PENGANTAR
B. MENGAPA BERFILSAFAT?
Mengapa manusia berfilsafat ? pertanyaan ini merupakan
dasar dan titik awal manusia berfilsafat. Dalam kaitan ini perlu
dijelaskan bahwa sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsut
terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
: kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian,
kesadaran akan keterbatasan.
Pada umumnya seorang filsut mulai berfilsafat karena
adanya rasa kagum atau adanya rasa heran dalam pikiran filsafat
itu sendiri. Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang
yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia
ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi.
Atau seoarang yang sedang berdiri di puncak gunung, memandang
ke ngarai dan lembah dibawahnya, dia ingin menyimak
kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.
Dalam hal ini dialami oleh Plato (filsut Yunani, guru dari
Aristoteles) menyatakan bahwa : “Mata kita memberi
pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan
ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari
penyelidikan ini berasal filsafat.
Sementara Augustinus dan Rene Descartes memulai
berfilsafat bukan dari kekaguman atau keheranan akan tetapi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 31
mereka berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian sebagai
sumber utama berfilsafat. Manusia heran, tetapi kemudian ia
ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya yang
sedang heran?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk
berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh
kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam,
menyeluruh dan kritis seperti ini yang disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat pula dimulai dari adanya suatu
kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat
kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah terutama di dalam menghadapi
kejadian-kejadian alam. Apabila seorang merasa, bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan
atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan
memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan
untuk menemukan kebenaran hakiki. Sekarang kita sadar bahwa
semua pengetahuan yang ada sekarang, dimulai dengan
spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah
pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang
apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain
berkembang di atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa
yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara
tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut
indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.
C. PENTINGYA BERFILSAFAT?
Berfilsafat itu penting, dengan berfilsafat orang akan
mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar
dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan
32 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
masyarakat, sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-
tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.
Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat.
Cara belajar filsafat adalah menangkap pengertiannya secara
ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam praktek.
Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan
kembali secara ilmu.
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Berabad-abad
lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi
dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam
mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang
terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut
berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak
pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak
boleh digugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu
yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan
bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang
mencengangkan.
Filsafat berperan sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya
sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang
penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga
merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat
membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya.
Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikiryang mistis dan mitis.
Filsafat juga berperan sebagai pembimbing. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis
denganmembimbing manusiauntuk berpikir secara rasional.
Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal
dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan
bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; philosophy dalam
bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; dan falsafah
dalam bahasa Arab.
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari
kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebijakan.
Sophia juga berarti kebenaran dan kearifan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf
adalah pencari kebijaksanaan dan kebenaran. Filsafat berarti
cinta yang mendalam terhadap kearifan, kebijakan, kebenaran,
dan pengetahuan. Mencintai pengetahuan adalah orang yang
menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya,
atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan kepada
pengetahuan. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat adalah
keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau
keinginan mendalam untuk menjadi bijak.
Berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun
berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu
meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak
34 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan
Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan
berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba
di tingkat berfikir, yang berfilsafat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam.
Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan
kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Guna
lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan
dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 –
347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan
tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa
filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3. Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinisikan
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud,
bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
4. Rene Descrartes, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai
ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup
di dalamnya empat persoalan yaitu : metafisika, etika agama,
dan antropologi.
6. H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan
bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak
hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja,
bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia
kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita
selenggarakan di dunia ini.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 35
7. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy
mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu :
a. Philosophy is an attitude toward life and universe
(Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam
semesta).
b. Philosophy is a method of reflective thinking and
reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode berfikir
reflektif dan pengkajian secara rasional)
c. Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah
sekelompok masalah)
d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat
adalah serangkaian sistem berfikir)
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa
pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi,
sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyeledikan
tentang apanya, bagaimananya, dan untuk apanya, dalam
konteks ciri-ciri berfikir filsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara
mendalam atau radikal atau dengan sungguh – sungguh sampai
keakar-akarnya terhadap suatu kebenaran atau dengan kata lain
berfilsafat mengandung arti mencari kebenaran atas sesuatu.
B. OBJEK FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek
yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Jadi luas sekali. Pada dasarnya filsafat atau
berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari
kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila
selalu dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai
kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja
filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.
Setiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri
36 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi
beberapa persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-
persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yang
menurut Mulder (1966) persoalan tersebut menjadi obyek filsafat
yaitu : 1). Apa dan siapakah manusia ?, dan 2). Apakah hakekat
dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya?.
Dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy,
E.C. Ewing (1962) menjelaskan bahwa obyek filsafat adalah
pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat yaitu : Truth (kebenaran),
Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and
mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time
(ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan),
Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak),
dan God (Tuhan).
Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat
ke dalam objek material dan obyek formal.
a. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat
dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, atau segala sesuatu
yang ada, yang meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam
pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
b. Obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang
dalam melihat obyek material tertentu, atau hakikat dari segala
sesuatu yang ada, atau menggambarkan tentang cara dan
sifat berfikir terhadap objek material tersebut.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material
filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yang pada garis
besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1).
Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia.
Sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan
secara radikal terhadap objek material filsafat.
Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada
substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat, dengan kata lain objek
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 37
formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan
dalam memikirkan objek material filsafat
Hamzah Ya’qub (1992:7) menekankan bahwa objek filsafat
ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Ini berarti bahwa
sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi
penyelidikan. Pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
1. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum.
Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang
kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA
UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan
Yunani “Onontos” yang berarti “ada”, dalam Bahasa Arab
sering menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
2. Ada Mutlak
Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang
wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga.
Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus
terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan
asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam
Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab
disebut “Ilah” atau “Allah”.
3. Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari
apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya
dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang
menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam
dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak
mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu”
pada suatu masa.
4. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk
“ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek
pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah
kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong
tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam
Antropologia .
C. KARAKTERISTIK FILSAFAT
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir
adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri
berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Secara umum
karakteristik filsafat adalah sebagai berikut:
1. Konsepsional
Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu
bagian konsepsional. Konsepsi (rencana) merupakan hasil
generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu. Filsafat merupakan pemikiran
tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara
proses-proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 39
2. Koheren
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu
bagan yang koheren yang konsepsional. Secara singkat istilah
kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir
sistematis, artinya berfikir logis, yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan urutan yang
bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur. Secara
singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun suatu
bagan secara runtut
3. Memuburu kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang
diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan
setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang
segala sesuatu.
Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final,
melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju
kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi
menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.
4. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir
yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah
berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan
berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk
menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri
sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia
pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.
40 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan
berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai
kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-
setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan
dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk
mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal
justru hendak memperjelas realitas.
5. Rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan
konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan
bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-
bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan
kritis berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai
pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat,
melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis.
Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang
berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.
Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus
menerus mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri
benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah
menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis,
sistematis - kritis adalah ciri utama berfikir rasional.
6. Menyeluruh
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan
konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 41
maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di
luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta
dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. Berfikir universal
tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu,
namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus
dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam
semesta, tidak terpotong-potong. Pemikiran yang tidak hanya
berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus
tetapi sampai pada kesimpulan yang paling umum. Sampai
kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat
manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Integralistik (menyeluruh ), artinya pemikiran yang luas,
pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandangan. Pemikirann
kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam
ini ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan
yang lainnya. Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan
hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.
7. Fundamental
Fundamental (mendasar), artinya pemikiran mendalam
sampai kepada hasil yang fundamental. Hasil pemikiran tersebut
dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-
masalah keilmuan (science).
8. Spekulatif
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh
dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil
pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (objek
) yang baru pula. Keadaan ini senantiasa bertambah dan
berkembang meskipun demikian bukan berarti hasil pemikiran
kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah selesai seperti
ilmu-ilmu diluar filsafat.
42 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB III
SISTEMATIKA FILSAF
SISTEMATIKA AT
FILSAFA
A. SITEMATIKA FILSAFAT
Sistematika filsafat adalah hasil berpikir tentang segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada yang telah tersusun secara
sistematis. Sistematika filsafat bisa disebut juga dengan struktur
filsafat. Secara garis besar filsafat dibagi dalam tiga cabang
yaitu:
1. Ontologi (Teori hakikat) yaitu membicarakan pengetahuan
itu sendiri. Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
tentang yang ada hakikinya.
2. Epistemologi (Teori pengetahuan) atau pemikiran filsuf
tentang pengetahuan yaitu membicarakan cara memperoleh
pengetahuan, atau cara mendapatkan sesuatu yang benar)
3. Axiologi (Teori nilai) yaitu pemikiran filosof tentang nilai
yaitu membicarakan guna pengetahuan itu.
Ketiga dari lahan garapan filsafat tersebut termuat dalam
tiga pertanyaan dimana dalam ontology beretanya tentang apa.
Pertanyaan apa tersebut merupakan pertanyaan dasar dari
sesuatu. Sedangakan epistemology, mengenalinya dengan
menggunakan pertanyaan mengapa. Sedangkan untuk aksiology
merupakan kelanjutan dari epistemology dengan menggunakan
pertanyaan bagaimana. Pertanyaan bagaimana tersebut
merupakan kelanjutan dari setelah mengetahui dan cara
mengetahuinya diteruskan dengan bagaimanakah sikap kita.
2. Idealisme (Spiritualisme);
Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang
mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual).
Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi.
Idealisme berpendapat hakikat benda adalah rohani, spirit atau
sebangsanya dengan beberapa alasan: (1) nilai roh lebih tinggi
dari badan; (2) manusia lebih dapat memahami dirinya daripada
dunia luar dirinya; (3) materi ialah kumpulan energi yang
menempati ruang; benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
3. Dualisme;
Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang
berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta
ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani. Dualisme,
hakikat menurut aliran ini ada 2 materi dari imaterial, benda dan roh,
jasad dan spirit. Materi bukan dari roh, roh bukan muncul dari benda.
4. Agnotisisme.
Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil
sikap skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar
dan mungkin pula tidak. Agnotisme sama dengan skeptisisme
berpendapat manusia tidak mampu mengetahui hakikat.
5. Teisme.
Teisme.
Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 45
ada. Kata itu berasal dari kata Theus, bahasa Yunani, berarti
Tuhan. Tuhan itu ada, pencipta, pengatur, beberapa aliran
berkembang dari aliran ini seperti deisme yang mengajarkan
bahwa Tuhan menciptakan alam ini dari permulaan. Monoteisme
mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, Triniteisme mengajarkan
bahwa Tuhan itu Satu, tetapi beroknum tiga, politesisme ialah
politeisme ialah paham teis yang mengajarkan Tuhan itu banyak,
masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri.
Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada
jarak, Tuhan itu ialah alam ini. lawan dari Teisme adalah Ateisme
yang mengajarkan Tuhan Tuhan itu tidak ada, tokoh aliran ini
adalah Marxisme, Holbarch.
C. EPISTEMOLOGI
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan
logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau ilmu dan logos
diartikan pikiran, kata atau teori. Epistemologi secara etimologi
dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, atau teori ilmu
pengetahuan yang melakukan investigasi mengenai asal-usul,
dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan.
Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu
pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh
pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu
agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang
sudah disebutkan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan yang membahas tentang cara dan alat untuk
mengetahui. Definisi epistemologi secara sederhana adalah Teori
mengenai asal usul pengetahuan dan merupakan alat untuk
mengetahui. Harun Nasution (1978:10 ) menjelaskan bahwa
epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang a). Apa
pengetahuan, b). Bagaimana memperoleh pengetahuan.
Dari pengertian diatas nampak bahwa epistemologi
bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi: (1).
46 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan
kebenaran pengetahuan; (2). Metode yaitu sebagai metode
bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, (3). Sistem yaitu sebagai sistem bertujuan
memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang
pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika
minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur
berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor
mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang
sama dengan lingkup epistemologi
Gerakan epistemologi di Yunani dahulu dipimpin antara lain
oleh kelompok yang disebut Sophis, yaitu orang yang secara sadar
mempermasalahkan segala sesuatu. Oleh karena itu, epistemologi
juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang
disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria
dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang
tidak benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya
mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan
yang benar dan yang tidak benar memang agak dekat dengan
episteme sebagai suatu tindakan kognitif intelektual untuk
mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Jika diperhatikan, batasan-
batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak
diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu! Baik logika
deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya,
mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang
dianggapnya benar. Kenyataan ini membawa kita kepada
pertanyaan; bagaimana kita mendapatkan pengetahuan yang
benar itu? Pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 47
mendasarkan diri kepada rasio, dan yang kedua mendasarkan
diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mendasarkan diri
kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada
pengalaman.
2) Teori innate
Teori
Menurut teori ini, pengetahuan itu telah ada di dalam
diri setelah lahir. Setelah lahir, kita tinggal menerapkan ide-
ide tersebut terhadap partikular-partikular yang indrawi. Ide-
ide bawaan tersebut meliputi ide tentang kesamaan, yang
besar dan yang kecil, keindahan, kebaikan, keadilan,
kesucian. Pengetahuan yang kita peroleh sekarang tak lain
melainkan pengingatan ulang, atau recollection terhadap
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 51
ide bawaan sebelum lahir. Recollection adalah proses
penemuan kembali terhadap sesuatu yang terlupakan oleh
perjalanan waktu dan tidak adanya perhatian. Apa yang
dinamakan belajar tak lain melainkan mengingat kembali.
Melalui belajar dan sejumlah pengalaman , refleksi terhadap
ide dan pengetahuan tentang ide-ide tercapai secara
bertahap. Pengetahuan macam ini diperoleh tidak melalui
indra melainkan melalui aktifitas akal yang memikirkan ide-
ide, sebuah dunia realitas sesungguhnya. Malalui akal dan
tidak melalui indra, kebenaran dan beingi itu dicapai.
3) T empat ide
Tempat
Ide itu ada di dunia pra-eksistensi. Sebelum jiwa
menyatu dengan jasmani dan hidup di dunia ini, jiwa ini telah
berkenalan dengan ide-ide. Sebelum apa yang partikular
diciptakan, Tuhan menggunakan ide sebagai pola untuk
menciptakan dunia yang kongkrit ini. Ide-ide ini telah ada
pada alam Tuhan. Dunia yang nampak ini adalah kopi atau
imitasi atau partisipasi dari ide.
III.PARADIGMA ANTROPOSENTRIS
A. Rasionalisme
Pada masa ini disebut juga zaman modern dimana
terpisahnya ilmu dari agama dan filsafat. Renaissanse, sebagai
halaman awal abad modern, dicirikan pada kebangkitan
intelektual, khususnya, yang terjadi di Italia antara abad 15
sampai 16. Tokoh sentral filsafat modern adalah Rene Descartes
(1596-1650). Beberapa pemikirannya antara lain:
1) Fondasi mencari kebenaran
Fondasi untuk mencari kebenaran adalah keragu-
raguan. Dari sinilah ia kemudian mengemukakan satu
doktrin filsafat yang terkenal “Aku berfikir maka aku ada”.
