Anda di halaman 1dari 6

AHLI BAHASA DI ARAB DAN BARAT

 Hidayatul Hikmah 200301110211


 Mawaddata Luthfialana 200301110213
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
 mawaddataluthfialana@gmail.com
 hidayatulhikmah68@gmail.com

ABSTRAK
Dunia dengan berbagai kekayaan ilmu dan pengetahuan terutama tentang kebahasaan dan
kesusteraan telah melahirkan banyak pemikir dan pemerhati bahasa al-Qur'an, terutama
dalam perkembangan Ilmu Bahasa Arab. Selama ini kita lebih akrab dengan tokoh-tokoh lain,
dari pada tokoh-tokoh atau ilmuwan-ilmuwan (intelektual) Islam. Tentunya kita sadar bahwa
ilmu-ilmu yang kita baca dan kita pelajari saat ini tidak datang dengan sendirinya melainkan
sebuah produk yang dihasilkan oleh pemikir-pemikir zaman dulu, sehingga kurang afdal
kalau kita hanya mempelajari karya-karya mereka tanpa mengenal siapa mereka. Dan jika
kita mengenalnya hanyalah nama masyhurnya saja, tidak sampai mengetahui di mana mereka
dilahirkan, kapan wafatnya, apa saja karya-karyanya dan lain sebagainya maka kurang
lengkap rasanya. Dalam artikel ini, penulis mencoba membahas tokoh dan sumbangsihnya
dalam proses perkembangan Ilmu Bahasa Arab, serta karya-karyanya yang telah diwariskan
kepada kita.

Kata Kunci: Ahli, Bahasa, Arab, Barat

Ahli tata bahasa paling terkenal di Andalusia dan Maroko


1- Yudi:
Dia adalah putra Utsman al-Nahawi al-Maghribi (11), dibesarkan di Muror "dekat Kairouan"
dan tanggapan Irak diambil dari al-Kisa'i, al-Fara' dan al-Riyashi, dan dia meriwayatkan atas
otoritas al-Kisa'i kitabnya dan menemaninya sekembalinya ke tanah airnya, negeri, dan seribu
dalam tata bahasa dan dikeluarkan untuk kemaslahatan sampai ia meninggal di Kordoba pada
tahun 198 H.

2- Hamdoun:
Dia adalah ahli tata bahasa Maroko "Muhammad bin Ismail" yang dibesarkan di Kairouan
dan belajar dari Al-Mahri, kemudian mencapai tujuan dalam tata bahasa dan
keanehan.Setelah 200 H.

3- Kutu daun:
Dia adalah "Muhammad bin Musa" Andalusia yang melakukan perjalanan ke Timur, jadi dia
mengambil di Mesir atas otoritas Abu Ali Al-Dinuri kitab Sibawayh, dan menyalinnya, dan
di Basra dari Al-Mazini, kemudian kembali ke Andalusia dengan kitab tersebut, dan
kemungkinan besar ia adalah orang pertama yang memasukkan kitab Andalusia, ia meninggal
di Kordoba pada tahun 307 H.

4- Muhammad bin Yahya Al-Rabahi Al-Andalusi:


Dia berasal dari Jian, dan ayahnya pindah ke Kastil Rabah “dari karya Talila.” Dia menguasai
ilmu-ilmu bahasa Arab dan terkenal dengan tata bahasa; Dan dia melakukan perjalanan ke
Mesir dan bertemu Abu Jaafar al-Nahhas dan meriwayatkan darinya kitab Sibawayh

hal.133

Kemudian dia kembali ke Andalusia dan menerima Al-Zubaydi atas namanya. Pangkatnya
dihormati di Al-Mustansir Al-Hakam oleh Allah, dan dia mengawasi kantor, dan dia tetap
menjadi favorit sampai dia meninggal di Cordoba pada tahun 358 H.

6- Yang paling berpengetahuan

Dia adalah Abu Al-Hajjaj Yusuf bin Suleiman, yang dikenal sebagai orang yang paling
berpengetahuan (13) “karena belahan bibir atasnya.” Dia lahir di Shantamria, “sebuah kota di
barat Andalusia.” Dia memiliki kecenderungan sastra. , seperti yang Anda lihat dalam
tulisan-tulisannya. Dia memiliki penjelasan tentang kalimat untuk Al-Zajji dan penjelasan
tentang bukti Sibawayh, bukti kalimat, Diwan Zuhair, dan semangat dan lain-lain. Dia
meninggal di Seville pada tahun 476 H.

