Anda di halaman 1dari 8

Nama beliau adalah Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri lahir pada hari Senin 14 sya‘ban

tahun 1309 hijriah/ 14 maret 1892 masehi . mendengar atau melihat namanya di awali
dengan kata sayyid menandakan bahwa beliau adalah seorang bangsawan dari
keturunan dari ahlul bait yaitu keturunan dari imam husain bin ali bin abi thalib yang
merupakan suami dari anak perempuan nabi muhammad shallahu alahi wasalam yaitu
fatimah az-zahra ( semoga barakah dan ridha allah tercurahkan kepadanya dan segenap
keturunannya beriman serta orang-orang yang mengikutinya).

Di tanah kaili beliau lebih akrab di sebutan dengan Guru Tua karena pada saat itu dalam
madrasah yang di pimpinnya beliau-lah yang paling tua. guru tua yang lahir di kota
Taris, sebuah daerah yang berada ± 5 km dari kota Seiyun di lembah Hadramaut yang
merupakan wilayah resmi negara Yaman arabia selatan. tersebut di dalam kitab Al
Kaukabul Alawy fie manaqib watarjamati sayyidil imam al bahrul allamah alwy bin
saqqaf al jufri karya historien terkenal syekh salim bin hamied, bahwa sayyid idrus bin
salim al jufri. Memang, dalam kebiasaan masyarakat Arab, julukan Sayyid umumnya
digunakan oleh keturunan Husain Bin Ali Bin Abi Thalib. Sedangkan
keturunan Hasan, anak sulung sang Khalifah Khalifaturrasul yang ke-4 itu kebanyakan
menggunakan julukan Syarif. Baik Sayyid ataupun Syarif semuanya keturunan Ali
Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah

Di tanah Hadramaut yang di sebut Sayyid atau Syarif adalah para pejabat keagamaan,
juga golongan bangsawan yang ikut serta melaksanakan Administrasi Kerajaan. Dus,
Sayyid Idrus Bin Salim Al Jufri memang ahli waris utama julukan ini, sebab ia seorang
putra aristokrat yang menjadi pejabat keagamaan pula.

Jalinan silisilah dengan Muhammad Rasul Allah melalui Fathimah Az-Zahrah—Ali


Bin Abi Thalib, Husain dan putranya, Ali Zainal Abidin. Sementara Ali Zainal Abidin
itu sendiri adalah seorang putra tunggal dari pasangan ideal Husain Bin Ali Bin Abi
Thalib dengan Syahzanan putri Yazdajird — Raja Persia.
Boleh jadi Tuhan sudah menakdirkan Ali Zainal Abidin yang bergelar As Sajjad ini
menjadi penerus tali keturunan Fathimah Binti Muhammad guna melanjutkan
generasi Al Ithrah.

Tersebut di dalam Kitab Al Kaukabul ‘Alawy Fie Manaqib Watarjamati Sayyidil Imam
Al Bahrul ‘Allamah Alwy Bin Saqqaf Al Jufri karya historien terkenal Syekh Salim
Bin Hamied, bahwa Sayyid Idrus Bin Salim Al Jufri — Sang Pendidik Agung
Alkhairaat — dari garis ayahnya mempunyai silsilah sebagai berikut

idrus — salim — alwy — saqqaf — alwy — abdullah — husain — salim — idrus —


muhammad — abdullah — alwy — abu bakar al jufri — muhammad — ali —
muhammad — ahmad — alwy — muhammad — alwy — ali—muhammad—ali —
muhammad alfaqihulmuqaddam — ubaidillah — ahmad al muhajir — isa an naqib —
muhammad an naqib — ali al-uraidhy — ja‘far ash shadiq — muhammad al baqir —
ali zainal abidin — husain — ali bin abi thalib

Sayyid Idrus kecil dianugerahi oleh sang pencipta paras wajah dan nalar yang amat
gemilang, sehingga tidaklah heran kalau kecakapannya melebihi kecakapan kanak-
kanak yang sebaya dilingkungannya. Tujuh tahun kemudian, ia sudah mengenal baik
lingkungan sekitarnya. Pergaulannya dengan orang-orang yang mukim disekitar rumah
baik dan ramah. Ia tahu diri dan berbudi, halus tutur katanya. Mungkin didikan juga
dari kedua orang tuanya. Bahkan terhadap mereka sekali-kali tiadalah ia meninggikan
diri, mengikuti kebiasaan anak-anak kaum elit bangsanya. Meskipun ia sendiri tahu
ketinggian derajatnya sebagai seorang putra golongan elit bangsa Arab yang berasal
dari kalangan Ba’alawy.

Kepekaannya terhadap lingkungan sosial manusia sekitarnya teramat tinggi. Dan


konon khabarnya dalam usia dini, 18 tahun dalam perhitungan kalender, ia sudah hafal
Alqur’an sekaligus faham seluk beluk Asbabun-nuzul-nya. Sudah menurun ke dalam
dirinya kelebihan-kelebihan sang ayahda tercinta dan kakek tersayang.

Habib ldrus lahir di kota Taris, 4 km dari ibu kota Seiwun, Hadramaut, pada 15 sya'ban
1309 H bertepatan dengan 15 Maret 1892 M. Sayid Idrus adalah putra keempat dari
enam bersaudara, beliau berasal dari keluarga yang baik, berilmu, beramal, bertaqwa
dan lemah lembut. Tiada dari kalangan mereka, selain ulama yang muslih dan
da’i. Ayahnya Habib Salim seorang ilmuwan dan tokoh yang memiliki banyak
karangan dan tulisan dari berbagai bidang ilmu, ia memegang jabatan Qadhi dan mufti
di negerinya. Kakeknya, Habib Alwi adalah pemimpin dan ilmuwan yang masyhur,
termasuk lima ahli fiqh Hadramaut yang fatwa mereka termuat dalam kitab Bughyatul
Mustarsyidin karangan Sayyed Abdurrahman AlMasyhur. Kakeknya yang kedua, Al-
Habib Saqqaf di antara ulama yang terkenal dari dua faqih dan memegang jabatan
Qadhi di Hadramaut. Ibunya, Syarifah Nur Aljufri (Andi Syarifah Nur), mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan Aru Matoa atau Raja yang dituakan di Sengkang,
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Habib Idrus belajar ilmu agama dan bahasa bermula dari ayahnya, Al-Allamah Salim
bin Alwy Aljufri, termasuk pula ulama-ulama lain yang berada di Hadramaut. Beliau
hidup dan besar dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan senantiasa melazimi para
ulama serta mengambil dan menimbah ilmu dari sumber yang murni. Habib Idrus
seringkali diajak oleh ayahnya untuk menghadiri lingkaran studi majelis ta'lim di Taris
dan Tarim. Pada usia 12 tahun, Habib Idrus mampu menghafal Al-Qur'an dan
menguraikan dua ratus ayat dalam hal hukum Islam. Melihat Potensi yang dimiliki
Habib Idrus, ayah Beliau Al-Habib Salim melihat bahwa kelak anak nya ini bisa
menggantikannya. Beliaupun mendidik anaknya tersebut secara khusus. Habib Salim
membuatkan kamar khusus bagi anaknya agar dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Habib ldrus kemudian mendalami berbagai llmu seperti tafsir, hadits, tasawuf, fiqih,
Tauhid, Mantiq, ma'ani, bayan, badi', nahwu, sharaf, falaq, tarikh dan sastra. Selain
pada ayahnya, Habib ldrus juga berhasil menyelesaikan pendidikan formalnya pada
lembaga perguruan tinggi Ari-Rabithul Alawiyah di Taris, dan banyak memiliki karya-
karya dalam bentuk syair-syair berbahasa Arab. Pada usianya yang tergolong amat
muda, kurang lebih berusia 19 tahun, ia telah menjadi seorang ulama yang terkenal di
tanah airnya. Habib Idrus juga belajar kepada Para Ulama dan Auliya' di Hadramaut,
diantaranya adalah :

1. Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegaf,


2. Al-Habib Abdurrahman bin Alwi bin Umar Assegaf,
3. Al-Habib Muhammad bin Ibrahim bilfaqih,
4. Al-Habib Abdullah bin Husein bin Sholeh Al-Bahar,
5. Al-Habib ldrus bin Umar Al-Habsyi, dan
6. Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri di Rubath Tarim.

Pada bulan Syawwal 1334 H bertepatan dengan tahun 1916, ayahnya wafat. Habib
Idrus kemudian memimpin lembaga pendidikan yang didirikan oleh ayahandanya. Dan
pada tahun itu pula Habib ldrus diangkat oleh Sultan Mansur sebagai Mufti dan Qadhi
di kota Taris, Hadramaut, untuk menggantikan posisi ayahnya, padahal usianya saat itu
baru 25 Tahun. Amanah dan pencapaian itu mengisyaratkan bahwa beliau adalah orang
yang berilmu pengetahuan luas dan berwibawa. Walau jabatan sudah di tangan, Idrus
muda tak pernah silau dengan keduniawian. Ia tetap kritis terhadap lingkungan sosial
di negerinya. Bahkan, ia rela melepas jabatan mufti ketika memilih jalan menentang
imperialisme Inggris. Sikap itu pula yang kemudian membawanya datang untuk kali
kedua ke Indonesia. Perjalanannya yang kedua di tahun 1922 terjadi akibat perjuangan
politiknya untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris

Silsilah keturunannya sambung menyambung sampai kepada Rasulullah Muhammad


Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seorang Nabi dan Rasul dari rumpun suku Quraisy yang
masyhur, meskipun bukan dari salah satu warga Kerajaan yang dominan.
Karir:
- Pendiri Pondok Pesantren Al-Khairaat Donggala, Palu, Suletng.
- Mufti dan Qadhi di kota Taris, Hadramaut, tahun 1334 H /1906 saat berusia 25
Tahun.
- Tahun 1926 M: pindah ke kota Jombang, mengajar dan berdagang.
- Tahun 1928 M: pindah ke Solo mengajar saja berhenti berdagang.
- Tahun 1928 M 27 Desember: bersama beberapa Habaib mendirikan Madrasah
Rabithah Alawiyah di kota Solo.
- Pada akhir tahun 1929 M: hijrah Sulawesi
- Pada awal 1930 ke Palu
- 30 Juni 1930 M pendirian Madrasah Al-Khairaat di Kota Palu.
- Pada tahun 1964 Rektor Universitas Islam Al-Khairaat

Habib ldrus tidak meninggalkan karangan kitab, namun karya besarnya adalah AI-
Khairaat dan murid-muridnya yang telah memberikan pengajaran serta pencerahan
agama kepada umat. Mereka para murid-murid AI-Khairaat menyebar di seluruh
kawasan Indonesia untuk meneruskan perjuangan sang Pendidik yang tak kenal putus
asa ini. Salah satu murid beliau yang melanjutkan dakwahnya adalah Ustad Abdullah
Awadh Abdun, yang hijrah dari kota Palu ke Kota Malang untuk berdakwah dan
mendidik para muridnya dengan mendirikan pesantren Daarut Tauhid di Kota Malang.

Tahun 1968, Habib Idrus mengalami sakit parah, selama delapan bulan ia meminum
jus kurma. Walaupun dalam keadaan sakit, ia tetap menjalankan majelis mengajar
setiap waktu. Masih dalam suasana ldul Fitri, sakit parah yang telah lama diderita
Habib ldrus kembali kambuh. Bertambah hari sakitnya semakin berat. Maka, guru,
Ulama dan Sastrawan itu wafat, pada hari senin 12 Syawwal 1389 H betepatan dengan
22 Desember 1969 M. sebelum menjelang detik-detik kewafatannya, Habib ldrus
sudah mewasiatkan tentang siapa saja yang memandikan jenazah, imam shalat jenazah,
tempat pelaksanaan shalat jenazah, siapa yang menerima jenazah di Liang lahat,
muadzin di liang lahad, sampai yang membaca talqin di kubur.

Habib ldrus telah mempertaruhkan seluruh hidupnya dalam mengarungi perjalanan


panjang dengan berbagai sarana ke kepulauan di sekitar Sulawesi dan Muluku untuk
menyiarkan pengetahuan Islam. Beliau berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain
menggunakan perahu sampan, gerobak sapi dan kenderaan lainnya bahkan dengan
berjalanan kaki dengan bermacam risiko, tantangan dan bahaya yang selalu
mengancam di setiap saat. Akan tetapi Habib ldrus selalu merasakan kenikmatan di
antara pertaruhan jiwanya dan beliau rela memberikan apa saja meski jiwanya
sekalipun. Ketabahannya dalam mengarungi pelayaran itu sampai berbulan-bulan
lamanya. Dan kadang-kadang perjalanan itu di tempuh dengan berjalan kaki jika tidak
mendapatkan alat-alat transportasi.

Hingga akhir hayatnya, Sayid Idrus berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar
di seluruh wilayah Palu
TUGAS KEALKHAIRAATAN

PROFIL PENDIRI ALKHAIRAAT

NAMA : WISNU SINAR PRATA

STAMBUK : 16 777 001

Pembimbing : Dr. H. Haerolah Muh. Arief, S.Ag, M.Ag

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

2018

Anda mungkin juga menyukai