Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PERKEMBANGAN MODERN DI DUNIA ISLAM

HASAN AL-BANNA KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN DAKWAH &


PENGARUHNYA TERHADAP GERAKAN ISLAM

OLEH:

IRFAN

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam merupakan umat yang tangguh. Ia telah mampu melawan

segala macam bentuk perubahan zaman dan tempat, pengaruh-pengaruh luar,

serta gonjang-ganjing dari dalam. Hal ini karena umat Islam memiliki dua

kekuatan besar. Kedua kekuatan ini memiliki pengaruh luar biasa terhadap

keberlangsungan Islam hingga hari kiamat. Kedua kekuatan tersebut adalah

pertama; risalah Islam yang dibawa Nabi Muhammad itu sendiri yang Shalih li

Kulli Zaman wa Makan yang mampu menghadapi perubahan dan perkembangan

kehidupan, serta memberi solusi atas problematika yang terjadi. Kedua; janji

Allah sebagaimana yang dijelaskan Nabi bahwa Dia akan mengirim untuk umat

ini para tokoh-tokoh yang mampu menghidupkan Islam pada setiap zamannya.

Mereka membawa ajaran-ajaran Islam kehidupan dan mengembalikan kejayaan

umat ini. Mereka para pembaharu yang mampu merevolusi tatatan yang

semrawut, prilaku akhlak yang tercela dan politik kotor yang berkuasa.

Jika menelaah sejarah umat Islam, umat Islam memiliki banyak

pembaharu pada setiap abadnya, para ulama, cendekiawan, pahlawan jihad,

serta tokoh-tokoh revolusi lain yang tidak ditemukan pada umat-umat

lainnya. Merekalah orang-orang pilihan yang diutus Allah untuk menjaga agama

ini. Sebab, andaikata umat ini terbengkalai, maka terbengkalailah amanat

langit. Jika demikian, maka terbengkalai pula amanat kemanusiaan.


Para pembaharu itu memiliki jumlah yang tidak terbatas. Bisa jadi pada

setiap daerah atau bidang memiliki lebih dari satu pembaharu. Pada era

modern ini, banyak dijumpai para pembaharu Islam. Mereka memiliki

kesadaran yang tinggi terhadap kondisi yang menimpa umat Islam. Sehingga,

mereka sangat berkeinginan kuat untuk mengubah kondisi umat Islam ke arah

yang lebih baik. Di antara sekian banyak para pembaharu itu adalah Syaikh asy-

Syahid Imam Hasan Al-Banna. Seorang da’i yang berhasil membentuk

generasi solid dalam jamaah Ikhwanul Muslimin dan memiliki pemikiran-

pemikiran brilian yang mempengaruhi banyak ulama masa sekarang.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah setelah mengkaji latar belakang di atas dapat

diambil beberapa permasalahan sebagai kajian pada makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana biografi Hasan Al-Banna ?

2. Bagaimana keadaan sosial Mesir pada saat itu?

3. Bagaimana Prinsip dan Karakteristik Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna?

4. Bagaimana Tajdid Hasan Al-Banna?

5. Bagaimana Pengaruh Hasan Al-Banna terhadap Gerakan Islam?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui biografi Hasan Al-Banna.
2. Untuk mengetahui keadaan sosial Mesir pada saat itu.
3. Untuk mengetahui Prinsip dan Karakteristik Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna.
4. Untuk mengetahui Tajdid Hasan Al-Banna
5. Untuk mengetahui Pengaruh Hasan Al-Banna terhadap Gerakan Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Hasan Al-Banna

Hasan Al-Banna dilahirkan di kota kecil Mahmudiyah di muara Sungai

Nil, sembilan puluh mil di sebelah barat laut Kairo, pada tahun 1906. 1

Julukannya adalah Pembaharu Islam Abad ke-20.2 Ayahandanya, bernama

Syeikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna, yang lebih terkenal dengan panggilan

as-Sa'ati, atau si tukang arloji. Syeikh Ahmad sehari-harinya di samping sebagai

tukang reparasi arloji juga merangkap sebagai imam masjid dan guru agama di

masjid setempat.

Ayahandanya, bernama Syeikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna, yang

lebih terkenal dengan panggilan as-Sa'ati, atau si tukang arloji. Syeikh Ahmad

sehari-harinya di samping sebagai tukang reparasi arloji juga merangkap

sebagai imam masjid dan guru agama di masjid setempat.

Hasan Al-Banna lahir dari keluarga yang cukup terhormat dan

dibesarkan dalam suasana keluarga yang taat. Sebagai seorang ayah, Syeikh

Ahmad mencita-citakan putranya (Hasan) sebagai mujahid (pejuang) disamping

seoarang mujaddid (pembaharu). Sejak kecil Hasan Al-Banna telah dituntut

untuk menghafalkan Al-Qur’an penuh. Baru setelah itu ia di masukkan sekolah

persiapan yang dirancang pemerintah Mesir menunit model sekolah dasar,

tanpa pelajaran bahasa asing. Dan ketika di rumah Hasan bergelut dengan
1
Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan Kontemporer, (Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar,1999). h.253.
2
perpustakaan pribadi ayahnya, yang berisi buku agama, hukum, hadis dan ilmu

bahasa. 3

Aktivitas dakwah Hasan Al-Banna bermula ketika dia masih seorang

bocah tanggung. Pada usia 12 tahun, ia bergabung dengan Masyarakat untuk

Tingkah Laku Moral. Hal ini menunjukkan bahwa bocah kelahiran 1906 ini

sudah tertarik pada masalah-masalah keagamaan sejak usia dini. 4 Pada usia 14

tahun (1920), Hasan Al-Banna masuk sekolah guru tingkat pertama di

Damanhur. Dan dalam usia itu pula Hasan Al-Banna juga menjadi anggota aktif

golongan sufi Hasafiyah, dan tetap aktif di jamiyah tersebut sampai dua puluh

tahun berikutnya. Sejak di sekolah menengah hasan sudah terpilih sebagai ketua

Jam‟iyatul Ikhwanial-adabiyah, yakni sebuah perkumpulan yang terdiri dari

calon pengarang. Ia juga mendirikan dan sebagai ketua Jam‟iyatul Man‟il

Muharramat, semacam serikat pertobatan serta pendiri dan sekretaris Jam‟iyatul

Hasafiyah Khairiyah, semacam organisasi pembaharuan. Kemudian ia juga

menjadi anggota Makarimul Akhlaqil Mukarramah, yaitu Perhimpunan Etika

Islam.

Pada usia enam belas tahun, ia pergi ke Kairo untuk melanjutkan sekolah

guru bahasa Arab, sebuah lembaga pendidikan produk abadpembaharuan yang

berdiri pada abad 19 dan boleh dikatakan sebagai miniatur Al-Azhar.

Pada tahun 1927, saat usia Hasan Al-Banna mencapai 21 tahun,

ia lulus dari al-Ulum dan mendapat tugas sebagai guru Sekolah Dasar

3
Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan Kontemporer,
(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka
Pelajar,1999). h.278
4
Herry Mohammad, dkk.. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press. 2006), h. 202.
Ismailiyah markas besar Perusahaan Terusan Suez yang dikuasai oleh Inggris.