Semua pendapat dari manapun datangnya termasuk dari
otoritas indera harus diragukan sehingga tinggal satu yang
tidak diragukan, yakni aku sedang ragu-ragu.
ragu-ragu Dan ragu-
ragu adalah bagian dari berfikir. Ragu-ragu adalah berfikir.
Karena itu, aku berfikir
berfikir,, maka aku ada. Dan keragu-raguan
adalah fondasi untuk melakukan penelitian.
56 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
2) Metode
Disamping eksperimen-eksperimen ilmiah yang
dihargainya sebagai bermanfaat bagi kemajuan
pengetahuan, ia juga mengajukan metode intuisi dan deduksi.
Menurutnya intuisi adalah konsep yang tidak meragukan
yang lahir dari pikiran yang jernih dan mendalam. Intuisi
berangkat dari pengalaman terhadap fakta kemudian
memikirkannya. Didalam intuisi tersurat adanya bukti yang
pasti. Dalam hal adanya bukti yang pasti inilah, intuisi
dibedakan dari deduksi; suatu statemen yang bisa diketahui
secara pasti meskipun belum ada pembuktiannya.
3) Obyek
Ia membagi obyek menjadi dua:
1). Obyek yang ditangkap indera,
2). Obyek yang ditangkap akal, atau alam ide, dan obyek ini
banyak macamnya termasuk “Tuhan”
4) Teori Innate
teori innate Descartes mengatakan bahwa di dalam
akal manusia semenjak lahir terdapat norma-norma atau
standard-standard yang membimbing akal mencapai
kebenaran.
B. EMPIRISISME
John Locke (1632-1704) adalah seorang filosof empirism,
mengajarkan bahwa semua pengetahuan itu diperoleh lewat
pengalaman. Akal adalah kertas putih yang kosong yang belum
ada ide-ide di dalamnya. Hanya ada satu jawaban darimana
pengetahuan itu datang, yakni dari pengalaman yang diperoleh
melalui dua cara; “sentation” dan “reflection ”. Cara yang
pertama, indera kita menangkap obyek-obyek yang partikular
lalu menyampaikannya kepada akal.
Yang kedua, “reflection” atau “internal sense”, yakni
kegiatan akal yang tidak bersentuhan dengan dunia eksternal
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 57
melainkan ketika melakukan permenungan mengenai ide-ide yang
telah ada dalam pikiran dan mengkaitkannya dengan sejumlah
ide yang lain. Jenis ini meliputi persepsi, pemikiran, keragu-
raguan, keyakinan, argumen dan berbagai jenis lainnya.
Locke tidak mengakui adanya pengetahuan innate yang
telah tertanam dalam jiwa manusia sejak mula tadi. Ia
menegaskan bahwa pandangan semacam ini salah. Ia mengganti
konsep innate dengan konsep natural faculties (kemampuan
fitrah) yang dengannya pengetahuan diperoleh oleh manusia
tanpa adanya bantuan dan pengaruh innate. Ide tentang Tuhan-
pun tak bersifat innate melainkan ada ketika seseorang telah
tumbuh dewasa. Bahkan sejarah memberi cukup banyak bukti
adanya orang-orang yang tidak percaya sama Tuhan. Ide tentang
Tuhan itu seperti ide tentang api yang diperoleh ketika seseorang
memiliki pengalaman tentang api. Orang-orang yang tinggal di
suatu pulau yang disana tidak ada api, maka mereka tidak akan
pernah memiliki ide tentang api.
b. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan
mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa
Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran
yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh
atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah
sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Ini berarti
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan
inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan
abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 61
dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada
data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di
simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali
beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi
dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari
pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa
pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
1). Tokoh-T
Tokoh-T okoh Empirisme
okoh-Tokoh
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292)
dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi
pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
1.1. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat
tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam,
dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human
understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion
terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government,
terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap
aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa
kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya
ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca
indera. Dengan ungkapan singkat Locke menjelaskan:
“Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan
62 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih
putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan
demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang
bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang
bersumber dari empiri).
c. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 63
diukur dengan akal. Rasionalisme adalah merupakan faham
atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal.
Selain itu tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan
analisis yang berdasarkan fakta.
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa
Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin
ratio yang berarti “akal”. Berdasarkan akar katanya
rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa
akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai
aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi
peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Rasionalisme mencapai puncaknya melalui Rene
Descartes yang terkenal dengan adagiumnya: Cogito, ergo sum
(Aku berpikir, maka aku ada). Ia beranggapan bahwa
pengetahuan dihasilkan oleh indra. Tetapi karena indra itu tidak
dapat meyakinkan, bahkan mungkin pula menyesatkan, maka
indra tidak dapat diandalkan. Yang paling bisa diandalkan
adalah diri sendiri. Dengan demikian, inti rasionalisme adalah
bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukan berasal dari
pengalaman, melainkan dari pikiran.
Tokoh Rasionalisme
René Descartes (1596-1650 M) merupakan seorang filsuf
dan pakar matematika Perancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours de la méthode (1637). Descartes, kadang dipanggil
“Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”,
adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam
sejarah barat modern.
64 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Inti metode Descartes adalah keraguan yang mendasar.
Sehingga dalam berhubungan dengan realita, Descartes mencoba
untuk meragukan segala apa yang diterima oleh inderanya dan
dia berusaha untuk menguak realitas dengan menggunakan
akalnya. Karena menurutnya hanya pengetahuan yang diperoleh
melalui akal yang dapat disebut sebagai pengetahuan yang
ilmiah. Dan kebenaran yang diperoleh melalui indera mempunyai
tingikat kesalahan yang lebih tinggi.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi filsafat di Eropa
karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak
ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Descartes
adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya
bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
d. Positivisme
Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme.
Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus
dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif
menentukan validitas dan reliabilitas pengetahuan. Indera amat
penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam
dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan
indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan
ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar
dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah
mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak. Manusia
tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta. Oleh sebab
itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah
menyelelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdapat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 65
realitas. Dengan demikian, positivisme menolak metafisika.
Positivisme berasal dari kata “positive”, kata positif disini
berarti “factual” yaitu sesuatu yang berdasarkan fakta.
Positivisme mengutamakan pengalaman, berbeda dengan
empirisme Inggris yang menerima subjektivitas sebegai sumber
pengetahuan. Positivisme hanya mengandalkan fakta belaka.
Nama positivisme diintroduksikan A. Comte dalam
perbendaharaan kata filosofis berasal dari kata positif. Kata positif
sama artinya dengan faktual (apa yang berdasarkan fakta-fakta).
Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi
fakta-fakta. Oleh karena itu ilmu pengetahuan empiris menjadi
contoh istimewa dalam bidang pengetahuan pada umumnya. Oleh
karena itu tidak mengherankan bila positivisme menolak cabang
filsafat yang disebut dengan metafisika. Ilmu pengetahuan,
termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan
yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme juga mengutamakan
pengalaman, tetapi membatasi diri pada pengalaman obyektif saja.
Positivisme berusaha melembagakan pandangan dunia
objetivistiknya dalam suatu doktrin kesatuan ilmu (unified
science). Doktrin kesatuan ilmu mengatakan bahwa seluruh ilmu,
baik ilmu alam maupun manusia, harus berada di bawah payung
paradigma positivistik. Doktrin kesatuan ilmu mengajukan
kriteria-kriteria bagi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a. Bebas nilai, pengamat harus bebas dari kepentingan, nilai,
emosi dalam mengamati objeknya agar diperoleh
pengetahuan yang objektif.
b. Ilmu pengetahuan harus menggunakan metode verifikasi-
empiris
c. Bahasa yang digunakan harus analitik (bisa dibenarkan
atau disahkan secara logis), bisa diperiksa secara empiris
dan atau nonsens
d. Bersifat eksplanasi, ilmu pengetahuan hanya diperbolehkan
melakukan penjelasan akan keteraturan yang ada di alam
66 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
semesta, ia hanya menjawab pertanyaan how dan tidak
menjawab pertanyaan why.
Temuan-temuan yang dihasilkan oleh ilmu modern
nampaknya memberi pengaruh kuat terhadap A. Comte dalam
merumuskan filsafatnya yang dikenal dengan “Positivisme”.
Doktrin filsafatnya yang terkenal adalah hukum tiga tahap; tahap
teologi, metafisik dan positif.
Ciri utama positifism menurut Stumpf, ada dua; pertama,
ia menolak asumsi yang menyatakan bahwa alam ini memiliki
tujuan akhir. Kedua, menghentikan setiap usaha yang hendak
mencari-cari “sebab hakiki yang tersembunyi” dibalik alam ini.
Sebaliknya, ia berusaha mengkaji fakta-fakta melalui
pengamatan guna menemukan adanya hubungan-hubungan yang
konstan antara segala sesuatu dan kemudian merumuskan
hukum, yakni hukum tentang hubungan antar berbagai fenomena.
Hubungan-hubungan yang dikenal di dalam ilmu kealaman,
misalnya, susunan kimia, titik lebur, massa, energi, materi, berat
jenis. Seperti filsafat Abad Pertengahan yang berkhidmat untuk
teologi, kata Collingwood, maka filsafat positivisme ini
berkhidmat untuk ilmu alam. Kaum positivis berpendapat bahwa
ilmu alam itu berkepentingan dengan dua hal; pertama,
menentukan fakta, dan kedua, merumuskan hukum. Hukum yang
dimaksud oleh aliran ini bukanlah hukum atau teori kausalitas
model Plato dan Aristoteles melainkan hukum tentang relasi atau
hubungan antara fenomena. Kita tidak mengetahui apa-apa selain
fenomena, kata Mill, salah seorang pengikut Comte. Kita tidak
mengetahui apayang hakiki melainkan hanya fakta-fakta dan
hubungan antar fakta.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat positivisme ini
mengilhami lahirnya Lingkaran Wina dimana berkumpul sarjana-
sarjana ilmu pasti dan ilmu alam. Pandangan filsafat mereka
adalah bahwa pengetahuan itu hanya bersumber dari pengalaman
inderawi. Doktrinnya yang terkenal adalah tentang verifikasi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 67
sebagai garis batas yang memisahkan proposisi yang berguna
dan yang tidak berguna. Figur sentral dari Lingkaran Wina ini
adalah Rudolf Carnap.
Tokoh Positivisme
Auguste Comte (1798-1857) adalah tokoh aliran
positivisme yang paling terkenal. Comte bermaksud memberi
peringatan kepada para ilmuan akan perkembangan penting yang
terjadi pada perjalanan ilmu ketika pemikiran manusia berali dari
fase teologis, menuju fase metafisis, dan terakhir fase positif,
dimana manusia telah membatasi diri pada fakta yang tersaji
dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas dasar
observasi dan kemampuan rasio. Aliran ini tentunya mendapat
pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan
kemajuan dari revolusi Perancis.
Pokok ajaran Comte yang terkenal adalah tanggapannnya
bahwa perkembangan pengetahuan manusia, baik manusia
perorangan maupun umat manusia sebagai keseluruhan, meliputi
tiga jaman. Bagi Comte perkembangan menurut tiga jaman ini
merupakan suatu hukum yang tetap. Ketiga jaman ini masing-
masing adalah jaman teologis, jaman mentafisis, dan jaman
ilmiah atau positif. Mula-mula suatu ilmu bersifat teologis, lalu
berubah menjadi metafisis dan lama-kelamaan mencapai
kematangan positif.
Positivisme berkembang dari hasil pemikiran Comte yang
melanjutkan ide Madame de Stael dan Henry Saint-Simon ke
tahap pemikiran yang lebih bermakna, menuliskan bagaimana
metode sains dapat juga didayagunakan untuk mengkaji fenomen
sosial. Comte yang berlatarbelakangkan kesarjanaan
matematika dan fisika menyatakan keyakinannya bahwa konsep
dan metode ilmu pengetahuan alam (yang dipakai untuk
menjelaskan hubungan sebab-akibat antarbenda anorganik yang
mati) dapat juga dipakai untuk menjelaskan alam kehidupan
68 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
kolektif manusia. keyakinannya itulah maka, dalam dunia sains
Comte digelari Bapak Sosiologi.
d. Intuisionisme
Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, seorang filsuf
Prancis. Bergon membedakan pengetahuan diskursif dan
pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analis, dan
diperoleh melalui perantara dan simbol. Pengetahuan seperti ini
dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi, ini merupakan
pengetahuan tidak langsung.
Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab
tidak dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini
diperoleh lewat intuisi, pengamatan langsung orang yang
bersangkutan. Jelas pengetahuan ini lebih lengkap. Ia
menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi
orang yang mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini
subyektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut.
intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh
pengetahuan melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi
atau pengetahuan yang ada perantaraannya. Menurut Henry
Bergson, penganut intusionisme, intuisi adalah suatu sarana
untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung. Metode
intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan
dalam bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi
penganut intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman
inderawi yang bisa menghasilkan pengetahuan darinya. Maka
intuisionisme hanya mengatur bahwa pengetahuan yang diperoleh
melalui intuisi.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, Bergson
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang
tertinggi. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu
usaha. Kemampuan ini dapat memahami kebenaran yang utuh.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 69
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Tanpa melaui proses berliku-liku dia
sudah mendapatkan jawabannya.
e. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos
(teori), yang berarti teori tentang nilai. Pertanyaan di wilayah
ini menyangkut, antara lain: Untuk apa pengetahuan ilmu itu
digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan
kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan
norma-norma moral dan professional (filsafat etika).
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.Suriasumantri (1998) mengartikan aksiologi sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Aksiologi adalah ilmu
yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya
dan moral suatu masyarakat.
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada
kaitannya dengan kategori:
(1)baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai
70 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut
etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat
keindahan atau estetika.
1). Etika
Etika yakni teori tentang nilai baik dan buruk. Etika
disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal
dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari
kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam
bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan.
Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia,
sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan,
bermoral atau tidak bermoral. Moralitas manusia adalah objek
kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat
manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu,
kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu
perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah
Deontologis dan Teologis.
1.1. Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang
terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yaitu
menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari
sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku
baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada.
1.2. T eologis
Teologis
Teori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu
perilaku baik jika buah dari perilaku itu lebih banyak untung
daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari
indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua
pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme).
Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 –
1832), yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806
– 1873).
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 71
1.3.
3. Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy
of beauty) , yang berasal dari kata aisthetika atau
aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap
dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal
yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indak atau tidak indah.
2. Suhrawardi / 1158-1191 M
Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori
emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah
Nuur An-Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian
memancar menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi
mejadi Nuur kedua, dan seterusnya hingga yang paling bawah
(Nur yang semakin tipis) memancar menjadi Alam (karena
semakin gelap suatu benda maka ia semakin padat).
Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari Ilmu
dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan
sebagai perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui
keberadaan Allah. Sehingga keduanya, antara Alam dan Wahyu
adalah sama-sama sebagai ilmu.
