1. perkembangan
Sejarah peradaban Islam mencatat, dinasti pertama selepas masa Kekhalifahan Rasyidin
(632-661 Masehi) adalah Dinasti Umayyah yang dipelopori oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan.
Kendati sistem politiknya bertolak jauh dari sistem Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa
Kekhalifahan Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan terbilang pesat.
Berbeda dari masa Kekhalifahan Rasyidin yang menggunakan musyawarah untuk
mengangkat khalifah, dinasti-dinasti Islam setelahnya, termasuk Kekhalifahan Umayyah,
mewariskan kekuasaan melalui jalur keturunan. Dengan kata lain, khalifah dipilih dari anak
khalifah sebelumnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah di Damaskus meliputi 3
bidang, yaitu bidang diniyah, bidang tarikh, dan bidang filsafat. Pada masa itu kaum muslimin
memperoleh kemajuan yang sangat pesat, tidak hanya penyebaran agama Islam saja, tetapi
juga penemuan-penemuan ilmu lainnya. Pembesar Bani Umayyah secara khusus
menyediakan dana tertentu untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Para khalifah
mengangkat ahli-ahli cerita dan mempekerjakan mereka dalam lembaga-lembaga ilmu,
berupa masjid-masjid dan lembaga lainnya yang disediakan oleh pemerintah. Kebijakan ini
mungkin karena didorong oleh beberapa hal:
Pemerintah Bani Umayyah dibina atas dasar kekerasan karena itu mereka
membutuhkan ahli syair, tukang kisah, dan ahli pidato untuk bercerita menghibur para
khalifah dan pembesar istana;
Jiwa Bani Umayyah adalah jiwa Arab murni yang belum begitu berkenalan dengan
filsafat dan tidak begitu serasi dengan pembahasan agama yang mendalam. Mereka
merasa senang dan nikmat dengan syair-syair yang indah dan khutbah-
khutbah balighah (berbahasa indah).
2. Macam-macam ilmu
Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa perkembangan gerakan ilmu pengetahuan dan
budaya pada masa Bani Umayyah I di Damaskus memfokuskan pada tiga gerakan besar yaitu:
Gerakan ilmu agama, karena didorong oleh semangat agama yang sangat kuat pada
saat itu;
Gerakan filsafat, karena ahli agama di akhir Daulah Umayyah I terpaksa
menggunakan filsafat untuk menghadapi kaum Nasrani dan Yahudi; dan
Gerakan sejarah, karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat.
A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pengembangan budaya, filsafat, dan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah I di
Damaskus difokuskan pada beberapa bidang di antaranya:
a) Ilmu Tafsir. Setelah Daulah Umayyah I di Damaskus berdiri, kaum muslim berhajat
kepada hukum dan undang-undang yang bersumber dari al-Qur’an, sedangkan
para qurra dan mufassirin menjadi tempat bertanya masyarakat dalam bidang hukum.
Pada zaman ini keberadaan tafsir masih berkembang dalam bentuk lisan dan belum
dibukukan. Ilmu tafsir pada saat itu belum berkembang seperti pada zaman Bani
Abbasiyah.
b) Ilmu Hadis. Pada saat mengartikan makna ayat-ayat al-Qur’an, kadang-kadang para
ahli hadis kesulitan mencari pengertian dalam hadis karena terdapat banyak hadis yang
sebenarnya bukan hadis. Dari kondisi semacam ini maka timbullah usaha
para muhadditsin untuk mencari riwayat dan sanad hadis. Proses seperti ini pada
akhirnya berkembang menjadi ilmu hadis dengan segala cabang-cabangnya.
Perkembangan hadits diawali dari masa khalifah Umar bin Abdul Aziz dan ulama
hadits yang mula-mula membukukan hadis yaitu Ibnu Az-Zuhri atas perintah khalifah
Umar bin Abdul Aziz.
c) Ilmu Qira’at. Dalam sejarah perkembangan ilmu, yang pertama kali berkembang
adalah ilmu qiraat. Cabang Ilmu ini mempunyai kedudukan yang sangat penting pada
permulaan Islam sehingga orang-orang yang pandai membaca al-Qur’an pada saat itu
disebut para Qurra. Setelah pembukuan dan penyempurnaan al-Qur’an pada masa
Khulafaur Rasyidin dan al-Qur’an yang sah dikirim ke berbagai kota wilayah bagian,
kemudian lahirlah dialek bacaan tertentu bagi masing-masing penduduk kota tersebut
dan mereka mengikuti bacaan seorang qari’ yang dianggap sah bacaannya. Akhirnya
muncul dan masyhurlah tujuh macam bacaan yang sekarang terkenal dengan
nama Qiraat sab’ah kemudian selanjutnya ditetapkan sebagai bacaan standar.
d) Ilmu Nahwu. Dengan meluasnya wilayah Islam dan didukung dengan adanya upaya
Arabisasi maka ilmu tata bahasa Arab sangat dibutuhkan. Sehingga dibukukanlah ilmu
nahwu dan menjadi salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari. Memulai
mempelajari tata Bahasa Arab yang dikenal dengan nama nahwu adalah ketika
seorang bayi memulai berbicara di lingkungannya. Tanpa tata bahasa maka
pembicaraan tidak akan baik dan benar. Setelah banyak bangsa di luar bangsa Arab
masuk Islam dan sekaligus wilayahnya masuk dalam daerah kekuasaan Islam maka
barulah terasa bagi bangsa Arab dan mulai di perhatikan dengan cara menyusun ilmu
nahwu. Adapun ilmuwan bidang bahasa pertama yang tercatat dalam sejarah
perkembangan ilmu yang menyusun ilmu nahwu adalah Abu al-Aswad al-Dualy yang
berasal dari Baghdad. Salah satu jasa dari Al-Dualy adalah menyusun gramatika Arab
dengan memberikan titik pada huruf-huruf hijaiyah yang semula tidak ada. Abu
Aswad Al-Dualy wafat tahun 69 H. Tercatat beliau belajar dari sahabat Ali bin Abi
Thalib, ada ahli sejarah mengatakan bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib-lah bapaknya
ilmu nahwu.
e) Tarikh dan Geografi. Geografi dan tarikh pada masa ini telah menjadi cabang ilmu
tersendiri. Dalam mengembangkan ilmu tarikh ilmuwan pada masa ini mengumpulkan
kisah tentang Nabi dan para Sahabatnya yang kemudian dijadikan landasan bagi
penulisan buku-buku tentang penaklukan (maghazi) dan biografi (shirah). Munculnya
ilmu geografi dipicu oleh berkembangnya dakwah Islam ke daerah-daerah baru yang
luas dan jauh. Penulisan sejarah Islam dimulai pada saat terjadi peristiwa-peristiwa
penting dalam Islam dan dibukukannya dimulai pada saat Bani Umayyah dan
perkembangan pesat terjadi pada saat Bani Abbasiyah. Demikian begitu pesatnya
perkembangan sejarah Islam sehingga para ilmuan berkecimpung dalam bidang itu
dapat mengarang kitab-kitab sejarah yang tidak dapat dihitung banyaknya. Sampai
sekarang prestasi penulisan sejarah pada saat Bani Umayyah dan Abbasiyah tidak
dapat ditandingi oleh bangsa manapun, tercatat kitab sejarah yang ditulis pada zaman
itu lebih dari 1.300 judul buku.
f) Seni Bahasa. Umat Islam masa Bani Umayyah selain telah mencapai kemajuan dalam
bidang politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, juga telah tumbuh dan berkembang
seni bahasa. Perhatian kepada syair Arab Jahiliyah timbul kembali dan penyair-
penyair Arab barupun timbul, seperti Umar Ibn Abi Rabi’ (w. 719 M), Jamil Al-Udhri
(w. 701 M), Qays Ibn Al-Mulawwah (w. 699 M) yang lebih dikenal dengan nama
Majnun Laila, Al-Farazdaq (w. 732 M), Ummu Jarir (w. 792 M), penyair yang
mendukung dan memelihara kemulian Badui dan yang syair-syairnya menonjol karena
nafas-nafas spiritualnya, dan Al-Akhtal (w. 710 M) yang beragama Kristen aliran
Jacobite. Pada masa ini seni dan bahasa mengambil tempat yang penting dalam hati
pemerintah dan masyarakat Islam pada umumnya. Pada saat kota-kota seperti Bashra
dan Kuffah adalah pusat perkembangan ilmu dan sastra. Orang-orang Arab muslim
berdiskusi dengn bangsa-bangsa yang telah maju dalam hal bahasa dan sastra. Di kota-
kota tersebut umat Islam menyusun riwayat Arab, seni bahasa dan hikmah atau
sejarah, nahwu, sharaf, balaghah, dan juga berdiri klub-klub para pujangga. Pada masa
ini juga muncul terjemahan-terjemahan awal naskah-naskah filsafat Yunani dari
bahasa Suryani ke bahasa Arab.
3. Tokoh-tokoh
Tokoh Ilmuwan Muslim Pada Masa Dinasti Bani Umayyah:
Dia salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada
kebenaran di hadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar
diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah.
Rabi’ah al-Adawiyah : Rabiah Al-Adawiyah (Arab: )رابعة العدوية القيسية
dikenal juga dengan nama Rabi'ah Basri adalah seorang sufi wanita yang
dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah
merupakan klien (bahasa Arab: Mawlat) dari klan Al-Atik suku Qays bin
'Adi, dimana ia terkenal dengan sebutan al-Qaysyah Ia dikenal sebagai
seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan
duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada
Allah.
Abu Hurairah biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah
(bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan
membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering
mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia
dikenal paling banyak meriwayatkan hadis.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin
Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman
bin Shakhr.
D. Dalam Bidang Tafsir:
Abdullah bin Abbas : Abdullah bin Abbas (عبد هللا بن عباس, kr. 619 - Thaif,
kr. 687 (78 H)) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad sekaligus saudara
sepupunya. Nama Ibnu Abbas ( )ابن عباسjuga digunakan untuknya untuk
membedakannya dari Abdullah yang lain.
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas, dan
banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, serta dia juga
menurunkan seluruh Khalifah dari Bani Abbasiyah.
Abdullah bin Mas’ud : Abdullah bin Mas'ud (bahasa Arab: عبدهللا بن مسعود,
wafat 652) adalah sahabat Nabi Muhammad dan orang keenam yang
masuk Islam setelah Nabi Muhammad mengawali dakwah di Mekah.
Abdullah adalah sahabat Nabi yang mempunyai ukuran badan paling kecil.
Ia juga disebut sebagai sahabat nabi yang bersahabat dengan sandal Nabi.
Abdullah bin Mas'ud pada awalnya dikenal sebagai pelayan dari Uqbah bin
Abu Mu'aith dan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang terdahulu
dalam memeluk agama Islam. Ia memiliki kepandaian dan pengetahuan
yang mendalam tentang Islam. Ia memperoleh umur yang panjang dan
hidup hingga masa Kalifah Utsman bin Affan dan meninggal yang
disebabkan usia yang tua. Dia dimakamkan di pemakaman Baqi, Madinah.
Said bin Jabir: Sa’id bin Jubair adalah seorang tabi’in, ahli fiqih dan
periwayat hadits yang berkedudukan di Kufah. Ia juga merupakan ahli
tafsir dan salah seorang murid dari Ibn Abbas. Karena ketinggian ilmunya
sehingga ia digelari Jahbadz al ‘Ulama (pemuka ulama). Dia adalah
seorang Imam, Al-Hafidz (yang hafal banyak hadits dalam jumlah tertentu
dan menghafal Al-Qur’an), dan salah seorang yang mati syahid.
Sa’id ibn Jubair ibn Hisyam al Asadi, biasa dipanggil Abu Abdillah
merupakan keturunan Habasyah (Ethiopia) dan menjadi maula Walibah bin
Harits dari Bani Asad. Ia tinggal di Kufah dan menjadi salah seorang
tabi’in terkemuka disana.
E. Ilmu Kimia:
Abbas bin Firnas : Abbas Abu Firnas atau yang memiliki lengkap Abbas
Qasim bin Firnas adalah ilmuwan serba bisa yang menguasai beragam
disiplin ilmu pengetahuan. Selain dikenal sebagai seorang penerbang
perintis yang tangguh, dia juga adalah seorang ahli kimia. Dia dikenal ahli
dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang
humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang
penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada saat
pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).
Abbas Ibn Firnas lahir di Izn-Rand Onda, Andalusia pada tahun 810 M dan
menjalani masa kehidupannya di Cordoba. Ilmuwan penemu serba bisa ini
meninggal tahun 887 M/274 H. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Sir
George Cayley, Otto Lilienthal, Santos-Dumont dan Wright Bersaudara.
Merekalah yang dikenal berjasa merintis dunia penerbangan hingga
menjelma menjadi industri modern seperti sekarang ini. Tapi apakah anda
tahu bahwa peletak dasar konsep pesawat terbang pertama adalah seorang
ilmuwan Muslim dari Spanyol, Abbas Ibnu Firnas. Dialah orang pertama
dalam sejarah yang melakukan pendekatan sains dalam mempelajari proses
terbang. Ibnu Firnas pun layak disebut sebagai manusia pertama yang
terbang, ribuan tahun sebelum Wright Bersaudara berhasil melakukannya.
F. Ilmu Kedokteran:
Abu al-Qasim al-Zahrawi : Abu Qasim al-Zahrawi adalah seorang pioner
dalam ilmu bedah modern. Beliau merevolusi ilmu bedah klasik dan
meletakkan kaidah-kaidah bedah yang menjadi pijakan ilmu bedah modern
saat ini.
Karya lbn Syuhaid, baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja
yang ditemukan. Karyanya dalam bentuk prosa antara lain Risalah al-
Tawabi’ wa al-Zawabigh, Kasyf al-Dakk wa Atsar al-Syakk dan Hanut
‘Athar. la juga menulis beberapa risalah untuk para amir, wazir, sastrawan
dan penulis di antaranya berupa kritik sosial. Puisi-puisinya yang bisa
ditemukan hanya yang diriwayatkan oleh Ibn Bassam dalam al-Dzahirah,
al-Fath ibn Khaqan dalam Matmah al-Anfus, al-Maqaari dalam Nafh al-
Thay-yib, Al-Tsa’alibi dalam Yatimah al-Dahr dan Ibn Khallikan dalam
Wafayat al-A’yan. Puisi-puisi lbn Syuhaid itu berkisar sekitar madah,
ratsa, ghazal, syakwa, fakh, dan washf.
4. Faktor pendukung
Kejayaan Islam di abad pertengahan merupakan pencapaian yang luar biasayang
mungkin tidak akan bisa terulang kembali. Kejayaan Islam yang sangat pesatini terjadi
antara kurun waktu abad ketiga sampai dengan abad kelima Hijriah, yaitu pada masa
pemerintahan daulah Abbasiyah. Dalm kurun waktu tersebut telah banyak melahirkan
tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan muslim yang berkompeten dalam berbagai
bidang keilmuan, baik itu kelimuan Islam maupunilmu-ilmu umum. Olah karena itu,
di periode ini disebut juga dengan periodekabangkitan pemikiran,budaya, ilmu
pengetahuan, dan peradaban.
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650-1250. Periode inidisebut periode
klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaituKerajaan Ummayah
atau sering disebut daulah Ummayah dan KerajaannAbbasiyah yang sering disebut
daulah Abbasiyah. Pada masa bani Ummayah, perkembangan Islam ditandai dengan
meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat
dakwah Islam. Kemajuan Islam padamasa ini meliputi bidang politik, keagamaan,
ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur),sosial, dan bidang militer.
Ada beberapa faktor internal untuk kemajuan peradaban islam pada masa Bani
Umayyah, diantaranya adalah :
Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam2
Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju
Islam sebagai rahmat seluruh alam
Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kejayaan Islam jugaditunjang
oleh beberapa faktor eksternal sebagai berikut:
1. Terjadinya Asimilasi antara Bangsa Arab dan Bangsa Lain
Asimilasi dengan bangsa lain membuat perkembangan ilmu pengetahuancukup
terbantu. Salah satunya adalah asimilasi dengan Persia, yang pengaruhnya sangat kuat
di bidang pemerintahan. Selain itu, juga berjasadalam perkembangan ilmu, filsafat,
dan sastra. Pengaruh India terlihatdalam bidang kedokteran, matematika, dan
astronomi, sedangkan pengaruhYunani masuk melalui terjemahan-terjamahan dalam
banyak bidang ilmu,terutama filsafat.
2.Gencarnya Gerakan Penerjemah
Dalam proses terjemahan ini dilakukan dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a.Pada masa Khalifah Al-Mansyur hingga Harun ar-Rasyid. Pada fase ini
penerjemahan didominasi oleh karya-karya di bidang astronomi danmantik.
b.Pada masa Khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah bidang filsafat dan kedokteran.
c.Setelah tahun 300H. Dalam fase ini proses penerjemahan semakin berkembang,
terutama setelah adanya pembuatan kertas.
https://tirto.id/sejarah-perkembangan-ilmu-pengetahuan-islam-dinasti-umayyah-gabR
https://abdulghofur91.wordpress.com/2019/10/14/proses-perkembangan-ilmu-pengetahuan-masa-
bani-umayyah-i/#:~:text=Perkembangan%20ilmu%20pengetahuan%20pada%20masa,juga
%20penemuan%2Dpenemuan%20ilmu%20lainnya.
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2018/12/biografi-tokoh-ilmuwan-islam-pada-masa-
bani-umayyah.html
https://www.academia.edu/37928745/FAKTOR_YANG_MENDUKUNG_TERJADINYA_PERTUMBUHAN
_ILMU_PENGETAHUAN_PADA_MASA_BANI_UMAYYAH