Anda di halaman 1dari 242

PENGANTAR AWAL

PENGANTAR

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 1


2 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB I
TRADISI FILSAFAT
FILSAFA

Tradisi filsafat bermula muncul di pesisir Samudera


Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 Sebelum Masehi.
Sedangkan bagian Timur ini merupakan wilayah Asia. Oleh
karenanya dalam dunia filsafat terkenal adanya istilah “kearifan
timur” sebagai the ancient wisdom, karena memang awal mula
munculnya tradisi filsafat adalah dari dunia Timur. Lalu dari Asia
Minor yang berada di Barat Asia berpindah ke Aegen –yang
bagian Utara dan Baratnya adalah daratan Yunani. Beberapa
abad lamanya, tanah Yunani inilah yang menjadi tempat
bersemainya filsafat.
Tradisi filsafat mulai merambah kembali ke daerah Timur
ketika Iskandar Agung berkuasa sekitar 332 SM di Iskandariah,
dan memuncak pada 529 M. Iskandariah merupakan bagian dari
Mesir saat ini. Lalu ketika Mesir takluk pada bangsa Arab pada
641 Munasabah di bawah pimpinan ‘Amr bin ‘Ash, Iskandariah
tetap menjadi kota budaya yang mengembangkan tradisi filsafat
filsafat,
sains, dan kedokteran.
Perdebatan rasional-filosofis dalam tradisi Islam
sebenarnya sudah dimulai pada permulaan abad munculnya
Islam, yakni sekitar akhir abad ke-6 dan ke-7 yang diawali oleh
aliran-aliran teologis dalam Islam, terutama aliran Mu’tazilah.
Namun pembahasan yang mereka lakukan hanya terbatas pada
permasalahan ketuhanan dalam bingkai agama. Permasalahan

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 3


lain seperti realitas alam, manusia, dan kehidupan belum banyak
mereka bicarakan dengan pemikiran yang radikal.
Pengaruh filsafat Yunani yang cukup signifikan terjadi
pada corak pemikiran filosofis Islam, berlangsung melalui proses
penerjemahan, transferensi, dan anotasi yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh filosof muslim. Banyak sekali buku-buku yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan cukup mempengaruhi
corak pemikiran para filosof muslim, di antaranya Timaeus karya
Plato; Analytica Posteriora, Categories, Hermeneutica,
Generation and Corruption dan Nicomachean Ethics karya
Aristoteles; Isagoge karya Porphyry, dan Synopsis of the Ehtics
karya Galen. Semua itu dilakukan pada masa kekuasaan
‘Abbasiyah.
Tradisi penulisan filsafat secara sistematis baru dimulai
pada abad ke-9 di kawasan masyriq Islam, oleh Abu Yusuf
Ya’qub al-Kindi (w. 866 M). Lalu berlanjut pada beberapa tokoh
yang semakin hari menampakkan kegemilangan filsafat Islam,
seperti Abu Bakar al-Razi (w. 925/932/935 M), al-Farabi (w. 950
M), Ibn Sina (w. 1037 M), Ibn Miskawaih (w. 1030 M), dan al-
Ghazali (w. 1111 M).
Berlanjut setelahnya, filsafat Islam pun berkembang di
wilayah maghrib dengan beberapa tokohnya seperti Ibn
Masarrah (w. 931 M), Ibn Bajjah (w. 1139 M), Ibn Thufail (w.
1185), Ibn Sab’in (w. 1270 M) dan berpuncak pada Ibn Rusyd (w.
1198 M) serta Ibn Khaldun (w. 1406 M).
Selama ini berkembang asumsi ahistoris yang
disuarakan dengan gencar oleh sebagian ahli filsafat dan para
sejarawan, bahwa kajian filsafat Islam telah mati seiring dengan
meninggalnya Ibn Rusyd.
Asumsi semacam ini, pertama lahir dari studi-studi
filsafat Islam yang cenderung terlalu mengagungkan (atau
menyimpulkan) bahwa puncak filsafat Islam terletak pada
perdebatan filosofis-historis (dialektis) antara al-Ghazali (1059-
4 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
1111 M) yang menyerang Ibn Sina sebagai pendiri mazhab
parepatetik dalam filsafat Islam, dengan Ibn Rusyd (1126-1198
M). Sehingga ketika keduanya wafat, maka tradisi filsafat Islam
diasumsikan mati.
Kedua, sebagian besar pengamat filsafat menganggap
bahwa dialektika filosofis antar Ibn Sina-al-Ghazali-Ibn Rusyd
merupakan sebuah pertentangan. Padahal jika kita cermati secara
jeli, dialektika yang berlangsung antara mereka merupakan
sebuah upaya untuk mempertegas arah dan posisi filsafat Islam,
dan pada saat yang sama terdapat nilai-nilai yang mesti dipertegas
antara nilai-nilai keIslaman dan nilai-nilai filosofis.
Kritik al-Ghazali terhadap Ibn Sina dan kaum Parepatetik
mesti kita dudukkan sebagai usaha besar untuk merubah
kecenderungan filsafat Islam, dari klaim-klaim menggelitik
tentang filsafat Islam ( filsafat Islam hanyalah sebagai
filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
) ke arah filsafat Islam yang khas. Sedangkan usaha kritik-balik
yang dilancarkan oleh Ibn Rusyd adalah sebuah upaya bahwa
kaum muslim harus benar-benar serius dalam mengedepankan
nilai-nilai filosofis dalam filsafat Islam secara mandiri.
Ketiga, pada umumnya, para pengamat sejarah filsafat
Islam cenderung melupakan adanya sinergitas dan kontinuitas
tradisi filsafat Islam di belahan dunia muslim lainnya. Yakni ketika
mereka membatasi kajian filsafat Islam pada tokoh-tokoh dari
al-Kindi sampai al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
Pandangan ahistoris semacam ini mesti lekas kita tolak,
karena pada kenyataannya filsafat Islam terus berkembang
terutama dikembangkan di sebagian besar wilayah timur dan
beberapa kecil di maghrib. Ada beberapa tokoh yang terus
melanjutkan tradisi filosofis dalam Islam meski lahir dengan
berbagai perbedaan coraknya, seperti Syihab al-Din Suhrawardi
(w. 1191 M) yang mendirikan mazhab filsafat Illuminasionisme,
Muhy al-Din Ibn ‘Arabi (w. 1240 M) yang memiliki corak teosofi/
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 5
’irfani (gnostisisme) di maghrib.
Ajaran-ajaran Ibn ‘Arabi ini ternyata lebih berkembang di
daerah Persia dengan tokoh-tokohnya semacam Shadr al-Din
Qunawi (w. 1274 M), Quthb al-Din al-Syirazi (w. 1311 M). Bahkan
sampai ke Turki melalui Jalal al-Din Rumi (1273 M). Tradisi
Illuminasionisme berkembang melalui Syahrazuri (w. 1288 M),
Ibn Kammunah (w. 1284 M), Sayyid Haydar Amuli (w. 1385 M),
dan Mir Damad (w. 1631 M). Mazhab filsafat peripatetik terus
berlanjut melalui Nashir al-Din al-Thusi (w. 1274 M).
Puncak dari semua aliran filsafat ini berada di tangan
Shadr al-Din al-Syirazi (w. 1637 M) yang mencoba memadukan
semua aliran filsafat Islam yang ada sebelumnya di bawah nama
al-Hikmah al-Muta’aliyah atau Teosofi Transenden .
Setelahnya tradisi filsafat Islam tidak pernah padam bahkan
sampai abad modern.

6 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB II
ARTI FILSAFAT
FILSAFA

Philos berarti sahabat atau kekasih, sedangkan la mi


memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan. Dengan
demikian maka arti dari kata philosophia adalah cinta
pengetahuan. Atau dengan kata lain la juga diartikan sebagai
orang yang senang mencari ilmu dan kebenaran .Plato dan
Socrates dikenal sebagai philosophos (filsuf) yaitu orang yang
cintai pengetahuan.
Sebelum Socrates, ada juga sekelompok orang yang
menamakan diri mereka sebagai kelompok sophist yaitu
kelompok para cendikiawan. Kelompok ini menjadikan
pandangan dan persepsi manusia sebagai suatu hakikat
kebenaran, tapi karena kelompok ini sering keliru dalam
memberikan argumennya maka lambat laun istilah sophist
keluar dari arti aslinya dan berubah menjadi seseorang yang
menggunakan argumen yang keliru (paralogisme) .
Sebagaimana kata sophist yang mengalami perubahan
arti, lambat laun kata philosophos (filsuf) pun akhirnya berubah
arti yakni menjadi lawan kata sophist. Dengan perubahan ini
maka terjadi juga pergeseran arti kata philosophos dari ‘pencinta
pengetahuan/ilmu’ menjadi seseoarang yang berpengetahuan
tinggi. Sedangkan philosophia (filsafat) berubah menjadi
sinonim dengan ilmu.
Dan perlu untuk kita ingat bahwa kata filsuf (philosophos)
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 7
dan filsafat (philosophia) ini baru menyebar luas setelah masa
Aristoteles. Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah ini
(philosophia atau philosophos) dalam literaturnya.
Setelah masa kejayaan romawi penggunaan istilah
filsafat berikutnya mendapat perhatian besar dari kaum muslimin
di arab. Kata falsafah (hikmah) atau filsafat kemudian mereka
sesuaikan dengan perbendaharaan kata dalam bahasa arab, yang
memiliki arti berbagai ilmu pengetahuan yang rasional.
Ketika kaum muslimin arab saat itu ingin menjabarkan
pembagian ilmu menurut pandangan Aritoteles, mereka
(muslimin arab) kemudian mengatakan bahwa yang disebut
dengan pengetahuan yang rasional adalah pengetahuan yang
memiliki dua bagian utama, yaitu Filsafat teoritis dan Filsafat
praktek.
Filsafat teoritis adalah filsafat yang membahas berbagai
hal sesuai dengan apa adanya, sedangkan filsafat praktek adalah
pembahasan mengenai bagaimanakah selayaknya prilaku dan
perbuatan manuasia.
Filsafat teoritis kemudian dibagi menjadi 3 bagian yaitu
: filsafat tinggi (teologi), filsafat menengah (matematika) , dan
filsafat rendah (fisika). Filsafat tinggi (ilahiah) ini kemudian
dibagi lagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah filsafat yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang umum dan yang
kedua adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-
masalah khusus.
Dari sekian pembagian ilmu dan pembahasan yang
membicarakan filsafat, agaknya ada satu hal yang mendapat
porsi lebih utama dari yang lainnya, dan yang satu hal ini dinamai
dengan berbagai macam nama yang maksudnya tetap sama yaitu
, filsafat tinggi (’uyla), filsafat utama (aula), ilmu tertinggi ( a’la),
ilmu universal (kulli), teologi (ilahiyah), dan filsafat metafisika.
Ketika perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih
tercurah pada masalah filsafat tinggi, maka akhirnya kita melihat
8 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
arti filsafat menurut para filsuf kuno yang terbagi menjadi dua.
Pertama adalah arti yang umum yaitu berbagai ilmu
pengetahuan yang rasional. Kedua adalah arti khusus, yaitu :
ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan (ilahiyah) atau
filsafat tinggi yang nota bene adalah pecahan dari filsafat
teoritis.
Sekarang kita menemukan istilah umum dan khusus.
Filsafat menurut istilah umum adalah ilmu pengetahuan yang
rasional, sedangkan menurut pendapat yang tidak umum filsafat
adalah ilmu yang oleh orang-orang kuno disebut sebagai filsafat
tinggi, filsafat utama, ilmu tertinggi, ilmu istimewa, atau ilmu
Ilahiyah.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 9


BAB III
METODE FILSAFAT
FILSAFA

Filsafat dan hikmah secara umum memiliki berbagai


macam pembagian sesuai dengan bidang pembicaraannya,
namun dari sisi metode dikenal ada empat macam metode yang
paling populer, yaitu metode argumentatif, intuitif, ekprimental
dan dialektis.
Metode argumentatif bekerja dengan penekanan kepada
silogisme berpikir, artinya metode ini bekerja dengan menitik
beratkan penelaahan kepada hal-hal yang bersifat umum
(universal) terlebih dahulu, baru kemudian ke hal-hal dibawahnya
yang lebih khusus, dan kemudian baru bisa mengambil satu
kesimpulan (natijah, conclution) sebagai hasil akhirnya.
Ciri khas dari argumentatif ini adalah konsistensinya
terhadap penggunaan penalaran (rasio) sebagai pijakan, baik
argumentatif rasional maupun demonstratif rasional. Kegunaan
dari metode semacam ini adalah untuk mengetahui dan mengukur
hal-hal yang nyata-nyata tidak bisa terlihat dan terdengar dengan
panca indra kita.
Metode intuitif. Metode intuitif ini lebih ‘lengkap’ dalam
menggunakan alat kerjanya. Ini bisa dilihat dari tambahan alat
yang dimilikinya yaitu cita rasa (dzawq) , inspirasi (ilham), dan
pencerahan (isyraq) sebagai alat kerja tambahannya selain
penggunaan argumentasi rasional dan demonstrasi rasional.
Dalam memutuskan satu perkara, penganut metode intuitif
10 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dikenal lebih banyak menggunakan inspirasi (ilham) sebagai
dasar keputusan nya dibandingkan dengan penalaran (rasio).
Penggunaan ilham adalah ciri khas dari metode intuitif.
Lain lagi dengan metode yang ketiga, yaitu eksprimental.
Metode ini sangat digemari oleh masyarakat modern sekarang
ini, Cara kerja metode ekprimental ini lebih ‘gampang’ disajikan
karena metode ini hanya mengandalkan panca indra sebagai alat
kerjanya. Metode ekprimental tidak memerlukan pemikiran yang
njlimet semacam silogisme (deduksi) dan inspirasi (ilham)
sebagai pijakannya dalam menghasilkan pengetahuan.
Urusannya hanya dengan uji coba dan pembuktian dengan panca
indra sampai terbukti dan membentuk filsafat.
Tidak perlu repot-repot harus tahu dulu asal usul suatu
objek secara universal. Penguna metode ekprimental ini cukup
mengambil sample dari objek yang akan diteliti. Misalnya, ambil
kaca pembesar atau bawa kelaboraterium atau bawa kedepan
orang ramai, diuji, dicoba, diuji, dilihat, dipikirkan sebentar, uji
lagi… ngobrol sebentar…uji lagi, lihat, saksikan, rasakan dan
selesai. Hubungkan satu sama lain sampai tercipta suatu
pengetahuan.
Metode ekprimental ini sangatlah membantu peradaban
dunia. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa revolusi industri dan
teknologi saat ini tidak terlepas dari kekuatan metode ini. Namun,
selain mempunyai kelebihan terhadap revolusi industri dan
telekomunikasi, metode ini juga memiliki dua kelemahan vital.
Pertama metode eksprimental ini tidak mempunyai kemampuan
untuk menguji hal-hal yang tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh
panca indera. Kedua, metode ini juga tidak mampu untuk
mengukur hal-hal yang terhalang dengan masa (zaman) seperti
misalnya, kapankan alam semesta ini bermula dan dimanakah
letak tempatnya alam semesta ini berakhir?
Metode yang ke empat, yaitu metode dialektis. Dialektis
lebih menekankan kepada apa-apa yang disebut sebagai hal
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 11
yang yang populer atau figurcentris mengenai berbagai
permasalahan alam dan universal. Metode ini banyak menjadi
perbincangan di kalangan ahli logika karena melibatkan banyak
premis-premis yang memerlukan rumusan tersendiri. Pada metode
ini banyak terjadi polemik antara ahli kalam dan ahli tawawuf
dengan filsuf.

12 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB IV
METAFISIKA
METAFISIKA

Aristoteles adalah orang yang pertama sekali memahami


sederet persoalan yang tidak ada hubungannya dengan
pengetahuan yang sudah dikenal pada masa itu seperti
matematika, etika, sosial, pengetahuan alam ataupun logika.
Persoalan persoalan yang ditemukan ini disadarinya sebagai inti
dari semua yang daripadanya kemudian diketahui hubungan dan
keterpisahan persoalan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
Persoalan ilmu ini dikemudian hari semakin luas seiring
dengan pengamatan yang semakin intensif terhadapnya.
Sehingga Aristoteles merasa perlu untuk memisahkan ilmu ini
dari ilmu-ilmu yang sudah dikenal saat itu karena ilmu ini memiliki
sisi khusus disisi berbagai ilmu lainnya. Tetapi perlu diingat,
bahwa saat itu Aristoteles tidak memberikan nama untuk jenis
ilmu ini sampai dia meninggal.
Setelah Aristoteles meninggal barulah orang-orang
mengumpulkan hasil karyanya ini dan disusun dalam sebuah
ensiklopedia. Dari sisi urutannya, bahasan yang belum diberi
nama tadi terletak setelah bagian ilmu fisika (ilmu alam) . Dari
urutan tadi dan dikarenakan memang belum diberi nama, maka
mereka saat itu memberikannya nama sesuai dengan urutannya,
yaitu ’setelah fisika’ atau ‘metafisika’ , yang terambil dari kata
‘meta’= setelah dan ‘fisika’ = fisika.
Namun apa yang terjadi kemudian sebagaimana yang kita

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 13


saksikan sekarang, lambat laun orang-orang mulai lupa akan
‘cerita penamaan’ terhadap ilmu (metafisika) ini. Mereka lupa
bahwa nama metafisika adalah penamaan terhadap ilmu yang di
urutkan berdasarkan ensiklopedia yang berarti setelah fisika.
Setelah pembahasan filsafat rendah (filsafat fisika ) dan bukan
karena ilmu ini semata-mata membahas Akal Murni, Tuhan dan
segala sesuatunya yang diluar jangkauan ilmu alam (fisika).
Karena kalau alasannya adalah karena ilmu ini membahas
tentang ketuhanan saja, maka seyogyanya ilmu ini dinamakan
PROFISIKA atau sebelum fisika, karena Tuhan sesungguhnya
jauh sebelum adanya alam dan fisika, dan bukan sesudahnya.
Karena kekeliruan dalam pendefinisian verbal itu, maka
sampai sekarang masih banyak ilmuwan barat yang mengatakan
bahwa ilmu metafisika adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan atau sesuatu yang
tidak bisa dilihat dan diraba secara fisik / terpisah dari alam
material.
Padahal jelas Aristoteles sendiri tidak menamakan
demikian terhadap fenomena keterhubungan dan keterpisahan
antara satu ilmu dengan yang lainnya itu yang diketahui sebagai
pusat faktor keterkaitan dan keterpisahan antara alam materi
dan non materi.
Rene Descartes dari Perancis dan Francis Bacon dari
Inggris mengumandangkan sanggahan mereka terhadap metode
deduktif (silogistik), dimana mereka berpendapat bahwa apa-
apa yang tidak bisa dibuktikan dengan eksperimen maka semua
ke apaan itu adalah tidak masuk akal, tidak termasuk kedalam
ilmu yang dikatagorikan sebagai ilmu yang mempunyai
kebenaran. Dengan sendirinya ilmu semacam itu diangap tidak
berlaku karena tidak mempunyai kaidah dasar yang jelas.
Menurut mereka tidak ada itu yang namanya filsafat utama,
filsafat tinggi, metafisika atau apapun namanya.
Setelah kelompok yang menentang keras filsafat tinggi
14 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
ini ada juga kemudian kelompok lainnya yang sedikit lebih
bersahabat dengan metode silogisme. Mereka mengatakan bahwa
apa apa yang BISA dibuktikan dengan eksperimen mereka sebut
dengan ilmu science dan apa apa yang harus menggunakan
metode silogisme seperti metafisika, etika, estetika, logika dan
akhlak mereka namakan filsafat.
Penyempitan definisi verbal itu mulai terjadi, dimana
filsafat yang tadinya didefinisikan oleh cendikiawan kuno sebagai
nama umum untuk semua ilmu pengetahuan yang bisa dicerna
oleh rasio, yaitu filsafat tinggi (teologi), filsafat menengah
(matematika) dan filsafat rendah (fisika), kini menyempit
menjadi nama khusus untuk ilmu yang membahas etika, estetika,
dan logika. Alhasil terjadilah pemisahan antara filsafat dan Ilmu
pengetahuan akibat kekeliruan definisi verbal ini.
Ini sangat menggangu khasanah ke ilmu-an, karena yang
dipotong bukan saja arti verbalnya tapi sudah menjadi salah
kaprah. Perpisahan ini bukan hanya pada istilah tapi juga ‘isi’.
Berbeda dengan ilmu-ilmu kuno lainnya semisal ilmu
kedokteran, ilmu kedokteran kuno demikian dan ilmu kedokteran
modern begini, ilmu botani kuno begini dan modern begitu.
perbedaannya hanya kepada jenis alat yang dipakai dan metode
aplikasinya. Tetapi tetap sama-sama ilmu kedokteran dan ilmu
botani. Sedangkan filsafat BEDA JAUH, terjadi perbedaan antara
filsafat kuno dan filsafat modern dalam arti yang terpisah, filsafat
kuno membahas semua hal dan filsafat modern membahas hal
khusus.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 15


BAB V
FILSAFAT DAN SAINS
FILSAFA

Dibarat dewasa ini filsafat – khususnya metafisika –


dianggap bukanlah sebagai sains. Sebagaimana yang dikatakan
August Comte, bahwa filsafat dalam bentuk metafisika adalah
fase kedua dalam perkembangan manusia, setelah agama yang
disebut sebagai fase pertamanya. Adapun yang disebut dengan
fase ketiga atau fase yang paling modern dalam perkembangan
manusia adalah sains yang bersifat positivistik ( yang dapat
dilihat oleh indra lahir manusia ).
Karena sains merupakan perkembangan terakhir – fase
ketiga- maka manusia modern harus meninggalkan fase-fase
sebelumnya yang dianggap sudah kuno seperti fase agama -
teologis- dan metafisika filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan
sebagai manusia modern.
Berbeda dengan apa yang terjadi dibarat, dalam tradisi
ilmiah Islam filsafat tetap dipertahankan hingga kini dalam posisi
ilmiahnya yang tinggi sebagai sumber atau basis bagi ilmu-ilmu
umum yang biasa kita sebut sebagai sains, yakni cabang-cabang
ilmu yang berkaitan dengan dunia empiris, dunia fisik.
Dalam tradisi Islam, Filsafat adalah induk dari semua ilmu
yang menelaah ilmu rasional (aqliyyah) seperti metafisika, fisika
dan matematika. Adapun ’sains’ dalam tradisi ilmiah Islam adalah
termasuk kedalam kelompok ilmu rasional dibawah ilmu-ilmu
16 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
fisik, sehingga mau tidak mau sains harus tetap menginduk
kepada filsafat, khususnya kepada metafisika filsafat. Alih-alih
sains dikatakan terlepas dari filsafat sebagaimana yang disinyalir
oleh August Comte, filsafat justru dipandang sebagai induk dari
sains.
Para Filosof Muslim memandang bahwa terdapat sumber
abadi dan sejati bagi segala apapun yang ada dijagad raya ini,
yang pada gilirannnya akan dijadikan sebagai objek penelitian
ilmiah. Sumber sejati ini penting dibicarakan untuk mengetahui
asal usul dari objek apapun yang akhirnya kita pilih untuk diteliti,
tak terkecuali objek-objek fisik. Tanpa sumber sejati seperti yang
disebutkan diatas maka tidak mungkin ada apapun yang bisa
kita jadikan sebagai objek penelitian kita.
Tuhan, itulah sumber sejati yang dimaksud, darimana
segala sesuatu itu berasal.
Dalam Islam, alam raya ( yang akan dijadikan objek
penelitian oleh sains) disebut sebagai ayat atau tanda-tanda
Tuhan. Menurut Muhammad Iqbal, alam tak lain adalah medan
kreativitas Tuhan. Oleh karena itu barang siapa saja yang meneliti
dan mengadakan kajian terhadap alam semesta, maka
sesungguhnya dia sedang melakukan penelitian terhadap cara
Tuhan bekerja dalam penciptaan atau dalam bahasa yang lebih
populer, maka sesungguhnya orang (sains) tersebut sedang
melakukan penelitian tentang sunnatullah.
Dengan melihat apa yang dikatakan Muhammad Iqbal
tersebut, maka seharusnya setiap orang yang mengadakan kajian
dan penelitian terhadap alam maka seyogyanya makin
bertambahlah kepercayaannya (imannya) kepada sang Pencipta
(Tuhan) dan bukan malah sebaliknya seperti yang sering terjadi
didunia barat dimana mereka malahan berusaha menyingkirkan
Tuhan dari arena penelitiannya.
Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga
bisa dijadikan sebagai basis moral bagi ilmu dengan alasan bahwa
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 17
tujuan menuntut ilmu dari sudut aksiologis adalah untuk
memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang menuntutnya.
Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang
mempelajari sebab pertama atau Tuhan, yang menempati derajat
tertinggi dari objek ilmu. Oleh karena itu sudah semestinyalah
jika metafisika dijadikan basis etis peneletian ilmiah karena ilmu
ini akan memberikan kebahagiaan kepada siapa saja yang
mengkajinya.
Perlu kita ingat kembali, bahwa dalam tradisi ilmiah Islam,
filsafat dianggap sebagai sumber segala ilmu rasional (aqli)
seperti matematika, fisika dan metafisika serta sub-devisi-sub-
devisi mereka seperti :
Sub-devisi Matematika :
Aritmatika-Geometri-Aljabar-Musik-Astronomi dan
Teknik.
Sub-devisi Fisika :
Minerologi-Botani-Zoologi-Anatomi-Kedokteran dan
Psikologi
Sub-devisi Metafisika :
Ontologi-Teologi-Kosmologi-Antropologi-Eskatologi.

Maka dari itu, tidaklah mengherankan kalau filosof besar


jaman dulu seperti Ibnu Sina dan Mulla Sadra menguasai bukan
hanya metafisika filsafat tetapi juga seluruh cabang ilmu rasional
dan sub-devisi-sub-devisinya. Tiba kepada kita sekarang ini,
bagaimana mungkin kebanyakan dari mereka (orang barat)
malah menyingkirkan induk ilmu (filsafat) itu dari sains yang
jelas-jelas merupakan anak kandung dari filsafat iitu sendiri

18 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB VI
FILSAFAT DAN T
FILSAFA ASA
TASAWUF
ASAWUF

Tasawuf dipahami sebagai mistisisme Islam -kadang


disebut juga Sufisme- karena dinisbatkan kepada ahli tasawwuf
yang disebut sufi. Tasawuf dimasukkan oleh Ibn Khaldun ke
dalam kelompok ilmu-ilmu naqliyyah (agama). Sebagai salah
satu ilmu naqliyyah, maka tasawuf, didasarkan pada otoritas
al-Qur’an dan al-Hadits, dan bukan pada nalar rasional seperti
filsafat.
Tasawuf dan Filsafat memang bisa kita bedakan, karena
sementara yang pertama bertumpu pada wahyu dan penafsiran
esoterik (batini) sedangkan yang kedua bertumpu pada akal.
Meskipun demikian, tidak selalu berarti bahwa kedua disiplin ini
bertentangan satu sama lainnya. Walapun untuk kebanyakan
orang, filsafat akan terasa aneh karena mereka hanya
menafsirkan agama secara harfiah atau eksoterik.
Menurut Ibn Rusyd, kalau terkesan bahwa filsafat seolah-
olah bertentangan dengan agama, maka kita harus melakukan
ta’wil kepada naskah-naskah agama. Alasannya adalah karena
naskah-naskah agama bersifat simbolis dan kadang memiliki
banyak makna.
Dari sudut boleh tidaknya penafsiran eksoterik atau ta’wil,
maka filsafat dan tasawuf, seiya-sekata. Tetapi dilihat dari
metode penelitiannya maka keduanya berbeda.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 19
Filsafat memanfaatkan dimensi rasional pengetahuan,
sementara tasawuf dimensi spiritual. Namun, karena keduanya
(dimensi rasional dan spiritual) adalah dimensi sejati dari
kebenaran sejati yang sama, maka keduanya berpotensi untuk
saling melengkapi.
Menurut Al-Farabi dan Ibn Sina, sumber pengetahuan para
filosof dan para nabi (termasuk para sufi), adalah sama dan satu,
yaitu akal aktif (al-’aql al-fa’al), atau malaikat Jibril dalam
istilah agamanya. Hanya saja sementara para filosof mencapai
pengetahuan darinya (akal aktif) melalui penalaran akal-beserta
latihan yang intensif, sementara para Nabi (sufi) memperolehnya
secara langsung tanpa perantara.
Sementara itu, untuk memperoleh pengetahuan para filosof
menggunakan penalaran diskursif, para Nabi (sufi)
menangkapnya lewat daya mimitik imajinasi (menurut Al-Farabi)
atau akal suci atau intuisi (menurut Ibn Sina).
Sehingga bisa kita saksikan bahwa, bahasa filsafat bersifat
rasional, sementara bahasa profetik/mistik bersifat simbolis dan
mistis. Namun menurut kedua filosof muslim tersebut, baik
filsafat maupun tasawuf berbicara tentang kebenaran yang sama.
Hanya saja mereka menggunakan cara dan bahasa yang berbeda.
Perbedaan yang mencolok antara modus pengenalan
rasional dan pengenalan intuitif atau mistik adalah, bahwa
pengetahuan akal membutuhkan “perantara”, berupa konsep atau
representasi-semisal kata-kata atau simbol-untuk mengetahui
objek yang ditelitinya. Dan mungkin karena itu, maka modus
pengenalan rasional (falsafi) disebut ilmu hushuli (acquired
knowledge).
Untuk mengetahui pikiran seorang misalnya, kita harus
mempelajari pikiran-pikirannya dengan membaca tulisan-tulisan
atau mendengarkan ceramah-ceramahnya. Berbeda, tentunya,
dengan orang itu sendiri, ketika ia ingin memahami pemikiran-
pemikirannya sendiri, ia tidak perlu atau tergantung pada kata-
20 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
katanya, karena orang itu dapat memahaminya dengan begitu
saja, tanpa representasi apapun.
Oleh karena sifatnya yang tidak langsung itulah, maka
pengetahuan rasional tidak bisa betul-betul menangkap objeknya
secara langsung. Modus pengetahuan seperti itu, menurut Rumi,
akan sama dengan orang yang berusaha memetik setangkai
bunga mawar dari “M.A.W.A.R.”
Anda, kata Rumi, “tidak akan mampu memetik mawar dari
M.A.W.A.R., karena anda baru menyebut namanya. Cari yang
empunya nama!”.
Berbeda dengan modus pengenalan rasional, pengenalan
intuitif atau mistik (seperti yang dialami oleh para Sufi atau nabi)
bersifat langsung, dalam arti tidak butuh pada simbol atau
representasi apapun. Ia tidak butuh pada bacaan, huruf atau
bahkan konsep dan sebangsanya.
Contoh yang mudah dari pengenalan seperti ini adalah,
misalnya, pengetahuan kita tentang diri kita sendiri, atau yang
biasa disebut self-knowledge. Untuk mengetahui diri kita sendiri,
apakah kita perlu perantara, seperti halnya ketika kita hendak
mengerti orang lain? Tentu saja tidak.
Kita tahu tentang diri kita-dengan begitu saja, karena
keinginan kita dengan diri kita adalah satu dan sama. Pikiran
kita misalnya, bahkan bisa dikatakan telah menyatu dengan diri
kita. Ia hadir dan dan tidak bisa dipisahkan lagi dari diri kita.
Itulah sebabnya, mengapa modus pengenalan ini disebut ilmu
hudhuri (knowledge by presence / presential knowledge).
Karena objek yang diteliti (misalnya pikiran atau
keinginan) telah hadir dalam diri kita, bahkan telah menyatu
dalam diri kita, maka terjadi kesatuan (identitas) antara subjek
dan objek, antara yang berpikir dengan yang dipikirkan, antara
alim dan maklum. Akibatnya, maka pengetahuan kita tentang
objek tersebut (yang tidak lain dari pada diri kita sendiri) adalah
sama dan satu. Di sini kita mengalami bahwa “mengetahui” (to
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 21
know) adalah sama dengan “ada” itu sendiri (to be).
Meskipun tasawuf dikategorikan oleh Ibn Khaldun sebagai
ilmu naqliyyah (agama) dan karena itu berdasarkan pada
otoritas, namun menurut kesaksian Ibn Khaldun sendiri dalam
Al Muqaddimah-nya, Tasawuf, pada perkembangan berikutnya,
telah banyak memasuki dunia filsafat , sehingga sulit bagi
keduanya untuk dipisahkan.
Dalam kasus filsafat suhrawardi, misalnya, kita bisa
melihat bahwa tasawuf bahkan telah dijadikan dasar bagi
filsafatnya, sehingga orang menyebutnya filosof mistik
(muta’allih). Sementara pada diri Ibn “Arabi, kita melihat analisis
yang sangat filosofis merasuki hampir setiap lembar karya-
karyanya. Sehingga tasawufnya sering disebut tasawuf falsafasi.
Pada masa berikutnya, kita tahu bahwa Mulla Shadra, pada
akhirnya telah dapat mensintesiskan keduanya, dalam apa yang
kita sebut filsafat Hikmah Muta’aliyyah, atau teosofi transenden.
Disini, unsur-unsur filosofis dan mistik berpadu erat dan saling
melengkapi satu sama lain.

22 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB VII
FILSAFAT ILUMINASI DAN
FILSAFA
PERIPATETIK
PERIPA

Kajian tentang filsafat pada dasarnya selalu ‘berputar’


disekitar kesejatian eksistensi (keberadaan) dan atau kesejatian
esensi (keapaan) . Dari kedua ‘kesejatian’ ini yang manakah yang
lebih utama?
Didalam literatur kuno, kita bisa menemui setidaknya ada
dua kelompok besar sebagai peletak dasar kajian-kajian filafat
tinggi, dan masing-masing kelompok dikenal dengan kelompok
metode iluminasi dan peripatetik.
Metode iluminasi mempercayai bahwa dalam mengkaji
filsafat tinggi (Ilahiah) atau ketuhanan, tidaklah cukup hanya
dengan mengandalkan argumentasi (istidlal) dan penalaran
(ta’aqqul) saja, tetapi lebih dari itu yaitu diperlukannya penyucian
jiwa serta perjuangan melawan hawa nafsu untuk menyingkap
berbagai hakikat.
Metode Iluminasi ini mendapat dukungan dari banyak
pihak terutama kalangan filsuf Islam, penganut paham ini
dinamakan dengan kelompok paham iluminasionis dengan
tokoh-tokohnya yang terkenal seperti Syekh Syihabuddin
Syuhrawardi.
Berbeda dengan kelompok iluminasionis, kelompok metode
peripatetik yang diilhami oleh Aristoteles mempercayai bahwa
argumentasi adalah tempat bertumpunya segala persoalan.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 23
Kelompok ini terkenal dengan tokohnya yang bernama Syekh Ar
Ra’is Ibnu Sina.
Plato terkadang juga dikaitkan dengan kelompok
iluminasionis, namun demikian bagaimana kebenarannya masih
perlu dikaji lebih dalam lagi berhubung penulis sejarah filsafat
yang terkenal seperti Syahristani sekalipun tidak pernah menyebut
Plato sebagai penganut paham ini. Kecuali dengan apa yang
dikatakan oleh Syekh Syuhrawardi dalam bukunya ‘Hikmah al
Isyraq’ bahwa Phytagoras dan Plato adalah termasuk dari
beberapa cendikiawan kuno yang menganut aliran iluminatif.
Terlepas dari apakah Plato termasuk orang yang menganut
paham iluminasionis ataupun bukan, namun kita perlu mengingat
kembali landasan filsafat plato yang terkenal tentang hakikat
(filsafat tinggi). Plato meletakkan pandangannya kepada tiga
pilar utama yaitu :
1. Teori Ide.
Menurut teori ini apa-apa yang disaksikan manusia didunia
ini, baik substansi ataupun aksiden, pada hakikatnya semua
itu sudah ada didunia lain. Yang kita saksikan didunia ini
semunya hanya semacam cermin atau bayangan dari dunia
lain.
2. Teori tentang roh manusia.
Plato meyakini bahwa sebelum jasad manusia tercipta
(manusia terlahir) , maka rohnya telah berada didunia lain
yang lebih tinggi dan sempurna, yaitu dunia ide. Setelah jasad
tercipta maka roh menempatinya dan sekaligus terikat
dengannya.
3. Plato menyimpulkan bahwa ilmu itu adalah mengingat kembali
(remind) dan BUKAN mempelajari, yakni apa saja yang kita
pelajari didunia ini pada hakikatnya adalah pengingatan
kembali terhadap apa-apa yang sudah pernah kita ketahui
sebelumnya. Logikanya adalah karena sebelum roh bergabung
dengan jasad, roh tersebut SUDAH ADA didunia lain yang lebih
24 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
tinggi dan sempurna dan telah menyaksikan dunia tersebut,
dan dikarenakan hakikat dari segala sesuatu itu adalah di ‘ide’
nya maka seyogyanya ide ini telah mengetahui berbagai
hakikat. Dengan demikian, maka segala sesuatu yang ada
setelah roh terikat dengan jasad tidak lain adalah sesuatu yang
tadinya kita sudah tahu dan sekarang sudah terlupakan.

Plato menjelaskan kemudian bahwa karena roh sudah


terikat didalam jasad, maka roh tidak bisa lagi mendapatkan
cahaya sebagaimana yang tadinya dia dapatkan. Hal ini persis
seperti tirai yang menghalangi cermin sehingga cermin tidak bisa
menerima pancaran cahaya karena terhalang oleh tirai tersebut.
Dan ini hanya bisa disingkap dengan proses dialektika,
atau metode iluminasi (penyucian jiwa , penahanan hawa nafsu
dll) sehingga pancaran cahaya dapat masuk lagi kedalam cermin
dan dan sekaligus bisa lagi merefleksikan gambaran dari dunia
lain tadi.
Pandangan ini di tolak keras oleh Aristoteles, menurut
Aristoteles perkara ‘ide’ itu adalah urusan mental (zhihn) , jadi
tidak ada itu yang namanya universalia ‘ide’ .
Kedua, masalah roh…, Aristoteles percaya bahwa roh itu
diciptakan seiring atau hampir bersamaan dengan penciptaan
jasad. Dan jasad bukan merupakan tirai penghalang sama sekali
bagi roh, bahkan dengan ‘bantuan’ jasadlah roh baru bisa
mendapatkan semua informasi dan ilmu baru. Pengetahuan dan
informasi yang didapatkan roh adalah melalui perantara jasad
berupa panca indra dan instrumen jasad lainnya. Dan lanjut
Aristoteles lagi, bahwa roh itu tidak pernah berada didunia lain
sehingga roh itu sudah built up.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 25


26 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAGIAN PERTAMA
PERTAMA

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 27


28 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB I
PENDAHULUAN

A. BERFILSAFAT NALURI KEMANUSIAAN


Semua orang adalah filsuf, ungkap Karl Popper.
Berfilsafat adalah berfikir tentang hidup, dan dalam berfikir
sebenarnya kita berterimakasih kepada Sang Pemberi hidup atas
segala anugerah kehidupan yang diberikan kepada kita.
Akal diberi tempat demikian tinggi di dalam Islam,
mendorong kaum muslimin mempergunakannya untuk memahami
ajaran-ajaran Islam dengan penaralan rasional, sejauh ajaran
itu menjadi wewenang akal untuk memikirkannya. Oleh karena
itu, pada hakekatnya umat Islam telah berfilsafat sejak mereka
menggunakan penalaran rasional dalam memahami agama dan
ajaran Islam. Penalaran rasional dalam memahami ajaran Islam
adalah mempergunakan akal pikiran (ra’yu) untuk berijtihad
sebagaimana dalam hadits tentang Muadz bin Jabal.
Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia kritis. Filsafat adalah induk
ilmu pengetahuan. Filsafat disebut dengan induk ilmu
pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan
segala ilmu pengetahuan yang ada. Kehadirannya yang terus
menerus di sepanjang peradaban manusia telah memberi
kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat
bagi manusia.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 29
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak
sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang
benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar
atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal.
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini
adalah arti yang formal.
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta
penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang
langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban
yang ada di filsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat
saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu.
Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan
kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-
sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu,
dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah
kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam
itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah
terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena
ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .
Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan
jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-
teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme,
pragmatisme.

30 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya
dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental
(mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat
itu menjawabnya.
Filsafat disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan
kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi
motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai
manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk
sesuatu masyarakat atau bangsa.

B. MENGAPA BERFILSAFAT?
Mengapa manusia berfilsafat ? pertanyaan ini merupakan
dasar dan titik awal manusia berfilsafat. Dalam kaitan ini perlu
dijelaskan bahwa sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsut
terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
: kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian,
kesadaran akan keterbatasan.
Pada umumnya seorang filsut mulai berfilsafat karena
adanya rasa kagum atau adanya rasa heran dalam pikiran filsafat
itu sendiri. Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang
yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia
ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi.
Atau seoarang yang sedang berdiri di puncak gunung, memandang
ke ngarai dan lembah dibawahnya, dia ingin menyimak
kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.
Dalam hal ini dialami oleh Plato (filsut Yunani, guru dari
Aristoteles) menyatakan bahwa : “Mata kita memberi
pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan
ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari
penyelidikan ini berasal filsafat.
Sementara Augustinus dan Rene Descartes memulai
berfilsafat bukan dari kekaguman atau keheranan akan tetapi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 31
mereka berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian sebagai
sumber utama berfilsafat. Manusia heran, tetapi kemudian ia
ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya yang
sedang heran?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk
berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh
kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam,
menyeluruh dan kritis seperti ini yang disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat pula dimulai dari adanya suatu
kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat
kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah terutama di dalam menghadapi
kejadian-kejadian alam. Apabila seorang merasa, bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan
atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan
memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan
untuk menemukan kebenaran hakiki. Sekarang kita sadar bahwa
semua pengetahuan yang ada sekarang, dimulai dengan
spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah
pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang
apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain
berkembang di atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa
yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara
tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut
indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.

