PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuatu yang sangat penting mulai di lupakan oleh manusia adalah bahwa
Keyakinan atau aqidah adalah unsur yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Ia merupakan
referensi bagi suatu tindakan, dalam arti bahwa sebelum seseorang melakukan
suatu perbuatan, dia hampir selalu menimbang dengan keyakinan yang
dimilikinya. Keyakinan ini pula yang kemudian melandasi gerak perjuangan
Sayyed Hossein Nasr. Tokoh pembaharu islam di abad modern ini yang merasa
khawatir terhadap kecenderungan umat Islam yang lebih mengiblat terhadap
peradaban barat dan telah melupakan akar budayanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Sayyed Hossein Nasr?
2. Apa saja Karya-karya dari Sayyed Hossein Nasr ?
3. Bagaimana corak pemikiran Sayyed Hossein Nasr?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Sayyed Hossein Nasr.
2. Mengetahui karya-karya dari Sayyed Hosein Nasr.
3. Mengetahui corak pemikiran Sayyed Hosein Nasr.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kenapa dia melanjutkan belajat tasauf kepada seorang ulama besar
Muhammad Husain Tabataba’i, seorang penulis kitab Tafsir Tabatabai yang
dianggap sebagai pelanjut pemikir Mu’tazilah.
Di akhir tahun 1962, Nasr diundang menjadi dosen tamu di Harvard
University, untuk memberikan kuliah umum tentang pemikiran Islam. Setelah
itu, pemikirannya tersebar di dunia Timur dan Barat melalui sejumlah buku,
artikel, tabloid, dan kuliah yang dia sampaikan di khalayak publik. Di antara
bukunya yang terkenal adalah Knowledge and the Sacred(1981), Man and
Nature: The Spiritual Cricis of Modern Man (1968), Ideals and Realitis of
Islam (1966), An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines (1964).
3
merupakan sumber sains yang harus dikaji secara propesional. Disamping
itu, juga menjelaskan metode atau sistem pengajaran dalam lembaga
tradisonal Islam misalnya masalah Kosmologi, Kosmografi, Geografi,
Sejarah Alam, Fisika, Matematika, Astronomi Kedokteran dan Kimia, dan
lainnya. Kemudian juga menjelaskan tentang al-Chemy, Philosopy dan
Gnostik atau ma’rifah sebagai ajaran tradisi yang sakral. Buku ini
diterbitkan University Harvard Press 1968.
4. Man and Nature The Spiritual Crisis of Modern Man (Manusia dan Alam,
Mengalami Krisis Spiritual di Zaman Modern)". Buku ini dicetak dan
diterbitkan First published by George Allen & Unwin in 1968 di
Universitas Cicago. Buku ini menjelaskan tentang kegersangan jiwa
manusia mengalami krisis modern. Kemudian Nasr memberikan alternatif
dengan pendekatan tradisi atau menggunakan filsafat perennial sebagai
jalan alternatif. Tujuannya agar manusia menyadari bahwa dirinya bagian
dari alam semesta, serta mampu memahami ajaran-ajaran agama yang
sakral, sebagai perjanjian primordial kepada Tuhan.
5. Tsalatsah Hukamah Muslim versi bahasa Arab (Tiga Pemikir Islam Ibnu
Sina, Suhrawardi, Ibnu Arabi). Buku ini diterbitkan di Beiurut tahun 1971
kemudian versi bahasa Inggris “Three Muslim Sages” di terbitkan Harvard
College Reprinted by Arrangement with (Harvard University Press, 1964,
diterjamahkan dalam bahasa Indonesia tahun 1986. Dalam buku ini Nasr
menulis tiga tokoh Islam yang dianggap mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan pemikiran Islam hingga sekarang. seperti Ibnu
Sina dikenal sebagai "dokter dan filosof", Suhrawadi dengan teori
"Iluminasi dan hikmah Israqiyah", Ibnu Arabi dikenal seorang sufistis
dengan ajaran "wahdat alwujud" dan insan al kamil", sebagai kajian di
zaman kontemporer.
6. Traditional Islam in The Modern World, buku ini dicetak, Kegan Paul
International London and New York First published 1987. Dalam buku ini,
Nasr menjelaskan Islam secara tradisional sebagai salah satu bentuk Islam
yang popular. Bagi Nasr Islam dan tradisi tidak bisah dipisahkan dan
sangat penting memberikan bimbingan secara historis, kepada umat Islam.
Kaum tradisionalis dan fundamentalis sama-sama menerima Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi sebagai syari'at, namun keduanya terdapat perbedaan
dalam memahami ajaran Islam, berdasarkan metodologinya masing-
4
masing. Kemudian Tradisi Islam di tengah perkembangan dunia Modern,
dan tradsisi Islam dunia Barat Modern.
7. Islam and the Plight of Modern Man, diterbitkan di London First
published Revised and Enlarged Edition ABC International Group tahun,
1975, kemudian diterjamahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Anas
Mahyudin dalam “Islam Dan Nestapa Manusia Modern” dicetak dan
diterbitkan Pustaka, Bandung tahun 1981. Nasr menjelaskan tentang
kondisi manusia modern, yang mengalami keterpurukan dari berbagai
aspek, termasuk spiritual dan moral. Perkembangan teknolgi dan Ilmu
Pengetahuan telah memberikan dampak negatif terhadap kehidupan
manusia khususnya di Amerika Serikat. Nasr merasakan kegersanagan
dalam jiwa setiap generasi sehingga Nasr terilhami menulis buku ini
dengan berlatar belakang kehidupan modern yang tidak dilandasi dengan
nilai Spiritual. Disamping itu Nasr juga mengungkapkan problem atau
dilema Islam di negara Barat.
8. Knowledge and the sacred, diterbitkan di New York 1981. Buku
diterjamhkan dengan judul "Pengetahuan dan Kesucian" dan diterbitkan
Pustaka Pelajar, tahun 1997. Dalam buku ini sangat jelas diungkapkan 68
bagaimana ke duduakan pengetahuan yang begitu suci, sesuci dengan
fitrah manusia. Manusia kata Nasr dilihat dari satu titik pandang yang pasti
adalah makhluk sosial yang di depinisikan para filosof dengan
kemampuan melebihi dari makhluk yang lain. Disisi lain manusia adalah
hewan yang berfikir, karena dirinya dilengkapi dengan inteligensia,
pengetahuan, akal dan hati nurani.
9. The Need for a Sacred Science, pertama diterbitkan tahun 1993, kemudian
direvisi kembali, edition First published in the United Kingdom by Curzon
Press Ltd. St John’s Studios Church Road Richmond Surrey This edition
published in the Taylor & Francis Library, 2005. Dalam buku tersebut
Nasr berbicara tentang Tuhan sebagai realitas yang memanifestasikan diri
pada berbagai tingkat dan kesadaran. Kemudian ilmu pengetahuan modern
dan tradisi yang saling bersinergi, pengetahuan dan kesucian sebagai
gambaran atas realitas Ilahi.
10. Traditional Islam in The Modern World, London dan New York, 1987
buku ini diterjamahkan tahun 1994 diterbitkan Pustaka Bandung. Dalam
buku ini Nasr menjelaskan Antara Islam tradisional dengan modernisme,
5
artinya eksistensi Islam dipertanyakan mampukah ia bertahan dalam era
globalisasi atau modern, sehingga Nasr mengatakan yang paling penting
bagi kita adalah kesadaran terhadap apa yang harus kita benahi dalam
menyerap gelombang modernisme, meskipun pada hakikatnya
modernisme telah memberikan berbagai kemudahan bagai manusia.
11. Theology, Philosophy and Spirituality, World Spiritulaity Vol 20,
diterbitkan 1991 oleh CIIS, Perss (Centre for Internastional Islamic
Student) diterjamahkan tahun 1996. Dalam buku ini Nasr menjelaskan
bahwa, intelektual muslim mampu bertahan dengan berbagai tradisi yang
dimilikinya misalnya; Mu'tazilah dengan paham Rasionalnya, Asyari
dengan faham tradisionalnya dan Al-Gazali faham tasawuf atau gnosis dan
filsafat, Nasr yakin dengan mempertahankan paham trdisional ini
eksistensi Islam semakin bertahan diera modern dan kontemporer.
12. Islamic Art and Spirituality. Buku ini diterbitkan di Albany tahun 1987,
dan diterjamahkan pada tahun 1993, Nasr menggambarkan seorang
Muslim memiliki semangat keberagamaan yang tinggi, terutama hal-hal
yang bernuansa spiritual, memiliki jiwa seni sebagai peninggalan sejarah
dan arsitektur Islam, baik kaligrafi, budaya maupun sastra dengan merujuk
kepada Tuhan sebagai yang Maha Indah.
13. Sadr aI-Din Shirazi and his Transcendent Theosophy, Background, life
and Works Imperial Iranian Academy Tehran 1978. Dalam buku ini Nasr
menjelaskan pemikiran Mullah Sadra, terutama ajaran al-Hikmah al-
Muta’aliyah, atau pengetahun yang tinggi sebagai latar belakang ajaran
Sadr al-Din, kemudian juga menjelaskan konsep teosofi, sebagai doktrin
dalam memahami wujud Allah SWT, meskipun konsep ini memiliki
hubungan dari ajaran Aristoteles dan Plato.
14. Shi’ite Islam, Allamah Sayyed Muhammad Husayn Tabatabai, buku ini
diterbitkan State University of New York Press, 1975. Nasr menjelaskan
konsep syi’ah dalam pemikiran Tabathabai. Atau doktrins shiisme.
Kemudian dicetak kembali di Albany 1988, dengan “The Fender of the
Sacred and Ismic Traditionalism” dalam The Muslims of Amerika,
Oxford 1991, dan menjelaskan pemikiran Tabathabai berkaitan dengan
ajaran Islam secara tradisional, dan memperkenalkan tradisi Islam di
tengah-tengah dunia modern, khususnya di Amerika Serikat.
6
15. This Translation Of Islamic Spirituality Fundations. Orginally Published
in English in 1997. Buku ini diterjamahkan oleh tim penerjamah Mizan
"Ensiklopedi Tematis spiritualitas Islam.” dan diterbitkan oleh Mizan di
Bandung tahun 2003. Ensiklopedi, Nasr sebagai editorial, menjelaskan
bebrgaia latar belakang budaya tarekat yang berkembang secara gelobal.
Kemudian tentang seni dan kesusastraan Islam, tidak lepas dari seni dan
budaya masing-masing Negara, namun berada dalam bingkai spiritual
yang suci, dari berbagai latar belakang budaya masing-masing.
7
Thabathaba’i, Muhammad Kazim Assar dan Abu Hasana Rafi’i
Wazwini. Pada awalnya Nasr lebih berkiprah di dunia akademis. Ia
banyak mempengaruhi filsafat Islam modern di Iran melalui karya-
karyanya.
Filsafat perennial adalah nama lain dari metafisika Islam
sebagaimana dipahami Nasr. Ia juga menyebutnya sebagai ilmu
tentang kenyataan ultim, yang ada dalam semua agama atau tradisi
spiritual sejak awal sejarah intelektual manusia hingga kini. Meskipun
disebut “filsafat”, warna mistikalnya amat kental. Nasr banyak
merujuk pemahaman tentang esoteris dan eksoteris Islam dari buku
Frithjof Schuon berjudul Understanding Islam yang diterjemahkan
dari bahasa aslinya berbahasa Perancis berjudul Comprendre Islam
oleh D.M. Matheson. Buku ini pertama kali diterbitkan oleh
Gallimard tahun 1961. Diterbitkan dalam bahasa Inggris pertama kali
tahun 1963 di London oleh George Allen and Unwin. Buku ini
menjelaskan bagaimana metode filsafat perenial diterapkan dalam
mendekati ajaran Islam.
Diperjelas lagi dengan karya Schuon berikutnya berjudul Islam and
the Pernnial Philosophy yang diterbitkan oleh World of Islam Festival
Publising tahun 1976. Dapat dilihat dalam terjemahan bahasa
Indonesianya dalam Frithjof Schuon, yang berjudul Islam dan Filsafat
Perenial. Pemikir ini banyak memberikan kontribusi mengenai
pandangan-pandangan metafisis dalam filsafat perenial yang berisi
kritik atas filsafat Barat modern. Dan yang paling urgen adalah dia
juga seorang tokoh utama dalam perspektif tradisional di dunia
modern yang banyak berbicara tentang makna tradisi.
8
dalam bayang-bayang peradaban barat. Banyak pihak yang merasa
khawatir akan tercabutnya nilai-nilai Islam itu sendiri dari
pemeluknya.
9
Mereka mulai mencari pegangan, arahan dan perlindungan untuk tetap
meng”ada”kan dan menghadirkan nilai spiritualitas di dalam
kehidupannya.
10
peradaban bangsa lain, tetapi di sisi lain, juga atas nama keadilan dan
demokrasi bangsa perkasa tersebut juga membiarkan kejahatan
kemanusiaan terjadi di depan batang hidungnya.
11
Tuhannya. Terjadilah apa yang diistilahkan ahli psikologi sebagai
dislokasi kejiwaan, disorientasi dan deprivasi relatif. Mereka merasa
tersingkir, terhempas dalam ketidakberdayaan. Eskapisme ini
akhirnya mengambil bentuk mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat-zat
adiktif, selingkuh (memburu “kesenangan” di luar rumah tangganya)
dan ada juga yang lari ke agama atau ke pseudo agama yang
menjanjikan ketenteraman batin.
12
dan kering dalam lubuk hati seseorang. Kedua, maraknya spritualitas
pada masyarakat perkotaan mungkin juga sebagai mediumcatarsis dari
rasa dosa yang melilit kehidupan sosial serta sebagai pelarian diri dari
kepengapan hidup di kota modern yang penuh kompetisi
(Psychological Escapism). Ketiga, maraknya fenomena sufisme juga
dilihat sebagai respons dan kritik terhadap wacana keagamaan yang
kering dan legalisitik yang kurang memberikan ruang imajinasi dan
eskplorasi rasa keagamaan, sehingga ruang agama terasa sempit dan
penuh ancaman neraka yang menakutkan.Keempat, pendekatan tasauf
dirasakan sebagai jalan termudah dan ternyaman untuk menemukan
identitas keberagamaan bagi kelas menengah kota yang selama ini
merasa jauh dari agama.
13
lengkap dan sempurna, pentas paling universal di mana bermain
segala lakon ke-Tuhanan, sehingga dengan begitu ia mampu menjadi
pembawa amanat Tuhan dan sumber dari pancaran yang tak terbatas.
Menurut Nasr, jika manusia membawa cetak biru bentuk ke-Tuhan-an
sudah tentu ia memiliki kodrat ke-Tuhan-an seperti dinyatakan dalam
sebuah hadis, “Tuhan menciptakan manusia menurut gambaran diri-
Nya Khalaqa Allah Adam ala suratih.
Dalam konteks ini, Nasr memberi dalih bahwa prinsip ini sama
benarnya dengan sebuah ungkapan tradisi yang menegaskan bahwa
dunia tidak akan kiamat sepanjang masih terdapat manusia yang
menyapa dan menyeru Tuhan. Oleh karena alasan itulah, maka dalam
Islam terdapat ungkapan “bumi tidak akan kosong dari kesaksian
Tuhan”.
14
Nasr menganalisis bahwa kondisi ”gerah” yang melanda kehidupan
manusia modern akibat terjadi split soul(keterbelahan jiwa). Terjadi
pemisahan antara segmentasi intelektualitas dan spiritualitas. Jika di
mesjid, orang hanya bicara spiritualitas lupa intelektualitas, sebaliknya
jika di kantor atau perguruan tinggi, orang berbicara intelektualitas,
lupa spiritualitas.
15
sepanjang sejarah manusia, yang sekaligus memperlihatkan kehidupan
kontemplatif yang paling intensif.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sayyed Hossein Nasr adalah seorang intelektual dan akademisi yang
luar biasa. Sudah banyak karya-karya yang beliau ciptakan, mulai dari
essay sampai buku-buku. Beliaupun mempunyai garis besar pemikiran
yang beragam, diantaranya tentang spiritualisme Islam, saat pembaratan
terhadap umat Islam sudah mengalami titik puncak pada hal tertentu,
beberapa imensi kehidupannya mengalami westernisasi. Lainnya dalam
bidang metafisika yang dipengaruhi oleh George De Santillana.
Sedangkan pemikiran beliau tentang agama adalah bahwa agama secara
objektif yaitu mengandalkan adanya realitas suprim yang personal,
sedangkan agama dipandang secara subjektif ialah agama
mengandalkan adanya kemampuan manusia untuk menerima kebenaran
yang diwahyukan.Dalam pemikiran filsafat, beliau memberikan
pandangan pada filsafat perennial. Yang dimaksud Nasr dengan filsafat
perennial adalah kearifan tradisional dalam Islam. Pikiran-pikiran Nasr
disekitar ini muncul sebagai reaksi terhadap apa yang dilihatnya sebagai
krisis manusia modern. Peradaban modern khususnya di Barat dan
ditumbuh kembangkan di dunia Islam menurut Nasr telah gagal
mencapai tujuannya, yakni semakin terduksinya integritas kemanusiaan.
Dengan demikian, filsafat perennial Sayyed Hossein Nasr adalah respon
yang dimunculkannya setelah melihat dengan seksama krisis manusia
modern.
17
DAFTAR PUSTAKA
Smith, Jane , ‘Sayyed Hossein Nasr’ dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford
: Pustaka, 1986),
Belajar, 2004),
18