Anda di halaman 1dari 9

Manaqib Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi

Manaqib Edisi Oktober 2022

Oleh : Gus Muhammad Irfan Zidny

Beliau lahir di kota Khola' Rosyid, Hadramaut, Yaman Selatan, pada tahun 1265 H atau 1845 M.
Sejak kecil beliau diasuh oleh pamannya yaitu Al-Habib Sholeh bin Muhammad Alhabsyi. Sejak
itu beliau menjadi besar dalam didikan pamannya, sehingga mengikuti jalan dan perilakunya.

Ayah beliau, Al-Imam Al-'Arif Billah Al-Habib Idrus bin Muhammad Alhabsyi telah terbang ke
Indonesia untuk berdakwah, Sejak kecil beliau diasuh oleh pamannya, Habib Shaleh bin
Muhammad Al-Habsyi dan wafat di kota Cirebon serta dimakamkan disana. Ibu beliau adalah
Syeikhoh Sulumah binti Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami (putri Syekh Salim
bin Smeer pembuatan kitab Safinah Najah).

Pada masa mudanya, Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi menuntut ilmu agama yang
mendalam, menguasai dan memahaminya. Berbagai ilmu agama yang beliau dapatkan dari
ulama masa itu diantaranya ilmu tafsir, hadits dan fiqih. Para ulama dan orang-orang sholeh
saat itu telah menyaksikan ketaqwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama yang 'aamil
(mengamalkan ilmunya).

Seperti para ulama yang lain, di masa mudanya Habib Muhammad juga rajin menuntut ilmu
agama hingga sangat memahami dan menguasainya. Beberapa ilmu agama yang belisu kuasai,
antara lain, tafsir, hadits dan fiqih.

Status sebagai anak yatim tidak berpengaruh terhadap dirinya sendiri, karena ibunya dengan
penuh kesabaran mendidiknya dan tidak menikah lagi. Di tambah lagi asuhan dan perhatian dari
para pamannya, terutama Al-Habib Sholeh bin Muhammad Al-Habsyi yang menjadi munshib Al-
Habsyi di negerinya, beliau dibesarkan dalam didikan pamannya sehingga mengikuti jalan dan
perilakunya.
Sebelum genap berusia tujuh tahun, beliau telah mulai belajar Al-Qur'an kepada mu'allim Ali
Syuwa'i di tempat pengajian umum di Hauthah. Kemudian beliau menghatamkannya pada
Syaikh Ahmad Al-Baiti, munsyid di kubah datuknya, sayyidina Ahmad bin Zain Al-Habsyi. Dalam
perjalanan menuntut ilmunya dari segala kemungkinan untuk belajar baik ketika masih di
Hauthah maupun di berbagai tempat lain di Hadramaut. Disebagian tempat beliau menetap
dalam waktu lama dan di sebagian lain beliau hanya tinggal beberapa saat. Al-Ghorfah, Sewun,
Tarim, Syibam dan Du'an adalah sebagian diantara kota-kota yang didatanginya.

Selain mempelajari Al-Qur'an, sejak kecil beliau juga belajar ilmu fiqih, hadits, tafsir, tasawwuf,
nahwu, sharaf, dan sebagainya. Di dalam Qurrah al-'Ain karya disebutkan, di antara kitab-kitab
yang dibacanya pada pamannya, Al-Habib Sholeh dan pamannya yang lain Al-Habib Abdullah,
adalah kitab Ar-Risalah Al-Jami'ah datuknya Al-Habib Ahmad bin Zain , Bidayah Al-Hidayah dan
umdah as-Salik dalam fiqih, Al-Jurummiyah dan Al-Mutammimah dalam nahwu. Kepada
gurunya Al-Habib Abdullah bin Thoha Al-Haddar Al-Haddad, beliau belajar membaca kitab Fathul
-Mu'in, rujukan sangat penting dalam fiqih syafi'i.

