Anda di halaman 1dari 165

FIQIH WAQI'

HASAN AL-BANNA
Diterjemahkan dari
Fiqhul Waqi' Hasan al-Banna

Penulis
Tim Riset dan Kajian Darul Kilma

Penterjemah
Nurodin Usman MA.
Nandang Burhanudin Lc.

Editor
Harlis Kurniawan SS.

Lay Out Kafila Press

Diterbitkan Oleh
Kafila Press

Cetakan i, Agustus 2000


Komplek Golden Plaza. G 15-16
Jl.. RS. Fatmawati 12410 Jakarta
Tel & Fax • 021-7804833
E-mail : kafila@cbn.net.id

ISBN: 979-96141-2-0

PENGANTAR
"Marilah Kita bersama-sama menyatukan persepsi"

Terbunuhnya Imam Hasan al-Banna 50 tahun lalu oleh rezim yang berkuasa di Mesir
saat itu, suatu indikasi untuk meredam da'wah Islam karena dianggap sebagai ancaman
terhadap kekuasaan rezim tersebut. Apa gerangan yang terjadi setelah itu? Belum
juga genap tiga tahun kekuasaannya lengser, ia dideportasi ke Eropa. Tetapi, Allah Maha
menjaga da'wah. Sehingga, suara Islam kembali menggema lebih kuat dan
tersosialisasi dari sebelumnya, untuk menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan
menasihati umat.
Namun, rezim pengganti tidak lebih baik dari sebelumnya. Mereka menyebarkan
tuduhan dusta kepada para aktivis da'wah, bahkan merencanakan suatu konspirasi
untuk meredam gerakan Islam dan menghancurkannya. Peristiwa Mansyiah, merupakan
bagian dari skenario untuk mencoreng Islam sehingga seolah melegitimasi
penangkapan, pengadilan, pembunuhan, dan pemenjaraan para aktivis da'wah yang tak
berdosa. Para syuhada da'wah berjatuhan. Mereka ditangkap, dipenjara, disiksa, dan
bahkan dibunuh baik dengan senjata api maupun tangan kosong.
Dengan tindakan represif di atas, mereka mengira telah membungkam
gerakan Islam. Akan tetapi, setelah 10 tahun berlangsung, suara Al-Haq semakin ya'lu
wala yu'la alaih. Da'wah Islam semakin menggema di kalangan masyarakat yang
justru makin membuat mereka kaget. Sebaliknya, faham sosialis yang mereka paksakan
tak menjaring pengikut kecuali kaum oportunis dan taklid buta yang tak beretika. Kondisi
Mesir sangat parah, instabilitas ekonomi dan sosial terus bergejolak.
Apa yang mereka gencarkan untuk menutupi kegagalan ini? Jawabannya adalah
dengan mengadili kembali para aktivis da'wah tanpa dasar hukum, membunuhnya atau
menjebloskan mereka ke penjara. Apakah hal ini mampu memberikan jawaban?
Ataukah mereka mampu menghapus da'wah Ilahiyyah dan para dainya? Kurang satu
tahun, kekalahan menimpa rezim penguasa yang menghapus peran politik mereka
selamanya. Hingga kematian menjemput sang pemimpin rezim berikut para pengikutnya
dengan ditimpa penyakit kotor, setelah mengalami kehidupan yang berlumur darah orang
yang tak berdosa. Bahkan, di antara mereka saling bunuh, saling caci, dan saling membuka
aib. Sebaliknya, Islam dan para dai tetap eksis, tahan uji, dan keimanan mereka lebih kuat.
Mereka yakin tempat para syuhada adalah di sisi Allah bersama para nabi, orang-orang
shidiq, para syuhada, dan Sholihin.
Orang yang keluar dari penjara, keyakinan dan keimanan mereka justru semakin
mantap dalam mensosialisasikan da'wah. Orang yang berhijrah menyebarluaskan
da'wah ke berbagai pelosok negeri, lebih aktif menebar benih-benih Islam ke seantero
negeri. Bahkan, kita mendengar salah seorang mereka berkata, "Saya menantikan suatu
hari salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin bisa menjadi pemimpin negara."
Demikian kebaikan muncul ketika mereka menghendaki keburukan. Da'wah terus
menguat, elemen-elemen da'wah semakin berurat akar menancap di hati orang-orang
mukmin. Kondisi da'wah ibarat kondisi mukmin itu sendiri, 'Semua urusan mukmin itu
mengandung kebaikan. Hal ini tidak dimiliki oleh selain mukmin. Jika kebaikan
teraih, dia bersyukur, ini sikap terbaik baginya. Sebaliknya, jika kemadharatan
menimpa, ia sabar dan itu lebih baik baginya. "
Kami manfaatkan kesempatan ini untuk mengajak saudara-saudara muslim di seluruh
dunia – baik pemerintah atau rakyat, kepala negara atau masyarakat biasa, raja-raja atau
suku bangsa – untuk kembali menghayati ayat yang menjadi landasan Ikhwanul
Muslimin,
"Kembalilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagai tuhan selain
daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah pada mereka,
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada
Allah)." (Ali Imran: 64)
Penerbit

BIOGRAFI
(Singkat) Imam Syahid Hasan al-Banna
Hasan al-Banna dilahirkan di Kota Mahmudiyah provinsi Buhairah, di Mesir tahun
1906 M. Ayahnya Ahmad Abdurrahman al-Banna adalah tokoh ulama' mahsyur yang
menyibukkan dirinya untuk mendalami ulumus sunnah. Ia memiliki beberapa karangan
dalam Ilmu Hadits yang di antaranya adalah kitab Al-Fathur Rabbany Li tartibi Musnad
Imam Ahmad.
Sejak usia muda, Hasan al-Banna tergolong aktif mengorganisir berbagai kegiatan
keislaman dalam kerangka amar ma'ruf, nahi munkar dan berda'wah ilallah, bersama
rekan kuliahnya beliau membentuk "Organisasi Penyeru Ahlaq" kemudian
"Organisasi Anti Barang Haram". Selain itu beliaupun turut andil pada peristiwa
revolusi 1919 M di Mesir, ketika itu beliau masih berumur 12 tahun. Sampai pada
akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke Dar al-Mutaallimin di Damanhur tahun
1920 dan menamatkan hafalan Al-Quran dalam usia 14 tahun.
Tahun 1927 beliau lulus dari fakultas Darul Ulum dan meraih ranking pertama hingga ia
ditunjuk menjadi pengajar di Kota Ismailiyah sampai beliau menetap di sana. Dari sinilah awal
mula beliau menempuh da'wah. Langkah pertamanya adalah menda'wahi orang-orang di
kafe-kafe, kedai kopi dan membawa mereka ke masjid. Beliau kerahkan segala
usaha untuk meminimalisir setiap perselisihan paham yang waktu itu begitu marak terjadi di
masyarakat muslim. Beliau mampu merintis elemen-elemen da'wah Islamiah yang
qualified, ketika beliau membulatkan tekad dengan enam orang ikhwan untuk
membentuk satu benih gerakan yang kemudian dikenal dengan sebutan Ikhwanul
Muslimin. Ini terjadi pada bulan Dzul Qa'dah tahun 1347 H, bertepatan Maret 1928 M.
Kabar penentangan Ikhwanul Muslimin terhadap penguasa menyebar ke seantero Mesir
dari kampung hingga kota. Ini bahkan menjadikan Ikhwanul Muslimin memiliki dukungan
kuat tidak sebatas di Ismailiyah saja.
Tahun 1932 M, Imam Hasan al-Banna pindah ke Kairo. Dengan kepindahannya,
markas Ikhwanul Muslimin pindah juga ke Kairo. Imam Hasan al-Banna sering
melakukan perjalanan ke pelosok negeri didampingi anggota baru Ikhwan sebagai salah
satu proses tarbiah untuk berperilaku da'wah dan mempersiapkan mereka menerima beban
da'wah. Ia menerjuni proses ini secara profesional hingga Ikhwanul Muslimin bisa
menjangkau seluruh wilayah Mesir.
Selain itu, Imam Hasan al-Banna menerbitkan majalah mingguan Ikhwanul
Muslimin dan majalah An-Nadzir serta beberapa buletin. Ia tak pernah berhenti menulis
dan mengarang buku. Bahkan, perhatiannya ia curahkan untuk tarbiah, sosialisi da'wah
dan memantapkan jama'ah yang hingga sekarang masih menjadi garda terdepan kebangkitan
Islam di seluruh dunia.
Imam Hasan al-Banna bercita-cita agar gerakan da'wahnya tidak bersifat nasional
sebatas Mesir saja, tetapi harus bersifat internasional seiring dengan karakter internasionalnya
da'wah Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kita bisa saksikan pada tahun 40-an, gerakan
Ikhwanul Muslimin telah mencakup seluruh dunia Arab yang menjadi batu loncatan
menuju dunia Islam yang tetap memfokuskan diri untuk da'wah di mana saja. Ia
secara rutin mengirimkan utusan ke seluruh dunia untuk melihat dari dekat kondisi kaum
muslimin yang kemudian ditransfer ke Kairo. Maka dari itu, Markas Ikhwanul
Muslimin di Kairo menjadi forum sentral negara-negara yang menginginkan
kemerdekaan dari kolonialisasi asing. Tokoh-tokoh yang datang di antaranya pemimpin
gerakan kemerdekaan Afrika Utara, Yaman, India, Pakistan, Indonesia, Afghanistan, Sudan,
Somalia, Suriah, Irak, dan Palestina.
Jihad adalah elemen asasi yang menjadi fokus gerakan Ikhwanul Muslimin. Masalah
Palestina meridapat perhatian serius dari Imam Hasan al-Banna. Bahkan, ia memiliki
pandangan tajam tentang bahaya Yahudi. Sejak awal revolusi-revolusi yang terjadi di
Palestina tahun 1936, Ikhwanul, Muslimin adalah satu-satunya penyeru untuk bersikap
hati-hati dan membebaskan diri dari bahaya Yahudi di dunia Arab. Juga ketika tentara
Arab menyerbu Palestina tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut andil dalam pertempuran
yang bergabung dalam barisan sukarelawan yang menerobos medan tempur sebelah barat
Mesir dan sebelah Timur Suriah. Pada pertempuran itu mereka diuji dengan sebaik-
baiknya ujian.
Tak lama kemudian keluar perintah dari negara-negara Barat kepada Pemerintah Mesir
untuk membubarkan jama'ah Ikhwanul Muslimin dan menangkap anggotanya yang baru
pulang dari medan tempur. Ini terjadi setelah penandatanganan perjanjian. Hanya
Imam al-Banna yang masih bebas dari penangkapan, setelah diputuskan untuk
membunuhnya di salah satu jalan Kairo tanggal 14 Rabius Tsani 1368 H/12 Februari
1949 prakeruntuhan Raja Faruk.

BAB I
TULISAN-TULISAN IMAM ASY-SYAHID
DALAM MAJALAH AL-MANAR
A. TERJUN KEMBALI KE MEDAN JIHAD
Dengan pertolongan-Mu, wahai Tuhan kami, di dalam perlindungan-Mu, di bawah
panji-panji da'wah-Mu yang bersih, di bawah syariat-Mu yang suci, dan berdasarkan
petunjuk nabi-Mu yang mulia junjungan kami Muhammad saw., majalah Al-Manar ini
meneruskan jihadnya dan terjun kembali ke medan jihad.
Semoga rahmat, keridhaan, dan ampunan-Mu dicurahkan kepada Tuan
Muhammad Rasyid Ridho, perintis pertama Al-Manar, yang menerbitkan sinarnya
sehingga menjadi ada. Ia telah berusaha dan berjihad di jalan da'wah kepada Islam,
mempertahankannya, menyatukan kalimat umat Islam, dan memperbaiki urusan-urusan
mereka baik urusan rohani, sipil maupun politik. Ini adalah sasaran-sasaran yang dijadikan
tujuan bagi jihadnya yang panjang sehingga datang apa yang telah ditetapkan oleh
Allah setelah majalah Al-Manar berjalan selama empat puluh tahun menjadi corong petunjuk
dan manhaj pembenaran serta petunjuk.
Tuan Rasyid telah meninggalkan kekosongan yang luas dan lebar. Ia wafat dengan
meninggalkan cita-cita yang sangat besar. Sebelum wafat, ia telah menyaksikan
perkembangan baru dalam kehidupan umat Islam. Ia merasa gembira dengan
perkembangan baru ini. Ia melihat kepadanya sebagai kebaikan, dan menggantungkan
banyak harapan kepadanya. Ia berazam untuk mengiringkan perkembangan ini
dengan Al-Manar dan da'wahnya, dan untuk menjadikannya pada ulang tahunnya yang
ketiga puluh lima sebagai lisan yang jujur bagi sebuah jama'ah yang pantas untuk
"menyerukan kepada Islam dan menyatukan kalimat umat Islam". Jama'ah yang meneruskan
jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad dan berbuat dengan mengambil faedah dari kondisi baru
yang dihadapi oleh umat Islam pada masa sekarang ini.
Ia telah menuliskan makna itu dalam pembukaan jilid ini dengan teksnya sebagai berikut:
"Mulai tahun ini Al-Manar akan menjadi penyambung lidah jama'ah untuk berda'wah kepada
Islam dan untuk menyatukan kalimat umat Islam. Sebuah jama'ah yang didirikan untuk
meneruskan jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad dalam cita-citanya yang paling tinggi. Atau,
selain pendidikan Islam melalui sekolah pada saat zaman yang lemah ini tidak sanggup
melakukan atau membangkitkannya. Sehingga, dibiarkan bagi orang yang dianugerahi
taufik dari Allah, yaitu orang-orang yang memahami da'wah Al-Qur'an, tauhid, serta
persatuan warga dan jama'ahnya. Selain mereka, tidak mampu melakukannya."
Setelah itu ia menyebutkan sebagian dari sejarah sekolah ad-Da'wah wal-Irsyad dan
hambatan atau serangan yang berakhir dengan mematikan idenya yang cemerlang.
Kemudian ia berkata, "Kesimpulannya bahwa saya bersama uji coba ini atau apa yang lebih
pedih dari itu, dan yang lebih sakit dari urusan peserta Al-Manar bersama pengakuan akan
kelemahan saya dalam menanggung urusan-urusan finansial baik yang bersifat khusus apalagi
yang umum, dan bersama usia saya yang sudah memasuki usia senja dan lemah, bersama itu
semua tidak bertambah kecuali rasa keyakinan dan harapan akan kesuksesan usaha saya
terhadap dasar-dasar reformasi Islam yang paling penting. Juga kesuksesan dalam
pembaharuan urusan agama dengan apa yang dimenangkan atas agama semuanya.
Sehingga, hidayah dan petunjuk-Nya dapat merata pada seluruh umat manusia. Saya tidak
putus asa akan adanya sebagian kelompok yang muncul di atas kebenaran, "Tidak
membahayakan orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang hari kiamat".
Hadits ini diriwayatkan oleh dua imam yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim juga imam-
imam lain dengan lafal dari berbagai (riwayat).
Kelompok ini, pada abad-abad terakhir, jumlahnya sedikit dan terpecah-pecah. Sejak dua
tahun yang lalu saya menulis tentang beberapa orang pilihan yang terpecah-pecah dalam
banyak negara. Saya berharap mereka menjadi anggota dalam kelompok tersebut meskipun
mereka memiliki nama, sifat, dan pekerjaan yang berbeda-beda untuk mengajak mereka
kepada kerja. Saya juga berharap kepada siapa saja yang bersedia bekerja sama dengan mereka
dalam pembaharuan dan jihad ini, agar menuliskan data mereka kepada kami. Ini adalah
berkas baginya untuk bekerja bersama mereka sehingga undangan mereka secara resmi
disebarkan.
Hal yang paling diharapkan kebaikannya bagi umat Muhammad saw. pada zaman yang
ditandai dengan kedekatan manusia antara satu dan yang lain, adalah terjadinya rasa
saling mengenal antara kelompok yang mengemban perintah Allah ini. Mereka
saling bekerja sama untuk menyebarkan da'wah dan menyatukan kalimat umat setelah
membuat sistem bagi pusat persatuan yang diharapkan mereka dapat mempercayainya.
Kelompok ini tidak memerlukan lagi kecuali ini. Saya sudah cukup lama memikirkannya.
Mudah-mudahan saya akan memberikan kabar gembira dalam waktu dekat ini dengan
berita yang menggembirakan darinya. Saya menyegerakan dengan izin Allah agar muncul
pada awal tahun ini apa yanc saya dan guru kita al-Ustadz al-Imam (semoga Allah
menyucikan , rohnya; harapkan di pusat Al-Azhar. Ini adalah apa yang disebut oleh kebiasaan
zamar kita sebagai kepribadian maknawi (syakhsyiah maknawiah).
Harapan yang diserahkan urusannya kepada Syekh Muhammad Musthofa al-
Maraghi ini sangat besar. Al-Azhar merupakan barang terpendam yang tersembunyi atau
mutiara yang tidak diketahui oleh pemiliknya, pemerintahnya maupun para
intelektualnya. Tidak ada seorang pun yanc berpikir sebelum al-Ustadz al-Imam tentang
kemungkinan perbaikan dunia Islam semuanya dengan Al-Azhar serta memegang
kepemimpinan seluruh bangsa muslim dalam bidang agama, sastra, dan fikih dengan
jalar memperbaiki pendidikan Al-Azhar yang umum. Akan tetapi, pengajaran dan pemikiran
al-Ustadz al-Imam r.a. yang telah membuahkan harapan ini di dalam sebuah kelompok
dari guru-gurunya serta persiapan dari murid-muridnya. Tidak ada yang diperlukan lagi
kecuali kesungguhan. Segala puji bagi Allah.
Demikianlah Tuan Muhammad Rasyid Ridho mengakhiri hidupnya dan dalam dirinya
menyimpan harapan-harapan yang besar. Yaitu, agar Al-Manar setelah tahun ini menjadi
lisan (juru bicara) bagi sebuah jama'ah untuk berda'wah kepada Islam; agar jama'ah ini
terdiri dari orang-orang yang memiliki akal, agama, dan kedudukan dalam bangsa-bangsa
muslim; dan agar Al-Azhar menguatkan ikatan jama'ah ini dan ia mengencangkan kekuatan
Al-Azhar karena kerja sama antara keduanya mengandung kebaikan semuanya.
Tuan Rasyid r.a. adalah orang yang memiliki keinginan yang jujur dan niat yang ikhlas
dalam harapan-harapannya ini, maka Allah mengabulkannya. Atas kehendak dan taufik dari
Allah, berdiri di atas Al-Manar "Jamaah Ikhwanul Muslimin" yang dikeluarkan atau
dimunculkan oleh orang-orang pilihan dari anggotanya, mengucapkan dengan lisannya
dan membawa manusia kepada da'wahnya.
Subhanallah. Jama'ah Ikhwanul Muslimin adalah jama'ah yang diimpikan oleh
Tuan Rasyid Ridho r.a. Ia telah mengenal jama'ah ini sejak kelahirannya. Ia selalu
memuji jama'ah ini dalam forum-forum khusus, dan mengharapkan darinya banyak
kebaikan. Ia telah menghadiahkan kepada jama'ah beberapa buku karyanya dan
menuliskan dengan tangannya kalimat berikut: "Dari penulis kepada jama'ah Ikhwan yang
bermanfaat". Akan tetapi, ia tidak mengetahui bahwa Allah telah menyimpan kepada jama'ah
ini untuk mengemban tugasnya, untuk menyempurnakan apa yang pernah ia mulai
serta merealisasikan harapan-harapan reformasi dan cita-cita umat Islam.
Tuan Rasyid Ridho telah berharap kepada jama'ah yang disyaratkan dapat
melakukan cita-cita tertinggi dari jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad yaitu selain pendidikan
sekolah. Ia juga berharap agar jama'ah yang baru menjadi seperti ini. Jama'ah Ikhwanul
Muslimin akan merealisasikan harapan ini dengan taufik dari Allah. Perbaikan pengajaran
sekolahan yang resmi termasuk di antara tujuan-tujuan utamanya. Pengaruhnya
kepada para mahasiswa di universitas Mesir ataupun sekolah-sekolah agama baik
sekolah menengah maupun privat sangat besar. Kami akan meneruskan usaha ini sehingga
sampai kepada tujuannya. Insya Allah pendidikan semuanya akan dipusatkan kepada dasar-
dasar yang lurus berasal dari semangat Islam, toleransi Islam, ajaran-ajaran Islam,
peradaban, dan kejayaan Islam. Allahlah tempat memohon pertolongan.
Ikhwanul Muslimin sejak awal da'wahnya sudah menyadari pentingnya hubungan di
antara intelektual-intelektual muslim. Ia telah berbuat untuk mencapainya sehingga
alhamdulillah memiliki banyak orang di berbagai negara yang menaruh simpati terhadap
pemikirannya dan mendukung da'wahnya. Salah seorang dari saudara kita dari tokoh
terpandang di Beirut, Tuan Anis Afandi asy-Syekh, telah mengusulkan agar kita
melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Tuan Rasyid Ridho, yaitu mengumpulkan data
para intelektual muslim yang memiliki kedudukan di dunia Islam. Kemudian kami
menghubungi mereka dan menulis tentang mereka dalam media kita agar masing-masing
dari mereka saling mengenal. Sekarang kita memanfaatkan kesempatan ini. Kita arahkan
harapan seperti yang telah diimpikan oleh pendiri Al-Manar sebelumnya kepada orang
yang mendapatkan dalam dirinya keinginan untuk mereformasi secara Islami, kepada tokoh-
tokoh umat Islam yang siap untuk bekerja. Diharapkan mereka menulis kepada kami
tentang bidang-bidang yang mereka inginkan dan akan mereka kerjakan. Terlebih lagi
kalau sudi kiranya menyertakan juga kiriman foto pribadi. Kami akan memberikan satu
halaman khusus dalam Al-Manar untuk menyebarkan data-data maupun foto-foto ini
yang kami namai dengan "Rubrik Perkenalan" antara aktivis-aktivis da'wah kepada
Islam. Kalau biodata tadi sudah terkumpul kita pikirkan cara yang ideal untuk saling tukar
pikiran dan pendapat.
Sejak awal da'wahnya, Ikhwan sudah menyadari akan kepribadian maknawi yang
dimiliki oleh Al-Azhar. Ia memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses reformasi
Islam. Kalau diarahkan kepadanya pastilah mereka akan menganggap diri mereka sebagai
pendorong bagi tugas-tugasnya. Ikatan yang kuat antara mereka dengan para syekh dan
mahasiswa Al-Azhar akan semakin mantap. Di antara para syekh dan mahasiswa yang mulia
tersebut terdapat kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran da'wah
Ikhwan dan membantu pemikirannya yang pada dasarnya adalah cita-cita setiap orang
Islam yang komit dan kewajiban setiap orang mukmin yang berakal.
Kita berharap semoga mendapatkan nasib yang lebih baik daripada pendiri Al-
Manar r.a. dalam kebaikan berinteraksi dengan para pesertanya. Sebesar apa pun modal
da'wah, tetap sedikit kalau dilihat dari berbagai segi aktivitasnya atau berbagai macam
kerjanya. Ketahuilah hakikat ini. Maka, mereka akan mendapatkan apa yang telah
diinfakkan di jalan ini di mata Allah berupa kebaikan dan pahala yang sangat besar.
Al-Manar Insya Allah akan kembali ke medan jihad. Menolong kebenaran di setiap
tempat, serta melawan kebatilan dengan dalil dan bukti. Syiarnya adalah da'wah
kepada Islam, mempertahankannya, menyatukan kalimat umat Islam, serta bekerja untuk
reformasi Islam dalam semua bidang baik ruhiah, pemikiran, politik maupun sipil. Al-
Manar memiliki musuh dan teman sebagaimana halnya seruan reformasi yang lain. Kita
mengharapkan dari para simpatisan agar mendapatkan jalan baru Al-Manar yang
menguatkan rasa simpati dan ikatannya. Adapun musuh-musuhnya, apabila permusuhan
mereka atas kebenaran dan dengan kebenaran, maka kami akan selalu siap untuk saling
mengerti dengan berdasarkan kepada kitab Allah dan petunjuk Rasulullah saw. serta
bekerja untuk kepentingan agama yang hanif dan toleran ini.
Syekh Rasyid Ridho bukanlah orang maksum yang tidak boleh salah. Ia adalah
manusia biasa. Bisa salah dan bisa benar. Kita juga tidak mengklaim bahwa diri kita
maksum. Kita pun demikian pula. Dari setiap orang kita ambil dan kita tinggalkan
perkataannya kecuali al-Maksum saw.. Kita tidak ingin mengetahui kebenaran melalui
orang-orangnya. Tetapi, kami ingin mengukur orang-orang dengan kebenaran. Apabila
ini adalah pendapat kita semua, dan selama syiar kita adalah mengembalikan
perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang diperintahkan kepada kita,
maka kita telah mengambil petunjuk dan sampai kepada hakikat dengan saling mencintai.
Permusuhan itu telah hilang dan kebatilan telah kalah dan hancur.
Berdasarkan kepada kaidah ini kami mengajak kepada umat dan lembaga-lembaga
Islam semuanya agar saling bekerja sama bersama kami. Kita memohon kepada Allah agar
memperlihatkan kebenaran itu sebuah kebenaran dan memberikan kekuatan untuk
mengikutinya. Juga semoga memperlihatkan kebatilan itu sebuah kebatilan serta
memberikan kekuatan untuk menjauhinya. Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-
baiknya wakil.

