Anda di halaman 1dari 6

EKSISTENSI ALKHAIRAT DI KOTA PALU DAN SEKITARNYA

TUJUAN

1. Siswa dapat mengetahui tentang sejarah lahirnya Alkhairat


2. Siswa dapat mengetahui Silsilah Pendiri Alkhairat
3. Siswa dapat menjelaskan Perkembangan Alkhairat
4. Siswa dapat menjelaskan Makam Alkhairat

PETA KONSEP

Latar Belakang Berdirinya


Al Khairat

Silsilah Pendiri Al Khairat

AL-KHAIRAT

Perkembangan Alkhairat

Makam Alkahirat
B. Silsilah Pendiri Al Khairat

Sayid Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim
bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-
Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain Al-Hadhramiy. Sayyid Idrus Al Jufri
dilahirkan di kota Taris dekat kota Siwun ibu kota Handramaut Yaman. Pada hari
Senin tanggal 14 Sya’ban tahun 1309 H / 1890 M. Dari keluarga Al Alawi Al
Husainy yang mempunyai jalur keturunan dari Sayydina Husain ibni Fatimah Az
Zahra ‘ putri rasulullah saw.

Ayahnya : Sayyid Salim bin Alawi Al Jufri ( 1253 H / 1835 M )

Ibunya : Syarifah Nur Al Jufri ( Wajo Sengkang Sul-sel ) keluarga Arung


Matoa Raja Wajo Sengkang – Batui Luwuk

Perkawinan Sayyid Salim bin Alawi Al Jufri dengan Syarifah Nur di karuniai
Enam ( 6 ) anak diantaranya adalah Sayyid Idrus Salim Al Jufri anak Keempat.

Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri menikah beberapa kali diantaranya :

1. Putri Sayyid Umar Al Balhi dikaruniai anak benama Fathimah


2. Putri Sayyid Hasan bin Ahmad Al Bahr. Mempunyai 3 orang anak adalah :
1. Sayyid Muhammad
2. Syarifah Raguan
3. Sayyid Salim
3. Putri Sayyid Thalib Al Jufri bernama Syarifah Aminah( Pekalongan Jawa
Tengah ) Dikaruniai 3 oarang anak yaitu
1. Syarifah Lu’lu
2. Syarifah Nikmah
3. Syarifah Mastura ( Meninggal masih kecil )
4. Wanita jawa ( Jombang jawa timur ) tidak dikaruniai anak
5. Syarifah Kalsum Al Mahdali ( Wani kab.Donggala Sul-Teng ) tidak dikaruniai
anak
6. Hj. Ince Aminah ( Raja Palu ) dikaruniai 2 orang anak yaitu
1. Syarifah Sidah
2. Syarifah Sa’diyah ( Ketua WIA ) sekang
7. Syarifah Haulah bin Husain Al Habsyi dari perkawinannya tidak dikarunia
keturunan.
Diangkat sebagai Mufti dan Qadhi

Pada bulan Syawwal 1334 H bertepatan dengan tahun 1916, ayahnya wafat.
Habib Idrus kemudian memimpin lembaga pendidikan yang didirikan oleh ayahandanya.
Dan pada tahun itu pula Habib ldrus diangkat oleh Sultan Mansur sebagai Mufti dan
Qadhi di kota Taris, Hadramaut, untuk menggantikan posisi ayahnya, padahal usianya
saat itu baru 25 Tahun. Amanah dan pencapaian itu mengisyaratkan bahwa beliau adalah
orang yang berilmu pengetahuan luas dan berwibawa. Walau jabatan sudah di tangan,
Idrus muda tak pernah silau dengan keduniawian. Ia tetap kritis terhadap lingkungan
sosial di negerinya. Bahkan, ia rela melepas jabatan mufti ketika memilih jalan
menentang imperialisme Inggris. Sikap itu pula yang kemudian membawanya datang
untuk kali kedua ke Indonesia. Perjalanannya yang kedua pada tahun 1922 terjadi akibat
perjuangan politiknya untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris.

Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri pada tahun 1968 menunaikan ibadah haji
bersama 3 orang muridnya yaitu : a. Ustadz Hasbullah Arsyad, b. Ustadz Mahfuzh
Godal,dan c. Ustadz Syakir Hubaib Biaya perjalanan haji dihadiakan oleh Sayyid
Muhammad bin Alawi Al Jufri Sekembalinya dari haji Mekah Sayyid Idrus bin
Salim Al Jufri melakukan perjalanan ke- Indonesia timur merupakan ‘rihlah al
wada’ terakhir
C. Wafat Guru Tua

Habib ldrus tidak meninggalkan karangan kitab, namun karya besarnya adalah AI-
Khairaat dan murid-muridnya yang telah memberikan pengajaran serta
pencerahan agama kepada umat. Mereka para
murid-murid AI-Khairaat menyebar di seluruh
kawasan Indonesia untuk meneruskan
perjuangan sang Pendidik yang tak kenal putus
asa ini. Salah satu murid beliau yang
melanjutkan dakwahnya adalah Ustad Abdullah
Awadh Abdun, yang hijrah dari kota Palu ke
Kota Malang untuk berdakwah dan mendidik
para muridnya dengan mendirikan pesantren Daarut Tauhid di Kota Malang.
Tahun 1968, Habib Idrus mengalami sakit parah, selama delapan bulan beliau
meminum jus kurma. Walaupun dalam keadaan sakit, ia tetap menjalankan
majelis mengajar setiap waktu. Masih dalam suasana ldul Fitri, sakit parah yang
telah lama diderita Habib ldrus kembali kambuh. Bertambah hari sakitnya
semakin berat. Maka, guru, Ulama dan Sastrawan itu wafat, pada hari senin 12
Syawwal 1389 H betepatan dengan 22 Desember 1969 M. sebelum menjelang
detik-detik kewafatannya, Habib ldrus sudah mewasiatkan tentang siapa saja yang
memandikan jenazah, imam shalat jenazah, tempat pelaksanaan shalat jenazah,
siapa yang menerima jenazah di liang lahat, muadzin di liang lahat, sampai yang
membaca talqin di kubur.
Demikian Menurut al Ustadz H.S Abdillah Al Jufri cucu guru Tua.
Menurut Abd Wahab Abd Muhaimin Yang pada saat detik-detik terakhir Sayyid
Idrus Wafat hadir para keluarga, para sahabat dan murid-murinya.

Menurut Ustadz Hasbulallah Arsyad Bahwa Sayyid Idrus berwasiat agar


dikuburkan di samping isterinya Syarifah
Aminah Al Jufri disebelah barat Masjid
Alkhairaat. Menurut M. Noor Sulaiman.
Sayyid Idrus berwasiat dan menentukan orang
yang bertugas mengurusi jenasanya.di
antaranya adalah :

Yang menjadi protokol : Ustadz


Bahraen Thayyib
Yang memandikan : K.H.Abdul
Hay Abdullah
:
K.H.Hasbullah Arsyad
:
K.H.M.Qasim Maragau
Yang menerima dalam lahad : Sayyid
Abdillah al Jufri
: K.H.Z.Abidin Batalembah
: Thaha Bachmid
Mu’adzdzin di lahat : K.H.Z.Abidin Batalembah
Yang membaca Talkin : KH. Rustam Arsyad
Yang menjadi imam : Sayyid Hasan Al- Idrus
: Di Halaman Perguruan Alkhairaat
Ditahlilkan Selama 3 Hari, 7 Hari, 40 Hari dan Haul tiap tahun diperingati

Habib ldrus telah mempertaruhkan seluruh hidupnya dalam mengarungi


perjalanan panjang dengan berbagai sarana ke kepulauan di sekitar Sulawesi dan
Maluku untuk menyiarkan pengetahuan Islam. Beliau berpindah dari satu pulau ke
pulau yang lain menggunakan perahu sampan, gerobak sapi dan kendaraan
lainnya bahkan dengan berjalan kaki dengan bermacam risiko, tantangan dan
bahaya yang selalu mengancam di setiap saat. Akan tetapi Habib ldrus selalu
merasakan kenikmatan di antara pertaruhan jiwanya dan beliau rela memberikan
apa saja meski jiwanya sekalipun. Ketabahannya dalam mengarungi pelayaran itu
sampai berbulan-bulan lamanya. Dan kadang-kadang perjalanan itu ditempuh
dengan berjalan kaki jika tidak mendapatkan alat-alat transportasi. Hingga akhir
hayatnya, Sayid Idrus berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar di seluruh
wilayah Palu.

Anda mungkin juga menyukai