Guru-gurunya yang lain dalam fiqih dan tasawwuf adalah Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi,
Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi, Al-Habib Idrus bin Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi, Al-
Habib Muhsin bin Alwi Assegaf , Al-Habib Hasan bin Husein bin Ahmad Al-Haddad, dan lain-lain.
Di antara semua gurunya yang menjadi syaikh fath adalah Al-Habib Ali bin Muhammad Al-
Habsyi.

Sejak kecil beliau sering didoakan dan diilbaskan (dikenakan pakaian, yang bertujuan sebagai
inspirasi atau pengakuan) oleh para alim ulama. Muridnya, Al-Allamah As-Sayyid Abdullah bin
Thahir Al-Haddad mengatakan dalam kitab qurrah Al-'Ain bahwa, di antara yang berdoa dan
meng-ilbas-nya adalah Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr seorang ulama terkemuka. Banyak
gurunya yang telah melihat kelebihannya sejak kecil. Mereka telah melihat tanda-tanda kewalian
pada dirinya.

Tahun 1281 H, pada usia 16 tahun beliau menunaikan haji untuk pertama kalinya dengan
menaiki kapal dagang yang menuju ke Jeddah. Setelah itu kembali ke negerinya, Hauthah.
Tetapi hanya beberapa bulan berada di tengah-tengah keluarganya, setelah itu beliau kembali
lagi ke Hijaz untuk menunaikan haji yang kedua, setelah musim haji selesai beliau tidak pulang
melainkan menetap di Haramain dan menimba ilmu kepada para ulama.
Di antara para gurunya di Haramain adalah sayyid Fadhl bin Alwi bin Alwi bin Muhammad bin
Sahl maulad Dawileh (yang kemudian menjadi tokoh habaib di Turki, Al-Allamah Sayyid Ahmad
Zaini Dahlan, mufti syafi'I di Makkah, Al-Allamah Sayyid Umar bin Abdullah Al-Jufri, dan Al-
Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-'Azab, beliau juga mendalami tajwid kepada
sayyid Muhammad An-Nuri.

Kemudian takdir Allah menentukan beliau untuk pergi ke India, setelah itu beliau menuju
Singapura dan Jakarta. Selama beberapa tahun beliau tinggal di Jakarta menggeluti
perdagangan di samping belajar kepada Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Muhammad bin
Hamzah Al-Attas, Al-Allamah Al-Habib Umar bin Hasan Al-Jufri dan sejumlah tokoh ulama
lainnya.

Guru-guru beliau saat menuntut Ilmu

Al-Habib Sholeh bin Muhammad Al-Habsyi

sayyidina Ahmad bin Zain Al-Habsyi

Al-Habib Abdullah bin Thoha Al-Haddar Al-Haddad

Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi

Al-Habib Idrus bin Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi

Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegafi

Al-Habib Hasan bin Husein bin Ahmad Al-Haddad

Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr

sayyid Fadhl bin Alwi bin Alwi bin Muhammad bin Sahl maulad Dawileh (yang kemudian menjadi
tokoh habaib di Turki)

Al-Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (mufti syafi'i di Makkah)

Al-Allamah Sayyid Umar bin Abdullah Al-Jufri

Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-'Azab


Sayyid Muhammad An-Nuri

Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah Al-Attas

Al-Allamah Al-Habib Umar bin Hasan Al-Jufri

Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi memiliki murid-murid diantaranya:

Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi

Al-Habib alwi bin Muhammad bin thohir Al-Haddad

Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegafi

Manaqib Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi

Manaqib Edisi Oktober 2022

Oleh : Gus Muhammad Irfan Zidny

Beliau lahir di kota Khola' Rosyid, Hadramaut, Yaman Selatan, pada tahun 1265 H atau 1845 M.
Sejak kecil beliau diasuh oleh pamannya yaitu Al-Habib Sholeh bin Muhammad Alhabsyi. Sejak
itu beliau menjadi besar dalam didikan pamannya, sehingga mengikuti jalan dan perilakunya.

Ayah beliau, Al-Imam Al-'Arif Billah Al-Habib Idrus bin Muhammad Alhabsyi telah terbang ke
Indonesia untuk berdakwah, Sejak kecil beliau diasuh oleh pamannya, Habib Shaleh bin
Muhammad Al-Habsyi dan wafat di kota Cirebon serta dimakamkan disana. Ibu beliau adalah
Syeikhoh Sulumah binti Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami (putri Syekh Salim
bin Smeer pembuatan kitab Safinah Najah).

Pada masa mudanya, Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi menuntut ilmu agama yang
mendalam, menguasai dan memahaminya. Berbagai ilmu agama yang beliau dapatkan dari
ulama masa itu diantaranya ilmu tafsir, hadits dan fiqih. Para ulama dan orang-orang sholeh
saat itu telah menyaksikan ketaqwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama yang 'aamil
(mengamalkan ilmunya).

Seperti para ulama yang lain, di masa mudanya Habib Muhammad juga rajin menuntut ilmu
agama hingga sangat memahami dan menguasainya. Beberapa ilmu agama yang belisu kuasai,
antara lain, tafsir, hadits dan fiqih.

Status sebagai anak yatim tidak berpengaruh terhadap dirinya sendiri, karena ibunya dengan
penuh kesabaran mendidiknya dan tidak menikah lagi. Di tambah lagi asuhan dan perhatian dari
para pamannya, terutama Al-Habib Sholeh bin Muhammad Al-Habsyi yang menjadi munshib Al-
Habsyi di negerinya, beliau dibesarkan dalam didikan pamannya sehingga mengikuti jalan dan
perilakunya.

Sebelum genap berusia tujuh tahun, beliau telah mulai belajar Al-Qur'an kepada mu'allim Ali
Syuwa'i di tempat pengajian umum di Hauthah. Kemudian beliau menghatamkannya pada
Syaikh Ahmad Al-Baiti, munsyid di kubah datuknya, sayyidina Ahmad bin Zain Al-Habsyi. Dalam
perjalanan menuntut ilmunya dari segala kemungkinan untuk belajar baik ketika masih di
Hauthah maupun di berbagai tempat lain di Hadramaut. Disebagian tempat beliau menetap
dalam waktu lama dan di sebagian lain beliau hanya tinggal beberapa saat. Al-Ghorfah, Sewun,
Tarim, Syibam dan Du'an adalah sebagian diantara kota-kota yang didatanginya.

Selain mempelajari Al-Qur'an, sejak kecil beliau juga belajar ilmu fiqih, hadits, tafsir, tasawwuf,
nahwu, sharaf, dan sebagainya. Di dalam Qurrah al-'Ain karya disebutkan, di antara kitab-kitab
yang dibacanya pada pamannya, Al-Habib Sholeh dan pamannya yang lain Al-Habib Abdullah,
adalah kitab Ar-Risalah Al-Jami'ah datuknya Al-Habib Ahmad bin Zain , Bidayah Al-Hidayah dan
umdah as-Salik dalam fiqih, Al-Jurummiyah dan Al-Mutammimah dalam nahwu. Kepada
gurunya Al-Habib Abdullah bin Thoha Al-Haddar Al-Haddad, beliau belajar membaca kitab Fathul
-Mu'in, rujukan sangat penting dalam fiqih syafi'i.