B. SIKAP POLITIK DUNIA ISLAM KONTEMPORER


1. Kewajiban Para Penguasa dan Pemerintahan Umat Islam
Ketika perang dunia berkecamuk, dunia Islam yang semuanya di bawah bendera Turki
berlindung di bawah lindungan Khilafah Usmaniyah kecuali beberapa bagian yang
dipecah oleh ketamakan politik Barat sejak sebelum itu.
Mesir menjadi wilayah jajahan Inggris. Setelah diumumkan perang, Mesir menjadi
negara prototipe. Negara-negara Arab terjun ke medan pertempuran mendukung
kekuatan sekutu karena percaya akan janji-janji mereka atau karena tipuan-tipuan manis
yang diberikan kepada bangsa Arab.
Kita tidak sedang mencela, menghina, atau menentukan siapa yang bertanggung
jawab atas kesalahan atau kebenaran dalam masalah ini. Semuanya itu sudah
berlalu dengan apa yang pernah terjadi. Sikap-sikap para tokoh atau bangsa pada waktu
itu sekarang sudah menjadi sejarah baik dipuji maupun dicela.
Perang telah meletus. Celakalah bagi yang kalah. Turki tidak mampu menguasai
urusan-urusannya sehingga hak kedaulatan atas wilayah-wilayah yang berada di bawah
kekuasaannya dirampas. Di sini bangsa-bangsa muslim mulai bangkit, berjihad, berjuang,
berperang, dan menuntut haknya untuk dapat hidup secara perkasa, bebas, dan mulia.
Beberapa revolusi pun bermunculan. Musthafa Kamal melakukan revolusi
terhadap tanah Anatolia dan berakhir dengan berdirinya negara Turki modern. Semoga
Allah memberi petunjuk. Lalu pecah revolusi Mesir di lembah Sungai Nil dan berakhir
dengan perjanjian Agustus 1936 yang berhasil menciptakan sebagian kecil sekali dari
cita-cita Mesir. Sampai sekarang Mesir masih terus berjuang untuk menyempurnakan
sisanya. Revolusi lainnya terjadi di Irak dan berakhir dengan perjanjian Irak-Inggris yang
berhasil mencapai sebagian cita-cita Irak. Kemudian Irak mampu untuk mencapai apa
yang tersisa dengan cepat.
Raja Abdul Aziz al-Suud berhasil menguasai daerah Hejaz dan digabungkan
dengan Nejed kemudian membentuk kerajaan Arab Saudi.
Sedangkan, Suriah berjuang dan bergejolak sehingga hampir berhasil mencapai
kepada persetujuan dengan Perancis sebagaimana yang terjadi di Mesir dan Irak.
Akan tetapi, Perancis mengingkari yang telah ditandatanganinya sendiri.
Perancis membalikkan punggung tanpa rasa malu. Kondisinya sampai sekarang tetap
seperti itu.
Permasalahan Palestina semakin rumit. Berbagai revolusi pecah silih berganti.
Janji emas Yahudi maupun tipu daya Inggris tidak mampu membohongi rakyat
Palestina yang marah. Tidak mampu memalingkan mereka dari tujuan-tujuannya
yang benar atau dari tuntutan meminta kemerdekaan secara sempurna di tanah
nenek moyang yang dialiri oleh darah suci para sahabat sehingga melahirkan generasi
yang baik itu.
Sementara itu, Tripoli terus memberontak melawan kezaliman penguasa Italia
yang berhasil menangkap seorang pejuang mukmin Umar al-Mukhtar, mencekik leher
para mujahid, membunuh, dan membuang siapa saja. Semua itu berakhir dengan
dikeluarkannya pernyataan dari Italia dengan memberikan kewarganegaraan Italia
kepada Tripoli dan ditopang dengan gelombang migrasi Italia dengan mencampur
warna hijau dengan kuning.
Revolusi juga meletus di beberapa negara yang melawan kezaliman dan ketidak
adilan. Di antaranya revolusi di daerah Maroko di bawah pimpinan Pangeran
Muhammad bin Abdul Karim. Semua berakhir dengan menguatkan tekanan terhadap
tenggorokan orang-orang yang merdeka dan berjuang.
Ini adalah gambaran ringkas tentang sikap dunia Islam baik terhadap diri mereka
sendiri ataupun terhadap umat lain yang menzalimi, ikut campur tangan, memaksakan
kehendak dan merampas hak-hak mereka hingga sekarang.
Perimbangan kekuatan di Eropa bergoyang. Berbagai kejadian berjalan dengan cepat
mengejar detik jarum jam. Bermacam-macam pemikiran, pendapat, sikap, dan arah
telah berubah. Bencana ini menghasilkan dua kubu yang sangat kuat di Eropa yaitu
kubu tengah meliputi Jerman, Italia, dan negara-negara kecil yang mengikutinya
termasuk juga Jepang di Timur dan kubu negara-negara demokrasi yaitu Inggris, Perancis
dan negara-negara yang mengikutinya, di antaranya Amerika di benua baru.
Masing-masing kubu melancarkan serangan propaganda, tulisan, mata-mata, dan emosi
dengan sangat gencar. Setiap kubu mendekati dunia Islam dan dunia Arab agar menjadi
pendukungnya. Inilah yang menjadi faktor penguat bagi salah satu timbangan di atas
yang lain minimal di Asia dan Afrika. Kalau di kedua benua tersebut salah satu lebih
kuat, maka demikian juga di Eropa.
Berbagai kejadian dan kondisi baik masa lalu maupun sekarang telah membuat
negara-negara Islam bagian Timur harus bersinggungan dengan negara-negara
demokrasi. Menjadi pendukung dan menghubungkan masa depannya dengan masa
depan negara-negara tersebut. Kondisi seperti ini ditambah lagi dengan sikap
permusuhan antara kedua kubu di Eropa, membuat negara-negara demokrasi
mempercepat langkah untuk mendekati negara-negara Arab dan umat Islam. Mereka
berusaha memenangkannya secara final bahkan harus menutup pintu ke arah tersebut
bagi yang lain. Hal ini berada dalam kemampuannya dan tidak perlu harus bersusah-payah
bahkan tidak perlu kecuali untuk menyatakan kebenaran dan memberikannya kepada yang
berhak atau menyatakan kebatilan serta melawan orang-orang yang menjerumuskan
kepada kebatilan tersebut. Apakah ini dilakukan?
Sungguh mengherankan. Kedua negara demokrasi yaitu Inggris dan Perancis
melakukan kebalikan dari itu semua. Mereka seakan-akan menantang perasaan bangsa
Arab dan orang-orang Islam di seluruh penjuru dunia. Perancis telah melakukan kejahatan
kepada Suriah dengan sangat keji dengan memisahkan al-Iskandariyah dan diberikan
kepada Turki meskipun mayoritas bangsa Arab melakukan berbagai macam protes dan
teriakan dengan sangat keras. Perancis melecehkan Suriah untuk kedua kali dengan
mengubah perjanjian yang disepakati bahkan melakukan pemaksaan dalam urusan
dalam negeri sehingga mengakibatkan hancurnya departemen beberapa kali karena
tidak mampu melaksanakan tugas pemerintahan. Keadaan ini memaksa kepala negara
untuk mengundurkan diri.
Berikut ini teks pengunduran diri yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Suriah.
"Kepada Ketua Dewan Perwakilan Suriah yang Mulia. Dewan saudara ketua
yang mulia ini telah memberikan kepercayaan kepada saya dan memilih saya,
dalam sidang yang diadakan pertama kali, sebagai kepala negara berdasarkan
perjanjian dan hubungan antara Perancis dan Suriah sesuai dengan kaidah-kaidah
koalisi dan kasih sayang. Hal itu karena kesadaran dari umat ini akan tujuan
mulia yang ingin dicapai yaitu kemerdekaan dan kedaulatan yang kuat.
Pemerintahan di Suriah telah silih berganti dan telah berusaha dengan
sekuat tenaga untuk menyelenggarakan perjanjian yang pasti dan deklarasi
yang diadakan dengan penuh rasa percaya diri bahwa perjanjian ini
mengandung satu-satunya rancangan yang menguatkan dan menaikkan segi
tanah air Suriah sebagaimana juga menguatkan hubungan antara Suriah dan
Perancis. Sehingga, hubungan antara keduanya diwarnai dengan suasana yang
bersih dan ikhlas serta agar negara ini menjadi kuat dalam menghadapi
kejadian dan menahan ketamakan.
Akan tetapi, semua usaha yang dikerahkan tidak membawa hasil meskipun
adanyajanji janji yang secara resmi dikeluarkan oleh tokoh-tokoh dari
kementerian secara silih berganti di Perancis sejak tahun 1936 hingga
sekarang. Harapan-harapan yang mengarahkan kita kepada siasat kerja sama
dan saling membantu itu hilang begitu saja. Kita akan kembali pada caracara
lama, dan eksperimen baru bertentangan dengan apa yang telah kita sepakati,
sedangkan kita masuk ke dalam pemerintahan berdasarkan kepadanya. Namun
demikian, kejadian-kejadian yang telah lampau dan tanda-tanda yang ada
sekarang ini sangat jelas bahwa rencana-rencana yang akan diikuti dan
dilaksanakan ini akan membawa kepada berbagai masalah dan perbedaan di
samping akan melemahkan eksistensi negara ini, melemahkan kekuatannya, don
mengancam kemerdekaannya.
Oleh karena itu, saya melihat tidak ada jalan lain kecuali mengundurkan
diri dari jabatan yang dipercayakan kepada saya sampai sekarang untuk
melaksanakan don mengemban amanatnya. Soya berharap semoga pada hari-
hari mendatang akan ada yang mengurangi kepedihan dan kesulitan ini serta
mencapai apa yang diharapkan yaitu kemuliaan dan kejayaan."
Pengunduran diri ini diajukan ke Dewan dan disetujui. Para menteri diundang
untuk bersidang. Sidang ini memutuskan untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan. Akan tetapi, utusan dari atas menentang hal ini dan mengeluarkan
keputusan campur tangan pihak Perancis dengan segera, perubahan UUD,
perubahan kabinet dan membuat Dewan yang memegang kekuasaan atas nama
Perancis.
Berikut ini teks keputusan tersebut.
"Pengunduran diri dewan kabinet dan kepala negara di Suriah telah
mengakibatkan kekosongan penuh dalam lembaga eksekutif sehingga campur
tangan dari negara yang memberi mandat secara cepat tidak dapat
dihindarkan lagi. Dalam hal ini negara pemberi mandat merasa perlu untuk
memberhentikan berlakunya UUD yang berhubungan dengan lembaga eksekutif
dan legislatif serta perlu melihat dalam sistem temporer yang dapat mengatur
negara secara sistematis sebagaimana biasanya".
Berdasarkan hal ini, utusan tersebut melimpahkan lembaga eksekutif meskipun
tetap dalam pengawasan kepada dewan yang terdiri dari para direktur yang berasal
dari berbagai lembaga-lembaga negara di bawah pimpinan direktur kementerian dalam
negeri. Dibentuk juga dtwam direksi sesuai dengan keputusan utusan itu. Dia berhak
membu,it keputusan-keputusan untuk menentukan para pegawai kerajaan. Dia
berhak, berdasarkan pendapat dewan, untuk mengeluarkan keputusan-keputusan yang
memiliki kekuatan hukum terutama dalam masalah yang berhubungan dengan anggaran
negara. Keputusan-keputusan legislatif dikeluarkan dan dapat dijalankan berdasarkan
persetujuan utusan tersebut.
Ini adalah sikap Perancis terhadap Suriah. Adapun sikapnya terhadap tanah-tanah
jajahan muslim lainnya adalah kekejaman, kezaliman, pengasingan orang-orang
bebas, dan penyiksaan terhadap penduduk. Misalnya, para pemuda Maroko di
antaranya Muhammad Abdul Karim yang masih berada di tempat pembuangan atau
penjara yang sangat jauh.
Sedangkan, Inggris tetap berwarna seperti bunglon dalam menyelesaikan
kasus Palestina. Akhir dari tipuan dan usahanya adalah dikeluarkannya buku putih yang
tidak disetujui oleh seorang pun dari umat Islam sampai-sampai tidak ada satu
pemerintahan pun yang bersedia melibatkan diri dalam mencari jalan tengah bagi Arab
Palestina yang terpaksa menerimanya.
Tidak cukup sampai di sini, pasukan Inggris telah menyerang Yaman dan
menduduki tanah Yaman secara keseluruhan seperti daerah Syibuh sebagai wilayah
yang diklaim sebagaimana yang diberitakan oleh siaran radio bahwa Yaman termasuk
wilayah Aden yang diduduki. Hal ini membuat Yang Mulia Imam Yahya mengajukan
protes dengan keras kepada Raja Inggris.
Berikut ini teksnya.
"Dari Raja Yaman al-Imam Yahya kepada Yang Mulia Raja Imperium George VI
Yang Besar di London. Setelah menyampaikan dan menekankan keikhlasan serta
kebesaran bagi Yang Mulia, Saya menyampaikan kepada Yang Mulia protes
keras saya terhadap siaran radio London atas nama siaran resmi pemerintah yang
mengklaim bahwa daerah Syibuh dan sekitarnya termasuk dalam wilayah Aden yang
diduduki berdasarkan kepada perjanjian tahun 1940. (Demikian dari asal cable).
Saya pernah menyampaikan kepada Yang Mulia tentang daerah Syibuh dan
sekitarnya bahwa tidak ada satu orang pun yang berhak atas tanah tersebut
dalam waktu kapan saja, baik sebelum don sesudahnya. Saya berharap dari
keadilan Yang Mulia permohonan surat-surat intelijen tentang masalah Aden ini
agar dibuka pada kejadian-kejadian apa yang pernah terjadi tentang hat ini antara
Aden dan Yaman. Klaim tentang Aden dengan Syibuh dan sekitarnya adalah
bertentangan dengan realita dan tidak ada buktinya. Pemerintahan Saya
terpaksa mengajukan protes ini karena Yaman tidak dapat hanya berdiam
diri melihat perbuatan yang mengingkari kebenaran dan bertentangan dengan rasa
persaudaraan dengan segala maknanya.
Sebagaimana diketahui oleh Yang Mulia bahwa Syibuh dan sekitarnya adalah
tanah Yaman sejak diciptakan bumi ini sampai sekarang. Kekuasaan Yaman masih
berlangsung dan ia tidak akan pernah walaupun satu hari pisah dari tanah
induknya, yaitu Yaman. Setiap keputusan yang tidak legal tentang masalah ini
akan kami tolak dengan tegas. Yaman tidak pernah berjanji kepada suatu
negara atau orang akan menyerahkan hak dan pemilikannya. Apakah mungkin,
wahai Yang Mulia, menjual atau menghadiahkan semua tanah atau pertanian
dari orang yang tidak berhak mendayagunakan tanah tersebut? Sebagaimana
diketahui bahwa para penguasa Usmaniyah ataupun yang lain tidak pernah
memasuki tanah Syibuh dan sekitarnya dan tidak melakukan apa-apa di tempat
ini. Apakah masuk akal menuntut hadiah yang diberikan oleh pemiliknya?
Sebagaimana diketahui juga bahwa kakek kami al-Imam al-Hady yang
telah memakmurkan benteng-benteng di sana sejak ribuan tahun dan bahwa
moyang kami al-Imam telah menempati daerah Syibuh. Kami telah berantai di
Syibuh. Penduduknya berhubungan dengan pemerintahan kami beserta sejumlah
saudara-saudara mereka yaitu keturunan Bani jabir.
Pada tahun 1914 dimulai perang dunia. Inggris, perang melawan pasukan
Usmaniyah. Negara Usmaniyah sudah tidak ada lagi di dunia. Kekuasaan Turki
sekarang ini tidak sampai tanah Yaman dan tidak pernah berbuat untuk Yaman.
Apakah mungkin, wahai Yang Mulia, undang-undang legal dan sipil internasional
membolehkan perampasan atau pemerkosaan terhadap sebuah negara merdeka?
Apakah dapat seorang warga Yaman merelakan penyerahan tanah kakek moyang
mereka yang selalu dijaga sampai sekarang dengan darah dan tenaga mereka?
Maka, Saya mohon dari keadilan Anda, wahai Yang Mulia, agar melihat kepada
urusan ini dengan mata keadilan. Sebagaimana diketahui bahwa singgasana Yang
Mulia yang tinggi dan pernerintahan Yang Mulia yang besar telah mengadakan
dan meminta secara suka rela perjanjian persahabatan dan persaudaraan bersama
Yaman.
Pasal III dari perjanjian ini menyatakan tidak boleh mengubah keadaan
antara Aden dan Yaman kecuali dengan kesepakatan, kerelaan, dan persetujuan
dari kedua belah pihak melalui jalan damai. Keadaan seperti sekarang dihitung sejak
diadakan perjanjian ini agar tetap berjalan. Apakah, wahai Yang Mulia, keadilan Yang
Mulia akan rela dan apakah undang-undang internasional, hak-hak politik serta
kemanusiaan akan rela setelah perjanjian dan penjelasan-penjelasan damai seperti yang
disebutkan dan setelah berjalan selama enam tahun dari penandatanganan, apakah
rela terhadap tindakan pelanggaran terhadap tanah dan hak-hak asasi kami. Apakah
Yang Mulia dapat menyetujui terhadap pelanggaran dan tindakan yang melampui
batas ini?
Saya, dengan segenap rasa penghormatan dan pengagungan Saya terhadap Yang
Mulia yang agung, dan dengan segenap penghormatan Saya terhadap pemerintahan
Yang Mulia yang besar dan rakyat Yang Mulia yang bijaksana sekaligus mulia, Saya
mengharapkan dari Yang Mulia agar merealisasikan dan meneliti perlakuan ini
serta mengeluarkan perintah-perintah Yang Mulia yang adil kepada orang yang harus
menghormati hak-hak kami dan bangsa kami dengan tidak melukai hati umat kami dan
dengan tidak menghinakan sahabat-sahabat Yang Mulia dari penduduk Yaman yang
mereka senantiasa konsisten dan tetap setia menjadi sahabat Yang Mulia. Juga tanpa
pengurangan terhadap hak-hak negara kami karena tidak ada rasa permusuhan di
antara dua negara yang saling membantu, mencintai, dan berjanji. Insya Allah.
Diharapkan, wahai Yang Mulia, untuk menerima perasaan niat baik,
persahabatan, dan penghormatan Saya dengan keikhlasan yang tinggi.