4. Al-Kindi (806-873 M)
Al-Kindi Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq ibn
Sabbah ibn Imran ibn Ismail al-Ash‘ats bin Qais al-Kindi. Ia
seorang filosof muslim yang pertama. Kindah adalah salah satu
suku Arab yang besar pra-Islam. Kakeknya Al-Ash’ats ibn Qais,
memeluk Islam dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi
SAW. Al-Ash’ats bersama beberapa perintis muslim pergi ke
kufah, tempat ia dan keturunannya mukim. Ayahnya adalah Ishaq
al-Sabbah menjadi gubernur Kufah selama kekhalifahan
Abbasiyah al-Mahdi dan al-Basyid. Kemungkinan besar al-Kindi
lahir pada tahun 185 H /801 M.
Menurut al-Kindi filsafat hendaknya diterima sebagai
bagian dari kebudayaan Islam, oleh karena itu para sejarawan
Arab awal menyebutnya “filosof Arab”. Menurutnya batasan
filsafat yang ia tuangkan dalam risalahnya tentang filsafat awal
adalah “filsafat” adalah pengetahuan tentang hakekat segala
sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan
para filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran dan dalam
prakteknya ialah menyesuaikan dengan kebenaran.
Al Kindi berusaha memadukan anatara filsafat dan agama.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 89
Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar,
dan al Qur’an membawa argument-argumen yang lebih meyakinkan
dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat
tidak dilarang, bahkan berteologi adalah bagian dari filsafat,
sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi.
Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn
kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama
disamping wahyu mempergunakan akal dan filsafat juga
mempergunakan akal. Yang benar pertama (the first Truth) bagi
Al kindi ialah Tuhan.
Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada
tiga hal yaitu :
1. Ilmu agama merupakan bagaian dari filsafat
2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan filsafat, saling
berkesuaian
3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.
6. Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi Nama lengkapnya Abu Nash al-Farabi, lahir pada
tahun 258 H / 870 M di Farab, meninggal pada tahun 339 H / 950
M. Sejarah mencatatnya sebagai pembangun agung sistem
filsafat, dimana ia telah membaktikan diri untuk berfikir dan
merenung, menjauh dari kegiatan politik, gangguan dan
kekisruhan masyarakat.
90 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Al-Farabi adalah seorang yang logis baik dalam pemikiran,
pernyataan, argumentasi, diskosi, keterangan dan penalarannya.
Unsur-unsur penting filsafatnya adalah :
1). Logika
2). Kesatuan filsafat
3). Teori sepuluh kecerdasan
4). Teori tentang akal
5). Teori tentang kenabian
6). Penafsiran atas al-Qur’an.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : kesatuan
filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea,
Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.
A. RENAISSANCE
Filsafat modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan yang ditandai dengan munculnya gerakan
Renaissance yang berarti kelahiran kembali. Tujuan utamanya
adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani
dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Keristen.
Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, dab Galileo Galilei adalah
contoh ilmuwan yang membawa wawasan baru dengan
penemuan-penemuan penting.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya
renaissance sekitar abad ke 15 dan 16 M, yang bermaksud
melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.
Berangkat dari keinginan lepas dari dogma-dogma Problem
utama renaissance, sebagaimana periode skolastik adalah sintesa
agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Dibidang filsafat,
peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis
Bacon(1561-1623), seorang filsuf dari Inggris. Ia berpendapat
bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu paham yang mengajarkan
bahwa sumber pengetahuan yang satu-satunya benar adalah
rasio. Pada masa itu pemikiran filosofis seperti dilahirkan kembali
dimana sebelumnya dominasi gereja sangat dominan yang
berakibat pada upaya mensinkronkan antara ajaran gereja
dengan pemikiran filsafat. Kebangkitan kembali rasio mewarnai
zaman modern dengan salah seorang pelopornya adalah
Descartes, dia berjasa dalam merehabilitasi, mengotonomisasi
kembali rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan.
Diantara pemikiran Desacartes (1596-1650) yang penting adalah
diktum kesangsian, dengan mengatakan Cogito ergo sum, yang
biasa diartikan saya berfikir, maka saya ada. Dengan ungkapan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 101
ini posisi rasio/fikiran sebagai sumber pengetahuan menjadi
semakin kuat, ajarannya punya pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, segala sesuatu bisa
disangsikan tapi subjek yang berfikir menguatkan kepada
kepastian.
2. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan pengalaman
adalah sumber pengetahuan yang benar. Tokoh terpenting adalah
Thomas Hobbes dan John Locke. John Locke (1632-1704) adalah
seorang filosof empirism, mengajarkan bahwa semua
pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman. Akal adalah kertas
putih yang kosong yang belum ada ide-ide di dalamnya. Hanya
ada satu jawaban darimana pengetahuan itu datang, yakni dari
pengalaman yang diperoleh melalui dua cara; “sentation” dan
“reflection”. Cara yang pertama, indera kita menangkap obyek-
obyek yang partikular lalu menyampaikannya kepada akal.
Yang kedua, “reflection” atau “internal sense”, yakni
kegiatan akal yang tidak bersentuhan dengan dunia eksternal
melainkan ketika melakukan permenungan mengenai ide-ide yang
telah ada dalam pikiran dan mengkaitkannya dengan sejumlah
ide yang lain. Jenis ini meliputi persepsi, pemikiran, keragu-
raguan, keyakinan, argumen dan berbagai jenis lainnya.
Locke tidak mengakui adanya pengetahuan innate yang
telah tertanam dalam jiwa manusia sejak mula tadi. Ia
menegaskan bahwa pandangan semacam ini salah. Ia mengganti
konsep innate dengan konsep natural faculties (kemampuan
fitrah) yang dengannya pengetahuan diperoleh oleh manusia
tanpa adanya bantuan dan pengaruh innate. Ide tentang Tuhan-
pun tak bersifat innate melainkan ada ketika seseorang telah
tumbuh dewasa. Bahkan sejarah memberi cukup banyak bukti
adanya orang-orang yang tidak percaya sama Tuhan. Ide tentang
Tuhan itu seperti ide tentang api yang diperoleh ketika seseorang
102 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memiliki pengalaman tentang api. Orang-orang yang tinggal di
suatu pulau yang disana tidak ada api, maka mereka tidak akan
pernah memiliki ide tentang api.
3. Aufklaerung
Aufklaerung,
Zaman perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Agama
Kristen, sebelum periode ini memainkan peranan sangat
menentukan, akal budi tidak diingkari, tetapi diletakan pada
fungsinya sebagai pendukung iman dan wahyu. Oleh sebab itu,
pada masa pencerahan orang tidak mau tunduk lagi pada otoritas
agama. Tokoh terpenting pada masa ini adalah George Berkeley
dan David Hume (inggris). Voltaire dan Jean Jacques Rousseau
(Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman).
4. Idealisme Jerman
adalah aliran yang berpendapat bahwa tidak ada realitas
obyektif dari dirinya sendiri. Menurut idealisme rasio atau roh
mengendalikan realitas seluruhnya. Tokoh yang terpenting adalah
J.G. Fichte(1762-1814), F.W.J.Schelling(1775-1854) dan G.W.F.
Hegel(1770-1831). Positivisme berpandangan bahwa manusia
tidak pernah mengetahui lebih dari fakta atau apa yang nampak.
Menurutnya tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah
penyelidikan fakta, bukan menyelidiki sebab terdalm realitas.
Sebagai konsekuensi dari supremasi rasio yang pada
gilirannya mendorong berkembangnya filsafat dan sains. Periode
filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala
bentuk dominasi gereja, kependetaan, dan anggapan bahwa kitab
suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-
porandakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa abad
modern merupakan era pembalasan zaman skolastik yang
didominasi gereja.
D. TEORI KRITIS
“Teori kritis masyarakat” – yang sering disingkat “Teori
kritis” – adalah nama suatu cara berfikir dan sebuah aliran
filsafat yang berkembang di Institut fur Sozialforschung
(Lembaga Penelitian Sosial) di Frankfurt am Main, Jerman.
Lembaga ini didirikan tahun 1924 oleh Carl Grunberg dengan
tujuan untuk mengadakan penelitian-penelitian tentang
masyarakat yang bernafaskan sosialisme dan marxisme. Tokoh
mazhab Frankfurt adalah Max Horkheimer (1895-1973). Pada
tahun 1930 ia menjadi direktur Institut fur Sozialforschung
tersebut.
Dalam sebuah karangan Horkheimer dengan judul “Teori
Tradisional dan Teori Kritis” mencoba mendudukan teori kritis
dibandingkan dengan teori-teori tradisional sebelumnya.
Pada zaman modern, istilah Aufklarung menjadi nama
bagi suatu periode pemikiran yang sangat dramatis. Para pemikir
Abad ‘pencerahan” memahami dirinya sebagai pemberi cahaya
kebenaran dan pembebasan. Beberapa tokoh penting zaman
modern sebagaimana disebut dibawah ini.
Francis Bacon menuntut agar ilmu alam dan ilmu
pengetahuan pada umumnya mendasarkan diri pada pengamatan
dan eksperimen. Rene Descartes menuntut agar segala penelitian
104 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dimulai dengan kesangsian metodis. David Hume terkenal dengan
empirismenya yang radikal. Immanuel Kant meneliti dengan
seksama batas-batas kemungkinan pengetahuan. Hegel berusaha
menemukan kebebasan mutlak dalam pengetahuan mutlak.
Pemikir-pemikir yang semakin mempengaruhi cara manusia
berfikir dewasa ini antara lain Auguste Comte, Bapak Postitivisme
yang menafsirkan sejarah pemikiran manusia sebagai sejarah
kemajuan dari mitos, melalui filsafat menuju pengetahuan. Karl
Marx dan Sigmund Freud dengan caranya masing-masing
menunjukkan bahwa pengetahuan manusia ternyata
dipersyaratkan oleh bermacam-macam faktor irasional. Kedua
tokoh ini sangat mempengaruhi para pemikir mazhab Franfurt.
Aliran positivisme logis dari tahun 1920-an mau membebaskan
pengetahuan manusia dari percampuran hal-hal yang tidak ilmiah
dan tidak objektif. Karl Popper mengembangkan kriterium
falsifikasi untuk membedakan antara teori-teori yang bermakna
dan yang tidak bermakna.
Mereka semua dalam arti tertentu ingin mencerahkan dan
membebaskan. Itu semua dilakukan dengan mengusahakan agar
pengetahuan berada sedekat mungkin dengan realitas atau
kebenaran.
Akan tetapi, menurut Max Horkheimer dan teman-
temannya, teori-teori itu tidak berhasil dalam tujuan mereka itu,
yaitu dalam mencerahkan serta membebaskan manusia. Teori-
teori itu hanya mengubah pengertian kita tentang realitas, tetapi
tidak mengubah realitas itu sendiri. Realitas tetap saja, meskipun
pengertian kita tentang realitas itu berubah. Sebenarnya adalah
bahwa teori tradisional membatasi diri pada kontemplasi. Artinya,
teori tradisional hanya memandang, tetapi tidak menjadi praktis
dan mencoba untuk mengubah apa yang dipandang itu. tetapi
dengan pendekatan kontemplatif itu, teori tradisional sekaligus
menjadi afirmatif. Artinya, dengan memberikan pengertian yang
lebih memuaskan tentang realitas, kita justeru menjadi puas
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 105
dengan realitas itu; jadi, realitas itu diafirmasi dan dibenarkan.
Dengan demikian, teori tradisional menjadi pendukung keadaan
yang ada. Ia menjadi konservatif dan bahkan reaksioner.
Melawan teori tradisional yang afirmatif itu, Max
Horkheimer dan kawan-kawanmenempatkan teori kritis yang
bersifat negatif. Paham ini secara mendalam dipengaruhi oleh
Hegel dan Marx. Dari Hegel, Teori kritis mengambil dialektika
atau paham kritik. Dari Marx muda, mereka mengambil paham
teori kritik sendiri. Teks yang paling mereka pentingkan adalah
tesis ke-11 Marx tentang Feurbach: “Para filosof hanya
memberikan interpretasi yang berbeda-beda kepada dunia; yang
menentukan adalah mengubah dunia!” adalah Karl Marx yang
menuntut agar teori menjadi praktis sebagai kritik. Kritik Marx
terhadap filsafat Hegel adalah model sebuah teori kritis.
Bagaimana teori menjadi kritis? Dengan menjelaskan
realitas menjadi sedemikian rupa sehingga kepalsuan dan
kebohongannya terungkap, jadi secara negatif. Lebih tepat
dikatakan teori kritis meneliti realitas sedemikian rupa sehingga
realitas itu sendiri berbicara dan menunjukkan bahwa ia
ditentukan oleh penindasan dan penghisapan. Teori kritis tidak
mengkritik dari luar, melainkan dengan (istilah Adorno)
“membuat hubungan-hubungan menari-nari menurut irama
mereka sendiri” sampai mereka memperlihatkan diri sebagai
hubungan penindasan. Jadi, teori kritis selalu mengikuti realitas
secara ketat dan menunjukkan dimana realitas itu menumpas
kebenaran dan menindas manusia.
Dalam hal ini Habermas (dan juga dengan Horkheimer
dan Adorno) menerapkan metode psikoanalisis yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk menyembuhkan orang
dari neurosis pada masyarakat. Dalam psikoanalisis, pasien yang
menderita neurosis diantar ke masa lampau. Diandaikan ganguan
emosional (neurose) itu adalah akibat konflik-konflik jiwa di
masa muda yang tidak ditanggapi secara wajar, melainkan
106 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
didesak ke dalam lapisan tak sadar. Dengan demikian, konflik
itu tidak diketahui dan membelenggu hidup emosional pasien.
Apabila pasien berhasil untuk mengingat situasi konflik semula
itu, konflik menjadi sadar kembali, ia dapat mengambil sikap yang
wajar terhadapnya, dan dengan itu membebaskan diri dari
gangguan-gangguan itu.
Begitu pula masyarakat perlu mengingat kembali sejarah
penderitaan dan penindasannya, dengan demikian mengerti
bahwa ia sampai sekarang hidup dalam kesadaran yang palsu
(kesadaran yang begitu saja menerima situasinya sebagai tak
terubah); dan dengan demikian, ia menjadi bebas untuk
memperjuangkan emansipasinya. Itulah gagasan pokok teori
yang kritis.
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap
beberapa aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan
utamanya adalah mengungkap sifat masyarakat secara lebih
akurat:
Kritik terhadap T eori Marxian
Teori Marxian. Teori kritis mengambil
kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teori kritis ini merasa
terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi
yang mekanistis. Beberapa orang diantaranya (misalnya,
Habermas, 1971) mengkritik determinisme yang tersirat di bagian
tertentu dari pemikiran asli Marx, tetpi kritik mereka sangat
ditekankan pada neo-Marxis terutama karena mereka telah
menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis.
Kritik terhadap Positivisme
Positivisme. Teoritisi kritis juga
memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung
perhatian ilmiah terutama positivisme. Kritik terhadap positivisme
sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap
determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme
ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme
tentang pengetahuan. Positivisme dilukiskan sebagai mewakili
berbagai hal. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 107
tunggal dapat diterapkan pada seluruh bidang studi.
Kritik terhadap sosiologi
sosiologi. Sosiologi diserang karena
“keilmiahannya”, yakni karena menjadikan metode ilmiah
sebagai tujuan didalam dirinya sendiri selain dari itu sosiologi
dituduh menerima status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa
sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya
merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis,
sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat
yang ditindas oleh masyarakat masa kini.
Kritik terhadap masyarakat modern
modern. Kebanyakan karya
aliran kritis ditujukan untuk mengkritik masyarakat modern dan
berbagai jenis komponennya. Kebanyakan teori Marxian awal
secara tegas tertuju ke bidang ekonomi, sedangkan aliran kritis
menggeser orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur
dianggap sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Artinya,
tempat dominasi dalam masyarakat modern telah bergeser dari
bidang ekonomi ke bidang kultural.
Pemikiran kritis telah dibentuk tak hanya oleh teori
Marxian, tetapi juga oleh teori Weberian, seperti tercermin pada
perhatian mereka terhadap rasionalitas sebagai perkembangan
dominan dalam dunia modern. Seperti dijelaskan oleh Trent
Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam
masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang
menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial
dominan. Aliran kritis jelas telah mengadopsi pembedaan Weber
antara rasionalitas formal dan rasionalitas subjektif atau
apa yang oleh teoritisi radikal dipandang sebagai reason. Menurut
teoritisi kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian
mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Inilah yang dipandang sebagai “cara berfikir teknoratis” dimana
tujuannya adalah untuk membabntu kekuatan yang mendominasi,
bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya
semata-mata adalah untuk menemukan cara yang paling efisien
108 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh
pemegang kekuasaan. Cara berfikir teknokratis berbeda dari cara
berfikir nalar (reason), yang dalam pikiran teoritisi kritis menjadi
tumpuan harapan masyarakat. Nalar meliputi penelitian tentang
cara dilihat dari sudut nilai manusia tertinggi yang berkenaan
dengan keadilan, perdamaian dan kebahagiaan.
Kritik terhadap kultur
kultur. Teoritisi kritis mengkritik pedas
terhadap apa yang mereka sebut “industri kultur”, yakni struktur
yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan (misalnya, jaringan
televisi) yang mengendalikan kultur modern. Perhatian terhadap
industri kultur lebih mencerminkan perhatian mereka terhadap
konsep superstruktur Marxian ketimbang terhadap basis ekonomi.
Industri kultur menghasilkan apa yang secara konvensional
disebut “kultur massa” yang didefinisikan “sebagai kultur yang
diatur…tak spontan, dimaterialkan, palsu, bukan ketimbang
sesuatu yang nyata”. Ada dua hal yang dicemaskan oleh pemikir
kritis mengenai industri kultur ini. Pertama Pertama, mereka
menghawatirkan mengenai kepalsuannya. Mereka
membayangkan sebagai sekumpulan paket gagasan yang
diproduksi secara masal dan disebarkan ke tengah-tengah massa
melalui media. Kedua
Kedua, teoritisi terganggu oleh pengaruh yang
berdifat menentramkan, menindas dan membius dari industri
kultur terhadap rakyat.
A. Pengertian
Kata filsafat sebenarnya berasal dari bahasa Aab
falsafah1 kata serapan dari kata dalam bahasa Grik (Yunani
Kuno) Philosophia yang berarti cinta kebijaksanaan2. Philo :
cinta, dan Sophia : hikmah atau kebenaran-kebenaran. Cinta
yang dimaksud ialah cinta dalam arti ingin dan karenanya
berusaha mencapai apa yang diinginkan. Bijaksana artinya pandai
atau mengerti dengan mendalam. Filsafat berarti : ingin mengerti
atau cinta kepada kebijaksanaan3.
Filsafat berasal dari kata dalam bahasa Greek philein
dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan to love,
mencintai. Dengan demikian filsafat berarti mencintai
kebijaksanaan. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa, orang
yang mempelajari atau ahli filsafat adalah orang yang mencintai
kebijaksanaan. Secara etimologis, filsafat dimaknai sebagai
seeking of wisdom and wisdom sought (usaha mencari
kebijaksanaan)4.
Bagi Plato (427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan
tentang segela yang ada. Aristoteles (384-322 SM) menyatakan
bahwa filsafat adalah menyelidiki sebab dan azas segala yang
bendawi. Al-Farabi (W. 950 M) merumuskan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan tentang alam yang wujud dan bertujuan untuk
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 115
menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Immanuel Kant (1724-1804
M) menyatakan bahwa, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan mencakup : metafisika, etika agama dan
antropologi5. Bagi Titus Harold filsafat merupakan sekumpulan
problem yang langsung mendapatkan perhatian dari manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat6.
Pythagoras (582-498 SM) menyatakan filsafat berasal dari
kata Philo dan Sophia yang berarti cinta kebijaksanaan. Cinta
kebijaksanaan yang dimaksud adalah kemahiran dan
keterampilan dalam suatu disiplin tertentu seperti perniagaan.
Kemudian, karena perkembangan zaman, kemahiran itu
mengalami verifikasi, meluas menjadi kemahiran musik dan
sastra. Klimaksnya, kebijaksanaan yang dimaksud diartikan
sebagai pengetahuan yang dapat mengantarkan usaha mencapai
hakikat sesuatu yang ada.
Pengertiannya secara umum, sebagaimana didefinisikan
oleh Aristoteles (W. 222 SM), filsafat adalah nama untuk sebuah
ilmu. Dalam hal ini filsafat ditujukan begi pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat sesuatu (metafisika) dengan
demikian filsafat mengandung makna ilmu. Namun demikian perlu
dipahami adanya perbedaan-perbedaan antara filsafat dan ilmu.
Adapun tujuan orang mempelajari filsafat ialah supaya
dapat mengumpulkan pengetahuan, menyajikan kritik dan menilai
pengetahuan, menemukan hakikatnya serta menertibkan dan
mengatur semuanya menjadi sistematis7.
B. Ruang Lingkup
1. Obyek materia yaitu segela sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik yang konkrit, fisik dan metafisik.
2. Objek forma, yaitu menyelidiki sesuatu guna mengerti
hakikatnya.
Objek inilah yang membedakan filsafat dari ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebenarnya memiliki kedua objek
116 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
tersebut. Hanya saja ilmu pengetahuan sangat terbatas, tertentu.
Objek materia ilmu pengetahuan dapat sama dengan objek materia
filsafat. Tetapi objek forma ilmu pengetahuan tidak sama dengan
objek materia filsafat. Sebab, objek forma ialah sudut pandangan
dan tujuan penyelidikan.
Contoh perbedaan objek forma antar ilmu pengetahuan :
1. Psikologi objek formanya tingkah laku
2. Ekonomi objek formanya kebutuhan dan cara memenuhinya
3. Sosiologi objek formanya hubungan sosial
4. Kesehatan objek formanya kondisi lingkungan
5. Pendidikan objek formanya pembinaan kepribadian
C. Metode Filsafat
Metode adalah prosedur yang dipakai untuk mencapai
suatu tujuan. Atau, teknik mengetahui yang dipakai dalam proses
pencarian ilmu pengetahuan. Lazimnya, filsafat mempergunakan
metode sebagai berikut :
1. Contemplation atau perenungan
2. Speculatative atau perenungan
3. Deductive atau penyimpulan dari suatu yang umum kepada
yang khusus (premis major ke premis minor)
D. Struktur Filsafat
Metafisika, Ontologi : mempelajari tentang hakikat, asal-
usul sesuatu berdasarkan kuantitas, atau kualitas atau
kejadiannya. Tinjauan tentang kuantitas melahirkan monisme,
dualisme, dan puralisme. Pandangan yang melihat sesuatu
berdasarkan tetapnya sesuatu dan melahirkan spiritualisme dan
materialisme. Kedua, pandangan yang melihat sesuatu
berdasarkan kejadiannya dan melahirkan mekanisme, teleologi,
determinisme dan indeterminisme.
Epsitemologi, metode, cara atau sumber pengetahuan.
Pandangan tentang sumber pengetahuan melahirkan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 117
rasionalisme, empirisme, dan kritisme. Tentang hakikat
pengetahuan melahirkan realisme dan idealisme.
Aksiologi, ethika. Dalam hal ini dikenal beberapa aliran
seperti naturalisme, hedonisme, utilitarisme, idealisme, vitalisme
dan teologi.
Secara umum cabang-cabang filsafat dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Aristoteles
a. Logika, induk filsafat
b. Filsafat teoritis yang terdiri dari fisika, metafisika dan
matematika
c. Filsafat praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan politik
d. Filsafat Poetika (senia)8.
2. Dewan Redaksi ENSIE
a. Matematika
b. Logika
c. Filsafat Mengenal
d. Filsafat Ilmu
e. Filsafat Alam
f. Filsafat Kebudayaan
g. Etika
h. Estetika
i. Antropologi9
3. The Liang Gie
a. Logika
b. Etika
c. Estetika
d. Metafisika
e. Politik10
4. Endang Saefuddin Anshari
a. Metafisika (filsafat tentang hakikat yang ada di balik alam
fisik, tentang hakikat yang transenden, di luar atau di atas
jangkauan pengalaman)
118 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
b. Logika (filsafat tentang pikiran yang benar dan pikiran yang
salah)
c. Etika (filsafat tentang tingkah laku yang baik dan yang
buruk)
d. Estetika (filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek)
e. Epistemologi (filsafat tentang ilmu pengetahuan)
f. Dan lain-lain filsafat khusus11
I. Kaum Sofis
1. Sofisme
Sekitar pertengahan abad kelima sebelum masehi Athena
menjadi pusat baru seluruh kebudayaan Yunani. Pada waktu itu
Athena dibawah Perikles yang memainkan peranan besar di
bidang politik. Yunani menjadi kota tempat berkumpulnya
penganut-penganut filsafat tersebut di atas. Di sana juga ada
golongan, pengikut Sofistik (Sofis). Mereka sangat terkenal
karena kemahirannya beretorika. Tidak seperti para
pendahulunya yang mempelajari tentang asal-usul alam
semestar, mereka mulai mengalihkan pusat penyelidikan kepada
masalah manusia sebagai objek penyelidikan.
Sofisme adalah salah satu aliran gerakan dalam bidang
intelek. Sofis berarti sarjana atau cendekiawan. Setelah abad
keempat sebutan itu berganti menjadi “filosofis”, sedangkan sofis
diberikan untuk guru yang berkeliling kota mengajar masyarakat.
Arete, Kebajikan
Alat untuk mencapaikebahagiaan (eudai monia) adalah
kebajikan atau keutamaan (arete). Kebajikan yang dimaksud
adalah kebajikan profesional, bukan kebajikan dalam konteks
moral atau etika. Keutamaan adalah pengetahuan, artinya
kemampuan mempraktekkan pengetahuan tentang “baik”. Baik
dan benar selalu dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan
dengan kemauan manusia. Baik dan benar adalah nilai-nilai
objektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua
orang. Inilah Sokrates, ia adalah pembela “benar” dan “baik”.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 125
Semboyan Sokrates adalah knowledege is vitue :
pengertian adalah kebijaksanaan. Tingkah laku yang baik
dan bijaksana adalah perbuatan yang didasari pengetahuan, atau
kesadaran yang melakukannya. Pengertian atau pemahaman
tentang sesuatu perbuatan sudah menjamin perbuatan dianggap
sesuai dengan pengertian tersebut. Berbuat salah secara sadar
atau mengetahui letak kesalahannya adalah lebih baik daripada
berbuat baik tetapi tidak sadar akan kebaikannya.
Negara
Sokrates meletakkan azas etika ke dalam kehidupan
bernegara. Negara, menurutnya mempunyai tugas mewujudkan
kebahagiaan warga negara, menjadikan jiwa sebaik mungkin.
Karenanya, penguasa harus tahu “apa yang baik” bagi warga
negara dan rakyatnya. Di dalam negara yang penting adalah
keahlian khusus (pengenalan tentang baik), bukan demokrasi.
Ketuhanan
Sebagai ahli fikir ia membahas masalah ketuhanan dengan
logika akademis yang simpel dalam menetapkan adanya Tuhan.
Ada dua cara yang dilakukan dalam membangun pengetahuan
tentang Tuhan. Pertama, berdasarkan kepada bukti-bukti alam.
Kedua, dengan alasan-alasan sejarah. Sebagai pribadi ia adalah
kaum beriman yang baik dan sangat meyakini adanya Tuhan22.
Sokrates adalah bapak revolusi intelektual Yunani.
Kematiannya sangat tragis. Ia adalah penganut moral yang
absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral adalah tugas
filosof. Dialah penentang relativisme sofis yang berhasil
menegakkan sains dan agama. Ia tidak meninggalkan karya-
karyanya. Sumber utama untuk dapat menentukan pemikirannya
adalah Plato, murid setianya.
Idea
Plato adalah filosof pertama yang mengemukakan kata
dan istilah idea untuk menunjukkan pengertian yang sifatnya
rohaniah, spiritual28. Sebagai murid Sokrates, ia mengembangkan
doktrin gurunya dan sekaligus menyempurnakan pemikirannya.
Segala yang ada di dunia ini menurutnya tidak kekal, selalu
berubah. Karenanya, dunia hanyalah bayangan semata-mata
sedangkan dunia idea adalah dunia yang sesungguhnya dan kekal.
Dunia inilah, menurutnya yang selalu dicari oleh setiap yang
berfikir dan memiliki pengetahuan rasional. Sebab, pemikiran
adalah sumber dan tempat segala sesuatu.
Idea bersifat objektif. Idea bukan gagasan yang dibuat
oleh manusia. Idealah yang memimpin pikiran manusia. Idea
manusia itu kekal tetapi manusia tidak bisa mengungkapkannya
secara sempurna (perfectly). Hakikat segala sesuatu adalah idea.
Idea itu adanya dan nyata tetapi adanya di dalam dunia idea.
Idea adalah melekat atas essensi sesuatu. Dunia idea tidak
berubah, kekal. Kebalikannya adalah dunia nyata yang serba
berubah dan serba jamak. Idea-idea dari dunia “atas” hadir dalam
benda yang konkrit. Sebaliknya, benda-benda konkrit
128 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
berpartisipasi dengan idea-ideanya, dalam arti mengambil bagian.
Contoh : bunga bagus, “bunga” adalah benda dan “bagus”
adalah idea. “Bunga” berpartisipasi ke dalam “bagus”. Dan,
“Bagus’ hadir di dalam “bunga”. Menurut Plato, “bagus” nya
bunga ditentukan oleh idea. Idea-lah yang memberi model bahwa,
benda itu “bunga” dan bunga itu “bagus”. Jadi, yang berhak
menentukan benda itu bunga adalah idea.
Di dalam dunia, idea sudah ada lebih dulu apa yang disebut
bunga. Lalu bunga itu ambil bagian untuk menentukan kalau
benda itu bunga. Jadi, bunga di dalam dunia nyata adanya setelah
terlebih dulu ada di dalam dunia
Dunia
Dunia tidak harus dihindari. Dunia harus diatur. Mengamati
jagat raya mengingatkan manusia kepada dunia idea, yang telah
dilihatnya sebelum hidup ini. Dunia nyata tetap penting, tetapi
kesempurnaan hanya ada di dalam dunia idea. Namun demikian,
manusia harus tetap hidup sesempurna mungkin.
Negara
Plato aktif berusaha memperbaiki negaranya yang sudah
dilanda krisis. Ia menempatkan etika dan filsafat yang saling
berkait dalam memperbaiki negara. Manusia sebagai warga
negara mempunyai tugas-tugas etis. Yang menjadi persoalan
pokok negara adalah keselamatan rakyat, bukan keselamatan
penguasa. Para penguasa harus mempersembahkan hidup mereka
bagi pemerintahan, dengan mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Pemberdayaan rakyat adalah persoalan pokok negara.
Rakyat harus kuat dan tidak sebaliknya. Karenanya penguasa
harus orang-orang yang bijaksana sebagai penjaga negara, yang
mengetahui apa yang baik bagi rakyat. (bandingkan dengan
Sokrates). Dan, rakyat harus dapat mengendalikan diri.
Para penguasa harus memiliki kelebihan dalam pendidikan.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 129
Ketika telah berumur 20 tahun sampai 30 tahun calon penguasa
harus mengerti/mempelajari filsafat dan pengetahuan lainnya
seperti ilmu pasti dan dialektika. Setelah berumur 50 tahun
barulah ia memimpin negara setelah rakyat mengetahui integritas
pribadinya. Integritas pribadi ditandai dengan kesungguhannya
yang jelas-jelas mengabdi untuk rakyat.
Para negarawan bertugas menyelaraskan berbagai
keahlian. Sedangkan bentuk negara disesuaikan dengan
kenyataan empiris. Bila telah memiliki konstitusi, maka negara
yang paling baik adalah emokrasi dengan undang-undang. Negara
yang paling buruk adalah negara monarkhi atau tirani.
Sedangkan bentuk pemerintahan adalah pemerintahan
kaum aristokrat. Orang-orang ini dipilih melalui keputusan
bersama bukan lewat pemungutan suara. Angota pemerintahan
disebut guardian29.
Ketuhanan
Bagi plato Tuhan adalah substansi yang murni form tanpa
materi (matter) dan tanpa personality. Tuhan adalah penyebab
gerak (afirs cause of nation). Tuhan adalah kesempurnaan
tertinggi. Tuhan bukan persona. Tuhan mencintai kita. Tuhan
berhubungan dirinya sendiri. Tuhan dapat dicapai dengan akal31.
Pengetahuan
Pengetahuan, menurut Aristoteles adalah pengetahuan
tentang kenyataan. Setiap benda fisik mempunyai bentuk dalam
arti metafisik dan mater (hayula, Arab) sebagai kemungkinan
belaka untuk menerima sesuatu bentuk. Pengenalan indrawi
memberikan pengetahuan tentang bentuk benda tanpa materi
rasional. Ia terbatas, tertentu. Sedangkan pengenalan rasional
tidak terbatas, dapat mengenal hakikat, jenis sesuatu dan
memiliki sasaran lebih umum. Jalan untuk sampai kepadanya
adalah dengan jalan abstraksi. Menurutnya,33 tidak ada bentuk
(idea) tanpa benda. Keduanya tidak bisa terpisahkan.
Jiwa
Pendapatnya tentang jiwa bahwa jiwa adalah asas hidup
yang menggerakkan tubuh, memimpin segala perbuatan menuju
tujuannya. Jiwa dan tubuh sering berhubungan/ kalau tubuh itu
materi, maka jiwa adalah bentuk. Kalau tubuh itu potensi maka
jiwa itu aktus. Jiwa akan binasa kalau manusia mati. Jiwa terdiri
dari tiga klasifikasi :
i. Jiwa tidur, terdapat dalam binatang
ii. Jiwa indrawi, terdapat dalam binatang dan manusia
iii. Jiwa intelek (berfikir) terdapat dalam manusia berupa akal
dan kemauan
Logika
Logika (logos : perkataan, sabda. Latin).34 Dalam bahasa
Arab disebut manthiq artinya berkata atau berucap. Sebagai
132 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
cabang filsafat logika merupakan ilmu yang mempelajari metode
dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah.35 Aristoteles adalah yang
berjasa terhadap lahirnya logika.36 Logika adalah ajaran tentang
berfikir ilmiah, diciptakan oleh Aristoteles agar dapat berfikir
secara ilmiah. Logika membicarakan hukum-hukum yang
menguasai pikiran. Berpikir dilaksanakan dengan perantaraan
pengertian-pengertian. Menurut Aristoteles setiap pengertian
berkaitan dengan benda-benda tertentu.
Kebahagiaan
Tujuan tertinggi yang ingin dicapai ialah kebahagiaan
(eudaimonia). Kebahagiaan tertinggi yang dikejar setiap
manusia ialah berpikir.
Negara
Manusia adalah, zoon politicon, makhluk sosial. Ia hidup
dan membentuk masyarakat. Kemudian manusia membentuk
negara. Tujuan negara adalah memungkinkan kehidupan yang
baik. Karenanya tidak semua bentuk negara adalah baik. Bentuk
negara tirani adalah bentuk negara yang buruk. Sedangkan
susunan negara yang ideal ialah negara monarki yaitu
pemerintahan seorang raja. Atau aristokrasi yaitu pemerintahan
kaum ningrat dan poeliteia demokratis-moderet. Pemerintahan
inilah yang memberi jaminan terkuat, pemerintahan akan
bertahan lama.
Manusia
Ajaran Aristoteles tentang manusia pada mulanya masih
terpengaruh oleh ajaran Plato tentang dualisme : jiwa dan raga.
Kemudian ia meninggalkan dualisme itu dan mencoba
menjembatani keduanya. Keduanya dipandang sebagai satu
substansi yang saling berhubungan dan nisbahnya sama antara
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 133
materi dan bentuk, atau antara potensi dan aktus. Jikalau tubuh
itu adalah materi maka jiwa adalah bentuk.
1. Epicuros
Ia lahir di Samos dan mendapatkan pendidikan di Athena.
Di Athena ia mendirikan sekolah filsafat baru. Ia menghidupkan
kembali Atomisme Demokritos. Menurutnya, semua yang ada
terdiri dari atom-atom yang senantiasa bergerak dan secara
kebetulan bertubrukan satu dengan lainnya. Segala benda disusun
dari atom-atom yang telah ada sejak adanya ruang kosong.
Segala atom tidak dapat dibagi-bagi dan tidak dapat binasa. Ia
memiliki bentuk, berat dan kasar, sekalipun bentuknya berbeda-
beda. Atom itu begitu kecil dan tidak dapat diamati.
Semua atom bergerak dari atas ke bawah. Semula atom
bergerak turun, seolah-olah ada hujan atom. Tetapi kemudian
ada beberapa tom yang menyimpang. Akibatnya terjadi
136 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
pertabrakan dan penimbaan atom-atom. Akhirnya, atom-atom
berputar, yang lebih berat di tengah sedangkan yang lebih ringan
di tepi. Atom bisa berubah arah geraknya. Atom memiliki berat.
Jiwa
Jiwa adalah atom yang bulat dan licin. Karenanya jiwa
adalah tubuh yang halus yang berada di luar tubuh. Tanpa
tubuh kasar jiwa tidak dapat berada. Setelah orang mati
jiwanya dilaritkan ke dalam atom-atom lagi, sehingga jiwa
tidak ada.
Etika
Etika Epicuras bertujuan memberikan ketenangan batin
(ataraxia) kepada manusia. Ia masih mempercayai adanya
semacam murka dewa yang membuat batin ketakutan seperti
halnya terhadap kematian dan nasib.
Hedone
Hedone adalah kenikmatan, kepuasan yang tercapai bila
batin tenang dan tubuh sehat. Ialah tujuan hidup manusia.
Ketenangan batin bisa dicapai bila semua keinginan dapat
tercapai, atau terpenuhi (puas). Sehingga tidak ada lagi yang
diinginkan. Jadi, makin sedikit keinginan seseorang makin besar
kebahagiaan. Kebahagiaan tidak berarti menikmati hal-hal yang
berlimpah-limpah tapi juga tidak menikmati kesedikitan. Agar
kenikmatan bertambah ia mensyaratkan persaudaraan.
2. Stoa
Stoa didirikan oleh Zeno (336-264 SM) di Athena, tepatnya
di Siprus. Zeno berasal dari Citium. Pada tahun 315 SM ketika
berada di Athena ia mulai tertarik kepada filsafat. Stoa (asal
kata Stoapoikila : gang antara tihang-tihang) adalah tempat
pengajaran Zeno.39
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 137
Materialisme
Segala apa yang bersifat fisik dialah yang nyata. Segala
yang tidak bersifat bendawi tidak mengambil tempat, diangap
tidak ada. Diantara mereka ada yang mengimani Tuhan sebagai
bersifat jasmaniah. Tuhan identik dengan jagat raya.
Segala sesuatu dijadikan oleh keluatan Ilahi atau kekuatan
alam. Kekuatan Ilahi menjiwai segala sesuatu seperti api atau
nafsu. Dari kekuatan Ilahi yang berfungsi sebagai nafsu ini
muncullah empat anasir (stoikhiea) yaitu : api, hawa, air, dan
tanah. Keempat anasir ini yang sering melengkapi. Dari keempat
anasir inilah berkembang dunia dengan segala isinya. Pada akhir
tahun dunia semuanya akan dilarutkan ke dalam api.
Logika
Logika Stoa adalah logika formal yaitu ajaran tentang
penalaran dan retorika. Pengenalan diperoleh melalui pengamatan
138 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
indrawi. Kemudian akan menimbulkan khayalan (fantasi) di
dalam jiwa, di dalamnya ada ingatan. Keseluruhan hayalan
disebut pengalaman. Jiwa ibarat kertas putih, lilin putih.
Etika
Etika adalah ajaran terpenting Stoa. Manusia adalah
bagian dari dunia dan karenanya harus hidup sesuai dengan
keselarasan dunia. Manusia dapat melaksanakan tugas itu
asalkan selaras dengan dirinya sendiri yaitu, hidup sesuai dengan
akal, baik akal sendiri atau hukum alam. Akal yang benar adalah
akal yang selaras dengan akal dunia. Itulah kebijakan (recta
ratio).
Kebahagiaan
Hidup sesuai dengan akal yang benar itulah kebahagiaan.
Tapi, kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan hanyalah
akibat perbuatan susila. Filosof adalah orang bijak. Orang bijak
adalah orang yang tidak membutuhkan siapa-siapa, ia puas
dengan dirinya sendiri. Kebahagiaan mensyaratkan bebas dari
pengaruh duniawi dan segala keadaan batin, serta penguasaan
terhadap keadaan hidup yang sempurna.
Apatheia
Tujuan hidup yang paling tinggi adalah tercapainya
aphatheia, tanpa rasa. Artinya, keadaan menguasai segala
gerak perasaannya. Sekalipun sakit, ia tidak mengeluh atau
meminta dikasihani.
3. Neophytagoras
Neophytagoras sebenarnya bukan generasi murni
Phytagoras. Tapi, ia mewujudkan gabungan ajaran Aristoteles
dan Stoa, lebih-lebih Plato. Dualisme Plato (tentang dunia rohani
dan dunia bendawi) ditarik secara konsekuen.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 139
Ilahiah
Yang Ilahi adalah yang ada, tidak bergerak, realitas yang
sempurna, substansi yang tidak berjasad. Di dalam yang Ilahi
hadir idea-idea sebagai gagasan yang Ilahi. Antara yang Ilahi
dan yang bendawi tidak ada hubungan.
Terjadi dunia bukan disebabkan karena penciptaan yang
Ilahi, melainkan hasil karya “jiwa-dunia”, yang berfungsi sebagai
demiourgos (tukang). Tokoh-tokoh setengah dewa diciptakan
sebagai penghubung antara alam rohani dengan alam bendawi.
Yang Ilahi tidak terhampiri karena terlalu tinggi dan terlalu jauh.
Ia adalah immanen.
Daya Manusia
Manusia memiliki daya untuk mengenal rohani (nous),
daya inisiatif. Ia bekerjasama dengan akal (dianoia) dapat
menjadikan manusia memikirkan dan membicarakan hal-hal yang
rohaniah.
Anasir Manusia
Jiwa dan tubuh keduanya berdiri sendiri-sendiri, saling
terlepas. Kematianlah yang akan melepaskan jiwa dari belenggu
tubuh. Di dalam tubuh ada kejahatan. Manusia harus bisa
membebaskan diri dari pengaruhnya dengan cara tidak makan
daging, bersetubuh, dan lain-lain.
4. Neoplatonisme
Pada masa ini faktor agama mengambil peran yang
penting. Masa ini merupakan puncak terakhir (anti klimaks) dalam
sejarah filsafat Yunani. Aliran ini bermaksud menghidupkan
kembali filsafat Plato40. Tetapi tidak juga terlepas dari ajaran-
ajaran Aristoteles dan Stoa. Ajaran ini merupakan sintesa dari
semua aliran yang ada, memberikan tempat istimewa kepada
ajaran Plato.
140 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Neoplatonisme dibentuk pada abad kedua masehi dan
bertahan sampai abad keenam masehi, berbarengan dengan
timbulnya agama Kristen. Neoplatonisme lahir sebagai penentang
Kristen yang sedang tumbuh. Tokoh yang menciptakan sintesa
ini adalah Plotinus (203-269 M). ia lahir di Mesir. Pada usia 28
tahun mulai tertarik kepada filsafat. Selama 11 tahun ia belajar
kepada Ammonius Sakka (175-242 M) dari Aleksandria.
Pada tahun 244 M berumur 40 tahun, ia mentap diRoma
dan mendirikan sekolah filsafat. Setelah meningal karya-
karyanya dikumpulkan oleh muridnya, Porphyros (232-301 M.
Porphyros memiliki teman Proklos (410-485 M) yang sukses
besar mengajarkan Neoplatonisme. Adapun unsur-unsur penting
dalam Neoplatonius ia ajaran Plato, Aristoteles, Stoa, dan Philo.
Yang Ilahi
Neoplatonisme memiliki sistem filsafat tentang konsep
kesatuan, atau Yang Ilahi. Tuhan adalah satu. Semua yang ada
berasal dari Yang Satu. Semuanya akan kembali kepada Yang
Satu. Tuhan tidak bisa diamati. Ia adalah Esa, tanpa
perbandingan dengan apapun. Keesaan-Nya Sempurna. Akal
manusia tidak dapat sampai kepada-Nya. Tuhan tidak dapat
diuraikan dengan “bagaimana”. Ia tidak berpredikat, atau sifat.
Proses Alam
Seluruh alam mengalir dari yang Ilahi. Pengaliran itu ialah
: nous (roh, roh Ilahi, bukan Tuhan sendiri), yaitu dunia idea,
dunia roh. Kedua, pengaliran jiwa (psukhe) yaitu jiwa dunia atau
dunia jiwani. Jika nous adalah gambar Yang Esa maka jiwa adalah
gambar nous (idea).
Jiwa memiliki dua hubungan yaitu, hubungan dengan nous
yang terang dan hubungan dengan benda yang gelap. Jiwa adalah
penghubung antara nous dengan benda. Ketiga, benda (me on).
Baik roh maupun benda hanya mata rantai atau lat penghubung.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 141
Neoplatonisme memiliki unsur-unsur Platonisme, Pythagoras,
Aristoteles dan Stoa. Jadi ia mengandung unsur-unsur
kemanusiaan, keagamaan, dan keberhalaan.
Plotinos (204-270 M)
Ia lahir di Mesir pada tahun 204 M. pada usia 29 tahun
(232 M) ia pergi ke Alexandria belajar kepada Animonius Sacca
selama 11 tahun. Pada usia 39 tahun (243 M) ikut berperang
melawan Persia dan berkesempatan mempelajari budaya Persia
dan India. Tahun 244 M ia melarikan diri ke Antokya. Ketika
berusia 40 tahun pergi ke Roma dan di sana dikenal sebagai
pemikir.ia meningal tahun 270 M di Mintarnae, Campania, Italia.
Metafisika
Ia penganut realitas idea seperti Plato. Idea Plotinus
adalah partikulair. Tapi, ia kurang memperhatikan masalah
kemanusiaan yang yang dapat dipecahkan melalui filsafat.
Karenanya,ia tidak mencoba mengaplikasikan metafisiknya ke
dalam politik.
Yang Esa
Tuhan adalah, Esa, realitas yang tidak dapat mungkin
dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar
eksistensi, di segala nilai. Yang Esa adalah puncak semua yang
ada, cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui
essensinya. Dia Pencipta semua yang ada.41
Yang Esa tidak dapat diketahui melalui pengindraan dan
pemikiran logis. Manusia hanya dapat menghayati adanya. Ia
tidak dapat diperkirakan. Ia transenden terhadap segala makhluk.
Ia dapat didekati lewat tanda-tanda dalam alam. Ia adalah prinsip
yang tidak dapat dilambangkan dengan suara atau huruf.
Soul
Ia adalah arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia
dapat dilihat dari aspek : energi di belakang dunia, dan bentuk-bentuk
alam semesta. Jiwa manusia mempunyai aspek : intelek yang tunduk
kepada reinkarnasi, dan irrasional atau akal logis.
Jiwa
Jiwa tidak bergantung kepada materi. Jiwa seratus proses
aktif dan materi 100% pasif. Jiwa adalah essensi tubuh material.
Tubuh itu materi. Tubuh itu penuh kejahatan dan keterbatasan.
Jaraknya dengan Yang Esa sangat jauh. Ia adalah kekuatan
Ilahiah. Ia sumber kekuatan.
Manusia terdiri dari substansi : roh (nous), jiwa (pskhe0
dan tubuh (soma). Ketiganya mewujudkan suatu keseluruhan.
Roh senantiasa dipersatukan dengan Yang Ilahi, roh yang tinggi.
Sedangkan jiwa merupakan tempat yang sentral.
Waktu
Waktu bergerak dan berisi macam-macam kehidupan.
Karena ia bergerak ia menghasilkan waktu lampau, sekarang
dan akan datang. Waktu tidak terpisah dari jiwa, inheren dalam
jiwa. Waktu juga akan hilang bila bersentuhan dengan alam
semesta.44
Ilmu
Sains lebih rendah daripada metafisika. Metafisika lebih
rendah dari keimanan. Surga adalah peristirahatan jiwa. Bintang-
bintang tempat para dewa. Hantu-hantu berada di antara bumi
dan bintang-bintang.
Tujuan Hidup
Tujuan hidup adalah kembali dipersatukan dengan Yang
Ilahi. Jalan untuk kembali (remasi) bertahap-tahap dan
bertingkat-tingkat, yaitu : melakukan kebijaksanan, berfilsafat,
dan mistik. Melakukan kebijaksanaan umum, seperti diajarkan
Plato, adalah memiliki pengetahuan tentang yang baik (hikmah),
memiliki keberanian, mengendalikan diri dan berbuat adil memang
perlu. Inilah persiapan pertama. Persiapan kedua ialah berfilsafat,
memikirkan segala sesuatu secara mendalam.
Tahap kedua akan membawa kepada tahap ketiga yaitu
jalan mistik, tingkatan paling tingi, tempat orang menyelami
dirinya sendiri secara umum, menyelami Yang Ilahi, yang ada
dalam dirinya sendiri. Dalam kondisi ini manusia akan bebas,
mengatasi segala pikiran dan kesadaran hingga sampai kepada
ketakjuban yang bahagia, dimana ia disatukan dengan Yang Esa,
Yang Ilahi.
1. Tuhan
Tuhan adalah tkoh adikodrati, berbeda secara mutlak
dengan kosmos dan harus dibedakan dengan kosmos. Tuhan
adalah roh transenden, tidak berada di dalam dunia ini. Ia tidak
bernama. Manusia hanya tahu bahwa Tuhan ada tetapi tidak
dapat tahu apakah Dia itu. Tuhan tidak dapat dijelaskan
bagaimana.
Tuhan adalah Sang Ada (Ho On). Tapi sedikit manusia
dapat menjelaskan secara positif bahwa Dia itu Esa tidak
tersusun dari bagian-bagian. Dia memiliki kesempurnaan yang
tinggi, keindahan yang azali, kebaikan yang mutlak dan
kemahakuasaan.
2. Logos
Tuhan adalah roh dan manusia adalah benda. Antara
keduanya ada perbedaan mutlak. Untuk itulah perlu ada perantara
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 145
: idea, malaikat-malaikat. Semua itu dipersatukan dalam satu
istilah Logos (perantara antara Tuhan dengan dunia). Logos
adalah idea dari segala idea, yang disebut kebijaksanaan,
kekuatan dunia yang universal. Tetapi, logos itu bukan Tuhan
dan juga bukan makhluk. Logos adalah Tuhan kedua, anak Tuhan
yang sulung, Juru Bahasa Tuhan, Wakil Tuhan (parakletos).
3. Dunia
Dunia tidak dijadikan tapi dibentuk oleh logos. Prosesnya
logos memasuki benda, menjadikan benda sebagai pakaiannya.
Benda dapat dibentuk menjadi dunia yang menurut gambar dan
rupa-Nya sendiri.
4. Manusia/Jiwa Manusia
Dalam struktur manusia ada gambaran alam semesta.
Sebagai idea manusia telah ada sejak azali di dalam logos.
Manusia memiliki kekuatan hidup (psukhe) dan jiwa akali (nous,
dianoia, psukhe logike). Jiawa ada di dalam darah dan tidak
binasa. Sebelum lahir jiwa manusia sudah ada.
Jiwa tidak binasa dan masuk ke dalam tubuh. Jiwa
dipenjara di dalam tubuh. Karenanya, hidup di dunia adalah suatu
kejahatan. Dan, hanya kematian yang membebaskan jiwa dari
keterpenjaraannya. Manusia akan dibangkitkan kepada hidup
yang sejati dan kepada kebebasan.
5. Tujuan Hidup
Tujuan hidup manusia adalah sama dengan Tuhan.
Adapun jalannya adalah melalui pengetahuan. Untuk itu dia
memerlukan bantuan logos sebab logos adalah sumber
pengetahuan. Dan, untuk dapat menerima daya kerja logos ia
harus menjauhkan diri dari dunia dan segala nafsu.
Ada tiga tingkatan kebijakan yang harus dilakukan dalam
hal ini, yaitu :
146 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
i. Apatheia (tiada berperasaan)
Orang melepaskan diri dari segala hawa nafsu dan dari segala
yang bersifat bendawi, mematikan segala kecenderungan dan
hawa nafsu.
ii. Kebijaksanan
Ia adalah karunia Ilahi yang diarahkan kepada yang susila atau
kesalehan.
iii. Elestase
Yaitu menenggelamkan diri kedalam diri yang Ilahi.
Philo berhasil mensintesa agama Yahudi dengan filsafat
Hellenisme. Dia berhasil membedakan ajaran Perjanjian Lama
terutama tentang Tuhan. Logos, rasio, akal adalah yang
memimpin dunia. Logos adalah Tuhan Kedua, Anak Tuhan.
Hellenisme Yahudi merupakan aliran yang mempertemukan
kepercayaan Yahudi dengan filsafat.45
1. Nicholas Copernicus
Tokoh gerejani ortodoks ini yang menemukan kaidah
bahwa, matahari berada di pusat jagat raya, bumi mempunyai
dua gerak yaitu : perputaran sehari-hari pada porosnya dan
perputaran tahunan mengitari matahari. Tapi, karena kondisi
Gereja yang sangat kontradiktif, karyanya baru diterbitkan di
saat ia meninggal di tahun 1543 M, oleh temannya dan
dipersembahkan kepada Sri Paus. Teori ini kemudian dikenal
dengan hukum Heliosentris Copernicus.
Jiwa
Jiwa manusia menurutnya mempunyai kemampuan
triganda: ingatan (memoria), daya khayal (imaginito), dan
akal (rasio). Ketiganya meruapakan dasar segala pengetahuan.
Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki.
Daya khayal menyangkut keindahan. Akal menyangkut filsafat
sebagai hasil kerja akal.
Filsafat
Cabang filsafat menurut Bacon ialah;60
1. Filsafat Ketuhanan, De Numine
Bacon menerima adanya pengetahuan teologis berdasarkan
wahyu. Tapi pengetahuan itu sendiri berada diluar filsafat.
2. De Natura
Filsafat tentang dunia tempat tinggal manusia
3. De Homine
Filsafat tentang manusia De Natura, menurutnya, terdiri dari
yang speculativa atau teoritis yaitu fisika dan metafisika.
Sedangkan yang operativa terdiri dari mechanica, fisis
( physica ), dan magica yaitu terapan dari metafisika.
Sedangkan De Homina terdiri dari philosphia humanitas
(logika) dan philosophia civilis (etika).
Matematika
Bagi Bacon, matematika dan logika seperti halnya filsafat
dan metafisika tradisional, tidak berguna sama sekali. Karena,
tidak menambahkan sesuatupun pada kemampuan manusia untuk
menguasai dunia dan alam.
152 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB VIII
POSSITIVISME
2. Ilmu Pasti
Ilmu pasti adalag dasar segala filsafat. Ilmu pasti memiliki
dalil-dalil paling umum, paling sederhana dan paling abstrak. Ilmu
pasti, karenanya merupakan ilmu yang bebas.
3. Manusia
Manusia, baginya tidak dapat menyelidiki dirinya sendiri.
Barangkali, orang masih bisa menyelidiki nafsu-nafsunya karena
ia tidak berada di dalam fikiran. Karenanya, ia tidak memberikan
posisi bagi psikologi.
154 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
4. Sosial
Masyarakat adalah salah satu fokus perhatian Comte dan
ia menjadi inspirasi bagi filsafat sejarahnya. Conte banyak sekali
menyelidiki fakta-fakta sejarah dan menghubungkannya menjadi
satu sistem. Inti filsafat sejarahnya meliputi : perkembangan
kenegaraan, kehakiman, kemasyarakatan serta perkembangan
seni, agama, ilmu filsafat. Dan dalam setiap cabang tersebut
selalu ditemukan ajaran tiga zaman Comte.
Bagi masyarakat Eropa yang sedang berusaha keluar dari
krisis besar dalam kehidupan kemasyarakatan. Comte tampil
sebagai tokoh pertama yang mewakili kesadaran bagi lahirnya
sosiologi sebagai ilmu tersendiri61.
1. Metafisika
Sebagaimana pendahulunya, Mill menolak metafisika. Ia
menolak anggarapan bahwa materi (matter) atau pikiran (mind)
dapat ditunjukan atau dilalui dengan jalan intuisi langsung
(immadiate intuition). Katanya, tidak ada satupun hal yang
dapat dikerjakan dengan metafisika dan intuisi-intuisi langsung.
Keduanya tidak dapat digunakan untuk mengantarkan kepada
kebenaran (evidence) secara tepat. Dasar-dasar empirislah yang
akan menjamin keabsahan dan keaslian pengetahuan manusia.
2. Psikologi
Berbeda dengan Comte, Mill justru memposisikan psikologi
sebagai pengetahuan dasar yang menjadi dasar filsafat. Perhatian
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 155
terhadap manusia ini adalah karakter filsafat pasca materialisme.
Psikologi, menurutnya, bertugas menyelidiki apa yang disajikan
oleh kesadaran.
3. Pengalaman
Pengalaman adalah sumber satu-satunya pengenalan.
Dan, untuk menuju ke pengenalan, induksi merupakan satu-
satunya jalan yang dapat dipercaya.
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan alam berbeda dengan ilmu pengetahuan
rohani. Ilmu pengetahuan rohani meliputi : psikologi, etologi
(etika) dan sosiologi. Sedangkan sejarah dimasukkan ke dalam
ilmu pengetahuan alam.
5. Etika
Etika Mill mengarah kepada adanya hubungan timbal balik
antara individu dengan masyarakat atas dasar utilitarianisme.
Ia berpangkal kepada pertimbangan-pertimbangan psikologis
manusia yang bermaksud ingin memperoleh kesenangan. Hal-
hal yang dapat membangkitkan nafsu menjadi hal yang berharga.
Manusia sesungguhnya tidak ingin memperoleh sesuatu
melainkan ingin memperoleh kebahagiaan yang timbul dari
sesuatu itu. Jadi, sesuatu itu memiliki harga dan juga nilai. Nilai
sesuatu lebih besar kualitasnya dari harga sesuatu itu.
3. Negara
Negara tidak boleh absolut, militeristik dan berusaha
memungkinkan kebebasan perseorangan dan berdemokrasi.
Negara juga harus menjamin tegaknya keadilan.
1. Kesadaran
Kesadaran bukanlah sesuatu yang lahiriah. Kesadaran
adalah fungsi-fungsi. Kesadaran adalah “pengalaman murni”
yaitu perubahan-perubahan langsung yang terus menerus dalam
hidup, yang diperlukan untuk merefleksi di kemudian hari.
2. Akal
Akal berfungsi sebagai pemberi informasi bagi praktek
hidup dan pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan.
Informasi akal memberikan keyakinan sementara (kepercayaan)
sebagai persiapan langsung bag perbuatan. Akal ditaklukkan oleh
perbuatan.
3. Kebenaran
Tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang
tetap, yang berdiri sendiri, yang lepas dari akal yang mengenal.
Karena, pengalaman berjalan terus. Setiap kebenaran senantiasa
berubah sebab kebenaran dapat diketahui oleh pengalaman. Yang
ada hanyalah kebenaran dalam pengalaman khusus yang
setiapkali bisa dirubah oleh pengalaman berikutnya.
4. Dunia
Dunia adalah hasil perbuatan manusia. Dunia bukan
sesuatu yang sudah selesai tapi terus menerus seperti halnya
pemikiran yang terus mengalir. Dunia adalah tempat pertentangan
kekuatab-kekuatan yang saling bertentangan. Di dalamnya
manusia dapat kesempatan untuk mengikutsertakan kehendak
dan kekuatannya dan berpartisipasi secara menentukan.
2. Pengalaman
Pemikiran berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan
bergerak kembali menuju pengalaman. Pengalaman langsung
mempersatukan objek dan subjek. Pemisahan antara keduanya
berarti bukan pengalaman. Pemikiran adalah yang menyusun
sasaran pengetahuan.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah transformasi keadaan dari yang tidak
menentu menjadi keadaan yang menentu. Kepribadian adalah
sesuatu yang harus dicapai dan sedang dalam pembentukan.
