Anda di halaman 1dari 2

Nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau dikenal sebagai Datu Kelampayan menempati

hati masyarakat Kalimantan dan Indoensia sebagai ulama besar dan pengembang ilmu
pengetahuan dan agama. Belum ada tokoh yang mengalahkan kepopulerannya. Karya-karyanya
hinga kini tetap dibaca orang di masjid dan disebut-sebut sebagai rujukan.

Nama kitabnya Sabilal Muhtadin diabadikan untuk nama Masjid Agung Banjarmasin. Nama
kitabnya yang lain Tuhfatur Raghibin juga diabadikan untuk sebuah masjid yang tak jauh dari
makan Syaikh Arsyad. Tak hanya itu, hampir seluruh ulama di Banjarmasin masih memiliki
tautan dengannya. Baik sebagai keturunan atau muridnya. Sebut saja nama almarhum KH Zaini
Abdul Ghani, yang dikenal dengan nama Guru Sekumpul itu adalah keturunan Syekh Muhammad
Arsyad. Hampir semua ulama di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Malaysia, pernah menimba
ilmu dari syaikh atau dari murid-murid syaikh.

Ulama yang memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abu Bakar bin
Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah Abu Bakar Al-Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin
Husein bin Abdullah Syaikh bin Sayid Abdullah Al-’Aidrus bin Sayid Abu Bakar As-Sakran bin
Saiyid Abdur Rahman As-Saqaf bin Sayid Muhammad Maula Dawilah Al-’Aidrus. Silsilahnya
kemudian sampai pada Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah.
Dengan demikian Syaikh Arsyad masih memiliki darah keturunan Rasulullah.

Abdullah tercatat sebagai pemimpin peperangan melawan Portugis, kemudian ikut melawan
Belanda lalu melarikan diri bersama isterinya ke Lok Gabang (Martapura). Dalam riwayat lain
menyebut bahwa apakah Sayid Abu Bakar As-Sakran atau Sayid Abu Bakar bin Sayid `Abdullah
Al-’Aidrus yang dikatakan berasal dari Palembang itu kemudian pindah ke Johor, dan lalu pindah
ke Brunei Darussalam, Sabah, dan Kepulauan Sulu, yang kemudian memiliki keturunan kalangan
sultan di daerah itu. Yang jelas, para sultan itu masih memiliki tali temali hubungan dengan
Syekh Muhammad Arsyad yang berinduk ke Hadramaut, Yaman. Bapaknya Abdullah merupakan
seorang pemuda yang dikasihi sultan (Sultan Hamidullah atau Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah
1700-1734 M).

Bapaknya bukan asal orang Banjar, tetapi datang dari India mengembara untuk menyebarkan
Dakwah, ia seorang ahli seni ukiran kayu. Semasa ibunya hamil, kedua ibu bapaknya sering
berdoa agar dapat melahirkan anak yang alim dan zuhud. Setelah lahir, orangtuanya mendidik
dengan penuh kasih sayang setelah mendapat anak sulung yang dinanti-nanti ini. Beliau dididik
dengan dendangan Asmaul-Husna, disamping berdoa kepada Allah. Setelah itu diberikan
pendidikan Alquran kepadanya. Kemudian barulah menyusul kelahiran adik-adiknya yaitu; Abidin,
Zainal abidin, Nurmein, Nurul Amein.

Syekh Muhammad Arsyad lahir di Banjarmasin pada hari Kamis dinihari, pukul 03.00 (waktu
sahur), 15 Safar 1122 H atau 17 Maret 1710 M.

Anda mungkin juga menyukai