Tanggal 29 Juni 1939 M."

Apakah dengan tindakan provokasi seperti ini negara-negara demokrasi


tersebut bermaksud mendapatkan persahabatan dari umat Islam dan bangsa Arab. Sikap
seperti ini justru menuntut dunia Islam untuk lebih memperhatikan bahwa kesempatan
itu tersedia di depan mata umat Islam dan bangsa Arab kalau mereka mau
memanfaatkannya.
Yang mulia para pemimpin (raja) umat Islam, khususnya Raja Faruk, Raja Abdul
Aziz al-Suud, Pangeran Abdullah putra mahkota Irak, dan Yang Mulia al-Imam Yahya
Hamiduddin, adalah tempat berharap untuk menolong rakyat mereka dalam
kondisi seperti ini. Allah akan meminta pertanggungjawaban dari mereka
terhadap apa yang mereka kuasai, karena setiap penguasa bertanggung jawab terhadap
rakyatnya.
Di antara kewajiban pemerintah muslim adalah menyepakati terhadap
rencana tegas yang menyatakan kepada Inggris dan Perancis dalam sebuah sidang
dan secara tegas agar mengadakan perjanjian dengan Suriah seperti perjanjian Irak. Di
antara Inggris dan Palestina harus ada perjanjian yang membebaskan tanah yang suci
ini dan tetap menjadi bagian dari tanah Arab yang muslim serta menjamin kemerdekaan
negara-negara Islam sekarang ini dengan tidak melakukan tindakan pelanggaran
terhadap bagian dari wilayahnya.
Di antara Perancis dengan Tunisia dan Maroko harus ada perjanjian politik yang
menjamin bagi bangsa-bangsa muslim ini agar dapat sampai kepada kemerdekaan dan
kebebasannya. Kalau pemerintahan-pemerintahan demokrasi tadi setuju dengan rencana
ini, maka itu bagus sekali bagi mereka dan bagi manusia semuanya. Kalau mereka
menolak dan tetap keras kepala dengan sikap yang zalim ini, maka umat Islam harus
berbuat untuk diri mereka sendiri. Biarkanlah apa'yang telah berlalu.
Irak dan Hejaz sudah mulai berbuat. Telah diadakan perundingan-perundingan
antara pemerintah Al-Hasyimiah dan pemerintah Saudi. Menurut perkiraan,
perundingan-perundingan tersebut membicarakan masalah-masalah yang strategis
bagi kekuasaan Islam. Akan tetapi, semua itu tidak cukup. Kita menginginkan agar
suara ini terjadi secara ijma' (sepakat) dari seluruh pemerintah muslim atau
minimal sebagian besar dari mereka. Langkah-langkahnya harus jelas dan terang,
demikian juga dengan sarana-sarananya harus jelas dan tegas.
Semoga Allah memberikan taufik kepada bangsa Arab dan umat Islam terhadap
apa yang menyimpan kebaikan dan kebahagiaan mereka.

2. Sikap Politik Dunia Islam


Perang mulut di antara negara-negara Eropa yang bertikai telah berhenti. Situasi
internasional di Eropa sudah berubah. Kesepakatan antara Inggris dan Perancis di
satu pihak dengan Rusia di pihak lain telah mengalami kegagalan dan digantikan
dengan kesepakatan Rusia-Jerman. Kejutan yang tidak diperkirakan dan membuat
dunia menjadi terheran-heran adalah adanya kesepakatan antara Hitler – pemrakarsa
perlawanan terhadap komunisme Rusia dan sampai kepada sikap permusuhan dan
kebencian-dengan para pemimpin komunisme ini yang telah menandingi dan
mengalahkan Eropa. Akan tetapi, masyarakat di Eropa tidak mengenal kecuali
kepentingan materi dan segera melupakan dasar-dasar, akidah-akidah, dan pemikiran-
pemikiran betapa pun mulianya. Hal ini diikuti dengan keinginan Jerman yang maju
menyerang Polandia dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Inggris dan Perancis
menjawab tantangan ini dengan mengumumkan perang dengan Jerman dan mengirim
pasukan ke medan barat dihubungkan di depan garis Seijfreid Jerman.
Kejutan yang lain adalah majunya pasukan Rusia melewati bagian berseberangan
dengan tanah Polandia. Dengan demikian, pasukan Jerman dan Rusia telah menghabisi
kemerdekaan Polandia dan membagi tanahnya menjadi dua di antara mereka.
Pemerintah Polandia terpaksa lari dan dibentuk kembali di Paris. Terlepas dari
perselisihan antara Rusia dan Jerman tentang garis batas. Tetapi, kenyataan yang terjadi
adalah bahwa Polandia telah dibagi lagi antara Rusia dan Jerman.
Hal yang ingin saya sampaikan kepada bangsa-bangsa muslim adalah bahwa di
Polandia ini terdapat sekitar enam puluh ribu umat Islam, sebagian besar dari mereka
tinggal di daerah Feline Nujerdik. Mereka telah menetap di Polandia sejak abad 15 H.
Pemerintah Polandia pada waktu itu memberi izin kepada mereka untuk melaksanakan
syiar-syiar agama dengan penuh kebebasan. Mereka sangat ikhlas dengan
pemerintah mereka. Ikut berperang bersama barisan-barisan mereka. Ikut
terlibat menjadi komandan-komandan militer dan mereka terkenal sebagai
pemberani dan ikut maju – sebagaimana seorang mujahid muslim-dalam perang
terakhir serta mempertahankan kota-kota yang dianggap sebagai pusat Islam di
Polandia. Di sana juga tempat tinggal mufti (pemberi fatwa) yaitu DR. H. Ya'kub
Sulaiman Syinkivich.
Sekarang, daerah ini sudah berada di bawah pemerintahan Bolshevism Rusia. Apakah
Pemerintah Rusia akan membiarkan umat Islam bebas melaksanakan syiar-syiar
agama dan kebebasan mereka sebagaimana pada zaman pemerintahan Polandia?
Ataukah, mereka akan berbuat dengan cara Bolshevism dengan memerangi akidah
mereka, menghancurkan sisa-sisa mesjid dan tempat-tempat ibadah sebagaimana yang
dilakukan sebelumnya pada saat Rusia dan Jerman membagi Polandia pada akhir abad ke
18 M?
Menjadi kewajiban pemerintah muslim khususnya Pemerintah Turki yang
memiliki hubungan dengan Rusia di samping juga pemerintah muslim yang paling
dekat dengan Polandia untuk mencermati hal ini, dan berbuat untuk melindungi etnis
muslim yang sangat komitmen terhadap agamanya. Tidak tahu apakah Turki
bersedia memenuhi panggilan ini ataukah menganggap hal ini sebagai urusan agama
Islam an sich yang bertentangan dengan apa yang dipilih untuk dirinya sendiri
sebagai negara "la diniah" atau atheisme?
Ekspansi ke Polandia menyebabkan rasa khawatir pada negara-negara Balkan di
samping juga sikap Turki yang bingung di antara dua kubu yang berseteru, yaitu kubu
Moskwa dan Berlin di satu pihak dengan kubu Perancis dan Inggris pada pihak lain. Italia
bersikap diam menunggu dan ticlak mengambil sikap yang jelas dalam masalah ini.
Demikian juga dengan Jepang yang hanya mengikuti semua peristiwa ini dengan sikap
menunggu. Amerika telah menyatakan protes terhadap sikap Jerman dan tidak mengakui
terhadap kejadian di Polandia serta menganggap Pemerintah Polandia yang berdiri di
Perancis sebagai pemerintah yang sah. Muncul suara-suara yang menuntut penyelesaian
damai, meletakkan senjata, dan bersepakat kepada jalan yang membuat dunia istirahat
dari derita perang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan ajakan ini dan sejauh
mana kesuksesan yang akan dicapai meskipun menurut perkiraan yang kuat bahwa
hati yang haus dan suclah dipenuhi dengan sifat tamak dan nafsu serakah ini tidak akan
senang kecuali dengan cucuran darah yang muncrat dari manusia yang disembelih.
Ini adalah sikap dunia internasional secara umum. Kemudian bagaimanakah
sikap dunia Islam? Sebagaimana yang telah dijelaskan di muka bahwa dunia Islam
dibentuk oleh situasi dan kondisi menjadi harus berhubungan erat dengan negara-
negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi yaitu Perancis dan Inggris.
Kepentingan negara-negara ini saling bercampur aduk antara satu dan yang lain.
Pemerintahan dan bangsa muslim ini telah membuktikan bahwa diri mereka telah
memenuhi tuntutan dari kepentingan ini dengan mempertimbangkan sikap secara
sempurna, bersih dari unsur main-main, serta tipuan eksploitasi yang tidak sesuai dengan
kehormatan internasional dan ketulusan yang mulia. Pemerintahan yang telah berjanji
dengan Inggris, seperti Mesir dan Irak, telah melaksanakan janji mereka dengan penuh
ikhlas.
Namun demikian, sampai sekarang negara-negara demokrasi tersebut tidak pernah
memberikan satu bukti pun sebagai penghormatan terhadap sikap yang mulia dari
bangsa-bangsa muslim ini. Mereka hanya mengucapkan kata-kata pujian dan sanjungan
dalam pidato maupun tulisan yang banyak faedahnya. Kasus Suriah bagian Selatan
(Palestina) tetap seperti itu. Dan kekuatan yang dikuasai Imam al-Banna. Ia berkata
kepada mereka, "Pengikut Allah tidak dikomandoi oleh satu tangan pun, sebab
mereka adalah hanya demi Allah semata."
Sebagian lagi berusaha menjadikan Imam al-Banna masuk dalam kelompok
mereka. Namun, tidak semudah itu menguasai Imam al-Banna hingga mereka pun
gagal. Sebab, sosok Imam al-Banna selain kuat memegang prinsip, juga selalu hati-
hati memilih kawan yang akan menjadi teman perjuangannya.
Imam al-Banna tidak berkonfrontasi kecuali dengan pihak yang menghalangi
laju da'wah. Namun, ia pun selalu menutup-nutupi rivalnya sepanjang belum
terbongkar permusuhannya terhadap da'wah. Ia tidak pernah memboikot suatu
perjanjian yang tidak berpengeruh negatif kepada da'wah. Kekuatan semuanya ia simpan
untuk membela Tanah Air dan selalu menghindari diri dan kekuatan yang dimilikinya
untuk menjadi pemicu konflik intern dalam negeri. Sebagian orang mengira sikap
demikian sebagai suatu kelemahan, ketidakberdayaan, atau minimalisasi prinsip.
Padahal, tidak demikian. Sebab, sosok Imam al-Banna dengan sendirinya tidak
senang terhadap konflik peperangan sampingan, juga tidak menerima pemecahan
kekuatannya. Ia hanya meyakini suatu peningkatan dan perpindahan dari satu marhalah
ke marhalah lainnya, dari satu putaran ke putaran selanjutnya dengan tetap konsisten
berdiri di atas kematangan dan integralitas. Taktik ini sangat mengganggu lawan Imam
al-Banna yang tidak menapaki proses politik di atas ambisi pribadi, tujuan-tujuan
indvidu, atau kepentingan sesaat. Dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia berhasil
menghadapi dan melalui semua krisis.
Selain itu, ia juga sangat moderat. Ia hidup dengan gaji yang tidak lebih dari gaji
seorang guru yang sangat terbatas. Padahal, ia memegang harta melimpah amanah dari
pengikutnya. Padahal, gaji para pekerja yang membantunya berlipat ganda dari gaji yang
diterima Imam al-Banna.
Pernyataan dari mufti besar yang berupa sanjungan terhadap Perancis maupun
surat kepada pemerintah Inggris tidak memiliki pengaruh apa-apa. Demikian pula
pernyataan dari kaum mujahidin bahwa mereka tidak akan menyerang Inggris dari
belakang dan tidak akan memanfaatkan kesibukan mereka dalam perang di Eropa dengan
mengadakan kesepakatan atau mendekati musuh-musuh mereka. Balasan minimal yang
paling sesuai untuk menghormati sikap seperti ini adalah memerintahkan kepada
Pemerintah Inggris sekarang juga untuk melepaskan para tahanan, mengizinkan
mereka yang terusir untuk kembali, memberikan ampunan menyeluruh kepada para
tahanan, dan meninjau kembali kebijaksanaan mereka terhadap hak-hak bangsa Arab
yang sudah jelas.
Keadaan di Suriah bagian Utara tetap seperti sebelumnya. Tidak ada tindakan
dari Perancis meskipun sekadar janji bahwa ia akan kembali kepada kesadaran dan
keadilan. Bahkan, para tokoh-tokoh negara ini justru dihukum dengan hukuman yang
sangat kejam dan keras yang harus diterima secara suka sela dan tenang.
Suriah Tengah (Lebanon) telah mengalami perubahan sistem pemerintahan
secara mendasar walaupun sampai pada suatu ketika seperti yang dikatakan oleh utusan
Perancis. UUD diberhentikan dan diberlakukan hukum asing baik secara langsung
maupun mendekati.
Menjadi kewajiban negara-negara demokrasi untuk memanfaatkan kesempatan ini,
segera mengubah kebijaksanaannya terhadap wilayah kandung ini khususnya Perancis
yang menyaksikan bahwa darah yang pertama kali mengalir di tanahnya karena
mempertahankan perbatasan di depan garis Majino adalah darah umat Islam Arab dari
Maroko, Aljazair, dan Senegal.
Bangsa-bangsa muslim terbagi menjadi dua.
Pertama, mereka yang berada di bawah pemerintahan asing secara langsung. Mereka
ini tidak dapat menguasai urusan mereka sendiri, bahkan tidak dapat menentukan jalan
mereka sendiri. Mereka berada di bawah rahmat takdir. Semoga Allah
memperbaikinya dengan kelembutan dan karunianya.
Kedua, mereka yang sudah merdeka dengan sedikit kebebasan. Menjadi kewajiban
mereka, baik pemerintah maupun rakyat, agar senantiasa sadar waspada terhadap
berbagai kejadian dan kejutan. Tidak perlu terlibat dalam permainan maupun
permusuhan yang sebenarnya tidak perlu terjadi dan tidak membawa manfaat. Juga
agar selalu komitmen dengan garis perbatasan yang sudah ditentukan oleh
berbagai kesepakatan. Mereka harus memanfaatkan kesempatan ini untuk
mempersiapkan dan memperkuat diri sehingga dapat dimanfaatkan pada
masa-masa mendatang, menjaga eksistensi dan kemerdekaannya setelah perang
berakhir. Mereka harus tetap tenang dan yakin. Kalaulah kita tidak bisa mengambil
keuntungan dari perang ini, maka janganlah sampai kerugian kita lebih banyak
daripada kerugian orang lain. Perdamaian lebih baik bagi kita. Perang pun tidak
merugikan kita. Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal baik bagi kalian.

C. PROBLEMATIKA KAUM WANITA DI MESIR


Telah sampai kepada kami sebuah surat dari seorang penulis yang mulia. Melihat
pentingnya topik yang ditulis, maka tulisan tersebut akan kita sebarkan mulai edisi
mendatang. Insya Allah.
"Kepada yang terhormat
al-Ustadz al-Fadhil Pemimpin Redaksi Majalah Al-Manar.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Waba'du. Kami merasa bahagia demikian pula umat Islam karena Saudara telah
melanjutkan kembali penerbitan majalah Al-Manar setelah sempat berhenti karena
perintis majalah yaitu almarhum Tuan Muhammad Rasyid Ridho meninggal dunia.
Tidak diragukan bahwa umat Islam sangat membutuhkan majalah yang telah
berjuang dengan sangat besar dalam mempertahankan agama Allah dan telah
membersihkan wajahnya yang bersinar dari berbagai bid'ah, khurafat, khayalan,
berbagai macam kebodohan, tradisi, dan adat yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan agama ini. Penerbitan kembali oleh Saudara membuat kami
menunggu masa-masa kegemilangan majalah ini hadir kembali. Semoga Allah
membalas amal baik Saudara bagi Islam dan umatnya dengan balasan yang
baik.
Sekarang, Saya sampaikan kepada Saudara tentang masalah sosial yang
membahayakan bagi umat Islam yaitu hubungan antara laki-laki dan wanita.
Ketidaktahuan kedua belah pihak tentang hak dan kewajiban masing-masing telah
membawa kita kepada kekacauan yang hampir menghancurkan eksistensi
keluarga dan membawa negara kepada marabahaya yang merajalela. Siapa
yang tidak menangis dan sedih ketika menyaksikan kaum laki-laki
menghabiskan waktu luangnya di warung kopi (kafe), tempat-tempat mainan dan
maksiat. Mereka keluar dari rumah dan tidak kembali kecuali untuk tidur. Kaum
wanita telah merasa bebas memperlihatkan perhiasan-perhiasan mereka kepada
laki-laki asing. Tidak lagi memakai jilbab. Hilang rasa malu. Mereka lupa dengan
kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami, anak, dan rumah tangga. Penentu
suara di rumah dalam segala sesuatu menjadi hak mereka. Semua urusan menjadi
urusan mereka. Barangkali sebagian dari mereka, laki-laki dan wanita, dapat
dimengerti karena ketidaktahuan mereka terhadap agama mereka. Apalagi di
tengah-tengah masyarakat telah tersebar pendapat dan pemikiran yang datang
dari orang-orang kafir tentang hubungan antara laki-laki dan wanita yang tidak
dapat diterima baik oleh agama maupun oleh nalar yang benar. Saya mengajak
kepada Saudara atas nama agama untuk menjelaskan dengan rinci dan tidak
ditutup-tutupi tentang hak dan kewajiban setiap laki-laki dan wanita kepada
mereka pada edisi pertama penerbitan majalah Al-Manar. Dengan demikian,
Saudara dapat menempuh dua tujuan. Pertama, membuat batasan bagi orang-
orang kafir dari segi yang rumit ini dan menghentikan aliran propaganda
mereka yang hampir menghancurkan akhlak dan agama. Kedua:
Memberikan pengertian kepada orang-orang yang siap untuk menjadi baik
tentang kewajiban-kewajiban agama mereka serta menjelaskan alasan-alasan bagi
yang lain.
Masalah ini sangat bahaya. Siapa lagi yang lebih berhak selain Saudara padahal
Saudara telah memulai langkah da'wah kepada agama dengan menjelaskan
perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya tentang hubungan antara laki-laki dan
wanita. Orang-orang yang berpikir secara sehat telah meneriakkan kondisi ini
akan tetapi tidak ada yang menjawab. Darah sudah mengalir tapi tidak ada
dokter. Mudah-mudahan penjelasan ini dapat membantu pikiran dan hati
manusia untuk mencari jalan keluar bagi keengganan kaum muda untuk menikah.
Allah menunjukkan jalan yang lurus kepada orang-orang yang dikehendaki.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Ada tulisan dari seorang penulis budiman yang meminta kepada saya agar menulis
tentang wanita dan sikapnya terhadap laki-laki ataupun sikap laki-laki terhadap wanita.
Bagaimana pendapat Islam dalam masalah ini, sehingga dapat mendorong manusia agar
berpegang teguh kepada agama mereka ataupun melaksanakan hukumnya.
Saya tidak mengingkari pentingnya tulisan tentang topik ini, demikian pula pentingnya
peranan wanita dalam umat Islam. Wanita adalah setengah masyarakat. Bahkan, ia
setengah yang pengaruhnya dalam kehidupan sangat besar karena ia adalah madrasah
pertama yang membentuk orang dan mendidik kader. Masa depan dan arah umat ini
sangat bergantung kepada gambaran seorang anak yang diberikan oleh ibunya. Terlepas
dari itu semua, wanitalah yang bisa mempengaruhi kehidupan para pemuda dan laki-
laki.
Saya tidak mengingkari itu semua. Islam juga tidak mengabaikan masalah ini. Islam,
agama yang diturunkan sebagai petunjuk dan cahaya bagi manusia, telah mengatur semua
urusan kehidupan dengan sangat detail dan dengan hukum atau kaidah yang sangat bagus.
Islam tidak mengabaikan ini semua. Islam tidak membiarkan manusia menguasai urusan
ini dalam segala hal. Bahkan, Islam telah menjelaskannya dengan sangat jelas hingga
tidak perlu ada tambahan lagi.
Pada hakikatnya tidak penting kita mengetahui pendapat Islam tentang laki-laki dan
wanita, beserta hubungan dan kewajiban masing-masing dari keduanya. Hal ini sesuatu
yang sudah diketahui oleh hampir semua orang. Tetapi, yang penting adalah pertanyaan
apakah kita siap untuk mengikuti hukum Islam tersebut?
Kenyataannya bahwa negara ini ataupun negara-negara Islam yang lain diserbu oleh
gelombang cinta taklid Eropa dengan sangat keras dan tenggelam ke dalamnya sampai ke
dagu.
Ada sebagian orang yang tidak cukup dengan hanya tenggelam dalam taklid itu. Bahkan,
mereka berusaha untuk menipu diri mereka sendiri dengan cara memutarbalikkan hukum-
hukum Islam sesuai dengan hawa nafsu Barat dan sistem-sistem Eropa. Mereka
memanfaatkan toleransi dan sifat elastis dari agama ini dengan cara yang sangat buruk.
Sehingga, benar-benar telah keluar dari apa yang digambarkan oleh Islam dan menjadi
sistem lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan Islam. Mereka mengabaikan
sama sekali semangat perundang-undangan dan banyak teks-teks agama yang tidak
sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Pada hakikatnya ini adalah bahaya yang berlipat ganda. Mereka tidak cukup
dengan hanya mengingkari tapi mencari jalan keluar dengan hukum bagi
penyimpangannya. Mereka menghukumi dengan halal atau boleh sehingga mereka
tidak perlu bertobat atau melepaskannya pada suatu ketika.
Yang penting bagi kita adalah melihat kepada hukum Islam dengan pandangan
yang bebas dari hawa nafsu. Kita persiapkan diri kita untuk menerima perintah-
perintah dan larangan-larangan Allah, khususnya dalam urusan ini yang sangat
fundamental dan strategis bagi kebangkitan kita pada masa sekarang.
Berdasarkan hal ini tidak ada salahnya kita mengingatkan kepada manusia dengan apa
yang telah dan harus mereka ketahui tentang hukum-hukum Islam dalam masalah itu.
Pertama, Islam telah meninggikan nilai wanita dan menjadikannya sebagai partner
bagi laki-laki dalam hak dan kewajiban. Masalah ini sepertinya sudah selesai. Islam
telah menaikkan kedudukan wanita, meninggikan nilainya, serta menganggap saudara
dan partner bagi laki-laki dalam kehidupannya. Laki-laki bagian dari wanita dan wanita
bagian d a r i laki-laki, "Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain', Islam telah
mengakui hak-hak privasi bagi wanita secara sempurna, demikian pula dengan hak-hak
sipil dan politik. Islam memperlakukan wanita sebagai manusia sempurna yang
memiliki hak dan kewajiban. Kalau menunaikan kewajiban akan disyukuri dan harus
disampaikan hak-haknya. Al-Qur'an dan Hadits penuh dengan nash-nash yang
menekankan makna ini.
Kedua, perbedaan dalam hak antara laki-laki dan wanita berdasarkan kepada
perbedaan-perbedaan alami yang tidak dapat dihindarkan di antara keduanya, sesuai
dengan perbedaan tugas yang harus dilaksanakan serta dalam rangka menjaga hak-hak
masing-masing dari keduanya.
Ada yang mengatakan bahwa Islam telah membedakan antara laki-laki dan wanita
dalam banyak hal dan situasi serta tidak menyamakan antara keduanya secara sempurna.
Pendapat ini benar tapi hanya dari satu segi. Hak yang tidak terdapat pada wanita adalah
sesuatu tapi pada saat yang lain justru mengandung kebaikan. Apakah ada seorang pun
yang berani mengatakan bahwa postur tubuh dan spiritual wanita sama persis dengan
postur tubuh dan spiritual laki-laki? Apakah ada seorang pun yang berani mengatakan
bahwa peran yang diemban oleh wanita sama persis dengan peran yang harus dilakukan
oleh laki-laki selama kita percaya akan adanya istilah bapak dan ibu.
Saya kira postur keduanya berbeda. Peran keduanya pun berbeda. Perbedaan ini
harus menimbulkan perbedaan dalam sistem hidup yang berhubungan dengan
keduanya. Ini adalah rahasia dari perbedaan antara laki-laki dan wanita baik dalam hak
maupun kewajiban seperti yang dijelaskan oleh agama Islam.
Ketiga, di antara laki-laki dan wanita terdapat naluri daya tarik-menarik yang kuat
yang menjadi dasar hubungan di antara keduanya. Tujuan dari hubungan tersebut, di
samping kenikmatan, adalah kerja sama dalam menjaga jenis dan menanggung beban
hidup.
Islam telah mengisyaratkan kecenderungan manusiawi ini bahkan mensucikan dan
menghindarkannya dari makna hewani dengan cara yang indah agar menjadi makna
spiritual yang memuliakan tujuannya, menjelaskan maksudnya, dan lebih tinggi dari
sekadar mencapai kenikmatan semata yaitu kerja sama yang sempurna. Allah berfirman,
"Di antara ayat-ayat Allah adalah menciptakan kalian dari diri kalian sendiri
secara berpasang-pasangan agar kalian mendapatkan ketenangan kepadanya dan
menjadikan di antara kalian cinta kasih dan rahmat." (ar-Ruum: 21)

BAB II
FATWA-FATWA ASY-SYAHID
DALAM MAJALAH AL-MANAR
A. FATWA TENTANG AYAT-AYAT SIFAT
Suatu masa pada zaman transisi pertama telah datang kepada umat Islam. Yaitu, ketika
berbagai kejadian politik dan sosial memalingkan mereka dari peran amal jihad di
belakang Rasulullah saw. dan para imam yang mendapat petunjuk setelahnya. Pada
saat itu keinginan seorang muslim adalah melaksanakan kewajiban dari Tuhannya;
mengawasi dalam diri sendiri; menentukan penjaga dalam diri sendiri yang
menghitung semua perbuatannya kemudian berjalan pada suatu tempat menjadi
mujahid di jalan Allah; membawa dirinya pada kematian seribu kali dalam sehari;
tidak berharap kecuali kehidupan mulia dan menyebarkan bendera Allah di seluruh alam
ini sampai menemui ajalnya; dan meninggalkan dunia ini dengan gembira menjadi syahid.
Umat Islam telah berpindah dari peran ini kepada peran yang menikmati fenomena hidup
baru mereka, sibuk mengatur kekuasaan mereka yang luas, menikmati hasil dari berbagai
peradaban dan kemajuan yang bersentuhan dan masuk kepada mereka dari semua tempat
baik berbentuk kemakmuran, sosial, kebudayaan maupun ilmiah. Mereka menerjemahkan
ilmu-ilmu asing, memperluas kajian-kajian di dalamnya; mencampuradukkan dengan ajaran
agama Islam yang toleran dan mudah ini; dan mengikuti jalan agama dengan jalan filsafat
hitung-hitungan padahal telah datang kepada mereka sebagai fitrah, dengan sifat
ketuhanan dan di atas semua ilmu dan filsafat. Ia menyentuh fitrah dengan tanpa perantara,
menarik hati dengan keindahan, rohani, dan pengarahan yang jujur.
Dalam peran dan kebingungan seperti ini ulama Islam terbagi menjadi dua kelompok:
Pertama, kelompok yang mengajak untuk menerapkan teori-teori agama terhadap
teori-teori filsafat serta menggabungkan antara keduanya. Dengan cara seperti ini
agama akan diwarnai oleh pendapat-pendapat para filsuf. Yang akan terjadi adalah
keagungan agama, keindahan wahyu, dan toleransi fitrah akan hilang. Pada pihak lain filsafat
akan terikat dengan sakralitas agama dan kebesaran akidah. Filsafat akan kehilangan salah
satu kriteria utamanya sebab filsafat adalah proses berpikir yang secara terus-menerus
dan berkesinambungan terkadang salah, benar, ragu-ragu, dan yakin. Kesalahan adalah
jalan menuju kepada kebenaran. Keraguan-raguan bagi filsafat merupakan salah satu
pendorong keimanan. Kelompok ini sering menamakan diri mereka atau disebut dengan
sebutan yang banyak, seperti ahli ra’yi, ahli qias, ahli nazhar, dan mutakallimin.
Semuanya tergantung kepada perbedaan sebutan untuk mereka dan sejauh mana mereka
menerapkan pendapat-pendapat tersebut.
Kedua, kelompok yang menyerukan agar agama tetap tidak dicampuri dengan semuanya
itu. Agama diambil dari sumbernya yang pertama yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Cara memahami dan menjelaskannya dikembalikan kepada pemahaman kaum salaf yang
saleh yang diridhai oleh Allah. Setelah itu akal dapat berperan dengan penelitian-
penelitian sebagaimana yang dikehendaki. Filsafat dapat berjalan sesuai dengan jalannya
sendiri. Ulama kaun 'alam' bisa salah dan bisa benar. Akan tetapi, semua ini hanyalah
berbentuk teori atau hitung-hitungan semata. Tidak membahas akidah manusia, tidak
menyentuh ibadah mereka, dan tidak mendekat kepada hakikat-hakikat agama yang sudah
ditetapkan dan dijamin dengan sikap pasrah dari akal atas kebenaran dan kejujurannya.
Kelompok ini sering menyebut diri sendiri atau disebut oleh orang lain dengan sebutan ahli
hadits, salafiyyiin, ahli sunnah, dan ahli atsar tergantung kepada perbedaan sebutan mereka
dan sejauh mana mereka mengambil pemikiran ini. Sudah tentu kebenaran ada bersama
kelompok kedua ini.
Kalau umat Islam mengikuti jalan ini, tidak menyibukkan diri dengan perdebatan, tidak
mewarnai agama mereka dengan warna seperti ini, serta membiasakan untuk mengikuti apa
yang diajarkan oleh Nabi saw. dan para sahabatnya, maka mereka akan memperoleh banyak
kebaikan. Mereka akan selamat dari perpecahan dan fitnah yang menjadi sebab utama bagi
hilangnya kebesaran mereka dan terbagi-baginya kekuasaan serta kejayaan mereka. Setiap
orang yang berakal dan menginginkan kejayaan dan kebesaran Islam kembali, tentu akan
mengajak umat Islam untuk mengambil pendapat ini. Inilah yang sedang kita perbuat
dan kita serukan. Kita memohon pertolongan kepada Allah, semoga Dia membuka
pintu-pintu hati yang tertutup agar dapat memahami dan menguasainya.
Mengambil, menolak, mendorong, dan tarik-menarik antara dua kelompok sangat
kuat dan keras dimulai sejak munculnya awal perselisihan ini. Anda tahu bahwa
perselisihan ini sudah ada sejak zaman permulaan Islam atau dekat dengan zaman itu.
Ketika umat Islam berjalan lebih dari satu abad setelah zaman Nabi saw., perselisihan
ini mulai menyentuh akidah, yaitu sesuatu yang paling mahal untuk dipertahankan. Oleh
karena itu, selalu diiringi oleh berbagai tindakan kekerasan. Begitulah yang terjadi. Kedua
pihak saling menuduh dengan sebutan yang tidak baik. Permusuhan semakin meningkat
sehingga sampai kepada tingkat mengafirkan, menuduh zindik, menuduh masing-masing
dengan tuduhan yang sangat kejam, dan bahkan menggunakan kata-kata yang emosional.
Ahli ra’yi dan ahli nazhar jahammiah, memberhentikan nash, tukang takwil,
pembual, zindik tidak mengenal Tuhan, dan tidak mengerti sifat-sifat Tuhan. Ahli hadits
dan atsar selalu menyamakan Tuhan dengan yang lain, mempersonifikasikan Tuhan,
jamu, fanatik, tidak mensucikan Allah, tidak mengerti keagungan Allah, dan
menempatkan Allah sama dengan makhluk. Mereka menggunakan ungkapan-ungkapan
yang pedas. Berbagai kitab ditulis dan masing-masing berusaha memenangkan
pendapatnya. Ketajaman ini tampak dari apa yang dikatakan dan ditulis. Begitulah
kenyataan dari sikap dan tuntutan perselisihan.
Demikianlah peran yang terjadi pada masa itu seperti yang saya sebutkan. Kita
kemudian mengambil sebagian dari warisan seperti ini. Padahal, kondisi, situasi, dan
perbedaan sudah berubah.
Di antara kita tidak ada lagi ahli ra’yi maupun ahli hadits. Saya sadar bahwa
kesimpulan ini masih diperdebatkan antara saya dengan sebagian pembaca. Mereka
melihat bahwa kedua belah pihak saling memenangkan pihaknya masing-masing. Maka,
apa arti menafikan semua ini?
Tetapi, saya menekankan kepada para pembaca bahwa kondisi zaman sekarang bukan lagi
kondisi zaman yang terjadi perselisihan di antara umat Islam. Problematika dan permasalahan
yang kita pikirkan sekarang bukan lagi problematika dan pemikiran seperti itu. Perselisihan
dalam masalah ini terbatas pada tempat yang hampir tidak disebut lagi dalam berbagai majelis
atau dinding-dinding berbagai lembaga. Bahkan, Al-Azhar sendiri, padahal ini fungsinya,
sudah melupakan perselisihan seperti ini.
Umat sekarang ini terbagi dalam banyak kelompok. Masing-masing kelompok
memiliki pemikiran yang disebarkan dan disampaikan. Ada kelompok yang mengajak
untuk mengikuti di belakang pemikiran dan fenomena Barat dalam segala sesuatu. Ada
kelompok yang membangkitkan makna nasionalisme dalam setiap jiwa dan menjadikannya
sebagai dasar bagi kebangkitan. Ada kelompok yang menarik manusia dan tenaganya
kepada masalah-masalah politik belaka yaitu stabilitas pemerintahan di dalam dan menjaga
kemuliaan di luar negeri. Mereka hanya sibuk dengan urusan ini. Ada juga kelompok-
kelompok selain seperti yang telah disebutkan di atas. Di balik semua itu ada kelompok
pengikut Muhammad dan Al-Qur’an yang mendorong kepada mereka semua bahwa
Islam telah menjamin kebahagiaan, kekuatan, dan semua yang kalian inginkan. Maka,
marilah bersama-sama menuju ke sana.
Dengan penjelasan ini saya ingin menyampaikan dua kesimpulan:
Pertama, pada hakikatnya di antara kita tidak terjadi perselisihan sebagaimana yang terjadi
pada masa lalu antara para filsuf dan salafi. Tidak ada gunanya kita menghidupkan perselisihan
ini kembali. Kita tidak perlu lagi menyampaikan dalil-dalil yang dipakai oleh masing-
masing mereka. Lebih baik kita membiarkan per-an mereka dan apa yang mereka tulis
sebagai warisan sejarah. Kita kembali kepada agama kita sebagai pedoman utama yang masih
dan akan senantiasa bersih dan suci tidak akan keroh dengan berbagai kejadian, tidak akan
berubah karena zaman, dan tidak akan rusak oleh perselisihan. Ia adalah Kitab Allah dan
Sunnah Rasulullah saw. yang sahih.
Kedua, kita bergabung dengan barisan mukmin yang kuat dan utuh untuk menyelesaikan
problematika zaman kita, mengajak manusia kepada kebaikan dan keagungan agama ini
serta menguatkan kelompok kita. Yaitu, kelompok yang mengajak kepada Islam di atas
kelompok-kelompok lain sehingga memiliki kekuatan pemikiran dan amal. Maka, Islam
akan kembali kepada masa lalu dengan menguasai semangat dan kerja.
Selanjutnya, ini adalah pendapat saya tentang masalah khilaf, wahai saudara penanya.
Anda menanyakan apakah boleh bagi kedua belah pihak untuk saling melemparkan
tuduhan-tuduhan di dalam lembaran-lembaran koran yang beredar dan disiarkan kepada
khalayak ramai?
Saya tidak mengakui dan tidak setuju dengan cara seperti ini. Lebih baik menggunakan
perkataan yang halus dan penyampaian yang baik. Bahasan-bahasan yang detail seperti
ini lebih baik dibahas oleh ahli ilmu dalam forum-forum terbatas mereka. Saya
mengingatkan mereka dengan sebuah hadits dari Imam Ali r.a. yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dalam kitab Sahih-nya,
"Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui. Apakah kalian ingin
mendustai Allah dan Rasul-Nya?"
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata, "Engkau tidak
menyampaikan perkataan kepada suatu kaum yang akal mereka tidak sampai
kepadanya kecuali hanya akan menimbulkan fitnah di antara mereka."
Kalau harus ada pembicaraan dalam pembahasan ini, maka sampaikanlah
dengan kata-kata yang halus dan dalam bahasan yang tenang. Sehingga, penyakit
perselisihan dan saling menyalahkan ini tidak menular dari orang-orang tertentu kepada
orang awam. Karena, penularan ini sangat membahayakan, sebagaimana yang terjadi pada
negara-negara yang sangat kuat sikap fanatik terhadap suatu pendapat. Saya sampaikan hal
ini dan saya tahu apa yang akan dikatakan orang tentang hal ini bahwa akidah adalah dasar
setiap perbaikan. Mereka mengatakan bahwa agama Allah sangat jelas dan terang, tidak
berhak untuk disembunyikan dari manusia semuanya; bahwa permusuhan ini adalah
permusuhan dalam kebenaran dan itu boleh; bahwa kemarahan ini hanya karena Allah dan
itu fadhilah (keutamaan); bahwa ini adalah dalam rangka membela agama Allah dan itu wajib;
bahwa ini adalah jihad dengan perkataan dan lisan yang apabila ditinggalkan, maka akan
mendapatkan dosa. Kalau memang demikian, bagaimana kita akan melakukan perbaikan
yang sifatnya parsial padahal akidah manusia rusak. Bagaimana hal ini akan dibahas dalam
forum-forum khusus padahal agama Allah bersifat umum untuk semua manusia.
Saya ingin mengatakan kepada mereka yang dalam pikiran dan hatinya terdapat perasaan
seperti ini. Hati-hati wahai saudara dari tipuan kata-kata dan jebakan-jebakan nama. Masalah
akidah berbeda dengan pertentangan dalam beberapa masalah yang tidak dapat
diketahui hakikatnya oleh setiap orang. Hukum agama yang bersifat umum untuk manusia
semua berbeda dengan cara penyampaian agama tersebut kepada manusia. Membuat-buat
permusuhan dan membakar fitnah adalah lain lagi. Ini adalah perdebatan yang terlarang dan
pertengkaran yang membuat Rasulullah saw. sangat marah kepada orang yang bertengkar.
Bagaimana tidak, padahal Rasulullah saw, telah bersabda:
"Suatu kaum tidak tersesat setelah mereka mendapatkan petunjuk kecuali mereka
mendatangkan perdebatan. Kemudian berkata, 'Mereka tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja."' (HR Imam at-Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Rasulullah saw. juga bersabda,
"Barangsiapa meninggalkan perdebatan dan ia salah, maka dibangun sebuah rumah
baginya di dasar surga. Barangsiapa yang meninggalkannya dan ia benar, maka akan
dibangun rumah di tengah-tengahnya. Barangsiapa yang membaguskan akhlaknya,
akan dibangun di atasnya." (HR Imam Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Baihaqi, dan yang
lain)
Dalam hadits yang lain-Rasulullah saw. bersabda,
Diriwayatkan oleh Imam at-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dari Abu Said al-
Khudhary r.a., dia berkata, "Kami duduk di sisi pintu Rasulullah saw. saling
memperingatkan. Ini dicabut dengan ayat dan ini dicabut dengan ayat. Maka,
Rasulullah saw. keluar kepada kami seakan-akan di wajahnya terbelah biji delima, ia
bersabda, 'Apa mereka itu. Kalian diutus dengan ini ataukah diperintahkan dengan
ini. Janganlah kalian kembali menjadi kafir setelahku, sebagian dari kalian
memukul leher sebagian yang lain."
Dalam sabdanya yang lain,
Dari Abu ad-Darda', Watsilah ibnul Asqa', dan Anas bin Malik r.a., mereka
berkata, "Rasulullah saw. keluar kepada kami pada suatu hari dan kami sedang
berbantah-bantahan dalam satu urusan agama. Ia menjadi sangat marah dan
tidak pernah sampai seperti itu kemudian membentak kami dan bersabda, 'Tenang
wahai umat Muhammad, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian rusak dengan
seperti ini. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena kebaikannya sedikit.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena seorang mukmin tidak saling berbantah-
bantahan. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang saling berbantah-
bantahan telah sempurna kerugiannya. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka
cukuplah dosa agar kamu tidak selalu menjadi orang yang berbantah-bantahan.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang berbantah-bantahan tidak akan aku
berikan syafaat pada hari kiamat. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka aku pemimpin
dengan tiga tempat di surga, di kebunnya, di tengahnya, dan di atasnya bagi orang yang
meninggalkan bantah-bantahan dan dia jujur. Tinggalkanlah berbantah-
bantahan karena pertama kali yang aku dilarang oleh Tuhanku setelah menyembah
berhala adalah berbantah-bantahan.'" (HR Imam at-Thabrani)
dari Abu ad-Darda', Watsilah ibnul Asqa', dan Anas bin Malik r.a., mereka
berkata, "Rasulullah saw. keluar kepada kami pada suatu hari dan kami sedang
berbantah-bantahan dalam satu urusan agama. Ia menjadi sangat marah dan
tidak pernah sampai seperti itu kemudian membentak kami dan bersabda, 'Tenang
wahai umat Muhammad, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian rusak dengan
seperti ini. Tinggalkanlah berbantah-bantahan ka.rena kebaikannya sedikit.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena seorang mukmin tidak saling berbantah-
bantahan. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang saling berbantah-
bantahan telah sempurna kerugiannya. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka cukuplah
dosa agar kamu tidak selalu menjadi orang yang berbantah-bantahan. Tinggalkanlah
berbantah-bantahan karena orang yang berbantah-bantahan tidak akan aku berikan syafaat
pada hari kiamat. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka aku pemimpin dengan tiga
tempat di surga, di kebunnya, di tengahnya, dan di atasnya bagi orang yang meninggalkan
bantah-bantahan dan dia jujur. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena pertama kali
yang aku dilarang oleh Tuhanku setelah menyembah berhala adalah berbantah-bantahan."
(HR Imam at-Thabrani)
Apabila dikatakan bahwa berbantah-bantahan berbeda dengan apa yang kita lakukan
sekarang, maka saya katakan bahwa kalau ia bukan itu maka bagian dari padanya.
Barangsiapa yang mengelilingi di sekitar larangan, maka dikhawatirkan akan jatuh ke
dalamnya. Menjaga syubhat adalah membersihkan bagi agama. Wara' adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak apa-apa karena takut jatuh pada sesuatu yang apa-apa. Apakah setelah itu
masih ada lagi mazhab yang diikuti wahai ikhwan?
Adapun berbuat untuk menyatukan kedua belah pihak, merupakan perbuatan yang lebih
baik dan lebih disenangi oleh jiwa serta alangkah besar faedahnya. Kami berusaha untuk
itu, insya Allah. Saya kira kalau orang-orang yang berselisih saling bertemu dan
meninggalkan jalan dialog melalui tulisan menuju jalan saling memahami secara lisan,
maka perkenalan ini akan menghasilkan kebaikan yang banyak. Hal itu akan dapat
menyelesaikan banyak perselisihan dengan tenang, hemat waktu dan tenaga. Pada saat itu
setiap ketua jama'ah dapat membawa anggota jama'ah kepada satu pendapat atau dengan
pemikiran umum. Sehingga, insya Allah, akan dapat menghasilkan persatuan yang dicari.
Kita akan menunggu kesempatan yang tepat untuk mengadakan pertemuan semacam
ini. Kita akan berbuat untuk merealisasikannya. Insya Allah. Cukuplah Allah bagi kami dan
betapa nikmatnya menjadi wakil.

1. Kritikan Al-Manar tentang Fatwa Ayat-Ayat Sifat dan Hadits-Haditsnya


Di hadapan kami ada surat dari seseorang penanda tangan yang budiman. Berikut
ini kami muat isi surat tersebut dan jawabannya. "Kepada yang terhormat al-Ustadz
Hasan al-Banna Pemimpin Redaksi Majalah Al-Manar.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Waba'du. Terputusnya Al-Manar karena ditinggalkan oleh pemiliknya, yang
dirahmati oleh Allah, menjadi sebab kesedihan yang dalam dari umat Islam
semuanya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena Al-Manar merupakan majalah
Islam semata. Tetapi, karena seperti yang diketahui oleh para pembaca
terhadap kecenderungan Al-Manar kepada kebenaran di manapun berada dan
dengan tanpa rasa peduli dengan siapa pun selama pada jalan kalimat yang benar
dan menjelaskannya. Saya tidak menduga Saudara tidak tahu tentang sikap pemilik
Al-Manar r.a. terhadap beberapa teman-teman dekatnya. Ia hanya tahu tentang
kebenaran meskipun kebenaran itu membuat teman-temannya atau manusia
marah. Saya tidak mengatakan ini kepadanya karena menjilat atau pilih kasih,
karena Al-Manar dan pemiliknya memiliki kedudukan seperti yang saudara ketahui
dalam jiwa semua pengikut agama Muhammad saw. Kalau Saudara bermaksud
mengikuti jalan Al-Manar ini, maka sudah barang tentu insya Allah akan
menghidupkan kembali sebagaimana dahulu. Kalau tidak, maka nama Al-Manar
saja tidak cukup.
Telah ada seseorang yang minta fatwa kepada Saudara tentang apa yang
diperselisihkan antara dua majalah Al-Huda an-Nabawy dengan Al-Islam. Maka, apa
yang Saudara fatwakan? Pendapat Al-Manar tentang tema perbedaan ini sudah
diketahui sebagaimana disebarkan dalam edisi yang lampau. Apakah yang kami
pahami dari fatwa Saudara ini bahwa Al-Manar telah mengingkari masa lalu dan
melupakan program-programnya? Saudara telah mengatakan, wahai al-Ustadz,
bahwa kedua majalah itu benar. Menurut pengetahuan kami tidak masuk akal ada
dua orang berbeda pendapat tentang satu masalah, yang satu menafikan dan yang
lain menetapkan, kemudian dikatakan bahwa mereka berdua sama-sama benar.
Tidak begitu. Ini bukan sikap Al-Manar yang kami ketahui dan yang kami tangisi
keterputusannya. Kami mengharapkan agar Saudara menegaskan kepada kami di
mana di antara dua pendapat itu sebagaimana yang sering dilakukan oleh pemilik
Al-Manar jika Saudara membela kebenaran hanya karena Allah dan di jalan Allah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pembaca'
Alhamdulillah. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi-Nya saw.,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang yang menolongnya.
Waba'du. Kepada pembaca yang budiman.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya berharap kepada pembaca ini agar menyatakan namanya sehingga kita
saling mengenal dalam jalan mencari kebenaran. Mudah-mudahan, atas nama taufik
Allah kepada kita dan kepadanya, dengan menyembunyikan namanya ini dia akan
dapat membantu kebenaran untuk kebenaran tanpa melihat kepada hubungan tertentu
antara para pengkaji. Kita berbaik sangka dan mengucapkan terima kasih kepada Saudara
pembaca yang budiman atas surat tersebut. Kita menekankan kembali ajakan kami
yang pertama terhadap Saudara-saudara sekalian untuk mengkritik sesuatu yang berhak
dikritik dalam Al-Manar ini. Sehingga, terjadi kerja sama antara tenaga-tenaga yang
dikeluarkan agar sampai kepada hakikat. Kami senang dapat memberitahukan bahwa
kami akan memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk mengikuti jalan kritik sastra secara
bijaksana dengan tidak menyakiti, menuduh, membodohkan, atau menyesatkan.
Harapan kami agar menjadi tambah sempurna meskipun kesempurnaan
itu hanya milik Allah semata dan sifat 'Ishmah" atau terhindar dari kesalahan hanyalah
milik para nabi, semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada mereka semua.
Barangsiapa yang mengklaim sifat sempurna dalam dirinya atau mengira seperti itu,
maka sebenarnya ini adalah kekurangan itu sendiri. Kita berdoa kepada Allah mudah-
mudahan kita tidak diharamkan dari orang yang mengingatkan kita dengan
kekurangan-kekurangan kita dan membawa kita kepada kebenaran.
Kepada penulis dan kepada para pembaca yang budiman berikut ini adalah
pendapat kami tentang apa yang terdapat dalam surat di atas.
Pertama, penulis menisbatkan kepada kami bahwa – kami telah mengatakan
kedua majalah tersebut sama-sama benar. Alasannya adalah tidak masuk akal apabila
ada dua orang berbeda pendapat tentang satu masalah, yang satu menafikan sedang
yang lain menetapkan, kemudian dikatakan bahwa keduanya sama-sama benar.
Dengan demikian, penulis surat tersebut mengharapkan agar kami menyatakan secara
benar pada pihak manakah kebenaran itu? '
Kami tidak tahu dari mana penulis tersebut datang dengan membawa pernyataan
seperti ini yang dinisbatkan kepada kami. Dalam pernyataan kami; kami
menganggap bahwa kedua belah pihak sama-sama menjadi teman bagi kami. Mereka
termasuk orang yang mengemban da'wah kepada kebaikan. Hal ini tidak berarti kami
membenarkan pendapat salah satu dari mereka atau keduanya dalam tema yang
diperselisihkan. Pendapat yang kami nyatakan dalam tema tersebut adalah bahwa
kedua belah pihak tidak benar dan bahwa tema ini tidak sepantasnya menjadi
bahan perselisihan. Jadi, tidak harus di antara keduanya yang satu benar dan yang
lain salah,r,Bisa jadi keduanya sama-sama salah. Demikian yang kita nyatakan secara
jelas. Yang satu melakukan takwil secara berlebihan, sedaef§kan yang lain
tenggelam dalam sikap statis secara berlebihan pula.
Pendapat salaf dalam hal ini adalah pendapat Al-Manar seperti yang diisyaratkan oleh
saudara penulis dan itu adalah pendapat kami sebagaimana yang telah kami jelaskan
dalam makalah kami bahwa mazhab salaf adalah meninggalkan pendalaman dalam
masalah-masalah seperti ini disertai dengan keyakinan mensucikan Allah dari contoh-
contoh yang dinisbatkan kepada makhluk: Kita biarkan seperti itu dan kita serahkan ilmu
hakikatnya kepada Allah. Barangsiapa menafsirkan "al-istiwa" atau bersemayam
dengan "al-istiila" atau menguasai, maka ia telah masuk dalam takwil dan mewajibkan
kepada diri sendiri dengan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah. Barangsiapa
menafsirkan dengan "al-istiqrar" atau menetap, maka ia telah masuk dalam tasybih
'menyerupakan Allah dengan yang lain'.
Dia berusaha untuk memberikan bayangan kepada pendengarnya bahwa
menisbatkan sifat-sifat makhluk kepada Khalik (Pencipta) hukumnya boleh. Ia
mengatakan bahwa "itu adalah menetap yang sesuai dengan kebesaran-Nya".
Maka, pendapat ini tidak membawa sesuatu dan yang paling baik adalah berhenti
pada nash. Yang benar dalam hal ini ataupun sejenisnya adalah dengan mengatakan
bahwa "Dia bersemayam dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya". Kita
meyakini tidak ada persamaan dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah kecuali
jika ada qorinah yang tidak dapat ditolak dan mengalihkan lafal dari maknanya yang
lahir. Maka, kita berhenti pada batas-batas peralihan makna ini dan tidak
melampauinya sebagaimana mazhab salaf dalam masalah "bersamanya Allah
dengan ilmu-Nya dan bukan dengan zat-Nya".
Masalah ini telah kita jelaskan dan kita putuskan. Kita mencela kedua belah pihak
karena keduanya menempuh pembahasan seperti ini dengan cara seperti yang telah
mereka lakukan. Dengan demikian, kami telah memenuhi harapan penulis dan
telah kami nyatakan bahwa kebenaran tidak pada salah satu di antara keduanya.
Kalau begitu, di mana letak kekurangannya?
Kedua, ini adalah ditinjau dari segi tema yang diperselisihkan dan pendapat Al-
Manar. Saya kira apa yang telah kami jelaskan dalam bab penafsiran makna-makna
ini telah cukup. Bagi yang ingin menambah akan kami jelaskan lagi sehingga ia tahu
bahwa Al-Manar tidak mengingkari masa lalu dalam kebenaran. Al-Manar tidak
melupakan pelaksanaan program-programnya dan tidak membantah dirinya dalam hal
yang benar. Setelah itu kami mengingatkan kepada saudara pembaca dengan apa yang
tidak diketahui tentang program Al-Manar seperti yang dijalankan oleh
pendahulunya, dan yang kita inginkan untuk mengikutinya sekarang ini.
Pendiri Al-Manar telah menjelaskan kaidah dan menjadikannya sebagai kaidah emas
bagi Al-Manar. Kaidah ini berbunyi, "Kita bekerja sama terhadap apa yang kita sepakati
dan kita memaafkan apa yang kita perselisihkan."
Tempat-tempat perbedaan itu, wahai saudaraku, lebih didahulukan sikap
memaafkan daripada mencela dan berburuk sangka. Ini adalah yang ingin kita ikuti,
insya Allah. Pendiri Al-Manar telah menghabiskan usianya dengan menyatakan
secara terus terang bebas dari sikap jumud (statis), dan mencela kepada pengikut
taklid buta yang mendahulukan perkataan manusia yang tidak didasarkan pada dalil-
dalil yang jelas dengan tanpa bukti dari diri mereka sendiri kecuali hanya karena
kata-kata ini adalah kata-kata si A atau si B. Apakah saudara penulis menghendaki
agar kita mengikuti taklid seperti ini yang dicela oleh pendiri Al-Manar? Ataukah,
menghendaki agar kami mengikut dalil dan kebenaran bagaimanapun kebenaran
itu meskipun berbeda dengan pendiri Al-Manar?
Saya kira saudara penulis ingat bahwa Imam Syafi'i adalah murid utama Imam
Malik. Keduanya memiliki kemampuan dan kedalaman ilmu dan takwa kepada Allah
dengan kedudukan yang tidak akan dicapai oleh para tukang cela. Namun demikian,
hal ini tidak melarang Imam Syafi'i untuk menyelisihi Imam Malik dan untuk
memiliki pendapat atau mazhab sendiri.
Kami bersama Al-Manar dan pendirinya, semoga dirahmati oleh Allah, dalam
dasar-dasar pokok yang tidak diperselisihkan dalam hal metode perbaikan umum
dan rencananya. Demikian pula dalam hal yang sudah jelas kebenaran atau dalilnya
dalam masalah-masalah yang menerima pemikiran dan penglihatan. Hal ini tidak
menghalangi kami untuk berbeda dengan pendiri Al-Manar dalam masalah-masalah
yang tidak didasarkan pada dalil yang meyakinkan menurut kami. Kami akan
menyampaikan pendapat dan alasan kami serta mempersilakan bagi yang
ingin memperingatkan kami untuk memberikan peringatan terhadap apa yang tidak
kami ketahui. Allah yang memberi taufik kepada kebenaran.

2. Lagi, Kritikan Al-Manar tentang Ayat-Ayat Sifat dan Hadits-Haditsnya


Di hadapan kami ada sebuah surat dengan tanda tangan yang tidak jelas. Kami
izinkan untuk dimuat demi mencapai kejelasan yang sempurna tentang tema ini,
dengan kekuatan dari Allah, beserta jawaban kami terhadap isinya.

"Bismillahirahmanirrahim.
Kepada yang terhormat Syekh Hasan al-Banna Pemimpin Redaksi Majalah Al-
Manar.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waba'du. Kami telah membaca apa yang dimuat dalam edisi terakhir dari Al-Manar
ini dengan judul Kritik Al-Manar sebagai jawaban terhadap surat dari salah seorang
pembaca yang budiman. Jawaban ini mendorong kami untuk mengirimkan tulisan
ini kepada Saudara dengan sedikit kejelasan.
Ketika saya membaca edisi Al-Manar yang telah Saudara mulai penerbitannya,
kami segera membuka-buka halamannya. Terasa kurang enak dalam jiwa saya
tentang apa yang ditulis dalam surat salah seorang pembaca kepada Saudara
Redaksi. Yang saya pahami dari kata-kata Saudara tentang perbedaan dua
majalah (yaitu Al-Huda dan Al-Islam) sama seperti yang dipahami oleh Saudara
yang mengkritik. Barangkali saya juga salah dalam memahaminya. Akan tetapi,
dalam makalah tersebut Saudara tidak mengatakan kesalahan dua majalah.
Saudara hanya mengisyaratkan tentang keikhlasan dan jihad kedua majalah tersebut.
Kami menjadi terkejut dengan apa yang Saudara sebutkan dalam edisi terakhir
tentang kesalahan pendapat kedua majalah di atas.
Dengan merujuk kepada perkataan dan makalah-makalah yang terdapat pada kedua
majalah itu kami menduga bahwa kesimpulan Saudara tentang kesalahan kedua
majalah hampir-hampir merupakan kesimpulan kepada dua pihak selain kedua
majalah tersebut. Kami telah berusaha untuk mengulas kedua majalah dan kami
tidak menemukan akidah penafsiran "al-istiwa" dengan "al-istiqrar" dan pihak
lain tidak secara jelas mentakwilkan "al-istiwa" dengan "al-istiila" saja.
Barangkali Saudara dalam kesimpulan Saudara ini dipengaruhi oleh apa yang sering
diucapkan atau diisukan. Saya mengharapkan agar Al-Manar jauh dari semua ini.
Oleh karena itu, demi mengucapkan kebenaran dan meletakkan permasalahan pada
proporsinya, kami menyarankan agar Saudara melihat kembali perkataan kedua majalah
kemudian membuat kesimpulan dengan apa yang dikatakan oleh kedua majalah, bukan
dengan apa yang dikatakan oleh sebagian orang atau yang diisukan oleh orang
awam maupun kebanyakan.
Catatan berikutnya terhadap edisi terakhir, kami ingin agar Saudara menjelaskan
hakikatnya yaitu apa yang Saudara nisbatkan kepada Ali bin Abu Thalib, yang
dimuliakan wajahnya, dalam bab tafsir. Perkataan aneh dari segi susunan kata maupun
maknanya tidak seperti perkataan Ali yang biasa sampai kepada kita. Pada dewan
umat Islam yang mana Saudara mendapatkan berita ini? Beritahukanlah kepada kami
wahai Saudara yang dirahmati Allah. Kalau Saudara tidak mendapatkannya, apakah
Saudara melihat seperti hawadiit ini yang banyak ditemui dalam kitab-kitab yang
tidak diketahui sumbernya seperti balaghah maupun yang lain dapat dijadikan
sebagai alasan atau untuk menetapkan akidah Islam?
Meskipun antara saya dan Saudara saling mengenal, tetapi saya ingin tetap
tersembunyi sampai pada suatu ketika nanti.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pembaca Al-Manar."

Catatan: Saya lupa untuk mengingatkan kepada saudara bahwa musuh Al-Huda an-
Nabawy pada masa sekarang ini adalah musuh Al-Manar dan pendirinya, baik diri
mereka maupun tulisan-tulisan mereka.

Surat ini membahas empat masalah.


Pertama, bahwa kami pada makalah pertama tidak mengatakan kesalahan kedua
majalah dan seterusnya. Kami kira makna ini tidak pernah kami ucapkan sebagai
pernyataan. Hal ini sudah sangat jelas. Kami senantiasa mengutamakan sopan santun
dalam berbicara, menulis, menjaga lisan dan pena pada saat banyak penulis sudah
melupakan makna ini. Namun demikian, pada makalah kedua kami sudah menjelaskan
ketidakjelasan dalam makalah pertama. Kalau masih ada ketidakjelasan lagi, maka
kami tidak akan memperpanjang kata terhadap masalah yang sudah jelas.
Alhamdulillah.
Kedua, apa yang kami nisbatkan kepada kedua majalah hampir-hampir menjadi
kesimpulan kepada dua kelompok selain kedua majalah itu dan seterusnya. Maka, kami
jawab bahwa apa yang kami tulis adalah apa yang kami pahami dari kumpulan yang
ditulis oleh para penulis dalam kedua majalah tersebut. Kalau memang_tidak demikian,
maka kami mengharapkan kepada .3audara pengirim untuk menjelaskan kepada kami dan
juga kepada pembaca sekalian apa yang Saudara pahami dari apa yang ditulis oleh kedua
majalah tersebut dan letak perbedaan antara keduanya. Kami harapkan agar
penjelasan ini dikuatkan dengan teks-teks tulisan mereka secara lengkap. Silakan
Saudara membuat kesimpulan tentang keduanya kalau Saudara menghendaki. Kami
siap untuk memuat apa yang Saudara tulis dan kami siap untuk menjawabnya kalau
memang ada yang perlu untuk dijawab atau disesuaikan.
Kalau apa yang kami pahami adalah yang benar dengan syarat tulisan kami ini adalah
yang terakhir kali tentang topik ini, maka kami akan katakan hal itu dan barangkali akan
menjadi lebih baik bagi kami, Saudara, dan pembaca sekalian apabila kami menutup
masalah ini mulai sekarang. Apalagi kedua belah pihak sudah mulai mengerjakan apa
yang lebih bermanfaat dan lebih berfaedah. Apa yang kami tulis untuk menjelaskan
bagaimana sikap seharusnya umat Islam dalam hal ini kami anggap telah cukup.
Ketiga, pengingkaran terhadap apa yang kami nisbatkan kepada Amirul Mukminin
Ali, yang dimuliakan oleh Allah, dalam bab tafsir beserta olokan dengan
menggunakan kata-kata yang menyakitkan seperti ini. Semoga Allah mengampuni
kekerasan penanya dan memaafkan kita semuanya. Kami mengharapkan untuk selalu
melunakkan penanya dengan kata-kata yang lebih lembut dan lebih baik tidak dengan
kata-kata seperti ini. Kalau Saudara mengetahui bahwa maksud kami dengan kata-kata
tersebut adalah sebagai penjelasan dan penguat bukan sebagai alasan maupun
pengambilan dalil. Di samping itu kami menisbatkan kata-kata tersebut kepada
metode balaghah bukan kepada Imam Ali, yang dimuliakan oleh Allah. Kami berikan
komentar pada penjelasan makalah yang menunjukkan bahwa penisbatan buku ini
masih diperdebatkan oleh kalangan sastra. Kalau Saudara memperhatikan ketiga
hal di atas, maka Saudara akan melindungi diri Saudara dan juga kami dari
komentar kejam yang tidak ada perlunya ini.
Keempat, Saudara penulis menyebutkan bahwa musuh hari ini adalah musuh Al-
Manar dan pendirinya baik diri maupun tulisan-tulisan mereka. Subhanallah.
Wahai Saudaraku, zaman selalu berubah. Persepsi berkembang sesuai dengan
putarannya. Percobaan manusia dan tingkat pengetahuannya tentang sesuatu selalu
bertambah luas hari demi hari. Hati manusia berada di tangan Allah yang
memutarbalikkan seperti yang Dia kehendaki. Banyak orang yang dahulunya
mengangkat senjata melawan Rasulullah saw. dan da'wahnya, setelah itu mereka
berubah menjadi orang yang paling semangat dalam membelanya dan sungguh-
sungguh dalam mencintainya. Mahasuci yang telah memuliakan agama Islam
dengan pembunuh Hamzah dan kemudian menjadikannya sebagai pembunuh
Musailamah. Bagaimana dengan Khalid dan Ikrimah. Janganlah Saudara membuat
saya berbicara lebih dari ini. Pada tempat pembicaraan dapat dikatakan banyak hal.
Semua orang tahu bahwa kebenaran tidak dinilai melalui orang. Anggaplah mereka
tetap pada sikap permusuhan mereka, apakah kita tidak mengikuti kebenaran
seandainya kebenaran itu datang dari diri mereka dan kita menjadi orang pertama
yang membelanya.
Saya yakin apa yang terjadi pada diri kita berupa kejadian-kejadian yang besar ini
akan menyatukan kalimat umat Islam, menyatukan pendapat, mendekatkan jarak
perbedaan, dan meluruskan barisan orang-orang yang berbuat untuk Islam. Insya
Allah. Bersabarlah karena sesungguhnya janji Allah itu benar.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

B. FATWA TENTANG MENGHADIRKAN ROH


Telah sampai kepada kami sebuah surat yang dikirimkan oleh DR. Muhammad
Sulaiman, dosen di fakultas kedokteran, yang isinya sebagai berikut.

