Dosen pembimbing:
DR.H. ARSYAD SOBBY KESUMA,LC., M.A
Disusun Oleh:
1. Aldo Febirada Mega Putra (1631040075)
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………................i
KATA PENGANTAR………………………………………………....................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………...................1
BAB I PENDAHULUAN….…………………………...…………....................2
B. Rumusan Masalah………………………...….….……………...................6
BAB II PEMBAHASAN………………………………..………….................. 7
A. Kesimpulan……..……..…...........…..……..…...........…..........................23
B. Daftar Pustaka……..…...........…..……..…...........………..……..…........26
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
3
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak kehadirannnya, Islam selalu menoreh sejarah dan peradaban.
Mulai dari zaman permulaannya yaitu zaman Nabi Muhammad, kemudian
pada zaman sepeninggal beliau yaitu masa kekhalifahan dimana Islam mulai
berkembang dan mencapai puncak ke-emasannya. Hingga pada masa
kemundurannya, lalu kembali merangkak bangkit hingga hari ini.
Semuanya tidak lepas dari peran para pemuda dan mujahid-mujahid
Islam yang gigih berjuang tanpa kenal lelah. Demi tegaknya kalimatillahi
ta’ala. Dalam dunia Islam dari masa kemasa, dalam setiap kurun yang dilalui
umat ini, selalu terdapat didalamnya krisis dalam aspek-aspek tertentu.
Godaan, cobaan, rintangan dan tantangan selalu menerpa setiap gerak maju
umat Islam. Seiring dengan itu pula selalu bermunculan tokoh-tokoh yang
pembaharu. Tidak terkecuali pada masa gejolak mesir, muncullah seorang
tokoh yang mempunyai perhatian terhadap kondisi umat yang kian terpuruk
ini, yaitu Hasan Al Banna. Seorang anak muda yang lahir disebuah kota kecil
di pojok iskandariah, mesir. Beliau sangat khawatir dengan kondisi umat Islam
kala itu, ditambah lagi dengan pendindasan kaum penjajah. Belum lagi konflik
internal di berbagai lini kehidupan yang menerpa negeri musa as tersebut,
membuat hati beliau terenyuh dan bercita-cita untuk bangkit dari semua
kendala ini.
Melalui, latar belakang diataslah penulis mencoba untuk mengupas
perjalanan hidup beliau, pergerakan beliau, kontribusi dan sumbangsi beliau
dalam peradaban Islam hingga nama beliau tercatat dalam ulasan sejarah.
B. Rumusan Masalah
Guna melancarkan dalam penulisan atau agar tidak melebarnya pokok
pembahasan maka kami dari penulis membuat rumusan masalah adapun
rumusan masalah itu adalah :
a. Bagaimana riwayat Hasan Al-Banna ?
b. Apa kontribusi pemikiran Hasan Al-Banna.?
4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yakni:
