Anda di halaman 1dari 16

KONSEP PEMIKIRAN IBNU KHALDUN

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Miftahul Munir, M.Pd.I

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Nisa’ul Maghfiroh (201811001004)


2. Nur Arifah Rizkiana (201811001022)
3. Suhada Doni Kamilio (201811001035)
4. Fi Isatirrodiyah Wanda (201811001036)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PGRI PASURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
APRIL,2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini, yang berjudul “Konsep Pemikiran Ibnu Khaldun ”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita


Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan
agama Islam.

Walaupun penyusun sudah berupaya semaksimal mungkin, demi


terselesainya makalah ini, penyusun tetap menyadari bahwa kemampuan penyusun
jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

Pasuruan, 26 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn Khladun........................................................................3


B. Karya-Karya Ibn Khaldun................................................................5
C. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun.......................6
D. Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Ibnu Khaldun dengan
Pendidikan Masa Kini ......................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................10
B. Saran...............................................................................................10
Daftar Pustaka..............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan manusia
agar manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu
pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, dengan adanya pendidikan manusia
akan mampu melakukan apapun yang dia inginkan, dengan pendidikan manusia dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya serta mengembangkan akal pikirannya sehingga
dalam melakukan segala sesuatu manusia tidak mengalami kesalahan yang fatal.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Ibnu Khaldun?
2. Apa saja Karya-Karya Ibnu Khaldun?
3. Bagaimana Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun?
4. Bagaimana Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Ibnu Khaldun dengan
Pendidikan Masa Kini?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui biografi ibnu khaldun


2. Untuk mengetahui karya-karya ibnu khaldun
3. Untuk mengetahui konsep pemikiran pendidikan islam menurut ibnu khaldun
4. Untuk mengetahui relevansi pemikiran pendidikan islam tokoh ibnu khaldun dengan
pendidikan masa kini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Khaldun


Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan
cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang
pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang
secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta
memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.1
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn
Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1
Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau dikenal
sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur’an sejak usia dini,
selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam. Karyanya yang
terkenal adalah Muqaddimah(Pendahuluan).2
Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang
sahabat Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah hadis serta pernah
dikirim nabi untuk mengajarkan agama Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada
abad ke-8 M Khalid bin Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk
wilayah bagian selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun
sesuai dengan kebiasaan orang Andalusia dan Afrika Barat Laut yakni dengan
penambahan pada akhir nama dengan “uns” sebagai pernyataan penghargaan kepada
keluarga penyandangnya. Dengan demikian Khalid menjadi Khaldun.
Guru pertama ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Dia belajar membaca
dan menghafal al-Qur’an. Dia fasih dalam qira’at sab’ah (tujuh cara membaca al-
Qur’an), dia memperlihatkan caranya yang seimbang dan merata antara mata
pelajaran tafsir, hadith, fiqih dan gramatika bahasa arab yang diambilnya dari
sejumlah guru yang ada di Tunisia).
Ibnu Khaldun mulai berkarir dalam bidang pemerintahan dan politik di
kawasan Afrika Barat Laut dan Andalusia selama hampir seperempat Abad.

1
Jamil ahmad, seratus muslim termuka,pustaka firdaus,2003,hlm.503
2
http://id.wikipedia.org/wiki/ibnu_khaldun, Diakses Pada Hari Jum’at Tanggal 23 April 2021, Pukul 12.00 WiB
Dalam kurun waktu itu dari sepuluh kali dia pindah jabatan dari satu dinasti ke dinasti
yang lain. Jabatan pertaman Ibnu Khaldun pertama adalah sebagai anggota Majlis
keilmuwan Sultan Abu Inal dari Bani Marin di ibu kota Fez. Kemudian dia diangkat
menjadi sekertaris Sultan pada Tahun 1354.
Selain di dunia politik, Ibnu Khaldun juga mengajarkan ilmunya di masjid.
Kemudian dia pindah ke Biskarah. Dari Biskarah kembali ke Andalusia baru dan
menuju Tilimsan tahun 1374 M. Di Tilimsan ini ibnu Khaldun menemukan tempat
untuk menulis dan membaca di rumah bani Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamah
sebagai tempat tinggal dan tinggal di Istana Ibnu Salamah. Di tempat inilah selama
empat tahun dia memulai karnya yang terkenal dengan Kitab al-Ibar (sejarah
Universal).
Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Untuk menghormati nama
besarnya dia dimakamkan di pemakaman sufi di Bab al-Nashr Kairo, yang
merupakan makam para ulama dan orang-orang penting.
Sebagai pelopor sosiologi, sejarah-filsafat, dan ekonomi-politik, karya-karyanya
memiliki keaslian yang menajubkan. “Kitab al-I’bar” termasuk al-Taarif adalah buku
sejarahnya yang monumental, berisi Muqaddimah serta otobiografinya. Bukunya dibagi
menjadi tiga bagian. Bagian pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini
membicarakan tentang masyarakat, asal-usulnya,kedaulatan, lahirnya kota-kota dan
desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian
kedua kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid, membicarakan tentang sejarah bangsa
arab dan orang-orang muslim lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk
dinasti syiria, persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan prancis. Dan bagian ketiga
terdiri dari dua jilid, membicarakan bangsa barbar dan suku tetangga, otobiografi yaitu
Al-Taarfi.3

B. Karya – Karya Ibnu Khaldun


Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah:4
1. Kitab Muqaddimah
Merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri dari bagian
muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti
dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibnu

3
Op,cit.hlm.505
4
Fuad Baali dan Ali Wardi,Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam,(Jakarta:PustakaFirdaus,2003),hlm 20
Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema muqaddimah ini adalah gejala-gejala
sosial dan sejarahnya.
2. Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa
al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.
Atau “Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir
yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan
Barbar, serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka”, yang kemudian terkenal
dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.
3. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban (al-Ta’rif).
Oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian
terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan
Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan
metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab, tapi saling berhubungan antara satu
dengan yang lain.
4. Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
5. Syifa ‘al syail li Tahdz.

C. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Tokoh Ibnu Khaldun


Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di
dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial
yang menjadi ciri khas jenis insani.
Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun dimulai dengan
menggunakan tradisi berfikir ilmiah dengan melakukan kritik atas cara berfikir “model
lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil penyelidikan mengenai karya-
karya sebelumnya, telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia memuat pengetahuan yang otentik.5
1. Tujuan

Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi


oleh ruang dan waktu, tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia
secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam
sepanjang zaman. .Menurut Ibnu Khaldun bahwa manusia itu secara esensial bodoh
5
Syarifudin Jurdi,Sosialisai Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun,(POKJA: UIN Sunan
Kalijaga,2008)hlm.17
(jahil) layaknya seperti binatang, manusia hanya berupa setetes sperma, segumpal
darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa mentalnya. Artinya manusia itu
adalah jenis hewan, namun Allah SWT telah membedakan manusia dan hewan
dengan memberi akal pikiran kepada manusia. Pada mulanya manusia menggunakan
akal pemilah, kemudian akal eksperimental dan akhirnya menggunakan akal kritis.
Melalui akal pikiran inilah, manusia mampu bertindak secara teratur dan terencana.

Menurut Ibnu Khaldun Ada Enam Tujuan Pendidikan, yaitu :


a) Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan dengan memperkuat potensi iman,
sebagaimana dengan potensi-potensi lain
b) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak
c) Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
d) Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
e) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran seseorang
dapat memegang berbagai pekerjaan atau ketrampilan tertentu dan
f) Menyiapkan seseorang dari segi kesenian.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan hanya
bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan
keahlian.
Ibnu Khaldun telah memberikan porsi yang sama antara tujuan apa yang
akan dicapai dalam urusan ukhrowi dan duniawi, karena baginya pendidikan adalah
jalan untuk memperoleh rizki. Atas dasar itulah Ibnu Khaldun beranggapan bahwa
target pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan
bekerja, karena dia memandang aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran
dan kematangan individu dan kematangan berfikir adalah alat bagi kemajuan ilmu
industri dan sistem sosial.
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan
pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak
dicapai dalam proses pendidikan yaitu:
a) Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill) dalam bidang tertentu.
b) Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman.
c) Pembinaan pemikiran yang baik.
2. Materi

Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, karena materi adalah


merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu
Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia
pada waktu itu menjadi dua macam yaitu:
a. Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang
dalam hal ini peran akal hanyalah menghubungkan cabang permasalahan dengan
cabang utama, karena informasi ilmu ini berdasarkan kepada otoritas syari’at
yang diambil dari al-Qur’an dan Hadits.
Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu antara lain: ilmu
tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu
bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu ta’bir mimpi.
b. Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui
kemampuannya untuk berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di
dunia, dan sudah ada sejak mula kehidupan peradaban umat manusia di dunia.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi menjadi
empat macam ilmu yaitu:
a) Ilmu logika,
b) Ilmu fisika,
c) Ilmu metafisika
d) Ilmu matematika termasuk didalamnya ilmu, geografi, aritmatika dan al-
jabar, ilmu music, ilmu astromi, dan ilmu nujuum.
Walaupun Ibnu Khaldun banyak membicarakan tentang ilmu geografi,
sejarah dan sosiologi, namun ia tidak memasukkan ilmu-ilmu tersebut ke dalam
klasifikasi ilmunya. Setelah mengadakan penelitian, maka Ibnu Khaldun membagi
ilmu berdasarkan kepentingannya bagi anak didik menjadi empat macam, yang
masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaan dan prioritas
mempelajarinya. Empat macam pembagian itu adalah:
a) Ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
b) Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan
(metafisika)
c) Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari
ilmu bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari
agama.
d) Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri.
Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat
untuk mempelajari ilmu pengetahuan golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu
Khaldun tentang materi ilmu pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara
ilmu syari’at (agama) dan ilmu ‘Aqliyah (filsafat).
Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang pertama, hal itu
ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik, karena membantunya untuk hidup
dengan seimbang namun dia juga meletakkan ilmu aqliyah (filsafat) di tempat yang
mulia sejajar dengan ilmu agama.
3. Metode
Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan
oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya.
Ciri-ciri perkembangan peserta didik dan suasana alam di sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Metode pendidikan sama halnya dengan metode pembelajaran (pengajaran),
yang mana pemikiran Ibnu Khaldun tentang metode pendidikan terungkap lewat
empat sikap reaktifnya terhadap gaya para pendidik (guru) dimasanya dalam dasar
empat dasar persoalan pendidikan diantaranya:
a) Kebiasaan mendidik dengan metode “indoktrinasi” terhadap anak-anak didik,
para pendidik memulai dengan masalah-masalah pokok yang ilmiah untuk
diajarkan kepada anak-anak didik tanpa mempertimbangkan kesiapan mereka
untuk menerima dan menguasainya. Maka Ibnu Khaldun lebih memilih metode
secara gradual sedikit demi sedikit, pertama-tama disampaikan permasalahan
pokok tiap bab, lalu dijelaskan secara global dengan mempertimbangkan tingkat
kecerdasan dan kesiapan anak didik, hingga selesai materi per-bab.
b) Memilah-milah antara ilmu-ilmu yang mempunyai nilai instrinsik, semisal ilmu-
ilmu keagamaan, kealaman, dan ketuhanan, dengan ilmu-ilmu yang instrumental,
semisal ilmu-ilmu kebahasa-Araban, dan ilmu hitung yang dibutuhkan oleh ilmu
keagamaan, serta logika yang dibutuhkan oleh filsafat.
c) Ibnu Khaldun tidak menyukai metode pendidikan yang terkait dengan strategi
berinteraksi dengan anak yang “militeristik” dan keras, anak didik harus seperti
ini dan seperti itu, karena berdampak buruk bagi anak didik berupa munculnya
kelainan-kelainan psikologis dan perilaku nakal.
d) Ibnu Khaldun mengajarkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada
muridnya. Hal ini termasuk juga sikap orang tua terhadap anaknya, karena orang
tua adalah pendidik yang utama. Selanjutnya jika keadaan memaksa harus
memukul si anak, maka pemukulan tidak boleh lebih dari tiga kali.
Ibnu Khaldun memberikan sedikitnya ada dua bentuk pembelajaran yaitu:
a) Tahapan pembelajaran
Pembelajaran yang efektif dan efisien terhadap peserta dpembelajaran
yang efektif dan efisien terhadap peserta didik apabila dilakukan secara
berangsur-angsur, setapak-demi setapak dan apabila dilakukan secara
berangsur-angsur.
Berkaitan dengan itu semua ibnu khaldun menganjurkan agar para
guru dan orang tua sebagai pendidik seharusnya berlaku sopan dan adil dalam
mengingatkan siswa, lain dari itu ibnu khaldun membolehkan memukul siswa
apabila dalam keadaan memaksa akan tetapi pukulan tersebut tidak lebih tiga
kali.
Dalam literatur yang lainnya lagi dengan metode pengajaran ini ibnu
khaldun menjelaskan bahwa tiap-tiap pemikiran dan ilmu akan
mengembangkan pada akal yang cerdas, lebih lnjut beliau menjelaskan ilmu
berhitung tidak sama dengan metode problem-problem kemasyarakatan dan
falsafah atau sejarah, dari sini seorang pendidik harus mampu mengklasifikasi
mata pelajaran dan metode pengajaran.
b) Concertie method (metode pemusatan)
Dalam kaitan ini komponin pendidikan sama-sama dituntut untuk lebih
fokus pada satu atau dua pilihan bidang pendidikan saja, baik guru, para orang
tua dan siswa. Dalam beberapa referensi yang ada sepertinya sosok ibnu
khaldun adalah seorang yang menjunjung tinggi metode itu (specialisasi
pelajaran) dan telaten.
Selain metode diatas Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimahnya
menjelaskan bahwa didalam memberikan pengetahuan kepada anak didik,
pendidik hendaknya:
a) Memberikan problem-problem pokok yang bersifat umum dan menyeluruh,
dengan memperhatikan kemampuan akal anak didik.
b) Setelah pendidik memberikan problem-problem yang umum dari
pengetahuan tadi baru pendidik membahasnya secara lebih detail dan
terperinci.
c) Pada langkah ketiga ini pendidik menyampaikan pengetahuan kepada anak
didik secara lebih terperinci dan menyeluruh, dan berusaha membahas
semua persoalan bagaimapaun sulitnya agar anak didik memperoleh
pemahaman yang sempurna.
Ibnu Khaldun juga menyebutkan keutamaan metode diskusi, karena dengan
metode ini anak didik telah terlibat dalam mendidik dirinya sendiri dan mengasah otak,
melatih untuk berbicara, disamping mereka mempunyai kebebasan berfikir dan percaya
diri. Atau dengan kata lain metode ini dapat membuat anak didik berfikir reflektif dan
inovatif. Lain halnya dengan metode hafalan, yang menurutnya metode ini membuat
anak didik kurang mendapatkan pemahaman yang benar.
Disamping metode diskusi Ibnu Khaldun juga menganjurkan metode peragaan,
karena dengan metode ini proses pengajaran akan lebih efektif dan materi pelajaran
akan lebih cepat ditangkap anak didik. Satu hal yang menunjukkan kematangan berfikir
Ibnu Khaldun, adalah prinsipnya bahwa belajar bukan penghafalan di luar kepala,
melainkan pemahaman, pembahasan dan kemampuan berdiskusi. Karena menurutnya
belajar dengan berdiskusi akan menghidupkan kreativitas pikir anak, dapat
memecahkan masalah dan pandai menghargai pendapat orang lain, disamping dengan
berdiskusi anak akan benar-benar mengerti dan paham terhadap apa yang
dipelajarinya.Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai
tentang perkembangan psikologis peserta didik. Pengetahuan ini akan sangat
membantunya untuk mengenal setiap individu peserta didik dan mempermudah dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Para pendidik hendaknya mengetahui
kemampuan dan daya serap peserta didik.
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi menetapkan materi pendidikan yang
sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi di
luar kemampuan peserta didiknya, maka akan menyebabkan kelesuan mental dan
bahkan kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka
akan menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan
keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan mudah dalam cakupan pendidikan.
Ibnu Kholdun menganjurkan agar para guru bersikap dan berperilaku penuh
kasih sayang kepada peserta didiknya, mengajar mereka dengan sikap lembut dan
saling pengertian, tidak menerapkan perilaku keras dan kasar, sebab sikap demikian
dapat membahayakan peserta didik, bahkan dapat merusak mental mereka, peserta
didik bisa menjadi berlaku bohong, malas dan bicara kotor, serta berpura-pura, karena
didorong rasa takut dimarahi guru atau takut dipukuli.
Dalam hal ini, keteladanan guru yang merupakan keniscayaan dalam
pendidikan, sebab para peserta didik menurut Ibnu Kholdun lebih mudah dipengaruhi
dengan cara peniruan dan peneladanan serta nilai-nilai luhur yang mereka saksikan,
dari pada yang dapat dipengaruhi oleh nasehat, pengajaran atau perintah-perintah.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu
menggunakan smetode mengajar yang efektif dan efisien. Ibnu Khaldun
mengemukakan 6 (enam) prinsip utama yang perlu diperhatikan pendidik, yaitu:
a) Prinsip pembiasaan
b) Prinsip tadrij (berangsur-angsur)
c) Prinsip pengenalan umum (generalistik)
d) Prinsip kontinuitass
e) Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
f) Menghindari kekerasan dalam mengajar.

D. Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Ibnu Khaldun


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor pendidikan yang
ditawarkan Ibnu Khaldun yakni tujuan, pendidik, peserta didik, metode pengajaran dan
materi pendidikan. Semua komponen pendidikan tersebut sesuai dengan konsep
pemikiran para ahli pendidikan sekarang. Namun, ada beberapa pemikiran beliau yang
berbeda dengan para ahli pendidikan yakni tentang tujuan pendidikan.
Disini pemikiran Ibnu Khaldun lebih kepada realistis. Bahwa pendidikan bukan
hanya untuk mengangkat derajat manusia. Namun, agar manusia mampu memperoleh
penghasilan dan menghasilkan industri-indutri untuk eksistensi hidup manusia
selanjutnya. Selain itu, pemikiran beliau tentang jangan berhenti terlalu lama dalam
proses belajar, belum ditemukan dalam teori para ahli pendidikan masa sekarang. Serta
hal-hal yang menghambat proses pendidikan belumlah berlaku pada masa sekarang
yakni tentang banyaknya buku dan banyaknya ringkasan. Konsep pemikiran Ibnu
Khaldun juga sangat relevan dengan konsep pendidikan masa sekarang, dan sangat
cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajar dimana pun.
Keunikan pemikiran Ibnu Khaldun bila dibandingkan dengan ahli pendidikan
pada masanya bahwa apakah prestasi dan keberhasilan dalam pembelajaran - hingga
kini masih diperdebatkan- ditentukan oleh bawaan atau kemampuan hasil belajar, dan
Ibnu Khaldun tampaknya cenderung pada pendapat terakhir yaitu hasil kemampuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan
terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan.
Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas
membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-
alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di
dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial
yang menjadi ciri khas jenis insani
Karya-karya Ibnu Kaldun antara lain ;
a. Kitab Muqaddimah
b. Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam
wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.
c. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban (al-Ta’rif).
d. Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
e. Syifa ‘al syail li Tahdz.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya,
baik dalam hal sistematika penulisan maupun isi. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jamil.2003.seratus muslim termuka.pustaka firdaus


Baali Fuad dan Wardi Ali. 2003. Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam.Jakarta:Pustaka
Firdaus
http://id.wikipedia.org/wiki/ibnu_khaldun, Diakses Pada Hari Jum’at Tanggal 23 April 2021,
Pukul 12.00 WiB
Jurdi Syarifudin.2008.Sosialisai Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun.POKJA: UIN
Sunan Kalijaga

Anda mungkin juga menyukai