Ahli tata bahasa paling terkenal di Arab:

1. Abu al-Aswad ad-Du’ali


Abu al-Aswad ad-Du’ali lahir pada tahun 603 M. Ia masuk Islam pada masa kenabian
Nabi Muhammad SAW. Nama aslinya adalah Dzalam bin Amru bin Sufyan bin Jandal bin
Yu’mar bin Du’ali. Nama al-Aswad adalah nama panggilan akrabnya, sedangkan nama ad-
Du’ali merupakan nama kabilah asalnya yang bernama kabilan Du’al dari Bani Kinanah.
Salah satu sumbangan terbesar Abu al-Aswad adalah perumusan harakat atau tanda baca.
Dalam perkembangannya, perumusan harakat ad-Du’ali disempurnakan oleh murid-muridnya
sepeninggal beliau, yakni Nasr ibn Ashim (W. 707 M) dan Yahya ibn Ya’mur (W. 708 M)
pada masa Khilafah Bani Umayyah di bawah kepemimpinan Abdul Malik ibn Marwan.
Selain perumusan harakat, ad-Du’ali juga merumuskan kaidah tata bahasa Arab dan i’rab,
sehingga beliau dikenal sebagai peletak dasar ilmu i’rab dan banyak yang berguru kepadanya
tentang ilmu Nahwu. Berkat kesungguhannya dalam mengajar, banyak di antara murid-
muridnya yang akhirnya juga menjadi pakar dalam Ilmu Bahasa Arab seperti Abu Amru bin
‘Alaai, Al-Kholil al-Farahidi al-Bashri yang merupakan pelopor ilmu Arudh dan penulisan
kamus pertama, dan masih banyak sederet nama lainnya. Ad-Duali mengabdikan hidupnya
untuk menelaah keilmuan tata bahasa Arab hingga wafatnya pada 688 M di Bashrah karena
wabah penyakit.

2. Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi


Beliau adalah seorang ulama ahli bahasa dan sastra Arab, penemu Al-‘Arudh ( ilmu
persajakan Arab). Guru utamanya dalam ilmu bahasa Arab adalah Ibnu Abi Ishaq Al-
Hadhrami (ahli bahasa yang pertama kali menyusun ensiklopedia Nahwu).
Nama dan nasab lengkap beliau adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi bin ‘Amru bin
Tamim Al-Farahidi Al-Azdi Al-Yahmadi Al-Bashri. Namun beliau lebih dikenal dengan Al-
Khalil bin Ahmad Al-Farahidi saja. Kunyah beliau adalah Abu Abdirrahman. Beliau lahir di
Oman pada tahun 100H. Dan sejak kecil sudah hijrah ke Basra, dan menetap di sana hingga
wafat.
Sejak dini beliau tekun menuntut ilmu, dan berguru dari beberapa ulama besar. Guru
bahasa Arabnya selain Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami adalah Abu Amru Al-Bashri, dan Isa bin
Umar Ats-Tsaqafi. Selain ilmu bahasa Arab, beliau juga belajar hadits dan meriwayatkannya
dari beberapa ulama hadits, semisal Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal,
Al-‘Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan.
Berikut ini beberapa nama-nama murid yang menonjol dan disebutkan oleh ahli sejarah,
diantaranya adalah Sibawaih, Abdulmalik bin Quraib Al-Asma’i, Al-Kisa’i, An-Nadhar bin
Syamil, Harun bin Musa an-Nahwi, Wahb bin Jarir, dan Ali bin Nashr al-Hadhrami.
3. Sibawaih
Sibawaih yang bernama asli Abu Bisyr Amr bin Utsman bin Qanbar Al-Bishri merupakan
seorang ahli gramatika (nahwu) yang paling terkenal dalam sejarah bahasa Arab, meskipun
sebenarnya dia adalah orang Persia yang kurang bagus dalam bercakap dalam bahasa Arab.
Karyanya yang berjudul Al-Kitab merupakan kitab tata bahasa bahasa Arab yang pertama
kali dibukukan. Meskipun besar pengaruhnya di dalam perkembangan ilmu bahasa Arab.
Dia lahir pada tahun 760 M di Hamdan (sekarang Iran) dan meninggal di Shiraz
(sekarang Iran), sekitar tahun 796 M (180 H). Sibawaih merupakan murid dari Al-Khalil bin
Ahmad al-Farahidi dan Yunus bin Habib, dua orang ahli bahasa. Dia asli kelahiran Persia,
tepatnya di kota Baidha. Kemudian ia bersama keluarganya hijrah ke kota Basrah, dan di sana
ia tumbuh berkembang dalam lingkungan ilmiah. Ilmu pengetahuan pertama yang dia pelajari
adalah Fikih dan Hadist.
Sibawaih mempelajari hadis dari Hamad Bin Sahnah. Guru Sibawaih dalam bidang
nahwu adalah Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Dia guru besar Sibawaih, sementara
Khalil sendiri adalah murid Abu Amr bin al-'Ala, seorang ahli. qira'at sab'ah (tujuh qiraat
yang diakui).
Nama Sibawaih berasal dari bahasa asli Persia yang berarti semangka yang harum.
Walaupun dia meninggal dunia dalam usia yang masih muda, yakni tiga puluh dua tahun,
selama hidupnya dia telah menelurkan beberapa karya besar dang sangat bermanfaat.
Karangannya yang terkenal adalah kitab al-Sibawaih. Jika ada orang yang mengatakan 'al-
kitab', maka yang dimaksudkan adalah kitab al-Sibawaih. Beliau memiliki banyak karya
ilmiyah/buku, diantaranya: Mu’jam Al-‘Ain, Kitab An-Nagham, Kitab Al-‘Aruudh, Kitab
Asy-Syawaahid, Kitab An-Nuqath wa Asy-Syakl, Kitab Al-Iiqaa’, dan Kitab Ma’aanii Al-
Huruuf. Beliau wafat di kota Basra – Iraq pada bulan Jumada Al-Aakhirah tahun 174H, pada
masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti Abbasiyyah.