Pada bulan Maret 1928, di kota Ismailiyah, ia mendirikan Gerakan

Ikhwanul Muslimin. Dia membentuk Ikhwanul Muslimin dengan tujuan

memulai gerakan revolusioner untuk memandu bangsanya yang salah arah.

Anggota Ikhwanul Muslimin adalah orang-orang yang berdedikasi dan beriman

sehingga mereka tidak akan menyimpang dari prinsip-prinsip. Mereka

mengunjungi semua rumah dan berusaha meyakinkan penghuni rumah untuk

bergabung dengan mereka dan menghindari gemerlap dunia dan nilai-nilai

Barat.5 Gerakan ini dalam perjalanan perjuangannya di Mesir akhirnya

mengalami beberapa hambatan dari pemerintahan Mesir sendiri, setelah

kekhawatiran pemerintah atas keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam agitasi

dan kekerasan, tepatnya pada tahun 1948, ketika pecah perang Palestina dan

peran Mesir yang mengecewakan.

Puncaknya tanggal 8 Desember 1948, dengan keluar perintah militer

yang berisi pembubaran Ikhwanul Muslimin dan cabangnya di mana saja,

menutup pusat-pusat kegiatannya, menyita koran, dokumen, majalah dan semua

publikasinya serta uang dan kekayaan Ikhwanul Muslimin. Kebijaksanaan

pemerintah tersebut juga dibarengi dengan penangkapan dan pengahalauan para

pejuang dan tokoh-tokoh Ikhwan ke kamp-kamp konsentrasi dan penjara.

Hasan Al-Banna masih mencoba mendekatkan pengertian untuk

menjernihkan masalah, tapi pada tanggal 28 Desenber 1948, perdana menteri

an-Nuqrasy terbunuh, dan tuduhan dialamatkan ke kelompok Ikhwan, dan

5
M. Atiqu) Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, (Jogjakarta: Diglossia, 2007)
h. 376.
menjadikan kondisi bertambah parah. Tujuh minggu setelah kejadian tersebut

pada tanggal 12 Februari 1949, Hasan Al-Banna dibunuh oleh agen-agen dinas

rahasia Mesir.

Peristiwa itu terjadi pada masa Ibrahim Abdul Hadi yang menggantikan

Nuqrasy sebagai perdana menteri dengan bekerjasama dengan istana dan agen

imperialis Inggris. Setelah tewasnya Hasan Al-Banna terjadilah penangkapan

dan penyiksaan serta pembunuhan besar-besaran kepada anggota Ikhwanul

Muslimin. 6

Imam Asy-Syahid mempunyai beberapa murid seperti, Yusuf Al-

Qardhawi, Syaikh Mutawalli Sya’rawi, Musthafa As-Siba'i, Abdul Qadir

Audah, Umar At-Tilmisani, Mustafa Masyhur dan lain-lainnya. Ia mewariskan

dua karya monumentalnya, yaitu Mudzakkirat al-Dakwah wa Da’iyyah (Catatan

Harian Dakwah dan Da’i), dan Majmu’ah Rasail (Kumpulan Surat-Surat).

Selain itu, Hasan Al-Banna mewariskan semangat dan teladan dakwah bagi

seluruh aktivis dakwah sepanjang zaman.

B. Keadaan Sosial di Mesir pada saat itu

Kebanyakan bangsa Mesir telah meninggalkan kulturnya dan bergaya

hidup Barat, suka mengunjungi tempat hiburan malam, restauran, bioskop dan

teater. Akibatnya terjadi dekadensi moral dan kehancuran tatanan sosial. Akibat

sikap yang demikian, sebagian besar kaum muslimin seakan tercabut dari akar

budayanya.

Untuk mengantisipasi keadaan masyarakat di atas, ia mendirikan

6
Imam Al-Ghazali Said. Ideologi Kaum Fundamentalis, Pengamh Politik al-Maududi Terhadap
Gerakan Jamaah islamiyyah Trans Pakistan-Mesir, (Surabaya: Diantara, 2003), h. 167.
organisasi Ikhwan al-Muslimin yang bergerak di bidang dakwah, tarbiyah,

sosial dan jihad. Organisasi yang berdiri di atas dasar fikrah (pemikiran),

maknawiyah (moralitas), dan amaliyah (gerakan). Jamaah IM yang didirikan

Hasan Al-Banna merupakan suatu wadah untuk menampung dan menyalurkan

ide-ide pembaharuan guna mengembalikan umat Islam kepada ajaran Al-

Qur’an dan Sunnah.7

Karya Hasan Al-Banna yang terbesar adalah mendirikan organisasi Ikhwan al-

Muslimin. Hakikat IM bagi Hasan adalah dakwah Al-Qur’an yang menyeluruh,

universal, thariqat sufi untuk memperbaiki jiawa, mensucikan rohani,

mempersatukan hati kepada Allah, perkumpulan amal kebaikan yang

bermanfaat, dan yayasan sosial yang mandiri. 8

Selain IM, karya Hasan Al-Banna banyak dituangkan dalam bentuk risalah.

Risalah-risalah tersebut akhirnya dijilid menjadi satu buku yang berjudul

Majmu’at Rasa’il Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna. Selain buku utama

yang berisi kumpulan risalah, juga ada buku lain yang berjudul Mudzakkirat

Ad-Da’wa Ad-Da’iyat. Buku ini berisi tentang perjalanan hidup Hasan Al-

Banna dan perjalanan dakwahnya. Buku ini membahas tentang perjalanan

inelektual, ruhani, dan jasmani dalam berdakwah. Dan menggambarkan secara

lengkap tentang kepribadian, intelektual, dan gerak langkah dakwah Hasan Al-

Banna.

C. Prinsip dan Karakteristik Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna

7
M Sugeng Sholehuddin, Teori dan Model Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam (Pekalongan:
Stain Press, 2006), hlm. 192.
8
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 88-89.
Prinsip gerakan dakwah Hasan Al-Banna adalah gerakan dakwah

haraki, dakwah haraki adalah langkah-langkah terprogram (manhajiah)

yang ditempuh Nabi SAW. Dalam gerakan dakwahnya, semenjak

kenabiannya sampai berpulang kepada Allah.9 Prinsip gerakan haraki

Hasan Al-Banna tertuang dalam sebuah organisasi Islam besar yakni

Ikhwanul Muslimin. Dalam prinsip gerakan dakwah haraki Hasan Al-

Banna menuangkan dasar pemikirannya dengan menegaskan bahwa

referensi paling tinggi adalah Islam. Menurut Hasan Al-Banna bahwa,

tidak salah bila dijelaskan bahwa kita menyeru dengan seruan Allah, dan

ia adalah setinggi-tinggi seruan. mengajak kepada fikrah Islam, dan ia

adalah selurus-lurus fikrah. Mempersembahkan kepada manusia syariat

Al-Qur’an, dan ia adalah seadil-adil syariat.

Hasan Al-Banna memperjelas hal itu dengan ucapannya bahwa Kita

telah beriman dengan keimanannya yang tidak perlu diperdebatkan dan

tidak ada keraguan di dalamnya, kita juga telah yakin dengan sebuah

keyakinan yang lebih tangguh dari pada gunung dan lebih dalam dari

pada rahasia-rahasia yang ada di dalam nurani, bahwa sesungguhnya

tidak ada fikrah yang benar kecuali satu saja. Dialah fikrah yang

menyelamatkan dunia yang tersiksa, membimbing manusia yang

kebingungan dan menunjukannya ke jalan yang lurus, oleh karena itu

9
Munir Muhammad Al-Ghadban, Manhaj Haraki: Strategi Pergerakan dan Perjuangan
Politik dalam Sirah Nabi Saw, Terjemahan: Annur Rafiq Shalih Tahmid, et al., (Jakarta: Robbani
Press, 1992), cet.1, p.10.
selayaknya kita berkorban dengan segala yang kita miliki, baik harta

maupun jiwa, untuk memperjuangkannya, memberi kabar gembira

kepada manusia dengannya, dan membimbing manusia kepadanya.

Fikrah ini adalah „Fikrah Islam yang Hanif‟ yang tiada kebengkokan di

dalamnya, tiada kejelakan padanya, dan tidak akan sesat orang yang

mengikutinya. Sebagaimana firmanNya:

ِ‫ّٰللا‬ ٓ َ ِِۗ‫َل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه َۙ َُو َو ْال َم ٰٰۤل ِٕى َكة ُ َواُولُوا ْالع ِْل ِم قَ ٰۤا ِٕى ًم ۢا ِب ْال ِقسْط‬
ِ ‫َل ا ِٰلهَ اِ ََّل ه َُو ْال َع ِزي ُْز ْال َح ِك ْي ُم ا َِّن‬
‫الديْنَ ِع ْندَ ه‬ ٓ َ ‫ّٰللا ُ اَنَّ ٗه‬
‫ش ِهد َ ه‬
َ

‫ّٰللاِ فَا َِّن ه‬


َ‫ّٰللا‬ ‫ت ه‬ ِ ‫ب اِ ََّل م ۢ ِْن َب ْع ِد َما َج ٰۤا َءهُ ُم ْالع ِْل ُم َب ْغي ًۢا َب ْينَ ُه ْم َِۗو َم ْن يَّ ْكفُ ْر ِب ٰا ٰي‬
َ ‫ف الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬ ِْ
َ َ‫اَلس ََْل ُم ِۗ َو َما ا ْختَل‬

‫ب‬ َ ِ‫س ِر ْي ُع ْالح‬


ِ ‫سا‬ َ

“Allah menyatakan bahwa tiada tuhan melainkan dia, yang menegakkan


keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tiada tuhan melainkan Dia, yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.Sesungguhnya agama (yang dirihainya di sisi Allah hanyalah
Islam.” (Ali-Imrān: 18-19)

‫اَلس ََْل َم ِد ْينً ِۗا‬


ِ ْ ُ‫ضيْتُ لَكُم‬ َ ُ‫ا َ ْليَ ْو َم ا َ ْك َم ْلتُ لَكُ ْم ِد ْينَكُ ْم َواَتْ َم ْمت‬
ِ ‫علَ ْيكُ ْم نِعْ َمتِ ْي َو َر‬

“Padahari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan tekah Ku-ridhai Islam itu sebagai
agamaku bagimu,” (Al- Maidah: 3).

Oleh karena itu, fikrah Ikhwan adalah Islam murni, di atas Islam

fikrah itu tertegak, kepada fikrah itu bersandar, untuknya fikrah itu

berjihad, dan dalam rangka menegakkan kalimahnya fikrah itu beramal.

Tidak akan mungkin menggantinya dengan sistem yang lain, tidak

mungkin ridha menjadikan yang lainnya sebagai imam, dan tidak mungkin

mentaati hukum selainnya. Sebagaimana dalam firmanNya :


ٰ ْ ‫اَلس ََْل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل مِ ْنهُ َوه َُو فِى‬
َ‫اَلخِ َرةِ مِنَ ْال ٰخس ِِريْن‬ ِ ْ ‫غي َْر‬
َ ‫َو َم ْن يَّ ْبت َِغ‬
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak
akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” (Ali imrān: 85).
Hasan Al-Banna lebih mempertegas hakikat keimanan tersebut

dengan mengatakan bahwa seluruh prinsip yang mendasari kehidupan,

kebangkitan, dan kebahagiaan umat, telah diletakan oleh pencipta Yang

Maha Tinggi, Yang Maha Mulia di dalam agama ini.10

Dakwah Ikhwan memiliki berbagai karakteristik yang berbeda

dengan gerakan-gerakan dakwah yang lain di zamannya, antara lain

karakteristiknya :

Berikut ini penjelasan singkat tentang karakteristik tersebut dengan

mengacu kepada risalah-risalah Hasan Al-Banna :

1. Robbaniyah, Menurut Hasan Al-Banna Adapun ia dikatakan

Robbaniyah, karena prinsip yang menjadi poros bagi seluruh sasaran

dakwah kita adalah mengajak manusia untuk mengenal tuhannya dan

memperkuat hubungan dengan-Nya, hingga memiliki spiritual yang

mulia, yang mengangkat jiwa-jiwa mereka dari belenggu dan

perbudakan materi menuju kemuliaan dan keindahan sebagai manusia.

Ikhwanul Muslimin, selalu menyatakan dari lubuk hati kami : „Allahu

Goyatuna (Allah tujuan kami)‟. Maka dari itu, sasaran pertama dakwah

ialah mengajak manusia agar mengingat kembali hubungan mereka

10
Al-Ghazali, Pilar-pilar Kebangkitan Umat…, p.74.
dengan Allah swt. membuat mereka lupa terhadap diri mereka sendiri.

Inilah sesungguhnya kunci pertama untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan manusia yang disebabkan oleh kejumudan (statis) dan

matrealisme yang menerpa kehidupan mereka sehingga tidak

menemukan jalan untuk menyelamatkan diri darinya, tanpa adanya

kunci tersebut, tidak akan ada perbaikan (dalam kehidupan manusia).”

2. Alamiyah, Hasan Al-Banna menegaskan hal itu dalam ucapannya,

Adapun ia disebut Alamiyah karena dakwah kami ditunjukan kepada

seluruh manusia yang pada dasarnya bersaudara; asal kejadian mereka

satu, bapak mereka satu, serta nasab mereka satu. Kemuliaan mereka

diukur dengan ketaqwaan serta kebajikan dan amal utama yang bisa

dipersembahkan oleh salah seorang dari mereka kepada sesama.

Sebagaimana dalam firmanNya :

‫ث مِ ْن ُه َما ِر َج ًاَل َكثِي ًْرا‬


َّ ‫ِي َخلَقَكُ ْم م ِْن نَّ ْف ٍس َّواحِ دَةٍ َّو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب‬ ُ ‫ ٰ ٓياَيُّ َها ال َّن‬.
ْ ‫اس اتَّقُ ْوا َربَّكُ ُم الَّذ‬

‫علَ ْيكُ ْم َرقِ ْيبًا‬ َ ‫ام ِۗ ا َِّن ه‬


َ َ‫ّٰللا َكان‬ َ ْ ‫س ٰۤا َءلُ ْونَ ِب ٖه َو‬
َ ‫اَل ْر َح‬ َ َ ‫ِي ت‬ ‫س ٰۤا ًء َواتَّقُوا ه‬
ْ ‫ّٰللاَ الَّذ‬ َ ِ‫َّون‬

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan
isinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
periharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (An-Nisā : 1).
Karena itu, kami tidak meyakini prinsip realism dan tidak mendukung

fanatisme terhadap satu bangsa atau warna kulit. Namun sebaliknya,

kami selalu menyeru kepada persaudaraan yang adil di kalangan umat

manusia.
3. Tamyuz (Istimewah)

Hasan Al-Banna menegaskan karakteristik ini dalam risalah Mu‟tamar

Khamis bahwasanya :

Islam tertanam dalam diri anak turun mereka dengan bentuknya yang

bermacam-macam ada yang mendekati, ada yang agak jauh, dan ada yang

sama sekali tidak sesuai dengan Islam pertama yang pernah diterapkan

dengan sempurna oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Ikhwan meyakini bahwa Islam memiliki makna yang integral dan

universal. Umat harus menata dan mewarnai seluruh aspek kehidupan

dengan Islam, tunduk dengan hukum-hukumnya, sejalan dengan kaidah-

kaidahnya dan menjadikan ajaran-ajarannya sebagi pijakan, bila umat

masih ingin menjadi muslim yang benar.

4. Syumul (Universitas)

Menurut Hasan Al-Banna dalam penjelasannya, Ikhwanul Muslimin

adalah Dakwah Salafiyah, ṭariqah Sunniyah (mengikuti sunnah Rasul),

hakikat kesufian, organisasi politik, klub olahraga, ikatan keilmuan dan

pengetahuan, serta perekonomian, dan fikrah sosial. Demikianlah kita bisa

melihat bahwa integritas makna kandungan Islam telah menyatu dengan

fikrah Ikhwanul Muslimin, sehingga fikrahnya pun menyentuh seluruh

aspek perbaikan dan aktivitas Ikhwan mengarah pada pemenuhan seluruh

aspek tersebut. Pada saat orang lain menggarap salah satu aspek dengan

mengabaikan aspek-aspek lainnya, Ikhwan berusaha menggarap semuanya


dan menyadari bahwa Islam menuntut mereka untuk memenuhi semua

aspek tersebut.

Dalam kesempatan yang lain Hasan Al-Banna menyebutkan

karakteristiknya secara ringkas, yakni :

Islam adalah agama yang „syamīl‟ (menyeluruh), mencakup selurh aspek

kehidupan, ia adalah Negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral

dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang,

ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam atau penghasilan

dan kekayaan, jihad dan dakwah serta pasukan dan pemikiran.

Sebagimana ia juga adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar,

tidak kurang dan tidak lebih.” Untuk meyakinkan seluruh umat manusia di

semua masa tentang karakteristik ini, bahwa menurut Hasan Al-Banna,

Ikhwanul Muslimin adalah fikrah dan aqidah serta sistem dan manhaj yang

tidak dibatasi oleh tempat, tidak terikat oleh suku bangsa, tidak terhalang

oleh batas geografis, dan tidak akan pernah berhenti berjuang sehingga

Allah mewarisi bumi beserta penghuninya (kiamat). Sebab ia merupakan

sistem Rabb pengatur alam semesta dan manhaj Rasul-Nya yang

terpercaya.

5. Ilmiyah, Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan bagi proyek

kebangkitan, sebagaimana menurut Hasan Al-Banna, umat ini

membutuhkan kekuatan, ia juga membutuhkan pengetahuan yang dapat

kekuatan tersebut, mengarahkannya secara baik, dan mendukungnya


dengan berbagai penemuan (teknologi) baru. Islam tidak pernah enggan

dengan suatu ilmu, bahkan sebaliknya, ia menjadikan ilmu sebagai salah

satu kewajiban di anatara kewajiban-kewajiban yang lain, dan mendukung

sepenuhnya kegiatan ilmiyah. bahkan Islam menimbang setara antara tinta

para ulama dengan darah para syuhada,5 dan Al-Qur’an menyebutkan

secara bersamaan antara ilmu dan kekuatan dua ayat Al-Qur’an yang

mulia yakni:

َ ‫۞ َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ ِليَ ْنف ُِر ْوا ك َٰۤافَّ ِۗةً فَلَ ْو ََل نَف ََر م ِْن كُ ِل ف ِْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫ط ٰۤا ِٕىفَةٌ ِليَتَفَقَّ ُه ْوا فِى‬
‫الدي ِْن َو ِليُ ْنذ ُِر ْوا‬

ࣖ َ‫قَ ْو َم ُه ْم اِذَا َر َجعُ ْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَ ْحذَ ُر ْون‬

“Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke


medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama
dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ? hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang- orang kafir di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dirimu. Dan ketahuilah
bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 122).
Al-Qur’an tidak membedakan antara ilmu-ilmu keduniaan dan ilmu agama,

bahkan memerintahkan untuk meraih keduanya. Al-Qur’an menyebutkan

ilmu-ilmu tentang alam dalam satu ayat, lalu menganjurkan untuk

menguasainya dan menjadikan pengetahuan atasnya sebagai jalan menuju

pengenalan dan takut kepada Allah.

6. Aqlaniyah (Rasional), Dalam ceramahnya Hasan Al-Banna memberikan


nasehat bahwasanya, para Ikhwan harus mengekang emosi dengan

pandangan akal dan semangat yang menggelora, serta jangan cenderung

pada satu aspek sehingga melupakan aspek lainnya, dan janganlah

membenturkan diri pada kaidah alam, karena kaidah-kaidah itulah yang

akan menang. Tetapi taklukanlah, pergunakanlah, ubahlah dan

manfaatkanlah sebagaimana untuk mendayagunakan yang lainnya.

7. Istiqlaliyah (Independent), Hasan Al-Banna menjelaskan jika sikapnya

hanya mengenal satu, yakni sikap totalitas, maka siapa saja yang tidak

kuat mengemban dakwah ini, maka ia yang akan tersingkir dan akan

tergantikan oleh generasi yang baru

8. Amaliyah (Aplikatif), Hasan Al-Banna memberikan alasan mengapa

lebih mengutamakan aspek kerja, yang tertanam dalam jiwa Ikhwan,

yang tertanam dalam manhaj-manhaj mereka, alasan itu antara lain :

a. Ajaran Islam secara jelas telah menegaskan hal ini sekaligus

mengkhawatirkan adanya kotoran riya‟ yang menodainya lalu merusak

dan membinasakannya. Akan tetapi keseimbangan antara kekhawatiran

ini di satu sisi dan perlunya mempropagandakan, memerintahkan, serta

mengiklankan amal kebaikan agar kebaikan tersebut tersebar di sisi lain,

merupakan hal yang sangat pelik, sedikit sekali yang berhasil

memadukannya kecuali orang yang mendapat taufiq dari Allah.

b. Secara tabiat, Ikhwan menghindar dari propaganda- propaganda dusta

yang tidak diikuti oleh amal nyata.

c. Kekhawatiran Ikhwan, adalah jika dalam meniti jalan dakwah ini


menggunakan permusuhan yang dalam persahabatan membahayakan.

Keduanya hanya menjadi kendala dalam perjalanan atau bahkan

mengalihkan dari tujuan yang dicanangkan.

d. Hasan Al-Banna menyatakan bahwa karakteristik ini sangat penting

bagi proyek Islami. Bahwasanya, Islam dibangun di atas sikap yang

seimbang dan objektif, dan kaum muslimin saat ini sangat

membutuhkan karakteristik ini. Sebab dengan itu mereka dapat

menawarkan fikrah dan proyek Islami mereka sebagai contoh peradaban

ideal yang menjadi alternatif bagi seluruh manusia, dan yang akan

menjadi saksi bagi seluruh peradaban11

D. Tajdid Hasan Al-Banna dalam Segala Bidang

1. Aqidah

Dalam dakwahnya, Hasan Al-Banna mencoba meluruskan pemahaman

tentang akidah dan menanamkannya ke dalam hati. Untuk tujuan itu, ia

membuat dua risalah yang berkaitan dengan akidah Islam. Dua risalah tersebut

adalah risalah yang berjudul “Allah fi al-Aqidah al-Islamiyyah” dan risalah

kedua berjudul al- Aqaid.

Secara ringkas, metode Hasan Al-Banna dalam pemaparannya

tentang akidah dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Memperhatikan pengaruh akidah terhadap jiwa

b. Men-counter syubhat akidah modern

11
Al-Ghazali, Pilar-pilar Kebangkitan Umat…, pp.80-81
c. Memperkuat hubungan manusia dengan sang Pencipta

d. Menghindari sikap takfir (mengafirkan orang lain) dan

tadhlil (menyesatkan orang lain).12

2. Fiqih

Hasan Al-Banna menggunakan gaya Rasulullah dalam fikih,

yaitu gaya pengamalan (al-uslu>b al-amaly) dalam rangka

pembaharuan fikih. Gaya ini memiliki pengaruh yang signifikan, yang

membuat kaum muslimin melihat kembali sikap sebagian mereka dalam

masalah perbedaan-perbedaan dalam fikih.

Dalam pengantar kitab Fiqh as-Sunnah, Hasan Al-Banna

mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa agama Allah itu luas. Ia

lebih luas dan lebih mudah dibandingkan menghukumi pendapat

individu maupun kelompok. Sedangkan segala sesuatu kebenarannya

dikembalikan kepada Allah, Rasulullah, kaum muslimin dan imam

mereka.

Pembaharuan fikih yang dilakukan Hasan Al-Banna adalah dengan

menjauhkan umat Islam dari pembahasan njlimet terkait cabang-cabang

fikih, pembuatan istilah-istilah asing, dan asumsi- asumsi fikih atas hukum

peristiwa yang belum terjadi. Sebagai gantinya, Hasan Al-Banna selalu

mengkaitkan fikih manusia dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan gaya

bahasa yang mudah dan sederhana. Gaya Hasan Al-Banna dan pembaharuan

12
Ahmad Hasan asy-Syurbaji, al-Ima>m asy-Syahid Hasan al-Banna. ...,

hlm. 125-132
fikihnya ini telah menyebar luas. Sehingga, banyak sekali bermunculan

kitab-kitab fikih yang mengikuti gaya Al-Banna ini. Di antara kitab fikih

yang paling terkenal adalah Fiqh as-Sunnah karya Syaikh Sayyid Sabiq

yang di dalamnya banyak menerjemahkan gagasan-gagasan Al- Banna dan

pandangan fiqihnya.13

Secara khusus, gagasan-gagasan Al-Banna tentang bagaimana

memahami Islam secara benar, terutama terkait fikih dan ushul fikih telah

dipaparkannya dalam Usul al-Isyrin (dua puluh pokok ajaran Hasan Al-

Banna). Dalam pokok kelima, al- Banna mengatakan:

Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks

hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang

sesuatu yang membawa kemaslahatan umum, bisa diamalkan sepanjang tidak

bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring

dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah

itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna.

Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat-istiadat), maka harus

mempertimbangkan maksud dan tujuannya.

Dalam pokok keenam juga disebutkan, bahwa Setiap orang boleh diambil atau

ditolak kata-katanya, kecuali al-Ma’sum (Rasulullah). Setiap yang datang dari

kalangan salaf dan sesuati dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika tidak

sesuai dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya lebih utama

13
Lihat Muqaddimah Kitab Fiqh as-Sunnah dengan tulisan Hasan al- Banna; lihat pula
Ahmad Hasan asy-Syurbaji, al-Ima>m asy-Syahi>d Hasan al-Banna Mujaddid al-Qarn ar-Rabi’
Asyr al-Hijry, cet. ke-1 (Iskandariyah: Da>r ad-Da’wah: 1998)
untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak bleh melontarkan kepada orang-

orang - oleh sebab sesuatu yang diperselisihkan denganya – kata-kata caci maki

dan celaan. Kita serahkan saja kepada niat mereka, dan mereka telah berlalu

dengan amal- amalnya.

Gagasan lainnya dijelaskan juga dalam pokok ketujuh, bahwa Setiap

masalah amal yang tidak dibangun di atasnya – sehingga menimbulkan

perbincangan yang tidak perlu – adalah kegiatan yang dilarang secara syar’i.

Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang masalah yang tidak

benar-benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat Al-Qur`an yang

kandungan maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau

memperbincangkan perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi di

antara para sahabat (padahal masing-masing dari mereka memiliki

keutamaannya sebagai sahabat Nabi dan pahala niatnya) dengan takwil

(menafsiri baik perilaku para sahabat) kita terlepas dari persoalan.

Terkait persoalan pemahaman terhadap hukum Islam, Hasan Al-Banna

menjelaskan dalam pokok kedua bahwa al- Quran dan as-Sunnah merupakan

rujukan setiap muslim dalam mengetahui hukum-hukum Islam. Memahami

Al-Qur’an disesuaikan dengan tatanan bahasa Arab tanpa takalluf dan taassuf.

Sedangkan dalam memahami Sunnah Nabi dikembalikan pada para rijal hadis

yang terpercaya –siqqah-.

Dari sini dapat dipahami, bahwa Syaikh Hasan Al-Banna tidak hanya

seorang ahli fikih saja, melainkan juga memiliki gagasan baru dalam fikih

Islam.
3. Pendidikan Islam

Tidak banyak karya-karya yang dihasilkan Hasan al- Banna dalam

pendidikan. Hal ini memang sengaja dilakukannya. Sebab, dalam pandangan

Al-Banna, tugas pokok dirinya bukanlah membuat karya sebanyak mungkin,

tapi bagaimana caranya menciptakan para tokoh sebanyak mungkin.

Hasan asy-Syurbaji dalam bukunya al-Ima>m asy-Syahi>d Hasan Al-

Banna Mujaddid al-Qarn ar-Rabi’ Asyar al-Hijry menceritakan bahwa

banyak para ikhwa>n – sebutan jamaah Al-Banna – meminta Hasan Al-

Banna supaya mengarang kitab yang merekam ilmu-ilmunya. Namun,

permintaan mereka ini selalu ditolak olehnya. Al-Banna mengakatan kepada

mereka, “Saya tidak mengarang kitab, tetapi tugas pokokku adalah

menciptakan kader-kader tokoh terbaik. Kader tersebut saya tempatkan di

suatu daerah lalu ia menghidupkannya.14

Oleh karena itu, melalui gerakan Ikhwa>nul Muslimin Syaikh

Hasan Al-Banna telah berhasil membentuk generasi muslim yang memahami

Islam secara benar, memiliki keyakinan yang mendalam terhadap Islam,

mempraktekkannya dan mengajak manusia padanya serta berjihad di jalannya.

Adapun faktor keberhasilan Hasan Al-Banna dalam mendirikan madrasah ini

adalah keyakinannya yang begitu kuat bahwa pendidikan merupakan satu-

satunya cara mengubah masyarakat. Meskipun berat dan memerlukan waktu

yang lama, namun inilah jalan yang ditempuh Rasulullah. Hasan Al-Banna

membuat metode pendidikan yang sumbernya Al-Qur’an dan Sunnah

14
Hasan asy-Syurbasi, al-Ima>m asy-Syahi>d, h.. 189
Rasulullah, dan menciptakan nuansa jamaah penuh kekeluargaan.10 Dalam

dakwahnya ini, Hasan Al-Banna menggunakan berbagai macam sarana,

seperti: ceramah dan khutbah, seminar, kajian, slogan- slogan, nasyid, liqa’

(pertemuan rutin), buku-buku, kelompok perkemahan dan olahraga, serta

cara-cara lainnya.

Gagasan tentang pembaruan pendidikan Al-Banna banyak

dituangkanya dalam kitab Majmu>ah ar-Rasa>il (Himpunan Risalah)

karyanya. Dalam risalahnya itu, Hasan Al-Banna membuat metode

pendidikan yang dirumuskan dalam 10 prinsip, yang merupakan ringkasan

dakwah Ikhwa>nul Muslimi>n. Kesepuluh prinsip tersebut adalah pemahaman,

ikhlas, amal, jihad, pengorbanan, ketaatan, s\aba>t, tajarrud, persaudaraan, dan

percaya diri.

Sepuluh prinsip ini dijelaskan olehnya, Wahai saudaraku yang tulus!

Inilah bingkai global dakwahmu dan penjelasan ringkas fikrahmu. Engkau

dapat menghimpun prinsip-prinsip ini dalam lima slogan: Allah gayatuna

(Allah tujuan kami), ar-Rasul qudwatuna (Rasul adalah teladan kami), Al-

Qur’an syir’atuna (Al-Qur’an adalah undang- undang kami), al-Jihadu

sabiluna (jihad adalah jalan kami), dan asy-Syahadah umniyyatuna (mati

syahid adalah cita-cita kami). Cengkeramlah secara sungguh-sungguh ajaran

imi. Jika tidak demikian maka engkau akan jatuh dalam barisan qaidin (yang

duduk-duduk santai) yang akan mengantarkanmu menjadi pemalas.

4. Politik

Politik dalam pandangan Hasan Al-Banna adalah bagian dari agama.


Sebab, Islam – menurutnya – adalah agama dan negara. Sehingga, tidak

mengherankan bila Ikhwa>n al-Muslimin terjun ke dalam dunia politik.

Selain politik dipandang sebagai bagian dari agama, ia merupakan cara

dakwah Ikhwanul Muslimin.

Secara detil, Hasan Al-Banna menjelaskan karakter pemikiran

Ikhwanul Muslimin,

“Wahai Ikhwanul Muslimin! Kalian bukan partai politik, meskipun

politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami. Kalian bukan

yayasan sosial dan perbaikan, meskipun kerja sosial dan perbaikan adalah

bagian dari maksud besar kalian. Kalian bukan klub olah raga, meskipun

olah raga dan olah rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kalian.

Kalian bukan kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua

diciptakan untuk tujuan parsial dan terbatas, untuk masa yang terbatas pula.

Bahkan terkadang tidak dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin

membuat organisasi, lalu dihias dengan berbagai slogan dan sebutan

kelembagaan yang muluk-muluk. Namun wahai Ikhwan, kalian adalah

pemikiran dan akidah, hukum dan sistem, yang tidak dibatasi oleh tema,

tidak diikat oleh jenis suku bangsa, dan tidak berdiri berhadapan dengan batas

geografis. Perjalanan kalian tidak pernah berhenti sehingga Allah swt.

mewariskan bumi ini dengan segala isinya kepada kami, karena ia adalah

sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, dan ajaran milik rasul-Nya yang

terpercaya. Bukan sombong, kalian inilah, wahai ikhwan, pemegang tongkat

estafet panji Islam sesudahnya. Kalian angkat benderanya tinggi-tinggi


sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kalian kibarkan dan kalian sebar

luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kalian jaga Qur’annya

sebagaimana mereka menjaganya,dan kalian diberi janji kemenangan

sebagaimana mereka diberinya. Kalian inilah rahmat Allah untuk seluruh

alam.

Selanjutnya, Hasan Al-Banna dengan tegas menekankan bahwa

memisahkan agama dengan politik bukanlah termasuk ajaran Islam.

Selain pembaharuan-pembaruan di atas, Hasan al- Banna juga

melakukan pembaharuan terkait pemahaman jihad. Dalam hal ini, ia membuat

risalah khusus tentang jihad. Isinya pertama-tama mengupas tentang hukum

jihad, anjuran berjihad, serta menjelaskan pahala mujahidin dan syuhada’.

Selanjutnya ia menjelaskan hukum jihad dalam perpektif ulama fikih. Ia

menyimpulkan, bahwa jihad sekarang hukumnya fardhu ain atas umat Islam,

guna menahan serangan-serangan orang kafir, membebaskan Al-Aqsha, dan

mengembalikan negara yang dirampas. Di akhir risalahnya tersebut, Hasan Al-

Banna membicarakan tentang betapa mulianya mati di jalan Allah. Ia

memandang bahwa jihad merupakan salah satu dari 10 rukun baiat. Sebagaimana

ia membuat slogan yang sangat populer di kalangan para ikhwan yang berbunyi

“al-Jiha>du sabi>luna, wa al- mautu fi sabi>lillah asma ama>ni>na” (jihad

adalah jalan kami, dan mati syahid di jalan Allah adalah angan-angan kami

tertinggi). 15

15
Hasan al-Banna, Majmu>’ah Rasa>il, bab Risa>lah al-Jihad, hlm. 419- 437.
Pembaruan lainnya yang dilakukan Hasan Al-Banna adalah gerakan

dakwahnya. Dalam dakwahnya ini ia memvariasi metode dan gaya berdakwah.

Sehingga, dalam rentang 20 tahun ia berhasil membentuk jamah – Jamaah al-

Ikhwan al-Muslimin – yang konsinten berjuang mendakwahkan Islam.

Dakwah Hasan Al-Banna ini mencakup semua lini, baik bidang informasi,

pendidikan, dan kebudayaan. Semua bidang apa pun pasti tidak lepas dari

dakwahnya ini. Oleh karena Dalam Majmuah Rasailnya bab risalah

muktamar kelima, al- Banna tanpa ragun lagi menjelaskan bahwa Ikhwanul

Muslimin adalah (1) dakwah salafiyah; karena mereka berdakwah untuk

mengajak kembali (bersama Islam) kepada sumbernya yang jernih dari kitab

Allah dan Sunnah Rasul-Nya; (2) Tariqah Sunniyah; karena mereka

membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci – khususnya dalam

masalah akidah dan ibadah – semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan

mereka; (3) hakikat Sufiyyah, karena mereka memahami bahwa asas

kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas amal, ketergantungan

kepada makhluk, mahabbah fillag, dan keterikatan kepada kebaikan; (4) Haiah

Siya>siyah; karena mereka menuntut perbaikan dari dalam terhadap hukum

pemerintahan, meluruskan persepsi yang terkait dengan hubungan umat Islam

terhadap bangsa-bangsa lain di luar negeri, serta men-tarbiyah bangsa agar

memiliki izzah dan menjaga identitasnya; (5) Jamaah Riyadiyah, karena mereka

sangat memperhatikan masalah fisik dan memahami benar bahwa seorang

mukmin yang kuat itu lebih baik daripada seorang mukmin yang lemah. Nabi

Muhammad bersabda, “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu


(untuk kamu perhatikan).” Sesungguhnya, semua kewajiban dalam Islam tidak

mungkin dapat terlaksana dengan sempurna dan benar tanpa didukung fisik yang

kuat. Shalat, puasa, haji, dan zakat juga haris dilakukan dengan fisik yang kuat

sehingga produktif. Para anggota Ikhwan juga memperhatikan bentuk- bentuk

dan cabang-cabang olah raga. Beberapa dari mereka bahkan banyak menjuarai

cabang-cabang tertentu dari cabang olah raga yang ada; (6) Ra>bit}ah Ilmiyah

s\aqa>fiyyah; karena Islam menjadikan t}alabul ilmi sebagai kewajiban bagi

setiap muslim dan muslimah. Majelis-majelis Ikhwan pada dasarnya adalah

madrasah-madrasah ta’lim dan peningkatan wawasan. Ma’had- ma’had yang ada

adalah untuk men-tarbiyah fisik, akal, dan ruh; (7) Syirkah Iqtisadiyyah, karena

Islam sangat memperhatikan pemerolehan harta dan pendistribusiannya. Inilah

yang disabdakan oleh Rasulullah, “Sebaik-baik harta adalah (yang dipegang

oleh) orang yang salih.”

Demikianlah, kita bisa melihat betapa universalnya dakwah pembaharuan

yang dilakukan Hasan Al-Banna yang mencakup semua dimensi kehidupan yang

beragam.

E. Pengaruh Hasan Al-Banna terhadap Gerakan Islam

Pengaruh Hasan Al-Banna terhadap gerakan Islam bisa dilihat dari

kontribusi yang diberikan oleh Jamaah Ikhawanul Muslimin. Jamaah ini

didirikan oleh Hasan Al-Banna dan ia pula yang meletakkan dasar dan

tujuannya. Jamaah ini terus bekerja secara berkesinambungan melalui rumah-

rumah, masjid-masjid, sekolah-sekolah dan juga di parlemen, baik di Kairo

maupun di daerah-daerah lainnya, sehingga gerakan Ikhwanul Muslimin ini


merambah ke pelosok Mesir. Tidak hanya di Mesir, gerakan ini juga telah

merambah ke negara-negara Arab lainnya, seperti Sudan, Yaman, Yordania,

Palestina, Yaman, Irak, dan Maroko. Bahkan, gerakan ini sekarang sudah sampai

ke Eropa, Amerika, India, Pakistan, Australia, Afrika, Afganistan, dan juga

sampai di Indonesia.

Gerakan jamaah Ikhwanul Muslimin memiliki misi membentuk

(1) pribadi muslim dalam berpikir, berakidah, beramal dan bertindak; (2)

keluarga muslim; (3) masyarakat muslim; (4) pemerintah muslim yang

menggiring rakyat senantiasa ke masjid; (5) negara Islam dan mengajak

kelompok-kelompok kecil masuk ke dalamnya; gerakan ini tidak menerima

pengkotak-kotakan partai yang membuat negara Islam menjadi negara-negara

kecil yang lemah; (6) semua upaya ini dimaksudkan untuk mengembalikan

khilafah sesuai dengan manhaj Nabi. 16

Melalui metode dakwah yang baru ini, Hasan Al-Banna telah memberikan

pengaruh yang besar terhadap pemikiran Islam. Ia telah belajar banyak dari

pengamalan orang sebelumnya, dan dari sejarah para pemimpin dan pemikir

yang membawa panji Islam. Dengan dakwah model ini, ia sebarkan di masjid-

masjid, kedai-kedai kopi dan berkeliling ke penjuru negeri. Bahkan, tidak ada

satu daerah pun melaikan ia datangi penduduknya, ia sampaikan dakwahnya.

Tercatat, ia telah mengunjungi 3000 desa dari 4000 desa yang ada di Mesir.

Hasilnya, selama 20 tahun ia berhasil membentuk jamaah Ikhwanul

16
Hasan al-Banna, Majmu>ah ar-Rasail; Risa>lah ila asy-Syaba>b,

hlm. 188.
Muslimin yang solid hingga sekarang ini. 17

Pembaharuan (tajdid) yang dilakukan Hasan Al-Banna merupakan gerakan

pembaharuan yang komprehensif, yang berpengaruh besar pada segenap bidang

pemikiran Islam. Dalam bidang akidah, ia mengajak untuk mengikuti mazhab

Salaf dalam memahami sifat-sifat Tuhan dan tidak larut dalam perdebatan

seputarnya. Perbebatan-perdebatan klasik seputar sifat-sifat Tuhan dianggapnya

sebagai salah satu penyebab terpecahnya barisan kaum muslimin dan tidak

perlu dihidupkan lagi. 18

Dalam bidang ibadah, Hasan Al-Banna merumuskan metode dalam

beribadah yang didasarkan atas asas al-Qur`an dan sunnah yang bisa membentuk

kepribadian muslim. Sehingga, hal itu menjadi benteng yang membentengi dari

godaan kehidupan materialis, dan menyiapkannya menjadi anggota yang salih di

masyarakat. Untuk tujuan ini, Hasan Al-Banna membuat risalah al-Ma’surat.18

Dalam bidang politik dan hukum, Hasan Al-Banna mengajak kepada

penerapan syariah Islam di semua lini kehidupan. Sebab, dalam pandangannya,

syariat Islam adalah syariah Tuhan yang hadir untuk menciptakan kemaslahatan

manusia, dan bisa berkembang demi menghadapi tantangan kehidupan melalui

jalan ijtihad dan tajdid yang berkelanjutan.

Dalam bidang ekonomi, Hasan Al-Banna menyeru pada independensi

ekonomi umat Islam dari hegemoni ekonomi asing, supaya kekayaan-

kekayaannya bisa kembali pada penduduk pribumi sekaligus persiapan

17
Asy-Syurbaji, al-Ima>m asy-Syahi>d Hasan al-Banna, hlm. 180
18
Majmu>ah Rasa>il, hlm. 435, 437, 448.
memasuki era industri. Ajakan independensi ekonomi umat dari hegemoni asing

bukan dakwah teoritis saja, namun ajakan ini dipraktekkan dan dijalankannya.

Hasan Al-Banna telah ikut berpartisipasi dan menyokong perekonomian bangsa

serta mengajak serta rakyat. Ia juga membuat undang-undang khusus bagi

Ikhwanul Muslimin yang isinya bahwa salah satu tujuan Ikhwan adalah

mengembangkan kekayaanbangsa,menjagadanmemerdekakannya.Iajugamenyeru

kepada para ikhwan supaya tetap menjalankan roda ekonomi sekalipun ia kaya,

menggunakan sebaik-baiknya kekayaan Islam umum dengan mendorong industri

dan sumber-sumber ekonomi Islam. Ia menyeru kepada para ikhwan supaya

tidak memakai pakaikan dan makan kecuali dari buatan negeri Islam.

Demi memperkuat hal tersebut, Hasan Al-Banna mendirikan berbagai

syirkah untuk menyokong perekonomian negara, seperti Syirkah al-Mu’amalat

al-Islamiyyah, asy-Syirkah al-Arabiyyah li al-Manajim wa al-Mahajir, Syirkah

al-Ikhwan al-Muslimin li al-Gazl wa an-Nasij, Syirkah al-Matbaah al-

Islamiyyah wa al-Jaridah al-Yaumiyyah, Syirkah at-Tijarah wa al-Asygal al-

Handasiyyah di Alexandria, Syirkah at-Taukilat at- Tijariyyah, Syirkah al-

I’lanat al-Arabiyyah, dan masih banyak lagi perseroan milik Ikhwanul Muslimin

yang tersebar di penjuru Mesir sekarang ini19

Sedangkan di bidang jihad, Hasan Al-Banna ikut memerangi imperialisme

– terutama Inggris – baik secara tindakan maupun tulisan-tulisannya. Ia sangat

antusias mengingatkan umat Islam akan kewajiban jihad di Palestina dari tangan

para penjajah. Tindakan Hasan Al-Banna ini diterjemahkan dengan cara

19
Hasan al-Banna, Mujaddin al-Qarn al-Isyrin al-Hijri, hlm. 175-187
membentuk para pejuang jihad yang dikirim ke Palestina pada tahun 1948 yang

memperlihatkan bentuk pengorbanan dan kepahlawanan yang begitu memukau.

Hal ini yang membuat gentar dan ciut nyali Israil. Sikap heroik para pejuang

Ikhwan ini diakui betul oleh Musya Diyan di Amerika. Ia pernah mengatakan,

“Kami tidak perlu senjata untuk memerangi tentara Arab, itu mudah bagi kami.

Kami mencari senjata untuk memerangi sikap fanatisme Ikhwan yang begitu

mengerikan. Para pejuang Ikhawanul Muslimin di Palestina terus-menerus

memperoleh kemenangan. Seandainya bukan karena rekan kami Israil dan kroni-

kroninya di Mesir dan di luar Mesir, tentu kami tidak mampu

membendungnya.”20

Adapun terkait sikap Hasan Al-Banna terhadap peradaban Barat adalah

sama dengan sikap yang ditunjukkan oleh Sayyid Jamaluddin al-Afghani,

Muhammad Abduh dan para pembaharu Islam di era modern, yaitu tetap

menerima ilmu dan pengetahuan Barat tanpa harus tenggelam dalam kehidupan

sosial dan akhlak mereka.

Pengaruh dakwah dan pemikiran Hasan Al-Banna tetap berlanggung

hingga sekarang ini. Bahkan, hasil pemikirannya mampu mencetuskan nama-

nama tokoh besar, baik penulis, da’i, dan ulama di berbagai aspek pemikiran

Islam sebagaimana berikut:

20
Hasan al-Banna, Mujaddid al-Qarn al-Isyrin, hlm. 266.
a. Syaikh Sayyid Qutb, pemikir muslim modern yang menuangkan ide-

idenya dalam kitab tafsir Fi> Zila>l Al-Qur’an, yang menjadi banyak

rujukan kalangan Ikhwa>nul Muslimi>n.

b. Abdul Qadir Audah, seorang pakar hukum Islam yang telah menulis

tentang perundang-undangan dan politik dalam masarakat Islam.

c. Syaikh Muhammad al-Ghazali, seorang pemikir muslim produktif,

yang telah mengarang 50 kitab tentang kebudayaan Islam modern dan

pergulatannya dengan musuh-musuh Islam.

d. Anwar al-Jundi, pengarang kitab ensiklopedia terkenal Muqaddimat al-

Ulu>m wa al-Mana>hij. Dalam bukunya ini, beliau memfokuskan

kajiannya seputar orientasi serangan pemikiran Barat terhadap Islam,

pergulatan peradaban Islamdenganperadaban lainnya, di samping juga

tentang kebangkitan Islam dan peranannya dalam pembaruan Islam.

e. Dr. Yusuf al-Qardhawi, pemikir muslim modern, yang memusatkan

studinya pada penjelasan tentang akidah Islam dan pengaruh

keimananya, tentang kemudahan fikih Islam, tentang minoritas muslim

dan problematikanya yang beragam, di samping kitab-kitab beliau

lainnya tentang kebangkitan Islam, juga sumbangan pemikiran beliau

tentang ekonomi dengan berusaha memberi solusi Islam terhadap

problematika kontemporer.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Dengan pemikiran dakwah dan pembaharuannya, Hasan Al-Banna

telah berhasil memberi banyak pengaruh terhadap tokoh-tokoh pembangkit

Islam. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa beliau merupakan tokoh

Islam terdepan abad ke 14 H. Hal ini melihat begitu detil dan tersrukturnya

dasar-dasar pemikiran yang dibangunnya padahal ketika itu baru berumur 23

tahun. Andaikata bukan karena struktur ini, tentu Hasan al- Banna tidak lebih

sekedar seorang dai yang memiliki kemampuan memikat hati saja. Akan tetapi,

dengan pola yang terstruktur ini, Hasan Al-Banna telah berhasil menciptakan

jamaah yang solid yang tidak bisa dilakukan oleh para ulama dan dai, meski

syahid diusia muda.

Benar apa yang disampaikan Rasulullah dalam prediksinya, bahwa pada

setiap 100 tahun Allah akan mengutus seseorang yang memperbaruhi persoalan

agamanya. Maka, diutuslah Hasan Al-Banna yang menghidupkan akidah di hati

kaum muslimin, mengikat hati-hati mereka dengan cinta dan persaudaraan,

memperbaharui pemikiran serta menghidupkan jihad dan pergerakan guna

menyebakan dakwah Islam di muka bumi..


DAFTAR PUSTAKA

Hasan Ibrahim Hasan, 2006, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta:


Kalam Mulia.

Al-Ghazali, Pilar-pilar Kebangkitan Umat

Hasan Al-Banna, Mujaddid al-Qarn al-Isyrin

Hasan Al-Banna, Majmu>ah ar-Rasail; Risa>lah ila asy-

Syaba>b

Herry Mohammad, dkk., 2006, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh


Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press.

Imam Al-Ghazali Said, 2003, Ideologi Kaum Fundamentalis, Pengamh


Politik al-Maududi Terhadap Gerakan Jamaah islamiyyah Trans
Pakistan-Mesir, Surabaya: Diantara.

M Sugeng Sholehuddin, 2006, Teori dan Model Kepemimpinan Dalam


Pendidikan Islam Pekalongan: Stain Press.

Muhammad Sa‟id Mursi, 2007, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang


Sejarah, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar.

Munir Muhammad Al-Ghadban, 1992, Manhaj Haraki: Strategi


Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi Saw,
Terjemahan: Annur Rafiq Shalih Tahmid, et al., Jakarta: Robbani
Press.

Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH, 2009.

Asy-Syurbaji, al-Ima>m asy-Syahi>d Hasan Al-Banna

Anda mungkin juga menyukai