Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH : FILSAFAT ISLAM


DOSEN : DR. ARQOM KUSWANJONO
WAKTU : 120 MENIT
SIFAT : OPEN BOOK

Kerjakan soal secara mandiri, apabila mengutip pendapat tokoh dari buku, jurnal atau pustaka
lain, harap menuliskan sumbernya.

1. Berikan penjelasan singkat tentang Sejarah Kelahiran Filsafat Islam, hubungannya dengan Filsafat
Yunani, dan proyek penerjemahan
2. Berikan penjelasan singkat tentang Ilmu kalam Syiah dan Muktazilah
3. Berikan penjelasan singkat tentang Ilmu kalam Asyariah dan Maturidiyah
4. Berikan penjelasan singkat tentang Aliran Masyaiyah (Paripatetisme) dan Isyraqiyah
(Illuminasi/Sahrawardi)
5. Berikan penjelasan singkat tentang Aliran Irfani (Tasawuf falsafi/Ibnu Arabi) dan Hikmah al
Muta’aliyah (Mulla Sadra).
6. Berikan penjelasan singkat pilih tiga tokoh dari tujuh tokoh berikut:
a. Al Kindi (Filsafat Islam di Timur/Masyriq/Persia)
b. Al Farabi (Filsafat Islam di Timur/Masyriq/Persia)
c. Ibn Sina (Filsafat Islam di Timur/Masyriq/Persia)
d. Al Gazali (Filsafat Islam di Timur/Masyriq/Persia)
e. Ibn Tufail (Filsafat Islam di Barat/Magrib/Andalusia)
f. Ibn Rusyd (Filsafat Islam di Barat/Magrib/Andalusia)
g. Ibn Kholdun

 Selamat mengerjakan –
LEMBAR JAWABAN

Nama : Daya Merah Asri


NIM : 21//481507/FI/05010
Kelas : Filsafat Islam C
No. Presensi : 20

1. Sejarah Kelahiran Filsafat Islam, hubungannya dengan Filsafat Yunani, dan proyek
penerjemahan
Filsafat memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada peranan otak manusia dalam
berpikir. Aktivitas berpikir pada diri manusia merupakan hal yang vital. Hal ini karena
pekerjaan berpikir merupakan semata-mata bertujuan untuk mengetahui kepastian suatu
persoalan yang terjadi.
Hubungan antara filsafat Islam dan filsafat Barat diawali dengan Para Filsuf Islam banyak
yang mengambil dan menerjemahkan buku-buku yang ditulis dengan bahasa Yunani
kedalam bahasa Arab. Pada awalnya para filsuf islam hanya tertarik menerjemahkan ilmu
pengobatan Yunani, tetapi tak lama dari itu mereka pun mulai merambah ke teks-teks
Filsafat. Kemudian pemikiran para Filsuf Islam pada saat itu juga banyak yang terpengaruh
oleh pemikiran-pemikiran dari filsuf Yunani, seperti Aristoteles dan Plato.
Pada abad awal pertama, filsafat Islam ditandai dengan munculnya sejumlah mazhab. Salah
satunya adalah masyasya’un atau peripatetik. Mazhab ini merupakan sintesis antara prinsip
Islam dan aliran filsafat Yunani, Arsitotelianisme dan Neoplatonisme. Pendiri mazhab ini
adalah Abu Yaqub al-Kindi.
Sejumlah sumber mengungkapkan, Abu al-Abbas Iransyhari merupakan Muslim pertama
yang menuliskan karya filsafat. Sayangnya, tak ada karyanya yang bertahan. Berbeda
dengan al-Kindi yang karya-karyanya diketahui banyak orang. Dalam mengembangkan
mazhab filsafatnya, ia menghadapi persoalan harmonisasi antara iman dan akal. Kemudian,
muncul Abu Nashr al-Farabi. Sejumlah kalangan menganggap al-Farabi melebihi al-Kindi.
Setelahnya, Ibnu Sina muncul pula dengan beragam karyanya. Selain adanya filasafat
bermazhab, abad-abad awal perkembangan filsafat Islam juga melahirkan filsuf independen.
Mereka juga berpengaruh. Salah satunya adalah Muhammad bin Zakariya al-Razi. Selain
filsuf, dia dikenal sebagai dokter terbesar setelah Ibnu Sina.
Pada akhirnya, filsafat Islam tak hanya berkembang di wilayah Arab ataupun Persia, tapi
juga di Barat, yaitu Spanyol, diawali oleh munculnya filsuf bernama Ibnu Masarrah. Filsuf
awal lainnya adalah Ibnu Hazm. Ia merupakan ahli fikih, teolog, filsuf, dan penulis salah
satu karya Muslim pertama mengenai perbandingan agama. Pada masa selanjutnya, ada
nama Ibnu Thufail. Ia terkenal dengan karya novel filsafatnya dengan judul Hayy ibnu
Yaqzhan.
Periode klasik dari filsafat Islam diperhitungkan sejak wafatnya Nabi Muhammad hingga
pertengahan abad ke 13, yaitu antara 650-1250 M. Periode selanjutnya disebut periode
pertengahan yakni antara kurun tahun 1250-1800 M. Periode terakhir yaitu periode modern
atau kontemporer berlangsung sejak kurun tahun 1800an hingga saat ini.
Penerjemahan ilmu pengetahuan yang berasal dari luar dunia Islam terjadi secara besar-
besaran pada zaman Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad. Kemenangan tentara
Islam pada masa Khalifah al-Mahdi dan al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah atas Bizantium
(Romawi Timur) memunculkan sebuah gerakan intelektual dalam sejarah Islam. Gerakan
intelektual tersebut, menurut sejarawan Phillip K Hitty, disebabkan oleh masuknya berbagai
pengaruh asing, seperti Yunani, Persia, dan India.
Penerjemahan dimulai dengan menerjemahkan karya ilmu pengetahuan, filsafat, dan sastra
dari bahasa Yunani, Persia, Sansekerta ke dalam bahasa Arab. Tiga perempat abad setelah
berdirinya Baghdad, yaitu pada awal abad kesembilan, pusat dunia literatur Arab itu telah
memiliki karya-karya fil safat utama Yunani, seperti karya Aristoteles, Plato, dan juga
karyakarya Persia serta India.

2. Ilmu Kalam Syiah


Ilmu Kalam secara bahasa mempunyai arti yaitu pembicaraan. Maksud pembicaraan disini
adalah pembicaraan yang bernalar dan melibatkan logika. Sedangkan secara pengertian Ilmu
Kalam memiliki pengertian ilmu yang mempelajari ilmu keagamaan (agama islam) dalam
bukti-bukti yang logis. Ilmu Kalam sendiri merupakan cabang disiplin Filsafat yang mencari
prinsip-prinsip teologi Islam melalui dialektika. Ilmu Kalam dalam islam sendiri memiliki
beberapa aliran diantaranya: khawarij, syiah, murji'ah qadariyah dan jabariyah, mu'tazilah,
asy'ariyah, maturidiyah, salafiyah, wahabiyah.
Pelopor Ilmu Kalam salah satunya adalah aliran Syiah, Syiah adalah sebutan untuk aliran
dalam Ilmu Kalam yang menjadi pengikut Ali bin Abi Thalib. Secara etimologis, Syiah
berasal dari bahasa Arab yang berarti pembela atau pengikut seseorang. Kemunculan Ilmu
Kalam dipicu oleh kemunculan konflik yang didasari persoalan politik yang menyangkut
pembunuhan Usman bin Affan yang berbuntut pada penolakan muawiyah atas kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib. Setelah Usman bin Affan wafat kedudukannya sebagai khalifah
digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali mendapat tantangan dari Muawiyah,
gubernur damaskus dan keluarga dekat Usman, ia tidak mau mengakui Ali sebagai khalifah.
Ia menuntut Ali supaya menghukum pembunuh-pembunuh Usman, bahkan ia menuduh Ali
turut campur dalam soal pembunuhan itu. Doktrin-Doktrin yang diajarkan oleh aliran Syiah
yaitu, Tauhid (bahwa Allah SWT adalah Maha Esa), Al’ adl ( bahwa Allah adalah Maha
Adil), An Nubuwwah (bahwa kepercayaan syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai
pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia), Al Imanah (bahwa Syiah meyakini
adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian),
Al Ma’ad (bahwa akan terjadinya hari kebangkitan).
Ilmu Kalam Mu’tazilah
Aliran Ilmu Kalam Mu’tazilah adalah aliran yang muncul di Basra, Irak, pada abad 2 H.
Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha' berpisah dari gurunya Imam Hasan al-
Bashri karena perbedaan pendapat. Tokoh-tokoh dalam aliran Mu’tazilah adalah Wasil Bin
Atha, Abu Huzail al-Allaf, Al-Jubba'i, An-Nazzam, Al-Jahiz, Mu'amar bin Abbad, Bisyr al-
Mu'tamir, dan Abu Musa al-Mudrar.
Terdapat lima ajararan dalam aliran Mu’tazilah: “at-tauhid” yang mempelajari keesaan
Tuhan, “al-adl” yang mempelajari keadilan Tuhan, “al-wadu” dan “wal waid” yang berarti
janji dan ancaman, “almanzilah bainal manzilatain” yang mempelajari posisi antara dua
posisi dan yang terakhir “amar makruf nahi mungkar” ilmu yang menyuruh berbuat kebaikan
dan melarang segala bentuk kemungkaran.
Golongan Mu'tazilah ini banyak disebut sebagai aliran sesat karena ajaran-ajaran yang telah
melenceng dan bertentangan semakin jauh dari kebenaran,menyesatkan dan meresahkan
masyarakat pada zaman itu dari ajaran agama islam.

3. Aliran Ilmu Kalam Asy’ariah


Aliran Asy’ariah merupakan salah satu paham teologi Islam yang muncul pada 913 M/330
H. Aliran ini mengembangkan paham teologi Islam yang lebih mengutamakan dalil naqli
(Al-Qur’an dan Al-Hadis) dan membatasi penggunaan logika filsafat. Dalam
perkembangannya, aliran Asy’ariyah mendapatkan dukungan dari berbagai pemerintahan
Islam. Salah satunya Dinasti Gaznawi (India) pada abad ke 11-12 M. Karena itu, paham
Asy’ariyah kemudian menyebar di India, Pakistan, Afganistan dan wilayah-wilayah lain,
termasuk Indonesia. Tokoh-tokoh Asy’ariah yaitu Al-Baqilani, Al-Juwain, Al-Ghazali, dan
Al-Sanusi. Terdapat 7 ajaran pokok dalam aliran Asy’ariah yaitu, Sifat Allah SWT,
kedudukan Al-qur’an, persoalan melihat Allah SWT di akhirat, ihwal perbuatan manusia,
antropomorfisme Al Asyari berpendapat bahwa Allah SWT mempunyai mata, muka,
tangan, dan sebagainya, seperti disebut dalam Alquran. Akan tetapi, tidak diketahui
bagaimana bentuknya, pembahasan tentang dosa besar, dan yang terakhir tentang keadilan
Allah SWT.
Aliran Ilmu Kalam Matudridyah
Aliran Matudridyah meyakini bahwa akal dan syariat saling melengkapi untuk mencapai
kebenaran ilahiyah. Sementara penamaan Maturidiyah dinisbahkan kepada nama
pendirinya: Abu Mansur Al-Maturidi. Adapun Abu Mansur Al-Maturidi adalah tokoh
pemikir Islam yang lahir di Maturid, Samarkand pada tahun 853 Masehi atau Abad 3 Hijriah,
tepatnya semasa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil dari Dinasti Abbasiyah. Saat ini,
wilayah Maturid berada di Uzbekistan. Di masa silam, aliran ini berkembang pesat di
Maturid, Samarkand sehingga dikenal sebagai aliran Maturidiyah Samarkand. Selain di
Samarkand, Maturidiyah berkembang di Bukhara. Dua tempat ini dianggap sebagai
episentrum tumbuhnya aliran pemikiran Maturidiyah. Kemunculan Maturidiyah dianggap
menjadi respons atas berkembangnya aliran Mu'tazilah di masa Dinasti Abbasiyah. Aliran
Mu'tazilah berpandangan bahwa kebenaran dapat dicapai hanya dengan rasio atau akal
manusia. Sedangkan Maturidiyah menyangkal hal itu dan menyodorkan pemikiran bahwa,
untuk mencapai kebenaran ilahiyah, seorang muslim tidak dapat hanya berpegang kepada
akal, melainkan harus mengiringi pertimbangan rasio dengan syariat dari Allah SWT

4. Aliran Ilmu Kalam Mashsha’iyah


Istilah mashsha’iyah berasal dari bahasa Arab, yaitu “mashā’ī” yang berarti berjalan. Dalam
bahasa Inggris disebut dengan Peripatetisme, “peripatetic“ yang berarti mengembara, atau
pengembaraan. Sebutan mengembara atau berjalan diberikan kepada mazhab (aliran) ini,
karena tiga kemungkinan. Pertama, karena ajarannya disampaikan Aristoteles, sebagai
founder (pembangun), sambil berjalan-jalan. Kedua, dikaitkan dengan sudut sebuah gedung
olah raga di kota Athena yang bernama Peripatos. Adapun kemungkinan ketiga ialah karena
metode berpikir ini menggunakan istidlāl (perumusan dalil) setiap kali mengambil
kesimpulan. Proses istidlāl mengalir (seolah) berjalan sehingga sampai pada kesimpulan.
Ketiga kemungkinan ini, sedikit atau banyak, berkaitan dengan ciri dan cara kerja mazhab
filsafat Islam ini. Murid-murid utama Aristoteles ialah Theopharastos dan Andronikos.
Kedua murid ini berperan, kecuali mendengar dan menulis, juga menyebarluaskan
pemikiran-pemikiran gurunya Aristoteles.
Aliran Ilmu Kalam Isyraqiyah
Terminologi isyraqi memiliki banyak arti, diantaranya; terbit dan bersinar, berseri-seri,
terang karena disinari, dan menerangi. Intinya, isyraqi berkaitan dengan kebenderangan atau
cahaya yang umumnya digunakan sebagai lambang kekuatan, kebahagiaan, ketenangan dan
hal lain yang membahagiakan. Lawan cahaya adalah kegelapan yang dijadikan lambang
keburukan, kesusahan, kerendahan dan semua yang membuat manusia menderita.
Sedangkan kata illuminasi dalam bahasa Inggris, merupakan kata yang dijadikan padanan
kata isyraq yang juga memiliki arti cahaya atau penerangan.
Dalam bahasa filsafat, Iluminasionisme berarti sumber kontemplasi atau perubahan bentuk
dari kehidupan emosional untuk mencapai tindakan dan harmoni. Bagi kaum isyraqi, yang
disebut hikmah bukan sekedar teori yang diyakini melainkan perpindahan ruhani secara
praktis dari alam kegelapan yang di dalamnya pengetahuan dan kebahagiaan merupakan
sesuatu yang mustahil ke cahaya yang bersifat akali yang di dalamnya pengetahuan dan
kebahagiaan dicapai bersama-sama. Karena itu, menurut madzhab isyraqi, sumber
pengetahuan adalah penyinaran yang itu berupa semacam hads yang menghubungkan
dengan substansi cahaya.
Dalam filsafat isyraqi, simbolisme cahaya digunakan untuk menetapkan satu faktor yang
menentukan wujud, bentuk dan materi, hal-hal masuk akal yang primer dan sekunder,
intelek, jiwa, zat (ipaeity) individual dan tingkat-tingkat intensitas pengalaman mistik.
Jelasnya, penggunaan simbol-simbol cahaya merupakan karakter dari bangunan filsafat
isyraqi.

5. Aliran Irfani (Tasawuf falsafi/Ibnu Arabi)


Secara etimologi Irfani dari kata dasar bahasa Arab ‘arafa’ semakna dengan makrifat, yang
berarti pengetahuan. Tetapi ia berbeda dengan ilmu (`ilm). Irfani atau makrifat berkaitan
dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman (experience), sedang
ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat transformasi (naql) atau rasionalitas
(aql).
Para ahli berbeda pendapat tentang asal sumber irfani. Pertama, menganggap bahwa irfan
Islam berasal dari sumber Persia dan Majusi, seperti yang disampaikan Dozy dan Thoulk.
Hikmah al Muta’aliyah (Mulla Sadra)
Mulla Sadra mengkritisi pemikiran filsafat Islam ke dalam pendekatan sintesis akhir
berbagai pemikiran filsafat. Basis utama pemikirannya yaitu bertumpu pada ajaran al-
Qur‟an dan al-Sunnah, filsafat peripatetik, iluminatif, kalam sunni dan syi‟i serta irfani
(gnosis), Mulla Sadra membuat sistesis secara menyeluruh yang kemudian ia namakan al-
hikmah almuta’aliyah. Mulla Sadra merasa yakin bahwa ada tiga jalan terbuka bagi manusia
untuk memperoleh pengetahuan; wahyu, akal dan intelektual („Aql) dan visi batin atau
pencerahan (kasyf).

6. Al-Kindi
Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak Al- Kindi. Di dunia Barat ia
dikenal dengan sebutan al-Kindus. Al-Kindi lahir pada 809 M di Kufah (sekarang Arab
Saudi) dari keturunan suku Kindah, Arab Selatan. Selain sebagai filsuf muslim pertama, Al-
Kindi juga dikenal sebagai bapak pelopor berbagai ilmu pengetahuan.
Filsafat menurut Al-Kindi adalah ilmu tentang kebenaran (hakikat) segala sesuatu menurut
kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan (rububiyyah), ilmu keesaan
(wahdaniah), ilmu keutamaan (fadhilah),dan ilmu tentang semua cara meraih maslahat dan
menghindar dari madharat.
Al-Farabi
Abu Nashr Muhamad Ibn Muhamad Ibn Tarkhan Ibn Al-Uzalagh Al-Farabi. Ia lebih dikenal
dengan sebutan Al-farabi. Lahir di Wasij di Distrik Farab, Transoxiana, sekitar 870 M, dan
wafat di Damaskus pada 950 M. Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang
ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia
mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya
terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik.
Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam banyak
bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta mengupasnya
dengan sempurna, sehingga filsuf yang datang sesudahnya seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd
banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya.
Ibn Sina
Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu al-Ali Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali
Ibnu Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Ia dilahirkan pada bulan Safar
di desa Afsana, pada tahun (370-428 H/980-1037 M) di sebuah desa dekat dengan Bukhara
(kini termasuk wilayah Uzbekkistan) pada masa sebuah dinasti Persia di Asia Tengah.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, W. H. (2018). Epistemologi Bayani, Irfani dan Burhani Al-Jabiri dan Relevansinya
Bagi. Syi'ar , 6-7.
Mukhlis, F. H. (2018). Model Penelitian Ilmu Kalam; teologi Islam Ahmad Hanafi . Jurnal
Ilmu kalam, 6-7.
Nasution, H. B. (2016). Mashsha’iyah: Mazhab Awal Filsafat Islam. jurnal Theologia , 74-75.
Sumadi, E. (2015). Teori Pengetahuan Isyraqiyyah . FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan, 284-285.
Supriyadi, D. (2013). Pengantar Filsafat Islam . Bandung : Pustaka Setia Bandung .
Yun yun Yunadi, M. A. (2015 ). Biografi dan Pemikiran Ibnu Sina . Sejarah Kebudayaan
Islam , 17-18 .

Anda mungkin juga menyukai