C. PENTINGYA BERFILSAFAT?
Berfilsafat itu penting, dengan berfilsafat orang akan
mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar
dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan
32 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
masyarakat, sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-
tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.
Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat.
Cara belajar filsafat adalah menangkap pengertiannya secara
ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam praktek.
Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan
kembali secara ilmu.
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Berabad-abad
lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi
dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam
mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang
terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut
berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak
pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak
boleh digugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu
yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan
bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang
mencengangkan.
Filsafat berperan sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya
sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang
penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga
merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat
membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya.
Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikiryang mistis dan mitis.
Filsafat juga berperan sebagai pembimbing. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis
denganmembimbing manusiauntuk berpikir secara rasional.
Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal
dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 33


BAB II
PENGERTIAN, OBJEK, DAN
KARAKTERISTIK FILSAFAT
FILSAFA

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan
bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; philosophy dalam
bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; dan falsafah
dalam bahasa Arab.
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari
kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebijakan.
Sophia juga berarti kebenaran dan kearifan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf
adalah pencari kebijaksanaan dan kebenaran. Filsafat berarti
cinta yang mendalam terhadap kearifan, kebijakan, kebenaran,
dan pengetahuan. Mencintai pengetahuan adalah orang yang
menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya,
atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan kepada
pengetahuan. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat adalah
keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau
keinginan mendalam untuk menjadi bijak.
Berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun
berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu
meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak
34 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan
Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan
berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba
di tingkat berfikir, yang berfilsafat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam.
Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan
kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Guna
lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan
dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 –
347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan
tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa
filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3. Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinisikan
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud,
bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
4. Rene Descrartes, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai
ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup
di dalamnya empat persoalan yaitu : metafisika, etika agama,
dan antropologi.
6. H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan
bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak
hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja,
bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia
kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita
selenggarakan di dunia ini.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 35
7. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy
mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu :
a. Philosophy is an attitude toward life and universe
(Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam
semesta).
b. Philosophy is a method of reflective thinking and
reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode berfikir
reflektif dan pengkajian secara rasional)
c. Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah
sekelompok masalah)
d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat
adalah serangkaian sistem berfikir)
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa
pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi,
sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyeledikan
tentang apanya, bagaimananya, dan untuk apanya, dalam
konteks ciri-ciri berfikir filsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara
mendalam atau radikal atau dengan sungguh – sungguh sampai
keakar-akarnya terhadap suatu kebenaran atau dengan kata lain
berfilsafat mengandung arti mencari kebenaran atas sesuatu.

B. OBJEK FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek
yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Jadi luas sekali. Pada dasarnya filsafat atau
berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari
kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila
selalu dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai
kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja
filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.
Setiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri
36 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi
beberapa persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-
persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yang
menurut Mulder (1966) persoalan tersebut menjadi obyek filsafat
yaitu : 1). Apa dan siapakah manusia ?, dan 2). Apakah hakekat
dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya?.
Dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy,
E.C. Ewing (1962) menjelaskan bahwa obyek filsafat adalah
pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat yaitu : Truth (kebenaran),
Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and
mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time
(ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan),
Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak),
dan God (Tuhan).
Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat
ke dalam objek material dan obyek formal.
a. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat
dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, atau segala sesuatu
yang ada, yang meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam
pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
b. Obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang
dalam melihat obyek material tertentu, atau hakikat dari segala
sesuatu yang ada, atau menggambarkan tentang cara dan
sifat berfikir terhadap objek material tersebut.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material
filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yang pada garis
besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1).
Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia.
Sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan
secara radikal terhadap objek material filsafat.
Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada
substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat, dengan kata lain objek
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 37
formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan
dalam memikirkan objek material filsafat
Hamzah Ya’qub (1992:7) menekankan bahwa objek filsafat
ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Ini berarti bahwa
sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi
penyelidikan. Pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
1. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum.
Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang
kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA
UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan
Yunani “Onontos” yang berarti “ada”, dalam Bahasa Arab
sering menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
2. Ada Mutlak
Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang
wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga.
Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus
terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan
asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam
Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab
disebut “Ilah” atau “Allah”.
3. Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari
apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya
dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang
menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam
dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak
mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu”
pada suatu masa.
4. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk
“ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek
pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah
kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong
tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam
Antropologia .

38 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


5. Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia.
Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan
buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya
dengan lain-lain makhluk.
6. Logika: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq.
Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan
manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian
tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai
kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada
penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia
mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari
kebenaran? Dengan segera timbul pula soal, apakah
kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat
ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang
akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika. Filsafat
akal budi ini disebut Epistimologi dan adapula yang
menyebut Critica, sebab akal yang menyelidiki akal.

C. KARAKTERISTIK FILSAFAT
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir
adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri
berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Secara umum
karakteristik filsafat adalah sebagai berikut:

1. Konsepsional
Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu
bagian konsepsional. Konsepsi (rencana) merupakan hasil
generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu. Filsafat merupakan pemikiran
tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara
proses-proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 39
2. Koheren
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu
bagan yang koheren yang konsepsional. Secara singkat istilah
kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil
perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir
sistematis, artinya berfikir logis, yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan urutan yang
bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur. Secara
singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun suatu
bagan secara runtut

3. Memuburu kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang
diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan
setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang
segala sesuatu.
Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final,
melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju
kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi
menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

4. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir
yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah
berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan
berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk
menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri
sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia
pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.
40 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan
berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai
kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-
setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan
dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk
mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal
justru hendak memperjelas realitas.

5. Rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan
konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan
bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-
bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan
kritis berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai
pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat,
melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis.
Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang
berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.
Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus
menerus mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri
benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah
menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis,
sistematis - kritis adalah ciri utama berfikir rasional.

6. Menyeluruh
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan
konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 41
maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di
luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta
dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. Berfikir universal
tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu,
namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus
dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam
semesta, tidak terpotong-potong. Pemikiran yang tidak hanya
berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus
tetapi sampai pada kesimpulan yang paling umum. Sampai
kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat
manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Integralistik (menyeluruh ), artinya pemikiran yang luas,
pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandangan. Pemikirann
kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam
ini ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan
yang lainnya. Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan
hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.

7. Fundamental
Fundamental (mendasar), artinya pemikiran mendalam
sampai kepada hasil yang fundamental. Hasil pemikiran tersebut
dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-
masalah keilmuan (science).

8. Spekulatif
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh
dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil
pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (objek
) yang baru pula. Keadaan ini senantiasa bertambah dan
berkembang meskipun demikian bukan berarti hasil pemikiran
kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah selesai seperti
ilmu-ilmu diluar filsafat.
42 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB III
SISTEMATIKA FILSAF
SISTEMATIKA AT
FILSAFA

A. SITEMATIKA FILSAFAT
Sistematika filsafat adalah hasil berpikir tentang segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada yang telah tersusun secara
sistematis. Sistematika filsafat bisa disebut juga dengan struktur
filsafat. Secara garis besar filsafat dibagi dalam tiga cabang
yaitu:
1. Ontologi (Teori hakikat) yaitu membicarakan pengetahuan
itu sendiri. Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
tentang yang ada hakikinya.
2. Epistemologi (Teori pengetahuan) atau pemikiran filsuf
tentang pengetahuan yaitu membicarakan cara memperoleh
pengetahuan, atau cara mendapatkan sesuatu yang benar)
3. Axiologi (Teori nilai) yaitu pemikiran filosof tentang nilai
yaitu membicarakan guna pengetahuan itu.
Ketiga dari lahan garapan filsafat tersebut termuat dalam
tiga pertanyaan dimana dalam ontology beretanya tentang apa.
Pertanyaan apa tersebut merupakan pertanyaan dasar dari
sesuatu. Sedangakan epistemology, mengenalinya dengan
menggunakan pertanyaan mengapa. Sedangkan untuk aksiology
merupakan kelanjutan dari epistemology dengan menggunakan
pertanyaan bagaimana. Pertanyaan bagaimana tersebut
merupakan kelanjutan dari setelah mengetahui dan cara
mengetahuinya diteruskan dengan bagaimanakah sikap kita.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 43


B. ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang
paling kuno dan berasal dari Yunani, studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologism dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos =
ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang
ada. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Menurut Jujun Suriasumantri (1998), Ontologi membahas
tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari
bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.
Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut
lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi
ini menjadi sangat beragam dan berubah sesuai dengan berjalannya
waktu. Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan
yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:
1. Materialisme;
Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala
sesuatu yang ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu
materi) hanya mungkin lahir dari yang ada. menurut aliran ini
hakikat benda adalah materi benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit
muncul dari benda. Aliran ini sama dengan naturalisme yang
44 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
menganggap Tuhan, roh, spirit bukan hakikat berdasarkan
alasan; (1) apa yang kelihatan, dapat diraba, bisa dijadikan
kebenaran terakhir. Pikiran yang sederhana tidak mampu
memikirkan sesuatu di luar ruang (abstrak); (2) penemuan
menunjukkan jiwa bergantung pada badan (jasmani); (3) dalam
sejarah manusia selalu bergantung pada benda, seperti pada padi
dalam cerita Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ.

2. Idealisme (Spiritualisme);
Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang
mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual).
Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi.
Idealisme berpendapat hakikat benda adalah rohani, spirit atau
sebangsanya dengan beberapa alasan: (1) nilai roh lebih tinggi
dari badan; (2) manusia lebih dapat memahami dirinya daripada
dunia luar dirinya; (3) materi ialah kumpulan energi yang
menempati ruang; benda tidak ada, yang ada energi itu saja.

3. Dualisme;
Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang
berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta
ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani. Dualisme,
hakikat menurut aliran ini ada 2 materi dari imaterial, benda dan roh,
jasad dan spirit. Materi bukan dari roh, roh bukan muncul dari benda.

4. Agnotisisme.
Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil
sikap skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar
dan mungkin pula tidak. Agnotisme sama dengan skeptisisme
berpendapat manusia tidak mampu mengetahui hakikat.

5. Teisme.
Teisme.
Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 45
ada. Kata itu berasal dari kata Theus, bahasa Yunani, berarti
Tuhan. Tuhan itu ada, pencipta, pengatur, beberapa aliran
berkembang dari aliran ini seperti deisme yang mengajarkan
bahwa Tuhan menciptakan alam ini dari permulaan. Monoteisme
mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, Triniteisme mengajarkan
bahwa Tuhan itu Satu, tetapi beroknum tiga, politesisme ialah
politeisme ialah paham teis yang mengajarkan Tuhan itu banyak,
masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri.
Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada
jarak, Tuhan itu ialah alam ini. lawan dari Teisme adalah Ateisme
yang mengajarkan Tuhan Tuhan itu tidak ada, tokoh aliran ini
adalah Marxisme, Holbarch.

C. EPISTEMOLOGI
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan
logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau ilmu dan logos
diartikan pikiran, kata atau teori. Epistemologi secara etimologi
dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, atau teori ilmu
pengetahuan yang melakukan investigasi mengenai asal-usul,
dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan.
Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu
pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh
pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu
agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang
sudah disebutkan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan yang membahas tentang cara dan alat untuk
mengetahui. Definisi epistemologi secara sederhana adalah Teori
mengenai asal usul pengetahuan dan merupakan alat untuk
mengetahui. Harun Nasution (1978:10 ) menjelaskan bahwa
epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang a). Apa
pengetahuan, b). Bagaimana memperoleh pengetahuan.
Dari pengertian diatas nampak bahwa epistemologi
bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi: (1).
46 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan
kebenaran pengetahuan; (2). Metode yaitu sebagai metode
bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, (3). Sistem yaitu sebagai sistem bertujuan
memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang
pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika
minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur
berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor
mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang
sama dengan lingkup epistemologi
Gerakan epistemologi di Yunani dahulu dipimpin antara lain
oleh kelompok yang disebut Sophis, yaitu orang yang secara sadar
mempermasalahkan segala sesuatu. Oleh karena itu, epistemologi
juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang
disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria
dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang
tidak benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya
mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan
yang benar dan yang tidak benar memang agak dekat dengan
episteme sebagai suatu tindakan kognitif intelektual untuk
mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Jika diperhatikan, batasan-
batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak
diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu! Baik logika
deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya,
mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang
dianggapnya benar. Kenyataan ini membawa kita kepada
pertanyaan; bagaimana kita mendapatkan pengetahuan yang
benar itu? Pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 47
mendasarkan diri kepada rasio, dan yang kedua mendasarkan
diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mendasarkan diri
kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada
pengalaman.

D. BEBERAPA PARADIGMA DALAM EPISTEMOLOGI FILSAFAT


I. PARADIGMA KOSMOSENTRIS
1. Pra Socrates: Zeno dan Alcameon
Filsafat awal atau pra Socrates mendiskusian dua
topik utama; tentang materi awal (dasar) alam dan tentang
yang tetap dan yang berubah. Namun begitu ada diskusi
teori pengetahuan yang dikemukakan Alcameon dan zeno.
Alcameon membedakan pengetahuan yang diperoleh melalui
indra yang melalui pemikiran rasional.1 Sedangkan Zeno
memperkenalkan teori “metode dialektika”. Metode ini
dimulai dari asumsi bahwa argumen itu benar dan kemudian
kita menghadapkan padanya lawan.2
2. Masa Socrates
Masa Sokrates itu menunjuk pada kaum sofis dan
Sokrates sendiri. Keduanya mendiskusikan teori
pengetahuan, tentang ditemukannya kebenaran universal-
obyektif. Dan keduanya sampai pada kesimpulan yang
berbeda dan bertentangan. Kaum sofis menafikan
kebenaran yang universal, sedangkan Sokrates mengiyakan
adanya kebenaran yang obyektif-universal. Teori
pengetahuan kaum sofis hanya sebatas pada persepsi indra,
sedangkan Sokrates bergerak jauh dari itu ke arah
pembuatan definisi yang memiliki tingkat obyektif dan
universal.

Menyimak berbagai pendapat yang berbeda-beda dari para


filosof yang sebelumnya, kaum sofis menarik kesimpulan yang
pada intinya menafikan dicapainya kebenaran yang obyektif, yang
48 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
ada hanyalah pendapat yang subyektif.3 Protagoras berpendapat,
Man is the measure of all things, manusia menjadi ukuran segala
sesuatu.4 Pengetahuan itu dibatasi oleh persepsi indra. Dua orang
yang mengamati satu obyek yang sama, mereka bisa
menghasilkan persepsi yang berbeda sesuai perbedaan posisi
mereka terhadap obyek. Tidak ada kebenaran yang obyektif.5
Georgias, tokoh sofis lainnya, berpendapat: 1) tiada
sesuatupun yang ada; 2) seandainya ada, ia tidak dapat dikenal;
3) seandainya dapat dikenal, pengetahuan itu tidak dapat
disampaikan kepada orang lain. Sokrates menerapkan metode
tanya jawab yang akhirnya menjadikan kaum sofis terdesak, atau
karena jawaban-jawaban mereka saling bertentangan dan
nampaklah kelemahan-kelemahannya.
Percaya adanya kebenaran yang obyektif, ia menerapkan
metode dialektika untuk menemukan kebenaran dari pengetahuan
yang semu.6 Ia yakin bahwa ketika terlahir, di dalam jiwa anak
telah ada pengetahuan. Akan tetapi mereka tidak bisa mengingat
pengetahuan ini tanpa adanya bantuan dan bimbingan. Inilah yang
disebut dengan teori anamnesis. Metode dialektika menjadi alat
bantu terhadap anamnesis.
Menurut Stumpf, Sokrates menerapkan dua metode, yakni
dialektika dan pembuatan definisi. Dialektika adalah proses tanya
jawab yang bertujuan melahirkan statemen yang jelas.
Sedangkan definisi berproses dengan cara memilah dua obyek;
obyek yang partikular dan ide-ide yang universal. Yang partikular,
misalnya, bunga yang indah. Disini, ungkapan “bunga yang
indah” harus dipisahkan dari “ide yang indah” yang bersifat
universal. Hal-hal yang partikular dikatakan indah karena
keikutsertaan ide indah di dalamnya. Tambahan lagi, benda-benda
yang indah itu dapat kehilangan sifat indahnya namun ide
keindahan akan tetap kekal.
a. Plato dan Aristoteles
Plato memandang realitas sesungguhnya adalah ide, dan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 49
hal-hal yang partikular adalah appearance, dunia yang nampak
pada indra yang merupakan imitasi dari dunia ide. Aristoteles
melihat dunia realitas sesungguhnya adalah dunia partikular
indrawi bukan ide atau konsep umum yang tak lain melainkan
abstrak akal. Bagi Plato, dunia ide itu ada secara real dan terpisah
dari partikular. Bagi Aristoteles, hal-hal partikularlah yang
merupakan realitas sesungguhnya.
Beberapa tema yang dibahas berkenaan dengan teori
pengetahuan Plato (427-347) antara lain:
1). Pengetahuan yang Sesungguhnya
Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang
dihasilkan oleh akal memiliki kedudukan lebih tinggi dari
persepsi indra. Akal menangkap dunia yang bergerak dan
tidak berubah-ubah, yakni dunia ide, konsep atau form. Apa
yang diketahui oleh akal merupakan pengetahuan yang
sesungguhnya, atau episteme, dan itu ada pada matematika
dan filsafat. Sementara persepsi indra yang menangkap hal-
hal yang berubah-ubah hanya menghasilkan doxa atau
opinion dan bukan episteme atau pengetahuan yang
sesungguhnya.
Ia menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) dan
pendapat (opinion) merupakan kemampuan yang berbeda
karena obyeknya memang berbeda. Obyek pengetahuan
adalah being yang abadi dan tidak berubah-ubah. Sedangkan
obyek pendapat adalah hal-hal yang banyak, yang berubah-
ubah dan tidak absolut. Ide tentang kebaikan, the ide of
good merupakan pengetahuan yang tertinggi dan hal-hal
yang selainnya menjadi berguna dan berarti karena mereka
memiliki sifat-sifat ide kebaikan ini. Apa yang nampak itu
bukanlah realitas karena itu tak seorangpin yang merasa
puas dengan yang nampak, dan apa yang mereka cari
sesungguhnya adalah realitas itu sendiri. Apa yang dipahami
oleh rasio adalah sesuatu yang selalu tetap keadaannya
50 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
sedangkan yang dipahami oleh “pendapat” dengan bantuan
indera tanpa rasio selalu dalam proses becoming (menjadi),
sesuatu yang tidak abadi dan bukan realitas. Individu-
individu itu punya sebutan yang sama dan karena itu mereka
tentu sesuai dengan ide atau form.
Jiwa itu seperti mata, jika memandang ke atas kepada
kebenaran dan being maka ia bersinar, menjadi mengerti
dan memahami dan kemudian menyinari intelektual, tetapi
jika memandang ke gelombang-gelombang becoming yang
tak kekal, maka ia hanya memperoleh pendapat; sesuatu yang
lebih rendah tingkatannya dari pengetahuan.
Manusia gua merupakan gambaran metaforis konsep
pengetahuan Plato. Seorang manusia hidup dalam gua; kaki
dan lehernya terbelenggu sehingga tidak bisa bergerak dan
hanya bisa memandang apa yang ada didepannya. Mulut
gua itu terbuka sehingga ada sinar masuk. Diatas dan
dibelakangnya ada api, antara api dan manusia yang
terpenjara itu ada jalan naik dan ada tembok yang dibangun
sepanjang jalan itu seperti layar yang bisa menyajikan
bayang-bayang. Gua adalah kias dari dunia indrawi yang
membelenggu manusia sehingga ia tidak bisa melihat apa
yang sebenarnya. Orang yang terbelenggu oleh dunia indrawi
tak bisa melihat lain selain bayang-bayang, dan menganggap
bahwa itu adalah pengetahuan yang sebenarnya.

2) Teori innate
Teori
Menurut teori ini, pengetahuan itu telah ada di dalam
diri setelah lahir. Setelah lahir, kita tinggal menerapkan ide-
ide tersebut terhadap partikular-partikular yang indrawi. Ide-
ide bawaan tersebut meliputi ide tentang kesamaan, yang
besar dan yang kecil, keindahan, kebaikan, keadilan,
kesucian. Pengetahuan yang kita peroleh sekarang tak lain
melainkan pengingatan ulang, atau recollection terhadap
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 51
ide bawaan sebelum lahir. Recollection adalah proses
penemuan kembali terhadap sesuatu yang terlupakan oleh
perjalanan waktu dan tidak adanya perhatian. Apa yang
dinamakan belajar tak lain melainkan mengingat kembali.
Melalui belajar dan sejumlah pengalaman , refleksi terhadap
ide dan pengetahuan tentang ide-ide tercapai secara
bertahap. Pengetahuan macam ini diperoleh tidak melalui
indra melainkan melalui aktifitas akal yang memikirkan ide-
ide, sebuah dunia realitas sesungguhnya. Malalui akal dan
tidak melalui indra, kebenaran dan beingi itu dicapai.

3) T empat ide
Tempat
Ide itu ada di dunia pra-eksistensi. Sebelum jiwa
menyatu dengan jasmani dan hidup di dunia ini, jiwa ini telah
berkenalan dengan ide-ide. Sebelum apa yang partikular
diciptakan, Tuhan menggunakan ide sebagai pola untuk
menciptakan dunia yang kongkrit ini. Ide-ide ini telah ada
pada alam Tuhan. Dunia yang nampak ini adalah kopi atau
imitasi atau partisipasi dari ide.

4) cara mengetahui forma atau ide


Bagaimana mungkin manusia mengetahui ide
tersebut? Plato menjawab, pertama, dengan rekoleksi.
Kedua, dengan dialektika. Dialektika merupakan kekuatan
untuk memahami esensi dan menemukan hubungan-
hubungan dari berbagai disiplin pengetahuan. Dialektika
sebagai metode mencakup tiga hal, pertama, memahami hal-
hal yang partikular yang bermacam-macam itu lalu
mengabstraksikannya menjadi satu ide. Kedua, membagi
idemenjadi bermacam-macam jenis, atau proses generalisasi
dan klasifikasi. Ketiga, melalui kemauan dan cinta
merupakan kekuatan yang mampu membawa manusia step
by step dari obyek indrawi ke obyek pemikiran akal dan
52 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
kemudian ke esensi sebenarnya.
Muridnya, Aristoteles, adalah perintis ilmu empiris.
Forms yang bersifat universal sebagai realitas yang terpisah
dari partikular ia tolak. Universal itu tidak bertempat dimana-
mana melainkan ada pada benda-benda individual itu sendiri.
Tanpa universal, pengetahuan ilmah tidak akan ada.
Beberapa pendapat Aristoteles diantaranya adalah sebagai
berikut:
4.1. T eori Abstraksi
Teori
Menurutnya, pengetahuan terhadap dunia
yang konkrit dan partikular adalah pengetahuan yang
sesungguhnya, sebab hal-hal yang partikular itulah yang
sungguh-sungguh ada (ousia), sedangkan dunia ide atau
konsep hanyalah sebutan saja. Pengetahuan yang sejati
diperoleh melalui kegiatan abstraksi, yakni proses
melepaskan unsur-unsur yang universal dari obyek-
obyek yang partikular yang ditangkap oleh indera.
Aristoteles adalah seorang penanam embrio
empirik. Menurutnya science dan artmasuk kepada
manusia melalui pengalaman, dan pengalaman adalah
pengetahuan mengenai halhal yang individual. Ia
menegaskan pula bahwa melalui kekuatan inderalah kita
bisa membedakan yang panas dari yang dingin.
Aristoteles yakin bahwa persepsi yang diperoleh melalui
obyek-obyek indera tidak pernah salah atau paling tidak
kecil sekali kemungkinan terjadi salah. Aktifitas berfikir
harus mampu memahami gambaran obyek (form of
object) yang karakternya sama dengan obyek itu sendiri
tanpa harus menjadi obyek. Yang masuk ke dalam pikiran
kita bukan batu melainkan gambaran tentang batu.
Sensasi memahami hal-hal yang individual, sedangkan
pengetahuan (knowledge) memahami yang universal.
Obyek-obyek sensasi adalah eksternal dan individual.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 53
4.2. T eori induksi dan investigasi
Teori
Adalah tidak mungkin menangkap yang universal
selain harus melalui induksi, dan induksi diperoleh
melalui persepsi inderawi, sebab hanya persepsi inderawi
saja yang memiliki kemungkinan menangkap hal-hal yang
partikular. Pengetahuan ilmiah – karena berkepentingan
dengan yang universal – harus melalui persepsi inderawi
dan induksi. Aristoteles mendiskusikan metode penelitian
(method of investigation). Metode ini dimulai dari
observasi terhadap hal-hal individual, lalu memperhatikan
unsur-unsur kesamaannya yang berlaku secara umum.
Setelah diketahui unsur-unsurnya yang sama secara
umum, lalu dirumuskan dalam bentuk definisi. Definisi
itu selalu bersifat umum dan universal.

4.3. Apriori dan Aposteriori


Aristoteles juga mengakui adanya pengetahuan
yang a priori atau pre-existent. Akan tetapi
pengetahuan jenis ini menuntut dua hal; pertama,
pengakuan akan adanya fakta, dan kedua, pemahaman
terhadap makna istilah yang dipakai.

4.4. T eori sebab


Teori
Disamping bisa memahami dan merumuskan yang
universal dari yang partikular, menurutnya, pengetahuan
ilmiah juga harus mampu mengetahui sebab. Menurutnya
ada empat sebab mengapa sesuatu itu menjadi ada.
Pertama, sebab materi semisal perunggu dibentuk
menjadi patung. Kedua, sebab bentuk seperti bentuk
“patung”. Dari materi perunggu dibentuklah patung.
Ketiga, sebab efisien yang menjadi penyebab perubahan,
atau tenaga yang memahat perunggu dibentuk menjadi
patung. Keempat, sebab tujuan seperti jika seseorang
54 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
melakukan latihan-latihan yang bertujuan untuk
kesehatan.

4. 5. Penanam embrio metode fenomenologi


Aristoteles juga bisa disebut sebagai seorang yang
menanam benih metode fenomenologi. Ini nampak jelas
ketika ia mengatakan, marilah kita melepaskan dulu
pendapat-pendapat para pendahulu kita tentang jiwa
sehingga jiwa itu masih dalam ujudnya yang murni belum
tercampur oleh ragam pendapat dan kita memulai dari
sesuatu yang benar-benar masih murni, kemudian
berusaha memberikan jawaban yang tepat mengenai
apakah jiwa itu.

II. PARADIGMA TEOSENTRIS


Pada masa ini corak filsafat beralih dari cirinya yang awal
yaitu kosmosentris ke teosentris. Dalam filsafat Barat masa ini
sebagai masa keemasan bagi Kristen atau filsafat gereja
(patristik). Para pemikir patristik ada yang menolak filsafat
sebab ia hanya hasil pikiran manusia. Setelah ada wahyu ia tidak
diperlukan lagi bahkan berbahaya bagi iman. Namun juga ada
yang menerimanya karena hasil pikiran filsafat dipandang
sebagai persiapan injil.
Pemikir patristik seperti Klemens dan Agustinus memiliki
tesa yang mirip dengan Philo bahwa iman menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari bangunan epistemologi.
Klemens (150-215 M) mengemukakan bahwa sensasi
adalah jenjang kepada pengetahuan sedangkan iman, bergerak
jauh di atas obyek-obyek indera meningalkan pengetahuan di
belakang dan menangkap sesuatu yang terbatas dari penipuan,
dan berada di dalam kebenaran. Sebab pertama alam hanya bisa
dipahami lewat iman tidak lewat akal.
Agustinus (354-430 M) menempatkan iman sebagai dasar
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 55
dan menjadi langkah awal mencari kebenaran dan rahmat.
Menurutnya, iman atau percaya merupakan pemikiran rasional
tetapi dalam bentuk yang masih elementer dan belum sempurna.
Ia mendefinisikan iman sebagai berfikir yang membenarkan, atau
to think with assent. Dengan demikian, beriman itu adalah
aktifitas berfikir dan ia menjadi bagian dari pemikiran. Menurutnya,
Tuhan yang harus dipercaya keberadaannya terlebih dahulu dan
kemudian baru dipahami. Di dalam prosesnya, pemahaman ini harus
melibatkan rasio, kebudayaan dan filsafat untuk tujuan menerangi
iman dan memantapkannya. Baik bahasa maupun pengetahuan
inderawi dan rasional, menurutnya harus tunduk dan menjadi
sarana untuk mencapai kebenaran agama dan kitab suci. Teori
iluminasinya menyatakan bahwa Tuhan adalah cahaya spiritual
dan menjadi penerang terhadap kebenaran rasional.

III.PARADIGMA ANTROPOSENTRIS
A. Rasionalisme
Pada masa ini disebut juga zaman modern dimana
terpisahnya ilmu dari agama dan filsafat. Renaissanse, sebagai
halaman awal abad modern, dicirikan pada kebangkitan
intelektual, khususnya, yang terjadi di Italia antara abad 15
sampai 16. Tokoh sentral filsafat modern adalah Rene Descartes
(1596-1650). Beberapa pemikirannya antara lain:
1) Fondasi mencari kebenaran
Fondasi untuk mencari kebenaran adalah keragu-
raguan. Dari sinilah ia kemudian mengemukakan satu
doktrin filsafat yang terkenal “Aku berfikir maka aku ada”.
Semua pendapat dari manapun datangnya termasuk dari
otoritas indera harus diragukan sehingga tinggal satu yang
tidak diragukan, yakni aku sedang ragu-ragu.
ragu-ragu Dan ragu-
ragu adalah bagian dari berfikir. Ragu-ragu adalah berfikir.
Karena itu, aku berfikir
berfikir,, maka aku ada. Dan keragu-raguan
adalah fondasi untuk melakukan penelitian.
56 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
2) Metode
Disamping eksperimen-eksperimen ilmiah yang
dihargainya sebagai bermanfaat bagi kemajuan
pengetahuan, ia juga mengajukan metode intuisi dan deduksi.
Menurutnya intuisi adalah konsep yang tidak meragukan
yang lahir dari pikiran yang jernih dan mendalam. Intuisi
berangkat dari pengalaman terhadap fakta kemudian
memikirkannya. Didalam intuisi tersurat adanya bukti yang
pasti. Dalam hal adanya bukti yang pasti inilah, intuisi
dibedakan dari deduksi; suatu statemen yang bisa diketahui
secara pasti meskipun belum ada pembuktiannya.
3) Obyek
Ia membagi obyek menjadi dua:
1). Obyek yang ditangkap indera,
2). Obyek yang ditangkap akal, atau alam ide, dan obyek ini
banyak macamnya termasuk “Tuhan”
4) Teori Innate
teori innate Descartes mengatakan bahwa di dalam
akal manusia semenjak lahir terdapat norma-norma atau
standard-standard yang membimbing akal mencapai
kebenaran.

B. EMPIRISISME
John Locke (1632-1704) adalah seorang filosof empirism,
mengajarkan bahwa semua pengetahuan itu diperoleh lewat
pengalaman. Akal adalah kertas putih yang kosong yang belum
ada ide-ide di dalamnya. Hanya ada satu jawaban darimana
pengetahuan itu datang, yakni dari pengalaman yang diperoleh
melalui dua cara; “sentation” dan “reflection ”. Cara yang
pertama, indera kita menangkap obyek-obyek yang partikular
lalu menyampaikannya kepada akal.
Yang kedua, “reflection” atau “internal sense”, yakni
kegiatan akal yang tidak bersentuhan dengan dunia eksternal
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 57
melainkan ketika melakukan permenungan mengenai ide-ide yang
telah ada dalam pikiran dan mengkaitkannya dengan sejumlah
ide yang lain. Jenis ini meliputi persepsi, pemikiran, keragu-
raguan, keyakinan, argumen dan berbagai jenis lainnya.
Locke tidak mengakui adanya pengetahuan innate yang
telah tertanam dalam jiwa manusia sejak mula tadi. Ia
menegaskan bahwa pandangan semacam ini salah. Ia mengganti
konsep innate dengan konsep natural faculties (kemampuan
fitrah) yang dengannya pengetahuan diperoleh oleh manusia
tanpa adanya bantuan dan pengaruh innate. Ide tentang Tuhan-
pun tak bersifat innate melainkan ada ketika seseorang telah
tumbuh dewasa. Bahkan sejarah memberi cukup banyak bukti
adanya orang-orang yang tidak percaya sama Tuhan. Ide tentang
Tuhan itu seperti ide tentang api yang diperoleh ketika seseorang
memiliki pengalaman tentang api. Orang-orang yang tinggal di
suatu pulau yang disana tidak ada api, maka mereka tidak akan
pernah memiliki ide tentang api.

C. POSITIVISME AUGUSTE COMTE (1798-1857)


Temuan-temuan yang dihasilkan oleh ilmu modern
nampaknya memberi pengaruh kuat terhadap A. Comte dalam
merumuskan filsafatnya yang dikenal dengan “Positivisme”.
Doktrin filsafatnya yang terkenal adalah hukum tiga tahap; tahap
teologi, metafisik dan positif.
Ciri utama positifism menurut Stumpf, ada dua; pertama,
ia menolak asumsi yang menyatakan bahwa alam ini memiliki
tujuan akhir. Kedua, menghentikan setiap usaha yang hendak
mencari-cari “sebab hakiki yang tersembunyi” dibalik alam ini.
Sebaliknya, ia berusaha mengkaji fakta-fakta melalui
pengamatan guna menemukan adanya hubungan-hubungan yang
konstan antara segala sesuatu dan kemudian merumuskan
hukum, yakni hukum tentang hubungan antar berbagai fenomena.
Hubungan-hubungan yang dikenal di dalam ilmu kealaman,
58 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
misalnya, susunan kimia, titik lebur, massa, energi, materi, berat
jenis. Seperti filsafat Abad Pertengahan yang berkhidmat untuk
teologi, kata Collingwood, maka filsafat positivisme ini
berkhidmat untuk ilmu alam. Kaum positivis berpendapat bahwa
ilmu alam itu berkepentingan dengan dua hal; pertama,
menentukan fakta, dan kedua, merumuskan hukum. Hukum yang
dimaksud oleh aliran ini bukanlah hukum atau teori kausalitas
model Plato dan Aristoteles melainkan hukum tentang relasi atau
hubungan antara fenomena. Kita tidak mengetahui apa-apa selain
fenomena, kata Mill, salah seorang pengikut Comte. Kita tidak
mengetahui apayang hakiki melainkan hanya fakta-fakta dan
hubungan antar fakta.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat positivisme ini
mengilhami lahirnya Lingkaran Wina dimana berkumpul sarjana-
sarjana ilmu pasti dan ilmu alam.7 Pandangan filsafat mereka
adalah bahwa pengetahuan itu hanya bersumber dari pengalaman
inderawi. Doktrinnya yang terkenal adalah tentang verifikasi
sebagai garis batas yang memisahkan proposisi yang berguna
dan yang tidak berguna. Figur sentral dari Lingkaran Wina ini
adalah Rudolf Carnap.

IV. FILSAFAT ABAD 20


a. Fenomenologi Edmund Husserl (1859-1938)
Jika Comte menghayati tujuan ilmu alam modern sebagai
kekuatan yang menggairahkan dan mengilhami tesa-tesa
filsafatnya, sebaliknya Husserl menangkapnya sebagai penyebab
krisis filsafat. Apa yang dirasakan oleh Husserl ini, seperti ditulis
oleh Theodore de Boer, sama dengan apa yang dirasakan oleh
Brentano, gurunya. Inilah yang dikatakan Brentano:
Krisis filsafat itu disebabkan sukses yang dicapai oleh ilmu
yang berakibat runtuhnya kepercayaan pada filsafat. Ilmu-ilmu
alam telah membuktikan dirinya bahwa pengetahuan memberikan
kekuasaan, sebaliknya filsafat, memperlihatkan dirinya benar-
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 59
benar tidak memberikan manfaat secara praksis.
Apakah situasi ini akan mengakhiri nasib filsafat? Inilah
pertanyaan yang mentiksa Brentano semenjak usia muda, dan
pada usia 22 ia menemukan jawabannya. Filsafat jatuh terpuruk
akibat dari sukses ilmu-ilmu alam. Untuk bisa bangkit kembali,
maka filsafat haruslah mengambil metode ilmu-ilmu alam.
Semboyannya yang terkenal “The true method of philosophy
is none other than that of the natural sciences”. Apa yang
diharapkan Brentano dari filsafat – jika bukan agama baru –
paling tidak mampu membangkitkan kembali rasa kesadaran
beragama masyarakat Barat.
Filsafat Husserl – fenomenologi – lahir dari keyakinannya
bahwa peradaban Barat telah kehilangan arah dan tujuannya
yang benar. Krisis filsafat berupa runtuhnya rasionalism dan ia
berusaha menyelamatkannya. Situasi inilah yang melatari
fenomenologi Husserl. Jadi, tujuan pokok dari Husserl adalah
menyelamatkan rasionalism kemanusiaan dengan
mengembangkan filsafat menjadi ilmu yang benar-benar konkrit,
atau rigorus science. Kritiknya yang tajam tidak ia tujukan
kepada ilmu itu sendiri melainkan kepada asumsi-asumsi dan
metode-metode ilmu-ilmu alam. Disinilah ia berbeda dari gurunya,
Brentano, yang menyerukan mengasop metode ilmu-ilmu alam
untuk filsafat. Ia kemudian mengembangkan metodenya sendiri
dan dikenal dengan metode fenomenologi yang menerapkan cara
kerja epoche dan eidetic vision. Fenomenologi berkembang,
demikian kata Delfgaauw, sebagai metode untuk mendekati
fenomena-fenomena dalam kemurniannya tanpa prasangka sama
sekali. Ilmu-ilmu alam telah membuat sikap orang-orang Barat
salah dalam memandang apa sebenarnya sunia ini dan
bagaimana memahaminya sebaik-baiknya. Ilmu-ilmu alam juga
berpijak pada prasangka yang fatal bahwa alam ini secara
dasariah adalah fisik sedangkan dunia spiritual harus dipahami
berdasarkan entitas organik jasmani. Kemungkinan menyusun
60 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
ilmu-ilmu spiritual secara mandiri ditolak oleh kaum ilmuwan
alam, dan situasi ini memicu tingkat krisis makin meluas dalam
kehidupan orang-orang modern.
Husserl juga mengambil dari Brentano mengenai
pembagian dunia yang tampak pada diri kita ini. Brentano
membaginya menjadi dua; fenomena fisik dan fenomena psikis.
Ciri yang menonjol yang membedakan keduanya adalah adanya
“intensionalitas yang dikandung oleh psikis”. Intensionalitas
adalah kondisi mental atau sesuatu yang imanen di dalamnya.
Disamping intensionalitas, psikis juga dicirikan pada adanya
kemampuan langsung untuk “mengarah langsung kepada obyek”.
Ketika peradaban manusia mencapai tingkat ditundukkan
oleh materi, fenomenologi membangkitkan kehidupan spiritual
yang tak kasat mata melalui analisisnya dan doktrin-doktrinnya
untuk bisa mengambil peran dalam proses perjalanan peradaban
baik pada tingkat keilmuan maupun pada kehidupan praktis.

b. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan
mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa
Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran
yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh
atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah
sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Ini berarti
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan
inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan
abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 61
dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada
data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di
simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali
beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi
dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari
pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa
pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

1). Tokoh-T
Tokoh-T okoh Empirisme
okoh-Tokoh
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292)
dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi
pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
1.1. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat
tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam,
dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human
understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion
terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government,
terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap
aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa
kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya
ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca
indera. Dengan ungkapan singkat Locke menjelaskan:
“Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan
62 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih
putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan
demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang
bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang
bersumber dari empiri).

1.2. David Hume (1711-1776)


David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711
dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang
nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya
tepentingnya ialah an encuiry concercing humen
understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the
principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam
ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at
any time with out a perception (saya selalu memiliki
persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini
Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan
pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan
(impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam
merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari
pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia
(impression, atau kesan yang disistematiskan) dan kemudian
menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini
merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di
rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan
yang di dasarkan pada pengamatan (observasi) dan uji coba
(eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan,
kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.

c. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 63
diukur dengan akal. Rasionalisme adalah merupakan faham
atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal.
Selain itu tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan
analisis yang berdasarkan fakta.
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa
Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin
ratio yang berarti “akal”. Berdasarkan akar katanya
rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa
akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai
aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi
peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Rasionalisme mencapai puncaknya melalui Rene
Descartes yang terkenal dengan adagiumnya: Cogito, ergo sum
(Aku berpikir, maka aku ada). Ia beranggapan bahwa
pengetahuan dihasilkan oleh indra. Tetapi karena indra itu tidak
dapat meyakinkan, bahkan mungkin pula menyesatkan, maka
indra tidak dapat diandalkan. Yang paling bisa diandalkan
adalah diri sendiri. Dengan demikian, inti rasionalisme adalah
bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukan berasal dari
pengalaman, melainkan dari pikiran.

Tokoh Rasionalisme
René Descartes (1596-1650 M) merupakan seorang filsuf
dan pakar matematika Perancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours de la méthode (1637). Descartes, kadang dipanggil
“Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”,
adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam
sejarah barat modern.
64 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Inti metode Descartes adalah keraguan yang mendasar.
Sehingga dalam berhubungan dengan realita, Descartes mencoba
untuk meragukan segala apa yang diterima oleh inderanya dan
dia berusaha untuk menguak realitas dengan menggunakan
akalnya. Karena menurutnya hanya pengetahuan yang diperoleh
melalui akal yang dapat disebut sebagai pengetahuan yang
ilmiah. Dan kebenaran yang diperoleh melalui indera mempunyai
tingikat kesalahan yang lebih tinggi.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi filsafat di Eropa
karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak
ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Descartes
adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya
bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

d. Positivisme
Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme.
Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus
dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif
menentukan validitas dan reliabilitas pengetahuan. Indera amat
penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam
dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan
indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan
ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar
dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah
mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak. Manusia
tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta. Oleh sebab
itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah
menyelelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdapat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 65
realitas. Dengan demikian, positivisme menolak metafisika.
Positivisme berasal dari kata “positive”, kata positif disini
berarti “factual” yaitu sesuatu yang berdasarkan fakta.
Positivisme mengutamakan pengalaman, berbeda dengan
empirisme Inggris yang menerima subjektivitas sebegai sumber
pengetahuan. Positivisme hanya mengandalkan fakta belaka.
Nama positivisme diintroduksikan A. Comte dalam
perbendaharaan kata filosofis berasal dari kata positif. Kata positif
sama artinya dengan faktual (apa yang berdasarkan fakta-fakta).
Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi
fakta-fakta. Oleh karena itu ilmu pengetahuan empiris menjadi
contoh istimewa dalam bidang pengetahuan pada umumnya. Oleh
karena itu tidak mengherankan bila positivisme menolak cabang
filsafat yang disebut dengan metafisika. Ilmu pengetahuan,
termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan
yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme juga mengutamakan
pengalaman, tetapi membatasi diri pada pengalaman obyektif saja.
Positivisme berusaha melembagakan pandangan dunia
objetivistiknya dalam suatu doktrin kesatuan ilmu (unified
science). Doktrin kesatuan ilmu mengatakan bahwa seluruh ilmu,
baik ilmu alam maupun manusia, harus berada di bawah payung
paradigma positivistik. Doktrin kesatuan ilmu mengajukan
kriteria-kriteria bagi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a. Bebas nilai, pengamat harus bebas dari kepentingan, nilai,
emosi dalam mengamati objeknya agar diperoleh
pengetahuan yang objektif.
b. Ilmu pengetahuan harus menggunakan metode verifikasi-
empiris
c. Bahasa yang digunakan harus analitik (bisa dibenarkan
atau disahkan secara logis), bisa diperiksa secara empiris
dan atau nonsens
d. Bersifat eksplanasi, ilmu pengetahuan hanya diperbolehkan
melakukan penjelasan akan keteraturan yang ada di alam
66 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
semesta, ia hanya menjawab pertanyaan how dan tidak
menjawab pertanyaan why.
Temuan-temuan yang dihasilkan oleh ilmu modern
nampaknya memberi pengaruh kuat terhadap A. Comte dalam
merumuskan filsafatnya yang dikenal dengan “Positivisme”.
Doktrin filsafatnya yang terkenal adalah hukum tiga tahap; tahap
teologi, metafisik dan positif.
Ciri utama positifism menurut Stumpf, ada dua; pertama,
ia menolak asumsi yang menyatakan bahwa alam ini memiliki
tujuan akhir. Kedua, menghentikan setiap usaha yang hendak
mencari-cari “sebab hakiki yang tersembunyi” dibalik alam ini.
Sebaliknya, ia berusaha mengkaji fakta-fakta melalui
pengamatan guna menemukan adanya hubungan-hubungan yang
konstan antara segala sesuatu dan kemudian merumuskan
hukum, yakni hukum tentang hubungan antar berbagai fenomena.
Hubungan-hubungan yang dikenal di dalam ilmu kealaman,
misalnya, susunan kimia, titik lebur, massa, energi, materi, berat
jenis. Seperti filsafat Abad Pertengahan yang berkhidmat untuk
teologi, kata Collingwood, maka filsafat positivisme ini
berkhidmat untuk ilmu alam. Kaum positivis berpendapat bahwa
ilmu alam itu berkepentingan dengan dua hal; pertama,
menentukan fakta, dan kedua, merumuskan hukum. Hukum yang
dimaksud oleh aliran ini bukanlah hukum atau teori kausalitas
model Plato dan Aristoteles melainkan hukum tentang relasi atau
hubungan antara fenomena. Kita tidak mengetahui apa-apa selain
fenomena, kata Mill, salah seorang pengikut Comte. Kita tidak
mengetahui apayang hakiki melainkan hanya fakta-fakta dan
hubungan antar fakta.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat positivisme ini
mengilhami lahirnya Lingkaran Wina dimana berkumpul sarjana-
sarjana ilmu pasti dan ilmu alam. Pandangan filsafat mereka
adalah bahwa pengetahuan itu hanya bersumber dari pengalaman
inderawi. Doktrinnya yang terkenal adalah tentang verifikasi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 67
sebagai garis batas yang memisahkan proposisi yang berguna
dan yang tidak berguna. Figur sentral dari Lingkaran Wina ini
adalah Rudolf Carnap.