a. Mengetahui Kehidupan Hassan Al Banna
b. Mengetahui Latar belakang pemikiran Hasan Al banna
c. Memamparkan membagi wawasan tentang Hassan Al banna
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Hasan Al-Banna
Hasan al-banna Dilahirkan pada bulan Oktober 1906 di kota
Mahmudiyyah provinsi Buhayra, Ia anak yang tertua dari lima bersaudara
Laki-laki, Ayahnya bernama Syaikh Ahmad ibn Abd al-rahman ibn
muhammad al banna yang di beri gelar al-sa’aty (Tukang jam) yang menjadi
guru dan imam di masjid Ma’zoon. Ayahnya ini semasa dengan Muhammad
Abduh ketika belajar di al-Azhar, dan pernah menyerahkan kitab hadist
Musnad al-imam Ahmad Ibn Hanbal. Hasan dibesarkan dari keluarga
berpendidikan dan taat agama, kaya, dan dihormati1
Pada masa kanak-kanak Hasan al-Banna mendapatkan langsung
pendidikan dari orang tuanya tentang Al-quran, Hadist, Fiqih, Bahasa, dan
tasawuf. Pada 1920 ia meneruskan sekolah guru di Damanhur. Ketika itu ia
hafal Al-Qur’an sebelum umur 14 tahun dan pada umur 16 tahun ia
melanjutkan pelajaran di Dar al-Ulum Kairo. Ia juga dikenal sebagai pengikut
tarekat dan penganut Mazhab Hambaly2
Pada September 1927 ia bekerja sebagai guru, ia memilih pekerjaannya
sebagai guru karena ia melihat para pendidik adalah sumber cahaya terang
benderang yang menerangi masyrakat banyak.3
Hasan al-Banna banyak menyerap bacaan dari luar kurikulum sekolah. Ia
memiliki ingatan yang kuat sehinggal menghimpun banyak catattan tertulis,
baik berupa prosa, puisi. Ia tidak pernah berhenti membaca dari perpustakaa
ayah nya dan gurunya syaikh Muhammad Zahran. Pada waktu itu ia hanya
memusatkan untuk mendalami tiga hal yaitu
1. Al-Qur’an, Hadist dan ilmu agama keseluruhan
2. Sufisme dan riwayat hidup Nabi Muhammad Saw.
3. Karya Sastra dan cerita rakyat
Selain itu ia banyak membaca buku tentang politik, sejarah dan ilmu teori
modern di bidang hukum, pendidikan, etika dll
1
Prof. Ris’an Rusli, M.A., Pembaharuan Pemikiran modern dalam Islam, Raja Grafindo persada, depok,
2013, hlm 186
2
Harun Nasution dan A. Mukti Ali, ibid.
3
Hasan al-Banna, Muzakkirat al-Da’wah wa al-Daiyah, Beirut: Al-maktabah al-islamiyah, 1974) hlm 59-60
6
Hasan al-Banna dikenal sebagai orator mampu menggugah pendengar
dengan bahasa yang jelas di mengerti dari kalangan berpendidikan dan
kalangan buta huruf, selain itu ia dikenal seorang penulis. Dirinya mempunyai
tubuh yang kuat dan sanggup mengadakan perjalanan jauh, berkerja siang
malam, berpidato, menulis, mengadakan pertemuan mengkontrol
organisasinya.4
4
Ibid., Hlm. 41-2.
5
Hery Muhammad dkk, Tokoh – Tokoh Islam yang Berpengaruh abad 20, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2006), hlm. 206
7
Ikhwan menyentuh semua sendi kehidupan. Artinya Islam adalah
agama yang mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia.
c. Risalah “Ke Mana Kami Membawa Umat ditulis pada tahun 1936
M, di dalamnya dibahas masalah agama, politik, dan nasionalisme
secara jelas dan meyakinkan.
d. Risalah “Menuju Cahaya”ditulis tahun 1936 M,dan ditujukan
kepada Raja Faruk, kepada kepala pemerintahan pada saat itu,
Mustafa al-Nahas Pasha, dan seluruh raja, amir, dan penguasa di
semua negara Islam. Di dalamnya al-Banna menekankan
pentingnya membebaskan umat Islam dari segala bentuk ikatan
politik yang membelenggunya, dengan menggunakan segala cara
yang legal, dan dengan menerapkan sistem Islam. Dalam risalah
ini pula Hasan Al Banna mencantumkan Indonesia sebagai salah
satu negara yang harus mendapat perhatian oleh orang – orang
Islam karena Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk
muslim terbesar di dunia yang masih berada dalam jajahan
Belanda.
e. Risalah “Untukmu Para Pemuda” ditulis juga pada tahun 1936
M, di dalamnya Al Banna menjelaskan bentuk amal Islami yang
hendaknya dilaksanakan para pemuda. Amal itu berupa
pembentukan pribadi muslim, rumah tangga muslim, masyarakat
muslim, pemerintah muslim, dan bangsa muslim dengan
menyatukan seluruh negara Islam yang sudah dipecah belah
akibat perbedaan politik. Al Banna juga menjelaskan bahwa
keberhasilan suatu konsep ditentukan oleh empat faktor yakni
keimanan, keikhlasan, semangat dan usaha.
8
kebebasan berpendapat sebagai hal yang sangat penting dalam
mencari kebenaran.
g. Risalah “Ikhwanul Muslimin di Bawah Bendera Al- Qur‟an” ( )
ini adalah pidato yang disampaikan Al Banna pada tanggal 14
Shafar 1358 H /4 April 1939 M, berisi ajakan untuk kembali
kepada Islam yaitu menyandarkan segala sendi kehidupan pada
al- Qur‟an dan sunnah.
h. Risalah “Antara Kemarin dan Hari Ini” ditulis pada tahun 1942
M. Di dalamnya al-Banna membicarakan sistem pendidikan
secara serius dan mendalam.
i. Risalah “Pengarahan”ditulis pada tahun 1943 M. Di dalamnya Al
Banna mengungkapkan program pendidikan dan pembinaan
jama‟ah, serta target dan sarana pendidikan mereka.6
C. Ide-ide Pembaharuan Hasan Al-Banna
Pemikiran pembaharuan Hasan al-Banna berdasarkan atas keyakinan bahwa
agama Islam adalah agama universal yang sesuai dengan perkembangan
peradaban manusia, yang pada intinya dapat dikemukakan dalam 5 aspek:
1. Bidang Agama
a).Fiqih; menurut Hasan al-Banna, perbedaan pendapat dalam masalah
fiqih hendaknya tidak menjadi sebab terjadinya perpecahan dalam agama,
juga tidak membawa pada permusuhan dan saling membenci. Setiap
mujtahid akan mendapatkan pahalanya. Selanjutnya al-Banna menjelaskan
bahwa para sahabat Nabi berbeda pendapat dalam masalah furu’ fiqhiyyah,
tetapi mereka tidak terpecah jamaahnya dan tidak terjadi kemarahan di
antara mereka.
b).Aqidah; dasar aqidah Islam dan seluruh hukum Islam menurut Hasan al-
Banna ialah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Selain aqidah Islam
didasari oleh dua sumber itu, aqidah juga dikuatkan oleh akal dan
ditetapkan oleh pandangan yang benar. Oleh sebab itu, Islam melarang
bertaqlid dalam bertauhid dan umat Islam harus berpikir dalam memahami
aqidah dan mengharapkan pertolongan Allah dalam memahami dasar-
6
Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu Jil 1, hlm. 365-397.
9
dasar agama sehingga dapat mencapai tingkat kesempurnaan. Dalam
bidang ini, al-Banna berusaha keras untuk memurnikannya dari aspek
syirik dan ia bermaksud untuk memberantas kemungkaran.
c).Tasawuf; ada dua macam tasawuf menurut al-Banna, tasawuf yang
dilaksanakan dengan baik dan yang dilaksanakan secara tidak baik.7
2. Bidang politik
Hasan al-Banna bercita-cita mendirikan negara yang berdasarkan kepada
al-Quran dan Hadits sebagai fungsi dasar sebagai bapak asuh dakwah
islamiyah yang berperan dalam menyatuan suara aspirasi umat islam dan
mengembangkan misi Allah. Dengan demikian fitnah kekufuran akan sirna
dengan kenyataan agama hanyalah milik Allah.
Menurut Hasan al-Banna terwujudnya suatu Negara islam adalah naluri
dari islam sendiri, karna islam tidak akan bias diterapkan secara kaffah jika
tidak ada yang mewadahi yaitu suatu Negara.
Negara islam yang dimaksud ialah benar benar menjalankan perintah
Allah. Tegaknya Islam sesuai dengan garis garis yang di tentukan Allah dan
dijelaskan oleh Rasul-Nya. Islam mustahil akan tegak secara kaffah jika
dibawah naungan suatu Negara non-islam yang bersifat acuh dan tidak merasa
prihati jika islam diganggu, dirampas haknya. Butuhnya suatu Negara
berdasarkan islam untuk melaksanakan hukum-hukumnya.8
Pemerintahan dalam islam berdiri tiga prinsip yaitu :
1. Tanggung Jawab Pemimpin
Seorang pemimpin bertanggung jawab di depan Allah dan rakyatnya.
Seorang pemimpin juga adalah petugas untuk melayani kepentingan
umat manusia.Ikatan antara pemerintah dan umat adalah untuk
menjaga kepentingan umum
2. Persatuan Umat
Umat islam adalah satu, sebab persaudaran adalah dasar untuk
mewujudkan dalam penyempurnaan keimanan. Hal ini bukan berarti
melarang adanya perbedaan pendapat antara satu dengan lainnya.
7
Prof. Dr. Ris’an Rusli, M. A. Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2013,
hal. 158-191.
8
Jabir Rizq, Al-Daulah wa al-siasah Fi fikr Hasan al-Banna, (Ter.) M.Azhari Hatim, (Jakarta: CV. Esya, tt),
Hlm. 110-17.
10
Justru dalam itu hal tersebut adalah amal ma’ruf dan nahi munkar.
Perbedaan dalam berbagai cabang tidak lah penting dan tidak perlu
terjadi permusuhan. Karena suatu yang ada Nash nya tidak perlu
diijtihadkan, Sedangkan yang tidak Nash nya, maka harus ditentukan
oleh pemimpin untuk persatuan umat islam.
3. Menghormati Umat
Adalah hak umat islam untuk mengawasi pemimpinnya kemudian
memberikan peringatan untuk melakukan kebaikan. Pemimpin juga
harus mengadakan musyawah dengan rakyat dan menghormati hak-
hak asasinya, serta pendapat yang menuju kebaikan bersama.9
Gagasan al-Banna dapat dibuktikan dari bunyi suratnya kepada Raja
Farouk yang menyatakan bahwa “di dunia ini, tidak ada sistem yang mampu
mempersenjatai bangsa dalam kebangkitan kecuali Islam”. Kecenderungan
Hasan al-Banna dalam ide pembaharuannya tentang aspek politik ini sangat
realistis, sebab Islam adalah agama yang menyentuh segenap aspek kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam pernyataannya bahwa hukum Islam
yang berkenaan dengan individu, keluarga, bangsa, masyarakat, pemerintahan,
ikatan bangsa, dan lengkap adanya dan jauh lebih sempurna dari sekalian
hukum yang pernah dikenal oleh manusia secara keseluruhan
Ide pembaharuan Hasan al-Banna dalam bidang politik pada dasarnya
bukanlah untuk merebut kekuasaan dari tangan penguasa, akan tetapi semata-
mata untuk menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara. Menurutnya pemerintah tidak mutlak diperintah oleh ulama atau
tokoh partai Islam, akan tetapi siapa saja yang mempunyai kemampuan dan
sanggup menerapkan ajaran Islam. Mesir sebenarnya sudah berdasarkan Islam,
namun kenyataannya Islanm belum diterapkan sepenuhnya dalam kehidupan
politik. Oleh sebab itu, ide pembaharuan Hasan al-Banna cenderung
mendukung paradigma politik yang bebas dan bertanggungjawab terhadap
realisasi ajaran Islam. Suatu tuntutan dan fenomena sejarah yang tidak dapat
dielakkan oleh kenyataan historis bagi pembaharu-pembaharu Islam abad ke-
20.
9
Yayasan Islamiyah, Op. Cit., hlm.375-8
11
Ide untuk mewujudkan negara yang berdasarkan kepada Islam
sebenarnya telah dilontarkan Jamaluddin al-Afghani dengan Pan-Islamismenya
dan ide Rasyid Ridha dengan sistem kekhalifahannya. Ide politik Hasan al-
Banna berdasarkan prinsip-prinsip Islam sangat mempengaruhi perilaku politik
masyarakat. Prinsip ini bertentangan dengan politik rezim penguasa, akibatnya
timbul pertentangan yang tajam menjurus ke tindak kriminal yang membawa
korban bagi pihak pemerintah dan gerakan Ikhwanuk Muslimin (IM) di Mesir.
3. Bidang Sosial
Apabila hal ini terwujud dengan baik, maka akan timbul suatu rasa
persamaan yang lebih mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Timbulnya kesadaran saling membantu serta
memperjuangkan kepentingan bersama merupakan suatu peningkatan
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat. Dengan
demikian, maka terhindarlah pola hidup yang menjurus kepada kepentingan
yang individual serta terhindarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
12
perdagangan untuk membantu fakir miskin dan mendirikan organisasi wanita
yang diberi al-Fatayat.
4. Aspek ekonomi
5. Aspek pendidikan
a) Konsep pendidikan
13
itu, pendidikan menurut Hasan al-Banna harus berorientasi pada ketuhanan,
bercorak universal dan terpadu, bersifat positif konstruktif, setra membentuk
persaudaraan dan keseimbangan dalam hidup dan kehidupan manusia.
14
terhadap para belia dan pelajar, walaupun proses ini membutuhkan
waktu yang panjang. Namun, merekalah nantinya yang akan menjadi
penerus tarbiyah ini. (Umar al-Talmasâny 1984: 128))
2. Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna
15
berbagai majlis, café, dan club-club pertemuan.
Namun,
16
menyebarkan kebenaran dan sarana dalam menghadapi majalah dan media
yang memiliki tujuan menyebarkan aib, pornografi, nilai-nilai tercela dan nista.
Sejak awal, tujuan Ikhwan adalah bergerak dalam bidang sosial dan
politik, mempromosikan kebaikan, amal dan pengembangan di satu sisi, dan
kemerdekaan Islam di sisi lain. Melalui sejarah Ikhwan, Islamisme berarti
reformasi masyarakat. Tujuan ini telah diperluas untuk mencakup pendirian
syari’at secara penuh. Sejak awal, al-Banna khawatir dengan memburuknya
kondisi umat Islam di Mesir dan di tempat lain di seluruh dunia. Dengan tegas,
17
Imam Hasan menolak gagasan politik Pan-Islam. Imam Hasan tak pernah lelah
mendengungkan persatuan bangsa-bangsa Islam.
Di setiap tempat selalu ada pemikir dalam bidang politik dalam skala
yang berbeda. Dalam skala Timur Tengah, pemikiran politik dari Mesir Kuno
hingga Mesir Modern memiliki pengaruh bagi wilayah, bahkan lintas daerah.
Nasionalisme Arab, sebagai salah satu contoh selain tentang Zionisme dan
ideologi kiri Islam, menurut A. Rahman Zainuddin adalah jenis pemikiran yang
dianggap sangat menentukan dewasa ini
Hasan al-Banna sebagai salah satu tokoh pergerakan Islam yang memiliki
pengaruh di Mesir, bahkan dunia Islam memiliki pemikiran dan praksis dalam
kancah politik. Pemikiran politik Hasan al-Banna, setidaknya ada empat hal,
yaitu: ‘Urubah (Arabisme), Wathaniyah (Patriotisme), Qaumiyah (Nasionalism
e), dan ‘Alamiyah (Internasionalisme).13
a. ‘Urubah (Arabisme)
13
Abdul hamid Al- ghazali,2001, Meretas jalan Kebangkitan Islam , Solo: Era Intermedia hal 110
18
bin Jabal ra, Ingatlah, sesungguhnya Arab itu bahasa. Ingatlah, bahwa Arab itu
bahasa.”
Dalam riwayat Ibnu Asakir, dengan sanad dari Malik bahwa Rasulullah
Saw bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan itu satu, bapak
itu satu, dan agama itu satu. Bukanlah Arab di kalangan kamu itu sebagai
bapak atau ibu. Sesungguhnya, Arab itu adalah lisan (bahasa), maka
barangsiapa yang berbicara dengan bahasa Arab, dia adalah orang Arab.”
Dalam hadits ini, tulis Hasan al-Banna, kita mengetahui bahwa bangsa-
bangsa Arab yang membentang dari Teluk Persi sampai Maroko dan
Mauritania di Lautan Atlantik, semuanya adalah bangsa Arab. Mereka
dihimpun oleh akidah serta dipersatukan oleh bahasa dan teritorial yang satu.
Tidak ada yang memisahkan dan membatasinya. Menurut al-Banna, ketika kita
beramal untuk Arab, berarti kita juga beramal untuk Islam dan untuk kebaikan
dunia seisinya
Atas dasar ini, menurut Abdul Hamid al-Ghazali, dalam bukunya Meretas
Jalan Kebangkitan Islam, kita dapat menyimpulkan beberapa unsur dari
pemikiran al-Banna bahwa berbangga dengan Arabisme tidak termasuk
fanatisme dan tidak berarti merendahkan pihak lain.Arabisme dengan tujuan
untuk membangkitkan Islam demi tersebarnya Islam adalah dibolehkan.
b. Wathaniyah (Patriotisme)
19
berjuang untuk membebaskan tanah air dari cengkeraman perampok imperialis,
menyempurnakan kemerdekaannya, dan menanamkan kehormatan diri dan
kebebasan dalam jiwa putra-putra bangsa, maka kami sepakat dengan mereka
tentang itu.” Ketiga, Patriotisme Kebangsaan (Kesatuan Bangsa). Al-Banna
berkata: “Jika yang mereka maksudkan dengan patriotisme adalah mempererat
ikatan antara anggota masyarakat suatu Negara dan membimbingnya ke arah
memberdayakan ikatan itu untuk kepentingan bersama, maka kami pun sepakat
dengan mereka.”
c. Qaumiyah (Nasionalisme)
20
yaitu: nasionalisme kejayaan, nasionalisme umat, dan berkata tidak pada
nasionalisme jahiliyah.
d. ‘Alamiyah (Internasionalisme)
21
Jika internasionalisme diterjemahkan dengan “Pemerintahan Dunia”,
maka pengertiannya yang bisa diberikan adalah “Sebuah kesatuan
pemerintahan dengan otoritas mencakup planet Bumi.Tidak pernah ada satu
Pemerintahan Dunia yang pernah terjadi sebelumnya, meskipun kerajaan besar
dan superpower telah mendapatkan tingkatan kekuasaan yang mirip. Contoh
sejarah telah dihambat oleh kenyataan bahwa komunikasi dan perjalanan yang
tak memungkinkan membuat organisasi dunia ini tidak terjadi. Beberapa
internasionalis mencari pembentukan pemerintahan dunia sebagai cara
mendapatkan kebebasan dan sebuah peraturan hukum di seluruh dunia.
Beberapa orang khawatir bahwa pemerintah dunia harus dapat menghormati
keragaman negara atau manusia yang tercakup di dalamnya. Dan di sisi lain
memandang ide ini sebagai sebuah kemungkinan mimpi buruk, dalam dunia
yang kacau pemerintah berusaha menciptakan negara totalitarian yang tak
berakhir tanpa ada kemungkinan untuk kabur atau revolusi.
22
kepada Nabi Ibrahim, Musa dan Isa yaitu ‘Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya.”
14
Muhammad Abd al-Halim hamid, Ma’an Ala Thariq al- Da’wah Syaikh Hasan al- Banna, 1988,
hlm. 14
23
Dering telepon tak henti-hentinya untuk meyakinkan kematian Hasan Al-
Banna hingga ia menemui Robbul izzah dengan kepahlawanannya”.15
BAB III
PENUTUP
15
Hasan Al Banna, risalah pergerakan ikhwanul muslimin (Solo: Era Intermedia, 2004) hlm.19
24
A. KESIMPULAN
25
tarekatnya. Banna dalam segi gerakan sangat memperhatikan fungsi setiap
komponen organisasi. Unit terkecil yakni usrah (keluarga) menurutnya
memiliki tiga tiang. Yang pertama adalah saling kenal, yang akan menjamin
persatuan. Kedua, anggota usroh harus saling memahami satu sama lain,
dengan saling menasehati. Dan yang ketiga adalah memperlihatkan solidaritas
dengan saling membantu. Bagi Hasan Al-Banna al-usroh merupakan
mikrokosmos masyarakat Muslim ideal, di mana sikap orang beriman terhadap
satu sama lain seperti saudara, dan sama-sama berupaya meningkatkan segi
religius, sosial, dan kultural kehidupan mereka.
B. DAFTAR PUSTAKA
1. Al- ghazali, Abdul hamid. 2001, Meretas jalan Kebangkitan Islam , Solo:
Era Intermedia
2. Al- bahnasawi , Sali ali. 1995, Wawasan Sistem Politik Islam , Jakarta :
Pustaka Al- Kautsar.
3. Hanafi , Hasan. 2003, Aku Bagian dari Fundamentalis Islam ,
Yogyakarta: Futuh Printika
4. Mubarok, Jaik. 2004, Sejarah Peradaban Islam , Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
5. Zallum, Abdul Qadum.2001, Pemikiran Politik Islam, Jawa Timur:
Penerbit Izzah.
6. Prof. Ris’an Rusli, M.A., Pembaharuan Pemikiran modern dalam Islam,
Raja Grafindo persada, depok, 2013
7. Hery Muhammad dkk, Tokoh – Tokoh Islam yang Berpengaruh abad 20,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2006)
8. Prof. Dr. Kurnial Ilahi, Perkembangan Modern dalam Islam
9. Rizq, Al-Daulah wa al-siasah Fi fikr Hasan al-Banna, (Ter.) M.Azhari Hatim,
(Jakarta: CV. Esya,)
26