"Kepada al-Ustadz Pemimpin Redaksi Al-Manar


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waba'du. Sudah banyak orang yang berbicara tentang roh. Di antara mereka ada yang
meniadakan dan ada yang menetapkan. Bagaimana pendapat yang benar dalam
hal ini? Apakah roh yang akan dihadirkan adalah roh mayat itu sendiri? Apakah
kata-kata yang keluar dari mulutnya dapat dipercaya? Kami mohon jawaban dan
terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kairo,
Yang ikhlas,
DR. Muhammad Ahmad Sulaiman."

Untuk menjawab pertanyaan di atas kita harus berbicara tentang beberapa bahasan
kita simpulkan sebagai berikut.

1. Bagaimana Muncul Bahasan Menghadirkan Roh


Pada tahun 1846 telah terjadi di Desa Hindsville wilayah New York di Amerika
bahwa keluarga seorang laki-laki bernama John Folks dikejutkan dengan adanya
beberapa suara ketukan yang terjadi di dalam rumah yang menjadi tempat tinggalnya.
Pada suatu hari Madam Folks memberanikan diri untuk bertanya siapa pelaku gelap
tersebut. Ia berkata, "Apakah kamu roh?" Ia sepakat dengannya bahwa jawaban "ya"
dengan menggunakan tanda dua ketukan dan jawaban "tidak" dengan satu ketukan. Ia
menjawab dengan dua ketukan. Madam Folks terus bertanya dan ia menjawab dengan
jawaban yang sama.
Akhirnya, diketahui bahwa ia adalah roh seseorang yang pernah tinggal di rumah
itu kemudian dimakamkan oleh tetangganya di dalam rumah. Hartanya dirampas
dan pemerintah tidak tahu tentang hal ini. Wanita itu segera memberitahu polisi dan
kejaksaan. Mereka datang dan bertindak secara hati-hati kemudian mendengarkan
ketukan-ketukan seperti yang dilakukan oleh pemilik rumah. Mereka
memahami sebagaimana pemahaman wanita itu dan bermaksud membongkar
kuburan seperti yang ditunjukkan oleh roh tadi. Mereka menemukan jasad mayat
sehingga dapat ditemukan pembunuhnya.
Roh itu terus mendatangi kedua putri John Folks, bahkan keduanya menjadi
senang dengannya. Kemudian datang beberapa roh dan menyatakan sebagai
roh mayat-mayat yang lain. Roh ini mulai saling memahami dengan kedua putri
John Folks, bahkan dengan menggunakan huruf abjad biasa. Caranya salah seorang
dari kedua anak tadi membaca huruf abjad kemudian roh mengetuk sekali pada huruf
yang ingin ditulis. Anak yang satunya kemudian menulis huruf tersebut. Demikian
seterusnya sehingga huruf-huruf ini terkumpul dan dapat dibaca.
Roh ini menggerakkan kedua anak tersebut dan mengatakan bahwa ia siap untuk
menunjukkan kepada manusia berbagai macam keanehan yang membuktikan
kepada mereka akan adanya roh di tempat ceramah yang paling besar di Kota New
York. Kedua anak tadi menolak karena takut omongan-omongan jelek atau tuduhan
main sulap. Tetapi, roh itu tetap memaksakan karena ia ingin menggunakan
kesempatan ini untuk membuktikan kepada manusia tentang kebenaran
keabadian jiwa. Ia mengatakan bahwa ia tidak memilih mengakrabi kedua anak itu
sampai sejauh ini kecuali untuk tujuan tersebut. Ia mengancam keduanya tidak akan
kembali kalau mereka tetap pada pendirian mereka. Akhirnya, mereka hanya bisa
menerima tetapi memberikan syarat agar dilakukan di sebuah ruangan rumah yang
besar, kemudian pindah ke tempat ceramah umum. Mereka sepakat dilaksanakan
demikian.
Kedua anak wanita itu datang ke sebuah ruangan di hadapan para ilmuwan dan
pemikir, lalu terjadilah banyak keanehan yang di luar perkiraan.
Kedua anak itu kemudian menyatakan akan hadir pada tempat ceramah umum
sehingga keanehan-keanehan ini disaksikan oleh banyak orang dan dibicarakan di
setiap tempat.
Seorang hakim, Edmonds, yang juga Ketua Senat di Amerika termasuk orang yang
pertama kali membahas keanehan ini dan meyakini kebenarannya. Ia menulis sebuah
makalah yang luas sehingga dikritik dengan keras oleh media. Ia memilih
mengundurkan diri dan mempertahankan penelitiannya dengan tetap terikat pada
pekerjaannya sebagaimana biasanya. Ia termasuk orang yang paling aktif menyebarkan
hasil penelitian ini.
Langkahnya diikuti oleh Professor Mobs, seorang pakar ilmu kimia pada sebuah
lembaga ilmiah. Ia berkesimpulan meyakininya dan menyebarkan penelitiannya kepada para
saksi. Langkah ini diikuti pula oleh Professor Robert Heir yang meneliti dan
memberikan komentar dengan panjang lebar dan menyimpulkan kebenaran dua rekan
sebelumnya. Ia menulis sebuah buku yang lengkap dengan judul Penelitian
Eksperimental tentang Fenomena Kejiwaan. Di antara pengaruh banyaknya tulisan
ini akhirnya pemikiran itu tersebar di Amerika dan negara-negara Barat sekitarnya.

2. Perbedaan Pendapat tentang Kebenaran Penelitian-Penelitian Roh


Sudah barang tentu hasil dari penelitian-penelitian ini menimbulkan berbagai
pendapat yang berbeda-beda. Ada di antara mereka ada yang menerima dan
menyebarkannya. Ada pula yang menolak dan meragukannya. Wajar saja apabila hal ini
menimbulkan polemik tulisan dan ilmiah. Memang begitulah kenyataannya. Di antara
orang-orang yang percaya dengan kebenaran hasil penelitian ini, kebanyakan adalah
para pakar ilmu alam di negara-negara Amerika dan Eropa. Banyak di antara mereka
yang menulis berbagai buku yang disertai dengan analisis yang kuat dan teliti, yang
menunjukkan sikap menerima secara penuh dengan apa yang dikatakan. Banyak di
antara mereka yang menulis berbagai catatan dan buku bagus dengan tidak
menghiraukan reaksi atau celaan dari para pengeritik mereka. Banyak di antara mereka
yang pada asalnya kafir fundamentalis dan akhirnya kembali menjadi beriman secara
penuh kepada kehidupan roh.
Berikut ini beberapa tulisan-tulisan mereka.
Pertama, ahli kimia William Crooks menulis sebuah buku yang diberi judul
Pembahasan tentang Fenomena Kejiwaan. Ia berkata, "Karena saya percaya dengan
kebenaran kejadian-kejadian ini, maka termasuk tindakan bodoh kalau saya menolak
persaksian saya dengan dalih bahwa tulisan-tulisan saya ini telah dihina oleh para
pengeritik ataupun yang lain, yang tidak tahu tentang masalah ini sedikit pun. Mereka
tidak dapat memberikan kepastian dari mereka sendiri tentang khayalan-khayalan
yang mereka sampaikan. Sedangkan saya, maka akan saya sampaikan secara terus
terang apa yang saya lihat dengan mata saya sendiri dan apa yang saya hasilkan
melalui eksperimen, saya yang berkali-kali.
Kedua, pakar Alfred Russell menulis dua buah buku tentang masalah ini. Buku
pertama berjudul Keanehan Zaman Modern dan buku kedua berjudul
Mempertahankan Spiritism. Dalam buku pertama ia mengatakan, "Saya pernah
menjadi kafir murni penuh keyakinan terhadap pendapat saya ini. Tidak ada dalam
otak saya tempat untuk membenarkan kehidupan roh. Tidak ada dalam alam ini satu
faktor pun selain daripada materi dan kekuatan materi. Akan tetapi, saya melihat
banyak bukti hidup yang tidak terkalahkan. Bukti-bukti hidup ini memaksa saya
untuk menjadikannya sebagai hakikat yang tetap jauh sebelum saya yakin akan
penisbatannya kepada roh. Kemudian saya tempatkan bukti-bukti ini dalam otak
saya sedikit demi sedikit. Saya tidak menggunakan teori penggambaran, tetapi dengan
cara mempengaruhi bukti-bukti ini secara berurutan, satu kemudian yang lain, dengan
cara yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara lain."
Ketiga, pakar Italia Seizer Loumbrozo pada mulanya menganggap orang-orang
yang mempercayai bahasan-bahasan seperti ini sebagai orang gila. Ia banyak menulis
kritikan-kritikan tentang tema ini dalam buku-bukunya. Kemudian ia kembali membahas
keanehan-keanehan ini bersama Professor Camel Flatiron dari Perancis dan Professor
Churl Reissue, direktur media ilmiah dan sekolah kedokteran Paris. Mereka sampai
kepada kesimpulan yang ditulis menjadi sebuah buku. Ia mengatakan dalam mukadimah
buku tersebut, "Tidak ada orang yang sangat memusuhi spiritism lebih dari saya karena
pendidikan ilmiah dan kecenderungan kejiwaan saya.
Dahulu saya beranggapan termasuk menjadi aksioma ilmiah bahwa setiap
kekuatan itu hanyalah salah satu dari kriteria materi dan bahwa setiap pemikiran
adalah salah satu dari fungsi otak. Saya selalu menghinakan makanan para ahli
bicara. Akan tetapi, keinginan saya untuk menyampaikan kebenaran dan menjelaskan
kejadian yang disaksikan telah mengalahkan keyakinan ilmiah saya."
Banyak lagi dari selain mereka dan tidak dapat dihitung yang telah mempelajari
bahasan-bahasan ini dan menyebarkannya. Mereka berasal dari Inggris, Perancis,
Jerman, Amerika, dan yang lain. Mereka didorong oleh para penulis, ahli sastra
maupun pemilik koran dan majalah yang telah meyakinkan mereka mengenai
pemikiran ini. Diterbitkan berbagai media dan majalah di setiap negara Eropa yang
bertujuan khusus untuk mempertahankan pendapat ini. Sebuah lembaga Kerajaan
Inggris telah membentuk tim yang terdiri dari 30 ilmuwan dari berbagai bidang
spesialisasi dan ditugaskan untuk membahas masalah ini. Mereka meneliti masalah ini
selama 18 bulan dan telah mengadakan 40 pertemuan untuk meneliti dan mencoba.
Tim berhasil membuat laporan dalam sebuah buku yang besar dan telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Berikut petikan dari isi buku tersebut.
"Tim ini menyelenggarakan pertemuan-pertemuannya di rumah-rumah khusus para
anggota untuk menghilangkan setiap kemungkinan dalam mempersiapkan alat-alat
yang dapat menimbulkan tanda-tanda ini atau sarana lain dengan jenis apa pun. Tim ini tidak
menggunakan perantara yang bekerja untuk tugas ini atau yang mengambil gaji dari
pekerjaan mereka, karena mediator kami adalah salah satu dari anggota tim yaitu
seorang yang sangat dihormati dalam lembaga sosial dan bersifat sangat bersih. Ia tidak
memiliki tujuan materi yang diharapkan ataupun kepentingan dalam mencurangi kerja tim.
Setiap eksperimen yang kami coba dengan sikap hati-hati yang sebisa mungkin bagi
otak kami untuk melakukannya (eksperimen itu) dilakukan dengan penuh kesabaran dan
konsisten. Percobaan ini dirancang dalam situasi yang berbeda-beda dan kami gunakan
keahlian yang dapat kami lakukan agar dapat menciptakan sarana-sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai persaksian kami serta dengan menjauhkan setiap
kemungkinan terjadinya kecurangan atau tipuan. Dalam laporannya tim ini cukup
dengan menyebutkan persaksian-persaksian yang diketahui oleh perasaan dan
hakikatnya didasarkan kepada dalil yang kuat.
Setelah mulai kira-kira 4/5 dari percobaan mereka, mereka pada saat itu sangat
mengingkari kebenaran tanda-tanda tersebut dan mereka sangat yakin bahwa hal itu
disebabkan oleh berbagai kemungkinan – bisa jadi hasil tipuan atau khayalan, bisa juga
terjadi karena gerakan tidak normal dalam persendian. Mereka, para anggota tim yang
sangat mengingkari ini, tidak mau mundur dari hipotesa-hipotesa mereka kecuali setelah
muncul persaksian secara jelas dan tidak dapat dilawan dalam syarat-syarat yang
menafikan semua hipotesa di atas, dan setelah dilakukan uji coba dan ujian secara teliti dan
berulang-ulang. Akhirnya, mereka menerima di luar kehendak mereka bahwa
persaksian-persaksian yang terjadi selama penelitian yang berkepanjangan ini
adalah persaksian-persaksian yang benar dan tidak perlu diragukan lagi."
Pengaruh dari hasil penelitian itu sampai ke Mesir dan dikaji oleh banyak penulis yang
peduli dengan masalah ini melalui tulisan, penelitian, dan eksperimen. Di antara
mereka adalah penulis al-Ustadz Muhammad Farid Wajdy yang semangat sekali
terhadap pemikiran mengenai roh. Bahkan, bukunya masih menjadi rujukan penting
dalam bahasa Arab bagi peneliti masalah ini sejauh yang kami ketahui. Di antara mereka
juga Syekh Thonthowy Jauhari r.a. dan Ustadz Ahmad Fahmi Abu al-Khoir yang masih
meneruskan eksperimen spiritualnya dengan semangat yang tinggi.
Al-Ustadz Muhammad Farid Wajdy menulis dalam harian Al-Ahram kira-kira satu
bulan yang lalu, mengantarkan pembaca kepada perhatian Universitas Cambridge dengan
hasil penelitian ini dan menjadikannya sebagai ilmu resmi yang diajarkan di universitas dan
dibentuk jurusan tersendiri. Para mahasiswa yang berminat dapat mendaftarkan diri
pada bulan Mei tahun 1940 M.
Di samping tim kerja yang semangat ini ada pula tim yang mengingkari kebenaran
fenomena ini dan menganggapnya sebagai tipuan para mediator atau kecurangan para
penjahat atau kesalahan para saksi atau sekadar bayangan dan khayalan. Potongan
dari isi buku-buku mereka dapat dijelaskan di sini perkataan sebagian ilmuwan alam
di Eropa. Di antaranya adalah DR. Marshier, dokter penyakit otak pada rumah sakit
bedah Crush di Inggris. Ia menulis sebuah buku yang menjawab tulisan Sir Oliver
Lodge tentang bahasan kejiwaan. Ia mengatakan, "Menyibukkan diri dengan
pembahasan ini dapat mengakibatkan perbedaan akal dan membuat pelakunya
menjadi gila." Kemudian DR. Robertson, direktur rumah sakit kerajaan
Badnberdge yang menuduh para peneliti masalah ini sebagai kelemahan fisik
dalam berkehendak sehingga membuat mereka siap membenarkan spiritsm,
pemanggilan roh atau yang termasuk dalam jenis ini.
Akan tetapi, bagi yang mengikuti gerakan ilmiah ini, khususnya setelah
berlalu masa yang panjang, masalah itu tetap didukung oleh banyak pakar ilmu materi.
Bahkan, pada akhirnya disimpulkan sebagai ilmu resmi yang diajarkan pada universitas
terkemuka seperti Universitas Cambridge. Mereka akan membenarkan sebagian
besar dari hasil-hasil penelitian tersebut dan meyakini adanya kekuatan spiritual yang
menunjukkan hakikat bagi orang-orang yang melakukan dan mempraktekkan uji coba
ini. Bagi seorang muslim tidak ada problematika akal maupun agama untuk meyakini
adanya kekuatan spiritual ini ataupun kemunculan dan percakapan dengan manusia.
Alam ini masih penuh oleh rahasia-rahasia material maupun spiritual yang
belum dapat diketahui hakikatnya oleh akal manusia. Pertemuan yang telah
sampai kepada kita ini merupakan puncak keanehan yang kalau disampaikan kepada
manusia sejak dahulu akan dikatakan sebagai supra mustahil. Tetapi, sekarang di
antara mereka sendiri dianggap sebagai sesuatu yang biasa.
Namun, yang benar-benar perlu dikaji lebih dalam lagi adalah memberi hukum
terhadap kekuatan yang dituduh sebagai roh orang yang sudah meninggal. Benarkah
demikian? Ataukah, ia kekuatan roh lain yang memakai sifat ini? Urusan itu adalah
sesuatu yang kita, umat Islam, harus mengetahui kesimpulan pendapat dalam masalah
tersebut. Ini yang akan kita bahas secara ringkas seperti di bawah ini.

1. Kepribadian Roh.
Sebagian besar dari para peneliti dan yang mempercayai masalah kejiwaan ini
berpendapat bahwa kekuatan roh yang dihadapinya ini adalah roh orang yang sudah mati
itu sendiri. Berikut ini dalil-dalilnya.
a. Roh itu berbicara dengan bahasa orang yang sudah mati, menggunakan kata-kata
yang biasa dipakai, dan mengingatkan keluarganya akan kejadian-kejadian
masa lalu yang sudah mereka lupakan karena sudah terlalu lama dan tidak ada
yang tahu selain mereka.
b. Ia menunjukkan kertas-kertas atau berkas-berkas yang hilang yang diletakkan
oleh orang yang meninggal pada tempat-tempat itu sebelum mati tanpa
diketahui oleh orang lain.
c. Ia menulis dengan tulisan tangannya sendiri, menandatangani dengan tanda
tangannya sendiri, dan mengungkapkan dengan susunan katanya sendiri
meskipun ia termasuk penulis yang hebat. Ketika diajukan kepada dua orang
ahli tentang garis-menggaris, mereka menyimpulkan kemiripan kedua tulisan
dan susunan kata tersebut.
d. Ia muncul dalam jasad orang yang sudah meninggal seperti ketika masih
hidup di bumi, bahkan ia berbicara dengan bentuk dan lahjahnya.
e. Kesepakatan pada semua penjuru bumi yang menekankan bahwa ia adalah
roh orang yang meninggal. Ia bukan malaikat, jin, atau roh lain yang tidak
diketahui tabiatnya.
f. Ia mencintai keluarganya, mengharapkan kehadiran mereka, menyuruh mencari
mereka, dan membantu mereka.
Meskipun banyak dalil seperti ini, tetapi orang-orang yang percaya dengan usaha
menghadirkan roh tidak melihat sampai kepada tingkatan yakin, tidak pula bersifat
mengharuskan atau terbatas kepada kepribadian roh itu sendiri meskipun hal itu cukup
kuat.
Kita sendiri melihat masalah ini menurut petunjuk ajaran-ajaran Islam tentang roh. Hal
ini menuntut kita untuk menjelaskan sikap Islam tentang dunia roh.

2. Sikap Islam tentang Roh


Kita dapat menyimpulkan pembicaraan dalam bahasan yang sangat penting ini
menjadi beberapa poin,
a. Hakikat roh tidak diketahui dan menjadi urusan Allah. Al-Qur'an dan As-Sunnah
tidak menjelaskan hakikat ini.
b. Roh adalah asal kehidupan, berpikir, dan pengetahuan bagi manusia. Berpisahnya
roh dari jasad berarti kematian.
c. Roh setelah kematian "berada pada suatu tempat yang hanya diketahui oleh Allah".
Pada tempat ini akan merasa senang kalau selama hidup di dunia melakukan amal
saleh, dan akan disiksa kalau ia melakukan tindakan maksiat dan dosa atau tidak
mengikuti para rasul dan nabi, shalawat dan salam dilimpahkan kepada mereka,
setelah mereka dibangkitkan.
d. Dalam tempatnya ini, roh dapat berhubungan secara parsial dengan kehidupan di
alam lain. Ia banyak tahu tentang urusan-urusan mereka. Ia akan merasa senang di
alam barzah kalau mengetahui keluarganya baik dan merasa tersiksa kalau
mengetahui keluarganya tidak baik. Ia menjawab salam kepada orang yang
mengucapkan salam kepadanya jika ia termasuk orang-orang yang
mendapatkan kenikmatan dan kebaikan. Ia juga kadang-kadang muncul
dalam mimpi dan dalam beberapa keadaan sebagaimana dijelaskan dalam banyak
hadits yang sahih.
e. Roh setelah berada di alam barzah dan setelah keluar dari kegelapan jasad
ini, tidak ada kekuatan yang menguasainya kecuali Allah. Ia hanya mengabarkan
kebaikan dan hanya berkata jujur karena sudah keluar dari hukum kehidupan di
bumi dan karena ia sudah jauh dari dosa-dosa. Saya tidak tahu tentang adanya nash
yang jelas baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah dalam hal ini, tetapi apa yang
saya sebutkan tadi adalah karena konsekuensi keluar dari alam menuju alam lain.
f. Banyak dari kekuatan roh "yaitu yang tersembunyi" yang pertama
berhubungan dengan roh selama masih hidup di dunia ini. Ia telah menguasai
melalui bisikan dan isyarat. Bisa jadi akan menyerupainya setelah berpindah
kepada kehidupan barzah. Hal ini sudah dijelaskan dalam hadits-hadits sahih.
Ini adalah hal yang dapat dijelaskan secara global tentang pandangan Islam
terhadap dunia roh.
Berdasarkan hal di atas, kalau kita lihat kepada kepribadian kekuatan yang muncul
ketika dihadirkan dan kita tahu bahwa kekuatan ini memberitahukan bahwa
dirinya berada dalam kenikmatan padahal kita ketahui pemilik roh itu dikenal sebagai
orang kafir atau dosa selama hidup di dunia, maka dengan begitu ia telah menyitir
banyak pendapat yang bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Menurut kami,
kekuatan roh ini adalah alam lain di luar alam materi yang mampu untuk
menyerupai dengan bentuk-bentuk yang ia kehendaki dan mampu berhubungan dengan
manusia selama hidup di dunia. Ia mengetahui banyak tentang urusan-urusannya
dan apa yang di sekitarnya, kemudian ia memberitahukan semua itu ketika dihadirkan.
Ia bukanlah roh orang yang sudah meninggal itu. Demikian pendapat yang bisa
diterima oleh jiwa.
Dengan demikian, kita dapat menggabungkan pendapat yang menerima
adanya alam di balik alam materi, dengan adanya alam ini berarti hancur sudah
dasar-dasar mazhab materialisme, dan kita dapat keluar dari kesalahan keyakinan
kalau kita menerima bahwa ia adalah roh orang yang sudah mati. Hakikat sesuatu
hanya diketahui oleh Allah.
Selanjutnya, bahasan ini termasuk bahasan yang sangat detail, harus diperhatikan
dengan pemikiran yang panjang. Berbagai tulisan sudah saling berselisih sejak dua
generasi. sampai sekarang. Menjadi kewajiban ulama dari umat Islam untuk
mendahului ulama Barat dalam hal ini dan memperbanyak percobaan secara teliti
untuk mengetahui hakikat urusan ini oleh diri mereka sendiri. Mereka adalah penjaga
warisan spiritual yang paling kaya yang dikenal oleh umat manusia. Mereka adalah
manusia yang paling berhak untuk mengetahui hakikat-hakikat penelitian seperti
ini. Allah yang menguasai kebenaran dan yang menunjukkan jalan.
C. FATWA TENTANG DOSA NABI ADAM A.S.
"Kepada yang terhormat Pemred majalah Al-Manar.
Assa/amu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mohon dijelaskan seputar masalah makna dosa Nabi Adam, bagaimana setan
menggodanya? Bagaimana hal itu terjadi, padahal setiap nabi mempunyai sifat maksum
dari segala dosa? Mohon dijelaskan pula bagaimana Adam bertobat, apakah benar
hal itu bisa dikatakan perintah secara implisit sekaligus larangan secara eksplisit?
Apakah kisah ini hanya sekadar perumpamaan saja (artinya bukan kejadian
nyata), seperti pendapat sebagian ahli tafsir, dan apa arti “perumpamaan" itu
sendiri? Mohon kami diberi penjelasan, semoga Allah memberikan kebaikan dan
ampunan kepada kami dan Saudara.
Mahmud 'Askar
Guru di Malja Banha-Qulyubiyah."

Allah SWT telah mengisahkan cerita Nabi Adam a.s. dalam Al-Qur’an kepada kita.
Dialah yang menciptakannya, meniupkan roh ke dalamnya, kemudian menempatkan
Adam dan istrinya di dalam surga. Setelah itu Allah SWT melarang Adam untuk
memakan buah khuldi seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya,
"Dan, kami berfirman, 'Diamilah oleh kamu dan istri kamu surga ini, dan makanlah
makanan-makanan yang banyak lagi baik yang kamu sukai. janganlah kamu dekati
pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (al-
Baqarah: 35)
Namun, setan selalu menggoda dan menipu Adam dengan bersumpah bahwa ia
termasuk golongan orang-orang yang memberi nasehat, Adam tertipu dengan sumpah setan
ini. Sehingga, dia lupa dengan larangan Tuhanya yaitu mendekati pohon khuldi. Keduanya,
Adam dan Hawa, memakan buah larangan itu. Setelah mengetahui bahwa perbuatan tersebut
berdosa, maka keduanya bertobat kepada Allah SWT kemudian Allah SWT
mengilhamkan sebuah doa, yaitu,
"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tidak mengampuni kami dan menyayangi kami, maka pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi." (al-A'raaf: 23)
Allah SWT menerima tobat keduanya. Ia tidak menghukumnya kecuali dengan
menurunkan keduanya ke bumi untuk memakmurkan dan membuat keturunan di dalamnya.
Setan akan selalu menggoda keturunan Adam sampai hari kebangkitan. Maka, barangsiapa
yang mengikuti bisikan-bisikan setan, dia termasuk orang-orang yang berdosa. Dan,
barangsiapa yang tidak mengikuti hawa nafsu setan, maka akan selamat dari siksa api
neraka.pada hari kiamat nanti. Setan akan meninggalkan orang-orang yang mengikuti nafsu
setan, seperti apa yang digambarkan oleh Allah SWT dalam surah Ibrahim,
"Berkatalah setan tatkala perkara hisab telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepada kamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan janji
kepada kamu namun aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku
terhadapmu, melainkan aku menyuruh kamu lalu kamu mematuhinya. Oleh sebab
itu, janganlah karnu mencela aku, tetapi celalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali
tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (al-Baqarah:
22-23)
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh dimasukkan ke dalam surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan izin dari Tuhan
mereka. Ucapan penghormatan kepada mereka dalam surga itu adalah "salam":
Ini adalah cerita global yang dikisahkan oleh Allah kepada kita dalam Al-Qur’an. Dari
ayat di atas kita mengetahui hal-hal berikut.
Pertama, dosa Nabi Adam a.s. adalah berbaik-sangka terhadap bisikan-bisikan setan
sampai ia memakan buah khuldi.
Kedua, taubat yang dilakukan Adam adalah karena ilham dari Allah SWT berupa doa
agar diampuni kesalahan-kesalahannya.
Disebabkan oleh doa inilah, Allah SWT kemudian mengampuninya dan menerima
tobatnya, seperti disebutkan dalam firman-Nya,
"Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya
petunjuk." (Thaahaa: 122)
Adapun tentang bagaimana iblis menggodanya dengan bisikan-bisikan sesat, hal
itu karena tabiat manusia yang selalu mengikuti bisikan-bisikan setan. Bisikan-bisikan
setan itu selalu masuk dalam jiwa manusia walaupun dia jauh dari kita sebagaimana
sampainya gelombang suara yang sangat jauh melalui udara atau yang lebih tipis
lagi. Setiap Bani Adam tidak mungkin terhindar dari bisikan-bisikan setan, karena
itu merupakan tabiat dari jiwa manusia. Kecuali, mereka yang dijaga oleh Allah SWT
dan senantiasa menutup pintu masuk setan, menjauhkan diri dari tempat-tempat maksiat
serta menyibukan hati dengan zikrullah. Allah berfirman,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.
Cukuplah Tuhanmu sebagai pelindung."
Ada sebuah hadits yang mengatakan setan itu masuk ke dalam urat nadi manusia.
Mungkin juga iblis masuk ke dalam surga setelah diusir oleh Allah, padahal Allah
telah melarangnya untuk masuk. Akan tetapi, iblis merayu Adam untuk memakan buah
khuldi. Ia memalingkan wajah Adam ke atas pohon khuldi, kemudian membisikkan ke
dalam hatinya dengan kata-kata yang lembut sampai berhasil menguasai hatinya.
Sehingga, lalai bahwa setan adalah musuhnya yang telah diperingatkan oleh Allah akan
bujuk rayuannya.
Adapun pertanyaan bagaimana Adam berbuat dosa padahal dia adalah seorang Nabi
yang maksum dari dosa. Pertanyaan ini telah dijawab oleh banyak orang dengan jawaban-
jawaban sebagai berikut.
Pertama, hal itu mungkin terjadi karena kelalaian Adam. Oleh karena itu, diungkapkan
dengan memakai kata-kata seperti kesalahan, maksiat atau sesat karena ketinggian
derajat dan kedekatannya di sisi Allah SWT. Semakin dekat seorang hamba dengan
Tuhannya, semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Allah. Dia akan selalu waspada
terhadap bujuk-rayu setan. Ayat di atas menyebutkan dengan jelas kata "nussiya" yang
artinya bahwa perbuatan iblis yang membuat lupa Adam adalah perintah Allah SWT,
seperti pendapat sebagian ulamaa tafsir, walaupun sebagian besar ulama mengartikan
"fanussiya" berarti 'meninggalkan, bukan bermakna lalai'.
Kedua, Adam menakwilkan perintah dan larangan Tuhan bukan sebagai kewajiban
namun hanya petunjuk. Sebagaimana halnya dengan pendapat sebagian ahli fikih yang
mengartikan perintah penulisan utang sebagai pengarahan bukan perintah kewajiban
yang apabila ditinggalkan tidak berdosa. Al-Qur’an telah jelas menyebutkan sebagai
perbuatan yang zalim apabila mendekati pohon tersebut.
"Janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-
orang-orang yang zalim."
Ketiga, perbuatan memakan buah khuldi menyebabkan dosa yang kecil. Namun,
pendapat yang mengatakan bahwa Nabi tidak maksum dari dosa-dosa kecil adalah
pendapat yang lemah. Dibantah juga bahwa Al-Qur'an sendiri secara terang
menyebut hal itu dengan maksiat dan kesesatan yang mengakibatkan dikeluarkannya
dari surga.
Keempat, dosa Nabi Adam terjadi sebelum masa kenabian di mana Adam belum
memiliki sifat maksum, seperti pendapat Abu Bakar bin Faruk dengan dalil kata-kata
"maksiat" disebutkan setelah kata "al-Ijtiba" 'pengangkatan menjadi Rasul' dan kata
"Al-hidayah" 'diberi petunjuk'. Ini adalah pendapat yang bagus jika larangan dan
perintah dari Allah SWT disampaikan kepada Adam tanpa perantara yang menjadi ciri-ciri
kenabian dan hal itu terjadi sebelum memakan buah khuldi. Dari sisi lain pendapat yang
bisa menenangkan hati ialah pendapat yang mengatakan bahwa para nabi itu maksum
dari segala maksiat dalam segala kondisi, walaupun pendapat kebanyakan ulama dan ijma'
mengatakan bahwa sifat maksum para nabi itu setelah diangkat menjadi rasul.
Kelima, Allah SWT melarang Adam memakan buah khuldi dengan memperlihatkan
pohon tersebut. Namun, Adam a.s. mengira bahwa larangan tersebut berlaku pada pohon
itu saja, bukan pada jenis pohonnya. Maka, ia memakan dari pohon lain yang sejenis
dengan pohon khuldi. Takwil ini bagus walaupun terkesan direkayasa.
Di sana ada pemahaman yang lebih menyejukkan hati. Yaitu, pemahaman yang
mengatakan bahwa hakikat maksiat ialah menyalahi perintah Allah SWT secara sengaja dan
dengan niat, dan makna taat ialah mematuhi perintah-Nya dengan tulus ikhlas. Oleh karena
itu, yang menjadi sebab pemberian pahala dan pemberian hukuman atas kesalahan manusia
adalah niat dan maksud dari perbuatan itu sendiri, sesuai dengan firman-Nya,
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
Tidak diragukan lagi bahwa Adam ketika memakan buah khuldi tidak sadar bahwa
perbuatan tersebut merupakan maksiat, bahkan mengira dengan itu dia bisa lebih banyak
beribadah kepada Tuhan sebab dia akan manjadi malaikat yang kekal. Iblis telah
menipu dengan bersumpah memakai lafal Tuhan. Tertipunya Adam inilah yang dihukum
oleh Allah, karena Allah telah memperingatkannya sebelumnya agar berhati-hati
dengan rayuan iblis, namun Adam tidak mematuhinya. Seperti pendapat Ibnu Qutaibah
yang mengatakan, "Perbuatan Adam memakan buah khuldi, bukan dari niat yang benar,
akan tetapi hasil dari tipu daya iblis. Buktinya adalah ketidaktahuan Adam akan
kesalahannya kecuali setelah ditegur oleh Allah SWT, seperti firman Allah,
"Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, 'Bukankah Aku telah melarang kamu
berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagi kamu berdua."' (al-A'raaf: 22)
Kemudian Allah menyerunya untuk bertobat dan bersimpuh di hadapan-Nya
mengakui kelalaiannya kemudian berdoa,
"Mereka berdua berkata, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri.jika engkau tidak mengampuni kami dan
mengasihi kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang merugi." (al-A'raaf: 22)
Allah telah menegurnya dengan teguran keras yang disebabkan oleh Adam yang
teperdaya oleh bisikan-bisikan setan. Kemudian ia sadar dan bertobat dari kelalaiannya,
seperti dalam ungkapan sebuah kaidah "hasanaatul abror sayyiaatul muqarabiin"
'kebaikan orang baik, adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Tuhan'.
Adapun apa yang dikatakan bahwa perbuatan itu adalah perintah secara implisit dan
larangan eksplisit sama sekali tidak benar. Tidak ada dalil yang mendukungnya.
Menerima pendapat ini berarti menafikan adanya ‘Taklif" dari Allah. Ada sebagian
ulama sufi yang membedakan antara maksiat seorang wali dengan fasik. Mereka
mengatakan bahwa wali sama sekali tidak pernah bermaksud berbuat maksiat dan tidak
bersuka-ria dengan perbuatan maksiat. Pendapat ini jelas tidak memiliki dalil dan tidak
punya makna.
Pendapat yang mengatakan bahwa kisah ini ada dalam Al-Qur’an hanya sebagai
perumpamaan saja adalah tidak bisa diterima, sebab Al-Qu'ran menyebutkannya secara
shorih 'terang' yang tidak bisa ditakwilkan lagi. Jika dibolehkan menakwilkan suatu ayat
yang shorih berarti telah dibenarkan menakwilkan seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang shorih
walaupun jelas sekali makna-maknanya. Pendapat-pendapat seperti ini biasanya
dianut oleh para penganut paham kebatinan, padahal tidak ada qorinah 'tanda' yang bisa
menakwilkan makna ayat yang shorih.
Ada beberapa orang-orang terpelajar didikan Barat yang berpendapat bahwa makna lahir
ayat ini bertentangan dengan teori Darwin dan kawan-kawannya dari para ahli ilmu
kedokteran hewan dan peneliti asal-muasal makhluk hidup. Tuduhan ini jelas tidak benar,
karena Darwin sendiri tidak mengatakan bahwa manusia hasil keturunan dari binatang-
binatang yang lain, baik itu kera ataupun hewan yang lainnya.
Darwin sendiri mengakui bahwa teori ini tidak bisa memberi jawaban secara pasti
tentang asal-muasal makhluk hidup. Dia mengakui bahwa di sana ada faktor lain yang
belum bisa diketahui yang dengan pasti. Disebutkan dalam bukunya Asal-Muasal Makhluk
Hidup, "Saya meyakini bahwa hukum pemilihan secara alam adalah faktor utama
pembentuk genetika makhluk hidup sehingga melahirkan berbagi jenis makhluk, akan
tetapi itu bukan satu-satunya faktor penyebab evolusi." Kemudian dia menunjukkan dua
perkara penting. Pertama, proses pemilihan alam secara alam penyebab utama timbulnya
proses evolusi, bukan penyebab timbulnya makhluk hidup itu sendiri. Kedua, bukan satu-
satunya hukum alam dalam masalah itu. Darwin menambahkan lagi, "Perkenankanlah saya
tambahkan lagi di sini bahwa saya bukanlah orang yang sedikit akalnya, sampai saya
mengatakan bahwa keberhasilan saya sanggup memahami asal-muasal makhluk yang sangat
luas itu." Di samping itu banyak dari para ilmuwan di Barat yang menyalahkan teori evolusi
Darwin bahkan menolak pondasi teori ini. Mereka mengarang banyak buku-buku
dikhususkan untuk membantah teori Darwin, berikut beberapa contoh dari tulisan-tulisan
mereka.
1. Professor Fond Bayer dari Jerman, seorang pakar ilmu genetika, fisiologi, dan biologi
yang mengarang sebuah buku yang berjudul Bantahan Teori Darwin. Ia
mengatakan, "Pendapat yang mengatakan bahwa jenis manusia hasil dari proses
evolusi kera, jelas pendapat orang yang gila dan bodoh yang belum terjadi sepanjang
sejarah manusia, pendapat ini jelas tidak mungkin ada dalilnya."
2. Professor Qirku seorang kebangsaan Jerman yang seide dengan Prof.
Dukanziv dari Perancis, dalam bukunya, Gen Manusia, mengatakan, "Saya harus
mengumumkan bahwa segala perkembangan keilmuaan yang terjadi dalam bidang
ilmu antropologi atau ilmu sejarah biologis manusia sebelum masehi, membuat
teori hubungan manusia dengan kera sedikit demi sedikit, bertambah jauh dari
kebenaran. Jika kita mempelajari fosil manusia primitif pada masa keempat, kita
temui jenis manusia yang hampir menyerupai bentuk kita. Semua tulang tengkorak
dari fosil-fosil manusia itu tumbuh dengan cara alami yang tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa mereka hidup berkomunitas dengan damai. Besarnya tengkorak kepala
banyak hampir menyerupai manusia pada zaman kita. Jika dilakukan perbandingan
jenis manusia itu dengan apa yang kita lihat pada masa kini, kita bisa
menyimpulkan bahwa cacat tubuh banyak diderita oleh manusia pada zaman
sekarang dibandingkan dengan manusia pada fase keempat. Saya tidak berani
mengambil hipotesa bahwa penemuan-penemuan kerangka manusia zaman
purbakala tidak kita jumpai kecuali manusia-manusia permulaan zaman keempat
sebelum Masehi. Kebiasaan kita (dalam penelitian ilmiah), sering mengambil
kesimpulan dengan menganalogikan bentuk susunan kerangka secara umum dengan
susunan kerangka manusia yang hidup sejaman. Dan apa pun masalahnya, saya
harus mengatakan bahwa tidak ada sama sekali tengkorak kera menyerupai
tengkorak manusia. Di samping itu, ada perbedaan yang mendasar sekali antara
keduanya. Maka, kami tidak hanya tidak bisa mengajari masyarakat bahwa
manusia keturunan dari kera atau hewan yang lain, bahkan "saya tidak bisa
menganggap bahwa teori ini ilmiah".
3. Profesor Illie Dusion, seorang ahli ilmu fisiologi memberikan komentar tentang
teori Darwin dalam bukunya yang berjudul Tuhan dan Ilmu sebagai berikut,
"Setelah 20 tahun berjuang mempertahankan teori Darwin yang dilancarkan
musuhnya, teori ini runtuh berkeping-keping."
Kemudian dia menukilkan apa yang ditulis Horbret Sibsner yang meruntuhkan teori
hukum pemilihan secara alami. Setelah itu dia menyalin tulisan Professor Wisman yang
menentang teori perpindahan sifat (gen) dan teori ciri-ciri yang didapat. Kedua teori
inilah yang menjadi landasan utama teori Darwin.
Masih banyak lagi tulisan-tulisan para ilmuwan Barat yang termuat dalam majalah-
majalah dan buku-buku. Para pengekor teori Darwin mengatakan, "Bagi kami,
semuanya memakai ilmu modern. Mereka berpanjang-panjang dalam pembicaraan
dalam mendukung pendapat Darwin." Bukan hanya itu saja, bahkan sebagian para
ilmuwan Barat mulai berhasil membuktikan antitesis dari Teori Darwin.
Berhadapan dengan pendapat-pendapat seperti ini, apakah kita masih berhak untuk
menakwilkan perkataan orang yang sangat jenius ini dan memindahkan dari makna yang
lahir kepada makna takwil maupun tamsil (perumpamaan)? Meskipun tinggi nilainya
teori ini, tetapi ia hanyalah sekadar hipotesa ilmiah yang masih perlu dibuktikan lagi
kebenarannya.
Yang menarik bagi saya, sebuah pendapat dalam tafsir Al-Manar dalam surah al-
Baqarah,
"Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku telah
menciptakan seorang khalifah di muka bumi."' (al-Baqarah: 30)
Dalam tafsir tersebut disebutkan bahwa adalah suatu kesalahan bagi orang-orang
yang mengatakan bahwa dalil akal adalah asal dari segala dalil. Apabila ada dalil naqli
(Al-Qu'ran dan As-Sunnah) yang bertentangan dengan dalil akal, maka wajib ditakwil
agar sesuai dengan dalil akal. Yang benar adalah seperti pendapat Syekh Islam Ibnu
Taimiyah. Dia berkata, "Setiap dari kedua dalil itu, bisa berupa dalil qath'i ‘pasti' juga
bisa berupa dalil dhonny. Dua dalil yang qath'i tidak mungkin saling bertentangan.
Apabila bertentangan, maka keduanya adalah dhonny. Apabila bertentangan antara
dhonny dan qath'i, maka harus mendahulukan dalil qath'i. Dan, jika bertentangan antara
dhonny dan dhonny, maka diutamakan dalil naqliy daripada dalil akal. Sebab, mengikuti
kemungkinan kebenaran dari perkataan Allah dan Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti
daripada kemungkinan kebenaran menurut akal manusia, karena akal manusia terbatas
dan seringkali salah. Oleh karena itu, ayat-ayat tentang kisah Nabi Adam a.s. mempunyai
makna yang terang lebih diutamakan daripada teori-teori ilmiah baik itu tentang rahasia
makhluk hidup, analisa bentuk maupun sistem biologis yang bertentangan dengan ayat
di atas, selama teori-teori tersebut belum pasti kebenarannya.
Setelah itu penulis buku Al-Manar, sebelum dan sesudahnya menerangkan panjang
lebar tentang seputar ayat di atas. Kemudian dia menyebutkan pendapat yang
mengatakan bahwa kisah Adam hanya perumpamaan saja itu berasal dari para ulama
khalaf dan menisbatkan pendapat yang lahir kepada ulama salaf. Namun, sebenarnya
pendapat ini perlu dipertanyakan lagi, siapa yang dimaksud ulama khalaf? Dan, siapa di
antara mereka yang mengatakan pendapat ini? Ini adalah dua pertanyaan yang memerlukan
jawaban. Akan tetapi, yang terpenting bagi kita ialah kita yakin bahwa ayat-ayat kisah Nabi
Adam mempunyai makna yang lahir dan bahwa kisah Adam adalah kisah nyata seperti
yang dikisahkan Allah SWT kepada kita-dalam Al-Qur'an. Firman Allah selalu benar
dan Dialah yang menunjukkan jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