Guru-gurunya yang lain dalam fiqih dan tasawwuf adalah Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi,
Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi, Al-Habib Idrus bin Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi, Al-
Habib Muhsin bin Alwi Assegaf , Al-Habib Hasan bin Husein bin Ahmad Al-Haddad, dan lain-lain.
Di antara semua gurunya yang menjadi syaikh fath adalah Al-Habib Ali bin Muhammad Al-
Habsyi.
Sejak kecil beliau sering didoakan dan diilbaskan (dikenakan pakaian, yang bertujuan sebagai
inspirasi atau pengakuan) oleh para alim ulama. Muridnya, Al-Allamah As-Sayyid Abdullah bin
Thahir Al-Haddad mengatakan dalam kitab qurrah Al-'Ain bahwa, di antara yang berdoa dan
meng-ilbas-nya adalah Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr seorang ulama terkemuka. Banyak
gurunya yang telah melihat kelebihannya sejak kecil. Mereka telah melihat tanda-tanda kewalian
pada dirinya.

Tahun 1281 H, pada usia 16 tahun beliau menunaikan haji untuk pertama kalinya dengan
menaiki kapal dagang yang menuju ke Jeddah. Setelah itu kembali ke negerinya, Hauthah.
Tetapi hanya beberapa bulan berada di tengah-tengah keluarganya, setelah itu beliau kembali
lagi ke Hijaz untuk menunaikan haji yang kedua, setelah musim haji selesai beliau tidak pulang
melainkan menetap di Haramain dan menimba ilmu kepada para ulama.

Di antara para gurunya di Haramain adalah sayyid Fadhl bin Alwi bin Alwi bin Muhammad bin
Sahl maulad Dawileh (yang kemudian menjadi tokoh habaib di Turki, Al-Allamah Sayyid Ahmad
Zaini Dahlan, mufti syafi'I di Makkah, Al-Allamah Sayyid Umar bin Abdullah Al-Jufri, dan Al-
Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-'Azab, beliau juga mendalami tajwid kepada
sayyid Muhammad An-Nuri.

Kemudian takdir Allah menentukan beliau untuk pergi ke India, setelah itu beliau menuju
Singapura dan Jakarta. Selama beberapa tahun beliau tinggal di Jakarta menggeluti
perdagangan di samping belajar kepada Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Muhammad bin
Hamzah Al-Attas, Al-Allamah Al-Habib Umar bin Hasan Al-Jufri dan sejumlah tokoh ulama
lainnya.

Guru-guru beliau saat menuntut Ilmu

Al-Habib Sholeh bin Muhammad Al-Habsyi

sayyidina Ahmad bin Zain Al-Habsyi

Al-Habib Abdullah bin Thoha Al-Haddar Al-Haddad

Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi


Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi

Al-Habib Idrus bin Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi

Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegafi

Al-Habib Hasan bin Husein bin Ahmad Al-Haddad

Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr

sayyid Fadhl bin Alwi bin Alwi bin Muhammad bin Sahl maulad Dawileh (yang kemudian menjadi
tokoh habaib di Turki)

Al-Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (mufti syafi'i di Makkah)

Al-Allamah Sayyid Umar bin Abdullah Al-Jufri

Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-'Azab

Sayyid Muhammad An-Nuri

Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah Al-Attas

Al-Allamah Al-Habib Umar bin Hasan Al-Jufri

Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi memiliki murid-murid diantaranya:

Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi

Al-Habib alwi bin Muhammad bin thohir Al-Haddad

Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegafi

Habib Muhammad sebagai ulama yang berakhlak mulia, dan sangat dermawan. Beliau begitu
ramah dan penuh kasih sayang, sehingga siapa pun yang duduk di sampingnya merasa
dirinyalah yang paling dicintai. Beliau selalu tersenyum, tutur katanya lemah lembut. Itu semua
tiada lain karena beliau berusaha meneladani akhlaq mulia Rasulullah SAW.

Anak-anak yatim yang dipelihara oleh beliau, mereka menilai bahwa Al-Habib Muhammad bin
Idrus Alhabsyi lebih baik dari ayah-ayah mereka, karena beliau menyamakan anak-anak yatim itu
dengan anak-anak sendiri, di dalam memberikan pakaian, makanan, minuman dan tempat tidur.
Ketika anak-anak yatim itu telah besar, beliau mengurus perkawinan mereka dan memberikan
apa-apa yang mereka perintahkan. Tidak mengherankan beliau adalah ayah dari anak-anak
yatim dan miskin.