4. Abdul Qahir Al-Jurjani


Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Abdul Qahir bin Abdur Rahman bin Muhammad
al-Jurjani. Beliau lahir dan menetap di Negri Jurjan, satu daerah yang masuk dalam negri Iran
saat ini. Tidak di ketahui kapan tahun kelahiran beliau. Beliau di lahirkan dalam keluarga
yang miskin. Beliau belajar kepada para ulama negri kelahirannya sehingga beliau
mengungguli para ulama semasa beliau dalam keilmuan beliau. Beliau tidak pernah
berangkat ke luar Jurjan untuk menuntut ilmu. Namun walaupun demikian beliau berhasil
menguasai berbagai macam ilmu bahkan beliau di kenal sebagai pencetus (wadhi`) ilmu
balaghah.
Dalam bidang fiqh beliau bermazhab Syafii, sedangkan dalam bidang aqidah beliau
merupakan pengikut Mazhab Asy`ari . Beliau mengambil ilmu nahwu di negri kelahiran
beliau dari Abu Husen Muhammad bin Hasan al-Farisi. Bahkan Imam Sayuthi dalam kitab
Bughyatul Mu`ah mengatakan bahwa Imam Jurjani tidak mengambil ilmu dari selain Imam
Abu Husen al-Farisi. Namun Yaqut al-Hamwa menyebutkan salah satu guru dari imam
Jurjani adalah Imam Ali bin Abdul Aziz al-Jurjani (w. 392 H) salah seorang qadhi Negri
Jurjan.
Sebelum mencetuskan ilmu balagah, Imam Abdul Qahir telah di kenal sebagai pakar
dalam ilmu nahwu, selain juga pakar dalam ilmu kalam, dan fiqh. Beliau diakui sebagai
ulama yang besar dan berpegah teguh pada agama. Karya-karya beliau antara lain: Asrar
Balaghah, Dalail al-I`jaz, al-Jumal fin Nahmi, Talkhish (syarah dari kitab beliau al-Jumal),
at-Tatimmah fin Nahwi, al-Mughni fi Syarh al-Idhah Abu Ali al-Farisi (30 jilid), al-'umdah fi
Tashrif al-af`al, al-Awamil al-miah fi ilm Nahwi, Tazkirah, al-Miftah dll. Beliau wafat tahun
471 H, pendapat lain mengatakan tahun 474 H.

5. Ibnu Faris Al-Razi


Abul Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya bin Hubaib Al-Qazwini Al-Razi (329-395
H/941-1004 M), demikian nama lengkap Ibnu Faris. Ada pendapat lain yang mengatakan,
bahwa aslinya adalah Ahmad bin Zakaria bin Faris lahir di daerahristaq al-zahra, sebuah
kampung yang termasuk bagian dari desa Karsifah Jiyanabadz di wilayah Qoawin. Semua
ulama sepakat bahwa Ibnu Faris meninggal dunia di kota Raid dan makamnya berhadapan
dengan Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz Al-jurjani.
Tahun wafatnya Ibnu Faris masih diperselisihkan, ada yang mengatakan Ibnu Faris
meninggal pada tahun 360 H, ada yang mengatakan 369 H. Sebagaimana ilmuwan lainnya,
Ibnu Faris juga gemar mencari ilmu. Tempat paling lama yang di diami oleh ibnu faris adalah
kota Hamzan sebelum akhirnya ia pindah ke kota Raid dan meninggal dunia disana.
Guru yang paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian Ibnu Faris adalah ayahnya
sendiri yaitu Faris bin Zakaria. Seorang fakih, ahli bahasa juga sastrawan. Ibnu Faris banyak
belajar fiqih madzhab Syafi’i dari ayahnya dan ia pindah ke madzhab Malikiyah ketika ia
tinggal di kota Rai.
Ibnu Faris bukan hanya mumpuni di bidang leksikologi dan ilmu bahasa saja, namun ia
adalah ulama yang memiliki kemampuan yang lengkap di berbagai bidang. Hal itu dapat
dilihat dalam karya-karya tulisnya yang mencakup berbagai bidang ilmu. Paling tidak ada 45
buku yang ditulis oleh Ibnu Faris. Diantaranya : Al-Ittiba’ wal Muzawwijah, Ikhtilaf
Nahwiyyin, Akhlaqun Nabi, Ushul Fiqh, Al-Ifrad, Al-Amaly, serta masih banyak yang
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai