Anda di halaman 1dari 21

Biografi dan Pemikiran Tokoh: Ibn Rusyd, Nashiruddin Ath-Tusi, Muhammad Iqbal

dan Mulla Shadra

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Filsafat Sejarah”

Dosen Pengampu :

Dosen Pengampu

Nuriyaddin, M.Fil.I

Disusun oleh:

Mufidah Maulidiah Zein (A722163)

Yunia Rohimatin (A72218050)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Biografi dan Pemikiran Tokoh: Ibn Rusyd, Nashiruddin Ath-Tusi,
Muhammad Iqbal dan Mulla Shadra” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kita pada jalan kebenaran, yaitu Islam.Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Sejarah.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Nuriyaddin, M,Fil.I selaku dosen
pengampu, keluarga, dan seluruh teman - teman yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan
menambah pengetahuan.Penyusun mengharapkan kritik dan saran apabila ada
ketidaksempurnaan dalam penyususnan makalah ini.Karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.

Rumah Masing-masing, 30 Desember 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Pada masa Dinasti Abbasiyah, Islam mengalami masa kejayaan, khususnya di
dalam bidang ilmu pengetahuan. Terdapat berbagai buku yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab sehingga mempermudah para ilmuwan Islam untuk mempelajari berbagai
disiplin ilmu khususnya filsafat. Disisi yang lain, muncullah para filsuf muslim mulai
dari Al-Kindi sampai pada masa Ibnu Rusyd. Pada masa sesudah
IbnuRusydmuncullahpara tokoh filsafat dari umat Islam seperti Nashiruddin Al-Thusi,
Mulla Sadra, Muhammad Iqbal. Kemunculan beberapa nama yang akan dibahas dalam
makalah ini merupakan beberapa tokoh penting dalam khazanah perkembangan
peradaban Islam juga menjadi sesuatu yang sulit ditemukan. Sedangkan, dalam
memperbincangkan sejarah Filsafat Islam, kita tak bisa meninggalkan tokoh yang
memberikansumbangan yang begitubesarbagiperkembanganfilsafat Islam khususnya
madzhab paripatetik ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi dan pemikiran dari Ibnu Rusyd?
2. Bagaimana biografi dan pemikiran dari Nasiruddin ath-Thusi?
3. Bagaimana biografi dan pemikiran dari Muhammad Iqbal?
4. Bagaimana biografi dan pemikiran dari Mulla Sadra?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi dan pemikiran dari IbnuRusyd.
2. Untuk mengetahui biografi dan pemikiran dari Nasiruddin ath-Thusi.
3. Untuk mengetahui biografi dan pemikirandari Muhammad Iqbal.
4. Untukmengetahuibiografi dan pemikirandari Mulla Sadra.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ibnu Rusyd
a. Biograf isingkat
Nama lengkap dari Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurtubi al-Andalusi. Biasanya dipanggil
dengan sebutan Abu al-Walid, Ibnu Rusyd atau Ibnu Rusyd al-Hafid. Oleh orang
Perancis, Ibnu Rusyd dipanggil dengan sebutan Averroes. Hal ini menjadikan Ibnu
Rusyd popular di orang-orang Barat dengan sebutan Averroes. Ibnu Rusyd
dilahirkan di kotaQurtubah, atau Cordova, salah satukota di Andalusia, pada tahun
1126 M / 520 H, tepatnya satu bulan sebelum kakeknya, Muhammad bin Ahmad
IbnuRusyd al-Faqih, meninggal.
Ibnu rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali ghairahnya
pada ilmu pengetahuan. Hal itu terbukti, Ibnu Rusyd bersama-sama merivisi buku
Imam Malik, Al-Muwaththa, yang dipelajarinya bersama ayahnya Abu Al-Qasim
dan ia menghapalnya. Ia juga jugamempelajarimatematika, fisika, astronomi,
logika, filsafat, dan ilmupengobatan.1
Ibnu Rusyd lahir dan besar dari keturunan terhormat, dan keluarga ilmuan
terutama fiqih, maka ketika dewasa, ia diberikan jabatan untuk pertamakalinya
yakni sebagai hakim pada tahun 565 H/1169 M, di Seville. Tak lama kemudian,
Ibnu Rusyd kembali ke Cordova. Setelah sepuluhtahun di sana, ia pun diangkat
menjadi qhadi. Ibnu Rusyd juga pernah menjadi dokter Istana di Cordova, dan
sebagai seorang filosof, serta ahli hukum. Ibnu Rusyd mempunyai pengaruh besar
di kalangan Istana, terutama di zaman Sultan Abu Yusuf Ya’qub al-Mansur (1184-
99 M). 2
Sebagai seorang filosof, pengaruhnya di kalangan Istana tidak disenangi oleh
beberapa ulama dan kaum fuqaha. Kemudian ketika timbul peperangan antara
Sultan Abu Yusuf dan kaum Kristen, sultan berhajat pada kata-kata kaum ulama
dan kaum fuqaha. Dari hal ini keadaan menjadi berubah, dan Ibnu Rusyd
disingkirkan oleh kaum ulama dan kaum fuqaha. Hal ini karena Ibnu Rusyd dituduh
membawa aliran filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, akhirnya Ibnu

1
Mohammad Thoyyibmadani, "Ibnurusyd Dan Kontribusipemikirannyaterhadapperkembanganilmufiqih",
Jurnalkabilah, Vol. 2 No.1, 2017, 43
2
Faturohman, "Ibnurusd Dan Pemikirannya", Tsarwah (Jurnalekonomi Dan Bisnis Islam), Vol. 1 No.1, 2016,
111.

4
Rusyd ditangkap dan diasingkan kesuatu tempat yang bernama Lucena di daerah
Cordova. Oleh sebabitu, kaum filosof tidak disenangi lagi, maka timbullah
pengaruh kaum ulama dan kaum fuqaha. Ibnu Rusyd sendiri kemudian dipindahkan
k eMaroko dan meninggal di sanadalamusia 72 tahun pada tahun 1198 M.3
b. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd
Terdapat beberapa pemikiran dari Ibnu Rusyd yang terkenal, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Epistemology
Dalam kitabnya yang berjudul Fash al Maqal, Ibnu Rusyd berpandangan
bawasannya filsafat wajib dipelajari. Dengan berpandangan dasar bahwa filsafat
tak ubahnya mempelajari hal-hal yang wujud yang lantas orang berusaha
menarik pelajaran/hikmah/ibrah, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan
sang Pencipta. Karena dalam ayat – ayat-Nya, Tuhan mendorong mahkluknya
untuk menggunakan nalar dalam merenungu cipataan – ciptaan-Nya.4
Ibnu Rusyd juga mengklasifikasikan manusia menjadi 3 golongan.
Pengklasifikasian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang manusia yang
berbeda-beda dalam menilai atau mengungkap suatu kebenaran:
1) Burhaniyyat (kalangan filosof): golongan yang hanya berpegang pada
argument demonstratif (burhani), artinya argumen yang ditopang oleh
proposisi yang bersifat aksiomatis.
2) Jadaliyyat (kalangan pemikir/teolog): golongan yang berpegang pada
argumen yang bersifat dialektik, artinya argumen yang dibangun atas dasar
yang bersifat dhzanni.
3) Khitabiyyat (kaumawam): golongan yang berpegang pada argumen yang
bersifat tekstual isretorik, artinya argumen yang lebih banyak berdasarkan
emosi (‘atifah) disbanding akal.5
Sedangkan dalam referensi yang lain, dikatakan bahwa di dalam buku
kecilnya yang berjudul Fashl Al Maqalfima Baina Al Hikmah wa Asy Syari'ah
min Al Ittishal (Kaitan filsafat dengan Syariat), Ibn Rusyd menjelaskan tentang
harmonitas antara `aql (akal/nalar) dengan naql (tranferensi) mengenai metode
(manhaj) dan tujuanakhir (ghayah). Menurutnya, belajar filsafat dan berfilsafat

3
Harun Nasution, Filsafat Dan Mitisismedalam Islam, Cet. Ke Ix,(Jakarta: Bulan Bintang, 1973.) Hlm. 47
4
Hasyimsyahnasution, Filsafat Islam Cet Ke-3, (Jakarta: Gaya Media Praama, 2002, Hlm 6
5
Ibid, 73

5
itu sendiri tidak dilarang dalam agama Islam, bahkan al-Quran sebagai pedoman
umat Islam berisi banyak ayat yang menghimbau agar mempelajari filsafat.
Untukk menghindari adanya pertentangan antara pendapat akal serta filsafat dan
teks al-Quran. Ibn Rusydmenegaskanbahwateks al-Quran itu hendaknya diberi
interpretasi sedemikian rupa atau dilakukan takwil. Takwil inilah merupakan
salah satu bahasan penting dalam bukukecilini.6

2) Metafisika
Dalam masalah ketuhanan, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Allah
merupakan penggerak pertama (muharrik al-awwal). Konsep yang dibuat oleh
ibnu Rusyd ini mendapat pengaruh langsung dari Aristoteles, Plotinus, Al –
Farabi, dan Ibn Sina, disamping agama islam yang dipeluknya. Dalam hal
tersebut Ibnu Rusyd menerangkan dalil – dali yang menyakinkan antara lain:7
a. Dalil Wujud Allah
Dalam membuktikan adanya Allah, Ibnu Rusyd menolak dalildalil
yang dikemukakan beberapa golongan yang sebelumnya karena tidak
sesuai dengan apa yang digariskan oleh syara’, dalam berbagai ayatnya.
b. Dalil Inayah al-Ilahiyah (Pemeliharaan Tuhan)
Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitannya dengan
manusia. Maksunya ialah segala sesuatu yang ada dijadikan untuk tujuan
kelangsungan manusia. Pertama segala yang ada sesuai dengan wujud
manusia. Kedua, kesesuaian itu terjadi bukan secara kebetulan tetapi
memang diciptakan secara demikian oleh sang pencipta. Ayat yang
mendukung dalil tersebut ialah Q.S al Naba’: 78:6-7
c. Dalil Ikhtira (dalil Ciptaan)
Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala Makhluk seperti benda
mati dan hidup. Seperti halnya yang diungkapkan IbnuRusyd, bahwa kita
mengamati benda mati dan hidup, sehingga yakin adanya Allah yang
menciptakannya. (QS, Al Hajj:73)
d. Dalil Harkah (Gerak)

6
Rossi Delta Fitrianah, "Ibn Rusyd (Averroisme) Dan Pengaruhnya Di Barat", Jurnal El-Afkar, Vol. 7 No.1,
2018, 21-22
7
Ibid,. 121

6
Dalil ini didasarkan bawasannya, benda yang ada dimuka bumi
keadaannya tidak selalu tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah
ubah dan semua jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak
pada ruang berakhir pada gerak pada dzatnya dengan sebab gerak pertama
tidak menggerakkansamasekali.
Sedangkan dalam sumber lain mengenai kontribusi Rasionalisme Ibn Rusyd
dalam Syariah, maka terdapat pandangan Ibn Rusyd yang menonjol adalah teorinya
tentang harmoni/ perpaduan agama dengan filsafat (al-ittishalbaina al-syariahwa
al-hikmah). Dari halini, Ibn Rusyd memberikan kesimpulan bahwa "filsafat adalah
saudara sekandung dan sesusuan agama". Dari halinidapatdiketahuibahwa, tidak
ada pertentangan antara wahyu dan akal; filsafat dan agama; para nabi dan
Aristoteles, karena mereka semua dating dari asal yang sama. Hal ini didasarkan
pada ayat-ayat al-Qur’an dan karakter filsafat sebagai ilmu yang dapat
mengantarkan manusia kepada "pengetahuan yang lebih sempurna" (at-tamm al-
ma`rifah).
Selain itu, dalam pemikirannya mengenai hubungan antara filsafat dan agama,
Ibnu Rusyd berpendapat terdapat tiga asumsi yang mendasarinya, yakni:
1) Ad-Din Yujibu at-Tafalsuf (Agama mengandalkan dan mendorong untuk
berfilsafat). Pandangan tersebut senada dengan yang dinyatakan Muhammad
Yusuf Musa bahwa: Thabi'ah al-Qur'an Tad'u li at-Tafalsuf (Karakter Alquran
mengajak untuk berfilsafat). Terbukti banyaknya ayat yang menganjurkan
untuk melakukan tadabbur, perenungan, pemikiran tentangalam, manusia dan
juga Tuhan.
2) Anna as-Syar 'afihi Dhzahirunwa Batinun, yaitu bahwa Syariat itu terdiri dari
dua dimensi, yaitu lahir dan batin. Dimensi lahir itu untuk konsumsi para
fuqaha', sedang dimensi batin itu untuk konsumsi para filusuf.
3) Anna at-Ta'wilDharuriyyun li al-Khairi as-Syari'ahwal Hikmah aw ad-Din
wal Falsafah. Artinya, ta'wil merupakan suatu keharusan untuk kebaikan bagi
syariat dan filsafat.8

c. Karya-karya

8
Sahilahmasarur Fatimah, "Hubunganfilsafat Dan Agama Dalamperspektifibnurusyd", Salam: Jurnal Sosial Dan
Budayasyar-I, Vol. 7 No. 1, 2020, 72

7
Dari sekian banyak karya yang telah dihasilkan oleh IbnuRusyd, beberapa ahli
berpendapat bahwa yang dapat dijadikan sebagai spirit perumusan dan
pengembangan fikih emansipatoris yakni tiga bukunya yang terkenal. Ketiga buku
ini memuat pandangan kontroversial Ibn Rusyd yang pernah menggemparkan dunia
Eropa pertengahan abad ke-13. Ketiga buku yang dimaksuddiantaranya:
1) Fashl al-Maqlfima Baina al-Hikmah waAsySyari'ah min Al Ittishal (Kaitan
Filsafat dengan Syariat) yang isinya menguraikan adanya keselarasan antara
agama dan akal karena keduanya adalah pemberian Tuhan.
2) al Kashf 'an Manhij al-Adillah fa 'Aqaid al-Millah (Menyingkapi berbagai
Metode Argumentasi Ideologi Agama-agama) yang menjelasan secara terinci
masalah-masalah akidah yang dibahasileh para filsuf dan teolog Islam.
3) Tahafut al-Tahafut (Kerancuan dalam Kitab Kerancuankarya al-Ghazali) yang
kandugan isinya membela kaum filsuf dari tuduhan kafir sebagaimana
dilontarkan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah
(KerancuanFilsafat-filsafatkaumFilosof).9

2.2. Nasiruddin ath-Tusi


a. Biografi singkat
Nasiruddin ath-Tusi merupakan seorang ilmuwan dari Persia dengan nama
lengkap Abu Jafar Muhammad Ibn Muhammad ibnu Al-Hasan NashiruddinAth-
Tusi. Ia lahir pada 18 Februari 1201 M di Kota Tus yang terletak di dekat Mashed,
Persia (sekarang sebelah timur laut Iran). Setelah menjalani pendidikan dasar, Ath-
Tusi mempelajari fiqh, ushulfiqh, hikmah, dan ilmu kalam, terutama al-isyarat-
nyaIbnuSinadari Mahdi Farid al-Din Damat, dan matematikadari Muhammad Nasib
di Nishapur. KemudianAth-Tusipergike Baghdad untuk mempelajari ilmu
pengobatan dan filsafat dari Qutb al-Din. Ketika di Baghdad, Ath-Tusi juga
memperdalam ilmu matematika dari Kamal Ibnu Yunus dan fikih dari Salim Ibnu
Badrun.10
Pada tahun 1220 M, invasimiliter Mongol telah mencapai kota Tus, tempat
Tus dilahirkan, kota itu dihancurkan. Di tengah situasi tak jelas, penguasa Islamiyah
Abdurahim mengajak sang ilmuwan bergabung. Kemudian beliau menjadi salah

9
Rossi Delta Fitrianah, "Ibn Rusyd (Averroisme) Dan Pengaruhnya Di Barat", Jurnal El-Afkar Vol. 7 No. 1,
2018, 21
10
Asepsulaiman, Mengenalfilsafat Islam, (Bandung: Yramawidya, 2016), 119

8
satu penjabat Istana Islamiyah dan mengisi waktunya dengan beragam karya
penting tentang astronomi, filsafat, logika serta matematika. Akhirnya, pasukan
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan (cucuJengis Khan) berhasil menguasai Istana
pada tahun 1256 M dan meluluhlantakannya.
Beruntung, nyawa Ath-Tusi selamat karena Hulagu sangat menaruh minat
terhadap ilmu pengentahuan, khususnya astronomi. Tusi diangkat Hulagu menjadi
penasihat ilmiah bagi pasukan Mongol, dan tak lama kemudian Ath-Tusi menikah
dengan orang Mongol. Posisi istimewa Ath-Tusi merencanakan pembangunanThe
National Research Institute Astronomical Observatory atau disebut Observatorium
Rasad Khaneh di Maragha. Perencanaan itu ia ungkapkan kepada Hulagu yang
kemudian menyetujui keinginan ilmuwan Persia tersebut. Pembangunan
observatorium megah dibangun selama 3 tahun yaitu dari tahun 1259-1262 M.
Observatorium itu terletak di ketinggian barat Maragha, Provinsi Azerbaijan
Timur, Iran, yang pernah dianggap sebagai salah satuobservatorium paling
bergengsi di dunia.Menurut Raghib As-Sirjani dalam Sumbangan Peradaban Islam
pada Dunia, observatoriu mini kemudian menjadi pegangan para ilmuwanEropa di
bidang astronomi. Bangunan yang kini berbentuk setengah bola berwarna putih
tersebut menjadi yang terbesar di masanya, terdiri dari serangkaian bangunan
berukuran lebar 150 meter dan panjang 350 meter. Salah satu cirri khas bangunan
ini adalah sebuah kubah yang memungkinkan sinar matahari memasukinya.11
b. Pemikiran
Berikut ini merupakan pemikiran-pemikiran dari Nasiruddin Ath-Tusi,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Filsafat Logika
Pemahaman Ath-Thusi terhadap logika dapat diibaratkan seperti bulan
(alat ilmu) yang menangkap cahaya matahari (ilmu), yang kemudian
dipantulkan ke bumi sebagai cahayanya sendiri. Dalam hal ini, bulan sebagai
alat atau sarana yang digunakan energy utama (matahari) untuk
menyampaikan cahayanya ke belahan bumi lain yang tidak mendapat cahaya
matahari. Sementara bagi belahan bumi, bulan merupakan energy utama yang
berperan sebagai sumber cahaya yang ada di malamhari. Ath-Tusi juga
berpendapat bahwa logika adalah alat dan sumberilmu, yang mana dapat

11
Rejahidayat, Al-Ilmunuurun: Al-Tusi, Astronom Muslim Terkemukadari Persia, 28 Juni 2017, Diaksesmelalui
Https://Tirto.Id/Al-Tusi-Astronom-Muslim-Terkemuka-Dari-Persia-Crcd, Pada 29 Desember 2020

9
dikatakan juga sebagai alat saat diamenjadi kunci untuk memahami berbagai
ilmu, dan dikatakan sumberi lmu saat dia memberikan pengertian dan
menjelaskan sifat dari suatu makna.
Kemudian apabila pengertian dan penjelasan tersebut dapat dipahami
dengan baik, maka logika dapat menjadi sebuah seni yang membebaskan
pikiran dari kesalahan atau bisa disebut sebagai pengetahuan. Menurut Ath-
Thusi, pengetahuan dapat dicapai melalui definisi dan silogisme.
Dengandemikian, logika adalahh hukum untuk berpikirtepat.
2) Filsafat Moral
Ath-Thusi menggunakan penadapat dari Aristoteles mengenai akal praktis
dari teori pembedahan. Menurut Ath-Thusi, penyebab dari suatu
penyimpangan adalah segala sesuatu yang berlebihan, karena terjadinya
keadaan jiwa yang tidak seimbang. Hal ini dapat disebabkan oleh
keberlebihan, keberkurangan atau ketidak wajaran akal. Contohnya ketika ada
seorang pencuri yang tertangkap akan memberontak terhadap sipenangkap,
karena pencuri tersebut mempunyai perasaan takut terhadap hukum.
3) Filsafat Metafisika
Metafisikasendiriterdiriatasduabagian, yaituIlmuKe-Tuhanan dan
FilsafatPertama. Dalamhalini, IlmuKe-Tuhanan(‘Ilm-iIlahi),
mencakupberbagaipersoalanke-Tuhananakal, jiwa, dan hal-hal yang
berkaitandenganhaltersebut,sepertikenabian (nubuwwat), kepemimpinan
spiritual (imamat), dan haripengadilan (qiyamat). SedangkanFilsafatPertama
(Falsafah Ula), meliputialamsemesta dan hal-hal yang
berhubungandenganalamsemesta.Dimana di dalamnya termasuk hal-hal
pengetahuan tentang ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan
kemungkinan, esensi dan eksistensi, kekekalan dan ketidakkekalan. Ath-Thusi
juga berpendapat, bahwa Tuhan tidak dapat dianalisa dengan logika dan
metafisika.
4) Filsafat Jiwa
Ath-Thusi berpendapat, bahwa eksistensi jiwahanya dapat dibuktikan
melalui jiwa itu sendiri, sehingga jiwa menjadi mustahil untuk dipelajari. Jiwa
disini mengontrol tubuh melalui otot-otot dan alat-alat perasa, namun tubuh
tidak dapat merasakan keberadaan jiwa. Selain itu, jiwa merupakan substansi
immaterial, karena jiwa dapat menampung logika, matematika, teologi dan
10
sebagainya tanpa tercampur-baur dan dapat diingat dengan kejelasan yang
khas, yang tidak dapat dilakukan oleh substansi material.
Ath-Thusi juga menjelaskan bahwa jiwa imajinatif berada di antara
jiwa hewani dan jiwa manusiawi. Dalam jiwa manusiawi, terdapat dua jenis
akal, yaitu akal teoritis dan akal praktis. Dalam akal teoritis tercakup empat
tingkat perwujudan, yaitu akal material, akalmalaikat, akalaktif, dan akal yang
diperoleh. Pada tingkatan akal yang diperoleh, bentuk konsepsual yang
terdapat dalam jiwa menjadi nyata terlihat. Sementara akal praktis berkenaan
dengan tindakan sengaja dan yang tidak sengaja, sehingga potensialnya
diwujudkan dengan tindakan-tindakan.
5) Filsafat Politik
Menurut Ath-Thusi, selain fitrah manusia yang selalu ingin
berhubungan dengan sesamanya, manusia juga membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi,dengan beragamnya motivasi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, muncullah istilah pertentangan dan
ketidakadilan. Untuk itu diperlukan adanya pemerintah yang adil sebagai
penengah kedua setelah hukum-hukum Tuhan. Ath-Thusi juga pernah
membicarakan etika perang. Menurutnya, perang hanya boleh dilakukan jika
tidak dapat menemukan jalan keluar dari suatu pertentangan, dan dilakukan
atas nama Tuhan, serta dengan persetujuan seluruh anggota. Kemudian, jika
memperoleh kemenangan, tawanan tidak diperbolehkan untuk dibunuh.
6) Filsafat Rumah Tangga
Ath-Tusi menyatakan bahwa tujuan rumah tangga adalah untuk
mewujudkan rasa ingin memiliki dan rasa ingin melindungi antar anggota
keluarga, bukan sebagai pemenuh syahwat. Untuk memelihara keharmonisan
keluarga, maka dibutuhkan ketersediaan harta yang didapat dengan terhormat,
sempurna, dan adil. Dalam hal ini, laki-lakidiibaratkan sebagai jantung yang
hanya dapat bekerja pada satu tubuh saja, dan mustahil dapat bekerja pada
lebih dari satu tubuh. Jika seorang laki-laki tidak dapat menjaga dan
memperbaiki keseimbangan keluarga, lebih baik dia tidak menikah terlebih
berpoligami.
Ath-Thusijuga mengikuti pendapat Ibnu Miskawaih dalam mendidik
anak-anak, yaitu dengan menggunakan penanaman moral yang baik melalui
pujian, hadiah, dan celaan yang halus. Setelah itu, anak diajarkan tata cara
11
bergaul dan bersikap dalam masyarat, hingga barulah melatih untuk memilih
pekerjaan baik yang sesuai dengan mereka. Dalam hal ini, Ath-Thusi
menekankan untuk memperhatikan hak-hak orang tua. Karena menurutnya,
anak baru dapat menyadari hak-hak ayahnya saat dia sudah dapat
membedakan sesuatu. Sementara perihal hak-hak ibunya, telah ada sejak dia
mulai peka terhadap lingkungan. Hal inidikarenakan hak ayah bersifat mental,
sementara hak ibu bersifat fisik.
Terakhir, Ath-Thusi juga menyarankan agar memperlakukan pelayan
keluarga seperti tangan dan kaki bagi dirinya.Hal ini dikarenakan, perlakuan
yang baik mendorong pelayan untuk melayani majikannya atas dasar cinta,
penghormatan, dan pengharapan. Bukan semata-mata karena kebutuhan,
paksaan, dan ketakutan semata, yang dapat menciptakan rasa tidak nyaman
dalam keluarga.
7) Filsafat Kenabian
Menurut Ath-Thusi, Nabi merupakan utusan Tuhan untuk membawa
aturan suci-Nya dan untuk menjaga kehidupan manusia dari kekacauan dalam
kehidupan sosial. Jadi dapat dikatakan bahwa, seorang Nabi sangat penting
bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai pemimpin spiritual yang melanjutkan
aturan suci dariTuhan.
8) Baik dan Buruk
Ath-Thusi berpendapat bahwa, kebaikan dating dari Tuhan, sementara
keburukan merupakan suatu kebetulan yang terjadi dalam perjalanan kebaikan
tersebut. Ibarat air, kebaikan diciptakan dengan membawa banyak manfaat.
Namun apabila dilihat dari luar pengaruh air tersebut, seperti tersumbatnya
aliran sungai, maka dapat membawa keburukan berupa bencanab anjir. Disisi
lain, adanya indra, imajinasi, kesenangan dan pikiran, dapat menjauhkan
kebijaksanaan untuk memperkirakan akibat-akibat dari terjadinya suatu
masalah. Sehingga kebanyakan dari manusia menyalahkan air sebagai
penyebab terjadinya bencana banjir. Padahal ketiadaan air akan menjadi
keburukan penuh jika dibandingkan dengan keberadaannya.12

12
Asepsulaiman, Op.Cit., 121-124

12
c. Karya-karya
Berikutinibeberapakarya yang berhasildihasilkan oleh athTusi, diantaranyaadalah
1) Logika (Asas al-Iqtibas, Al-Tajrid fi 'ilm al-Mantiq, Ta'dil al-Mi'yar)
2) Metafsika (RisalahdarIthbat-iWajib, Itsar-i Jauhar al-Mufariq,
RisalahdarWujud-i Jauhar-iMujarrad, RisalahdarIstbat-i 'Aql-iFa'al)
3) Etika (Akhlaq-iNasiri, Ausaf al-Asyraf)
4) Teologi/Drama (Tajridal'Aqaid, Qawa'idal'Aqaid, Risalah-iI'tiqadat)
5) Astronomi (Kitab al-Mutawassiat Bain al-HandasawalHai'a, Kitab al-Tazkira
fi al-Ilm al-Hai'a, Zubdat al-Hai'a, Kitab al-Tahsil fi aln-Nujum)
6) Aritmatika, Geometri, dan Trigonometri (Al-Mukhtasar bi Jami al-Hisab bi at-
Takht wa at-Turab, Kitab al-Jabr wa al-Muqabala, Al-Usul al-Maudua)
7) Optik (Tahrir Kitab al-Manazir, MabahisFinikas al-Shur'arwa in Itaafiha)
8) Musik (Kitab fi 'Ilm al-Mausiqi, Kanz al-Tuhaf)
9) Medikal (Kitab al-Bab Bahiyafiat-Takarib as-Sultaniyah)13

2.3. Muhammad Iqbal


a. Biografi Singkat
Muhammad Iqbal bin Muhammad Nur bin Muhammad Rafiq atau
Muhammad Iqbal. Ia dilahirkan di Sialkot, Punjab, India (sekarang termasuk
wilayah pakistan) pada 9 November 1877 M, bertepatan pada tanggal 3 Dzul
Qaidah. Pendapat ini diperkuat dengan diadakannya peringatan seratus tahun
kelahiran Mohammad Iqbal oleh Kedutaan besar Republik Islam Pakistan pada 9
November 1877.14
Mohammad Iqbal memulai pendidikannya pada masa kanakkanak yang
dibimbing langsung oleh ayahnya sendiri, yakni Syeikh Nur Muhammad yang juga
dikenal sebagai seorang Ulama. Ia mendapatkan pendidikan dari dua tradisi yang
berbeda yaitu pemikiran dari timur dan barat. Awalnya Iqbal menerima pendidikan
klasik di sebuah surau untuk mendapatkan pelajaran Al-Qur’an dan pendidikan

13
Ibid., 120-121
14
Zulkarnain, Filsafat Khudi Mohammad Iqbal Dan Relevansinya Terhadap Masalah Keindonesiaan
Kontemporer, (Medan:2016) Tesis. Hal.20

13
Islam. Selanjutnya Iqbal memperoleh pendidikan formal ketika ayahnya mengirim
Iqbal belajar di Scottish Mission School di Sialkot dan terbang ke Eropa.15
Pada tahun 1905 Muhammad Iqbal berangkat ke Eropa untuk melanjutkan
studinya dalam bidang filsafat Barat di Trinity College, Universitas Cambrige. Di
samping itu beliau juga mengikuti kuliah-kuliah hokum di Lincoln’s Inn, London.
Dua tahun kemudian ia pindah ke Munchen, Jerman. Untuk lebih memperdalam
studi filsafatnya di Universitas Munchen. Di Universitas ini beliau memperoleh
gelar Doktor of Philosophy (Ph.D).16 Selama tiga tahun di Eropa,Iqbal meraih gelar
formal Bachelor of Art (B.A) dalam bidang seni dan advokat, serta gelar Doktor
dalam bidang filsafat. Hal ini merupakan sebuah prestasi yang spektakuler.
Ketenaran Iqbal Di dunia internasional juga merambah dalam dunia politik
ulung yang berjasa mendirikan Pakistan. Tahun 1908 ia masuk di Komite Inggris
Liga Muslim se-India. Ia juga terpilih menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab
dan menjadi salah satu pemikir politik. Namun lebih dari itu ia juga seorang
penyair, sufi, filsuf Muslim dan reformis. Dengan dorongan dan dukungan Arnold,
Iqbal menjadi terkenal sebagai salah seorang pengajar yang berbakat dan penyair
Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang dengan segudang talenta yang
dimilikinya.17
Sayangnya, Iqbal menderita sakit kencing batu dan mulai kehilangan suaranya
pada tahun 1935. Pada tahun ini pula, isterinya meninggal dunia dan semakin
menimbulkan kesedihan baginya.Pada 19 April 1938, sakitnya mencapai puncaknya
dan kritis sehingga para dokter berusaha semampu mereka dalam meringankan
sakitnya , sementara Iqbal sendiri telah merasa bahwa ajalnya telah dekat dan
tanparasa takut ia selalu menekankan bahwa dalam menghadapi kematian,
hendaknya seorang Muslim menerimanya dangan rasa gembira. Iqbal meninggal
dunia tepat pada 20 April 1938 atau diusia 65 tahun.18

b. Pemikiran Filsafat Muhammad Iqbal

16
Audina Almunawwarah. Muhammad Iqbal (Kajian Historis Terhadap Peranannya Dalam Pembentukan
Negara Pakistan) . (Makassar:2018) Hal. 13
17
Amran Suriadi. Muhammad Iqbal, Filsafat Dan Pendidikan Islam. Tsarwah (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam) Volume 1 No. 2 (Juli-Desember) 2016. Hal. 46
18
Syarif Hidayatullah . Perspektif Filosofis Sir Muhammad
Iqbal Tentang Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam :: Volume Ii, Nomor 2, Desember 2013/1435. Hal.
423

14
Muhammad Iqbal, dalam pandangan filsafatnya yang terdapat di dalam karya
yang berjudul Lectures on Metaphysics, mengatakan bahwa dunia ini bukan sesuatu
yang dapat diketahui dan dilihat melalui konsep- konsep, namun lebih merupakan
sesuatu yang harus dibuat dan dibuat kembali. Daya kekuatan manusia yang
terutama adalah kemauan sehingga senantiasa mengarah kepada suatu tahap
kemanusiaan yang lebih mulia dan lebih tinggi yaitu berwujud cinta, kasih dan
sayang dalam hidup manusia. Muhammad Iqbal dalam hal ini menganggap bahwa
keindahan adalah sebagai hakikat dunia, kemudian daya kemauan atau kehendak
mengarah kepada suatu perubahan.19
Setidaknya ada tiga konsep utama dalam pemikiran Iqbal. Namun yang
beredar di beberapa jurnal hanya mengenalnya satu saja44 yaitu Khudi. Berikut tiga
konsep utamanya:
Pertama, konsep Khudi (kedirian atau kepribadian). Filsafat Khudi (kedirian)
adalah salah satu konsep dasar filsafaf Iqbal, serta merupakan alas penopang
keseluruhan struktur pemikirannya.45 Kata Khudi menurut tata bahasa. Persi adalah
bentuk kecil dari Khuda yang berarti Tuhan, sedang Khudi berarti diri atau pribadi
atau ego.46 Menurut Iqbal bahwa diri adalah realitas yang tidak terbantahkan
keberadaannya, ia benar-benar nyata. Berawal dari Khudi Iqbal ingin
mengembalikan jati diri dan kesadaran masyarakat akan identitas diri mereka dan
identitas keislaman mereka.
Kedua, konsep bi-Khudi. Konsep yang diambil dari bahasa Persia yaitu
ketiadaan diri (bi-Khudi) dan lawan dari kedirian (Khudi). Konsep ketiadaan diri itu
memiliki kesamaan dengan ajaran tasawuf yaitu fanā’ (ketiadaan diri).
Ketiga konsep umate aodil yaitu umat-umat yang adil dalam istilah lain umate
baidhah 'bangsa cerah'. Merekalah yang mampu memimpin peradaban dunia. Kata
'umat' itu lebih umum daripada 'bangsa'.
Di atas telah dikemukakan tiga prinsip utama pemikiran Iqbal dalam rangka
menghasilkan sebuah peradaban unggul. Untuk menghasilkan sebuah peradaban
unggul Iqbal meletakkan dasar/langkah awal bagi para pelaku peradaban yaitu akan
kesadaran dirinya (Khudi), kemudian sang pelaku peradaban akan
melebur/ketiadaan diri (bi-Khudi) artinya ia menyatu dengan alam (materi untuk

19
Widyastini. Konsep Pemikiran Filsafati
Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan
Dan Relevansinya Dengan Pembangunan
Karakter Bagi Bangsa Indonesia. Jurnal Filsafat, Vol. 27, No. 1, Februari 2017. Hal. 130

15
membangun peradaban). Dan jika itu semua telah terlaksana, maka akan tercipta
umate aodil yaitu umat yang mampu menciptakan dan mengkreasikan peradaban
dunia tanpa sekat darah, batas, dan suku.20

c. Karya-Karya Pemikiran Muhammad Iqbal


Muhammad Iqbal memiliki karya yang tidak sedikit. Karya-karya Muhammad
Iqbal tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga ma-cam bahasa, yaitu:
a) Rumuz-I-Bekhudi, diterbitkan di Lahore pada tahun 1918, adalah buku yang
membahas mengenai individu dalam hubungannya dengan masyarakat.
b) Asrar-I-Khudi, diterbitkan di Lahore pada tahun 1945, adalah buku yang
membahas mengenai human ego (diri manusia) (Iqbal, 1978: 270-271).
c) Bal-I-Jibril, diterbitkan di Lahore pada tahun 1935, adalah buku tentang syair-
syair yang berarti sayap-sayap Jibril dan berisi do'a pada saat menjalankan sholat di
Masjid Cordova, Spanyol.
e) Iqbal Namah, Maqatib Iqbal, diterbitkan di Lahore pada tahun 1944, adalah
kumpulan surat-surat yang berbahasa Urdu mengandung pemikiran-pemikiran Iqbal
yang dijelaskan dalam berbagai macam surat kepada para pemimpin bangsa dan
negara.
f) Development of Metaphysics, diterbitkan di London pada tahun 1908, adalah
sumbangan pemikiran Iqbal dalam sejarah filsafat Islam merupakan disertasi
untuk memperoleh gelar PhD di Universitas Munchen, Jerman.
g) The Reconstruction of Religious Thought in Islam, diterbitkan di Lahore pada
tahun 1934, adalah karya Iqbal dalam usaha menyusun dan membangun kembali
filsafat Islam dengan mengutamakan pemikiran-pemikiran filosofis dalam
menghadapi kemajuan-kemajuan yang aktual dalam berbagai macam ilmu
pengetahuan.21

a. Mulla Shadra
a. Biogarfi Singkat Mulla Shadra
Muhammad ibn Ibrahim Yahya Qawami Syirazi, sering disebut Shadr al-Din al-
Syirazi atau Akhund Mulla Shadra. Ia dilahirkan di Syiraz pada tahun 979/980 H atau

20
Ammar Fauzi Dan Darmawan. Dekonstruksi Filsafat Peradaban Sir Muhammad Iqbal. Ushuluna: Jurnal Ilmu
Ushuluddin, 5 (1), 2019. Hal. 91 92
21
Widyastini. Konsep Pemikiran Filsafati Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Dengan
Pembangunan Karakter Bagi Bangsa Indonesia. Jurnal Filsafat, Vol. 27, No. 1, Februari 2017.. 128-129

16
1571/1572 M dari sebuah keluarga terkenal dan berpengaruh, yaitu keluarga Qawam.
Ayahnya Ibrahim bin Yahya al-Qawami al-Syirazi, seorang yang berilmu dan saleh,
pernah menjadi gubernur wilayah Fars. Secara social politik, ia memiliki kekuasaan
yang istimewa di kota asalnya, Syiraz. Mulla atau Mawla adalah panggilan
penghormatan yang diberikan kepada Ulama atau Urafa besar.22
Sejak kecil Mulla Shadra memperoleh pendidikan yang baik dan penjagaan yang
sempurna di kota kelahirannya. Sebagai anak yang cerdas, ia dengan cepat menguasai
hampir apa saja yang diajarkan kepadanya, bahasa Arab, bahasa Persia, al-Qur’an,
hadis dan disiplin ilmu-ilmu keislaman lainnya. Kemudian ia melanjutkan pendidikan
ke Isfahan yaitu sebuah pusat budaya yang penting untuk dunia Timur Islam pada saat
itu, ia berguru kepada teolog Baha’ al-Din al-‘Alimi, kemudian kepada filsuf
paripatetik Mir Abu al-Qasm Fendereski. Tetapi gurunya yang paling utama adalah
seorang filsuf-teolog bernama Muhammad atau lebih dikenal Mir Damad.23
Setelah itu Mulla Shadra meningglkan Isfahan menuju Kahak yaitu sebuah desa di
pedalaman yang berdekatan dengan Qum. Namun ia kembali Atas desakan masyarakat
dan permintaan Syah Abbas II (1588-1629) dari Dinasti Safawi, Mulla Shadra diminta
menjadi guru di Madrasah Allahwirdi Khan yang didirikan oleh gubernur propinsi Fars
di Syiraz. Berkat kesungguhan Shadra, kota kelahirannya ini kembali menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Thomas Herbert, pengembara abad 11 H/17 M yang pernah melawat
ke Syiraz semasa hidup Shadra menulis bahwa di Syiraz terdapat perguruan yang
mengajarkan filsafat, astrologi, fisika, kimia, dan matematika yang menyebabkannya
termasyhur di seluruh dunia. 24

b. Pemikiran Mulla Shadra


Mulla Sadra mengkritisi pemikiran filsafat Islam ke dalam pendekatan sintesis akhir
berbagai pemikiran filsafat. Basis utama pemikirannya yaitu bertumpu pada ajaran al-
Qur‟an dan al-Sunnah. Mulla Sadra membuat sistesis secara menyeluruh yang
kemudian ia namakan al-hikmah al-muta’aliyah. Mulla Sadra merasa yakin bahwa ada

22
Dhiauddin. Aliran Filsafat Islam (Al-Hikmah Al-Muta’aliyah) Mulla Shadra. Nizham, Vol. 01. No. 01,
Januari-Juni 2013. Hal. 46
23
Happy Saputra. Konsep Epistemologi Mulla Shadra. Substantia, Volume 18 Nomor 2, Oktober 2016. Hal.
185
24
Ibid 185-186

17
tiga jalan terbuka bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan; wahyu, akal dan
intelektual („Aql) dan visi batin atau pencerahan (kasyf).25
Konsep al-Hikmah dan al-Hikmah al-Muta’aliyah
Istilah al-Hikmah al-Muta’aliyah terdiri atas dua kata, yaitu al-Hikmah yang berarti
teosofi atau kearifan dan al-Muta’liyah yang berarti trasenden, tinggi, atau puncak. Secara
harfiyah, al-hikmah al-Muta’aliyah dapat diterjemahkan sebagai Teosofi Trasenden (Nasr,
26
1996:79) atau Kearifan Puncak (Muthahhari, 1993:47). Adapun secara epistemologis,
hikmah muta’aliyah ini berarti kebijak-sanaan yang didasarkan pada tiga prinsip, yaitu
intuisi intektual (dzawq atau isyraq), pembuktian rasional (‘aql atau istidlal), dan syari‟at.
Dengan demikian, hikmah muta’aliyah adalah kebijaksanaan (wisdom) yang diperoleh
lewat pencerahan ruhaniah atau intuisi intelektual dan disajikan dalam bentuk yang
rasional dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional.27
Al-Hikmah al-Muta’aliyah menjadi terkenal ketika murid-murid Mulla Sadra baik
secara langsung maupun tidak langsung menggunakannya untuk menyebut madzhabnya.
‘Abdul al-Raziq Lahiji misalnya, menantu Mulla Sadra dan salah seorang muridnya yang
cemerlang menyebut filsafat Mulla Sadra sebagai al-Hikmah al-Muta’aliyah.
Penggunaantersebut semakin meluas pada periode Qajar. Pada periode ini, tokoh yang
dengan penuh semangat menjelaskan alasan penggunaan istilah tersebut sebagai nama dan
aliran filsafat Mulla Sadra adalah Mulla Hadi Sabzawari, seorang filosof dan mistikus
terbesar di Persia pada abad ke-13 H/ 19M.
Mulla Sadra sendiri memang tidak menyatakan secara eksplisit bahwa al-Hikmah al-
Muta’aliyah adalah nama dari aliran filsafatnya. Filsafat al-Hikmah al-Muta’aliyyah yang
dikembangkan Mulla Sadra merupakan sintesis dari beragam corak pemikiran Islam maka
warna tersebut terlihat jelas dalam pandangan eskatologinya, sebuah pandangan yang
didasari demonstrasi rasional, sekaligus menawarkan gagasan-gagasan yang berkesesuaian
dengan doktrin agama dan pemaknaan-pemaknaan yang bersifat metaforis (irfani).
Penyebutan istilah tersebut didalam tulisan-tulisannya yaitu Al-Hikmah al-Muta’aliyah
maupun al-Syawahid al-Rububiyah lebih dikaitkan dengan judul karyanya, bukan pada
aliran filsafatnya.28
c. Karya Mulla Shadra

25
Nurkhalis. Pemikiran Filsafat Islam Perspektif Mulla Sadra. Jurnal Substantia, Vol. 13, No. 2, Oktober 2011.
Hal.181
26
Nur Khosiah. Konsep Al Hikmah Dalam Filsafat Mulla Sadra. Ar-Risalah: Volume Xviii Nomor 1, 2020. 92
27
Ibid.182
28
Ibid. 92

18
Karya-karya yang ditulis oleh Mulla Sadra bgitu banyak, diantaranya yaitu:29
1. Al-Hikmah al-Muta’aliyah fi Asfar al-‘Aqliyyah al-Arba’ah (Kebijakan
Transendental tentang Empat perjalanan Akal pada Jiwa). Lebih dikenal dengang judul
Asfar (Perjalanan). Kitab ini merupakan karya monumental, karena menjadi dasar bagi
karya pendeknya dan juga sebagai risalah pemikiran pasca-Avecinnian pada umumnya.
Di dalamnya memuat simbol-simbol pengembaraan intelektual dan spritual manusia ke
hadirat Tuhan. Juga memuat hampir semua persoalan yang berkaitan dengan wacana
pemikiran dalam Islam, seperti Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Dalam penyajiannya
menggunakan pendekatan morfologis, metafisis, dan historis. Sampai saat ini di Iran,
Asfar digunakan sebagai teks tertinggi dalam memahami hikmah dan hanya akan dibaca
oleh mereka yang memahami teks-teks standar ilmu kalam, filsafat, dan paripatetis,
teosofi isyraqi, dan dasar-dasar ajaran irfan.

2. al-Hasyr, (tentang kebangkitan). Buku ini terdiri dari delapan bab yang
membicarakan tentang hari kebangkitan, dan betapa semua benda, termasuk barang
tambang, akan kembali kepada Allah.
3. Al-Hikmah al-‘Arsyiyyah (Hikmah diturunkan dari ‘Arsy Ilahi). Buku ini
memperbincangkan kebangkitan dan perihal nasib masa depan manusia sesudah mati.
Buku ini menjadi sumber pertikaian hebat di kalangan aliran ilmu kalam kemudiannya.

4. Mafatih al-Ghaib (Kunci Alam Ghaib). Sebuah karya yang sangat mendasar
yang ditulisnya setelah mencapai kematangan ilmu. Berkisar doktrin Irfan tentang
metafisika, kosmologi, dan eskatologi serta mengandung rujukan yang banyak dari al-
Qur’an dan Hadis.

5. Kitab al-Masya’ir (Kitab penembusan metafisika). Salah satu dari karya


Shadra yang banyak dipelajari mengandung ringkasan teori ontologi. Dan lain-lain7

29
Happy Saputra. Konsep Epistemologi Mulla Shadra. Substantia, Volume 18 Nomor 2, Oktober 2016.
Hal.186-187

19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Ibnu Rusyd atau Ibnu Rusyd al-Hafid. Oleh orang Perancis, Ibnu Rusyd dipanggil
dengan sebutan Averroes. Sebagai seorang filosof, pengaruhnya di kalangan Istana tidak
disenangi oleh beberapa ulama dan kaum fuqaha. Terdapat beberapa pemikiran dari Ibnu
Rusyd yang terkenal, diantaranya adalah Epistemology dan Metafisika. Karyanya begitu
banyak dan dapat dijadikan sebagai spirit perumusan dan pengembangan fikih emansipatoris.
Nasiruddin ath-Tusi merupakan seorang ilmuwan dari Persia dengan nama lengkap
Abu Jafar Muhammad Ibn Muhammad ibnu Al-Hasan NashiruddinAth-Tusi. Beliau menjadi
salah satu penjabat Istana Islamiyah dan mengisi waktunya dengan beragam karya penting
tentang astronomi, filsafat, logika serta matematika. Pemikiran-pemikiran dari Nasiruddin
Ath-Tusi mengenai filsaaft begitu beragam, disusul karyanya di berbagai bidang.
Muhammad Iqbal bin Muhammad Nur bin Muhammad Rafiq atau Muhammad Iqbal
Selama tiga tahun di Eropa,Iqbal meraih gelar formal Bachelor of Art (B.A) dalam bidang
seni dan advokat, serta gelar Doktor dalam bidang filsafat. Hal ini merupakan sebuah prestasi
yang spektakuler. Ketenaran Iqbal Di dunia internasional juga merambah dalam dunia politik
ulung yang berjasa mendirikan Pakistan.
Muhammad ibn Ibrahim Yahya Qawami Syirazi, sering disebut Shadr al-Din al-Syirazi
atau Akhund Mulla Shadra. semasa hidup Shadra menulis bahwa di Syiraz terdapat
perguruan yang mengajarkan filsafat, astrologi, fisika, kimia, dan matematika yang
menyebabkannya termasyhur di seluruh dunia. Mulla Sadra mengkritisi pemikiran filsafat
Islam ke dalam pendekatan sintesis akhir berbagai pemikiran filsafat. Basis utama
pemikirannya yaitu bertumpu pada ajaran al-Qur‟an dan al-Sunnah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Faturohman. 2016. "IbnuRusd dan Pemikirannya", Tsarwah (JurnalEkonomi dan Bisnis


Islam), Vol. 1 No.1
Fatimah, SahilahMasarur. 2020. "HubunganFilsafat dan Agama dalamPerspektifIbnuRusyd".
Salam: Jurnal Sosial dan BudayaSyar-i. Vol. 7 No. 1
Fitrianah, Rossi Delta. 2018. "Ibn Rusyd (Averroisme) dan Pengaruhnya di Barat", Jurnal El-
Afkar Vol. 7 No. 1, 2018
Hidayat, Reja. 2017. Al-IlmuNuurun: Al-Tusi, Astronom Muslim Terkemukadari Persia.
diaksesmelalui https://tirto.id/al-tusi-astronom-muslim-terkemuka-dari-persia-
crCd, pada 29 Desember 2020
Madani,Mohammad Thoyyib. 2017. "IbnuRusyd dan
KontribusiPemikirannyaTerhadapPerkembanganIlmuFiqih".JurnalKabilah, Vol. 2
No.1
Nasution, Harun.1973. Filsafat dan Mitisismedalam Islam, Cet. Ke IX. Jakarta: Bulan
Bintang, 1973.
Nasution,Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam Cet ke-3. Jakarta: Gaya Media Praama
Sulaiman, Asep. 2016.MengenalFilsafat Islam. Bandung: YramaWidya

21

Anda mungkin juga menyukai