Tokoh Positivisme
Auguste Comte (1798-1857) adalah tokoh aliran
positivisme yang paling terkenal. Comte bermaksud memberi
peringatan kepada para ilmuan akan perkembangan penting yang
terjadi pada perjalanan ilmu ketika pemikiran manusia berali dari
fase teologis, menuju fase metafisis, dan terakhir fase positif,
dimana manusia telah membatasi diri pada fakta yang tersaji
dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas dasar
observasi dan kemampuan rasio. Aliran ini tentunya mendapat
pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan
kemajuan dari revolusi Perancis.
Pokok ajaran Comte yang terkenal adalah tanggapannnya
bahwa perkembangan pengetahuan manusia, baik manusia
perorangan maupun umat manusia sebagai keseluruhan, meliputi
tiga jaman. Bagi Comte perkembangan menurut tiga jaman ini
merupakan suatu hukum yang tetap. Ketiga jaman ini masing-
masing adalah jaman teologis, jaman mentafisis, dan jaman
ilmiah atau positif. Mula-mula suatu ilmu bersifat teologis, lalu
berubah menjadi metafisis dan lama-kelamaan mencapai
kematangan positif.
Positivisme berkembang dari hasil pemikiran Comte yang
melanjutkan ide Madame de Stael dan Henry Saint-Simon ke
tahap pemikiran yang lebih bermakna, menuliskan bagaimana
metode sains dapat juga didayagunakan untuk mengkaji fenomen
sosial. Comte yang berlatarbelakangkan kesarjanaan
matematika dan fisika menyatakan keyakinannya bahwa konsep
dan metode ilmu pengetahuan alam (yang dipakai untuk
menjelaskan hubungan sebab-akibat antarbenda anorganik yang
mati) dapat juga dipakai untuk menjelaskan alam kehidupan
68 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
kolektif manusia. keyakinannya itulah maka, dalam dunia sains
Comte digelari Bapak Sosiologi.

d. Intuisionisme
Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, seorang filsuf
Prancis. Bergon membedakan pengetahuan diskursif dan
pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analis, dan
diperoleh melalui perantara dan simbol. Pengetahuan seperti ini
dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi, ini merupakan
pengetahuan tidak langsung.
Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab
tidak dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini
diperoleh lewat intuisi, pengamatan langsung orang yang
bersangkutan. Jelas pengetahuan ini lebih lengkap. Ia
menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi
orang yang mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini
subyektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut.
intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh
pengetahuan melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi
atau pengetahuan yang ada perantaraannya. Menurut Henry
Bergson, penganut intusionisme, intuisi adalah suatu sarana
untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung. Metode
intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan
dalam bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi
penganut intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman
inderawi yang bisa menghasilkan pengetahuan darinya. Maka
intuisionisme hanya mengatur bahwa pengetahuan yang diperoleh
melalui intuisi.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, Bergson
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang
tertinggi. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu
usaha. Kemampuan ini dapat memahami kebenaran yang utuh.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 69
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Tanpa melaui proses berliku-liku dia
sudah mendapatkan jawabannya.

e. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos
(teori), yang berarti teori tentang nilai. Pertanyaan di wilayah
ini menyangkut, antara lain: Untuk apa pengetahuan ilmu itu
digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan
kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan
norma-norma moral dan professional (filsafat etika).
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.Suriasumantri (1998) mengartikan aksiologi sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Aksiologi adalah ilmu
yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya
dan moral suatu masyarakat.
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada
kaitannya dengan kategori:
(1)baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai
70 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut
etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat
keindahan atau estetika.
1). Etika
Etika yakni teori tentang nilai baik dan buruk. Etika
disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal
dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari
kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam
bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan.
Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia,
sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan,
bermoral atau tidak bermoral. Moralitas manusia adalah objek
kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat
manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu,
kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu
perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah
Deontologis dan Teologis.
1.1. Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang
terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yaitu
menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari
sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku
baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada.
1.2. T eologis
Teologis
Teori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu
perilaku baik jika buah dari perilaku itu lebih banyak untung
daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari
indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua
pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme).
Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 –
1832), yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806
– 1873).
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 71
1.3.
3. Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy
of beauty) , yang berasal dari kata aisthetika atau
aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap
dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal
yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indak atau tidak indah.

Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga


sekarang muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan
apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif,
ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia
dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari
pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan
dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.
Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sungguh-sungguh,
harmoni, proporsi dan simetri adalah membentuk keindahan dan
ada unsur metafisika. Bagi Platonis, keindaha adalah pancara
akal Ilahi.

72 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB IV
FILSAFAT YUNANI KUNO
FILSAFA

A. SEJARAH FILSAFAT YUNANI KUNO


Berbicara mengenai filsafat, tentunya tidak terlepas dari
perbincangan mengenai Yunani. Karena di sinilah filsafat itu
berkembang pesat. Dan salah satu hal yang sangat penting dalam
mempelajari filsafat Yunani adalah dengan mengetahui
sejarahnya.
Sejarah peradaban Yunani Kuno begitu rumit dan
kompleks. Meski begitu, dari sinilah perkembangan ilmu
pengetahuan ditanamkan. Sejarah peradaban Yunani Kuno adalah
landasan sejarah pemikiran modern yang berkembang dari ilmu
filsafat kuno.
Yunani adalah sebuah negeri di wilayah Mediterania
mempunyai peradaban tertua di Eropa. Orang Yunani adalah
sekelompok orang Indo-Eropa nomadik yang menggantikan
kelompok masyarakat yang sudah menetap di dekat lautan
Aegean. Bangsa Yunani adalah bangsa terusir dari wilyahnya
dan membangun peradaban besar di pulau Kreta.
Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran
Yunani Kuno tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran
dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat.
Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat
Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak
ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada studi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 73
perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Tema Plato
dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang
masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani
seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa,
pengenalan, Tuhan dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat
seluruhnya.
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani
semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada [agama] lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Beberapa faktor yang
mendahului lahirnya filsafat di Yunani, yaitu: (a). Mitologi bangsa
Yunani, (b). Kesusastraan Yunani, (c). Pengaruh ilmu pengetahuan
pada waktu itu sudah sampai di Timur Kuno.
Filsafat Yunani telah berkembang ke berbagai kota, dari
pesisir selatan Asia Kecil, sampai ke Italia Selatan dan kota-kota
pesisir di Sicilia, dan juga di Yunani itu sendiri pada abad ke-5
SM. Dan ini telah menjadi pusat kegemilangan filsafat pada abad
ke-6 dan ke-5 SM. Selanjutnya filsafat Yunani berkembang pada
masa Iskandaria dari Makedonia di abad ke-4 SM.

B. FILSAFAT YUNANI KUNO


Ciri umum dari fisalfat Yunani ialah rasionalisme. Pada
tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagi suatu
bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh
Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M)
mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah
menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan
Thales yang menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah
pertanyaan biasa. Pertanyaan Thales yang merupakan
pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot yang dalam sesuatu
yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang
74 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature
of the world stuff ?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa
menjawabnya, sains juga terdiam, namun Filsuf berusaha
menjawabnya. Thales menjawab Air ( Water is the basic
principle of the universe ), dalam pandangan Thales air
merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah
menjadi berbagai wujud
Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban
terhadap bahan dasar (Arche) dari semesta raya ini dengan
argumentasinya masing-masing. Anaximandros (610-540 S.M)
mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah sesuatu yang
paling awal dan abadi, Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan
bahwa hakekat alam semesta adalah bilangan, Demokritos (460-
370 S.M) berpendapat hakekat alam semesta adalah Atom,
Anaximenes (585-528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos
(544-484 S.M) menjawab asal hakekat alam semesta adalah api,
dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada yang tetap, semuanya
mengalir. Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf menandai
dinamika pemikiran yang mencoba mendobrak dominasi mitologi,
mereka mulai secara intens memikirkan tentang Alam/Dunia,
sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang
Filsafat Alam ( Natural Philosopher ), yang dalam
perkembangan selanjutnya melahirkan Ilmu-ilmu kealaman.
Yang hendak dikatakan disini adalah hal upaya mencari
unsur induk segala sesuatu (arche
arche), itulah momentum awal
sejarah yang telah membongkar periode mitologi yang
mengungkung pemikiran manusia pada masa itu kearah
rasionalitas (logos) dengan suatu metode berpikir untuk mencari
sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan
kausalitasnya (sebab-akibat).
Jadi unsur penting berpikir ilmiah sudah mulai dipakai,
yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini
arché yang dikemukakan para filsuf tadi masih bersifat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 75
spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut
dengan melakukan pembuktian (verifikasi) melalui observasi
maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan (empiris),
tetapi prosedur berpikir untuk menemukannya melalui suatu
bentuk berpikir sebab-akibat secara rasional itulah yang patut
dicatat sebagai suatu arah baru dalam sejarah pemikiran
manusia. Hubungan sebab-akibat inilah yang dalam ilmu
pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Singkatnya,
hukum ilmiah atau hubungan sebab-akibat merupakan obyek
material utama dari ilmu pengetahuan. Demikian pula kelak
dengan tradisi melakukan verifikasi melalui observasi dan
eksperimen secara berulangkali dihasilkan teori ilmiah.
Zaman keemasan/puncak dari filsafat Yunani Kuno/Klasik,
dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348
SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates sebagai guru dari
Plato maupun tidak meninggalkan karya tulis satupun dari hasil
pemikirannya, tetapi pemikiran-pemikirannya secara tidak
langsung banyak dikemukakan dalam tulisan-tulisan para pemikir
Yunani lainnya tetapi terutama ditemukan dalam karya muridnya
Plato. Filsafat Plato dikenal sebagai ideal (isme) dalam hal
ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi dari
suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang
ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Filsafat Plato juga merupakan
jalan tengah dari ajaran Herakleitos dan Parmenides. Dunia “ide”
itulah yang tetap tidak berubah/abadi sedangkan kenyataan yang
dapat diobservasi sebagai sesuatu yang senantiasa berubah.
Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi
logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika,
estetika, politik.

C. PARA FILSUF YUNANI KUNO


Tokoh-tokoh filsuf yang ada di zaman Yunani kuno berikut
latar belakangnya berdasarkan urutan filosofis untuk pertama
76 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
kali muncul.
1. Thales (624-546 SM),
SM) dia orang Melitius dan digelari Bapak
Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat lewat
pertanyaan yang aman mendasar: what is the nature of the
world stuff ? Ia sendiri menjawab air. Alsan yang cukup
sederhana darinya adalah karena ia melihat air sebagai
sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut
pendapatnya bumi ini terapung di atas air. Pertanyaannya
muncul dengan menggunakan akal, bukan menggunakan
agama atau kepercayaan lainnya. Sejak saat ini akal mulai
digunakan lepas dari keyakinan.
2. Anaximander
Anaximander,, lewat proses pemikirannya ia mencoba
menjelaskan substansi pertam abersifat kekal dan ada dengan
sendirinya adalah udara. Karena udara merupakan sumber
segala kehidupan. Filosof ini telah memperlihatkan bahwa
dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang
digunakan bukan pada kongklusi. Dan mulai di sini sudah
kelihatan bibit relativisme yang kelak dikembangkan dalam
filsafat sofisme.
3. Heraclitus (544-484 SM)
SM). Menurutnya memahami kehidupan
kosmos mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis, tidak
pernah berhenti (diam) selalu bergerak dan berubah. Misalnya
sesuatu yang panas berubah menjadi dingin, dingin berubah
menjadi panas. Dia pun menyimpulkan bahwa yang mendasar
dalam alam semesta ini bukanlah bahan seperti; air dan udara
(Thales and Anaximander) melainkan prosesnya. Implikasi
dari pernyataannya mengandung pengertian bahwa kebenaran
selalu berubah, tidak tetap. Pandangan ini ialah warna dasar
filsafat sofisme.
4. Parmanides adalah tokoh relativisme, ia digelari logikawan
pertama dalam sejarah filsafat. Sistemnya secara keseluruhan
disandarkan pada deduksi logis, dalam logkanya dia berpikir
tentang Tuhan dalam 3 cara: 1) ada; 2) tidak ada; dan 3) ada
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 77
dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tiodak mungkin
diyakini yang tidak ada, (2) ada karena tidak ada pastilah
tidak ada; (3) pun tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan
itu ada dan sekaligus tidak. Di sinilah logika betul-betul sebagai
alat ukur, dan ukuran kebenaran adalah akal manusia.
5. Zeno (490 SM), ia pun menggunakan logikanya sebagai alat
ukur kebenaran dan termasuk tokoh aliran sofisme. Ia
merelatifkan kebenaran yang telah mapan lewat konsekuensi
rumusan:
a) Anda tidak pernah mencapai garis finish dalam suatu
balapan walaupun secara empiris telah sampai/lama
mencapai garis itu. Ini adalah matematika logis
b) Anak panah yang meluncur dan terlihat bergerak laju
menurutnya adalah diam dan sama sekali tidak bergerak.
Karena ia termasuk sofisme sehingga di kalangan filosof
pikirannya tidak disenangi apa lagi oleh Socrates dan Plato.
Ciri pemikiran Sofis saling bertentangan, dalam moral pun
menganut moral yang relatif, tidak ada generalisasi atau
dengan kata lain tidak ada kebenaran umum semua kebenaran
itu relatif tergantung siapa tokohnya. Sebagian para filosof
memandang orang-orang sofis matrealis karena mau
menerima uang dari ajaran mereka sementara filosof
mengatakan bahwa filsafat itu untuk disenangi, bukan alat
mencari uang.
6. Protagoras, ia juga tokoh barisan sofis yang menyatakan
manusia adalah ukuran kebenaran. Humanisme merupakan
tulang punggung dari pernyataan ini, maksudnya bahwa
kebenaran itu bersifat pribadi (private), akibatnya tidak akan
ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun
agama.
7. Gorgias (427) ia orang Athena dan termasuk tokoh sofis. Ada
3 proposisi yang diajukannya. Pertama, tidak ada yang ada;
maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila
78 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
sesuatu itu ada, ia tidak akan dapat diketahui, disebabkan
oleh penginderaan tidak dapat dipercaya dan sumber ilusi.
Akal menurutnya tidak juga mampu meyakinkan tentang
bahan alam semesta karena dikungkung oleh dilema subjektif.
Manusia berfikir seusi dengan kemauan, idea, yang diterapkan
pda fenomena, proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.
Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tak dapat
kita beritahukan kepada orang lain. Di sini memperlihatkan
kekurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan
kita itu. Ada sisi positif yang didapat dari gerakan sofis yakni
ia membangkitkan semangat berfilsafat. Sofis mengingatkan
para filosof bahwa persoalan pokok dalam filsafat bukanlah
alam, melainkan manusia, itulah sebabnya mengapa mereka
dikatakan membangkitkan jiwa humanisme. Pandangan
gerakan sofis mengenai relativisnya moral telha mengilhami
munculnya utilitarianisme, pragmatisme, positivisme,
dan eksistensialisme.
8. Socrates (470-399 SM), ia adalah tokoh yang meyakinkan
orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada
kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Ia
pun seorang pengantur moral yang absolut dan meyakini
bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang
berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam
pengetahuan. Menurutnya ada kebenaran objektif yang tidak
bergantung pada saya atau kita, metode yang digunakannya
adalah dialektika yakni melalui percakapan-percakapan lalu
menganalisisnya. Hasil analisisnya menghasilkan hipotesis-
hipotesis sampai pada akhirnya menjadi definisi yang sangat
berguna.
Dengan pengetahuan Socrates membuktikan bahwa
kebenaran umum adalah definisi, dan pengetahuan yang
khusus ialah kebenaran relatif. Pendapat Socrates ini telah
dapat menghentika laju relativisme kaum sofis, bahwa hidup
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 79
bukan tanpa pegangan; kebenaran sains dan agama dapat
dipegang bersama sebagiannya, diperselisihkan sebagiannya.
Akibatnya orang Athena mulai kembali memegang kaidah
sains dan kaidah agama mereka, kubu Socrates pun semakin
kuat. Melihat peristiwa ini membuat kaum sofis merasa kalap
lalu menuduh Socrates merusak mental anak mudah dan
menolak Tuhan-Tuhan. Socrates kemudian diadili dan dijatuhi
hukuman mati. sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar
justru dengan cepat.
9. Plato, ia salah seorang murid dan teman Socrates. Menurut
Plato esensi itu mempunyai realitas di alam idea itu sendiri,
ini memperkuat pendapat gurunya Socrates. Lewat karangan
mitosnya di dalam dialog Politeiamenjelaskan bahwa gua
adalah dunia yang dapat ditangkap oleh indera. Kebanyakan
orang menjadi terbelenggu dan menerima pengalaman spontan
begitu saja. Namun ada beberapa orang memperkirakan
bahwa realitas inderawi hanyalah bayangan; mereka adalah
filosof. Untuk mencapai kebenaran yang sebenarnya manusia
harus mampu melepaskan diri dari pengaruh indera yang
menyesatkan, bahkan filosof pun tidak akan dipercayai orang.
10. Aristoteles, ia lahir pada tahun 384 SM di Stagira sebuah
kota di Thrace. Ia pun murid sekaligus teman serta guru Plato.
Ia giat melakukan penelitian tidak hanya menjelaskan prinsip-
prinsip sains, tetapi ia juga mengajarkan politik, retorika, dan
dialektika. Dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai
Bapak Logika. Pendapatnya dalam metafisika menyatakan
bahwa manusia dapat mencapai kebenaran salah satu teorinya
matter dan form itu bersatu; matter memberikan substansi
sesutu, form memberikan pembungkusnya, setiap objek terdiri
atas matter and form.
Tuhan menurut Aristotelies berhubungan dengan dirinya
sendiri, ia tidak berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam
ini. Dalam mencintai Tuhan kita tidak usah mengharapkan ia
80 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, baginya Tuhan
sebagai penyebab gerak. Pada Aristoteleslah pemikiran filsafat
lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Jasanya dalam
menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena
bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh
tokoh-tokoh sofisme.
Filsafat Yunani kuno yang rasional berakhir setelah
Aristoteles menggelarkan pemikirannya, akan tetapi sifat rasional
masih digunakan selama beberapa abad sesudah Aristoteles.

D. CIRI-CIRI FILSAFAT YUNANI


1. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seputar
pertanyaan hakikat kehidupan;
2. Pertanyaan tentang asal usul alam (Heraklitos: api, Thales:
air);
3. Pertanyaan asal-usul manusia (Aristoteles, dualisme jiwa dan
tubuh:Plato);
4. Berkembang konsep kebenaran (konsep relativitas: Protagoras,
konsep objektivitas: Socrates).

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 81


BAB V
FILSAFAT ISLAM
FILSAFA

A. PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM


Ketika filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian
berkembang sehingga banyak dibicarakan oleh orang-orang Arab,
tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina
dan lain-lain. Para sejarawan banyak menulis berbagai buku
tentang kehidupan, pendapat serta pemikiran mereka. Para
penulis buku itu menyebut mereka “kaum filosof Islam”, ada
pula yang menamakan “para filosof beragama Islam”, kadang-
kadang disebut juga dengan ungkapan “para hikmah Islam”
( Falasifatul-Islam , atau Al-falasifatul Islamiyyin atau
Hukuma’ul-Islam ), mengikuti sebutan yang diberikan
Syahrastani, Al-Qithi’, Al-Baihaqi dan lain-lain. Oleh sebab itu
Syaikh Musthafa ‘Abdurrazaq mengatakan dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Sejarah Islam bahwa para ahli filsafat telah
sepakat memberi nama demikian, karena pemberian nama lain
tidak dibenarkan dan tidak boleh dikisrukan: “Maka kami
berpendapat perlu menamakan filsafat itu dengan nama yang
telah diberikan oleh ahli filsafat itu sendiri yaitu Filsafat Islam
dengan arti bahwa filsafat tersebut lahir di negeri Islam.
Demikian juga pendapat Dr. Ibrahim Madzkur dengan
pernyataan bahwa penamaan filsafat Arab tidak berarti pemikiran
filsafat itu hasil karya suatu ras atau suatu bangsa. Saya lebih
suka menyebut Filsafat Islam, karena Islam bukan hanya aqidah
atau keyakinan semata-mata melainkan juga peradaban dan
82 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
sikap peradaban mencakup segi-segi kehidupan moral, material,
pemikiran dan perasaan. Jadi Filsafat Islam ialah segala studi
filsafat yang dilukis di dalam dunia Islam, baik penulisnya orang
Muslim, Nasrani ataupun Yahudi.
Dengan demikian disimpulkan bahwa filsafat yang muncul
dalam kehidupan Islam yang banyak dibicarakan oleh orang-
orang Arab adalah Filsafat Islam , karena kegiatan
pemikirannya bercorak Islam. Islam disini menjadi jiwa yang
mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islami bukan karena
yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama
Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab atau dari segi
objeknya yang membahas mengenai pokok-pokok keislaman.
Hakekat Filsafat Islam ialah aqal dan al-Quran. Filsafat
Islam tidak mungkin tanpa aqal dan al-Quran. Aqal yang
memungkinkan aktivitas itu menjadi aktivitas kefilsafatan dan
al-Quran juga menjadi ciri keislamannya. Tidak dapat
ditinggalkannya al-Quran dalam filsafat Islam adalah lebih
bersifat spiritual, sehingga al-Quran tidak membatasi aqal bekerja,
aqal tetap bekerja dengan otonomi penuh.
Dengan demikian filsafat Islam adalah hasil pemikiran
filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam
yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang
logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fuad al-Ahwani
filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam dan manusia yang
disinari ajaran Islam.
Tujuan dan manfaat mempelajari filsafat Islam ialah
mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan manfaat
mempelajarinya ialah :
1. Dapat menolong, mendidik, dan membangun diri sendiri untuk
berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa ia adalah
makhluk Tuhan
2. Dapat memberikan kebiasaan dan keahlian untuk melihat dan
memecahkan persoalan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 83
B. LAHIRNYA FILSAFAT ISLAM
Sifat khas orang-orang Arab saat itu yang hidup
mengembara (kafilah) bergeser pada proses urbanisasi. Setelah
proses urbanisasi, mereka terikat oleh birokrasi dan mengalami
krisis identitas dalam bidang sosial dan agama.
Proses akulturasi tersebut mencapai puncaknya dengan
didirikannya lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, dan
perpustakaan. Misalnya, tahun 833 khalifah al-Ma’mun
(Baghdad), mendirikan bait al-Hikmah, tahun 972 khalifah
Hakam (Qahirah) mendirikan Jami’at al-Azhar.
Pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa
permulaan Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al-
Rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani
kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan
Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang
dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi
kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat.
Penterjemahan ini sebagian besar dari karangan
Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai Neoplatonisme,
karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran
lainnya, juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang
dapat dibaca para cendekiawan muslim. Tak lama kemudian
timbulah para filosuf-filosuf dan ahli ilmu pengetahuan terutama
kedokteran di kalangan umat Islam.
Pembagian aliran pemikiran filsafat Islam yang berdasar pada
hubungannya dengan sistem pemikiran Yunani (ada empat), yaitu :
a. Periode Mu’tazilah. Mulai abad ke-8 sampai abad ke-12.
Keberadaan Mu’tazilah ini sangat penting artinya dalam
pemikiran filsafat islam, karena terlihat orientasi pemikirannya
dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan,
kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan Alhadist.
b. Periode Filsafat Pertama. Mulai dari abad ke-8 sampai
dengan Abad ke-11.
84 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Terdapat dua bagian dalam periode filsafat pertama,
yaitu pertama, bercorak Neoplatonic yang berkembang di Irak,
Iran, dan Turkestan; kedua bercorak peripatetis yang
berkembang di Spanyol dan Magrib (Maroko).
Al-Kindi (800 – 870), dialah satu-satunya orang Arab
asli yang menjadi filsuf (ahli fikir). Ibnu Sina (980 – 1037)
dalam umur 18 tahun ia telah menjadi ahli dalam bidang
filsafat, astronomi, fikih, matematika, biologi, ilmu bahasa dan
lain-lainnya.
c. Periode Kalam Asy’ari’. Periode ini berlangsung mulai
abad ke-9 sampai abad ke-11.
Timbulnya aliran ini dilatar belakangi oleh beberapa
faktor, yaitu :
- Perlunya mempertahankan kemurnian tauhid dari keragaman
sistem pemikiran dalam Islam.
- Untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari
serangan luar.
- Terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan, misalnya
Al-hallaj (858 – 922).
d. Periode Filsafat Kedua. Mulai abad ke-11 sampai abad
ke-12.
Dalam sejarah Islam, Spanyol disebut Andalusia. Berkat
jasa seorang pahlawan Islam Tariq bin Ziyad yang meluaskan
islam sampai ke Spanyol, tahun 710. Cordoba dan Toledo
ditaklukkan.
Dalam kurun waktu dua abad, telah lahir beberapa ahli
pikir Islam, yaitu Ibnu Masarrah (883 – 931), Ibnu Tufail (1110
– 1185), Ibu Bajah (1100 – 1138), dan Ibnu Rusyd (1126 –
1198).

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 85


BAB VI
PENGARUH FILSAFAT ISLAM
FILSAFA
TERHADAP BERBAGAI STUDI KEISLAMAN

A. Filsafat Islam dengan Ilmu Tasawuf


Tasawuf sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan
bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin
dengan Allah. Tasawuf terbagi dua, yaitu Tasawuf Amali dan
Tasawuf Falsafi. Dari pengelompokan tersebut tergambar adanya
unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti
penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-
baqa, ittihad, hulul, wahdat al- wujud).

B. Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam (Teologi)


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran anatara
filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat
secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti
dengan nama Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu
kalam dengan menekankan penggunanaan semantik (logika)
Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh
para filosuf. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash
agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya
penggunaan dalil naqli yang tampak pada perbincangan
mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu
Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.

86 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


C. Filsafat Islam dengan Ilmu Fiqh
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan
dengan hukum diperlukan ijtihad, yaitu suatu usaha dengan
mempergunakan akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan
ketentuan-ketentuan hukum dari sumbernya. Syaikh Mustafa
Abdurrazaq menyatakan, bahwa Ilmu Ushul Fiqh sepenuhnya
diciptakan dan diletakkan dasar-dasar oleh Asy-Syafi’i dan itu
terlihat jelas adanya berbagai kecenderungan pemikiran filsafat.

D. Para filsuf muslim


1. Al-Ghazali / 1050-1111 M
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-
Thusi asy-Syafi’i (lahir 1058 di Thus, Propinsi Khurasan, Persia
(Iran), wafat 1111, Thus) adalah seorang filsuf dan teolog muslim
Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
Pertengahan.
Pokok pemikiran dari al-Ghozali adalah tentang Tahafutu
al-falasifah (kerancuan berfilsafat) dimana al-Ghazali
menyerang para filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan
berfikir mereka. Tiga diantaranya, menutur al-Ghazali
menyebabkan mereka telah kufur, yaitu tentang : Qadimnya Alam,
Pengetahuan Tuhan, dan Kebangkitan jasmani.
Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu
adalah hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi
kemudian ternyata bahwa baginya panca indra juga berdusta.
Karena tidak percaya pada panca indra, al Ghazali kemudian
meletakan kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang
membuat al Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat
bahwa aliran-aliran yang mengunakan akal sebagai sumber
pengetahuan, ternyata menghasilkan pandangan-pandangan
yang bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal. Lalu al
Ghazali mancari ilm al yaqini yang tidak mengandung
pertentangan pada dirinya. Tiga bulan kemudian Allah
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 87
memberikan nur yang disebut juga oleh Al Ghazali sebagai kunci
ma¡¦rifat ke dalam hatinya. Dengan demikian bagi Al Ghazali
intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk
menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini.

2. Suhrawardi / 1158-1191 M
Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori
emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah
Nuur An-Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian
memancar menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi
mejadi Nuur kedua, dan seterusnya hingga yang paling bawah
(Nur yang semakin tipis) memancar menjadi Alam (karena
semakin gelap suatu benda maka ia semakin padat).
Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari Ilmu
dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan
sebagai perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui
keberadaan Allah. Sehingga keduanya, antara Alam dan Wahyu
adalah sama-sama sebagai ilmu.

3. Ibnu Khaldun (1332 M-1406 M)


Abdurrohman Ibn Khaldun (1332 M-1406 M), lahir di
Tunisia, adalah sosok pemikir muslim legendaris. Khaldun
membuat karya tentang pola sejarah dalam bukunya yang
terkenal: Muqaddimah, yang dilengkapi dengan kitab Al-I’bar
yang berisi hasil penelitian mengenai sejarah bangsa Berber di
Afrika Utara. Dalam Muqaddimah itulah Ibnu Khaldun membahas
tentang filsafat sejarah dan soal-soal prinsip mengenai timbul
dan runtuhnya negara dan bangsa-bangsa.
Dalam mempertautkan sejarah dengan filsafat, Ibnu
Khaldun tampaknya ingin mengatakan bahwa sejarah
memberikan kekuatan intuisi dan inspirasi kepada filsafat,
sedangkan filsafat menawarkan kekuatan logika kepada sejarah.
Dengan begitu, seorang sejarawan akan mampu memperoleh
88 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
hasil yang relatif valid dari proses penelitian sejarahnya, dengan
dasar logika kritis.

Dasar sejarah filsafatnya adalah :


1). Hukum sebab akibat yang menyatakan bawa semua peristiwa,
termasuk peristiwa sejarah, berkaitan satu sama lain dalam
suatu rangkaian hubungan sebab akibat.
2). Bahwa kebenaran bukti sejarah tidak hanya tergantung kepada
kejujuran pembawa cerita saja akan tetapi juga kepada tabiat
zaman. Karena hal ini para cendekiawan memberinya gelar
dan titel berdasarkan tugas dan karyanya serta keaktifannya
di bidang ilmiah

4. Al-Kindi (806-873 M)
Al-Kindi Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq ibn
Sabbah ibn Imran ibn Ismail al-Ash‘ats bin Qais al-Kindi. Ia
seorang filosof muslim yang pertama. Kindah adalah salah satu
suku Arab yang besar pra-Islam. Kakeknya Al-Ash’ats ibn Qais,
memeluk Islam dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi
SAW. Al-Ash’ats bersama beberapa perintis muslim pergi ke
kufah, tempat ia dan keturunannya mukim. Ayahnya adalah Ishaq
al-Sabbah menjadi gubernur Kufah selama kekhalifahan
Abbasiyah al-Mahdi dan al-Basyid. Kemungkinan besar al-Kindi
lahir pada tahun 185 H /801 M.
Menurut al-Kindi filsafat hendaknya diterima sebagai
bagian dari kebudayaan Islam, oleh karena itu para sejarawan
Arab awal menyebutnya “filosof Arab”. Menurutnya batasan
filsafat yang ia tuangkan dalam risalahnya tentang filsafat awal
adalah “filsafat” adalah pengetahuan tentang hakekat segala
sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan
para filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran dan dalam
prakteknya ialah menyesuaikan dengan kebenaran.
Al Kindi berusaha memadukan anatara filsafat dan agama.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 89
Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar,
dan al Qur’an membawa argument-argumen yang lebih meyakinkan
dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat
tidak dilarang, bahkan berteologi adalah bagian dari filsafat,
sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi.
Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn
kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama
disamping wahyu mempergunakan akal dan filsafat juga
mempergunakan akal. Yang benar pertama (the first Truth) bagi
Al kindi ialah Tuhan.
Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada
tiga hal yaitu :
1. Ilmu agama merupakan bagaian dari filsafat
2. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan filsafat, saling
berkesuaian
3. Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama.

5. Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)


Nama lengkapnya adalah abu bakar muhammad ibn
zakaria ibn yahya al-razi. Di barat dikenal dengan Rhazes. Ia
lahir di Ray dekat Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Akal dan
agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu), prinsip lima
yang abadi, dan hubungan jiwa dan materi.

6. Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi Nama lengkapnya Abu Nash al-Farabi, lahir pada
tahun 258 H / 870 M di Farab, meninggal pada tahun 339 H / 950
M. Sejarah mencatatnya sebagai pembangun agung sistem
filsafat, dimana ia telah membaktikan diri untuk berfikir dan
merenung, menjauh dari kegiatan politik, gangguan dan
kekisruhan masyarakat.
90 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Al-Farabi adalah seorang yang logis baik dalam pemikiran,
pernyataan, argumentasi, diskosi, keterangan dan penalarannya.
Unsur-unsur penting filsafatnya adalah :
1). Logika
2). Kesatuan filsafat
3). Teori sepuluh kecerdasan
4). Teori tentang akal
5). Teori tentang kenabian
6). Penafsiran atas al-Qur’an.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : kesatuan
filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea,
Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.

7. Ibnu Maskawih (932-1020 M)


Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad
Ibn Ya’qub Ibn Miskawih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H
(932 M) dan wafat di Asfahan pada 9 safar 421 H (16 Februari
1030 M). Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : filsafat
akhlaq, dam filsafat jiwa.

8. Ibnu Shina (980-1037 M)


Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di
Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter
kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Ibnu Sina bernama lengkap Abû ‘Alî al-Husayn bin
‘Abdullâh bin Sînâ (Persia ÇÈæÚáì ÓíäÇ Abu Ali Sina atau dalam
tulisan arab : ÃÈæ Úáí ÇáÍÓíä Èä ÚÈÏ Çááå Èä ÓíäÇ). Ibnu Sina
lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan
Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Pemikiran filsafatnya
berikisar tentang masalah : fisika dan metafisika, filsafat
emanasi, filsafat jiwa (akal), dan teori kenabian.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 91


9. Ibnu Bajjah (1082-1138 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn
Yahya Ibn Al-Sha’igh Al-Tujibi Al-Andalusi Al-Samqusti Ibn
Bajjah. Ibn bajjah dilahirkan di Saragossa, andalus pada tahun
475 H (1082 M). Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah
: metafisika, teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir al-
mutawahhid (mengatur hidup secara sendiri).

10. Ibnu Tufail (1082-1138 M)


Nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad Ibn Abd
Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Kaisyi.
Di barat dikenal dengan abu bacer. Ia dilahirkan di guadix, 40
mil timur laut Granada pada 506 H (1110 M) dan meninggal di
kota Marraqesh, Marokko pada 581 H (1185 M). Pemikiran
filsafatnya berikisar tentang masalah : percikan filsafat, dan kisah
hay bin yaqadhan.

11. Ibn Rusyd 520 H/1134 M


Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 – Marrakesh,
Maroko, 10 Desember 1198) dalam bahasa Arab ÇÈä ÑÔÏ dan
dalam bahasa Latin Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol
(Andalusia).
Salah satu Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia membela para
filosof dan pemikiran mereka dan mendudukkan masalah-
masalah tersebut pada porsinya dari serangan al-Ghazali.Untuk
itu ia menulis sanggahan berjudul Tahafut al-Tahafut. Dalam buku
ini Ibn Rusyd menjelaskan bahwa sebenarnya al-Ghazalilah yang
rancu dalam pemikirannya.
Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung
tinggi akal fikiran dan menghargai peranan akal, karena dengan
akal fikiran itulah manusia dapat menafsirkan alam maujud. Akal
fikiran bekerja atas dasar pengertian umum (ma’ani kulliyah)

92 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


yang didalamnya tercakup semua hal ihwal yang bersifat parsial
(juz,iyah). Ia menjelaskan bahwa kuliyyat adalah gambaran
akal, tidak berwujud kenyataan diluar akal.

12. Nashirudin Thusi


Thusi, nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad
Ibn Muhammad Al-Hasan Nashir Al-Din Al-Thuai Al-Muhaqqiq.
Ia lahir pada 18 Februari 1201 M / 597 H di Thus, sebuah kota di
Khurasan. Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, jiwa,
moral, politik, dan kenabian.

13. Shuhrawardi al-Maqtul


Nama lengkapnya adalah Syeikh Shihab Al-Din Abu Al-
Futuh Yahya Ibn Habasy Ibn Amirak Al-Suhrawardi, ia dilahirkan
di suhraward, Iran barat laut, dekat zan-jan pada tahun 548 H
atau 1153 M. Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika dan
cahaya, epistimologi, kosmologi, dan psikologi.

14. Mulla Shadra


Nama lengkapnya Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami
Siyrazi, sering disebut shadr al-din al-sirazi atau akhund mulla
shadra. Dikalangan murid-muridnya diokenal dengan shadr al-
mutti’allihin. Ia dilahrikan di syiraz pada tahun 979 H/980 H atau
1571 /1572 M dari sebuah keluarga terkenal lagi berpengaruh.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, epistimologi, dan
fisika.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 93


BAB VII
FILSAFAT BARA
FILSAFA T ABAD
BARAT
PERTENGAHAN

A. FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN


Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus
berkembang dan mendapat kedudukan yang tetap penting dalam
kehidupan pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik
tekan yang berbeda. Periode sejak meninggalnya Aristoteles (atau
sesudah meninggalnya Alexander Agung (323 S.M) sampai
menjelang lahirnya Agama Kristen oleh Droysen disebut periode
Hellenistik (Hellenisme adalah istilah yang menunjukan
kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan Asia Kecil,
Siria, Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat
ditandai antara lain dengan perhatian pada hal yang lebih
aplikatif, serta kurang memperhatikan Metafisika, dengan
semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang
berlawanan) dan bercorak Mistik.
Pada jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-
1500 ). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran
keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah
Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik
sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan
Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik
Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215),
Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius
94 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
(330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius
(315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan
Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini
adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin
memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling
dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari
Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang
berlandaskan akal-budi “diabdikan” untuk dogma agama.
Menurut A. Epping. at al (1983:7), ciri pemikiran filsafat
abad pertengahan adalah: (1). Ciri berfilsafatnya dipimpin
oleh Gereja, (2). Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran
Aristoteles, (3) berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.
Pada masa ini filsafat cenderung kehilangan otonominya,
pemikiran filsafat abad pertengahan bercirikan Teosentris
(kebenaran berpusat pada wahyu Tuhan), hal ini tidak
mengherankan mengingat pada masa ini pengaruh Agama
Kristen sangat besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam
bidang pemikiran.
Jaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus
diambil alih oleh Aristoteles.Pemikiran-pemikiran Ariestoteles
kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun
Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-1037), Averroes
(Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh
Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut
sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak
membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”.
Filsafat abad pertengahan sering juga disebut filsafat
scholastik, yakni filsafat yang mempunyai corak semata-mata
bersifat keagamaan, dan mengabdi pada teologi. Pada masa ini
memang terdapat upaya-upaya para filsuf untuk memadukan
antara pemikiran rasional terutama pemikiran-pemikiran
Aristoteles dengan Wahyu Tuhan sehingga dapat dipandang
sebagai upaya sintesa antara kepercayaan dan akal. hal ini
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 95
dimungkinkan mengingat begitu kuatnya pengaruh pemikiran-
pemikiran ahli filsafat Yunani/hellenisme dalam dunia pemikiran
saat itu, sehingga keyakinan Agama perlu dicarikan landasan
filosofisnya agar menjadi suatu keyakinan yang rasional.
Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani
menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang
lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan
dan Fransiskan.. Filsafatnya disebut “Skolastik” (Lt.
“ scholasticus ”, “guru”), karena pada periode ini filsafat
diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-
universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat
internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan
antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil
jarak dengan agama.
Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai
abad yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu,
dapatlah diingat dengan nasib seorang astronom berkebangsaan
Polandia N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup
oleh otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang
pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari
(Heleosentrisme). Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja
sebagai bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai
pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh
Ptolomeus semenjak jaman Yunani yang justru telah mendapat
“mandat” dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap
menjatuhkan kewibawaan Gereja.

B. KARAKTERISTIK PEMIKIRAN ABAD PERTENGAHAN


Jika pada abad Yunani rasio sangat mendominasi sebuah
pemikiran, maka pada pertengahan ini rasio benar-benar telah
kehilangan jati dirinya. Hal ini tergambar dalam pemikiran
Plotinus, yang mengatakan filsafat rasional dan sains tidak
penting mempelajarinya dan merupakan usaha yang membuang
96 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
waktu dan sia-sia saja. Oleh karena itu tujuan filsafat secara
umum adalah bersatu dengan Tuhan. Plotinus juga berkata
bahwa Tuhan bukan untuk dipahami melainan untuk dirasakan
dan di imani. Jadi dalam hidup, manusia akan dituntun oleh suara
kitab suci, Injil.
Filsafat abad pertengahan lahirnya agama sebagai
kekuatan baru. banyak filsuf yang lahir dari latar belakang
rohaniawan. Dengan lahirnya agama sebagai kekuatan baru,
wahyu menjadi otoritas dalam menentukan kebenaran.
Sejak gereja (agama) mendominasi, peranan akal
(filsafat) menjadi sangat kecil. Karena gereja telah membelokkan
kreatifitas akal dan mengurani kemampuannya. Pada saat itu,
pendidikan diserahkan kepada tokoh-tokoh gereja yang dikenal
dengan “The scholastic”, sehingga periode ini disebut dengan
masa skolastik. Para filsuf aliran skolastik menerima doktrin
gereja sebagai dasar pandangan filosofisnya. Mereka berupaya
memberkan pembenaran apa yang telah diterima dari geraja
secara rasional.
Diantara filsuf skolastik yang terkenal adalah Augustinus
(354-430). Menurutnya, kebenaran itu tidak relatif melainkan
kebenaran itu mutlak yaitu kebenaran Agama. Pendapat
Augustinus yang lain adalah bahwa bumi adalah pusat jagat raya,
Heliosentrisme ditolaknya karena ia berpegang pada ajaran Injil.
Intelektualitas pemikiran tidak penting, cinta kepada Tuhan lebih
penting. Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada
rumusan pemikiran Santo Anselmus (1033-1109) yaitu credo ut
intelligam (beriman dulu baru mengerti).

C. TOKOH-TOKOH FILSUF ABAD PERTENGAHAN


1. Justinus martir
Menurut pendapatnya, agama kristen bukan agama baru
karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa
dianggap sebagai awal kedatangan kristen. Padahal, Musa Hidup
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 97
sebelum Socrates dan Plato.
Orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan.
Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang
benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama kristen lebih bermutu
dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus
Martir.

2. Klemens (150 – 215)


Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran kristen untuk
mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
2. Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan
menggunakan filsafat Yunani.
3. Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman
Kristen, dan memikirkan secara mendalam

3. Tertullianus (160 – 222)


Tertullianus
Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah
cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak
ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani
(pusat filsafat). Ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya
Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap
tidak penting. Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya
menerima juga filsafat sebagai cara berfikir yang rasional, karena
berfikir yang rasional diperlukan sekali.

4. Augustinus (354 – 430)


Ia diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat
Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan
sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ajaran
Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi
pemikiran Eropa. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari
skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena
98 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem
sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.

5. Thomas Aquinas (1225 – 1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang
artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Karya Thomas Aquinas
telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan. Thomas menyadari bahwa tidak dapat
menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Masuknya unsur
Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan geraja Paus
Urbanus V (1366) kemudian Thomas mengadakan langkah-
langkah sebagai berikut. Langkah pertama, Thomas menyuruh
teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan
baru yang langsung dari Yunani. Langkah kedua, pengkristenan
ajaran Aristoteles dari dalam. Langkah ketiga, ajaran Aristoteles
yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang
lebih bercorak ilmiah.

D. CIRI-CIRI FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN


1. Filsafat pada abad pertengahan bercampur dengan keyakinan
agama
2. Tuhan dijadikan sebagai pijakan dalam setiap penjelajahan
filsafat
3. Implikasiknya terlihat pada kurang berkembangnya rasio
4. Filsafat yang dikembangkan adalah filsafat ketuhanan (gereja)
5. Tokoh-tokoh: Thomas Acquinas dan Santo Agustinus

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 99


BAB VIII
FILSAFAT BARA
FILSAFA T ZAMAN
BARAT
MODERN

A. RENAISSANCE
Filsafat modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan yang ditandai dengan munculnya gerakan
Renaissance yang berarti kelahiran kembali. Tujuan utamanya
adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani
dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Keristen.
Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, dab Galileo Galilei adalah
contoh ilmuwan yang membawa wawasan baru dengan
penemuan-penemuan penting.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya
renaissance sekitar abad ke 15 dan 16 M, yang bermaksud
melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.
Berangkat dari keinginan lepas dari dogma-dogma Problem
utama renaissance, sebagaimana periode skolastik adalah sintesa
agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Dibidang filsafat,
peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis
Bacon(1561-1623), seorang filsuf dari Inggris. Ia berpendapat
bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.

B. FILSAFAT ABAD BARAT MODERN


Berbicara abad modern tidak akan lepas dari tokoh
fenomenal yang sangat terkenal yaitu, Rene Descartes
Descartes. Karena
100 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dialah yang melepaskan kebebasan berfilsafat dari hegemoni
Agama. Zaman ini juga sering disebut dengan zaman
Renaissance. Seiring dengan terbukanya untuk berfikir, maka
pada abad ini banyak bermunculan aliran, diantaranya
Rasionalisme, Empirisisme, Idealisme dan pecahan-pecahan
dari tiga aliran tersebut. Dari semua aliran tersebut dapat
dipahami kalau semua pemikiran mengacu pada pemikiran Yunani.
Dalam perkembangnnya argumen Descartes
(rasionalisme) mendapat tantangan keras dari para filosof
penganut Empirisme seperti David Hume (1711-1776), John
Locke (1632-1704). Mereka berpendapat bahwa pengetahuan
hanya didapatkan dari pengalaman lewat pengamatan empiris.
Pertentangan tersebut terus berlanjut sampai muncul Immanuel
Kant (1724-1804) yang berhasil membuat sintesis antara
rasionalisme dengan empirisme, Kant juga dianggap sebagai
tokoh sentral dalam zaman modern dengan pernyataannya yang
terkenal sapere aude(berani berfikir sendiri), pernyataan ini jelas
makin mendorong upaya-upaya berfikir manusia tanpa perlu
takut terhadap kekangan dari Gereja.

1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu paham yang mengajarkan
bahwa sumber pengetahuan yang satu-satunya benar adalah
rasio. Pada masa itu pemikiran filosofis seperti dilahirkan kembali
dimana sebelumnya dominasi gereja sangat dominan yang
berakibat pada upaya mensinkronkan antara ajaran gereja
dengan pemikiran filsafat. Kebangkitan kembali rasio mewarnai
zaman modern dengan salah seorang pelopornya adalah
Descartes, dia berjasa dalam merehabilitasi, mengotonomisasi
kembali rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan.
Diantara pemikiran Desacartes (1596-1650) yang penting adalah
diktum kesangsian, dengan mengatakan Cogito ergo sum, yang
biasa diartikan saya berfikir, maka saya ada. Dengan ungkapan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 101
ini posisi rasio/fikiran sebagai sumber pengetahuan menjadi
semakin kuat, ajarannya punya pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, segala sesuatu bisa
disangsikan tapi subjek yang berfikir menguatkan kepada
kepastian.

2. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan pengalaman
adalah sumber pengetahuan yang benar. Tokoh terpenting adalah
Thomas Hobbes dan John Locke. John Locke (1632-1704) adalah
seorang filosof empirism, mengajarkan bahwa semua
pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman. Akal adalah kertas
putih yang kosong yang belum ada ide-ide di dalamnya. Hanya
ada satu jawaban darimana pengetahuan itu datang, yakni dari
pengalaman yang diperoleh melalui dua cara; “sentation” dan
“reflection”. Cara yang pertama, indera kita menangkap obyek-
obyek yang partikular lalu menyampaikannya kepada akal.
Yang kedua, “reflection” atau “internal sense”, yakni
kegiatan akal yang tidak bersentuhan dengan dunia eksternal
melainkan ketika melakukan permenungan mengenai ide-ide yang
telah ada dalam pikiran dan mengkaitkannya dengan sejumlah
ide yang lain. Jenis ini meliputi persepsi, pemikiran, keragu-
raguan, keyakinan, argumen dan berbagai jenis lainnya.
Locke tidak mengakui adanya pengetahuan innate yang
telah tertanam dalam jiwa manusia sejak mula tadi. Ia
menegaskan bahwa pandangan semacam ini salah. Ia mengganti
konsep innate dengan konsep natural faculties (kemampuan
fitrah) yang dengannya pengetahuan diperoleh oleh manusia
tanpa adanya bantuan dan pengaruh innate. Ide tentang Tuhan-
pun tak bersifat innate melainkan ada ketika seseorang telah
tumbuh dewasa. Bahkan sejarah memberi cukup banyak bukti
adanya orang-orang yang tidak percaya sama Tuhan. Ide tentang
Tuhan itu seperti ide tentang api yang diperoleh ketika seseorang
102 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memiliki pengalaman tentang api. Orang-orang yang tinggal di
suatu pulau yang disana tidak ada api, maka mereka tidak akan
pernah memiliki ide tentang api.

3. Aufklaerung
Aufklaerung,
Zaman perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Agama
Kristen, sebelum periode ini memainkan peranan sangat
menentukan, akal budi tidak diingkari, tetapi diletakan pada
fungsinya sebagai pendukung iman dan wahyu. Oleh sebab itu,
pada masa pencerahan orang tidak mau tunduk lagi pada otoritas
agama. Tokoh terpenting pada masa ini adalah George Berkeley
dan David Hume (inggris). Voltaire dan Jean Jacques Rousseau
(Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman).

4. Idealisme Jerman
adalah aliran yang berpendapat bahwa tidak ada realitas
obyektif dari dirinya sendiri. Menurut idealisme rasio atau roh
mengendalikan realitas seluruhnya. Tokoh yang terpenting adalah
J.G. Fichte(1762-1814), F.W.J.Schelling(1775-1854) dan G.W.F.
Hegel(1770-1831). Positivisme berpandangan bahwa manusia
tidak pernah mengetahui lebih dari fakta atau apa yang nampak.
Menurutnya tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah
penyelidikan fakta, bukan menyelidiki sebab terdalm realitas.
Sebagai konsekuensi dari supremasi rasio yang pada
gilirannya mendorong berkembangnya filsafat dan sains. Periode
filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala
bentuk dominasi gereja, kependetaan, dan anggapan bahwa kitab
suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-
porandakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa abad
modern merupakan era pembalasan zaman skolastik yang
didominasi gereja.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 103


C. CIRI-CIRI FILSAFAT MODERN
1. Sebagai konsekuensi dari berkembangnya pemikiran manusia.
Pemikiran manusia mulai merambah ke seluruh aspek
kehidupan manusia
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dengan pesat
3. Perkembangan ilmu didukung pula oleh revolusi industri di
Inggris
4. Pada masa ini beberapa filsuf yang sangat dikenal di dunia
filsafat adalah filsuf Descartes, John Locke, dan Immanuel
Kant.

D. TEORI KRITIS
“Teori kritis masyarakat” – yang sering disingkat “Teori
kritis” – adalah nama suatu cara berfikir dan sebuah aliran
filsafat yang berkembang di Institut fur Sozialforschung
(Lembaga Penelitian Sosial) di Frankfurt am Main, Jerman.
Lembaga ini didirikan tahun 1924 oleh Carl Grunberg dengan
tujuan untuk mengadakan penelitian-penelitian tentang
masyarakat yang bernafaskan sosialisme dan marxisme. Tokoh
mazhab Frankfurt adalah Max Horkheimer (1895-1973). Pada
tahun 1930 ia menjadi direktur Institut fur Sozialforschung
tersebut.
Dalam sebuah karangan Horkheimer dengan judul “Teori
Tradisional dan Teori Kritis” mencoba mendudukan teori kritis
dibandingkan dengan teori-teori tradisional sebelumnya.
Pada zaman modern, istilah Aufklarung menjadi nama
bagi suatu periode pemikiran yang sangat dramatis. Para pemikir
Abad ‘pencerahan” memahami dirinya sebagai pemberi cahaya
kebenaran dan pembebasan. Beberapa tokoh penting zaman
modern sebagaimana disebut dibawah ini.
Francis Bacon menuntut agar ilmu alam dan ilmu
pengetahuan pada umumnya mendasarkan diri pada pengamatan
dan eksperimen. Rene Descartes menuntut agar segala penelitian
104 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dimulai dengan kesangsian metodis. David Hume terkenal dengan
empirismenya yang radikal. Immanuel Kant meneliti dengan
seksama batas-batas kemungkinan pengetahuan. Hegel berusaha
menemukan kebebasan mutlak dalam pengetahuan mutlak.
Pemikir-pemikir yang semakin mempengaruhi cara manusia
berfikir dewasa ini antara lain Auguste Comte, Bapak Postitivisme
yang menafsirkan sejarah pemikiran manusia sebagai sejarah
kemajuan dari mitos, melalui filsafat menuju pengetahuan. Karl
Marx dan Sigmund Freud dengan caranya masing-masing
menunjukkan bahwa pengetahuan manusia ternyata
dipersyaratkan oleh bermacam-macam faktor irasional. Kedua
tokoh ini sangat mempengaruhi para pemikir mazhab Franfurt.
Aliran positivisme logis dari tahun 1920-an mau membebaskan
pengetahuan manusia dari percampuran hal-hal yang tidak ilmiah
dan tidak objektif. Karl Popper mengembangkan kriterium
falsifikasi untuk membedakan antara teori-teori yang bermakna
dan yang tidak bermakna.
Mereka semua dalam arti tertentu ingin mencerahkan dan
membebaskan. Itu semua dilakukan dengan mengusahakan agar
pengetahuan berada sedekat mungkin dengan realitas atau
kebenaran.
Akan tetapi, menurut Max Horkheimer dan teman-
temannya, teori-teori itu tidak berhasil dalam tujuan mereka itu,
yaitu dalam mencerahkan serta membebaskan manusia. Teori-
teori itu hanya mengubah pengertian kita tentang realitas, tetapi
tidak mengubah realitas itu sendiri. Realitas tetap saja, meskipun
pengertian kita tentang realitas itu berubah. Sebenarnya adalah
bahwa teori tradisional membatasi diri pada kontemplasi. Artinya,
teori tradisional hanya memandang, tetapi tidak menjadi praktis
dan mencoba untuk mengubah apa yang dipandang itu. tetapi
dengan pendekatan kontemplatif itu, teori tradisional sekaligus
menjadi afirmatif. Artinya, dengan memberikan pengertian yang
lebih memuaskan tentang realitas, kita justeru menjadi puas
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 105
dengan realitas itu; jadi, realitas itu diafirmasi dan dibenarkan.
Dengan demikian, teori tradisional menjadi pendukung keadaan
yang ada. Ia menjadi konservatif dan bahkan reaksioner.
Melawan teori tradisional yang afirmatif itu, Max
Horkheimer dan kawan-kawanmenempatkan teori kritis yang
bersifat negatif. Paham ini secara mendalam dipengaruhi oleh
Hegel dan Marx. Dari Hegel, Teori kritis mengambil dialektika
atau paham kritik. Dari Marx muda, mereka mengambil paham
teori kritik sendiri. Teks yang paling mereka pentingkan adalah
tesis ke-11 Marx tentang Feurbach: “Para filosof hanya
memberikan interpretasi yang berbeda-beda kepada dunia; yang
menentukan adalah mengubah dunia!” adalah Karl Marx yang
menuntut agar teori menjadi praktis sebagai kritik. Kritik Marx
terhadap filsafat Hegel adalah model sebuah teori kritis.
Bagaimana teori menjadi kritis? Dengan menjelaskan
realitas menjadi sedemikian rupa sehingga kepalsuan dan
kebohongannya terungkap, jadi secara negatif. Lebih tepat
dikatakan teori kritis meneliti realitas sedemikian rupa sehingga
realitas itu sendiri berbicara dan menunjukkan bahwa ia
ditentukan oleh penindasan dan penghisapan. Teori kritis tidak
mengkritik dari luar, melainkan dengan (istilah Adorno)
“membuat hubungan-hubungan menari-nari menurut irama
mereka sendiri” sampai mereka memperlihatkan diri sebagai
hubungan penindasan. Jadi, teori kritis selalu mengikuti realitas
secara ketat dan menunjukkan dimana realitas itu menumpas
kebenaran dan menindas manusia.
Dalam hal ini Habermas (dan juga dengan Horkheimer
dan Adorno) menerapkan metode psikoanalisis yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk menyembuhkan orang
dari neurosis pada masyarakat. Dalam psikoanalisis, pasien yang
menderita neurosis diantar ke masa lampau. Diandaikan ganguan
emosional (neurose) itu adalah akibat konflik-konflik jiwa di
masa muda yang tidak ditanggapi secara wajar, melainkan
106 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
didesak ke dalam lapisan tak sadar. Dengan demikian, konflik
itu tidak diketahui dan membelenggu hidup emosional pasien.
Apabila pasien berhasil untuk mengingat situasi konflik semula
itu, konflik menjadi sadar kembali, ia dapat mengambil sikap yang
wajar terhadapnya, dan dengan itu membebaskan diri dari
gangguan-gangguan itu.
Begitu pula masyarakat perlu mengingat kembali sejarah
penderitaan dan penindasannya, dengan demikian mengerti
bahwa ia sampai sekarang hidup dalam kesadaran yang palsu
(kesadaran yang begitu saja menerima situasinya sebagai tak
terubah); dan dengan demikian, ia menjadi bebas untuk
memperjuangkan emansipasinya. Itulah gagasan pokok teori
yang kritis.
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap
beberapa aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan
utamanya adalah mengungkap sifat masyarakat secara lebih
akurat:
Kritik terhadap T eori Marxian
Teori Marxian. Teori kritis mengambil
kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teori kritis ini merasa
terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi
yang mekanistis. Beberapa orang diantaranya (misalnya,
Habermas, 1971) mengkritik determinisme yang tersirat di bagian
tertentu dari pemikiran asli Marx, tetpi kritik mereka sangat
ditekankan pada neo-Marxis terutama karena mereka telah
menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis.
Kritik terhadap Positivisme
Positivisme. Teoritisi kritis juga
memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung
perhatian ilmiah terutama positivisme. Kritik terhadap positivisme
sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap
determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme
ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme
tentang pengetahuan. Positivisme dilukiskan sebagai mewakili
berbagai hal. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 107
tunggal dapat diterapkan pada seluruh bidang studi.
Kritik terhadap sosiologi
sosiologi. Sosiologi diserang karena
“keilmiahannya”, yakni karena menjadikan metode ilmiah
sebagai tujuan didalam dirinya sendiri selain dari itu sosiologi
dituduh menerima status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa
sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya
merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis,
sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat
yang ditindas oleh masyarakat masa kini.
Kritik terhadap masyarakat modern
modern. Kebanyakan karya
aliran kritis ditujukan untuk mengkritik masyarakat modern dan
berbagai jenis komponennya. Kebanyakan teori Marxian awal
secara tegas tertuju ke bidang ekonomi, sedangkan aliran kritis
menggeser orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur
dianggap sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Artinya,
tempat dominasi dalam masyarakat modern telah bergeser dari
bidang ekonomi ke bidang kultural.
Pemikiran kritis telah dibentuk tak hanya oleh teori
Marxian, tetapi juga oleh teori Weberian, seperti tercermin pada
perhatian mereka terhadap rasionalitas sebagai perkembangan
dominan dalam dunia modern. Seperti dijelaskan oleh Trent
Schroyer (1970) pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam
masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang
menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial
dominan. Aliran kritis jelas telah mengadopsi pembedaan Weber
antara rasionalitas formal dan rasionalitas subjektif atau
apa yang oleh teoritisi radikal dipandang sebagai reason. Menurut
teoritisi kritis, rasionalitas formal tak mencerminkan perhatian
mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Inilah yang dipandang sebagai “cara berfikir teknoratis” dimana
tujuannya adalah untuk membabntu kekuatan yang mendominasi,
bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi. Tujuannya
semata-mata adalah untuk menemukan cara yang paling efisien
108 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh
pemegang kekuasaan. Cara berfikir teknokratis berbeda dari cara
berfikir nalar (reason), yang dalam pikiran teoritisi kritis menjadi
tumpuan harapan masyarakat. Nalar meliputi penelitian tentang
cara dilihat dari sudut nilai manusia tertinggi yang berkenaan
dengan keadilan, perdamaian dan kebahagiaan.
Kritik terhadap kultur
kultur. Teoritisi kritis mengkritik pedas
terhadap apa yang mereka sebut “industri kultur”, yakni struktur
yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan (misalnya, jaringan
televisi) yang mengendalikan kultur modern. Perhatian terhadap
industri kultur lebih mencerminkan perhatian mereka terhadap
konsep superstruktur Marxian ketimbang terhadap basis ekonomi.
Industri kultur menghasilkan apa yang secara konvensional
disebut “kultur massa” yang didefinisikan “sebagai kultur yang
diatur…tak spontan, dimaterialkan, palsu, bukan ketimbang
sesuatu yang nyata”. Ada dua hal yang dicemaskan oleh pemikir
kritis mengenai industri kultur ini. Pertama Pertama, mereka
menghawatirkan mengenai kepalsuannya. Mereka
membayangkan sebagai sekumpulan paket gagasan yang
diproduksi secara masal dan disebarkan ke tengah-tengah massa
melalui media. Kedua
Kedua, teoritisi terganggu oleh pengaruh yang
berdifat menentramkan, menindas dan membius dari industri
kultur terhadap rakyat.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 109


DAFTAR PUSTAKA

Bakti Nasution, Hasan, Filsafat Umum, (Jakarta, Gaya


Media Pratama, 2001).
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: Balai Pustaka
Hadiwiyono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat
(Yogyakarta: Kanisius, 1992).
Hatta, M., Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas,
1964).
Jujun S., Sumatriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 1988).
Kattsof, Louis O, Pengantar filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana
2004).
Mayer, A History of Ancient and Medieval Philosophy, (New
York: American Book Company, 1950).
Rapar, Jon Hendrik, Pengantar Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius
1996).
Russel, Betrand, History of Western Philosophy (London:
George Allen and Unwin, 1974).
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung:
Alfabeta.
Arfiani, E. et al. 2005).
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat (Jakarta: Bumi
Aksara 1995).
Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta, Rineka
Cipta, 2001).
Suseno, Franz Magnis, Pijar-pijar Filsafat: Dari
Gatholoco ke Filsafat Perempuan, Dari Adam
Mullerke Postmodernisme (Yogyakarta: Kanisius,
2005).
Stumpf, Socrates to Sartre: A History of Philosophy (New
York: Mc Graw-Hill Book Company, 1975).
110 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Tafsir, Ahmad, Filsafat Ilmu , (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2006).
Thilly, A History of Philsophy (New York: Rinehart and
Winston, 1957).

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 111


112 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAGIAN KEDUA

KAJIAN SEPUTAR FILSAF


SEPUTAR AT
FILSAFA

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 113


114 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB I
PENGERTIAN, RUANG
LINGKUP DAN METODE FILSAFAT
FILSAFA

A. Pengertian
Kata filsafat sebenarnya berasal dari bahasa Aab
falsafah1 kata serapan dari kata dalam bahasa Grik (Yunani
Kuno) Philosophia yang berarti cinta kebijaksanaan2. Philo :
cinta, dan Sophia : hikmah atau kebenaran-kebenaran. Cinta
yang dimaksud ialah cinta dalam arti ingin dan karenanya
berusaha mencapai apa yang diinginkan. Bijaksana artinya pandai
atau mengerti dengan mendalam. Filsafat berarti : ingin mengerti
atau cinta kepada kebijaksanaan3.
Filsafat berasal dari kata dalam bahasa Greek philein
dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan to love,
mencintai. Dengan demikian filsafat berarti mencintai
kebijaksanaan. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa, orang
yang mempelajari atau ahli filsafat adalah orang yang mencintai
kebijaksanaan. Secara etimologis, filsafat dimaknai sebagai
seeking of wisdom and wisdom sought (usaha mencari
kebijaksanaan)4.
Bagi Plato (427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan
tentang segela yang ada. Aristoteles (384-322 SM) menyatakan
bahwa filsafat adalah menyelidiki sebab dan azas segala yang
bendawi. Al-Farabi (W. 950 M) merumuskan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan tentang alam yang wujud dan bertujuan untuk
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 115
menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Immanuel Kant (1724-1804
M) menyatakan bahwa, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan mencakup : metafisika, etika agama dan
antropologi5. Bagi Titus Harold filsafat merupakan sekumpulan
problem yang langsung mendapatkan perhatian dari manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat6.
Pythagoras (582-498 SM) menyatakan filsafat berasal dari
kata Philo dan Sophia yang berarti cinta kebijaksanaan. Cinta
kebijaksanaan yang dimaksud adalah kemahiran dan
keterampilan dalam suatu disiplin tertentu seperti perniagaan.
Kemudian, karena perkembangan zaman, kemahiran itu
mengalami verifikasi, meluas menjadi kemahiran musik dan
sastra. Klimaksnya, kebijaksanaan yang dimaksud diartikan
sebagai pengetahuan yang dapat mengantarkan usaha mencapai
hakikat sesuatu yang ada.
Pengertiannya secara umum, sebagaimana didefinisikan
oleh Aristoteles (W. 222 SM), filsafat adalah nama untuk sebuah
ilmu. Dalam hal ini filsafat ditujukan begi pengetahuan yang
mempelajari tentang hakikat sesuatu (metafisika) dengan
demikian filsafat mengandung makna ilmu. Namun demikian perlu
dipahami adanya perbedaan-perbedaan antara filsafat dan ilmu.
Adapun tujuan orang mempelajari filsafat ialah supaya
dapat mengumpulkan pengetahuan, menyajikan kritik dan menilai
pengetahuan, menemukan hakikatnya serta menertibkan dan
mengatur semuanya menjadi sistematis7.

B. Ruang Lingkup
1. Obyek materia yaitu segela sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik yang konkrit, fisik dan metafisik.
2. Objek forma, yaitu menyelidiki sesuatu guna mengerti
hakikatnya.
Objek inilah yang membedakan filsafat dari ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebenarnya memiliki kedua objek
116 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
tersebut. Hanya saja ilmu pengetahuan sangat terbatas, tertentu.
Objek materia ilmu pengetahuan dapat sama dengan objek materia
filsafat. Tetapi objek forma ilmu pengetahuan tidak sama dengan
objek materia filsafat. Sebab, objek forma ialah sudut pandangan
dan tujuan penyelidikan.
Contoh perbedaan objek forma antar ilmu pengetahuan :
1. Psikologi objek formanya tingkah laku
2. Ekonomi objek formanya kebutuhan dan cara memenuhinya
3. Sosiologi objek formanya hubungan sosial
4. Kesehatan objek formanya kondisi lingkungan
5. Pendidikan objek formanya pembinaan kepribadian

C. Metode Filsafat
Metode adalah prosedur yang dipakai untuk mencapai
suatu tujuan. Atau, teknik mengetahui yang dipakai dalam proses
pencarian ilmu pengetahuan. Lazimnya, filsafat mempergunakan
metode sebagai berikut :
1. Contemplation atau perenungan
2. Speculatative atau perenungan
3. Deductive atau penyimpulan dari suatu yang umum kepada
yang khusus (premis major ke premis minor)

D. Struktur Filsafat
Metafisika, Ontologi : mempelajari tentang hakikat, asal-
usul sesuatu berdasarkan kuantitas, atau kualitas atau
kejadiannya. Tinjauan tentang kuantitas melahirkan monisme,
dualisme, dan puralisme. Pandangan yang melihat sesuatu
berdasarkan tetapnya sesuatu dan melahirkan spiritualisme dan
materialisme. Kedua, pandangan yang melihat sesuatu
berdasarkan kejadiannya dan melahirkan mekanisme, teleologi,
determinisme dan indeterminisme.
Epsitemologi, metode, cara atau sumber pengetahuan.
Pandangan tentang sumber pengetahuan melahirkan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 117
rasionalisme, empirisme, dan kritisme. Tentang hakikat
pengetahuan melahirkan realisme dan idealisme.
Aksiologi, ethika. Dalam hal ini dikenal beberapa aliran
seperti naturalisme, hedonisme, utilitarisme, idealisme, vitalisme
dan teologi.
Secara umum cabang-cabang filsafat dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Aristoteles
a. Logika, induk filsafat
b. Filsafat teoritis yang terdiri dari fisika, metafisika dan
matematika
c. Filsafat praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan politik
d. Filsafat Poetika (senia)8.
2. Dewan Redaksi ENSIE
a. Matematika
b. Logika
c. Filsafat Mengenal
d. Filsafat Ilmu
e. Filsafat Alam
f. Filsafat Kebudayaan
g. Etika
h. Estetika
i. Antropologi9
3. The Liang Gie
a. Logika
b. Etika
c. Estetika
d. Metafisika
e. Politik10
4. Endang Saefuddin Anshari
a. Metafisika (filsafat tentang hakikat yang ada di balik alam
fisik, tentang hakikat yang transenden, di luar atau di atas
jangkauan pengalaman)
118 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
b. Logika (filsafat tentang pikiran yang benar dan pikiran yang
salah)
c. Etika (filsafat tentang tingkah laku yang baik dan yang
buruk)
d. Estetika (filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek)
e. Epistemologi (filsafat tentang ilmu pengetahuan)
f. Dan lain-lain filsafat khusus11

Mengapa mempelajari filsafat, karena :


a. Filsafat memberikan keterangan pikiran dan kemantapan hati
dalam menghadapi cobaan. Ia juga memberikan kesadaran
arti hidup yang sebenarnya.
b. Filsafat menentukan manusia mencapai kebenaran dalam arti
seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, tujuan yang tertinggi
dan satu-satunya.
c. Berfikir berarti mengatur hidup seinsaf-insafnya yaitu
tanggung jawab kepada pokok, dasar hidup yang sedalam-
dalamnya.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 119


BAB II
PROBLEM AWAL FILSAFAT
FILSAFA

Mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran


filsafat. Filsafat dilahirkan karena adanya kemenangan akal atas
mite-mite (mitos), dongeng-dongeng yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal mula sesuatu. Akal manusia sudah
merasakan kejenuhan dari tidak puas dengan keterangan-
keterangan dongeng karena tidak dapat dibuktikan oleh akal secara
rasional dan empiris. Para filosof adalah orang-orang yang mulai
meragukan cerita-cerita mitos dan mulai mencari-cari, dengan
akalnya, asal usul alam semesta yang menakjubkan. Tentunya,
kemenangan akal itu terjadi tidak secara serta merta tetapi melalui
proses berangsur-angsur, berjalan sampai berabad-abad.
Janganlah berharap akan kepastian permulaan filsafat. Yang
hanya dapat diketahui,12 filsafat mulai berkembang sejak awal
abad ke-6 SM. Orang yang mendapatkan kehormatan sebagai
filosof pertama adala Thales (625-545 SM) tetapi sayang filosof
sebelum Plato itu ajaran-ajarannya sulit ditemukan dalam bentuk
tulisan utuh. Thales adalah the Father of Philosophy13. Dialah
yang mengembangkan filsafat kosmologi yang mempertanyakan
asal-usul, sifat dasar dan struktur komposisi jagat raya.
Thales adalah filosof alam yang menyangka asal-usul
segala yang ada di jagat raya ini adalah air. Air adalah substansi
pertama. Air memiliki bentuk dan darinya lahir segala yang ada
termasuk langit dan bumi. Bila air membeku maka jadilah bumi,
120 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
bila ia menguap maka jadilah udara dan bila ia memanas jadilah
api. Menurut penafsiran Al-Nasyr,14 air dan api diibaratkan lelaki
dan bumi dan udara diibaratkan perempuan. Namun demikian
yang mesti diingat, menurut Al-Syahrastani, 15 Thales
beranggapan bahwa, segala sesuatu yang ada itu bernyawa dan
hidup, bergerak karena ia memakan unsur yang basah yaitu air.16
Selanjutnya adalah Anaximandros (610-540 SM) dan
Anaximnes (538-480 SM), mereka adalah filosof alam yang
menjadikan alam sebagai objek penyelidikan dan sasaran
pemikiran mereka17. Rasa takjub mereka terhadap keteraturan dan
keharmonisan jagat raya menggerakkan mereka melakukan
perenungan-perenungan (contemplation) dan mempertanyakan
(speculative) “Apa yang ada di belakang” semuanya (metafisika).
Bila Thales menganggap substansi pertama adalah air, maka
Anaximenes dan Anaximandros menduga substansi pertama
adalah “yang tidak terbatas” dan udara.
Bagi Anaximandros arche, atau substansi pertama, a
perion, infinitas, segala yang tak terbatas tanpa bentuk, tidak
terhingga. Ia bersifat abadi, tidak pernah musnah dan tidak dapat
dihancurkan. Ia tidak tampak. Kenyataan ADA adalah karena ia
TIDAK ADA. Kalau ADA berarti ia TIDAK ADA, sebab ia menjadi
terbatas, dan dapat diamati dan dengan sendirinya dapat
dimusnahkan. Demikianlah karakter substansi pertama, yaitu air
dalam pandangan Thales.
Thales dinilai sebagai filosof pertama. Kelebihannya ialah
mempersoalkan tentang substansi pertama. Ia menanyakan :
“What is the nature of the world stuff”.18 Pertanyaan ini sangat
berbobot walaupun jawabannya kurang berbobot dari
pertanyaannya. Thales mengambil air sebagai asal alam semesta
barangkali karena air amat dibutuhkan dalam kehidupan, dan bumi
terapung di atas air.
Anaximenes mengangap substansi pertama segala yang ada
di jagat ini adalah udara. Ia adalah prinsip dari segala yang ada.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 121
Ia (udara) adalah substansi pertama yang dapat dipastikan
bentuknya. Makna dari pendirian ini adalah bahwa, pertama udara
adalah simbol transformasi dan kedua, simbol gejala perubahan
dalam alam, perubahan kuantitatif. Perubahan kuantitatif adanya
mendahului perubahan kualitatif. Perubahan kualitatif ditentukan
oleh perubahan kuantitatif. Baik dan benar adalah yang banyak
pendukungnya. Ketiga, metode berfikir analogis dapat diterapkan
pada segala gejala kehidupan mikrokosmos dalam diri manusia.
Di Ephesos kota Asia Kecil ada seorang bangsa Yunani
bernama Heraklitos yang menyangka substansi pertama adalah
api. Api adalah simbol perubahan. Api adalah substansi pertama.
Panta rai : yang nyata adalah yang berubah. Yang mendasar
baginya bukanlah bahan (stuff) melainkan proses19. Yang hidup
adalah mengalami perubahan. Pada waktu yang sama hidup pula
Phytagoras (580-500 SM) di Italia. Ia tidak mencari substansi
pertama yang dapat ditentukan dengan pengenalan indra.
Menurutnya, segala sesuatu yang ada dapat diterangkan atas dasar
bilangan-bilangan. Ia dan murid-muridnya berjasa dalam bidang
ilmu pasti. Prinsip Phytagoras adalah : Number rules the universe
: bilangan mengatur jagat raya20.
Ajarannya meliputi agama, filsafat dan etika sosial, politik,
dan ilmu pengetahuan (Matematika). Ajaran filsafatnya lebih
banyak diwarnai ajaran agamanya, yang lebih menyerupai mistik
atau tasawwuf. Angka dan bentuk bagi Phytagoras adalah
substansi pertama. Semua gejala alam tunduk kepada matematika.
Angka satu itu genap dan juga ganjil sehingga merupakan angka
yang tidak terhingga dan juga angka terhingga. Angka tiga adalah
ganjil, ajaib sebab padanya ada permulaan, pertengahan dan akhir.
Angka empat maha besar, sebab 1 + 2 + 3 + 4 = 10 jadi 10 angka
sempurna. Segenap gerak alam dapat dikembalikan kepada suatu
bentuk yang dapat diselesaikan secara sistematik. Perbedaan-
perbedaan dalam struktur geometrik. Phytagoras dinilai berhasil
memadukan fisik dan matematika.21
122 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB III
SOKRATES, PLA
SOKRATES, TO, DAN
PLATO,
ARISTOTELES

I. Kaum Sofis
1. Sofisme
Sekitar pertengahan abad kelima sebelum masehi Athena
menjadi pusat baru seluruh kebudayaan Yunani. Pada waktu itu
Athena dibawah Perikles yang memainkan peranan besar di
bidang politik. Yunani menjadi kota tempat berkumpulnya
penganut-penganut filsafat tersebut di atas. Di sana juga ada
golongan, pengikut Sofistik (Sofis). Mereka sangat terkenal
karena kemahirannya beretorika. Tidak seperti para
pendahulunya yang mempelajari tentang asal-usul alam
semestar, mereka mulai mengalihkan pusat penyelidikan kepada
masalah manusia sebagai objek penyelidikan.
Sofisme adalah salah satu aliran gerakan dalam bidang
intelek. Sofis berarti sarjana atau cendekiawan. Setelah abad
keempat sebutan itu berganti menjadi “filosofis”, sedangkan sofis
diberikan untuk guru yang berkeliling kota mengajar masyarakat.

i. Protogoras (480-411 SM)


Ajaran filsafatnya berintikan manusia sebagai ukuran bagi
segala sesuatu, baik yang ada ataupun yang tidak ada. Manusia
adalah penentu benar dan salah, baik dan buruk. Manusialah
ukuran kebenaran. Manusialah yang mendirikan sebuah negara.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 123
Negara tercipta karena manusia bukan karena hukum alam.
Untuk dapat mengatasi kesukaran-kesukaran hidupnya maka
manusia menciptakan keadilan (dike) dan hormat kepada orang
lain (aidos).

ii. Gorgias (480-380 SM)


Gorgias mendapatkan sukses besar di Athena karena
ajarannya tentang retorika atau cara menyakinkan orang lain.
Baginya yang harus didahulukan adalah cara atau seni di dalam
menyampaikan kebenaran. Karenanya, target perdebatan-
perdebatan dan diskusi-diskusi yang dilakukan adalah
kemenangan dan bukan kebenaran dengan cara menyakinkan
orang lain. Ajarannya mendapatkan simpati besar terutama dari
kaum muda Athena.
Ia berpendapat, tidak ada yang ada. Jadi realitas itu
sebenarnya tidak ada. Bila sesuatu itu ada maka ia tidak akan
dapat diketahui. Sekalipun realitas dapat diketahui tapi manusia
tidak dapat memberitahukannya dengan sempurna kepada orang
lain.
Secara keseluruhan sofisme telah memberikan keuntungan
bagi Yunani yang tengah dilanda krisis revolusi intelektual yang
dilakukannya. Sofisme berhasil menciptakan cara baru yang
mempengaruhi para ahli sejarah, penulis drama dan yang lebih
penting sofisme menempatkan manusia sebagai pusat perhatian
pemikiran danpenyelidikannya.

II. Sokrates, Plato, dan Aristoteles


1. Sokrates, Plato, dan Aristoteles
Sokrates (Socrates) tidak diketahui secara pasti
kelahirannya. Yang jelas kematiannya pada tahun 399 SM
dikarenakan dia meminum racun dalam cawan yang sengaja
dilakukan oleh penguasa waktu itu sebagai bentuk hukuman mati
kepada yang menentang kebijaksanan pemerintah. Sokrates
124 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
adalah murid utama Phytagoras (580-500 SM). Ia adalah tokoh
tertua dari Triumvert Yunani Klasik (Triuvert : Tiga sejoli terdiri
dari : Sokrates, Plato, dan Aristoteles).
Ketika sofis mempergunakan retorika maka Sokrates
hadir dengna membawa dialektika dalam pembelajarannya,
pendekatannya yang mementingkan proses dialog. Metode
Sokrates ini kemudian disebut Socratic Method atau Metode
Dialektika. Metode ini bercirikan : (1) dialektika, dilakukan dalam
perdebatan-perdebatan dengan cara terlebih dahulu mengajukan
pertanyaan kepada lwan bicara; (2) konfersasi, dilakukan dalam
komunikasi lisan; (3) epiris dan induktif; (4) konseptual, ditujukan
untuk mencapai pengertian, pengetahuan, dan konsep-konsep
yang lebih definitif (pasti).
Sokrates terkenal sebagai “bidan” rohani karena berhasil
menerapkan seni kebidanan (maieutika). Metode inipula yang
diterapkan dalam menghabisi ajaran-ajaran sofis yang telah
berhasil menanamkan kesombongan masyarakat waktu itu.
Dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan mematikan dia
berhasil mempermalukan lawan-lawan debat di depan khalayak
dan dalam waktu bersamaan berhasil menyadarkan mereka yang
telah menerima kekeliruan-kekeliruan ajaran kaum sofis, yang
mengutamakan kemenangan dari kebenaran.

Arete, Kebajikan
Alat untuk mencapaikebahagiaan (eudai monia) adalah
kebajikan atau keutamaan (arete). Kebajikan yang dimaksud
adalah kebajikan profesional, bukan kebajikan dalam konteks
moral atau etika. Keutamaan adalah pengetahuan, artinya
kemampuan mempraktekkan pengetahuan tentang “baik”. Baik
dan benar selalu dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan
dengan kemauan manusia. Baik dan benar adalah nilai-nilai
objektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua
orang. Inilah Sokrates, ia adalah pembela “benar” dan “baik”.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 125
Semboyan Sokrates adalah knowledege is vitue :
pengertian adalah kebijaksanaan. Tingkah laku yang baik
dan bijaksana adalah perbuatan yang didasari pengetahuan, atau
kesadaran yang melakukannya. Pengertian atau pemahaman
tentang sesuatu perbuatan sudah menjamin perbuatan dianggap
sesuai dengan pengertian tersebut. Berbuat salah secara sadar
atau mengetahui letak kesalahannya adalah lebih baik daripada
berbuat baik tetapi tidak sadar akan kebaikannya.

Negara
Sokrates meletakkan azas etika ke dalam kehidupan
bernegara. Negara, menurutnya mempunyai tugas mewujudkan
kebahagiaan warga negara, menjadikan jiwa sebaik mungkin.
Karenanya, penguasa harus tahu “apa yang baik” bagi warga
negara dan rakyatnya. Di dalam negara yang penting adalah
keahlian khusus (pengenalan tentang baik), bukan demokrasi.

Ketuhanan
Sebagai ahli fikir ia membahas masalah ketuhanan dengan
logika akademis yang simpel dalam menetapkan adanya Tuhan.
Ada dua cara yang dilakukan dalam membangun pengetahuan
tentang Tuhan. Pertama, berdasarkan kepada bukti-bukti alam.
Kedua, dengan alasan-alasan sejarah. Sebagai pribadi ia adalah
kaum beriman yang baik dan sangat meyakini adanya Tuhan22.
Sokrates adalah bapak revolusi intelektual Yunani.
Kematiannya sangat tragis. Ia adalah penganut moral yang
absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral adalah tugas
filosof. Dialah penentang relativisme sofis yang berhasil
menegakkan sains dan agama. Ia tidak meninggalkan karya-
karyanya. Sumber utama untuk dapat menentukan pemikirannya
adalah Plato, murid setianya.

126 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


2. Plato (428-348 SM)
Sangat beruntung Yunani memiliki Plato. Plato yang
melanjutkan cita-cita Sokrates. Plato yang sejak muda belia
mengagumi Sokrates berhasil mencerna ajaran-ajaran sang guru
dan terpanggil menyempurnakannya karena tuntutan perubahan
kondisi dan basis moral, kebaikan dan kebijaksanaan23. Ideanya
sangat revolusioner. Di satu sisi ia mencoba mendekontruksi
pemikiran-pemikiran sang guru dan di sisi lain tetap konsisten
menantang kaum sofis. Dia berhasil menjembatani keduanya24.
Plato adalah bapak logika tradisional atau logika formal.
Berbeda dengan gurunya, ia lebih tertarik kepada alam dan
melakukan observasi, di samping perenungan-perenungan.
Plato dan Sokrates adalah murid dan guru yang hidup pada
zaman keemasan Yunani. Ua adalah tokoh berpenampilan
simpatik. Sebagai murid ia merasa enjoy dalam dialektika sang
guru, mahir dan fasih dalam setiap diskusi-diskusi filsafat, etika,
dan lain-lain. Meski berseberangan dengan kebijakan penguasa
waktu itu Plato tetap mencintai bangsa dan tanah airnya.
Katanya, saya bersyukur kepada Tuhan dilahirkan sebagai Grik,
bukan orang Barbar dan sebagai lelaki bukan perempuan di jaman
Sokrates ini. Katanya : “I thank God” he said used to say “that
I was born Greek ant not Barbarian, freeman and not slave,
man and not woman; but above all, that I was born in the
age of Socrates”25.
Plato berpisah dengan sang guru yang meningal karena
diracun penguasa ketika masih berusia 28 tahun. Usahanya
mengembangkan ajaran-ajaran sang guru menjadikannya dikenal
sebagai filosof di samping sebagai seniman dan ilmuwan, teolog,
ahli metafisika, psikolog, paedagoog dan ahli etika26. Sebagai
filosof ial telah mempersembahkan karyanya untuk perbaikan
masyarakat dan bangsa Yunani.
Plato adalah anak bangsawan, politis terkemuka. Lahir
di Athena pada tahun 427 SM. Sejak masih muda sangat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 127
mengagumi Sokrates dan sangat dipengaruhi pemikirannya. Ia
memiliki bakat (telenta) sebagai pengarang. Semula ia ingin
bekerja sebagai politikus, tetapi kematian sang guru -yang tragis
akibat menentang kebijaksanaan penguasa- telah memastikan
ambisinya. Ia berguru kepada Sokrates selama delapan tahun.
Setelah kembali dari Italia dan Sisilia, mengembara, pada tahun
387 SM ia mendirikan sekolah Akademika (Academica), dekat
kuil pahlawan bernama Akedemos. Di sana ia mengajar dan
memimpin sekolahnya secara langsung selama 40 tahun27.
Sejarah mencatat, Plato satu-satunya filosof yang berhasil
membangun sistem pemikiran filsafat yang integral dari unsur-
unsur ajaran para pendahulunya.

Idea
Plato adalah filosof pertama yang mengemukakan kata
dan istilah idea untuk menunjukkan pengertian yang sifatnya
rohaniah, spiritual28. Sebagai murid Sokrates, ia mengembangkan
doktrin gurunya dan sekaligus menyempurnakan pemikirannya.
Segala yang ada di dunia ini menurutnya tidak kekal, selalu
berubah. Karenanya, dunia hanyalah bayangan semata-mata
sedangkan dunia idea adalah dunia yang sesungguhnya dan kekal.
Dunia inilah, menurutnya yang selalu dicari oleh setiap yang
berfikir dan memiliki pengetahuan rasional. Sebab, pemikiran
adalah sumber dan tempat segala sesuatu.
Idea bersifat objektif. Idea bukan gagasan yang dibuat
oleh manusia. Idealah yang memimpin pikiran manusia. Idea
manusia itu kekal tetapi manusia tidak bisa mengungkapkannya
secara sempurna (perfectly). Hakikat segala sesuatu adalah idea.
Idea itu adanya dan nyata tetapi adanya di dalam dunia idea.
Idea adalah melekat atas essensi sesuatu. Dunia idea tidak
berubah, kekal. Kebalikannya adalah dunia nyata yang serba
berubah dan serba jamak. Idea-idea dari dunia “atas” hadir dalam
benda yang konkrit. Sebaliknya, benda-benda konkrit
128 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
berpartisipasi dengan idea-ideanya, dalam arti mengambil bagian.
Contoh : bunga bagus, “bunga” adalah benda dan “bagus”
adalah idea. “Bunga” berpartisipasi ke dalam “bagus”. Dan,
“Bagus’ hadir di dalam “bunga”. Menurut Plato, “bagus” nya
bunga ditentukan oleh idea. Idea-lah yang memberi model bahwa,
benda itu “bunga” dan bunga itu “bagus”. Jadi, yang berhak
menentukan benda itu bunga adalah idea.
Di dalam dunia, idea sudah ada lebih dulu apa yang disebut
bunga. Lalu bunga itu ambil bagian untuk menentukan kalau
benda itu bunga. Jadi, bunga di dalam dunia nyata adanya setelah
terlebih dulu ada di dalam dunia

Dunia
Dunia tidak harus dihindari. Dunia harus diatur. Mengamati
jagat raya mengingatkan manusia kepada dunia idea, yang telah
dilihatnya sebelum hidup ini. Dunia nyata tetap penting, tetapi
kesempurnaan hanya ada di dalam dunia idea. Namun demikian,
manusia harus tetap hidup sesempurna mungkin.

Negara
Plato aktif berusaha memperbaiki negaranya yang sudah
dilanda krisis. Ia menempatkan etika dan filsafat yang saling
berkait dalam memperbaiki negara. Manusia sebagai warga
negara mempunyai tugas-tugas etis. Yang menjadi persoalan
pokok negara adalah keselamatan rakyat, bukan keselamatan
penguasa. Para penguasa harus mempersembahkan hidup mereka
bagi pemerintahan, dengan mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Pemberdayaan rakyat adalah persoalan pokok negara.
Rakyat harus kuat dan tidak sebaliknya. Karenanya penguasa
harus orang-orang yang bijaksana sebagai penjaga negara, yang
mengetahui apa yang baik bagi rakyat. (bandingkan dengan
Sokrates). Dan, rakyat harus dapat mengendalikan diri.
Para penguasa harus memiliki kelebihan dalam pendidikan.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 129
Ketika telah berumur 20 tahun sampai 30 tahun calon penguasa
harus mengerti/mempelajari filsafat dan pengetahuan lainnya
seperti ilmu pasti dan dialektika. Setelah berumur 50 tahun
barulah ia memimpin negara setelah rakyat mengetahui integritas
pribadinya. Integritas pribadi ditandai dengan kesungguhannya
yang jelas-jelas mengabdi untuk rakyat.
Para negarawan bertugas menyelaraskan berbagai
keahlian. Sedangkan bentuk negara disesuaikan dengan
kenyataan empiris. Bila telah memiliki konstitusi, maka negara
yang paling baik adalah emokrasi dengan undang-undang. Negara
yang paling buruk adalah negara monarkhi atau tirani.
Sedangkan bentuk pemerintahan adalah pemerintahan
kaum aristokrat. Orang-orang ini dipilih melalui keputusan
bersama bukan lewat pemungutan suara. Angota pemerintahan
disebut guardian29.

Pendidikan Generasi Muda


Plato adalah filosof yang sangat anti diskriminasi, dia
mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang
perbedaan jenis kelamin. Dia menganjurkan pendidikan anak-
anak dikelola oleh negara. Anak-anak harus diberi didikan tentang
latihan fisik yang menyeluruh, kemudian diberi pengajaran musik,
matematika dan lain-lain. Mereka yang dipandang maju harus
terusmelanjutkan dan menerima latihan-latihan termasuk
pendalaman filosofi dan metafisika. Sedangkan mereka
dipandang kurang mampu dilibatkan dalam aspek ekonomi
kemasyarakatan30.
Sebagai filosof dan pendidik Plato telah
mempersembahkan karya-karyanya untuk perubahan
masyarakat Yunani. Dengan Poelitica (Republic) dan Nomo
(Undang-undang) secara ovensif ia mencoba mendobrak situasi
politik, ekonomi dan kebudayaan Athena yang menuju
kebobrokan. Baginya, individualisme telah mencapai klimaksnya.
130 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Plato adalah satu-satunya filosof yang berhasil
membangun sistem pemikiran filsafat yang integral dan
komprehensif. Tetapi ia tetap terkait dengan para pendahulu
sebelum masanya. Diantara tokoh-tokoh yang berpengaruh
terhadap pemikiran ialah Anaxagoras dalam hal pikiran.
Menurutnya, pikiran adalah pengetahuan segala sesuatu.
Pengaruh Ela terhadap Plato adalah tentang Keesaan Tuhan.
Sedangkan pengaruh Sokrates adalah tentang cara memperoleh
pengetahuan. Pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan
yang diperoleh melalui konsep.

Ketuhanan
Bagi plato Tuhan adalah substansi yang murni form tanpa
materi (matter) dan tanpa personality. Tuhan adalah penyebab
gerak (afirs cause of nation). Tuhan adalah kesempurnaan
tertinggi. Tuhan bukan persona. Tuhan mencintai kita. Tuhan
berhubungan dirinya sendiri. Tuhan dapat dicapai dengan akal31.

3. Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles adalah tokoh ningrat dan intelektual, cerdas,
keras dan realistis. Ia berhasil melengkapi, meluruskan dan
mensistemasikan ajaran-ajaran sebelumnya. Ia lahir di satgeria
Yunani Utara anak dokter pribadi raja Makedonia (Iskandar
Agung). Dari ayahnya mengalir bakat dalam biologi dan
pengetahuan praktis. Ia menulis tentang astronomi (ilm al-falak),
zoologi, embriologi (ilm al-Ajinnah), geografi, geologi, fisika,
anatomi, psikologi dan lain-lain. Dia adalah filosofi orisinil yang
jempolan dalam setiap disiplin ilmu. Penyumbang utama dalam
metafisika, psikologi, etika, estetika, teologi, politik, retorika.
Dialah founding father logika atau manthiq32.
Ketika berumur 17/18 tahun (168 SM) ia berguru kepada
Plato selama 20 tahun. Setelah Plato meningal ia (berumur 37
tahun) mendirikan sekolah sendiri di Asos (Asia Kecil). Pada 342
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 131
SM ia (berumur 42 tahun) kembali ke Makedonia menjadi guru
pribadi Iskandar Agung (w. 323 SM) yang masih berumur 13
tahun. Di tahun 335 SM (umur 49 tahun) ia mendirikan sekolah
Lyseum. Ia meninggal dalam umur 60 tahun (322 SM) dalam
pengasingan oleh penguasa anti Makedonia.

Pengetahuan
Pengetahuan, menurut Aristoteles adalah pengetahuan
tentang kenyataan. Setiap benda fisik mempunyai bentuk dalam
arti metafisik dan mater (hayula, Arab) sebagai kemungkinan
belaka untuk menerima sesuatu bentuk. Pengenalan indrawi
memberikan pengetahuan tentang bentuk benda tanpa materi
rasional. Ia terbatas, tertentu. Sedangkan pengenalan rasional
tidak terbatas, dapat mengenal hakikat, jenis sesuatu dan
memiliki sasaran lebih umum. Jalan untuk sampai kepadanya
adalah dengan jalan abstraksi. Menurutnya,33 tidak ada bentuk
(idea) tanpa benda. Keduanya tidak bisa terpisahkan.

Jiwa
Pendapatnya tentang jiwa bahwa jiwa adalah asas hidup
yang menggerakkan tubuh, memimpin segala perbuatan menuju
tujuannya. Jiwa dan tubuh sering berhubungan/ kalau tubuh itu
materi, maka jiwa adalah bentuk. Kalau tubuh itu potensi maka
jiwa itu aktus. Jiwa akan binasa kalau manusia mati. Jiwa terdiri
dari tiga klasifikasi :
i. Jiwa tidur, terdapat dalam binatang
ii. Jiwa indrawi, terdapat dalam binatang dan manusia
iii. Jiwa intelek (berfikir) terdapat dalam manusia berupa akal
dan kemauan

Logika
Logika (logos : perkataan, sabda. Latin).34 Dalam bahasa
Arab disebut manthiq artinya berkata atau berucap. Sebagai
132 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
cabang filsafat logika merupakan ilmu yang mempelajari metode
dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah.35 Aristoteles adalah yang
berjasa terhadap lahirnya logika.36 Logika adalah ajaran tentang
berfikir ilmiah, diciptakan oleh Aristoteles agar dapat berfikir
secara ilmiah. Logika membicarakan hukum-hukum yang
menguasai pikiran. Berpikir dilaksanakan dengan perantaraan
pengertian-pengertian. Menurut Aristoteles setiap pengertian
berkaitan dengan benda-benda tertentu.

Kebahagiaan
Tujuan tertinggi yang ingin dicapai ialah kebahagiaan
(eudaimonia). Kebahagiaan tertinggi yang dikejar setiap
manusia ialah berpikir.

Negara
Manusia adalah, zoon politicon, makhluk sosial. Ia hidup
dan membentuk masyarakat. Kemudian manusia membentuk
negara. Tujuan negara adalah memungkinkan kehidupan yang
baik. Karenanya tidak semua bentuk negara adalah baik. Bentuk
negara tirani adalah bentuk negara yang buruk. Sedangkan
susunan negara yang ideal ialah negara monarki yaitu
pemerintahan seorang raja. Atau aristokrasi yaitu pemerintahan
kaum ningrat dan poeliteia demokratis-moderet. Pemerintahan
inilah yang memberi jaminan terkuat, pemerintahan akan
bertahan lama.

Manusia
Ajaran Aristoteles tentang manusia pada mulanya masih
terpengaruh oleh ajaran Plato tentang dualisme : jiwa dan raga.
Kemudian ia meninggalkan dualisme itu dan mencoba
menjembatani keduanya. Keduanya dipandang sebagai satu
substansi yang saling berhubungan dan nisbahnya sama antara
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 133
materi dan bentuk, atau antara potensi dan aktus. Jikalau tubuh
itu adalah materi maka jiwa adalah bentuk.

Kritik terhadap Plato


- Idea sangat abstrak, sulit dihubungkan dengan realita
- Idea statis dan kekal, tidak dapat digunakan untuk menerangkan
gerak dan perubahan benda-benda konkrit
- Idea itu tiruan benda-benda konkrit
- Idea itu tiruan yang tidak berguna
- Idea tidak transendental (di luar benda) melainkan ada di dalam
(immanent) dalam benda.
- Tidak ada idea (bentuk) tanpa benda

SELINTAS PERKEMBANGAN FILSAFAT YUNANI KLASIK


I. PRA SOFIS
1. Mazhab Filsafat Alam :
i. Thales
ii. Anaximandras
iii. Anaximenes
iv. Pythagoras
(Probelem : Subtansi Pertama)
2. Filsafat Perubahan; Heraklitos (Perubahan dan Kejadian)
3. Filsafat Eleat
i. Xenophones
ii. Parrenides
iii. Zeno
iv. Mellissos
4. Teori Kualitatif :
i. Esmpedocles
ii. Anaxagoras
iii. Leucippus
5. Teori Kuantitatif :
Demokritos (atomisme)
134 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
II. TRANSISI DAN SOFIS
Protogoras dan Gorgias (Ilmu dan Nilai Moral)

III. YUNANI KLASIK


i. Sokrates
ii. Plato
iii. Aristoteles
(Dualisme, monisme, idealisme dan rasionalisme)

IV. FILSAFAT MORAL KESUSILAAN


i. Epicurus
ii. Stoa
(Hedonisme Individual, Utilitariianisme/Hedonisme Sosial)

V. FILSAFAT AGAMA DAN PLATONISME


i. Plotinus
ii. St. Agustinas

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 135


BAB IV
HELLENISME

Helenisme (Yunani : hellenizein : berbahasa Yunani, atau


menjadikan Yunani). Hellenisme adalah roh dan kebudayaan
Yunani.37 Atau kebudayaan suprarsional Yunani.38 Hellenisme
terdiri dari aliran yang diwarnai etik dan aliran yang diwarnai
agama. Aliran yang pertama diantaranya diwakili oleh Epicuros
dan Stoa dan aliran kedua diantaranya diwakili oleh Neo-
phytaghoras, Platonis, Filsafat Yahudi dan Neo-Platonisme. Fase
Hellenisme adalah fase dimana pemikiran filsafat hanya dimiliki
oleh orang-orang Yunani sebelum abad keempat SM.

1. Epicuros
Ia lahir di Samos dan mendapatkan pendidikan di Athena.
Di Athena ia mendirikan sekolah filsafat baru. Ia menghidupkan
kembali Atomisme Demokritos. Menurutnya, semua yang ada
terdiri dari atom-atom yang senantiasa bergerak dan secara
kebetulan bertubrukan satu dengan lainnya. Segala benda disusun
dari atom-atom yang telah ada sejak adanya ruang kosong.
Segala atom tidak dapat dibagi-bagi dan tidak dapat binasa. Ia
memiliki bentuk, berat dan kasar, sekalipun bentuknya berbeda-
beda. Atom itu begitu kecil dan tidak dapat diamati.
Semua atom bergerak dari atas ke bawah. Semula atom
bergerak turun, seolah-olah ada hujan atom. Tetapi kemudian
ada beberapa tom yang menyimpang. Akibatnya terjadi
136 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
pertabrakan dan penimbaan atom-atom. Akhirnya, atom-atom
berputar, yang lebih berat di tengah sedangkan yang lebih ringan
di tepi. Atom bisa berubah arah geraknya. Atom memiliki berat.

Jiwa
Jiwa adalah atom yang bulat dan licin. Karenanya jiwa
adalah tubuh yang halus yang berada di luar tubuh. Tanpa
tubuh kasar jiwa tidak dapat berada. Setelah orang mati
jiwanya dilaritkan ke dalam atom-atom lagi, sehingga jiwa
tidak ada.

Etika
Etika Epicuras bertujuan memberikan ketenangan batin
(ataraxia) kepada manusia. Ia masih mempercayai adanya
semacam murka dewa yang membuat batin ketakutan seperti
halnya terhadap kematian dan nasib.

Hedone
Hedone adalah kenikmatan, kepuasan yang tercapai bila
batin tenang dan tubuh sehat. Ialah tujuan hidup manusia.
Ketenangan batin bisa dicapai bila semua keinginan dapat
tercapai, atau terpenuhi (puas). Sehingga tidak ada lagi yang
diinginkan. Jadi, makin sedikit keinginan seseorang makin besar
kebahagiaan. Kebahagiaan tidak berarti menikmati hal-hal yang
berlimpah-limpah tapi juga tidak menikmati kesedikitan. Agar
kenikmatan bertambah ia mensyaratkan persaudaraan.

2. Stoa
Stoa didirikan oleh Zeno (336-264 SM) di Athena, tepatnya
di Siprus. Zeno berasal dari Citium. Pada tahun 315 SM ketika
berada di Athena ia mulai tertarik kepada filsafat. Stoa (asal
kata Stoapoikila : gang antara tihang-tihang) adalah tempat
pengajaran Zeno.39
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 137
Materialisme
Segala apa yang bersifat fisik dialah yang nyata. Segala
yang tidak bersifat bendawi tidak mengambil tempat, diangap
tidak ada. Diantara mereka ada yang mengimani Tuhan sebagai
bersifat jasmaniah. Tuhan identik dengan jagat raya.
Segala sesuatu dijadikan oleh keluatan Ilahi atau kekuatan
alam. Kekuatan Ilahi menjiwai segala sesuatu seperti api atau
nafsu. Dari kekuatan Ilahi yang berfungsi sebagai nafsu ini
muncullah empat anasir (stoikhiea) yaitu : api, hawa, air, dan
tanah. Keempat anasir ini yang sering melengkapi. Dari keempat
anasir inilah berkembang dunia dengan segala isinya. Pada akhir
tahun dunia semuanya akan dilarutkan ke dalam api.

Logos dan Jiwa


Logos (rasio, akal Ilahi) adalah kekuatan yang menentukan
jagat raya. Logoslah yang melahirkan segala sesuatu dan yang
mengatur serta memimpin segala sesuatu kepada tujuan. Jiwa
manusia mengambil bagian dalam logos. Jiwa manusia bersifat
jasmaniah karena ia bagian dari nafsu dunia atau nafsu Ilahi. Jiwa
mewujudkan nafas hidup dan menggerakkan tubuh. Pusat jiwa
adalah hati, tempat akal dan pusat kebahagiaan hidup. Manusia
dipimpin oleh akal, yaitu bagian jiwa yang memerintah.
Pancaindera adalah alat dari jiwa. Pancaindra keluar dari
hati. Pancaindra berfungsi sebagai tangannya jiwa. Setelah
manusia mati jiwanya larut kedalam jiwa dunia. Manusia akan
bahagia bila saja bertindak menurut rasionya. Dengan demikian,
ia akan menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara
sempurna. Stoisme tidak memperdulikan kematian dan segala
malapetaka karena insaf bahwa etikanya betul-betul bersifat kejam.

Logika
Logika Stoa adalah logika formal yaitu ajaran tentang
penalaran dan retorika. Pengenalan diperoleh melalui pengamatan
138 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
indrawi. Kemudian akan menimbulkan khayalan (fantasi) di
dalam jiwa, di dalamnya ada ingatan. Keseluruhan hayalan
disebut pengalaman. Jiwa ibarat kertas putih, lilin putih.

Etika
Etika adalah ajaran terpenting Stoa. Manusia adalah
bagian dari dunia dan karenanya harus hidup sesuai dengan
keselarasan dunia. Manusia dapat melaksanakan tugas itu
asalkan selaras dengan dirinya sendiri yaitu, hidup sesuai dengan
akal, baik akal sendiri atau hukum alam. Akal yang benar adalah
akal yang selaras dengan akal dunia. Itulah kebijakan (recta
ratio).

Kebahagiaan
Hidup sesuai dengan akal yang benar itulah kebahagiaan.
Tapi, kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan hanyalah
akibat perbuatan susila. Filosof adalah orang bijak. Orang bijak
adalah orang yang tidak membutuhkan siapa-siapa, ia puas
dengan dirinya sendiri. Kebahagiaan mensyaratkan bebas dari
pengaruh duniawi dan segala keadaan batin, serta penguasaan
terhadap keadaan hidup yang sempurna.

Apatheia
Tujuan hidup yang paling tinggi adalah tercapainya
aphatheia, tanpa rasa. Artinya, keadaan menguasai segala
gerak perasaannya. Sekalipun sakit, ia tidak mengeluh atau
meminta dikasihani.

3. Neophytagoras
Neophytagoras sebenarnya bukan generasi murni
Phytagoras. Tapi, ia mewujudkan gabungan ajaran Aristoteles
dan Stoa, lebih-lebih Plato. Dualisme Plato (tentang dunia rohani
dan dunia bendawi) ditarik secara konsekuen.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 139
Ilahiah
Yang Ilahi adalah yang ada, tidak bergerak, realitas yang
sempurna, substansi yang tidak berjasad. Di dalam yang Ilahi
hadir idea-idea sebagai gagasan yang Ilahi. Antara yang Ilahi
dan yang bendawi tidak ada hubungan.
Terjadi dunia bukan disebabkan karena penciptaan yang
Ilahi, melainkan hasil karya “jiwa-dunia”, yang berfungsi sebagai
demiourgos (tukang). Tokoh-tokoh setengah dewa diciptakan
sebagai penghubung antara alam rohani dengan alam bendawi.
Yang Ilahi tidak terhampiri karena terlalu tinggi dan terlalu jauh.
Ia adalah immanen.

Daya Manusia
Manusia memiliki daya untuk mengenal rohani (nous),
daya inisiatif. Ia bekerjasama dengan akal (dianoia) dapat
menjadikan manusia memikirkan dan membicarakan hal-hal yang
rohaniah.

Anasir Manusia
Jiwa dan tubuh keduanya berdiri sendiri-sendiri, saling
terlepas. Kematianlah yang akan melepaskan jiwa dari belenggu
tubuh. Di dalam tubuh ada kejahatan. Manusia harus bisa
membebaskan diri dari pengaruhnya dengan cara tidak makan
daging, bersetubuh, dan lain-lain.

4. Neoplatonisme
Pada masa ini faktor agama mengambil peran yang
penting. Masa ini merupakan puncak terakhir (anti klimaks) dalam
sejarah filsafat Yunani. Aliran ini bermaksud menghidupkan
kembali filsafat Plato40. Tetapi tidak juga terlepas dari ajaran-
ajaran Aristoteles dan Stoa. Ajaran ini merupakan sintesa dari
semua aliran yang ada, memberikan tempat istimewa kepada
ajaran Plato.
140 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Neoplatonisme dibentuk pada abad kedua masehi dan
bertahan sampai abad keenam masehi, berbarengan dengan
timbulnya agama Kristen. Neoplatonisme lahir sebagai penentang
Kristen yang sedang tumbuh. Tokoh yang menciptakan sintesa
ini adalah Plotinus (203-269 M). ia lahir di Mesir. Pada usia 28
tahun mulai tertarik kepada filsafat. Selama 11 tahun ia belajar
kepada Ammonius Sakka (175-242 M) dari Aleksandria.
Pada tahun 244 M berumur 40 tahun, ia mentap diRoma
dan mendirikan sekolah filsafat. Setelah meningal karya-
karyanya dikumpulkan oleh muridnya, Porphyros (232-301 M.
Porphyros memiliki teman Proklos (410-485 M) yang sukses
besar mengajarkan Neoplatonisme. Adapun unsur-unsur penting
dalam Neoplatonius ia ajaran Plato, Aristoteles, Stoa, dan Philo.

Yang Ilahi
Neoplatonisme memiliki sistem filsafat tentang konsep
kesatuan, atau Yang Ilahi. Tuhan adalah satu. Semua yang ada
berasal dari Yang Satu. Semuanya akan kembali kepada Yang
Satu. Tuhan tidak bisa diamati. Ia adalah Esa, tanpa
perbandingan dengan apapun. Keesaan-Nya Sempurna. Akal
manusia tidak dapat sampai kepada-Nya. Tuhan tidak dapat
diuraikan dengan “bagaimana”. Ia tidak berpredikat, atau sifat.

Proses Alam
Seluruh alam mengalir dari yang Ilahi. Pengaliran itu ialah
: nous (roh, roh Ilahi, bukan Tuhan sendiri), yaitu dunia idea,
dunia roh. Kedua, pengaliran jiwa (psukhe) yaitu jiwa dunia atau
dunia jiwani. Jika nous adalah gambar Yang Esa maka jiwa adalah
gambar nous (idea).
Jiwa memiliki dua hubungan yaitu, hubungan dengan nous
yang terang dan hubungan dengan benda yang gelap. Jiwa adalah
penghubung antara nous dengan benda. Ketiga, benda (me on).
Baik roh maupun benda hanya mata rantai atau lat penghubung.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 141
Neoplatonisme memiliki unsur-unsur Platonisme, Pythagoras,
Aristoteles dan Stoa. Jadi ia mengandung unsur-unsur
kemanusiaan, keagamaan, dan keberhalaan.

Plotinos (204-270 M)
Ia lahir di Mesir pada tahun 204 M. pada usia 29 tahun
(232 M) ia pergi ke Alexandria belajar kepada Animonius Sacca
selama 11 tahun. Pada usia 39 tahun (243 M) ikut berperang
melawan Persia dan berkesempatan mempelajari budaya Persia
dan India. Tahun 244 M ia melarikan diri ke Antokya. Ketika
berusia 40 tahun pergi ke Roma dan di sana dikenal sebagai
pemikir.ia meningal tahun 270 M di Mintarnae, Campania, Italia.

Metafisika
Ia penganut realitas idea seperti Plato. Idea Plotinus
adalah partikulair. Tapi, ia kurang memperhatikan masalah
kemanusiaan yang yang dapat dipecahkan melalui filsafat.
Karenanya,ia tidak mencoba mengaplikasikan metafisiknya ke
dalam politik.

Yang Esa
Tuhan adalah, Esa, realitas yang tidak dapat mungkin
dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar
eksistensi, di segala nilai. Yang Esa adalah puncak semua yang
ada, cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui
essensinya. Dia Pencipta semua yang ada.41
Yang Esa tidak dapat diketahui melalui pengindraan dan
pemikiran logis. Manusia hanya dapat menghayati adanya. Ia
tidak dapat diperkirakan. Ia transenden terhadap segala makhluk.
Ia dapat didekati lewat tanda-tanda dalam alam. Ia adalah prinsip
yang tidak dapat dilambangkan dengan suara atau huruf.

142 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


Nous atau Mind42
Nous adalah gambaran tentang Yang Esa dan didalamnya
mengandung ide-ide Plato. Kandungan nous adalah benar-benar
kesatuan. Untuk menghayatinya kita mesti melalui perenungan-
perenungan.

Soul
Ia adalah arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia
dapat dilihat dari aspek : energi di belakang dunia, dan bentuk-bentuk
alam semesta. Jiwa manusia mempunyai aspek : intelek yang tunduk
kepada reinkarnasi, dan irrasional atau akal logis.

Jiwa
Jiwa tidak bergantung kepada materi. Jiwa seratus proses
aktif dan materi 100% pasif. Jiwa adalah essensi tubuh material.
Tubuh itu materi. Tubuh itu penuh kejahatan dan keterbatasan.
Jaraknya dengan Yang Esa sangat jauh. Ia adalah kekuatan
Ilahiah. Ia sumber kekuatan.
Manusia terdiri dari substansi : roh (nous), jiwa (pskhe0
dan tubuh (soma). Ketiganya mewujudkan suatu keseluruhan.
Roh senantiasa dipersatukan dengan Yang Ilahi, roh yang tinggi.
Sedangkan jiwa merupakan tempat yang sentral.

Dunia dan Pencipta


Dunia ini sebenarnya indah dan teratur. Alam semesta ini
membuktikan kebijakan Pencipta. Pencipta adalah Yang Esa,
Paling Awal, Sebab Pertama. Tuhan itu Satu, tidak sebanyak
makhluk.
Alam menciptakan melalui emanasi. Proses emanasi tidak
berlangsung dalam waktu. Tapi dengan emanasi tidak berarti
Tuhan tidak mengalami perubahan. Tuhan tidak berada di alam
tetapi alamlah yang berada dalam Tuhan. Alam adalah bayangan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 143
Tuhan Yang Asal. Kesempurnaan bayangan sangat bergantung
kepada jaraknya dengan Yang Asal43.

Waktu
Waktu bergerak dan berisi macam-macam kehidupan.
Karena ia bergerak ia menghasilkan waktu lampau, sekarang
dan akan datang. Waktu tidak terpisah dari jiwa, inheren dalam
jiwa. Waktu juga akan hilang bila bersentuhan dengan alam
semesta.44

Ilmu
Sains lebih rendah daripada metafisika. Metafisika lebih
rendah dari keimanan. Surga adalah peristirahatan jiwa. Bintang-
bintang tempat para dewa. Hantu-hantu berada di antara bumi
dan bintang-bintang.

Tujuan Hidup
Tujuan hidup adalah kembali dipersatukan dengan Yang
Ilahi. Jalan untuk kembali (remasi) bertahap-tahap dan
bertingkat-tingkat, yaitu : melakukan kebijaksanan, berfilsafat,
dan mistik. Melakukan kebijaksanaan umum, seperti diajarkan
Plato, adalah memiliki pengetahuan tentang yang baik (hikmah),
memiliki keberanian, mengendalikan diri dan berbuat adil memang
perlu. Inilah persiapan pertama. Persiapan kedua ialah berfilsafat,
memikirkan segala sesuatu secara mendalam.
Tahap kedua akan membawa kepada tahap ketiga yaitu
jalan mistik, tingkatan paling tingi, tempat orang menyelami
dirinya sendiri secara umum, menyelami Yang Ilahi, yang ada
dalam dirinya sendiri. Dalam kondisi ini manusia akan bebas,
mengatasi segala pikiran dan kesadaran hingga sampai kepada
ketakjuban yang bahagia, dimana ia disatukan dengan Yang Esa,
Yang Ilahi.

144 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


5. Filsafat Yahudi
Alexandia alah salah satu kota di Mesir yang menjadi pusat
pemukiman orang-orang Yahudi. Pada abad kedua masehi ada
sekitar 1.000 orang Yahudi di Mesir. Pada abad kedua inilah
dimulainya proses Hellenisasi orang Yahudi.

Philo (30 SM-50 SM)


Ia lahir di Alexandria dari keluarga beriman. Ia telah
berusaha dengan segenap pikirannya untuk menselaraskan Yahudi
dengan filsafat Hellenisme. Menurutnya, para orang bijak Yunani
mendapatkan hikmah seperti para nabi. Sebab, mereka juga
menganai Kitab Perjanjian Lama. Menurutnya, Plato menimba
ilmu kepada Musa as. Jadi agama Yahudi dan filsafat Yunani
mempunyai sumber yang sama. Untuk melakukan penjelasan
sedemikian rupa selanjutnya dilakukan penafsiran secara algoris
Kitab Perjanjian Lama.

1. Tuhan
Tuhan adalah tkoh adikodrati, berbeda secara mutlak
dengan kosmos dan harus dibedakan dengan kosmos. Tuhan
adalah roh transenden, tidak berada di dalam dunia ini. Ia tidak
bernama. Manusia hanya tahu bahwa Tuhan ada tetapi tidak
dapat tahu apakah Dia itu. Tuhan tidak dapat dijelaskan
bagaimana.
Tuhan adalah Sang Ada (Ho On). Tapi sedikit manusia
dapat menjelaskan secara positif bahwa Dia itu Esa tidak
tersusun dari bagian-bagian. Dia memiliki kesempurnaan yang
tinggi, keindahan yang azali, kebaikan yang mutlak dan
kemahakuasaan.

2. Logos
Tuhan adalah roh dan manusia adalah benda. Antara
keduanya ada perbedaan mutlak. Untuk itulah perlu ada perantara
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 145
: idea, malaikat-malaikat. Semua itu dipersatukan dalam satu
istilah Logos (perantara antara Tuhan dengan dunia). Logos
adalah idea dari segala idea, yang disebut kebijaksanaan,
kekuatan dunia yang universal. Tetapi, logos itu bukan Tuhan
dan juga bukan makhluk. Logos adalah Tuhan kedua, anak Tuhan
yang sulung, Juru Bahasa Tuhan, Wakil Tuhan (parakletos).

3. Dunia
Dunia tidak dijadikan tapi dibentuk oleh logos. Prosesnya
logos memasuki benda, menjadikan benda sebagai pakaiannya.
Benda dapat dibentuk menjadi dunia yang menurut gambar dan
rupa-Nya sendiri.

4. Manusia/Jiwa Manusia
Dalam struktur manusia ada gambaran alam semesta.
Sebagai idea manusia telah ada sejak azali di dalam logos.
Manusia memiliki kekuatan hidup (psukhe) dan jiwa akali (nous,
dianoia, psukhe logike). Jiawa ada di dalam darah dan tidak
binasa. Sebelum lahir jiwa manusia sudah ada.
Jiwa tidak binasa dan masuk ke dalam tubuh. Jiwa
dipenjara di dalam tubuh. Karenanya, hidup di dunia adalah suatu
kejahatan. Dan, hanya kematian yang membebaskan jiwa dari
keterpenjaraannya. Manusia akan dibangkitkan kepada hidup
yang sejati dan kepada kebebasan.

5. Tujuan Hidup
Tujuan hidup manusia adalah sama dengan Tuhan.
Adapun jalannya adalah melalui pengetahuan. Untuk itu dia
memerlukan bantuan logos sebab logos adalah sumber
pengetahuan. Dan, untuk dapat menerima daya kerja logos ia
harus menjauhkan diri dari dunia dan segala nafsu.
Ada tiga tingkatan kebijakan yang harus dilakukan dalam
hal ini, yaitu :
146 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
i. Apatheia (tiada berperasaan)
Orang melepaskan diri dari segala hawa nafsu dan dari segala
yang bersifat bendawi, mematikan segala kecenderungan dan
hawa nafsu.
ii. Kebijaksanan
Ia adalah karunia Ilahi yang diarahkan kepada yang susila atau
kesalehan.
iii. Elestase
Yaitu menenggelamkan diri kedalam diri yang Ilahi.
Philo berhasil mensintesa agama Yahudi dengan filsafat
Hellenisme. Dia berhasil membedakan ajaran Perjanjian Lama
terutama tentang Tuhan. Logos, rasio, akal adalah yang
memimpin dunia. Logos adalah Tuhan Kedua, Anak Tuhan.
Hellenisme Yahudi merupakan aliran yang mempertemukan
kepercayaan Yahudi dengan filsafat.45

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 147


BAB VII
MASA MODERN
(MENUJU RENAISAN)

Renaissance (Prancis) artinya kelahiran kembali yang


dalam bahasa Latin re+nasci. Usaha menghidupkan kembali
kebudayaan Yunani-Romawi di saat orang-orang mencari
alternatif baru yang bukan dari kebudayaan tradisional yang
diresapi suasana kristiani. Masa ini merupakan kesadaran baru
akibat hegemoni pemenangan iman atas akal secara mutlak. Abad
pertengahan adalah abad kekalahan akal dari iman, pikiran
dikungkung oleh Gereja.
Abad renaisan dimulai perkembangannya melalui karya-
karya sastra di Itali, kemudian di Eropa pada abad ke-15 dan
ke-16. Istilah reanisan, mula-mula digunakan oleh sejarawan
terkenal Michelet dan dikembangkan oleh J. Burckardt (1860 M)
untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode
individualisme. Tokoh-tokoh pertama adalah pengarang-
pengarang: Petarca (1304-1374 M), dan Boccacio (1313-1375
M) serta Michelangelo (1475-1565 M) dalam karya seni lukis,
seni ukir dan seni arsitektur.
Adalah perkembangan maha penting abadi ini ditandai
dengan lahirnya ilmu pengetahuan alam modern berdasarkan
metode eksperimental dan matematis. Leonardo da Vinci (1452-
1519 M), Nicholaus Copernicus (1473-1543 M), Johannes Kepler
(1571-1630 M) dan Galilelo Galilei (1546-1643 M).
148 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Tujuan gerakan ini, yang dipelopori oleh kaum humanis
Italia, ialah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup
kristiani. Mereka bermaksud mempertahankan kembali gereja
yang telah dipecah-pecah oleh banyak mazhab dan mempertinggi
posisi Kristen. Kemudian, di Jerman para humanis bermaksud
melepaskan segala tujuan yang diarahkan kepada akhirat,
menerima hidup dalam batas-batas dunia ini apa adanya, alamiah.
Mereka telah berhasil mencoba bangkit dan menanamkan
optimisme menghadapi kehidupan dunia.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri mulai timbul.
Manusia mulai mengenali dirinya sendiri, sadar akan nilai
pribadinya dan sadar akan potensi atau kekuatan pribadinya itu.
Manusia merasa bebas atas segala kuasa dan tradisi. Orang
mulai berani mengikuti jalannya sendiri.
Wahyu tetap dihargai sebagai yang berwibawa. Tapi, akal
juga diberi posisi sama sebagai yang berwibawa atas kebenaran-
kebenaran. Bahkan ikatan apapun dari wibawa dan keyakinan
tradisi, bebas secara mutlak dalam pemikiran dan penelitian
adalah titik tolak dari abad ini.

1. Nicholas Copernicus
Tokoh gerejani ortodoks ini yang menemukan kaidah
bahwa, matahari berada di pusat jagat raya, bumi mempunyai
dua gerak yaitu : perputaran sehari-hari pada porosnya dan
perputaran tahunan mengitari matahari. Tapi, karena kondisi
Gereja yang sangat kontradiktif, karyanya baru diterbitkan di
saat ia meninggal di tahun 1543 M, oleh temannya dan
dipersembahkan kepada Sri Paus. Teori ini kemudian dikenal
dengan hukum Heliosentris Copernicus.

2. Johannes Kepler (1571-1630 M)


Ia penemu tiga macam hukum gerak planet-planet :
a. Planet-planet bergerak dengan membuat lingkaran bulat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 149
panjang dengan matahari sebagai salah satu titik api
(fokus)
b. Garis penghubung matahari dengan pusat planet dalam
waktu yang sama akan membentuk bidang yang sama
luasnya
c. Kuadrat periode planet mengelilingi matahari sebanding
dengan pangkat tiga dari rata-rata jaraknya terhadap
matahari.

3. Galileo Galilei (1546-1642)55


Dari penemu terbesar dalam ilmu pengetahuan. Orang
yang mula-mula menetapkan hukum benda jatuh. Orang yang
berpendirian matahari adalah pusat jagat raya dan bima sakti
terdiri dari bintang-bintang. Dialah orang yang berhasil
menemukan beberapa satelit dan Yupiter. Dia juga yang berhasil
mengamati bentuk-bentuk Venus. Venus menurutnya memiliki
fase-fase seperti bulan.
a. Matematika
Galilio secara konsisten menetapkan matematika pada
fisika dan fisika pada astronomi. Dialah yang pertama
membawa matematika, fisika dan astronomi menjadi satu.
Di mata para ilmuwan, fisikanya dipandang lebih superior
daripada fisikan Aristoteles56.
b. Fakta dan Teori
Fakta-fakta yang diperoleh lewat observasi dan eksperimen
diperlukan sebagai fakta objektif, dan sedikitpun katanya
tidak ada sangkutpautnya dengan fakta objektif. Fakta-fakta
observasi mungkin cocok dan mungkin tidak cocok dengan
skema alam semesta yang sudah diakui keabsahannya.
Tetapi yang penting adalah menerima fakta-fakta tadi dapat
membangun teori yang cocok57.
c. Mekanisme; Sumbangan Besar Galileo
Ia telah berhasil menggunakan teleskop untuk mengobservasi
150 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
angkasa. Ia merencanakan permulaan mekanika baru yang
menggantikan mekanika Aristoteles. Dialah yang membuat
teleskop pertama kalinya (1609 M) sebagai penemuan
dramatis observasinya dan dapat menemukan bahwa, jupiter
mempunyai bulan-bulan, menemukan bahwa di permukaan
bulan ada gunung-gunung dan kawah-kawah dan buan tetap
berada bersama bumi yang bergerak.58

4. Hugo De Groot (1583-1645 M)


Dialah penggagas hukum internasional dan masalah
kenegaraan.

5. Nicco Machaivelli (1467-1525 M)


Dialah penggagas bentuk negara otokratis

6. Thomas More (1480-1535 M)


Dialah yang mencita-citakan negara Utopia, masyarakat
agraris yang berdasarkan keluarga sebagai kesatuan asasi, yang
tidak mengenal hak milik pribadi atau ekonomi uang

7. Francis Bacon (1561-1626 M)


Dialah peletak dasar metode induksi modern. Pelopor
sistemisasi yang logis prosedur ilmiah. Yang memisahkan filsafat
dengan teologi. Mengakui bahwa, akal dapat mengetahui adanya
Tuhan. Mengakui akal manusia tidak berdaya dalam ilmu
pengetahuan sebab antara akal dan kebenaran tidak ada
keselarasan alamiah. Dia berpendirian bahwa, tugas utama ilmu
pengetahuan ialah mengusahakan penemuan-penemuan yang
melahirkan kemakmuran dan hidup yang mengenakan.
Bacon terkenal dengan prinsipnya knowledge is power :
pengetahuan adalah kekuatan. Pengetahuan harus menghasilkan
dan berdaya guna. Pengetahuan harus menggerakan hal-hal
khusus yang belum dinyatakan, yang diperlukan untuk
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 151
menyumbang dan membantu kehidupan manusia.59 Knowledge
is Human Power. Ia mencontohkan dengan percetakan, mesin
dan magnet. Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak
dalam kekuasaan. Ketiganya harus merubah muka bumi.

Jiwa
Jiwa manusia menurutnya mempunyai kemampuan
triganda: ingatan (memoria), daya khayal (imaginito), dan
akal (rasio). Ketiganya meruapakan dasar segala pengetahuan.
Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki.
Daya khayal menyangkut keindahan. Akal menyangkut filsafat
sebagai hasil kerja akal.

Filsafat
Cabang filsafat menurut Bacon ialah;60
1. Filsafat Ketuhanan, De Numine
Bacon menerima adanya pengetahuan teologis berdasarkan
wahyu. Tapi pengetahuan itu sendiri berada diluar filsafat.
2. De Natura
Filsafat tentang dunia tempat tinggal manusia
3. De Homine
Filsafat tentang manusia De Natura, menurutnya, terdiri dari
yang speculativa atau teoritis yaitu fisika dan metafisika.
Sedangkan yang operativa terdiri dari mechanica, fisis
( physica ), dan magica yaitu terapan dari metafisika.
Sedangkan De Homina terdiri dari philosphia humanitas
(logika) dan philosophia civilis (etika).

Matematika
Bagi Bacon, matematika dan logika seperti halnya filsafat
dan metafisika tradisional, tidak berguna sama sekali. Karena,
tidak menambahkan sesuatupun pada kemampuan manusia untuk
menguasai dunia dan alam.
152 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB VIII
POSSITIVISME

Possitivisme lahir di abad ke-19. Nama ini diintrodusir oleh


August Comte (1779-1857). Possitivisme berasal dari kata positif
yang berarti sama dengan faktual. Aliran ini menganggap
pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta. Ilmu pengetahuan
dan filsafat hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubuungan yang
ada di dalam fakta-fakta. Possitivisme mengutamakan pengalaman.
Hanya, lebih membatasi pada pengalaman objektif saja. Metafisika
ditolak. Dengan demikian, menafikan aktifitas bertanya tentang
hakikat atau sebab sebenarnya fenomena atau gejala.
Pertanyaan yang bersifat metafisik ditolak dan dianggap
tidak bermakna. Seluruh penalaran digunakan untuk
“menghapuskan metafisika”. Pertanyaan-pertanyaan para filosof
semenjak dahulu sampai sekarang sesungguhnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan juga tidak ada gunanya. Pertanyaan-
pertanyaan metafisis bila ditinjau dari aspek bahasa dianggap
tidak mengandung arti, dan hanya sekadar omong kosong.
Metafisika dianggap hanya sebagai gelanggang permainan kata-
kata yang berpusat di sekitar definisi-definisi dan konsekuensi-
konsekuansi yang timbul darinya.

A. Augus Comte (1798-1857)


1. Tiga Zaman
Ajaran Comte yang terkenal adalah pandangan tentang
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 153
perkembangan pengetahuan atau pemikiran manusia, baik secara
individual maupun secara kelompok yang disebut tiga zaman,
yaitu : tahapan teologis, tahapan metafisik, dan tahapan positif
atau ilmiah. Pada tahapab teologis orang percaya bahwa, di
belakang gejala alam terdapat kuasa adikodrati yang mengatur
fungsi dan gerak gejala tersebut. Orang mengarahkan roh atau jiwa
kepada hakikat “batiniyah” segala sesuatu, kepada “Sebab Pertama”
dan “Tujuan Akhir” segala yang mutlak.
Pada tahap ini juga terdapat tiga tahapan. Tahap pertama,
tahap paling primitif dimana benda-benda dianggap memiliki jiwa
(animisme). Pada tahap kedua, manusia percaya kepada dewa-dewa
(politeisme). Sedangkan pada tahap ketiga, tahap paling tinggi,
manusia mulai memandang Tuhan sebagai penguasa sesuatu
(monoteisme).
Zaman kedua, zaman metafisika, merupakan kelanjutan atau
perubahan dari zaman sebelumnya. Kekeuatan adikodrati dewa-dewa
diganti dengan kekuatan abstrak yang dipandang sebagai asal segala
penampakan atau gejala khusus.
Zaman ketiga adalah zaman di mana orang tahu bahwa,
mencapai pengetahuan atau pengenalan tentang mutlak adalah usaha
yang sia-sia. Orang mulai berusaha menemukan hukum-hukum
keagamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah
dikenal, dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya.

2. Ilmu Pasti
Ilmu pasti adalag dasar segala filsafat. Ilmu pasti memiliki
dalil-dalil paling umum, paling sederhana dan paling abstrak. Ilmu
pasti, karenanya merupakan ilmu yang bebas.
3. Manusia
Manusia, baginya tidak dapat menyelidiki dirinya sendiri.
Barangkali, orang masih bisa menyelidiki nafsu-nafsunya karena
ia tidak berada di dalam fikiran. Karenanya, ia tidak memberikan
posisi bagi psikologi.
154 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
4. Sosial
Masyarakat adalah salah satu fokus perhatian Comte dan
ia menjadi inspirasi bagi filsafat sejarahnya. Conte banyak sekali
menyelidiki fakta-fakta sejarah dan menghubungkannya menjadi
satu sistem. Inti filsafat sejarahnya meliputi : perkembangan
kenegaraan, kehakiman, kemasyarakatan serta perkembangan
seni, agama, ilmu filsafat. Dan dalam setiap cabang tersebut
selalu ditemukan ajaran tiga zaman Comte.
Bagi masyarakat Eropa yang sedang berusaha keluar dari
krisis besar dalam kehidupan kemasyarakatan. Comte tampil
sebagai tokoh pertama yang mewakili kesadaran bagi lahirnya
sosiologi sebagai ilmu tersendiri61.

B. John Stuart Mill (1806-1873)


Mill lahir pada 20 Mei 1806 di Pentaville London, anak
seorang utilitarian62. Dasar filsafat Mill adalah empirisme
sebagai prinsip yang sangat dianutnya secara radikal. Setiap
kebenaran dan prinsip serta pembuktian ilmu pengetahuan
dibangunnya atas dasar-dasar empiris.

1. Metafisika
Sebagaimana pendahulunya, Mill menolak metafisika. Ia
menolak anggarapan bahwa materi (matter) atau pikiran (mind)
dapat ditunjukan atau dilalui dengan jalan intuisi langsung
(immadiate intuition). Katanya, tidak ada satupun hal yang
dapat dikerjakan dengan metafisika dan intuisi-intuisi langsung.
Keduanya tidak dapat digunakan untuk mengantarkan kepada
kebenaran (evidence) secara tepat. Dasar-dasar empirislah yang
akan menjamin keabsahan dan keaslian pengetahuan manusia.

2. Psikologi
Berbeda dengan Comte, Mill justru memposisikan psikologi
sebagai pengetahuan dasar yang menjadi dasar filsafat. Perhatian
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 155
terhadap manusia ini adalah karakter filsafat pasca materialisme.
Psikologi, menurutnya, bertugas menyelidiki apa yang disajikan
oleh kesadaran.

3. Pengalaman
Pengalaman adalah sumber satu-satunya pengenalan.
Dan, untuk menuju ke pengenalan, induksi merupakan satu-
satunya jalan yang dapat dipercaya.
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan alam berbeda dengan ilmu pengetahuan
rohani. Ilmu pengetahuan rohani meliputi : psikologi, etologi
(etika) dan sosiologi. Sedangkan sejarah dimasukkan ke dalam
ilmu pengetahuan alam.

5. Etika
Etika Mill mengarah kepada adanya hubungan timbal balik
antara individu dengan masyarakat atas dasar utilitarianisme.
Ia berpangkal kepada pertimbangan-pertimbangan psikologis
manusia yang bermaksud ingin memperoleh kesenangan. Hal-
hal yang dapat membangkitkan nafsu menjadi hal yang berharga.
Manusia sesungguhnya tidak ingin memperoleh sesuatu
melainkan ingin memperoleh kebahagiaan yang timbul dari
sesuatu itu. Jadi, sesuatu itu memiliki harga dan juga nilai. Nilai
sesuatu lebih besar kualitasnya dari harga sesuatu itu.

C. Herbert Spencer (1820-1903)


1. Informasi
Informasi-informasi religius dan metafisis keduanya saling
bertentangan. Keduanya ingin memberikan penjelasan tentang
asal-usul manusia. Padahal, katanya, manusia tidak dapat
mengatasihal itu. Oleh karena itu ia harus disekesampingkan.
2. Filsafat
Filsafat bertugas menyatukan secara sempurna gerak-
156 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
gerak. Karenanya diperlukan azas yang dinamis, yaitu evolusi.
Masyarakat haruslah dibentuk menjadi umat yang lebih mencintai
perdamaian dan berindustri.

3. Negara
Negara tidak boleh absolut, militeristik dan berusaha
memungkinkan kebebasan perseorangan dan berdemokrasi.
Negara juga harus menjamin tegaknya keadilan.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 157


BAB IX
PRAGMATISME
PRAGMATISME

Pragmatisme (Yunani; pragma : perbuatan, pekerjaan)


adalah sauatu aliran yang mengajarkan bahwa, yang benar ialah
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perentaraan
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini
berpedoman kepada logika pengamatan. Yang penting adalah
akibat praktis segala sesuatu baik pengalaman pribadi, kebenaran
mistis, dan lain-lain. Bahkan kepercayaan atau iman dipandang
dari sudut gunya semata-mata63.
Pramatisme menaruh perhatian pada masalah praktek.
Kehidupan manusia dipandang sebagai suatu perjuangan untuk
hidup yang berlangsung terus menerus yang didalamnya ada
konsekunsi-konsekuansi yang bersifat praktis. Sesuatu apapun
yang tidak mengandung konsekuensi-konskuensi praktis tidak
ada lagi artinya.
Pendekatan penyelesaian masalah pragmatisme menuju
kepada pertimbangan-pertimbangan kegiatan-keatan yang
dilakukan orang yang berfikr. Karena itu, kebenaran harus
bersangkutan dengan penyelesaian masala. Kebenaran suatu ide
atau tanggapan terletak kepada hasilnya, apakah memberikan
penyelesaian masalah secara berhasil atau tidak
.
I. William James (1842-1910)
James memposisikan psikologis sejajar dengan ilmu
158 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
pengetahuan alam. Keduanya menurutnya, mempelajari gejal-
gejala. Hanya saja psikologi memiliki hukum-hukum dan
metodenya sendiri. Disinilah arti pentingnya James.

1. Kesadaran
Kesadaran bukanlah sesuatu yang lahiriah. Kesadaran
adalah fungsi-fungsi. Kesadaran adalah “pengalaman murni”
yaitu perubahan-perubahan langsung yang terus menerus dalam
hidup, yang diperlukan untuk merefleksi di kemudian hari.

2. Akal
Akal berfungsi sebagai pemberi informasi bagi praktek
hidup dan pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan.
Informasi akal memberikan keyakinan sementara (kepercayaan)
sebagai persiapan langsung bag perbuatan. Akal ditaklukkan oleh
perbuatan.

3. Kebenaran
Tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang
tetap, yang berdiri sendiri, yang lepas dari akal yang mengenal.
Karena, pengalaman berjalan terus. Setiap kebenaran senantiasa
berubah sebab kebenaran dapat diketahui oleh pengalaman. Yang
ada hanyalah kebenaran dalam pengalaman khusus yang
setiapkali bisa dirubah oleh pengalaman berikutnya.

4. Dunia
Dunia adalah hasil perbuatan manusia. Dunia bukan
sesuatu yang sudah selesai tapi terus menerus seperti halnya
pemikiran yang terus mengalir. Dunia adalah tempat pertentangan
kekuatab-kekuatan yang saling bertentangan. Di dalamnya
manusia dapat kesempatan untuk mengikutsertakan kehendak
dan kekuatannya dan berpartisipasi secara menentukan.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 159


5. Pengalaman
Gejala-gejala keagamaan berasal dari kebutuhan-
kebutuhan individual yang tidak disadari, yang berungkap dengan
cara berbeda-beda (dalam kesadaran). Kepercayaan kepada Yang
Tinggi adalah nilai subjektif yang relatif, sepanjang hanya
memberikaan penghiburan rohani. Nilai keagamaan memang
tidak melebihi hal-hal subjektif. Karenanya segala macam
pengalaman keagamaan mempunyai nilai sama, kalau akibatnya
sama-sama memberi kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.

II. John Dewey (1859-1952)


1. Metafisika
Dia adalah seorang pragmatis. Dia menolak metafisika.
Filsafat tidak boleh tenggelam ke dalam pemikiran-pemikiran
metafisi yang tidak ada gunanya. Filsafat harus dipijak kepada
pengalaman dan menyelidiki serta mengeloa pengalaman secara
objektif dan kritis.

2. Pengalaman
Pemikiran berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan
bergerak kembali menuju pengalaman. Pengalaman langsung
mempersatukan objek dan subjek. Pemisahan antara keduanya
berarti bukan pengalaman. Pemikiran adalah yang menyusun
sasaran pengetahuan.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah transformasi keadaan dari yang tidak
menentu menjadi keadaan yang menentu. Kepribadian adalah
sesuatu yang harus dicapai dan sedang dalam pembentukan.
Manusia adalah makhluk sosial. Karena itu masyarakat harus
diorganisir sehingga dapat memberikan perkembangan
semaksimal mungkin. Ilmu mendidik tidak oleh dipisahkan dari
filsafat.

160 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


4.Kebenaran
Kebenaran adalah apa yang disetujui oleh akal semua yang
menyelidikinya. Kebenaran tidak tetap. Dalam praktek, kebenaran
memiliki nilai fungsional yang tetap.

5. Sekolah
Maksud dan tujuan lembaga sekolah ialah membangkitkan
sikap hidup yang demokratis. Kurikulum harus berpangkal kepada
pengalaman anak, yang berfaedah bagi anak dan dapat dialami
oleh anak. Anak harus dilibatkan langsung dalam melakukan
penyelidikan, seleksi dan pengaturan pengalaman-pengalaman
(learning by doing).

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 161


BAB X
FENOMENOLOGI

Fenomenen (Latin) disingkat menjadi “genomen” dalam


bahasa Yunani berarti sesuatu yang tampak, yang terlihat. Dalam
bahasa Indonesia diartikan “gejala’. Fenomenologi adalah aliran
yang membicarakan fenomena, gejala, sesuatu yang
menampakkan diri.
Fenomena berarti “semu”. Fenomena dihadapkan dengan
“kenyataan”, bukan hal yang nyata. Fenomena dapat dipakai
untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang dapat diamati
dengan indra. Fenomena dipakai di dalam ilmu pengetahuan alam.

A. Edward Husserl (1859-1938)


1. Dunia
Dialah pelopor fenomenologi. Katanya, dunia yang tampak
dapat memberikan kepastian, pengertan tentang realitas adalahbenar.
Dunia juga tidak dapat memberikan kebenaran. Untuk itulah kita harus
mencarinya dalam erlebnisse, yaitu penalaman sadar.

2. Pengamatan
Dalam proses pengamatan akal tidak pasif. Akal tidak
hanya menerima hal-hal yang tampak, tapi aktif. Akallah yang
menentukan atau mengkonstruksikan segala sesuatu jadi tampak
sebagai objek pengamatan.
B. Max Scheller (1874-1928)
162 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Dia penyebar luas gagasan Hursell. Jasanya sangat besar
dalam pemikiran tentang nilai. Metode fenomenologi, tentang
hakikat, oleh Scheller diaplikasikan kepada masalah pengenalan,
etika, filsafat kebudayaan dan keagamaan.

1. Perasaan dan Kepuasan


Nilai adalah yang dituju oleh perasaan atau emosi (a
priori peasaan), bukan idea dan cita-cita, tapi konkrit yang
hanya dapat dialami dengan jiwa yang bergetar, dengan emosi.
Akal tidak dapat melihat nilai, tanpa bantuan rasa. Manusia
berusaha memperoleh nilai, bukan kenikmatan atau kepuasan.
Usaha memperoleh kenikmatan atau kepuasan sebenarnya
karena kenikmatan dipandang sebagai nilai.

2. Nilai
Nilai adalah absolut, tidak dapat berubah dan demi dirinya
sneidri. Perubahan terjadi bukan pada nilai, tapi pada pengamatan
terhadap nilai dan nisbah si pengamatan dengan nilai itu. Rasa
atau perasaan akan nilai dapat berbeda. Tapi, nilai tetap tidak
berubah.
Nilai benda adalah nilai yang dikaitkan dengan benda-benda.
Nilai pribadi adalah nilai yang dikaitkan dengan pribadi atau dengan
kebajikan. Nilai adalah alat kerja atau alat benda-benda budaya.

3. Perasaan
Perasaan manusia terdiri dari perasaan indrawi, perasaan
vital dan perasaan rohani. Perasaan indrawi seperti enak, pahit,
manis dan sebagainya. Perasaan vital seperti lelah, segar, sedih
dan sebagainya. Perasaan rohani seperti bahagia, damai dan
sebagainya. Kenikmatan adalah sebutan untuk nilai indrawi
(nafsani). Kebaikan atau kesejahteraan adalah sebutan untuk
nilai vital. Sedangkan nilai rohani biasanya berupa keadilan,
kebenaran, keindahan, kebencian dan sebagainya.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 163
4. Pribadi
Pribadi tidak sama dengan makhluk yang berjiwa, berfikir,
berkehendak. Pribadi adalah ia yang memiliki kepenuhan arti
segala indranya, yang dewasa dan cakap untuk memilih. Pribadi
bersifat rohani. Pribadi tidak boleh disamakan dengan jiwa dan
tidak bersifat jiwani (psikis). Pribadi tidak memiliki sangkut paut
dengan tabiat. Pribadi bukan substansi, bukan objek dan tidak
dapat dijadikan objek.

5. Roh
Roh bukan zat yang halus, tidak tampak. Roh bukan
substansi. Roh adalah inti segala perbuatan di atas segala
perbuatan hewani. Roh bukan yang konkrit, ia berdiri sendiri.
Roh yang menjadikan manusia bebas.

6. Manusia
Manusia tidak berasal dari binatang. Tapi dia sendiri
adalah binatang, dulu, sekarang dan nanti. Dialah binatang
berfikir, yang tidak menyerah kepada alam. Dia makhluk yang
bebas dan mencari Tuhan. Dialah makhluk yang bisa
berhubungan dengan transenden, Tuhan. Manusialah yang
mengelola alam dan manusialah makhluk yang berbahaya.

7. Kasih
Kasih bukan merasakan perasaan. Kasih bukan merasakan
orang lain. Kasih bukan perbuatan usaha. Kasih tidak memberikan
pertimbangan. Kasih tidak mengandung unsur sosial. Kasih
diarhkan kepada diri sendiri. Kasih sejati diarahan kepada person,
bukan nilai-nilai pribadi. Puncak kasih adalah kasih kepada Tuhan.
Tuhan adalah pusat kasih yang tertinggi. Kasih itu suci, tinggi.
Kasih adalah kawasan pribadi bukan kawasan indrawi.

164 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB XI
EKSISTENSIALISME

Eksistensialisme adalah aliran yang memandang segala


gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi ialah cara
manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada berbeda
dengan cara benda-benda. Manusia berada di antara benda-benda
dan dialah yang memberikan makna benda-benda tersebut.
Benda-benda menjadi berarti karena manusia. Di samping itu,
manusia juga berada bersama-sama dengan benda-benda.
Dengan demikian, dalam eksistensialisme, benda-benda tersebut
“berada” dan manusia “bereksistensi”.
Eksistensi berasal dari kata eks yang berarti keluar dan
sustensi (dari kata sisto) yang berarti berdiri atau menempatkan
diri. Eksistensi berart manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan
keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa, dirinya ada. Dirinya
disebut “aku”. Segala sesuatu di sekitarnya dihubungkan dengan
dirinya sendiri.
Di dalam dunia manusia menentukan keadaannya dengan
perbuatan-perbuatannya. Ia menyelami dirinya sebagai pribadi.
Ia menemukan pribadinya dengan –seolah-olah- keluar dari
dirinya dan menyibukkan diri dengan apa yang ada di luar dirinya.
Dengan kesibukannya ia menemukan diri. Ia berdiri sendiri
dengan keluar dari dirinya dan sibuk dengan dunia luar dirinya.
Demikianlah manusia bereksistensi (dasein; da : disana, dan sein
: berada). Jadi, disana atau di tempat.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 165


Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersifat teknis,
yang menjelma dalam bermacam-macam sistem, yang satu
berbeda dengan lainnya. Paling sedikit ada empat tokoh pemikir
yang tergolong ke dalamnya yaitu : Martin Heidegger, Paul Starte,
Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Adapun ciri umum aliran ini
ialah pandangannya tentang : cara manusia berada, hanya
manusialah yang bereksistensi. Jadi pusat perhatian aliran ini
adalah manusia; eksistensi bersifat humanistis. Kedua, eksistensi
diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti menjadi kreatif.
Ketiga, manusia dipandang sebagai makhluk terbuka, manusia
adalah realitas yang belum selesai, masih harus dibentuk, terikat
kepada dunia sekitarnya terlebih-lebih kepada sesama manusia.
Keempat, pengalaman konkrit adalah pengalaman eksistensi.

A. Martin Heidegger
Soren Kierkegard (1813-1855) adalah sumber utama
filsafat eksistensialisme. Martin menjadikannya sebagai guru dan
inspirator64.

1. “Berada” dan “yang berada”


Sein atau berada hanya dipergunakan untuk manusia.
Sedangkan Seiende atau berada digunakan untuk benda-benda. Benda-
benda hanya terletak begitu saja, tanpa ada hubungan (tanggung jawab)
dengan orang (vorbanden). Benda-benda akan berarti bila
dihubungkan dengan manusia, dalam arti jika manusia memeliharanya.
Manusia memang berdiri sendiri. Tetapi, ia mengambil
tempat di tengah-tengah dunia sekitarnya. Ia tidak termasuk
“yang berada” tetapi “ia berada”, berada di tempat. Untuk itu ia
harus keluar dari dirinya sendiri di tengah-tengah “yang berada”.
Dasein disebut juga eksistensi.

2. Dasein
Dasein adalah berada di dalam dunia. Manusia berada di
166 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dalam dunia. Ketentuan ini berlaku bagi semua, walaupun cara
mereka berbeda-beda. Manusia berada di dalam dunia berarti
dapat memberi tempat kepada benda-benda di sekitarnya, dapat
bertemu, bergaul dan berkomunikasi dengan semuanya.
Manusia berada di dalam dunia dan karenanya dialah yang
memberi tempat benda-benda, yang menentukan benda-benda.
“Berada di dalam dunia” berarti memiliki dunia dan berada di
dunia. Manusia tidak hanya berada di dalam dunia tetapi juga
memiliki dunia.

3. Tiga Azas
Manusia terbuka bagi dunianya bagi sesamanya. Keterbukaan
itu bersandar kepada tiga azas penting : befindilchkeit (kepekaan
atau sensitivity), verstenhen (mengerti, memahami atau
understanding) dan rede (kata-kata, berbicara atau speaking).
Kepekaan terungkap dalam bentuk perasaan dan emosi sebagai bentuk
dari “berada di dalam dunia”, bukan sebab hasil-hasil pengamatan.
Kepekaan adalah pengalaman yang elementer menguasai realitas.
Kepekaan mendasari semua yang konkrit.
Verstenhen adalah dasar segala pengertian, bukan pengertian
atau pemahaman biasa, ia berkaitan dengan kebebasan manusia,
kemungkinan-kemungkinan hidup manusia dalam kesadaran akan
“berada”-nya. Pengertian selalu diarahkan kepada kemungkinan akan
sesuatu dan syarat-syarat untuk mencapai sesuatu itu. Verstenhen
adalah cara manusia berada.
Rede adalah komunikasi. Kata-kata berhubungan dengan arti.
Manusia adalah makhluk yang dapat berbicara. Sambil berbicara ia
mengekspresikan atau mengungkapkan diri. Ungkapan adalah
pemberitahuan atau penjelasan.

4. Angst, Cemas
Suasana batin atau perasaan-perasaan yang penting dari
manusia antara lain, rasa cemas. Rasa cemas adalah rasa azasi
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 167
guna mengetahui keberadaan yang paling dalam. Kecemasan
adalak ketakutan yang secara tiba-tiba datang menyergap dan
menjadikan bingung. Ia datang dan pergi. Sesuatu yang
dicemaskan tidak berwujud, tetapi ia ada dan bahkan sangat dekat
sekali. Kecematan datang akibat pengalaman merasa hampa,
merasa tidak berarti, merasa sendirian. Kecemasan bukan
sekedar takut kepada sesuatu yang ada didunia ini, tetapi
ketakutan terhadap dunia itu sendiri. Manusia merasa sesuatu
yang diharapkannya vorhanden atau tidak berarti, bukan apa.

5. Verfallenhet, Keruntuhan
Kemerosotan, keruntuhan adalah kerugian manusia karena
kehilangan situasi semula yang baik dan menyenangkan. Sejak
semula manusia telah “terlempar”. Karena sebenarnya dalam
keseharian manusia tidak bereksistensi dengan sebenarnya. Ia justru
memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk keluar dari eksistensi
sebenarnya, keluar dari belenggu pendapat orang banyak, dan
“menemukan” dirinya. Untuk itu manusia harus berencana untuk
sampai kepada kemungkinan terakhir yang tidak dapat dilakukan,
yaitu kematian. Kematian adalah batas terakhir dari keberadaan
manusia sebagai eksistensi, batas yang tidak dapat dikalahkan.

6. Kematian
Kematian mewujudkan sesuatu kesatuan yang dapat
dipatahkan dengan eksistensi manusia. Manusia tahu bahwa, ia
harus mati. Kematian yang dimaksudkan ialah bukan akhir dari
kehidupan (ajal). Kematian yang dikehendaki adalah suatu kondisi
akhir yang seolah-olah setiap saat akan hadir. Di dalam keruntuhan
orang takut akan kematian. Dengan menyibukkan diri orang
membangun suara kematian ini, yang sebenarnya ingin dilupakan.

7. Kata hati
Kata hati atau hati nurani tidak didengar sekalipun selalu
168 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memanggil-manggil dan menyerukan manusia dari keputusan dan
kecemasan. Ia terus memanggil kesadaran manusia untuk
menyadari kesalahannya.

8. Schuld : berhutang atau bersalah


Cara berada manusia ialah mengadakan adanya sendiri.
Dan, manusia beratnggungjawab kepadanya. Tapi, yang
dilakukan manusia adalah salah. Mengapa? Karena di satu pihak
manusia tidak mampu menyebabkan adanya sendiri, tapi di pihak
lain ia tetap bertanggung-jawab sebagai yang “bertugas” untuk
mengadakan dirinya.
Mengadakan diri berarti merealisasikan alternatif-
alternatif. Tetapi manusia tidak titik tolak gerakan. Karena
manusia tidak dapat menguasai dirinya sendiri, alias gagal
merealisasikan seluruh alternatif-alternatif yang dipilihnya.

9. Hidup Sejati
Untuk menuju hidup sejati, keputusan sejati, pengetahuan
yang benar, eksistensi yang sebenarnya terletak kepada kepastian
temporal dalam menanggung kepastian terakhir, yakni kematian.
Manusia, dalam hal ini tidak hanya tahu akan mati tetapi juga
mendahului kematian. Ia menyadari kematiannya tanpa ilusi, atau
khayalan. Dengan demikian, manusia akan terlindung terhadap
segala sesuatu yang semu, dapat menemukan dirinya,
mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang
manusia dan dunia, dan muncullah kegembiraannya.

B. Jean Paul Starte


1. “Ada” atau “Berada” (l’etre)
a. Berada dalam diri (l’etre-n-soi)
Filsafat berpangkal kepada realitas yang ada. Sebab,
yang ada itulah yang kita hadapi, kita tangkap, kita mengerti.
“Berada” mewujudkan ciri segala benda jasmaniah segala
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 169
materi. Semua benda berada dalam diri, tetapi juga tidak pasif,
tidak menyingkap tetapi juga tidak menerima. Benda-benda
itu tidak mempunyai hubungan dengan keberadaannya.
Perubahan benda-benda terjadi karena sebab-sebab yang
ditentukan. Perubahan benda-benda itu kaku.

b. Berada untuk diri (l’etre-pour-soi)


Ialah berada yang sadar akan dirinya, yaitu cara berada
yang dimiliki manusia. Ia tidak mengerti prinsip identitas seperti
halnya etre-en-soi. Manusia mempunyai hubungan dengan
keberadaannya. Ia bertanggungjawab atas fakta “bahwa ia
ada”, fakta “bahwa ia pejabat, rakyat, danseterusnya”. Di
dalam kesadaran ini, ada kesadaran refleksi, ada yang
menyadari dan ada yang disadari, ada subjek dan ada objek.
Tidak demikian halnya dengan benda-benda.

2. Kesadaran
Kesadaran prarefleksi ialah kesadaran yang belum
dipikirkan kembali, tidak ada di pusat perhatian. Kesadaran
refleksi ialah kesadaran yang dipikirkan kembali di dalam
keadaan sadar. Kesadaran adalah hasil dari kegiatan. Orang
sadar berarti orang yang berbuat. Kesadaran tidak berdiri sendiri.

3. Peniadaan
Peniadaan tampil di dalam kesadaran. Peniadaan terjadi
terus menerus. Hal ini menyebabkan manusia terus menerus
berbuat. Tiap perbuatan adalah perpindahan. Karenanya, ia
melupakan masa lampaunya untuk mencari yang “belum ada”
ata “yang tidak ada”.
Manusia berbeda dengan benda. Benda selalu dirinya
sendiri. (Batu tetap dirinya sendiri, batu). Manusia tidak demikian.
Karena kesadarannya manusia selalu berbuat. Dengan demikian
manusia memindahkan dirinya, meniadakan yang sudah ada,
170 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
menuju yang belum atau tidak ada secara bebas.
4. Free Will
Kesadaran menjadikan manusia bergerak, memindahkan yang
ada menuju yang belum ada. Untuk itu ia harus mengambil keputusan
sendiri. Ia harus berdiri tanpa bantuan. Ia harus menentukan nasibnya,
nasib sesama dan nasib dunia.
Menusia merasakan terhukum kepada kebebasan. Ia terpaksa
harus terus menerus berbuat, tetapi sia-sia. Inilah dampak kecemasan.
Dalam keadaan demikian, ia berusaha untuk bebas dari kecemasan
dengan mencoba menghindari kebebasan. Agar dapat melupakan
kebebasannya ia menyibukkan diri. Tetapi, lagi-lagi semuanya hanya
penipuan belaka. Karena, tidak mungkin manusia bebas dari kecemasan
atau ketakutan. Itulah sebabnya segala usaha manusia selalu menuju
kegagalan.

C. Karl Jaspers (1883-1969)


1. Filsafat
Eksistensialisme mengambil keuntungan dari kegagalan ilmu
pengetahuan. Ada dua cara untuk mengatasi kridid ini, yaitu kembali
kepada kewibawaan dari iman kepercayaan atau mengusahakan adanya
pengertian filsafati yang baru, iman filsafati. Orang katanya harus memilih
salah satunya dan Jaspers telah memilih cara otonom filsafat.

2. Ilmu Pengetahuan
Dunia diselidiki oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
menghadapi batas-batas yang tidak dapat ditembus. Di dalam
matematika orang dihadapkan kepada aksioma-aksioma yang tidak
dapat dibuktikan. Di dalam ilmu pengetahuan empiris dihadapkan
kepada keselarasan menghubungkan teori dengan kenyataan. Di dalam
filsafat orang menghadapi kesukaran tidaknadanya kesatuan sistem.

3.Eksistensi
Eksistensi diungkapkan dalam perbuatan sebagai pilihan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 171
kebebasan. Eksistensi selalu meliputi situasi tertentu dan terbatas,
juga selalu dilaksanakan dalam hubungan orang tertentu.
Eksistensi manusia tidak temporal, tidak terikat waktu dan tidak
terikat kepada situasi yang terbatas. Kita berada di dalam waktu
tetapi tidak terikat oleh waktu.

PERIODISASI FILSAFAT YUNANI KLASIK


A. Pra-Sofis
1. Mazhab Filsafat Alam
Tokoh : Thales
Anaximenes
Anaximandras
Pythagiras
Problem : Substansi Awal/Pertama

2. Mazhab Filsafat Perubahan


Tokoh : Hercalitus
Problem : Perubahan dan Kejadian

3. Filsafat Eleat
Tokoh : Xenophanes
Parmaenides
Zeno
Mellissos
Problem : Realisme dan Idealisme

4. Teori Kualitatif
Tokoh : Empedocles
Naxagoras
Leucippus
Problem : perubahan Absolut dan Perubahan Relatif

172 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


5. Teori Kuantitatif
Tokoh : Demokritos
Problem : Atomisme

B. Transisi Dan Sofis


Tokoh : Protogoras
Gorgias
Problem : NihilismedanRelativisme,IlmudanNilaiMoral

C. Triumvert Klasik
Tokoh : Sokrates
Plato
Aristoteles
Problem : Dualisme, Monisme, Idealisme,
Rasionalisme, dan Realisme

D. Filsafat Moral
Tokoh : Epicuros
Stoa
Problem : Hedonisme Individual dan Hedonisme
Sosial/Ultirainisme

E. Filsafat Agama Neoplatonisme


Tokoh : Plotinus
St. Agustinus

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 173


(Footnotes)
1
Hoesin, Oemar Amin, Filsafat Islam. 1961, 14.
2
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat. 1988, 6.
3
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat,1963, 1.
4
Runes, Dagobert D., Dictionary of Philoshopy, New Jersey : Little Field
Adam & Co., 20.
5
Endang Saefuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1991, 83-85. ‘Azmi
Islami, Mabadi Al-Falsafah Wa Al-Akhlaq, 5-7.
6
Titus H. Harold, Persoalan-persoalan Filsafat, 1994, 15.
7
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat, 1992, 3.
8
Hasbulah Bakry, Sistematika Filsafat, 1981, 12.
9
Endang Saefuddin Anshari, op. cit., 94-95
10
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, 1991, 57-61
11
Endang Saefuddin, op. cit., 94-95
12
Berten, Ringkasan Sejarah Filsafat, 1983, 9;
Harun Haduwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat. I, 1980,18.
13
Will Durant, The Story…, 63.
14
Ali Sami Al-Nasyr, Nasyat Al-Fikr Al-Falsafi Fi Al-Islam. 114.
15
Al-Syahratani, Al-Milal Wa Al-Nihal, II.
16
Sibdhunata, Dilema Manusia Rasional, 1982, 135-16.
17
Will Durant, The Story of Philosophy. 1926, 6; Louis O. Kattsoff, Pengantar
Filsafat. 1992, 263.
18
Mayer, Fredeick, A History of Ancient and Medieval Philosophy. 1950, 18.
19
Warner, Rex. The Greek Philosophy. 1961, 26.
20
The Liang Gie, Pengantar…, 5.
21
Kattsoff, Op. Cit., 265.
22
Will Durant, The Story of Philosophy. 7; Hamzah Ya’kub, Filsafat Ketuhanan,
1981,49.
23
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam. 1981, 9-10.
24
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat, 45.
25
Will Durant, The Story of Philosophy. 12.
26
Ibid, 15
27
Will Durant, The Story …,13.
28
Sindhunata, Dilemma …, 136.
29
Kelas guardian adalah mereka yang benar-benar mampu merealisasikan
pengetahuan yang dipelajari kedalam bentuk kerja nyata, dan jelas-jelas
ingin mengabdi untuk kepentingan masyarakat (Michael C. Hart, Seratus
Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. 1983, 225).
30
Michael C. Hart, Seratus Tokoh, 224.
31
Mayoer, A History…, 159.
32
Michael C. Hart, Seratus Tokoh, 102; Anis Mansur, l/al-Khalidun Miah
A’dzomuhum Muhammad Rasulullah, 1981, 61-63.
33
Louis Karrsoff, Pengantar …, 267.
34
K. Prent CM., J. Adisubrata, MJS Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia.
1969, 501.

174 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


35
Irving M. Copi, Introduction to Logic. 1978, 3.
36
Betterarnd Russel, History of Western Philosophy, 1974, 206.
37
Harun Hadijono, Sejarah…, 54.
38
Bertern, Sejarah…, 16.
39
Zeno adalah orang yang pertama kali mengunakan kata logika (Bertern,
Russel, Op. Cit., 3)
40
Neoplatonisme terbilang memperkembangkan ajaran-ajaran Phytagoras (Ali
Syamsi, 114-115)
41
Mayer, 323.
42
Runes Degobart D., ed., Dictionary of Philosophy. 215. Ferm, Vergelius,
eed., Encyclopedia od Religion, 1959, 800.
43
Hatta, Muhammad. Alam Pikiran Yunani, III. 1966, 28-29.
44
Warner, 225.
45
Ali Sami, Nasyat…, 77 dan 81.
46
Harun Hadijono, Sejarah…, 54.
47
Bertern, Sejarah…, 16.
48
Zeno adalah orang yang pertama kali mengunakan kata logika (Bertern,
Russel, Op. Cit., 3)
49
Neoplatonisme terbilang memperkembangkan ajaran-ajaran Phytagoras (Ali
Syamsi, 114-115)
50
Mayer, 323.
51
Runes Degobart D., ed., Dictionary of Philosophy. 215. Ferm, Vergelius,
eed., Encyclopedia od Religion, 1959, 800.
52
Hatta, Muhammad. Alam Pikiran Yunani, III. 1966, 28-29.
53
Warner, 225.
54
Ali Sami, Nasyat…, 77 dan 81.
55
Baca : Anthony, H.D., Science and Background, 1948, 145; Daries, J.J., On
the Scientific Methode, 1968, 8.
56
Stillman, Drake, Galieo Studies, 1970, 97.i
57
Anthony, H.D. Science and Its Background, 1984, 145.
58
Fayernbend, Againts Method; Outline of AanarchistisTheory of
Knowledge, 1975, 69-164.
59
Selanjutnya lihat Horkheimer and Theodore W. Adarno, Dialectice of
Enlightenment, 19773,5.
61
Lihat : Koentjoroningrat, Pengantar Sosiologi, 1980, 38-40.
62
Biografi Mill, lihat : V. Irianto, Sistem Logika John Stuart Mill. 1990, 34-35.
63
Hokheimer, Max. Edipe Of Reason, 1974, 63.
64
Martin, Jay. The Dialevtical Imagination, 1973, 48.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 175


176 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
SUPLEMEN
FILSAFAT ISLAM DALAM
FILSAFA
BINGKAI SEJARAH

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 177


178 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB I
PERADABAN ISLAM

Peradaban Islam, apa dan bagaimanakah tradisi


peradaban Islam dimasa yang lalu? Pertanyaan ini sekilas
sepertinya hanya ingin bernoltalgia tentang sesuatu yang sudah
tidak pada tempatnya.
Dikatakan sudah tidak pada tempatkan karena sebagian
besar orang-orang jaman sekarang menganggap kaitan dan atau
mengkaitkan segala sesuatu kepada agama adalah sebuah
pertanda kemunduran sebagaimana yang dikatakan oleh August
Comte, bahwa agama adalah tahap pertama setelah orang agak
maju maka mulailah manusia bisa meningkat kepada filsafat
ditahap kedua.
Agama dan filsafat sudah usang, orang-orang yang masih
sibuk bernoltalgia dengan agama dan berfilsafat maka dia akan
terlindas oleh kemajuan jaman, ini musti disadari karena untuk
bisa mendapatkan tempat dijaman secanggih sekarang orang-
orang harus mau naik ketingkat berikutnya, yaitu tingkat ketiga
yang bernama tingkat emphiris.
Kita sudah mendengar apa yang dikatakan Comte dan
orang orang yang sepandangan dan atau yang mendukungnya
dan untuk menjawabnya nanti akan kita siapkan waktu dan
tempat khusus untuk itu.
Dalam kesempatan ini kita tidak kan menjawab Comte
secara langsung melainkan kita akan mengurutkan

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 179


pembicaraan tentang apa itu yang disebut ilmiah dan apapula
itu yang disebut dengan sebuah kemajuan (peradaban).
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh sebuah peradaban
akan selalu menghasilkan kemajuan di semua sektor. Kemajuan
peradaban islam juga telah memajukan beberapa sektor
kehidupan untuk seluruh umat manusia, termasuk didalamnya
adalah sektor ekonomi, politik, etika, fisika, astronomi bahkan
sampai kepada kehidupan spiritual.

Awal Peradaban Islam


Pada masa kilafah Bani Abbasiyah ,khususnya zaman
khalifah al-Mansur dan al-Makmun,berbagai aktivitas sudah
banyak dilakukan untuk menyiapkan dan menerjemahkan
berbagai karya ilmiah . Pada akhir abad ke-10 telah banyak karya
penting yang berhasil diselesaikan . Para penerjemah berasal dari
berbagai etnik, seperti Naubakht dari Persia, Muhammad bin al-
Fazari dari Arab, dan Hunain bin Ishaq yang dulunya adalah
seorang penganut Kristen Nestorian dari Hirah.
Para Ilmuan Muslim seringkali menerima kesimpulan
ilmiah dari pihak lain, kemudian mengujinya dengan melakukan
verifikasi. Namun tidak jarang pula mereka melakukan observasi
dan eksperimen terhadap masalah-masalah baru hingga
menghasilkan penemuan baru. Para ilmuan Muslim biasa
menggunakan pendekatan praktis bagi permasalahan ilmiah yang
memuat pemikiran-pemikiran abstrak.
Para ilmuan Muslim sudah mengenal aspek fisik (kualitatif)
maupun aspek matematis (kuantitatif) dari suatu ilmu
pengetahuan. Mereka melakukan penelitian terhadap aspek
kualitatif maupun kuanttitatif dari berbagai problem ilmiah.
Sebagai contoh, Ibnu Khurdadhbeh menghitung derajat lintang
dan busur berbagai tempat. Sementara itu, al-Biruni menghitung
gaya tarik sejumlah zat kimia.
Eksperimen-eksperimen ilmiah dalam bidang kimia, fisika,
180 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dan farmasi dilakukan dilaboratorium; sedangkan penelitian
dalam bidang patologi dan pembedahan dilakukan dirumah sakit-
rumah sakit. Sejumlah observatorium juga dibangun dibeberapa
lokasi, seperti di Damaskus, Baghdad, Naisabur, untuk melakukan
pengamatan astronomi.
Persiapan bedah mayat juga dilakukan dalam rangka
praktik pengajaran anatomi. Khalifah al-Mu‘tashim pernah
mengirimkan kera untuk dijadikan peraga dalam kegiatan ini.
Demonstrasi operasi pembedahan bagi para mahasiswa diberikan
dirumah sakit-rumah sakit.
Tingkat melek huruf di kalangan kaum Muslim mencapai
level tertinggi pada abad 11 dan 12 M. Tingginya semangat
keilmuan pada masa itu diindikasikan dengan karya optic Shihab
al-Din al-Qirafi,seorang ulama fikih dan juga hakim di Kairo yang
menangani 50 macam masalah penglihatan.
Dalam naungan hukum Islam, Para ilmuwan tidak hanya
memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi
juga mengaplikasikan penemuan ilmiahnya dalam bentuk inovasi
teknologi. Mereka mengamati bintang-bintang ,kemudian
menyusun peta bintang untuk keperluan navigasi.
Ibnu Yunus misalnya memanfaatkan pendulum untuk
menentukan ukuran waktu. Ibnu Sina menggunakan termometer
udara untuk mengetahui temperature udara.
Para ilmuan Muslim menjadikan Aljabar sebagai cabang
dari ilmu Matematika. Istilah Aljabar berasal dari bahasa Arab
yaitu Jabr. Para cendikiawan Muslim juga mengembangkan ilmu
trigonometri serta mengaplikasikannya dalam ilmu astronomi,
karena astrologi yaitu keyakinan bahwa posisi bintang sangat
berpengaruh terhadap nasib manusia merupakan “ bid`ah”
menurut islam. Maka astronomi berkembang menjadi ilmu murni,
setelah dibersihkan dari kepercayaan takhyul.
Berbagai kata atau istilah Arab yang banyak digunakan
dalam bahasa Eropa menjadi monument hidup atau bukti nyata
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 181
kontribusi kaum Muslim pada scient modern. Disamping itu
sejumlah besar buku diberbagai perpustakaan di Asia dan Eropa,
museum-musium diberbagai negeri , serta Masjid dan istana yang
dibangun berabad-abad silam juga merupakan bukti adanya
fenomena penting ini dalam sejarah dunia.
Beberapa contoh khazanah ilmu pengetahuan yang berasal
dari bahasa arab adalah ciphecipher atau didalam istilah
perancis disebut chiffre , yang sebenarnya berasal dari kata sifr
(Arab) yang berarti kosong atau nol. Kata alkali dalam bidang
kimia untuk menyebut zat tertentu yang menghasilkan garam
bila dicampur dengan suatu jenis asam ,juga berasal dari bahasa
arab yakni al-qali, Istilah dan squadron atau dalam bahasa
Prancisnya escadre yang mempunyai arti sebuah kesatuan
didalam ketentaraan juga berasal dari kata askariyah yang
memiliki makna serupa. Juga istilah admiral berasal dari kata
amir al-bahr dan lain-lain.
Dalam proses penerjemahan, banyak nama ilmuwan
Muslim yang mengalami perubahan , sehingga membuat para
pembaca mengira bahwa mereka adalah orang-arang non-Muslim
dari Eropa. Beberapa nama diantaranya adalah Abul Qasim al-
Zahrawi (Albucasis) , Muhammad ibnu Jabir ibnu sinan al-Battani
(Albetinius) , dan Abu ‘Ali ibnu Sina ( Avicenna).

182 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB II
FILSAFAT ISLAM
FILSAFA

Filsafat Islam dewasa ini menjadi domain wacana dan


tema diskusi yang kuat di kalangan pemikir (pemerhati filsafat)
di Timur maupun di Barat. Setidaknya hal ini terjadi pada abad
ke-19 hingga kini. Sebut saja orang-orang seperti Adam Mez,
Henry Corbin, Goldziher, Hitti, HAR. Gibb, atau Seyyed Hossein
Nasr, Fazlur Rahman, Joel Kraemer, dan belakangan Oliver
Leaman serta beberapa ahli filsafat muslim yang ada di Eropa
lainnya ikut mengkaji filsafat Islam secara intens. Adapun
sebelumnya, wacana filsafat Islam seringkali tidak terjamah
bahkan mungkin hampir ditiadakan baik itu di kalangan pemikir
Barat, maupun dalam sebagian tradisi Islam sendiri.
Filsafat Islam dipandang sebagai sebuah objek yang asing
dan serangkaian ilmu import yang harus dilawan dan
diperlakukan sebagai anak yatim oleh para sarjana Barat
terutama para sejarawan kuno. Referensi yang selama ini dirujuk
oleh para sarjana Barat ketika menghubungkan antara
Kebangkitan (Renaissance) di Eropa adalah tradisi keilmuan
Yunani yang dikenal dengan zaman logos. Hal ini sangat kuat
diyakini terutama dalam cara pandang tentang kehidupan yang
dilandasi oleh pemikiran filosofis Yunani. Selalu saja rujukan awal
yang dicari adalah para pemikir seperti Socrates, Plato, dan
Aristoteles.
Memang hal ini bukanlah sebuah kesalahan fatal. Namun
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 183
ketika hal tersebut tidak pernah dikaitkan dengan kejayaan yang
pernah diraih oleh Islam –dan kita tahu bahwa Islam sangat
banyak menyumbangkan pemikiran dan kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan, filsafat, sejarah, dan beberapa bidang lainnya–
, ada keterputusan-sejarah yang pada akhirnya menyebabkan
kerancuan-ilmiah dalam memandang filsafat secara umum
terutama dalam filsafat Barat pasca Renaissance. Karena pada
dasarnya ada kotinuitas-historis yang tidak bisa kita abaikan.
Ketika Islam mengalami kejayaan peradaban pada abad
ke-9 hingga abad ke-11, dunia Islam sendiri mengakui adanya
andil besar gelombang helenisme yang lebih awal dalam mengais
kemajuan peradaban. Dalam hal terakhir ini, pengaruh pemikiran
Plato, Aristoteles, dan beberapa tokoh lain, coba ditafsirkan oleh
para filosof muslim awal seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn
Rusyd.
Hasan Hanafi mencoba mendongkrak asumsi-asumsi
salah yang dilancarkan para pengkaji filsafat Islam, baik dari
kalangan Islam sendiri, maupun dari kalangan orientalis. Menurut
Hanafi, selama ini mereka menduga bahwa para filosof muslim
hanya melakukan pembacaan terhadap filsafat Yunani, kemudian
mengikuti, melakukan anotasi, dan meringkas karya para filsuf
Yunani, serta mencampuradukkannya dengan filsafat Islam,
dengan memperburuk pemahaman tentang konsep-konsep
filosofis.
Namun tradisi Yunani pun tidak bisa lepas dari
perkembangan tradisi filsafat Timur-Dekat sebagai
pendahulunya. Secara genuin, Joel L. Kraemer menjelaskan bahwa
filosof-filosof Yunani pra-Socrates seperti Empedokles,
umpamanya, dikatakan telah belajar kepada Luqman “sang
filosof” (Luqman al-Hakim) di Syro-Palestina pada masa Nabi
Daud; atau Pythagoras diyakini telah belajar fisika dan metafisika
pada murid-murid Nabi Sulaiman di Mesir, dan belajar geometri
pada orang-orang Mesir. Kemudian para filosof semacam ini
184 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
membawa tradisi “filosofis” yang mereka serap dari Timur
menuju Yunani, untuk dikembangkan lebih lanjut.
Ada khazanah yang cukup berharga dari temuan-temuan
pada filsafat Islam yang selama ini tidak diakui oleh filosof dan
pemerhati filsafat di Barat. Padahal Islam sendiri memiliki tradisi
keilmuan yang begitu kokoh, terutama pada abad pertengahan.
Atau mungkin sebenarnya mereka banyak mengambil khazanah
pemikiran filsafat Islam, namun mereka enggan untuk mengakui
keberadaannya secara ontologis dalam rentetan sejarah
peradaban dunia.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 185


BAB III
MENGENAL METODE
PEMIKIRAN ISLAM

Metode Iluminasi sangat bertumpu kepada kemampuan


kita untuk menahan hawa nafsu dan pencerahanan batin sebagai
upaya untuk mencapai hakikat selain argumen dan penalaran.
Sedangkan metode peripatetik sangat mengandalkan argumen
sebagai tumpuan utama dalam mencari hakikat. Kedua metode
ini pada perkembangan berikutnya diakui sangat mempengaruhi
kebudayaan Islam. Pendukung dari kedua paham ini diantaranya
adalah tokoh-tokoh besar didalam dunia Islam. Namun terlepas
dari itu semua, didunia Islam sendiri dikenal juga beberapa metode
lainnya yang juga sangat berpengaruh seperti metode tasawuf
(irfan) dan metode kalam (teologi) .
Sekarang mari kita lihat lebih kedalam lagi, mari kita
perhatikan beberapa metode penting lainnya yang juga
mempengaruhi corak filsafat dan yang berada langsung dibawah
PENGARUH AJARAN ISLAM. Setidaknya sekarang kita bisa
melihat ada 4 metode penting yang digunakan dalam pemikiran
filsafat Islam, yaitu :

1. Metode Filsafat Argumentatif Peripatetik.


Metode ini sangat mengutamakan silogisme (qiyas) ,
argumentasi rasional (istidlal aqli) dan demonstrasi rasional
186 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
(burhan aqli) . Metode argumentatif peripatetik ini dikenal
memiliki banyak pengikut seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Bajah, Mir
Damad, Al Kindi , Ibnu Sina dan lain-lainnya. Tokoh paham ini
yang paling menonjol adalah Ibnu Sina.

2. Metode Filsafat Iluminatif


Metode ini seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bertumpu
kepada argumentasi rasional, demonstrasi rasional dan serta
berjuang melawan hawa nafsu dan menyucikan jiwa.

3. Metode Pengembaran Rohani (tasawuf)


Metode tasawuf (irfan) semata-mata hanya bertumpu
kepada penyucian jiwa dan mengadakan perjalanan guna
mendekatkan diri kepada Allah sehingga mampu mengetahui dan
sampai kepada berbagai hakikat. Beda dengan filsafat Iluminatif,
metode irfan ini sama sekali tidak bertumpu kepada argumentasi
rasional ataupun demonstarsi rasional. Berdasarkan metode ini
tujuan bukan hanya untuk menyingkap hakikat TETAPI sampai
kepada hakikat itu sendiri.
Metode irfan memilik satu persamaan dan dua sisi
perbedaan dengan metode iluminasi. Sisi persamaannya adalah
bertumpu kepada penyucian jiwa. Sedangkan perbedaannya
adalah tentang penggunaan argumentasi dan demonstrasi
rasional.

4. Metode Teologi Argumentatif (kalam)


Para teolog Islam (Mutakallimin) , seperti halnya para
filsuf peripatetik bertumpu pada argumentasi penalaran dan
demonstrasi rasional, namun demikian terdapat dua perbedaan
yang mendasar didalam pengunaannya.
Yang pertama, para teolog muslim khususnya kaum
mu’tazilah menggunakan penalaran rasional ‘baik dan buruk’
berdasarkan kemampuan akal. Dan berdasarkan dengan prinsip
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 187
ini maka kaum mu’tazilah mewujudkan berbagai prinsip yang
lain seperti prinsip kelembutan, kewajiban atas Allah untuk
mendahulukan yang baik dan sebagainya.
Sedangkan para filsuf berkeyakinan bahwa prinsip ‘baik
dan buruk’ merupakan prinsip yang relatif dan klaim manusia.
Yang kedua, para teolog muslim mengklaim bahwa mereka
lebih konsisten dalam membela Islam daripada filsuf, mereka
berpendapat bahwa pembahasan filsafat adalah pembahasan
yang bebas, mereka tidak menentukan tujuan ideologinya.
Sementara teolog muslim jelas telah menentukan tujuan
ideologinya.

188 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB IV
MATEMA
MATEMATIKA ISLAM
TEMATIKA

Tradisi Ilmiah bisa kita temui dihampir semua peradaban


sepanjang sejarah umat manusia. Salah satu tradisi ilmiah yang
menjadi catatan sejarah adalah tradisi ilmiah Islam. Dalam
kesempatan ini kita akan membuka catatan sejarah bagaimana
tradisi ilmiah pernah tumbuh subur dikalangan umat Islam,
bagaimana ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu mengkaji dan
menggali pengetahuan. Salah satu prestasi ilmuwan Islam yang
tidak bisa kita lupakan adalah bagaimana mereka menemukan :
Angka Nol
Angka-Angka Arab
Algoritma
Aljabar
Trigonometri bidang datar, sferis, dan analitis
Menghitung persamaan akar kuadrat
Tabel Sinus dan Cosinus
Persamaan pangkat tiga
Karya Banu Musa dalam ilmu geometri

Prestasi ilmuwan muslim dalam bidang matematika ternyata


sangat luar biasa. Prestasi yang paling menonjol bisa kita lihat pada
masa pemerintahan KhalifahAl-Mansur, yaitu Kalifah kedua dari Banu
Abbasiyah di abad ke-8 Masehi. Selama periode ini, Karya ilmiah
dalam bidang matematika dikatakan hanya dihasilkan oleh kalangan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 189
Muslim. Dikhabarkan jikapun ada non-muslim yang membuat karya
ilmiah dibidang matematika, maka mereka menuliskannya dengan
bahasa arab.
Kaum Muslim biasa menuliskan penjumlahan dalam bentuk
angka-angka termasuk angka nol bukan dalam bentuk huruf atau
kata-kata seperti lazimnya pada masa itu. Dengan demikian mereka
membuat perhitungan aritmatika menjadi sederhana dan mudah
diaplikasikan pada berbagai masalah sehari-hari, seperti dalam
perdagangan dan bisnis. Angka nol mempunyai peran yang sangat
penting dalam aritmetika. Tanpa angka nol tidak mungkin kita bisa
menuliskan bilangan seperti sepuluh, seratus, dan sebagainya.
Orang Barat belajar menggunakan angka-angka dari Arab,
dan kemudian menyebutnya sebagai angka Arab. Penyebaran angka
Arab pada masyarakat
Kristen Eropa sangat lambat. Para pakar matematika Kristen
biasa menggunakan angka Romawi kuno dan sempoa, atau
menggunakan angka Arab dengan system bilangan yang mereka
miliki. Baru pada abad ke-12, setelah belajar dari kaum Mulim, para
ilmuan Barat mampu menghasilkan beberapa tulisan tentang system
bilangan tanpa kolom dan mencantumkan angka nol.
Sistem bilangan ini disebut algoritma (atau algorisme) yang
merupakan istilah latin dari Al-Khuwarijmi yaitu seorang pakar
matematika, astronomi dan geografi Muslim yang sangat terkenal
pada masa Khalifah al-Makmun di abad ke-9 M. Nama lengkap beliau
adalah Abu abd Allah Muhammad bin Musa al-Khuwarizmi (meninggal
tahun 850 M). Pengaruh beliau dalam bidang matematika jauh lebih
besar dari para ilmuwan lain pada masa itu. Beliau menulis ensiklopedi
tentang aritmetika, geometri, musik, dan astronomi.
Atas upaya kaum Muslim pula aljabar (Algebra) menjadi
bagian dari ilmu pasti. Al-khawarizmi menulis buku yang membahas
bidang ilmu ini dengan judul “Kitab al-Jabr wa al-muqabalah” (buku
tentang pengembalian dan pembandingan ).
Kata ‘Jabr’ artinya adalah pengembalian, maksudnya adalah
190 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
menambahkan sesuatu pada sebuah penjumlahan atau perkalian
sehingga menjadi sebanding dengan nilai tertentu. Kata ‘Muqabalah’
berarti perbandingan yang di aplikasikan untuk membandingkan dua
sisi dari sebuah persamaan semisal A + B = C.
Istilah al-Jabr (aljabar) pada awalnya digunakan pada operasi
yang sederhana seperti penjumlahan atau perkalian , tetapi selanjutnya
digunakan dalam permasalahan yang lebih rumit. Selain aljabar, kaum
Muslim juga menemukan geometri analitik serta trigonometri bidang
datar dan sferis.
Alhajjaj ibnu Yusuf, yang sangat terkenal antara tahun 786 M-
833 M di Baghdad adalah orang pertama yang menguraikan dasar-
dasar teori euclides-pakar ilmu ukur yunani-kedalam bahasa Arab.
Karyanya itu diterjemahkan sebanyak dua kali, yaitu pada masa
khalifah Harun ar-Rasyid dan pada masa putranya , khalifah al-
Makmun.
Abu Sa’id al-Darir al-Jurfani (meninggal 845 M), adalah
seorang Muslim pakar Astronomi dan matematika. Beliau menulis
tentang diskursus mengenai masalah-masalah geometri.
Pada akhir abad ke-10 M, ilmu matematika semakin
berkembang dengan munculnya Abu Kamil, Yang merupakan salah
satu pakar matematika terkemuka dimasa itu. Beliau
menyempurnakan teori aljabar karya al-Khawarizmi, dengan
menghitung dan menyusun persamaan akar kuadrat.
Ia melakukan studi khusus tentang pentagon (bidang segi lima)
dan decagon (bidang segi sepuluh) dengan menggunakan teori-teori
aljabar, menjelaskan teori perkalian dan pembagian persamaan aljabar,
menyusun sistem persamaan hingga memuat lima variable yang tidak
diketahui. Karyanya itu dipelajari secara intensif dan banyak digunakan
oleh al-Karkhi dan Leonardo dari Pisa.
KontribusiAbul Wafa terhadap perkembangan trigonometri juga
luar biasa. Beliau adalah ilmuwan yang pertamakali menunjukkan
generalitas teorema sinus dalam bangun segitiga. Beliau mengajukan
suatu metode baru untuk membuat table sinus dan menghitung nilai sinus
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 191
dan menghtung nilal sinus 30 derajat hingga delapan angka decimal.
Umar ibn Ibrahim al-Khayyam, merupakan salah satu pakar
matematika dan astronomi Muslim terbesar abad pertengahan. Bila
al-Khawarizmi hanya membahas persamaan kuadrat, maka al-
Khayyam banyak mendiskusikan persamaan pangkat tiga. Beliau
membuat klasifikasi yang sangat menarik tentang berbagai
persamaan berdasarkan kompleksitasnya, yaitu jumlah faktor berbeda
yang terkandung dalam persamaan.
Sementara itu, Banu Musa atau keluarga Musa menulis
serangkaian studi yang sangat penting. Salah satu topik yang disusun
oleh Muhammad ibn Musa membahas tentang ukuran ruang,
pembagian sudut dan perhitungan proporsional untuk membentuk
suatu pembagian tunggal antara dua nilai tertentu.
Minat beliau tidak terbatas hanya pad geometri. Beliau juga
menulis tentang mekanika ruang angkasa, atom, asal usul bumi,dan
sebuah esai tentang teori Ptolomeus tentang alam semesta.
Al-Hasan melakukan studi mengenai sifat-sifat geometris dari
elips. Al-Hasan barangkali merupakan pakar geometri yang paling
berbakat pada masa itu. Ia menerjemahkan enam buku pertama tentang
dasar-dasar teori Euclides, namun tidak menyelesaikan buku-buku
berikutnya karena sudah mampu menyusun karya ilmiah berdasarkan
teori-teori sendiri.
Pakar matematika dan geometri lainnya adalah al-Hasan al-
Marakashi, yang terkenal hingga tahun 1262 M. Ia menulis berbagai
karya ilmiah tentang astronomi, yang kemudian diwujudkan secara
praktis dalam berbagai instrument astronomi dan metodenya.
Ada pula Abdul Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Utsman al-
Azdi, seorang ilmuwan Muslim yang sanat popular, yang menullis 74
karya ilmiah tentang matematka dan astronomi. Salah satu
bukunyayang berjudul “Talkhis amal al-Hisab” (Ringkasan Operasi
Aritmetika) telah dipelajari paling tidak selama 2 abad.
Buku itu sangat dikagumi oleh Ibnu Khaldun, dan
diterjemahkan dalam bahasa Prancis diterbitkan pada tahun 1864 M.
192 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
SUPLEMEN
PENGANT AR
PENGANTAR
KE FILSAFAT ILMU
FILSAFA

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 193


194 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
BAB I
ILMU-ILMU EROPA
EROPA

Ilmu pra Eropa


Sejarah ilmu pada dasarnya nerupakan sejarah pemikiran
umat manusia yang terlepas dari persoalan asal usul kebangsaan
maupun agama. Sejarah ilmu harus diurut berdasarkan
kronologis waktu. Sejarah ilmu mengikuti urutan dan pembagian
kurun waktu dari satu zaman ke zaman berikutnya. Zaman tertua
dari pertumbuhan ilmu ialah Zaman Kuno yang, menurut The
Liang Gie, terbentang antara tahun 4.000 sebelum Masehi sampai
tahun 400 Masehi.1 Zaman Kuno itu dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
1. tahun 4.000 - 600 S.M. : Masa Mesir dan Babilon
2. tahun 600- 30 S.M. : Masa Yunani Kuno
3. tahun 30 S.M. - 400 M. : Masa Romawi

Kemunculan ilmu pengetahuan Eropa bermula pada akhir


abad keenam (VI) dan kelima (V) sebelum Masehi, ketika failosof-
failosof Yunani menempati pantai dan pulau-pula Meditarenian
Timur. 2 Pada masa sebelumnya peradaban Mesir Kuno,
Mesopotania, India dan Belahan Dunia Barat tidak peduli
terhadap ilmu. Di Eropa ilmu mendapatkan kemajuan yang
berkesinambungan selama 500 tahun, kendatipun pada sebagian
periode tersebut ilmu mendapat perhatian yang lebih sedikit di
kalangan elite budaya.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 195
Eropa mulai mengenal karya-karya mereka meskipun
melalui cuplikan-cuplikan atau nukilan-nukilan singkat yang
dibuat oleh para pengarang yang hidup belakangan. Seleksi-
seleksi pun dilakukan sehingga menjadikannya tampak lebih
rasional dan lebih ilmiah daripada hanya sekedar pembenaran.
Namun demikian, tampaknya para failosof Yunani lebih tertarik
kepada penjelasan tentang fenomena pencerahan inderawi
daripada mengedepankan Konsep-konsep praktis. Sejak saat
itulah, mulai terjadi keterputusan budaya mitologis dengan
kebudayaan mereka sendiri dan budaya kuno yang
mendahuluinya. Dalam keadaan demikian, mereka dipandang
telah memposisikan diri sebagai perintis kemajuan ilmu
pengetahuan dan sikap ilmiah Eropa modern.
Penghujung abad kelima sebelum Masehi mulai adanya
penyelidikan yang lebih canggih. Tetapi, masih berupa penjelasan-
penjelasan spekulatif mengenai fenomena akal sehat ketimbang
argumen yang benar-benar teknis tentang pengalaman-
pengalaman yang muncul. Ada dua disiplin yang dipelajari pada
waktu dan mendekati kematangannya, yaitu ilmu kedokteran
dan matematika.
Romawi menjelang akhir periode pra-Kristen berhasil
memunculkan paradoks bagi para sejarawan ilmu. Karena,
perhatian yang besar terhadap berbagai disiplin keilmuan tidak
diimbangi dengan kekuatan melahirkan seorangpun ilmuwan dari
bangsa Romawi. Keadaan demikian disebabkan asumsi yang naif
bangsa Romawi terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan,
bagi mereka, hanya cocok untuk spekulasi yang bersifat
sementara (causal speculation) dan cocok untuk teknik-teknik
praktis. Penyebab lain yang dicoba dianalisis para ahli adalah
soal kentalnya tradisi magic masyarakat Romawi dan sistem
perbudakan yang menghambat bagi inovasi undustri.
Peradaban Yunani-Romawi mencapai penggenapan
siklusnya pada sekitar tahun 1.000 M. Setengah abad berikutnya
196 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
di Eropa sering disebut Abad Gelap (A Dark Age). Di awal abad
11 M. sebagian besar orang terpelajar mengenal dan memahami
ilmu kuno. Pada abad ke-12 M. dialami suatu proses pencerahan
yang sebagian disebabkan oleh pergaulan dengan peradaban
Islam yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina
dan sebagian lagi disebabkan oleh perkembangan berbagai kota
dengan kelas atasnya yang melek huruf. Dari periode ini
muncullah karangan-karangan spekulatif perdana tentang filsafat
alamiah.
Abad ke-13 berdiri universitas-universitas dan zaman
kebesaran pengetahuan skolastik. Thomas Aquinas dan Riger
Bacon termasuk dalam zaman ini. Akan tetapi, dalam tahun 1350-
an Eropa dilanda bencana ekonomi dan sosial. Filsafat alamiah
dan fakta-fakta khusus dipelajari terutama yang berhubungan
dengan agama.
Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang paling relevan
bagi ilmu Eropa.3 Hal demikian dikarenakan adanya kontak-
kontak cultural yang intensif antara negara-negara Arab dengan
Eropa Latin pada masa-masa yang menentukan. Penaklukan
yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW mulai
abad ke-7 M. hingga abad ke-10 M. telah membuat bahasa Arab
menjadi bahasa kaum terpelajar bagi bangsa-bangsa ‘ajam mulai
dari Persia hingga Spanyol. Disamping dibawanya kedamaian
dan kemakmuran bagi negeri-negeri yang diduduki, seperti
perpustakaan Cordova (Spanyol) yang memiliki 500. 000 buah
buku.
Kontak antara Islam dan Eropa Latin, dengan demikian,
jelas-jelas berlangsung melalui Spanyol dimana kaum Kristiani
dan Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penterjemah.
Mulai sejak abad ke-12 M. dilakukan penterjemahan secara besar-
besaran dari kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin,
mulai bidang astrologi dan mistik (tasawwuf) hingga bidang
kedokteran dan akhirnya filsafat dan ilmu pengetahuan (sains).
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 197
Rute lain, meskipun kecil, adalah Italia melalui hubungan dagang
Tunisia.

Ilmu Eropa
Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat dewasa
ini berasal dari zaman Yunani Kuno.4 Filsafat ilmu sampai
tahun 1990-an telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi
satu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam.
Filsafat ilmu lazim dikenal sebagai sebuah kajian atau disiplin
ilmu tentang ilmu pengetahuan yang dikalim sebagai ilmu
Eropa.5 Ilmu adalah ciptaan bangsa Eropa. Meskipun
peradaban-peradaban lain memberikan berbagai kontrbusi yang
penting kepadanya, dan walaupun di masa kini semua bangsa
berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah
ciptaan Eropa dan koloni-koloni kulturalnya.6
Ilmu Eropa dapat dijelaskan melalui keadaan-keadaan
ketika para ilmuwan menggarap bahan-bahan yang diwarisi
selama dua fase berturut-tururt, fase renaisans dan fase
revolusi dalam Filsafat Alam. Hal itu mencakup prinsip-
prinsip dasar pengenalan dunia alamiah (natural world) melalui
argumen-argumen demostratif, prinsip yang pertama kali dicapai
oleh peradaban Yunani kemudian diadopsi oleh perdaban Islam.
Pada abad ke-17 M. terjadi perumusan kembali yang
radikal terhadap objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi
pengetahuan alamiah (the natural sciences). Objek baru adalah
fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiwi dan
spiritual. Metode-metode barunya merupakan penelitian yang
kooperatif. Sedangkan fungsi-fungsi barunya adalah gabungan
dan pengetahuan ilmiah serta kekuasaan industrial. Target
sasaran revalousi ini ialah pendidikan tradisional yanglebih tinggi
yang lazim dikenal Skolastik.
Para “nabi” dan tokoh-tokoh revolusioner abad ini adalah
Francis Bacon (di Inggris) dan Galileo Galilie (di Italia). Mereka
198 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
memiliki tekad yang sama terhadap dunia alamiah dan studinya.
Mereka melihat alam sebagai sesuatu yang tidak mempunyai
sifat-sifat manusiawi dan spiritual. Tidaklah mungkin adanya
dialog dengan alam.
Tujuan-tujuan penelitian yang masih mempertahankan
pengaruh magis dalam idealisasi failosof tradisional digantikan
dengan dmoniasi alam demi keuntungan manusia. Pengetahuan
diharapkan akan lebih bermanfaat ketika dihadapkan kepada
perbaikan-perbaikan kecilindustri dan ilmu kedokteran, serta
tidak bersifat merusak.
Revolusi dalam filsafat mengubah bentuk ilmu Eropa
menjadi sesuatu yang unik. Di masa sekarang filsafat kemudian
disuntikkan ke dalam perkembangan ilmu yang sedang tumbuh
subur. Mulanya memang perlahan-lahan, tetapi kemudian
aktivitas sintesis mampu menciptakan satu jenis ilmu baru yang
ditandai dengan gaya baru aktivitas sosial dalam bidang
penelitian dengan jiwa menciptakan etos kerja yang
menentingkan kebaikan umum.
Keberhasilan filsafat baru itu terbukti nyata menjalang
akhir abad ke-17 M. Namun demikian, lagi-lagi yang mesti dicatat,
ilmu Eropa tetap berhutang budi pada keberhasilan-keberhasilan
masa lampau dan karakter khususnya yang mempunyai andil
pada metafisika dan metode-metodenya.

Ilmu di Zaman Modern


Dengan berakhirnya Zaman Pencerahan dunia memasuki
Zaman Modern mulai abad ke-17 M. Pengertian ilmu yang modern
dan berlainan dengan ilmu lama atau klasik mulai berkembang
dalam abad ini. Perkembangan itu terjadi karena perkembangan
tiga hal pokok yaitu : (1) perubahan alam pikiran manusia, (2)
kemajuan teknologi, dan (3) lahirnya metode ilmiah. Pasa
sejarawan menyebut abad ke-17 M. sebagai the Century of
Genius (abad orang-orang berbakat luar biasa).7 Gilbert , Kepler,
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 199
Harvey, Galileo, Boyle, Newton, dan Bacon serta Decrates
merupakan orang-orang jenius yang turut mewarnai dinamika
ilmu pengetahuan pada abad ini.
Sejak abad ke-17 M. ilmu sudah memisahkan diri dari
Filsafat. Para ilmuwan melakukan kegiatannya tidak saja
menggunakan akal atau rasionanya, juga melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat praktis-empiris. Mereka mulai
menggunakan teknik observasi yang cermat, percobaan yang
diulang-ulang, dan wawancara secara lisan maupun tulisan dalam
rangka mengumpulkan pengetahuan ilmiah.
Para ilmuwan Eropa sejak Zaman Modern berganusng-
angsur meninggalkan alam pikiran lama yang masih
mempercayai takhayul, penjelasan-penjelasan magis dan
mengikuti alam mistik. Para cendekiawan dan ilmuwan mulai
berpegang pada kemampuan akal (rasio) sepenuhnya untuk
menjelaskan berbagai gejala alam atau menyelesaikan sesuatu
masalah.
Kemampuan akal selanjutnya didukung oleh
perkembangan teknologi lalu menjadi perpanjangan dari hasil
kemajuan kemampuan berfikir manusia. Akhirnya, kemampuan
akal manusia itu diperkuat oleh data metode ilmiah yang
berdasarkan pengamatan (observasi) dan percobaan
(eksperimen).
Ilmu telah meisahkan diri dari Filsafat. Ilmu dalam
pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu sistem
pengetahuan sebagai dasar teoritis untuk tindakan praktis. Ilmu,
dengan demikian, pengetahuan yang memiliki struktur tersendiri.
Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari
komponen-komponen yang saling berkaitan.
Setelah abad ke-20 M. pertumbuhan ilmu di dunia
mengalami ledakan. Hampir setiap tahun puluhan penemuan dari
hasil penelitian para ilmuwan muncul. Sejak tahun1901 hasil
penemuan itu memberikan sumbangan besar bagi kemanusiaan
200 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
dari mulai Ilmu Alam, Ilmu Kedokteran, Ilmu Kimia, dan Ilmu
Ekonomi. Prestasi-prestasi ilmiah di awal abad ke-20 M. terlalu
besar bahkan untuk di-katalog-kan.

Karakteristik Filsafat Ilmu


Sebagai sebuah disiplin, filsafat ilmu pertama-tama
berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penelitian ilmiah yaitu : prosedur-prosedur pengamatan, pola-
pola argumen, metode-metode penyajian dan perhitungan,
pengandaian-pengandaian metafisik dan seterusnya. Kemeudian
mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut
pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika. Dalam
bentuk kontemporer, filsafat ilmu kemudian menjadi disiplin yang
setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya seperti etika,
logika, dan epistemology.

1. Periode Klasik dan Abad Pertengahan (Permulaan Filsafat


Alam)
Pada mulanya persoalan-persoalan ilmu adalah di sekitar
metode dan substansi yang tidak terpisahkan dari apa yang telah
lama disebut sebagai filsafat alam. Usaha pertama melampaui
metodologi-metodologi tradisional menuju penjelasanrasionalatas
alam, dimulai oleh para failosof Ionia dan Italia Selatan 600 tahun
sebelum masehi.

2. Abad ke-17 dan ke-18


Abad ini dikenal dengan abad skularisasi pembelajaran
yang memindahkan pusat perdebatan filasafis dan ilmiah dari
biara-biara kepada universitas-unversitas dan bahkan di salon-
salon secara teratur di kalangan artis, penulis dan lain-lain,
antara filsafat dan teologi. Pada masa ini ada dua masalah pokok
yang telah bergeser. Pertama, filsafat menempatkan persoalan-
persoalan utama di dalam filsafat ilmu, bukan lagi sebagai
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 201
persoalan sampingan teologi yang dibahas sambil lalu. Kedua,
persoalan-persoalan ini memperoleh relevansi dan signifikansi
baru, dimana manusia menghasilkan yang baru, teori-teori alam
yang berbasis empirs dengan kesungguhan yang tidak dikenal
selama 1.200 tahun sebelumnya.

3. Sebelum Perang Dunia Pertama : Filsafat Fisika Klasik


Perdebatan dalam filsafat ilmu abad ke-19 berpusat pada
topik-topik pinggiran dan menghidnari isu-isu yang dapat
mempertanyakan kemapanan fisika klasik Newton. Validitas
sistem klasik tidak dipersoalkan. Persoalan-persoalan
yangdianggaprelevan hanya menyangkut penafsiran implikasi-
implikasinya, dan posisi-posisi yang dimunculkannya dapat
diklasifikasikan dengan penyederhanaan yang agak berlebihan,
di bawah kubu doktrin mekanistik atau materialistis dan doktrin
idealis.

4. Abad ke-20
Di pertengahan abad ke-20 M. perdebatan dalam filsafat
ilmu menjadi semakin mendalam, rumit dan kritis. Tema-tema
utama perdebatan sebagian besar diperkenalkan dalam diskusi
periode sekitar tahun 1900. Di Inggris dikembangkan teori-teori
: possitivisme, empirisme, dan teori-teori epistemologis tentang
data-data indrawi. Di sisi lain, aliran yang lebih berorientasi aspek
kesejarahan, terutama Marxis Kritis menekankan
pengembangan dinamis karakter struktur-struktur dan
hubungan-hubungan sosial.

202 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


BAB II
SUMBANGAN PERADABAN
ISLAM

Ada dua pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam


terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang
hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang
Eropah belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles,
melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M),
yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 –
524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa
orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku
filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap
pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya,
karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti
Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh
pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap
Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang
oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-
kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang
guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin
kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-
terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof
Islam.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 203
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali
belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau
sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM),
kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu
diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322
SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi
generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M.
Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato
dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid
pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin
karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.

a. al-Kindi
Sejarawan menempatkan al-Kindi sebagai filosof Arab
pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu al-Nadhim mendudukkan
al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam
(natural philosophy).
Buku-buku al-Kindi membahas mengenai berbagai cabang
ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik,
logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap al-Kindi sebagai
penterjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani
ke dalam Bahasa Arab.
Disamping sebagai penterjemah, al-Kindi menulis juga
berbagai makalah. Ibnu Al-Nadhim memperkirakan ada 200 judul
makalah yang ditulis Al-Kindi dan sebagian diantaranya tidak dapat
dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al-Kindi sangat
masyhur di Eropah pada abad pertengahan. Bukunya yang telah
disalin kedalam bahasa Latin di Eropah berjudul De Aspectibus berisi
uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat
Euclides, Heron dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum
pada berbagai tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
Beberapa kalangan beranggapan bahwa al-Kindi bukanlah
seorang filosof sejati. Ibrahim Madzkour, seorang sarjana filsafat
204 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
lulusan Peran-cis yang berasal dari Mesir, beranggapan bahwa
Al-Kindi lebih tepat dika-tegorikan sebagai seorang ilmuwan
(terutama ilmu kedokteran, farmasi dan astronomi) daripada
seorang filosof. Hanya saja karena Al-Kindi yang pertama kali
menyalin kitab Plato dan Aristoteles kedalam Bahasa Arab, maka
ia dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan
filsafat pada Dunia Islam dan kaum Muslimin. Meskipun pada
beberapa hal Al-Kindi sependapat dengan Aristoteles dan Plato,
namun dalam hal-hal tertentu Al-Kindi memiliki pandangan
tersendiri. Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles yang
menyatakan bahwa waktu dan benda adalah kekal. Dan untuk
membuktikan hal tersebut Al-Kindi telah menggunakan
pendekatan matematika. Al-Kindi tidak sepaham pula dengan
Plato dan Aristoteles yang menyatakan bahwa bentuk merupakan
sebab dari wujud, serta pendapat Plato yang menyatakan bahwa
cita bersifat membiakkan. Menurut Al-Kindi alam semesta ini
merupakan sari dari sesuatu yang wujud (ada). Semesta alam
ini merupakan kesatuan dari sesuatu yang berbilang, ia juga
bukan merupakan sebab wujud.

b. Al-Farabi
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam
kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof
itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhamad Iqbal.
Al-Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan
mengembangkan cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam.
Berbagai karangan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics,
First dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-Farabi kedalam
Bahasa Arab. Al-Farabi telah membicarakan berbagai sistem
logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Disamping
itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik
dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 205
sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al-
Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar guru pertama
diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al-Farabi yang dianggap cukup bernilai
adalah usahanya mengklassifikasi ilmu pengetahuan. Al-Farabi
telah memberikan definisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan
yang berkembang pada zamannya. Al-Farabi mengklassifikasi ilmu
kedalam tujuh cabang yaitu : logika, percakapan, matematika,
fisika, metafisika, politik dan ilmu fiqhi (hukum).
Ilmu percakapan (khithobah) dibagi lagi kedalam tujuh
bagian yaitu : bahasa, gramatika, sintaksis, syair, menulis dan
membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi dalam : ilmu
kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan
membaca dengan benar dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu
logika dibagi dalam 8 bagian, dimulai dengan kategori dan diakhiri
dengan syair (puisi).
Matematika dibagi dalam tujuh bagian yaitu : aritmetika,
geometri, astronomi, musik, hizab baqi (arte ponderum) dan
mekanika.
Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama
mengenai pengetahuan tentang makhluk dan bahasan kedua
mengenai filsafat ilmu.
Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan
menjurus pada etika dan politika. Perkataan politieia yang berasal
dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab menjadi
madani, yang berarti sipil dan berhubungan dengan tata cara
mengurus suatu kota. Kata ini kemudian sangat populer digunakan
untuk menyepadankan istilah masyarakat sipil menjadi
masyarakat madani.
Ilmu Agama dibagi dalam ilmu fiqh dan imu ketuhanan/
kalam (teologi).
Buku Al-Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah
diterjemahkan kedalam Bahasa Latin untuk konsumsi Bangsa
206 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Eropah dengan judul De Divisione Philosophae. Karya lainnya
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin berjudul De
Scientiis atau De Ortu Scientearum. Buku ini mengulas berbagai
jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik dan geologi.

c. Ibnu Sina
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna.
Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter
dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis
dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona di
Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam
Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi
di Eropah, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam
kitab Canon, Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya
penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu obat.
Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat
sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu
pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan
kekuatan penyakit.
Kitab lainnya berjudul Al-Shifa diterjemahkan oleh Ibnu
Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth-Ben Daud) di
Toledo. Oleh karena Al-Shifa sangat tebal, maka bagian yang
diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu
logika, fisika dan De Anima.
Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat
teoritis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat
teoritis meliputi : matematika, fisika dan metafisika, sedang
bagian yang bersifat praktis meliputi : politik dan etika.
Dalam hal logika Ibnu Sina memiliki pandangan serupa
dengan para filosof Islam lainnyanya seperti Al-Farabi, Al-Ghazali
dan Ibnu Rushd, yang beranggapan bahwa logika adalah alat
filsafat, sebagaimana di tuliskan dalam syairnya :
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 207
Perlulah manusia mempunyai alat
Pelindung akal dari yang palsu
Imu logika namanya alat
Alat pencapai semua ilmu

Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang


lahir dan besar di Timur, Ibnu Rushd dilahirkan di Barat
(Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu
Bajah (Avempace) dan Ibnu Thufail (Abubacer).

d. Ibnu Bajah dan Ibnu Thufail


Ibnu Bajah dan Ibnu Thufail merupakan pendukung
rasionalisme Aris-toteles. Menurut Ibnu Thufail, manusia dapat
mencapai kebenaran sejati dengan menggunakan petunjuk akal
dan petunjuk wahyu.
Pendapat ini dituangkan dengan baik dalam cerita Hayy-
Ibnu Yakdzhan, yang menceritakan bagaimana Hayy yang tinggal
pada suatu pulau terpencil sendirian tanpa manusia lain dapat
menemukan kebenaran sejati melalui petunjuk akal, kemudian
bertemu dengan Absal yang memperoleh kebenaran sejati dengan
petunjuk wahyu. Akhirnya kedua orang ini bisa menjadi sahabat.

e. Ibnu Rushd
Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol
meskipun seorang dokter dan telah mengarang Buku Ilmu
Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab
Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai
Aristoteles, yaitu : komentar besar, komentar menengah dan
komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam
tiga bahasa : Arab, Latin dan Yahudi. Dalam komentar besar,
Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite karya
Aristoteles dengan Bahasa Arab dan memberikan komentar pada
208 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-
nyebut Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar
kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan
filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati
dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing
kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta
kepada Khalifahh yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan
Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan
oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam
bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan
bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan
sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang
bernilai.

f. Al-Ghazali
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd
dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas
dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-
El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja
untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada
Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari
filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk
mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu
cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-
Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya
Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu
Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat
di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961)
menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd
merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung
oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 209
Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang
menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam
bermula dengan berkembangnya filsafat dan mengalami
kemunduran dengan kematian filsafat.
Bersamaan dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah
mengalami kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan
ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam seperti
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi
bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan
karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo,
ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada
Tahun 1130 – 1150 M.
Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke
Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh
hikayat Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris
menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin
dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury
pada tahun 1182.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam,
berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat
membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen,
sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209,
lalu disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang
melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia,
ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun 1214,
Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian
memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab
berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217
Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk
mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin
karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu
210 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael
Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah
berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de
coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk
menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa
Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di
Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan
oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti
Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan
di Jazirah Arab
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk
mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk
tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann
untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian
menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar
Syair karangan Ibnu Rushd.
Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu
Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab
tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada
Tahun 1328.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan
sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu
berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd
(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang
menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta
Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang
menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan
argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya
Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa
yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropah Barat pada
abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan
oleh filosof Islam.
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 211
Uraian diatas menunjukkan kepada kita betapa besar
sumbangan peradaban Islam terhadap pengembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun
sampai saat ini masih terdapat kecenderungan untuk menafikan
pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan. Diantaranya sebagaimana ungkapan Rene
Sedillot, yang menyatakan bahwa sumbangsih peradaban Islam
terhadap peradaban umat manusia, hanyalah berupa pembakaran
perpustakaan dan penebangan hutan tanpa sejengkal tanah pun
ditanami.
Semangat mencari kebenaran yang dirintis oleh pemikir
Yunani dan hampir padam oleh karena jatuhnya Imperium
Romawi, hidup kembali dalam kebudayaan Islam. Wells (1951)
menyatakan bahwa jika orang Yunani adalah Bapak Metode
Ilmiah, maka kaum muslimin adalah Bapak Angkat Metode
Ilmiah. Metode Ilmiah diperkenalkan ke dunia barat oleh Roger
Bacon (1214 – 1294) dan selanjutnya dimantapkan sebagai
paradigma ilmiah oleh Francis Bacon (1561 – 1626).
Semangat para filosof dan ilmuwan Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat
ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala
hal, sampai ke Negeri Cina sekalipun, sebagaimana perintah Allah
SWT dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Mengenai pertentangan yang terjadi antara kaum filosof
dengan kaum tasawuf, mengenai alat yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran sejati, yang terus berlanjut hingga
saat ini, seharusnya dapat dihindari, bilamana kedua belah pihak
menyadari bahwa Tuhan telah menganugerahi manusia dengan
potensi akal (baca otak) dan hati/kalbu. Kedua potensi itu bisa
dimiliki oleh seseorang dalam kadar yang seimbang, namun dapat
pula salah satu potensi lebih berkembang daripada lainnya.
Orang yang sangat berkembang potensi akalnya, sangat
senang menggunakan akalnya itu untuk memecahkan sesuatu.
212 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Orang demikian ini lebih senang melakukan olah rasio daripada
olah rasa dalam pencarian kebenaran sejati dan sangat berbakat
menjadi pemikir atau filosof.
Sementara itu orang yang sangat berkembang potensi hati
atau kalbunya, sangat senang mengeksplorasi perasaannya untuk
memecahkan suatu masalah. Orang demikian ini amat suka
melakukan olah rasa daripada olah rasio, untuk menemukan
kebenaran sejati dan sangat berbakat menjadi seniman atau ahli
tasawuf.
Oleh karena itu seharusnya tidak perlu terjadi
pertentangan antara ahli filsafat dan ahli tasawuf, karena
keduanya adalah anugerah tuhan yang seharusnya diterima
dengan penuh rasa syukur. Seharusnya filosof dan ahli tasawuf
dapat hidup berdampingan dengan damai, dan saling melengkapi
diantara keduanya, sebagaimana cerita Ibnu Thufail dalam Hayy-
Ibnu Yakdzhan, yang telah diuraikan sebelumnya sebelumnya.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 213


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, Perkembangan Pemikran Falsafi dalam Islam,


Jakarta: Bina Aksara, 1991
Bakar, Osman, Hierarki Ilmu, Bandung, Mizan, 1998.
al-Ghazali, Ilhya Ulum al-Din, vol. I, Kairo, Mustafa al-Halabi,
1334 H.
al-Ghazali, Al-Munqizh min al-Dlalal, Kairo, tpn., 1336 H.
Jerome R. Revertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup
Bahasan, terj., Yogjakarta, Pustaka Pelajar.
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Bandung, Mizan, 2001.
Muthahhari, Murtadha, Ceramah-ceramah Seputar Persoalan
Penting Agama dan Kehidupan, terj., Jakarta, Lentera,
1999.
Muthahhari, Murtadha, Konsep Pendidikan Islam, terj., Jakarta:
Ikra Kurnia Gemilang, 2005.
Muthahhari, Murtadha, Pengantar Menuju Logika, terj., Bangil,
Yapi, 1994
M. Abul Quasem, Etika al-Ghazali: Etika Majemuk Di dalam Islam,
terj. Bandung, Pustaka, 1988.
The Liang Gie, Sejarah Ilmu, Yogjakarta, Sabda Persada, 1988.
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogjakarta, Liberti, 200.

(Footnotes)
1
The Liang Gie, Sejarah Ilmu, Yogjakarta : Sabda Persada, 1988, . 29.
2
Jerome R. Revertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, terj.,
Yogjakarta, Pustaka Pelajar, h. 7.
3
Ravertz, Op. Cit., h. 19.
4
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogjakarta : Liberti, 200, h. 1.
5
Ibid., h. 65.
6
Ravertz, Op. Cit.., h. 27.
7
Joseph A. Byrnes, “The 17th Century”, dalam, J. Sherwood Weber, ed., Good
Reading, 1980. h. 48.
214 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
SINOPSIS SINGKAT
SINGKAT
PEMIKIRAN PARA FILSUF

Thales (+ 585 SM)


“Segala sesuatu penuh dengan dewa” (kosmologi
naturalistik). Air adalah prinsip pertama (kesatuan/monistik di
balik keberagaman dunia).

Anaximander (+ 611-546 SM; pendiri Astronomi)


Seorang metafisikawan monistik naturalistik yang
meyakini bahwa substansi pertama adalah “Yang Tak Terbatas”
: kesatuan primitif semua substansi.

Pythagoras (586-500 SM; pendiri komunitas persaudaraan


rahasia)
Kunci pemahaman tentang semesta terletak pada angka-
angka, karena segala sesuatu adalah angka.

Siddharta Gautama (+ 563-483; pendiri agama dan filsafat


Buddha)
Empat kebenaran mulia: (1) Hidup adalah dukkha
(penderitaan); (2) Sebab dari penderitaan adalah tanha (hasrat/
kehendak dan kelekatan dengannya, yang darinya muncul ego);
(3) Penderitaan dapat diatasi dengan memutuskan tali kelekatan;
(4) Hal itu dapat dilakukan dengan mengikuti Delapan Jalan
Kebaikan, yaitu: (1) Samma-ditthi (pengertian yang benar); (2)
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 215
Samma-sankappa (maksud yang benar); (3) Samma-vaca (bicara
yang benar); (4) Samma-kammarta (laku yang benar); (5)
Samma-ajiva (kerja yang benar); (6) Samma-vayama (ikhtiar
yang benar); (7) Samma-sati (ingatan yang benar); dan (8)
Samma-samadhi (renungan yang benar). Segala sesuatu saling
berhubungan dan dalam keadaan mengalir.

Lao T se (+ abad ke-6 SM; pendiri T


Tse aoisme)
Taoisme)
Menekankan kesederhanaan dan keselarasan irama alam
semesta. Kebahagiaan hanya diperoleh dengan kehidupan yang selaras
dengan Tao, yang merupakan sumber impersonal segala sesuatu,
sekaligus alam yang berubah secara spontan. Berjasa atas ide-ide
pokok Tao Te Ching (Jalan Kehidupan).

Socrates (470-399 SM)


Muak akan barang-barang material dan paham umum tentang
kehidupan yang sukses. Ia mencari sophia, filsafat. Meskipun
menyatakan hanya mengetahui satu hal yaitu bahwa ia tidak
mengetahui apa-apa, ia sangat disegani karena kemampuannya dalam
perdebatan dengan mematahkan argumen-argumen retoris dan cacat
dari lawan-lawan debatnya yang merasa dirinya serba tahu.

Demokritus (+ 460-370 SM; pendiri atomisme Yunani)


Segala sesuatu yang ada terdiri dari ruang dan partikel-partikel
kecil yang tak terhingga, tak terbagi, bersifat material yang disebut
atom. Perbedaan
benda-benda merupakan perbedaan bentuk, gerakan dan
kedudukan dari atom-atom. Materi bersifat abadi dan energi tersimpan
dalam sistem.

Plato (429-437 SM; pendiri sekolah filsafat Academia di Athena)


Kenyataan terdiri dari dua lapisan: dunia jasmani yang
senantiasa berubah serta tak dapat diketahui dan dunia akali
216 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
(ide/forma) yang abadi, tidak berubah dan dapat diketahui.
Tujuan filsuf baginya adalah mencapai dunia kedua untuk
memperoleh pengetahuan mengenai pengada-pengada seperti
forma segitiga, keindahan (yang dipertentangkan dengan tiruan-
tiruan duniawinya dari forma tersebut) dan keadilan (yang
bertentangan dengan sistem yang tidak sempurna, seperti salah
satunya yang menjatuhkan hukuman mati pada Socrates).

Aristoteles (384-322 SM; pendiri sekolah filsafat L yceum)


Lyceum)
Sangat peka terhadap perkembangan historis ide-ide,
khususnya mengenai akal sehat, dan berusaha menghindari pola-
pola yang ekstrem dalam filsafat. Raksasa pemikir Barat ini
menguasai sekaligus mengembangkan sebagian besar cabang
ilmu pengetahuan di zamannya dan meninggalkan pengaruh yang
berkelanjutan dalam filsafat dan sains di kemudian hari. Ilmu
logikanya masih diajarkan di universitas-universitas pada zaman
ini. Dalam metafisikanya ia menolak pemisahan forma-forma
Plato melalui analisis-analisisnya tentang materia, patensialitas,
substansi, dan dunia teleologis secara umum. Dalam etika dan
filsafat sosial, ia dikenal mempertahankan ajaran tentang posisi
“tengah-tengah” dalam perbuatan manusia dimana ia
menekankan keutamaan dan tanggung jawab moral, khususnya
pada situasi-situasi tertentu dimana “keputusan terletak pada
persepsi”.

Epicurus (341-270 SM, pendiri aliran Epicurianisme)


Epicurianisme adalah suatu cara hidup menempatkan
kesenangan sebagai tujuan utama manusia, dan menganjurkan
pencapaiannya yang maksimal dengan penderitaan yang seminimal
mungkin dengan jalan menekan keinginan-keinginan yang “tidak
perlu”, membangun persahabatan, dan menghilangkan ketakutan
terhadap dewa-dewa maupun kematian.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 217


Marcus Tulius Cicero (106-43 SM
Orator dan negarawan Romawi yang memiliki minat besar
pada filsafat): Dalam teori politiknya, ia dikenal dengan
keyakinannya pada hak asasi manusia dan persaudaraan
antarmanusia. Dalam bidang etika, ia tertarik pada ajaran Stoa.

Lucretius (+ 99-55 SM; penyebar ajaran atomisme Epicurus)


Mengikuti Epicurus dalam materialisme tanpa syarat dan
bahkan lebih jauh menolak agama dengan segala kejahatan yang
dihasilkannya. Marcus Aurelius (121-180 M; kaisar Romawi 161-
180 M): Karyanya berjudul Aphorisme (ungkapan-ungkapan
bijak) berisi refleksi umum yang menunjukkan pengaruh Epictetus
yang bernada Stoa. Ajarannya antara lain tentang rasa cukup
diri individu menghadapi permusuhan, semesta dan kewajiban
menjalankan tugas.

Plotinus (205-270; neo-Platonis terbesar)


Meyakini bahwa realitas ini muncul dari sumber yang
bersifat transenden dan tak terlukiskan yang disebut Yang Esa.
Yang Esa itu melampaui ada, dan segala sesuatu muncul dari
dari-Nya melalui emanasi. Emanasi pertama adalah Nous (akal),
yang kedua Jiwa-Dunia yang bersamanya jiwa-jiwa manusia
muncul, dan yang ketiga adalah Materi.

Agustinus (354-430; filsuf besar Kristen pertama)


Tuhan sebagai pengada tertinggi yang menciptakan segala
sesuatu dari ketiadaan; bahkan waktupun belum ada sebelum
penciptaan. Kejahatan tidak diciptakan Tuhan karena pada
hakikatnya kejahatan itu tidak ada. Pengetahuan manusia hanya
dapat terjadi melalui pencerahan budi. Namun sejak Adam
tergelincir ke bumi, maka manusia hanya dapat terbebas dari
dosa jika rahmat-Nya memulihkan kekuatan untuk melakukan
kebaikan.
218 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Anselmus (1033-1 109; pengikut tradisi Agustinian)
(1033-1109;
Dikenal sebagai perumus “argumen ontologis” tentang
keberadaan Tuhan. Yakni diawali dari definisi tentang Tuhan
sebagai Pengada terbesar yang dapat dipahami yang bersifat
niscaya adanya. Sebab kalau tidak demikian, sangat mungkin
berfikir tentang adanya Pengada yang lebih besar lainnya yang
benar-benar ada. Ia menerima asumsi neo-Platonis bahwa
kesempurnaan absolut memuat eksistensi.

Thomas Aquinas (1225-1274)


Mencoba membangun sintesis antara filsafat Aristotelian
dan pemikiran Kristen dimana kebenaran-kebenaran iman dan
rasio saling mendukung dan melengkapi. Dikenal dengan “lima
jalan” pembuktian adanya Tuhan. Metafisikanya membedakan
antara esensi benda (apa-nya) dan eksistensinya (kenyataan
bahwa ada). Hukum-hukum manusia menurutnya harus
berdasarkan pada hukum abadi, dimana aturan-aturan dari Budi
Ilahi mengelola alam semesta.

John Duns Scotus (1266-1308)


Menekankan keunggulan kehendak baik dalam diri Tuhan
maupun manusia. Dengan budinya, manusia mampu
membuktikan keberadaan Tuhan sekaligus mengetahui sifat-sifat-
Nya tanpa harus menggunakan analogi-analogi. Budi tidak
mampu menjelaskan maksud Allah dan keabadian jiwa. Aturan
dan tatanan etis tidaklah baik secara intrinsik, melainkan baik
karena dikehendaki oleh Tuhan.

William Ockham (1285-1349; ahli logika)


Terkenal dengan prinsip “pisau cukur Ockham”: bahwa
apa yang dapat dijelaskan dengan prinsip yang lebih sedikit tidak
perlu lagi dijelaskan dengan prinsip yang lebih banyak. Membela
nominalisme yang memandang sifat-sifat universal semacam
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 219
kelurusan dan kebaikan sebagai bukan esensi suatu substansi,
melainkan sekedar nama dari sifat yang mirip dengan substansi itu.

Francis Bacon (1561-1226; pendiri Royal Society)


“Pengetahuan adalah kuasa”. Pengetahuan diperoleh
melalui pengamatan alam dengan metode induktif yang
sistematis.

Thomas Hobbes (1588-1679 M)


Hanya badanlah yang ada dengan sifat utamanya berupa
gerak. Pikiran adalah gerakan dalam badan dan dengan mengkaji
gerakan badan, kita memahami kenyataan. Dikenal sebagai bapak
Totalitarianisme modern karena mengajarkan bahwa hakikat
manusia adalah berwatak mementingkan diri sendiri sehingga
prinsip sosial yang berlaku: “perang semua melawan semua”,
hingga terciptanya masyarakat sipil melalui kontrak sosial. Para
penguasa tidak terikat oleh kontrak tersebut, dan agama baginya
harus berada dalam kontrol negara.

Rene Descartes (1638-1715; rasionalis Perancis)


Cogito ergo sum adalah prinsip filsafat yang dipercaya
paling pasti dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mempertahankan dualisme dan interaksionisme.

Benedict Spinoza (1632-1677)


Mencari kepastian dengan metode filsafat “geometris”-nya.
Menerima monisme dan panteisme. Hanya Tuhan yang bebas.
Tuhan mempunyai dua hakikat/sifat yang terpisah yang berjalan
secara paralel, yaitu: pikiran dan keluasan. Menerima etika
teleologis dan mempertahankan pendirian bahwa kebaikan tertinggi
bagi manusia adalah mengetahui tempatnya sendiri di dalam
semesta ini.

220 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


John Locke (1632-1704)
Akal budi hanya mampu mengetahui ide-idenya sendiri.
Saat lahir, akal manusia seperti “papan kosong” yang belum terisi.
Semua ide bersumber dari sensasi atau pengalaman dengan dunia
materiil. Dikenal sebagai seorang pembela ide-ide demokrasi.

Nicolas Malebranche (1638-1715; rasionalis Perancis)


Mencoba mensintesakan pemikiran Descartes dan
Agustinus. Menerima dualisme tetapi menolak interaksionisme
dengan mendukung paralelisme psiko-fisik. Akal budi tidak dapat
melihat adanya hubungan niscaya antara sebab dan akibat dalam
peristiwa alamiah, karena Tuhan-lah sebab yang sebenarnya dari
segala sesuatu. Sebab-sebab alamiah tak lebih dari “kesempatan”
bagi aktivitas kausal Tuhan.

Gottfried Leibniz (1646-1716; rasionalis Jerman)


Realitas terdiri dari monad-monad (unit-unit kekuatan) yang
tak terhingga jumlahnya, yang “tanpa jendela”, “cermin yang
hidup”. Monad-monad tersebut bertindak karena sebab-sebab
internal dimana sebab finalnya adalah prinsip dasar memadai
(Tuhan dan kehendak-Nya untuk menciptakan dunia yang terbaik
dari segala kemungkinan).

George Berkeley (1685-1753; empirisis dan idealis subyektif)


Dengan menyatakan esse est percipi, ia meyakini bahwa
objek persepsi bukanlah substansi material, melainkan ‘ide-ide”
atau kumpulan sensasi yang tidak mungkin ada tanpa dipersepsi.
Ide-ide yang dipersepsi adalah persepsi yang dalam budi Tuhan
dikomunikasikan kepada kita.

Francois-Marie Arouet De V oltaire (1694-1778)


Voltaire
Filsuf dan novelis Perancis yang kerap diidentikkan dengan
Penyerangan. la diingat hingga zaman ini, terutama karena
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 221
serangan-serangannya terhadap optimisme filosofis, terutama
pernyataan Leibniz bahwa dunia ini adalah “dunia terbaik yang
mungkin ada”. la juga dikenal karena serangannya yang
melecehkan gereja katolik, hirarki, doktrin-doktrin kristen,
fanatisme, serta karena kampanyenya yang menuntut reformasi
osial dan yuridis. Dia seorang deis, yang membela adanya Tuhan,
yang membuat dunia dengan tujuan tertentu. la mempercayai
adanya rahmat umum, dan menekankan doa tidak mengubah
hukum alam yang abadi, tidak pula menolak derita.

David Hume (1711-1776)


Empirisis dan skeptis asal Skotlandia ini berpandangan
bahwa semua ide berasal dari kesan. Tidak ada kesan mengenai
sebab dan akibat, maka tidak memiliki pembenaran rasional
untuk menyimpulkan bahwa masa depan akan seperti masa
lampau. Tidak ada kesan terhadap diri, tidak dapat membuktikan
keberadaan Tuhan.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778)


Filsuf, ahli teori politik, dan novelis, yang membandingkan
antara artifisialitas, kemunafikan, dan penipuan masyarakat pada
zaman itu dengan keutamaan, kesederhanaan, dan kepolosan
primitif orang-orang biadab yang luhur. Masyarakat seringkali
sekadar untuk memperoleh kebebasan dengan cara menerima
belenggu, yang menukar ketidakadilan moral dan politik dengan
ketidakadilan fisik atau natural. Dalam kontrak sosial, idealnya
semua anggota masyarakat mengalihkan seluruh haknya kepada
komunitas atau “kehendak umum”, suatu kehendak bersama
guna menjaga pemeliharaan dan kesejahteraan dari keseluruhan
dan masing-masing bagiannya. Aktivitas yang sesuai dengan
kehendak inilah yang dapat disebut sebagai adil.

222 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


Immanuel Kant (1724-1804)
Dialah filsuf Jerman yang membuat sintesis antara
rasionalisme dan empirisisme. Akal budi aktif dalam persepsi
dan tindakan tersebut membantu membentuk dunia yang kita
alami dan ketahui. Benda-benda dalam dirinya sendiri, terlepas
dari pengalaman, tidak dapat diketahui. Dalam bidang etika, Kant
adalah seorang deontolog yang meyakini bahwa kewajiban kita
adalah menaati prinsip-prinsip yang secara universal dapat
diterapkan kepada semua pengada rasional tanpa kontradiksi.

G. W .F
.F.. Hegel (1770-1831, filsuf Jerman, pendiri Idealisme
W.F
Absolut)
Baginya, “yang riil adalah yang rasional” dan “akal budi
adalah prinsip formatif dari semua kenyataan”. Tujuan sejarah
adalah pembebasan Roh dari keterikatannya dalam alam guna
mencapai “Yang Absolut”, kesatuan organis yang meliputi segala
sesuatu dan sadar diri. Individu sebagai individu tidaklah penting.
la terkenal karena analisis dialektisnya tentang sejarah dan ide-
ide, dimana ia merunut bagaimana suatu pendirian atau lembaga
yang terdahulu dirongrong dan mengarah untuk melampaui
dirinya sendiri dan menuju sintesis baru.

Arthur Schopenhauer (1788-1860)


Idealis Jerman yang pandangan hidupnya sangat
pesimistis. baginya, “kehendak untuk hidup” merupakan realitas
fundamental. Ketika terperangkap dalam kehendak untuk hidup,
maka manusia menghabiskan hidupnya dalam keterombang-
ambingan antara keinginan-keinginan yang menyakitkan dan
usaha melepaskan diri dari derita, yang pada akhirnya hanya
akan melahirkan kebosanan. Normalnya, akal budi mengabdi
kehendak yang buta dan gelisah ini, tetapi ia dapat melepaskan
diri dan melibatkan diri pada kontemplasi estetis. Dalam saat-
saat kontemplasi semacam itulah sebenarnya kita benar-benar
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 223
bebas. Semua fenomena, termasuk tubuh manusia, tidak lain
adalah “kehendak yang diobjektifkan”.

John Stuart Mill (1804-1873)


Dikenal luas karena mengembangkan dan menyebarkan
ajaran etika utilitarianisme. Mempertimbangkan kualitas, di
samping kuantitas, dari konsekuansi-konsekuensi yang
menyenangkan maupun yang menyakitkan. Ia membela
kebebasan dengan menegaskan “satu-satunya tujuan dimana
manusia dijamin, secara individual maupun kolektif, dalam
mencampuri kemerdekaan orang lain adalah perlindungan diri”.
Ia membela gerakan feminisme, yang menentang adanya
pembatasan terhadap wanita baik secara legal maupun sosial.

Soren Kierkegaard (1813-1855)


Filsuf Denmark, bapak eksistensialisme. Tugas paling
berat setiap orang menurutnya adalah menjadi seorang individu.
Menjadi individu berarti mengenali keunikannya sendiri,
menghadapi keharusan untuk mengambil keputusan sendiri, dan
terutama melakukan “lompatan iman’”.

Karl Marx (1818-1883)


Bersama Frederich Engels mendirikan tradisi “kiri” dalam
pemikiran politik. Mengkombinasikan aspek-aspek dialektik
Hegel dengan materialisme atheis Feuerbach, dan menyatakan
bahwa hanya melalui revolusi kaum pekerjalah orang dapat
menerima emansipasi. Karya-karya awalnya menunjukkan
perhatian yang sangat dalam kepada akibat industrialisasi yang
memerosotkan martabat manusia. Dengan revolusi, secara ideal
akan muncul masyarakat tanpa kelas, pergantian dari milik
pribadi menjadi kepemilikan komunal, dan secara perlahan
terhapusnya negara.

224 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


Charles Sanders Peirce (1839-1914)
Bapak filsafat Amerika dan pendiri pragmatisme
mengatakan, “Tidak ada perbedaan makna yang sedemikian jelas
dalam segala sesuatu selain perbedaan pelaksanaan (praktis)”.
la menerapkan teori makna pragmatis ini secara luas dalam
kegiatan ilmiah dan praktis. Berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan menawarkan satu-satunya metode yang sesuai
untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia. Seluruh keyakinan
kita pada dasarnya dapat salah dan selalu dapat direvisi berdasar
pada bukti-bukti yang tidak lengkap dan berubah-ubah.

William James (1842-1910)


Mempopulerkan pragmatisme, khususnya dalam bidang
moralitas dan kepercayaan agama. Jika konsekuensi-
konsekuensi psikologis, moral, dan/atau sosial dari suatu
keyakinan itu baik, maka keyakinan tersebut dapat disebut
rasional, meskipun tidak dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.
“Kebenaran hanyalah jalan yang berguna dalam cara berpikir
kita, sebagaimana hak hanyalah jalan yang berguna dalam cara
berperilaku kita”. Artinya, kebenaran tergantung pada apakah
keyakinan kita dapat berfungsi dan diterapkan dengan baik atau
tidak.

Friedrich Nietzsche (1844-1900)


Filsuf Jerman yang sering dimasukkan sebagai seorang
eksistensialis karena penekanannya pada individu dan
penolakannya terhadap massa, dan juga setiap pandangan
tentang kebenaran dan nilai tersebut. Prinsip metafisik
fundamentalnya adalah kehendak untuk berkuasa (will to power).
Menurutnya, ada dua jenis nilai dalam kehidupan manusia, yaitu
nilai-nilai yang diciptakan oleh golongan Iemah (“moralitas
budak”) dengan menjunjung tinggi keutamaan-keutamaan
semacam belas kasih, cinta altruisme, dan kelemahlembutan,
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 225
serta nilai golongan kuat (“moralitas tuan”) dengan keutamaan
semacam kekuatan dan keberanian. Konsep Nietzsche tentang
‘manusia super’ akan menciptakan nilainya sendiri dan
menegaskan kehidupan. Menolak anti-Semitisme dan mereka-
mereka yang dijuluki sebagai “lembu-lembu terpelajar” yang telah
menginterpretasikan “manusia super” dalam pengertian biologis.

Francis Herbert Bradly (1946-1924)


Percaya akan adanya sesuatu yang Absolut dan terbebas
dari semua kontradiksi. Pikiran tidak mampu memahami kenyataan
tertinggi. Menolak formalisme kosong Kantian tentang “kehendak
baik”. Mengidentikkan kehendak baik tersebut dengan kehendak
universal, kehendak dari organisme sosial. “Lingkungan saya dan
kewajiban-kewajibannya memberi isi bagi kehidupan moral saya.”

Josiah Royce (1855-1916)


Sangat dipengaruhi oleh absolutisme Hegelian, namun juga
menaruh simpati cukup dalam terhadap pragmatisme, Royce
mengembangkan perpaduan yang unik antara keduanya.
Menekankan individualisme diri manusia, sekaligus menyadari
bahwa diri individual manusia merupakan bagian dari komunitas
diri-diri yang Iebih luas–teman, keluarga, rekan kerja– yang
masing-masing menginterpretasikan diri kepada yang lain.
Mencoba menerjemahkan ide-ide kristen tentang dosa dan
pengampunan kedalam istilah-istilah komunal dan menawarkan
suatu cara untuk mengatasi penyakit yang terlalu berpusat pada
diri sendiri, alienasi, dan kejahatan, melalui kesetiaan kepada
Komunitas Besar/Tercinta.

Edmund Husserl (1859-1938; filsuf Jerman, pendiri


fenomenologi)
Menelaah intensi-intensi sadar subjek melalui investigasi
ekstensif. Menekankan deskripsi murni terhadap objek atau
226 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
tindakan apapun yang tampak atau nyata dalam medan kesadaran,
misalnya karya seni, angka, pertimbangan, imajinasi. Metode dan
deskripsinya telah diterapkan pada dasar-dasar logika, psikologi,
ilmu-ilmu sosial, analisis teks sastra, dan juga seni.

Henri Bergson (1859-1940)


Filsuf Perancis, kadang-kadang dijuluki “filsuf proses”
yang menekankan nilai penting dari perubahan evolutif oleh
sebuah daya kreatif (elan vital). Menolak pandangan ekstrem
dualisme maupun materialisme, dan menyatakan bahwa suatu
metafisika yang tepat bagi kita harus mencakup pengalaman
tentang waktu yang berkelanjutan dan mengalir sekaligus harus
menghindari perangkap pola mekanistik atau waktu “jam” yang
tersusun atas kumpulan momen-momen yang terpilah. Dalam
epistemologi, banyak menekankan intuisi dan keterbatasan
pengetahuan intelektual.

John Dewey (1859-1952)


Pemuka gerakan pragmatisme dalam konteks luas di
Amerika ini memahami tujuan utama filsafat adalah
menyelesaikan persoalan masyarakat demokratis dengan
menggunakan metode ilmiah. Mengajarkan falibilisme dan
mempertahankan demokrasi atas dasar bahwa demokrasi
menyediakan kemungkinan kondisi terbaik untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan kita dan menyelesaikan persoalan-
persoalan yang dihadapi manusia pada umumnya. Dalam
pendidikan menekankan pentingnya mengembangkan
kemampuan intelektual dan keterampilan praktis daripada
semata-mata menghafalkan fakta-fakta.

Alfred North Whitehead (1861-1947)


Metafisikawan terbesar sekaligus pendukung utama
filsafat proses ini menekankan sebuah semesta dimana
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 227
perubahan, kreativitas, dan saling ketergantungan tercermin
dalam pengalaman langsung. Proses adalah perkembangan
kreatif dimana semua kejadian “kesempatan-kesempatan aktual”
muncul, berkembang dan mati melalui penyerapan kedalam
keturunannya. Perubahan yang tertata tersebut dimungkinkan
melalui interaksi dengan alam objek-objek abadi. Tuhan
mempengaruhi dunia, dan sekaligus dipengaruhi olehnya.

Bertrand Russel (1872-1970)


Bersama Whitehead mengembangkan sistem logika simbol
yang revolusioner, dan ia menyatakan bahwa logika adalah dasar
bagi matematika sekaligus metode paling tepat bagi filsafat.
Teorinya tentang deskripsi dan denotasi merupakan paradigma
bagi analisis logis, yang menunjukkan bagaimana para filsuf
dapat terseret oleh kesalahan logis ke dalam pandangan metafisik
keliru. Metafisika atomisme logisnya ditarik dari sistem logikanya
sendiri. Dalam epistemologi, ia dikenal karena dukungannya yang
kuat terhadap empirisisme, pembedaannya antara pengetahuan
karena pengenalan dan pengetahuan karena deskripsi, serta
klaimnya bahwa objek-objek fisik adalah hasil konstruksi logis
dari data inderawi.

George Edward Moore (1873-1958)


Menolak idealisme neo-Hegelian dan menggantikannya
dengan suatu filsafat akal sehat yang realistis. Proposisi-
proposisi akal sehat tentang waktu, ruang, objek material, dan
orang diketahui kebenarannya secara pasti. Tugas filsuf adalah
menganalisis makna proposisi-proposisi tersebut. Ia dikenal pula
sebagai seorang tokoh perintis analisis bahasa.

Karl Jaspers (1883-1969; eksistensialis Jerman)


Manusia dalam pemikirannya secara ideal mencari
transendensi, mengatasi diri sendiri serta rutinitas keseharian yang
228 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
monoton. la melukiskan batas-batas tentang persoalan transendensi
diri, yang dipahami sebagai kematian, penderitaan, perjuangan/cinta,
dan rasa bersalah. Hal-hal tersebut berperan sebagai sumber tema-
tema utama sebagian besar komunikasi dan interaksi manusia,
sebagaimana terdapat dalam karya-karya sastra. Hal-hal tersebut
merupakan sumber makna kehidupan. Ketika transendensi diri gagal
dalam skala besar, kita akan menemukan kecenderungan-
kecenderungan atau gerakan massa yang irasional, seperti
totalitarianisme.

Ludwig Wittgenstein (18S9-1051)


Tokoh yang belajar dan mengajar di Inggris ini dikenal sangat
mempengaruhi filsafat analitis dan linguistik abad XX. Pada awalnya
ia mencurahkan pemikiran pada dasar-dasar matematika dan
hakikat representasi linguistik. Mengembangkan sebuah teori
gambar tentang bahasa, dan membedakan secara tajam antara apa
yang dapat dikatakan secara persis (wilayah ilmiah) dan apa yang
hanya dapat ditunjukkan secara mistik (wilayah mistik). Ide-idenya
juga sangat berpengaruh kepada para positivis logis dengan
pandangannya bahwa pernyataan matematis adalah tautologi, dan
bahwa teori-teori metafisik melanggar batas-batas ucapan yang
bermakna. Pemikirannya pada masa-masa akhir banyak yang
menyangkal de-idenya terdahulu. Makna adalah penggunaan dalam
permainan bahasa. Kata-kata tidak memperoleh makna dengan
menunjuk esensi universal, melainkan lebih-lebih dapat diterapkan
atas dasar kemiripan hubungan yang longgar sifatnya, dan bahwa
tidak ada bahasa pribadi yang dapat menunjuk pada pengalaman
akal budi yang ada di dalam diri dan tak dapat dijangkau publik.

Gabriel Marcel (1889-1964)


Fenomenolog dan eksistensialis Perancis ini
mengkonsepsikan tugas filsafat sebagai upaya melukiskan apa
artinya berada dalam suatu situasi kongkret, dengan sedapat
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 229
mungkin menghindari abstraksi-abstraksi, stereotip-stereotip,
serta norma-norma statistik. Eksistensi manusia memiliki
sejumlah kunci atau rujukan pada “misteri pengada” (seluruh
realitas), yang tidak tercakup oleh sistem pemikiran apapun juga.
Di antara kunci-kunci ini adalah tubuh manusia, pertentangan
memiliki vs menjadi, komitmen, partisipasi vs penonton, kesetiaan
kreatif, serta perjumpaan dengan orang lain sebagai pribadi dan
bukan sekedar sebagai objek.

Martin Heidegger (1889-1976)


Dikenal sebagai seorang fenomenolog Jerman yang juga
tekun mengembangkan berbagai tema eksistensialisme. Manusia
menurutnya adalah sebuah “ada di dunia”. Melalui partisipasi
dan keterlibatan di dalamnya, dunia membentuk ada kita.
Eksistensi kita ditandai oleh tiga bentuk dasar: faktualitas
(keterlibatan kita dalam dunia), eksistensialitas (proyek
sepanjang waktu untuk merangkum ketegangan antara kita yang
dulu dan kita yang mungkin ada), dan kejatuhan (kecenderungan
untuk hanya sekedar hidup tanpa mewujudkan potensi kita).
Melalui kegelisahan kita bertemu dengan ketiadaan dan
keterbatasan, namun melalui kebebasan dan kebutuhan untuk
memilih kita dapat maju kearah eksistensi yang autentik.

Gilbert Ryle (1900-1976)


Ryle
Filsuf linguistik Inggris yang dikenal karena serangannya
tehadap pemahaman dualistik Cartesian tentang jiwa.

Jean-Paul Sartre (1905-1980)


Terkenal karena mempopulerkan eksistensialisme melalui
tulisan, drama, novel, dan cerpen yang dibuatnya. la menyangkal
adanya “hakikat” manusia yang ada mendahului pilihan
individual. Individu menciptakan hakikat mereka sendiri melalui
pilihan dan tindakan bebas mereka. Eksistensi mendahului esensi.
230 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
Meskipun mengenali masalah-masalah yang dibuat individu satu
sama lain dengan maksud jahat –”Nerakalah orang lain”– ia
memfokuskan perhatiannya pada bagaimana struktur ciptaan
manusia semacam lembaga-lembaga dapat secara serius
membatasi dan melemahkan kebebasan.

Simone de Beauvoir (1908 - …)


Eksistensialis, novelis, dan feminis Perancis yang menjadi
terkenal karena analisisnya mengenai bagaimana kaum
perempuan telah disingkirkan secara sistematis dalam peran
mereka sebagai “yang lain” dan mengenai akibat buruk cara
pendidikan anak perempuan. Menyoroti bagaimana masyarakat
beserta lembaga dan struktur yang ada dapat menghambat
kesadaran diri dan kebebasan individu. Mengecam orang yang
mencoba menyembunyikan kebebasannya dari dirinya sendiri,
atau orang yang menolak bertindak menurut kebebasan dan
kebebasan orang lain; semua itu dianggapnya tak bermoral.

Alfred J.A yer (1910-…)


J.Ayer
Filsuf Inggris, anggota Lingkaran Wina selama tahun 1920
hingga 1930-an, yang membawa ide-ide para positivis logis ke
dunia bahasa Inggris. la memenangkan prinsip “verifiabilitas”,
yang menuntut bahwa agar sebuah proposisi bermakna, ia harus
dapat diverifikasikan secara empiris. Pernyataan matematis
adalah tautologi yang tidak memberikan keterangan apapun
kepada kita tentang dunia. Ungkapan etis tidak lebih dari ekspresi
emosi. Pernyataan religius dan metafisik adalah ekspresi tak
bermakna dan kosong dari isi kognitif.

Albert Camus (1913-1960)


Filsuf eksistensialis, jurnalis, dan novelis Perancis
keturunan Aljazair ini membaca alam raya sebagai sosok yang
angkuh dan tak peduli terhadap keprihatinan dan nilai-nilai
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 231
manusia. Baginya perlu dipertahankan: pertentangan antara
dunia yang tanpa makna ini dengan tuntutan manusia akan
makna yang tak terpuaskan. la menolak bunuh diri dan lompatan
iman yang mempostulatkan adanya makna, padahal sebenarnya
tidak ada makna.

232 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saefudin, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya,


Bina Ilmu. 1985.
Bakry, Hasbullah, Sistematika Filsafat, Jakarta, Widjaya,
1981.
Kattsof, Louis O., Pengantar Filsafat, terj., Yogjakata, Tiara
Wacana, 1992.
Mohammad Noor SYam, Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya, Usaha
Nasional, 1984.
Saefullah H.A., Ali, Filsafat dan Pendidikan, Surabaya, Usaha
Nasional, 1403 H.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales
sampai James, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990.

Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 233


234 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN
PERIODISASI
FILSAFAT YUNANI KLASIK
FILSAFA
A. Pra-Sofis
1. Mazhab Filsafat Alam
Tokoh : Thales
Anaximenes
Anaximandras
Pythagiras
Problem : Substansi Awal/Pertama

2. Mazhab Filsafat Perubahan


Tokoh : Hercalitus
Problem : Perubahan dan Kejadian

3. Filsafat Eleat
Tokoh : Xenophanes
Parmaenides
Zeno
Mellissos
Problem : Realisme dan Idealisme

4. Teori Kualitatif
Tokoh : Empedocles
Naxagoras
Leucippus
Problem : perubahan Absolut dan Perubahan Relatif
Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 235
5. Teori Kuantitatif
Tokoh : Demokritos
Problem : Atomisme

B. Transisi Dan Sofis


Tokoh : Protogoras
Gorgias
Problem : Nihilisme dan Relativisme, Ilmu dan Nilai
Moral

C. Triumvert Klasik
Tokoh : Sokrates
Plato
Aristoteles
Problem : Dualisme, Monisme, Idealisme,
Rasionalisme, dan Realisme

D. Filsafat Moral
Tokoh : Epicuros
Stoa
Problem : Hedonisme Individual dan Hedonisme
Sosial/Ultirainisme

E. Filsafat Agama Neoplatonisme


Tokoh : Plotinus
St. Agustinus

236 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN 237
Pengantar Ke Filsafat
Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN

Penulis Suteja & Burhanudin Sanusi

Desain Cover Tim Pangger


Layout Isi Syauq’s
Penerbit Pangger Pubishing

Percetakan CV. Pangger

Cetakan I, Cirebon, April 2011

ISBN` 978-602-9223-04-0

238 Pengantar Ke Filsafat, Buku Daras Mahasiswa IAIN/UIN


KATA PENGANT
KAT AR
PENGANTAR

Pengantar Ke Filsafat,
Pengantar Buku
Ke Filsafat, Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN239i
IAIN/UIN
Mahasiswa
ii
240 Pengantar
PengantarKe
KeFilsafat,
Filsafat,Buku
Buku Daras Mahasiswa
Daras Mahasiswa IAIN/UIN
IAIN/UIN
DAFTAR ISI
DAFTAR

KATA PENGANTAR........................ i

PENGANTAR PENERBIT ........................ iii

AR AWAL
PENGANTAR
PENGANT

BAB I Tradisi Filsafat ......................... 3


BAB II Arti Filsafat ..................... 7
BAB III Metode Filsafat ................... 10
BAB IV METAFISIKA ................................. 13
BAB V Filsafat dan Tasawuf ......................................16
BAB VI Filsafat Iluminasi dan Peripatetik ..............................19
BAB VII Filsafat Iluminasi dan peripatetik .................................23

BAGIAN PERT AMA


PERTAMA
BAB I PENDAHULUAN ................................ 29
BAB II PENGERTIAN, OBJEK,
DAN KARAKTERISTIK FILSAFAT ........ 34
BAB III SISTEMATIKA FILSAFAT ......................... 43
BAB IV FILSAFAT YUNANI KUNO ................................... 73
BAB V FILSAFAT ISLAM .................................. 82
BAB VI PENGARUH FILSAFAT ISLAM ................................. 86
BAB VII FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN .............. 94
BABVIII FILSAFAT BARAT ZAMAN MODERN .............. 100

Pengantar KeKe
Pengantar Filsafat, Buku
Filsafat, Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN
Mahasiswa IAIN/UIN 241
iii
BAGIAN KEDUA
BAB I PENGERTIAN, RUANG LINGKUP
DAN METODE FILSAFAT ...... 115
BAB II PROBLEM AWAL FILSAFAT ......................... 120
BAB III SOKRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES ............ 123
BAB IV HELLENISME ....................................... 136
BAB VII MASA MODERN (MENUJU RENAISAN) .............. 148
BAB IX POSSITIVISME........................ 153
BAB XI FENOMENOLOGI ......................... 162
BAB XII EKSISTENSIALISME .................................... 165

SUPLEMEN FILSAF
FILSAFAAT DALAM BINGKAI SEJARAH
BAB I Peradaban Islam ................ 179
BAB III Mengenal Metode Pemikiran Islam .............. 183
BAB IV MATEMATIKA ISLAM .............. 189

SUPLEMEN PENGANT AR KE FILSAF


PENGANTAR FILSAFA AT ILMU
BAB I ILMU-ILMU EROPA.............. 195
BAB II SUMBANGAN PERADABAN ISLAM .............. 203

Sinopsis Singkat Pemikiran Para Filsuf.............. 215


Periodisasi Filsafat Yunani Klasik.............. 235

iV
242 Pengantar KeKe
Pengantar Filsafat,
Filsafat,
Buku Daras
Buku Mahasiswa
Daras IAIN/UIN
Mahasiswa IAIN/UIN

Anda mungkin juga menyukai