Manusia adalah makhluk sosial. Karena itu masyarakat harus
diorganisir sehingga dapat memberikan perkembangan
semaksimal mungkin. Ilmu mendidik tidak oleh dipisahkan dari
filsafat.
5. Sekolah
Maksud dan tujuan lembaga sekolah ialah membangkitkan
sikap hidup yang demokratis. Kurikulum harus berpangkal kepada
pengalaman anak, yang berfaedah bagi anak dan dapat dialami
oleh anak. Anak harus dilibatkan langsung dalam melakukan
penyelidikan, seleksi dan pengaturan pengalaman-pengalaman
(learning by doing).
2. Pengamatan
Dalam proses pengamatan akal tidak pasif. Akal tidak
hanya menerima hal-hal yang tampak, tapi aktif. Akallah yang
menentukan atau mengkonstruksikan segala sesuatu jadi tampak
sebagai objek pengamatan.
B. Max Scheller (1874-1928)
162 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Dia penyebar luas gagasan Hursell. Jasanya sangat besar
dalam pemikiran tentang nilai. Metode fenomenologi, tentang
hakikat, oleh Scheller diaplikasikan kepada masalah pengenalan,
etika, filsafat kebudayaan dan keagamaan.
2. Nilai
Nilai adalah absolut, tidak dapat berubah dan demi dirinya
sneidri. Perubahan terjadi bukan pada nilai, tapi pada pengamatan
terhadap nilai dan nisbah si pengamatan dengan nilai itu. Rasa
atau perasaan akan nilai dapat berbeda. Tapi, nilai tetap tidak
berubah.
Nilai benda adalah nilai yang dikaitkan dengan benda-benda.
Nilai pribadi adalah nilai yang dikaitkan dengan pribadi atau dengan
kebajikan. Nilai adalah alat kerja atau alat benda-benda budaya.
3. Perasaan
Perasaan manusia terdiri dari perasaan indrawi, perasaan
vital dan perasaan rohani. Perasaan indrawi seperti enak, pahit,
manis dan sebagainya. Perasaan vital seperti lelah, segar, sedih
dan sebagainya. Perasaan rohani seperti bahagia, damai dan
sebagainya. Kenikmatan adalah sebutan untuk nilai indrawi
(nafsani). Kebaikan atau kesejahteraan adalah sebutan untuk
nilai vital. Sedangkan nilai rohani biasanya berupa keadilan,
kebenaran, keindahan, kebencian dan sebagainya.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 163
4. Pribadi
Pribadi tidak sama dengan makhluk yang berjiwa, berfikir,
berkehendak. Pribadi adalah ia yang memiliki kepenuhan arti
segala indranya, yang dewasa dan cakap untuk memilih. Pribadi
bersifat rohani. Pribadi tidak boleh disamakan dengan jiwa dan
tidak bersifat jiwani (psikis). Pribadi tidak memiliki sangkut paut
dengan tabiat. Pribadi bukan substansi, bukan objek dan tidak
dapat dijadikan objek.
5. Roh
Roh bukan zat yang halus, tidak tampak. Roh bukan
substansi. Roh adalah inti segala perbuatan di atas segala
perbuatan hewani. Roh bukan yang konkrit, ia berdiri sendiri.
Roh yang menjadikan manusia bebas.
6. Manusia
Manusia tidak berasal dari binatang. Tapi dia sendiri
adalah binatang, dulu, sekarang dan nanti. Dialah binatang
berfikir, yang tidak menyerah kepada alam. Dia makhluk yang
bebas dan mencari Tuhan. Dialah makhluk yang bisa
berhubungan dengan transenden, Tuhan. Manusialah yang
mengelola alam dan manusialah makhluk yang berbahaya.
7. Kasih
Kasih bukan merasakan perasaan. Kasih bukan merasakan
orang lain. Kasih bukan perbuatan usaha. Kasih tidak memberikan
pertimbangan. Kasih tidak mengandung unsur sosial. Kasih
diarhkan kepada diri sendiri. Kasih sejati diarahan kepada person,
bukan nilai-nilai pribadi. Puncak kasih adalah kasih kepada Tuhan.
Tuhan adalah pusat kasih yang tertinggi. Kasih itu suci, tinggi.
Kasih adalah kawasan pribadi bukan kawasan indrawi.
A. Martin Heidegger
Soren Kierkegard (1813-1855) adalah sumber utama
filsafat eksistensialisme. Martin menjadikannya sebagai guru dan
inspirator64.
2. Dasein
Dasein adalah berada di dalam dunia. Manusia berada di
166 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dalam dunia. Ketentuan ini berlaku bagi semua, walaupun cara
mereka berbeda-beda. Manusia berada di dalam dunia berarti
dapat memberi tempat kepada benda-benda di sekitarnya, dapat
bertemu, bergaul dan berkomunikasi dengan semuanya.
Manusia berada di dalam dunia dan karenanya dialah yang
memberi tempat benda-benda, yang menentukan benda-benda.
“Berada di dalam dunia” berarti memiliki dunia dan berada di
dunia. Manusia tidak hanya berada di dalam dunia tetapi juga
memiliki dunia.
3. Tiga Azas
Manusia terbuka bagi dunianya bagi sesamanya. Keterbukaan
itu bersandar kepada tiga azas penting : befindilchkeit (kepekaan
atau sensitivity), verstenhen (mengerti, memahami atau
understanding) dan rede (kata-kata, berbicara atau speaking).
Kepekaan terungkap dalam bentuk perasaan dan emosi sebagai bentuk
dari “berada di dalam dunia”, bukan sebab hasil-hasil pengamatan.
Kepekaan adalah pengalaman yang elementer menguasai realitas.
Kepekaan mendasari semua yang konkrit.
Verstenhen adalah dasar segala pengertian, bukan pengertian
atau pemahaman biasa, ia berkaitan dengan kebebasan manusia,
kemungkinan-kemungkinan hidup manusia dalam kesadaran akan
“berada”-nya. Pengertian selalu diarahkan kepada kemungkinan akan
sesuatu dan syarat-syarat untuk mencapai sesuatu itu. Verstenhen
adalah cara manusia berada.
Rede adalah komunikasi. Kata-kata berhubungan dengan arti.
Manusia adalah makhluk yang dapat berbicara. Sambil berbicara ia
mengekspresikan atau mengungkapkan diri. Ungkapan adalah
pemberitahuan atau penjelasan.
4. Angst, Cemas
Suasana batin atau perasaan-perasaan yang penting dari
manusia antara lain, rasa cemas. Rasa cemas adalah rasa azasi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 167
guna mengetahui keberadaan yang paling dalam. Kecemasan
adalak ketakutan yang secara tiba-tiba datang menyergap dan
menjadikan bingung. Ia datang dan pergi. Sesuatu yang
dicemaskan tidak berwujud, tetapi ia ada dan bahkan sangat dekat
sekali. Kecematan datang akibat pengalaman merasa hampa,
merasa tidak berarti, merasa sendirian. Kecemasan bukan
sekedar takut kepada sesuatu yang ada didunia ini, tetapi
ketakutan terhadap dunia itu sendiri. Manusia merasa sesuatu
yang diharapkannya vorhanden atau tidak berarti, bukan apa.
5. Verfallenhet, Keruntuhan
Kemerosotan, keruntuhan adalah kerugian manusia karena
kehilangan situasi semula yang baik dan menyenangkan. Sejak
semula manusia telah “terlempar”. Karena sebenarnya dalam
keseharian manusia tidak bereksistensi dengan sebenarnya. Ia justru
memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk keluar dari eksistensi
sebenarnya, keluar dari belenggu pendapat orang banyak, dan
“menemukan” dirinya. Untuk itu manusia harus berencana untuk
sampai kepada kemungkinan terakhir yang tidak dapat dilakukan,
yaitu kematian. Kematian adalah batas terakhir dari keberadaan
manusia sebagai eksistensi, batas yang tidak dapat dikalahkan.
6. Kematian
Kematian mewujudkan sesuatu kesatuan yang dapat
dipatahkan dengan eksistensi manusia. Manusia tahu bahwa, ia
harus mati. Kematian yang dimaksudkan ialah bukan akhir dari
kehidupan (ajal). Kematian yang dikehendaki adalah suatu kondisi
akhir yang seolah-olah setiap saat akan hadir. Di dalam keruntuhan
orang takut akan kematian. Dengan menyibukkan diri orang
membangun suara kematian ini, yang sebenarnya ingin dilupakan.
7. Kata hati
Kata hati atau hati nurani tidak didengar sekalipun selalu
168 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memanggil-manggil dan menyerukan manusia dari keputusan dan
kecemasan. Ia terus memanggil kesadaran manusia untuk
menyadari kesalahannya.
9. Hidup Sejati
Untuk menuju hidup sejati, keputusan sejati, pengetahuan
yang benar, eksistensi yang sebenarnya terletak kepada kepastian
temporal dalam menanggung kepastian terakhir, yakni kematian.
Manusia, dalam hal ini tidak hanya tahu akan mati tetapi juga
mendahului kematian. Ia menyadari kematiannya tanpa ilusi, atau
khayalan. Dengan demikian, manusia akan terlindung terhadap
segala sesuatu yang semu, dapat menemukan dirinya,
mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang
manusia dan dunia, dan muncullah kegembiraannya.
2. Kesadaran
Kesadaran prarefleksi ialah kesadaran yang belum
dipikirkan kembali, tidak ada di pusat perhatian. Kesadaran
refleksi ialah kesadaran yang dipikirkan kembali di dalam
keadaan sadar. Kesadaran adalah hasil dari kegiatan. Orang
sadar berarti orang yang berbuat. Kesadaran tidak berdiri sendiri.
3. Peniadaan
Peniadaan tampil di dalam kesadaran. Peniadaan terjadi
terus menerus. Hal ini menyebabkan manusia terus menerus
berbuat. Tiap perbuatan adalah perpindahan. Karenanya, ia
melupakan masa lampaunya untuk mencari yang “belum ada”
ata “yang tidak ada”.
Manusia berbeda dengan benda. Benda selalu dirinya
sendiri. (Batu tetap dirinya sendiri, batu). Manusia tidak demikian.
Karena kesadarannya manusia selalu berbuat. Dengan demikian
manusia memindahkan dirinya, meniadakan yang sudah ada,
170 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
menuju yang belum atau tidak ada secara bebas.
4. Free Will
Kesadaran menjadikan manusia bergerak, memindahkan yang
ada menuju yang belum ada. Untuk itu ia harus mengambil keputusan
sendiri. Ia harus berdiri tanpa bantuan. Ia harus menentukan nasibnya,
nasib sesama dan nasib dunia.
Menusia merasakan terhukum kepada kebebasan. Ia terpaksa
harus terus menerus berbuat, tetapi sia-sia. Inilah dampak kecemasan.
Dalam keadaan demikian, ia berusaha untuk bebas dari kecemasan
dengan mencoba menghindari kebebasan. Agar dapat melupakan
kebebasannya ia menyibukkan diri. Tetapi, lagi-lagi semuanya hanya
penipuan belaka. Karena, tidak mungkin manusia bebas dari kecemasan
atau ketakutan. Itulah sebabnya segala usaha manusia selalu menuju
kegagalan.
2. Ilmu Pengetahuan
Dunia diselidiki oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
menghadapi batas-batas yang tidak dapat ditembus. Di dalam
matematika orang dihadapkan kepada aksioma-aksioma yang tidak
dapat dibuktikan. Di dalam ilmu pengetahuan empiris dihadapkan
kepada keselarasan menghubungkan teori dengan kenyataan. Di dalam
filsafat orang menghadapi kesukaran tidaknadanya kesatuan sistem.
3.Eksistensi
Eksistensi diungkapkan dalam perbuatan sebagai pilihan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 171
kebebasan. Eksistensi selalu meliputi situasi tertentu dan terbatas,
juga selalu dilaksanakan dalam hubungan orang tertentu.
Eksistensi manusia tidak temporal, tidak terikat waktu dan tidak
terikat kepada situasi yang terbatas. Kita berada di dalam waktu
tetapi tidak terikat oleh waktu.
3. Filsafat Eleat
Tokoh : Xenophanes
Parmaenides
Zeno
Mellissos
Problem : Realisme dan Idealisme
4. Teori Kualitatif
Tokoh : Empedocles
Naxagoras
Leucippus
Problem : perubahan Absolut dan Perubahan Relatif
C. Triumvert Klasik
Tokoh : Sokrates
Plato
Aristoteles
Problem : Dualisme, Monisme, Idealisme,
Rasionalisme, dan Realisme
D. Filsafat Moral
Tokoh : Epicuros
Stoa
Problem : Hedonisme Individual dan Hedonisme
Sosial/Ultirainisme
Ilmu Eropa
Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat dewasa
ini berasal dari zaman Yunani Kuno.4 Filsafat ilmu sampai
tahun 1990-an telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi
satu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam.
Filsafat ilmu lazim dikenal sebagai sebuah kajian atau disiplin
ilmu tentang ilmu pengetahuan yang dikalim sebagai ilmu
Eropa.5 Ilmu adalah ciptaan bangsa Eropa. Meskipun
peradaban-peradaban lain memberikan berbagai kontrbusi yang
penting kepadanya, dan walaupun di masa kini semua bangsa
berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah
ciptaan Eropa dan koloni-koloni kulturalnya.6
Ilmu Eropa dapat dijelaskan melalui keadaan-keadaan
ketika para ilmuwan menggarap bahan-bahan yang diwarisi
selama dua fase berturut-tururt, fase renaisans dan fase
revolusi dalam Filsafat Alam. Hal itu mencakup prinsip-
prinsip dasar pengenalan dunia alamiah (natural world) melalui
argumen-argumen demostratif, prinsip yang pertama kali dicapai
oleh peradaban Yunani kemudian diadopsi oleh perdaban Islam.
Pada abad ke-17 M. terjadi perumusan kembali yang
radikal terhadap objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi
pengetahuan alamiah (the natural sciences). Objek baru adalah
fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiwi dan
spiritual. Metode-metode barunya merupakan penelitian yang
kooperatif. Sedangkan fungsi-fungsi barunya adalah gabungan
dan pengetahuan ilmiah serta kekuasaan industrial. Target
sasaran revalousi ini ialah pendidikan tradisional yanglebih tinggi
yang lazim dikenal Skolastik.
Para “nabi” dan tokoh-tokoh revolusioner abad ini adalah
Francis Bacon (di Inggris) dan Galileo Galilie (di Italia). Mereka
198 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memiliki tekad yang sama terhadap dunia alamiah dan studinya.
Mereka melihat alam sebagai sesuatu yang tidak mempunyai
sifat-sifat manusiawi dan spiritual. Tidaklah mungkin adanya
dialog dengan alam.
Tujuan-tujuan penelitian yang masih mempertahankan
pengaruh magis dalam idealisasi failosof tradisional digantikan
dengan dmoniasi alam demi keuntungan manusia. Pengetahuan
diharapkan akan lebih bermanfaat ketika dihadapkan kepada
perbaikan-perbaikan kecilindustri dan ilmu kedokteran, serta
tidak bersifat merusak.
Revolusi dalam filsafat mengubah bentuk ilmu Eropa
menjadi sesuatu yang unik. Di masa sekarang filsafat kemudian
disuntikkan ke dalam perkembangan ilmu yang sedang tumbuh
subur. Mulanya memang perlahan-lahan, tetapi kemudian
aktivitas sintesis mampu menciptakan satu jenis ilmu baru yang
ditandai dengan gaya baru aktivitas sosial dalam bidang
penelitian dengan jiwa menciptakan etos kerja yang
menentingkan kebaikan umum.
Keberhasilan filsafat baru itu terbukti nyata menjalang
akhir abad ke-17 M. Namun demikian, lagi-lagi yang mesti dicatat,
ilmu Eropa tetap berhutang budi pada keberhasilan-keberhasilan
masa lampau dan karakter khususnya yang mempunyai andil
pada metafisika dan metode-metodenya.
4. Abad ke-20
Di pertengahan abad ke-20 M. perdebatan dalam filsafat
ilmu menjadi semakin mendalam, rumit dan kritis. Tema-tema
utama perdebatan sebagian besar diperkenalkan dalam diskusi
periode sekitar tahun 1900. Di Inggris dikembangkan teori-teori
: possitivisme, empirisme, dan teori-teori epistemologis tentang
data-data indrawi. Di sisi lain, aliran yang lebih berorientasi aspek
kesejarahan, terutama Marxis Kritis menekankan
pengembangan dinamis karakter struktur-struktur dan
hubungan-hubungan sosial.
a. al-Kindi
Sejarawan menempatkan al-Kindi sebagai filosof Arab
pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu al-Nadhim mendudukkan
al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam
(natural philosophy).
Buku-buku al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang
ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik,
logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap al-Kindi sebagai
penterjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani
ke dalam Bahasa Arab.
Disamping sebagai penterjemah, al-Kindi menulis juga
berbagai makalah. Ibnu Al-Nadhim memperkirakan ada 200 judul
makalah yang ditulis Al-Kindi dan sebagian diantaranya tidak dapat
dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al-Kindi sangat
masyhur di Eropah pada abad pertengahan. Bukunya yang telah
disalin kedalam bahasa Latin di Eropah berjudul De Aspectibus berisi
uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat
Euclides, Heron dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum
pada berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
Beberapa kalangan beranggapan bahwa al-Kindi bukanlah
seorang filosof sejati. Ibrahim Madzkour, seorang sarjana filsafat
204 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
lulusan Peran-cis yang berasal dari Mesir, beranggapan bahwa
Al-Kindi lebih tepat dika-tegorikan sebagai seorang ilmuwan
(terutama ilmu kedokteran, farmasi dan astronomi) daripada
seorang filosof. Hanya saja karena Al-Kindi yang pertama kali
menyalin kitab Plato dan Aristoteles kedalam Bahasa Arab, maka
ia dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan
filsafat pada Dunia Islam dan kaum Muslimin. Meskipun pada
beberapa hal Al-Kindi sependapat dengan Aristoteles dan Plato,
namun dalam hal-hal tertentu Al-Kindi memiliki pandangan
tersendiri. Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles yang
menyatakan bahwa waktu dan benda adalah kekal. Dan untuk
membuktikan hal tersebut Al-Kindi telah menggunakan
pendekatan matematika. Al-Kindi tidak sepaham pula dengan
Plato dan Aristoteles yang menyatakan bahwa bentuk merupakan
sebab dari wujud, serta pendapat Plato yang menyatakan bahwa
cita bersifat membiakkan. Menurut Al-Kindi alam semesta ini
merupakan sari dari sesuatu yang wujud (ada). Semesta alam
ini merupakan kesatuan dari sesuatu yang berbilang, ia juga
bukan merupakan sebab wujud.
b. Al-Farabi
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam
kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof
itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhamad Iqbal.
Al-Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan
mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam.
Berbagai karangan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics,
First dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-Farabi kedalam
Bahasa Arab. Al-Farabi telah membicarakan berbagai sistem
logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Disamping
itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik
dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 205
sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al-
Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar guru pertama
diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al-Farabi yang dianggap cukup bernilai
adalah usahanya mengklassifikasi ilmu pengetahuan. Al-Farabi
telah memberikan definisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan
yang berkembang pada zamannya. Al-Farabi mengklassifikasi ilmu
kedalam tujuh cabang yaitu : logika, percakapan, matematika,
fisika, metafisika, politik dan ilmu fiqhi (hukum).
Ilmu percakapan (khithobah) dibagi lagi kedalam tujuh
bagian yaitu : bahasa, gramatika, sintaksis, syair, menulis dan
membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi dalam : ilmu
kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan
membaca dengan benar dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu
logika dibagi dalam 8 bagian, dimulai dengan kategori dan diakhiri
dengan syair (puisi).
Matematika dibagi dalam tujuh bagian yaitu : aritmetika,
geometri, astronomi, musik, hizab baqi (arte ponderum) dan
mekanika.
Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama
mengenai pengetahuan tentang makhluk dan bahasan kedua
mengenai filsafat ilmu.
Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan
menjurus pada etika dan politika. Perkataan politieia yang berasal
dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab menjadi
madani, yang berarti sipil dan berhubungan dengan tata cara
mengurus suatu kota. Kata ini kemudian sangat populer digunakan
untuk menyepadankan istilah masyarakat sipil menjadi
masyarakat madani.
Ilmu Agama dibagi dalam ilmu fiqh dan imu ketuhanan/
kalam (teologi).
Buku Al-Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah
diterjemahkan kedalam Bahasa Latin untuk konsumsi Bangsa
206 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Eropah dengan judul De Divisione Philosophae. Karya lainnya
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin berjudul De
Scientiis atau De Ortu Scientearum. Buku ini mengulas berbagai
jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik dan geologi.
c. Ibnu Sina
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna.
Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter
dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis
dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona di
Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam
Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi
di Eropah, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam
kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya
penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat.
Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat
sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu
pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan
kekuatan penyakit.
Kitab lainnya berjudul Al-Shifa diterjemahkan oleh Ibnu
Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth-Ben Daud) di
Toledo. Oleh karena Al-Shifa sangat tebal, maka bagian yang
diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu
logika, fisika dan De Anima.
Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat
teoritis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat
teoritis meliputi : matematika, fisika dan metafisika, sedang
bagian yang bersifat praktis meliputi : politik dan etika.
Dalam hal logika Ibnu Sina memiliki pandangan serupa
dengan para filosof Islam lainnyanya seperti Al-Farabi, Al-Ghazali
dan Ibnu Rushd, yang beranggapan bahwa logika adalah alat
filsafat, sebagaimana di tuliskan dalam syairnya :
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 207
Perlulah manusia mempunyai alat
Pelindung akal dari yang palsu
Imu logika namanya alat
Alat pencapai semua ilmu
e. Ibnu Rushd
Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol
meskipun seorang dokter dan telah mengarang Buku Ilmu
Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab
Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai
Aristoteles, yaitu : komentar besar, komentar menengah dan
komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam
tiga bahasa : Arab, Latin dan Yahudi. Dalam komentar besar,
Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite karya
Aristoteles dengan Bahasa Arab dan memberikan komentar pada
208 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-
nyebut Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar
kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan
filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati
dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing
kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta
kepada Khalifahh yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan
Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan
oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam
bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan
bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan
sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang
bernilai.
f. Al-Ghazali
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd
dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas
dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-
El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja
untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada
Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari
filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk
mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu
cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-
Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya
Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu
Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat
di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961)
menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd
merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung
oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 209
Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang
menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam
bermula dengan berkembangnya filsafat dan mengalami
kemunduran dengan kematian filsafat.
Bersamaan dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah
mengalami kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan
ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam seperti
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi
bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan
karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo,
ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada
Tahun 1130 – 1150 M.
Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke
Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh
hikayat Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris
menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin
dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury
pada tahun 1182.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam,
berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat
membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen,
sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209,
lalu disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang
melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia,
ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun 1214,
Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian
memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab
berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217
Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk
mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin
karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu
210 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael
Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah
berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de
coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk
menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa
Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di
Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan
oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti
Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan
di Jazirah Arab
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk
mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk
tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann
untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian
menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar
Syair karangan Ibnu Rushd.
Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu
Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab
tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada
Tahun 1328.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan
sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu
berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd
(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang
menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta
Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang
menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan
argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya
Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa
yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropah Barat pada
abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan
oleh filosof Islam.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 211
Uraian diatas menunjukkan kepada kita betapa besar
sumbangan peradaban Islam terhadap pengembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun
sampai saat ini masih terdapat kecenderungan untuk menafikan
pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan. Diantaranya sebagaimana ungkapan Rene
Sedillot, yang menyatakan bahwa sumbangsih peradaban Islam
terhadap peradaban umat manusia, hanyalah berupa pembakaran
perpustakaan dan penebangan hutan tanpa sejengkal tanah pun
ditanami.
Semangat mencari kebenaran yang dirintis oleh pemikir
Yunani dan hampir padam oleh karena jatuhnya Imperium
Romawi, hidup kembali dalam kebudayaan Islam. Wells (1951)
menyatakan bahwa jika orang Yunani adalah Bapak Metode
Ilmiah, maka kaum muslimin adalah Bapak Angkat Metode
Ilmiah. Metode Ilmiah diperkenalkan ke dunia barat oleh Roger
Bacon (1214 – 1294) dan selanjutnya dimantapkan sebagai
paradigma ilmiah oleh Francis Bacon (1561 – 1626).
Semangat para filosof dan ilmuwan Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat
ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala
hal, sampai ke Negeri Cina sekalipun, sebagaimana perintah Allah
SWT dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Mengenai pertentangan yang terjadi antara kaum filosof
dengan kaum tasawuf, mengenai alat yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran sejati, yang terus berlanjut hingga
saat ini, seharusnya dapat dihindari, bilamana kedua belah pihak
menyadari bahwa Tuhan telah menganugerahi manusia dengan
potensi akal (baca otak) dan hati/kalbu. Kedua potensi itu bisa
dimiliki oleh seseorang dalam kadar yang seimbang, namun dapat
pula salah satu potensi lebih berkembang daripada lainnya.
Orang yang sangat berkembang potensi akalnya, sangat
senang menggunakan akalnya itu untuk memecahkan sesuatu.
212 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Orang demikian ini lebih senang melakukan olah rasio daripada
olah rasa dalam pencarian kebenaran sejati dan sangat berbakat
menjadi pemikir atau filosof.
Sementara itu orang yang sangat berkembang potensi hati
atau kalbunya, sangat senang mengeksplorasi perasaannya untuk
memecahkan suatu masalah. Orang demikian ini amat suka
melakukan olah rasa daripada olah rasio, untuk menemukan
kebenaran sejati dan sangat berbakat menjadi seniman atau ahli
tasawuf.
Oleh karena itu seharusnya tidak perlu terjadi
pertentangan antara ahli filsafat dan ahli tasawuf, karena
keduanya adalah anugerah tuhan yang seharusnya diterima
dengan penuh rasa syukur. Seharusnya filosof dan ahli tasawuf
dapat hidup berdampingan dengan damai, dan saling melengkapi
diantara keduanya, sebagaimana cerita Ibnu Thufail dalam Hayy-
Ibnu Yakdzhan, yang telah diuraikan sebelumnya sebelumnya.
(Footnotes)
1
The Liang Gie, Sejarah Ilmu, Yogjakarta : Sabda Persada, 1988, . 29.
2
Jerome R. Revertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, terj.,
Yogjakarta, Pustaka Pelajar, h. 7.
3
Ravertz, Op. Cit., h. 19.
4
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogjakarta : Liberti, 200, h. 1.
5
Ibid., h. 65.
6
Ravertz, Op. Cit.., h. 27.
7
Joseph A. Byrnes, “The 17th Century”, dalam, J. Sherwood Weber, ed., Good
Reading, 1980. h. 48.
214 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
SINOPSIS SINGKAT
SINGKAT
PEMIKIRAN PARA FILSUF
G. W .F
.F.. Hegel (1770-1831, filsuf Jerman, pendiri Idealisme
W.F
Absolut)
Baginya, “yang riil adalah yang rasional” dan “akal budi
adalah prinsip formatif dari semua kenyataan”. Tujuan sejarah
adalah pembebasan Roh dari keterikatannya dalam alam guna
mencapai “Yang Absolut”, kesatuan organis yang meliputi segala
sesuatu dan sadar diri. Individu sebagai individu tidaklah penting.
la terkenal karena analisis dialektisnya tentang sejarah dan ide-
ide, dimana ia merunut bagaimana suatu pendirian atau lembaga
yang terdahulu dirongrong dan mengarah untuk melampaui
dirinya sendiri dan menuju sintesis baru.
3. Filsafat Eleat
Tokoh : Xenophanes
Parmaenides
Zeno
Mellissos
Problem : Realisme dan Idealisme
4. Teori Kualitatif
Tokoh : Empedocles
Naxagoras
Leucippus
Problem : perubahan Absolut dan Perubahan Relatif
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 235
5. Teori Kuantitatif
Tokoh : Demokritos
Problem : Atomisme
C. Triumvert Klasik
Tokoh : Sokrates
Plato
Aristoteles
Problem : Dualisme, Monisme, Idealisme,
Rasionalisme, dan Realisme
D. Filsafat Moral
Tokoh : Epicuros
Stoa
Problem : Hedonisme Individual dan Hedonisme
Sosial/Ultirainisme
ISBN` 978-602-9223-04-0
Pengantar Ke Filsafat,
Pengantar Buku
Ke Filsafat, Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN239i
IAIN/UIN
Mahasiswa
ii
240 Pengantar
PengantarKe
KeFilsafat,
Filsafat,Buku
Buku Daras Mahasiswa
Daras Mahasiswa IAIN/UIN
IAIN/UIN
DAFTAR ISI
DAFTAR
KATA PENGANTAR........................ i
AR AWAL
PENGANTAR
PENGANT
Pengantar KeKe
Pengantar Filsafat, Buku
Filsafat, Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN
Mahasiswa IAIN/UIN 241
iii
BAGIAN KEDUA
BAB I PENGERTIAN, RUANG LINGKUP
DAN METODE FILSAFAT ...... 115
BAB II PROBLEM AWAL FILSAFAT ......................... 120
BAB III SOKRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES ............ 123
BAB IV HELLENISME ....................................... 136
BAB VII MASA MODERN (MENUJU RENAISAN) .............. 148
BAB IX POSSITIVISME........................ 153
BAB XI FENOMENOLOGI ......................... 162
BAB XII EKSISTENSIALISME .................................... 165
SUPLEMEN FILSAF
FILSAFAAT DALAM BINGKAI SEJARAH
BAB I Peradaban Islam ................ 179
BAB III Mengenal Metode Pemikiran Islam .............. 183
BAB IV MATEMATIKA ISLAM .............. 189
iV
242 Pengantar KeKe
Pengantar Filsafat,
Filsafat,
Buku Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN
Mahasiswa IAIN/UIN