Tak heran jika masyarakat di sekitar rumahnya, bahkan hampir di seluruh Surabaya, sangat
mencintai, hormat dan segan kepadanya. Beliau juga dikenal sebagai juru damai. Setiap kali
timbul perbedaan pendapat, konflik, pertikaian di antara dua orang atau dua fihak, beliau selalu
tampil mencari jalan keluar dan mendamaikannya. Sesulit dan sebesar apa pun beliau selalu
dapat menyelesaikannya.

Sebagai dermawan, beliau juga dikenal gemar membangun tampat ibadah. Beliau, misalnya,
banyak membantu pembangunan beberapa masjid di Purwakarta (JawaBarat) dan Jombang
(Jawa Timur). Beliau pula yang pertama kali merintis penyelenggaraan haul para waliyullah dan
shalihin. Untuk pertama kalinya, beliau menggelar haul Habib Muhammad bin Thahir Al-Haddad
di Tegal, Jawa Tengah. Beliau juga merintis kebiasaan berziarah ke makam para awliya dan
shalihin.

Wasiat Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi

Setiap apa-apa yang menimpa Anda ataupun orang lain hal-hal yang menyimpang atau kesulitan
-kesulitan, gangguan-gangguan dan cobaan-cobaan, semua ini adalah penyebab dari mereka
meremehkan perintah Allah, tidak menganggap dan tidak peduli atas hak-hak Allah yang
seharusnya dipenuhi oleh hamba-Nya.

Sebagaimana yang telah engkau saksikan, seseorang itu jika istrinya tidak melaksanakan shalat
maka dia diam saja tanpa memberi tindakanmu, tetapi jika sang istri mengubah rasa masakan
yang biasa dimakannya atau tidak mencucikan pakaiannya, maka seketika itu juga amarahnya
kepada istri.

masalah yang sering terjadi di depan mata kita, maka seharusnyalah manusia itu muncul untuk
memulai bertaubat setiap pagi, siang, dan malam hari bahkan jika perlu setiap saat selama
hidupnya, karena manusia itu setiap saat selamat dari dosa yang diperbuatnya, kecuali orang-
orang yang dihargai oleh Allah ta'ala dan itupun sedikit sekali.

Semoga Allah selalu menjadikan kita dan kaum muslimin sebagai orang-orang yang selalu
berjalan di atas jalan yang sesuai dengan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tanda-tanda dari lemahnya iman adalah berpalingnya manusia dari qodho dan qodar. Oleh
karena itu engkau akan melihat seseorang apabila ia tidak berhasil memperoleh apa-apa yang
diinginkannya, maka ia akan merasa sangat sulit dan sulit baginya. Sehingga keadaan ini
menjadikan tabiatnya berubah menjadi keras terhadap keluarga dan anak-istrinya.

Seandainya saya mengerti bahwa semua itu adalah irodah (kehendak) dan qodho (ketentuan)
dari Allah semata, maka hati akan menjadi teduh dan akan menyerahkan semua urusan yang
dialaminya kepada Allah Ta'ala.

Keadaan seperti ini jarang terjadi kecuali dengan memberi kabar gembira pada hati kita dengan
adanya iman yang melekat di dalamnya, sehingga akan membangkitkan rasa selalu ingat
kepada Allah Ta'ala dan akan mencegah dari masuknya setan ke dalam hati, serta akan
menyelamatkan hati dari berpaling kepada hal yang buruk.

Menerima apa yang telah terjadi itu adalah suatu lautan yang bebas dalam.

Beliau wafat di Surabaya pada malam Rabu, 12 Rabi'ul Akhir 1337 H /1917 M. Jenazahnya
dimakamkan di Pemakaman Ampel Gubah, Kompleks Masjid Ampel, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai