Anda di halaman 1dari 4

Manaqib Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas

Oleh : Gus Muhammad Irfan Zidny Lc.

beliau lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur. Beliau merupakan rantai jaringan Ulama
Betawi sampai sekarang ini. Beliau memiliki jasa yang sangat besar dalam menorehkan jejak
jejak dakwah dikalangan masyarakat Betawi. Beliau menjadi rujukan umat di zamannya, Al-
Habib Salim bin Jindan mengatakan bahwa Al-Habib... Ali bin Husein Al-Attas dan Al-Habib Ali
Kwitang bagaikan kedua bola matanya, dikarekan keluasan khazanah keilmuan kedua habib itu.

Silsilah beliau adalah : Al-Habib Ali bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Ja'far bin
Muhammad bin Ali bin Husein bin Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas
bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al-
Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali
Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin 'Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin
Muhammad An-Naqib bin Ali Al-'Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali
Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Ali Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasalam.

Beliau lahir di Huraidhah, Hadramaut, pada tanggal 1 Muharram 1309 H, bertepatan dengan
1889 M. semenjak usia 6 tahun beliau belajar berbagai ilmu keislaman pada para ulama dan
auliya yang hidup di Hadramaut saat itu, sebagaimana jejak langkah pendahulunya, setelah
mendalami agama yang cukup di Hadramaut, pada tahun 1912 M beliau pergi ke tanah suci
unuk menunaikan haji serrta berziarah ke makam datuknya Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasalam di Madinah. Disana beliau menetap di Makkah. Hari-hari beliau digunakan untuk
menimba ilmu kepada para ulama yang berada di Hijaz. Setelah 4 tahun (tak banyak ahli sejarah
yang menulis bagaimana perjalanan beliau hingga kemudian tiba di Jakarta) setelah menetap di
Jakarta, beliau berguru kepada para ulama yang berada di tanah air,diantaranya : Al-Habib
Abdullah bin Muhsin Al-Attas (Empang-Bogor) ,
Di daerah Cikini beliau tinggal, sebuah kampung yang masyarakatnya hidup di bawah garis
kemiskinan. Beliau tinggal bersama-sama rakyat jelata. Setiap orang mengenal Habib Ali, pasti
akan berkata “hidupnya sederhana,tawadhu',teguh memegang prinsip, menolak pengkultusan
manusia, dengan berani membela kebenaran, luas dalam pemikiran, mendalam di bidang ilmu
pengetahuan, tidak membedakan-bedakan yang kaya dan miskin, yang mendorong
terbentuknya Negara Indonesia yang bersatu, utuh serta berdaulat, tidak segan-segan menegur
para pejabat yang mendatanginya dan selalu menyampaikan agar jurang antara pemimpin dan
rakyat penghapusan, rakyat mesti dicintai,” hal inilah yang menyebabkan mencintai rakyat Al-
Habib Ali bin Husein Al-Attas, beliau tidak pernah bertanggung jawab kepada orang-orang kaya
harta, karena beliau memiliki kekayaan hati, beliau tidak mau menengadakan di bawah, kecuali
hanya memohon kepada Rabbul 'Alamin. Beliau memiliki ketawakalan yang tinggi kepada Allah
azza wa jalla. Beliau selalu semangat melawan penjajah dengan membawakan ayat-ayat Al-
Qur'an dan Hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasalam yang melawan melawan musuh. “Penjajah
adalah penindas, kafir dan wajib diperangi” begitulah yang sering membersihkan beliau. Beliau
tergolong pejuang yang anti komunis. Pada masa pemberontakan PKI, beliau selalu
mengatakan bahwa “PKI dan komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan rakyat akan selalu
melawan kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para ulama dan auliya yang jasadnya
bertebaran di seluruh nusantara”. Beliau selalu semangat melawan penjajah dengan
membawakan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasalam yang melawan
melawan musuh. “Penjajah adalah penindas, kafir dan wajib diperangi” begitulah yang sering
membersihkan beliau. Beliau tergolong pejuang yang anti komunis. Pada masa pemberontakan
PKI, beliau selalu mengatakan bahwa “PKI dan komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan
rakyat akan selalu melawan kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para ulama dan auliya yang
jasadnya bertebaran di seluruh nusantara”. Beliau selalu semangat melawan penjajah dengan
membawakan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasalam yang melawan
melawan musuh. “Penjajah adalah penindas, kafir dan wajib diperangi” begitulah yang sering
membersihkan beliau. Beliau tergolong pejuang yang anti komunis. Pada masa pemberontakan
PKI, beliau selalu mengatakan bahwa “PKI dan komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan
rakyat akan selalu melawan kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para ulama dan auliya yang
jasadnya bertebaran di seluruh nusantara”. Pada masa pemberontakan PKI, beliau selalu
mengatakan bahwa “PKI dan komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan rakyat akan selalu
melawan kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para ulama dan auliya yang jasadnya
bertebaran di seluruh nusantara”. Pada masa pemberontakan PKI, beliau selalu mengatakan
bahwa “PKI dan komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan rakyat akan selalu melawan
kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para ulama dan auliya yang jasadnya bertebaran di
seluruh nusantara”.
Semasa hidupnya beliau tidak pernah berhenti dan tak kenal lelah dalam berdakwah. Salah satu
karya terbesar beliau adalah kitab Tajul A'ras fi Manaqib Al-Qutub Al-Habib Sholeh bin Abdullah
Al-Attas, sebuah kitab sejarah para ulama Hadramaut yang pernah beliau jumpai, dari masa
penjajahan Inggris di Hadramaut, sehingga sekilas perjalanan para ulama Hadramaut di
Indonesia. Buku itu juga berisi tentang beberapa konten ilmu tasawuf dan Thariqah Alawiyah.
Semasa hidupnya beliau selalu berjuang membela umat, kesederhanaan serta istiqomahnya
dalam mempraktekkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari menjadi taulan yang baik bagi
umat. Beliau selalu mengajarkan dan mempraktekkan bahwa islam mengajak umat dari
bayangan pada cahaya yang terang,

Radio dan pers Indonesia sejak tanggal 16 dan 17 Februari 1976, terus mengumandangkan
berita duka cita atas berpulangnya kepada Rahmatullah Ulama Besar Indonesia, Habib Ali bin
Husen Al-Athas.

Dalam usia 88 tahun, meninggal pada tanggal 16-2-1976 jam 06.10 pagi. Kontan berbagai siaran
berita utama, dan beberapa harian antara lain: Merdeka, Berita Buana, Kompas, Pos Kota, Pelita,
Kantor Berita ANTARA secara nasional memberikan pemberitaan di tempat baik. Sementara itu
radio-radio Asy-Syafi'iyyah, At-Tahyriah serta Cendrawasih setiap 15 menit memberikan kabar
dukacita ini diselingi pengajian-pengajian Al-Quran.

Kantor Berita Antara mewartakan pada tanggal 16-2-1976, bahwa dari pengikut Almarhum yang
mendengar berita wafatnya Habib Ali bin Husin mendatangai kediamannya untuk terakhir
kalinya. Sedangkan upacara penguburan 17 Februari 1976, di Kramat Jati, Cililitan, ratusan ribu
rakyat mengantarkan ulama besar itu ketempat peristirahatannya yang terakhir. Upacara
penguburan yang dipimpin resmi oleh ketua DPR/MPR Dr.Idham Khalid, serta dihadiri oleh
puluhan ulama dan pemimpin Rakyat serta pejabat negara dai Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Pembacaan talqin menurut harian “Pelita” dibacakan
oleh ulama Jawa Tengah, Habib Ali bin Ahmad Al-Attas.

Habib Ali bin Husin Al-Attas lebih dikenal sebagai Habib Ali Bungur ni, karena lama sekali
menetap di bungur Cikini dikampung bersama-sama rakyat jelata. Setiap orang yang mengenal
Habib Ali Cikini ini, pasti ia akan selalu berkata, hidup sederhana, tawadhu', tidak pernah
menyakiti sesama manusia, teguh memegang prinsip, menolak pengkultusan manusia, berani
membela kebenaran, luas dalam pemikiran, mendalam dibidang ilmu pengetahuan, tidak
membeda -bedakan kaya dan miskin, khushu ibadahnya, mendorong terbentuknya nasion
Indonesia yang bersatu dan utuh serta homogen, tidak segan-segan mengkoreksi pembesar
dan selalu memberi petunjuk-petunjuk kepada yang dianggap perlu. Tepat ulassan Radio 'Asy-
Syafiiyah' yang mengatakan: has berpulanglah ke Rahmatullah seorang Ulama Besar,

Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Attas semasa hidupnya tak pernah berhenti memberikan
pengajaran kepada Muslimin. Berjubah dan serban serta selempang hijau (radi). Habib Ali Cikini
selalu naik karena atau kendaraan umum, karena sikap beliau yang ingin berdiri di atas kaki
sendiri. Sering di antara murid-muridnya memaksa beliau untuk menaiki mobilnya karena telah
dan melihat imir Habib tadi sudah lanjut. Haji Abu Bakar Aceh, anggota MPR, secara tepat
menyatakan bahwa Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Attas telah memanifestasikan sikap hidup
keluarga Ahlel Bait, yakni menunjukkan sikap ke-rakyatan, tidak berlebihan dan dicintai Rakyat
semuanya.

Di antara karya beliau adalah Kitab Tajul A'rasy fi manaqib Al Quthb Al Habib Sholeh bin
Abdullah Al Athos yang dicetak oleh Abuya Al Habib Abubakar bin Hasan Al Athos Azzabidi
(Salah satu murid beliau) dengan izin tertulis dari Ahli waris beliau.

Rahimallahu Al Habib Ali bin Husein Al Athos...

Anda mungkin juga menyukai