orang guru lain yang juga alim dan
wara. Beliau hidup dan besar dalam

17 . Ahmad bin Muhammad Aljufri, 1987, op.cit., h; 1


18 . Saqqaf Muhammad Aljufri, loc. cit.
lingkungan ilmu pengetahuan dan senantiasa
mendatangi para ulama guna mengambil dan
menimba ilmu dari sumber yang murni.
Suasana keilmuan yang menyelubungi
zaman kanak-kanaknya telah membentuk
peribadi beliau menjadi seorang remaja yang
berilmu dengan karakter kepemimpinan yang
baik. Bumi Hadramaut adalah salah satu dari
dua bumi yang memiliki keberkatan setelah
bumi Syam (Suriah sekarang), karena
Rasulullah saw sendiri telah mendoakan agar
kebaikan akan lahir dari kedua tempat
tersebut. Kelahiran dan keberadaan SIS
Aljufri di bumi Hadramaut adalah salah satu
hasil berkat dari doa tersebut.
Selain menimba ilmu dari ayahandanya
Habib Salim bin Alwy Aljufri, beliau turut
mempelajari ilmu al-Quran dari seorang guru
Mua'llim Muhammad Bakas}i>r dan
beberapa ulama besar lainnya seperti ;
1. Habib Arif billah Ali bin Hasan
Alhabsyi () .
2. Habib 'Allamah Abdullah bin Umar
Asya>thiry. () .
3. Habib 'Allamah Muhammad bin Salim
Assirry. ()
4. Habib 'Allamah Syaikh bin Idrus
Al'aidrus.
5. Habib 'Allamah Abdul Baary bin Idrus
Al'aidrus.
6. Habib Arif billah Ahmad bin Hamid
(Imam masjid Ba'alwy).
7. Habib 'Allamah Ali bin Abdurrahman
Almasyhur.
8. Habib 'Allamah Alwy bin Abdurrahman
Almasyhur.
9. Habib 'Allamah Abubakar bin Ahmad
Bilfaqih.
10. Habib 'Allamah Abubakar bin
Abdurrahman bin Syihab.
11. Habib 'Allamah Alwy bin Abdullah Bin
Syihab.
12. Habib 'Allamah Muhammad bin
Hasan 'Aidid.
13. Habib 'Allamah Ali bin Zain Alha>dy.
14. Habib 'Allamah Ahmad bin Hasan
Alathas.
15. Habib 'Allamah Ahmad bin Muhsen
Alhadar.
16. Syaikh 'Allamah Ahmad Al-khat}ib
Al-Ansary.
17. Syaikh 'Allamah Abubakar bin Ahmad
Albakry Al-Ansary.
18. Syaikh 'Allamah Muhammad bin
Ahmad Albakry Al-Ansary.19
Beliau amat tekun belajar dengan
menelaah dan mengkaji ulang pelajarannya
di kamar khususnya yang terletak di atas
Masjid Ibnu Shalah yang berdekatan dengan
rumahnya hingga pukul tiga pagi setiap hari
dan tidak pernah pulang ke rumahnya
melainkan ada keperluan yang mendesak.
Kepintaran dan istiqamah SIS Aljufri membagi
waktu menjadikan beliau dengan cepat dapat
menguasai ilmu pengetahuan dalam
berbagai disiplin ilmu termasuk menguasai
berbagai ayat-ayat ahkam dalam waktu yang
amat singkat sehingga disegani oleh
sahabat-sahabat sebayanya.20

19 . Ibid., h; 10
20 . Ahmad bin Muhammad Aljufri, Tarjamah Habib Idrus bin Salim
Aljufri, (Gersik, 1987), h; 2
Setelah berumur 16 (19) tahun
ayahandanya membawa beliau bersama-
sama ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji dan sselanjutnya terus ke Indonesia dan
pulang kembali ke Taris setahun kemudian
yaitu sekitar bulan Z{ul Qaidah 1329 H.
Kedatangan ini merupakan kedatangannya
yang pertama di Indonesia.21 Dalam usia
yang muda yaitu ketika berumur 17 (20)
tahun beliau mendirikan rumah tangga dan
bertugas membantu ayahandanya mengajar
selain menimba ilmu pengetahuan.
Selain menimba Ilmu pengetahuan
langsung dalam bimbingan ayahandanya,
juga menimba ilmu dari beberapa Ulama
terkemuka di Taris, yang juga adalah
sahabat-sahabat ayahandanya, Sayid Idrus
sempat pula memperoleh tempahan akhlak,
semangat, dan ilmu pengetahuan, dalam
perjalanannya ke Indonesia pada kunjungan
awal, untuk beberapa lama kemudian ia
telah menjelma menjadi ulama muda yang
terkemuka di Taris22
Selain mendengar dan berdiskusi
tentang pengetahuan keagamaan dengan
para ulama sezaman ayahandanya, ia juga
berlanglang buana dalam fikiran, para
penulis besar, menyelam dalam renungannya
pada kitab-kitab yang ditulis oleh para
ulama terdahulu itu. Berbagai informasi, baik
menyangkut masalah-masalah keagamaan,
maupun masalah masalah politik, sosial,
21 . Habib Idrus lahir tahun 1309 H berarti tahun 1329 beliau
berumur 20 tahun
22 . Wawancara dengan H.S. Saggaf Muhammad Aljufri, Ketua
Utama Alkhairaat, Cucu Habib Idrus, pada tanggal 15 Desember
2006.
ekonomi, industri, budaya, bahkan ia
menelaah sejarah perkembangan dunia, dari
literatur yang tersedia di Rubat ayahandanya
dan guru-gurunya.
Pada usia 19 (24) tahun ayahnya yang
waktu itu menjabat sebagai Mufti wafat.23
Walaupun usianya masih muda di waktu
kewafatan ayahnya, tetapi beliau cukup
disegani di kalangan masyarakat, terutama
para ulama dan cendikiawan yang ada di
Taris dan sekitarnta. Untuk mengisi
kekosongan sepeninggalan ayahnya, Ahlul
Halli wal Aqdi telah mengadakan mesyuarat
dan mengambil keputusan melantik Habib
Alwy bin Saqqaf bin Muhammad bin Saqqaf
Aljufri (saudara sepupu Habib Idrus), tetapi
beliau menolaknya. Akhirnya seluruh jari-
jemari menunding ke arah Al-Habib Idrus bin
Salim bin Alwy bin Saqqaf Aljufri.24 Maka
terlantik beliau menjadi Mufti, satu jawatan
yang memerlukan sepenuh kepercayaan
kecuali untuk orang yang berpengetahuan
luas dan berwibawa serta berani dan cekal
sahaja.
Ulama muda yang berpengaruh dan
berwibawa itu, ,meperoleh kepercayaan dari
Sultan Almanshur bin ghalib bin Mukhsin
Alkatiri, memegang jabatan yang dulu
dipegang oleh ayahandanya sebagai Mufti di
Wilyah Taris dan sekitarnya. Berikut nukilan
Surat Ketetapan Sultan Al Manshur .


23 . Ayah beliau wafat tahun 1333 H berarti Habib Idrus berumur 24
tahun.
24 . Ibid. h. 3













.

1335
BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Segala puji bagi ALLAH, Tuhan seru sekalian


alam, dan kepadaNYA kami mohon
pertolongan atas semua urusan dunia dan
agama.
Shalawat dan salam kepada Sayidina
Mohammad dan Keluarganya serta sekalian
sahabatnya. Amma Badu

Hendaklah yang melaksanakan tugas ini


memaklumi bahwa saya Sultan Al Manshur
bin Galib bin Mukhsin Alkatiri melantik Sayid
Idrus bin Salim bin Alwy bin Saggaf Aldjufri
sebagai Mufti di Negeri Taris dan sekitarnya,
menggantikan kedudukan ayahnya
Almarhum Habib Salim bin Alwy bin saggaf
Aljufri untuk memutuskan dan menetapkan
hukum di antara dua golongan yang
bertikai, dengan Hukum ALLAH dan
RasulNya setelah mengupayakan
perdamaian, karena hal itu adalah terbaik
bagi kedua belah pihak.

Secara umum saya memberikan kedudukan


saya sebagainana yang telah disebutkan di
atas karena beliau pantas dan sesuai pada
saat dan tempat ini untuk menduduki
jabatan yang mulia ini.

Ketetapan ini diambil setelah


bermusyawarah dengan para Ulama.

Ditulis dan diucapkan oleh Sultan Al


Manshur bin Galib bin Mukhsin Alkatiri pada
tanggal 10 syawal 1335 H.25

Selain melaksanakan tugas resminya


sebagai Qadhi, Mursyid dan Mufti, beliau
mengajar dan menyampaikan ilmu Islam
kepada masyarakat. Karena terlalu cinta dan
kasihnya kepada anak bangsanya, beliau
sering memikirkan tentang hal generasi
penerus di Taris dan takut akan dihambat
kejahilan dan segala unsur-unsur yang
merusakkan.
Maka pada 1336 H, dengan perbelanjaan
sendiri beliau membuka satu "zawiyah"
sebagai asas permulaan untuk
mempersiapkan anak bangsanya dengan
ilmu dan syahsiyah jati diri bagi menghadapi
gelombang dan cabaran yang akan
25 . Habib Alwy bin Saggaf bin Mohammad Aldjufri ; Sarah
Umdatus Salik., h; 702.
ditempuhi. Tempat pengajian ini diberi nama
"Alkhairaat", sebuah sekolah berbentuk
moderen dan antara lain mengadakan majlis
ta'lim setiap Khamis sebagai menyambung
majlis yang pernah dibuat ayah dan
datuknya, Alwy bin Saqqaf Al-Jufri.
Pada tahun 1922 M (1339 H) di waktu
usia 30 tahun beliau meninggalkan tanah
tumpah darahnya Taris, untuk berhijrah ke
Indonesia. Di pulau Jawa beliau menetap di
Pekalongan, kemudian berpindah pula ke
Jombang sambil berniaga. Sungguhpun
terbabit dengan perniagaan syahsiyah ulama
pada diri peribadinya tetap terpelihara utuh.
Di Jombang beliau berkahwin dan langsung
mendirikan sebuah rumah untuk dijadikan
tempat beliau mengadakan majlis ilmu
agama setiap hari kepada sahabat, kenalan
serta orang lain yang berhajat. Bidang
pendidikan dan tarbiyah terus-menerus
berjalan walau di mana sekalipun Al-Habib
berada. 26
Majlis ilmu yang diadakan setiap hari di
rumahnya berkembang sedikit demi sedikit.
Melihatkan kepada kealiman dan ketokohan
al-Habib di dalam menyampaikan ilmu,
Persatuan Al-Alawiyyin Solo meminta beliau
menjadi pengetua yang pertama di
sekolahnya. Beliau terima tawaran itu
dengan bayaran gaji sebanyak Rp 150 wang
Belanda (tahun 1927).
Selama dua tahun di Solo banyak
perubahan telah dilakukan sehingga
madrasah berkembang pesat dan semakin
maju. Takdir berlaku, apabila dilihat beberapa
tenaga di madrasah ini cuba mengubah
26 . Ahmad bin Muhammad Aljufri, 1987., loc.cit.
dasar dan halatuju matlamatnya. Beliau
akhirnya mengalah dan berhijrah pula ke
Sulawesi. Peristiwa ini berlaku dalam tahun
1929 M.27
Setelah beberapa bulan tinggal di
Sulawesi dengan menjalankan kegiatan dan
aktiviti dakwah kepada masyarakat, al-Habib
semakin dikenali dan dihormati. Pada 14
Muharram 1349 H bersamaan dengan Jun
193028 beliau mendirikan madrasah di kota
Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia Timur yang
beliau namakan "Alkhairaat" sesuai dengan
nama yang beliau berikan pada Taman
Pengajian beliau di Taris.

27 . Ibid. h; 4-5
28 . al-Haj Rastam bin al-Haj Arsyad, al-Ustadz al-Kabiir al-'Alim
ar-Rabbany as-Sayyid Idrus bin Salim bin 'Alwy Aljufri al-'Alawy al-
Hadhramy, 1956, Palu., h; 4. Berdasarkan perhitungan tanggal 14
Muharram 1349 H bertepatan dengan 11 atau 12 Juni 1930.

Anda mungkin juga menyukai