BAB III PEMAHAMAN-PEMAHAMAN YANG KELIRU


Judul asli tulisan ini adalah "Kewajiban Seorang Ikhwan dalam Berpakaian,
Penampilan, dan Pergaulan" seperti ditulis oleh Imam asy-Syahid Hasan al-Banna dalam
majalah An-Nadhir hari Senin bulan Jumadil Tsani tahun 1357 H, edisi ke-13, tahun dua.
Beliau berbicara tentang berdirinya Ikhwanul Muslimin di atas sebuah landasan yang
diketahui oleh setiap pengikutnya. Yaitu, pembaharuan pola pemikiran Islam dan umat
Islam dengan kembali kepada petunjuk Rasulullah dan para sahabatnya yang telah terbina
dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah-sunnah Rasul.
Setelah itu beliau memaparkan tentang peran Islam yang sangat besar dalam membentuk
umat lain yang pernah hidup dalam lingkungan yang Islami dan budaya Arab. Maka,
masuk Islamlah para pemimpin-pemimpin umat, sampai terpengaruh dengan ajaran Islam
dan budaya orang-orang Arab. Umat Islam tidak terpengaruh dengan umat yang lain
kecuali setelah bangsa Arab dan umat Islam tertidur pulas dan bermalas-malasan. Kondisi
ini terjadi bersamaan dengan kebangkitan Barat. Bangsa Barat mulai bekerja dengan serius,
dilandasi dengan ilmu, etos kerja yang tinggi, dan tak mengenal lelah, maka bangsa Barat
berubah menjadi negara yang kuat melebihi kekuatan Islam dan umatnya. Pada diri
mereka terkumpul tiga kekuatan, yaitu kebodohan akan agama mereka dan kebenaran agama
tidak mendukung mereka, kelemahan dalam bidang politik, dan kemewahan peradaban yang
materialistik.
Maka, mereka mulai melepaskan diri dari pemikiran dan tuntutan kewajiban pemikiran
yang Islami dalam setiap segi kehidupan. Maka, sistem pendidikan berubah dan melahirkan
generasi yang terlepas dari jiwa yang independen dan pemikiran nasionalisme. Kebiasaan
mereka berubah baik dalam makanan, berpakaian, cara berjalan, berbicara, maupun semua
yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga, asy-Syahid mengatakan, "Segalanya telah
berubah, umat Islam telah lepas dari agama mereka dan mereka tidak mengetahuinya."
Kemudian Imam asy-Syahid berbicara tentang kesalahan-kesalahan persepsi sebagian
anggota Ikhwan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang harus diluruskan.
Imam asy-Syahid berkata, semoga Allah merahmatinya, "Sesungguhnya pernikiran dasar
Ikhwanul Muslimin ialah agar umat manusia kembali kepada pola kehidupan yang
Islami.
Ada dari sebagian kaum terpelajar Mesir yang dididik oleh pemikiran Barat
menertawakan dan menghina kita. Namun, mereka mengolok-olok terhadap kita dengan
kadang-kadang dibarengi rasa kagum. Mereka terheran-heran dengan pemikiran kita
yang selalu menyeru untuk kembali kepada kehidupan spiritual. Dia memandang suatu
kemustahilan terhadap para pemuda pejuang Ikhwan untuk melepaskan terali besi yang
menjerat umat untuk kembali ke dalam kehidupan yang Islami.
Mereka dimaklumi, sebab mereka belum beriman dan mengetahui kekuatan yang
dahsyat di balik keimanan itu. Mereka tidak ingat apa yang telah diperbuat oleh umat
setelah memiliki keimanan yang benar pada masa-masa awal Islam.
Wahai saudara-saudara sekalian. Sesungguhnya misi setiap agama di setiap masa
adalah sama, yaitu mereformasi sistem dunia, mengubah keadaannya, dan mengarahkan
manusia pada sesuatu yang baru. Ini adalah misi Islam, yang telah disebarkan oleh
Muhammad saw. dan diteruskan oleh para pembaharu Islam setelah beliau. Kita
akan meneruskan pembaharuan ini dengan seizin Allah. Allah pasti akan mengubah
tatanan dan keadaan dunia ini, tunggulah pasti kamu akan mengetahuinya di waktu yang
akan datang.
Kewajiban seorang muslim sejati ialah menolong saudaranya setelah memberi nasihat
kepadanya. Banyak dari saudara-saudara kita yang salah persepsi dalam memahami
keseriusan berda'wah identik dengan perang melawan pemerintahan atau memerangi
kemungkaran dengan kekuatan fisik. Bukan! Bukan demikian, perangilah hawa nafsu
kamu terlebih dahulu, hilangkan rasa permusuhan di antara kamu. Dengan modal
kebersihan jiwa, berbuatlah untuk memajukan umat Islam. dan memerangi
kemungkaran.
Saya akan mengajak kalian semua untuk mengubah cara berpakaian kita agar lebih
dekat dengan penampilan yang Islami. Saya akan ajak kalian untuk memelihara jenggot
agar berbeda dengan orang-orang bukan dari agama kita. Saya akan ajak kalian untuk
mengatur waktu, kita akan tidur sehabis Isya dan selalu bangun menjelang fajar. Saya
akan ajak kalian untuk membina rumah tangga dengan dasar Islam. Saya akan ajak kalian
untuk mengajari istri-istri, anak-anak wanita, dan saudara-saudara wanita kita dengan
ajaran-ajaran Islam sampai mereka paham dengan sebenar-benarnya pemahaman.
Saya akan mengajak kalian kepada perilaku seperti ini. Namun, dengan cara yang
teratur dan langkah-langkah yang jelas, saya ajak kalian untuk mendirikan shalat dan
selalu melakukannya dengan berjama'ah.
Barangsiapa yang menang melawan hawa nafsunya, maka dia akan mengalahkan
pemerintah-pemerintah yang rusak. Allah pastilah akan menolong kita. Barangsiapa
yang lemah terhadap hawa nafsunya, maka dia lebih tak berdaya menghadapi orang
lain. Saya berjanji akan menjelaskan hal ini secara detail dalam waktu dekat. Tahun
depan, akan menjadi tahun jihad melawan nafsu, rumah tangga, dan adat. Maka,
perangilah nafsu-nafsu kamu sekalian, sesungguhnya Allah bersama kamu sekalian.

BAB IV
PIDATO DA'WAH HASAN AL-BANNA
A. WAHAI ORANG-ORANG YANG KEBINGUNGAN
Wahai orang-orang yang kebingungan mengarungi bahtera kehidupan, sampai
kapan berhenti kesesatan, padahal di tanganmu ada lentera yang menerangi kehidupan
ini. Allah berfirman, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan dari kitab itu pulalah Allah mengeluarkan orang-
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (al Maa'idah: 15-16)
Wahai orang yang lelah kebingungan mencari arah kehidupan, kemudian tersesat
jalan, dengarlah panggilan Tuhanmu yang Maha Mengetahui,
"Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Kemudian capailah setelah itu ketenteraman jiwa, ketenangan perasaan, dan
balasan yang baik. Firman Allah,
"Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mere-ka.
Siapa lagi yang bisa mengampuni dosa-dosa mereka selain Allah? Mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya."(Ali Imran: 135-136)
Wahai saudara yang terperosok dalam kubangan dosa dan maksiat.
Saya ingin mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya pintu rahmat Tuhanmu
sangatlah luas dan tidak tertutup. Tangisan tobat orang yang berbuat maksiat lebih dicintai
Allah daripada doanya orang taat. Ratapan doamu di waktu petang, tetesan air mata penyesalan,
zikir istigfar, dan tobatmu akan menghapuskan kesalahanmu, meninggikan derajatmu,
dan menjadikanmu orang-orang yang dekat dengan-Nya. Setiap manusia tidak terlepas dari
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang mau
bertobat.
Betapa dekat Tuhanmu denganmu, namun engkau tidak mengetahuinya.
Betapa besar cinta Allah terhadapmu, namun kamu tidak menghargainya. Rahmat
Tuhanmu sangatlah besar, namun engkau melupakannya.

B. ISLAM DAN KELUARGA


Jika Islam telah memperbaiki hati, mengatur waktu, dan membersihkan harta-harta, maka
dia juga memperhatikan masalah rumah tangga, dan meletakkan tata aturannya yang
menjamin kebahagiaan hidup berkeluarga. Islam datang untuk mendorong kaum muslimin
agar membina kehidupan keluarga yang tenteram, mencintai anggota keluarga, dan
menyifatinya sebagai nikmat yang besar dari nikmat-nikmat Allah.
Muad r.a. suatu hari datang kepada Rasulullah, meminta beliau untuk memberinya sebuah
wasiat. Maka, Rasulullah bersabda, "Wahai Muad, jagalah lisanmu, lapangkanlah keluargamu,
dan menangislah atas dosa-dosamu." Maka, lapangkanlah rumahmu.
Rumah sebuah tempat yang damai dan aman, tempat para istri, anak-anak, ibu-ibu serta
bapak, tempat ketenteraman, dan tempat peristirahatan setelah bekerja. Kesulitan-kesulitan
hidup akan lenyap dalam rumah tangga yang teratur dan harmonis. Kejadian-kejadian pahit
dalam kehidupan akan terlupakan dalam belaian tangan yang lembut dalam rumah muslim.
Rumah itulah yang menjadi inti kebahagiaan hidup dan penumbuh kesucian, tempat
pencurahan kasih sayang dan saling menyayangi serta pengabdian seorang suami terhadap
istrinya. Islam telah mengatur semuanya itu dengan cara mengatur hubungan antar
anggota keluarga.
Rasulullah saw pernah bersabda,
"Setiap dari kamu adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas orang yang
dipimpinnya, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang
dipimpin, seorang suami bertanggung jawab atas anggota keluarganya, istri-istri
adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rumah suaminya, seorang
pembantu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas harta tuannya, setiap dari
kamu adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya."
Maka, tanggung jawab seorang suami seperti seorang pemimpin atas anggota
keluarganya. Dialah yang bertanggung jawab atas mereka, mencarikan penghidupan
materi, dan membina mereka di dalam dan di luar rumah.
Ketika di luar rumah, dia bekerja untuk mencukupi keperluan rumah tangga dengan
pekerjaan yang baik dan halal, yang kira-kira bisa menjamin terpenuhinya kehidupan materi
bagi semua anggota keluarga. Ketika ada di dalam rumah, dia memberikan pengarahan,
nasihat, penilaian, dan pengawasan yang sempurna agar semua anggota rumah
menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan sungguh-sungguh dan rasa ikhlas. Hanya
dengan cara berkomitmen dengan ajaran-ajaran Islam sajalah, kebahagiaan keluarga akan
terwujud. Kebahagiaan ini tidak akan tercapai kecuali dengan suri teladan yang baik dari
bapak ataupun ibu. Maka orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan pernah bisa
memberi.
Allah SWT berfirman,
"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
kamu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikannya di antara kamu rasa kasih dan sayang." (ar-Ruum: 21)
Dan, Rasulullah saw. bersabda,
"Tidak ada kemanfaatan bagi seorang muslim yang lebih baik setelah takwa,
kecuali istri yang shalehah."
Maka, istri yang shalehah adalah jiwa rumah tangga, tempat ketenangan jiwa,
dan dengannya kehidupan menjadi teratur. Dialah yang mengatur rumah tangga, mendidik
anak, serta membesarkan mereka dalam keutamaan akhlak, kebaikan, dan kebenaran.
Dialah yang memegang amanat menenteramkan kehidupan. Di atas pundaknya
ketenangan jiwa suami, dan dalam akhlaknya kemuliaan dan kesalehan anaknya, serta dalam
kecantikan dan kebersihan badannya merupakan hiasan kehidupan dan kenikmatan yang
halal.
Islam telah mewajibkan kepada para istri dengan kewajiban-kewajiban yang tidak
memberatkan jiwa, dan tidak menyusahkan tabiat fitrah manusia. Islam telah menyamakan
antara dia dan suaminya dalam masalah agama. Seorang istri dituntut menjaga
keselamatan akidah, dan menjalankan kewajiban-kewajiban ibadah. Islam telah
menjadikan kewajiban-kewajiban itu lebih mulia daripada bekerja di luar. rumah. Karena,
rumah ibarat sebuah kerajaan yang agung dan tiang penyangga kehidupan bermasyarakat.
Maka, sesungguhnya seorang wanita yang telah merusak anaknya dengan tangan kanannya,
sungguh ia telah menggoncangkan alam dengan tangan kirinya. Bahkan, Islam telah
menjamin hak-hak dan kemuliaannya. Sesungguhnya apa yang telah Islam berikan untuk
para wanita akan menjadi pencela kebatilan-kebatilan orang-orang fasik. Mereka telah
menebarkan racun dalam diri wanita dan membungkus kebatilan itu dengan kebaikan.
Sesungguhnya propaganda-propaganda yang menyesatkan ini bersumber dari
orang-orang yang bejat moral. Mereka sesungguhnya musuh kaum wanita. Seruan kepada
para wanita untuk memikul beban kehidupan, menuntut mereka bekerja di luar rumah,
berakibat hilangnya rasa malu dalam diri wanita, padahal rasa malu itu yang menjadi nilai
wanita. Pada akhirnya kemuliaan dan kesuciannya terancam ternoda. Seorang suami yang
menyeru istrinya seperti seruan mereka adalah musuh para wanita. Wanita yang
mempercayainya dan melaksanakannya, adalah musuh bagi dirinya sendiri dan berkubang
dengan syahwat.
Kesucian dan kemuliaan wanita terletak pada pengendalian terhadap kebebasannya dan
tempat yang pantas baginya yang telah diciptakan oleh Allah untuk itu yaitu rumah tangga.
Peran sebenarnya yang telah Allah wajibkan ialah mendidik anak dan membentuk generasi.
Betapa agung peran ini kalau seorang wanita memahaminya,
"Hendaklah istri-istri kamu tetap di rumahmu. )anganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang terdahulu. Dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat serta taatilah Allah dan Rasul-Nya." (al-Ahzab: 33)
Termasuk di antara ketaatan kepada Tuhan adalah memahami peran yang digariskan
untuk para wanita, melaksanakannya dengan sebaik baiknya sesuai dengan yang diinginkan
Allah dan Rasul-Nya.
Dalam keluarga terdapat anak-anak. Merekalah buah kehidupan, tempat
bergantungnya harapan. Islam telah meletakkan aturan yang menjamin mereka
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Islam telah memerintahkan orang tua untuk
mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Seorang laki-laki masuk ke dalam rumah Umar ibnul Khaththab. Dia menjumpai putra-
putra beliau menaiki punggungnya dan bermain-main bersamanya, maka dia berkata,
"Wahai amirul mukminin, engkau adalah pemimpin umat dan pembesar para raja.
Bagaimana dengan engkau, engkau berada dalam keadaan seperti ini. Saya punya 10 anak.
Jika saya masuk rumah, duduklah anak yang berdiri, dan diamlah yang berbicara." Maka,
Umar berkata kepada orang yang telah ditugasi suatu pekerjaan itu, "Sungguh kamu tidak
mempunyai kasih sayang terhadap anakmu, bagaimana kamu mengasihi kaum muslimin?!
Kemudian memecat orang itu dari tugasnya."
Inilah ajaran Islam yang telah menjadikan rasa kebapakan sebagai rahmat. Menjadikan
kasih sayang terhadap anak, dan mendewasakan mereka termasuk sebaik baik jihad.
Pernah suatu ketika Rasulullah berada di tengah-tengah para sahabatnya.
Pandangan mereka tertuju pada seorang pemuda yang berkulit bersih dan kuat. Mereka
berkata, "Alangkah bagusnya jika kulit yang kuat ini digunakan di jalan Allah?"
Kemudian Rasulullah menjawabnya, "Jika dia keluar untuk menolong yang lemah,
maka termasuk di jalan Allah. Dan, jika dia keluar untuk menafkahi dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta, maka termasuk di jalan Allah."
Islam telah mewajibkan anak-anak untuk berbuat baik dan taat kepada kedua orang
tua mereka. Allah berfirman,
"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu katakan kepada keduanya perkataan
"Ah" dan janganlah kamu membentak mereka. Ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
mendidik aku waktu kecil."' (al-Israa': 23-24)
Tatkala umat Islam tidak mengamalkan ajaran agamanya dalam rumah tangga, maka
jadilah rumah itu tempat yang menjemukan. Suami menghabiskan waktunya di
tempat-tempat hiburan. Suami lebih mengutamakan berkumpul dengan kawan-kawan
yang jelek akhlaknya dan mengumbar syahwat daripada mempergauli istri dan anak-
anaknya. Maka, jadilah suami membuang waktu dan hartanya. Anak telantar tanpa perhatian,
kasih sayang, dan pengawasan. Maka, masuklah kerusakan akhlak dalam rumah tangga.
Istri pun mulai menyeleweng mengikuti ajakan-ajakan setan. Akibatnya, keluarga seperti ini
melahirkan generasi amoral yang menjadi sampah masyarakat.
Wahai saudaraku, kewajiban bagi kita agar membawa diri kita kepada kehidupan yang
benar, dan memulai membangun masyarakat kita dengan pondasi yang kokoh. Lakukan
kewajiban kita terhadap rumah tangga dengan meluangkan waktu kosong kita untuk
membahagiakan istri kita dengan kasih sayang dan mempergaulinya dengan baik;
menjaga anak-anak, dan mengawasi pembinaannya. Karena, rumah tangga yang saleh
adalah pondasi bagi masyarakat dan umat yang kuat.

A. SAMPAI UMAT ISLAM KEMBALI SEPERTI UMAT YANG


PERTAMA
Surat terbuka.
Kepada yang terhormat Syekh al-Azhar, Majelis Ulama al-Azhar, para aktivis
jama'ah Islam, dan para pemikir Islam.
Saya telah berpikir panjang dalam masalah perbedaan pendapat di antara kelompok-
kelompok Islam, terutama di Mesir dan dunia Islam pada umumnya. Saya telah berusaha
lama untuk menemukan suatu jalan tengah guna menyatukan hati-hati kita untuk
menggapai sebuah cita-cita agung, yang bisa mempertemukan setiap jiwa-jiwa
yang beriman, dan mengarahkan amal usaha kita sekaligus sebagai pondasi untuk
kebangkitan umat yang kita tunggu-tunggu kedatangannya.
Sesungguhnya Islam adalah agama persatuan dan perkumpulan. Banyak ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul menyeru kepada persatuan. Dijelaskan dalam
Al-Qur'an bahwa setiap mukmin adalah bersaudara dan penolong bagi orang mukmin
lainnya. Kaum muslimin pada masa-masa awal Islam tidaklah menjadi umat yang
kuat kecuali dengan menyerukan da'wah ukhuwah, yang telah menyatukan hati-hati
mereka dan akal-akal mereka pada satu tujuan yang sama. Karena itu, usaha
perjuangan mereka mengarah pada satu tujuan yang sama. Sejarah telah mencatatnya
sebagai simbol umat yang bersatu.
Sesungguhnya perbedaan pendapat yang terjadi hanya pada permasalahan bentuk
amal usaha dan cabang-cabang ibadah, bukan termasuk dalam perkara akidah. Perbedaan ini
tidak melukai hati dan tidak mengancam persatuan kita. Permasalahannya hanya seputar
benar atau salah. Jika kita tahu bahwa benar atau salah keduanya akan mendapat
pahala, maka perbedaan itu tidak ada-efek sampingnya. Kita bisa di bawah rasa
ukhuwah dan cinta kasih untuk sampai pada suatu kebenaran. Hakim agama bisa
menghukumi perbedaan pendapat ini dengan kebebasan kedua belah pihak.
Di antara perbedaan pendapat ada yang berkaitan dengan akidah, ini kebanyakan
terjadi antara kelompok-kelompok Islam di Mesir pada khususnya. Sumber dari
pertengkaran ini adalah tidak ada kejelasan tentang ungkapan-ungkapan yang dipakai
serta tidak mengetahui maksud dan tujuannya secara jelas. Saya yakin seandainya
ungkapan-ungkapan yang dipakai satu dan mengetahui maksud dan tujuan pihak
lain, tidak terikat dengan istilah-istilah yang khusus, selagi mempunyai makna yang
sama, kita bisa menyatukan pandangan kita, dan mendekatkan perbedaan
pendapat di antara kita. Maka, pastilah kita akan sampai pada satu penyelesaian
yang baik, minimal kita tidak saling mengafirkan. Namun, menganggapnya
sebagai hal yang tepat atau tidak tepat. Maka, dengan itu ukhuwah di antara kita
tetap akan terjalin dan persatuan akan semakin kokoh.
Sesungguhnya umat Islam sedang menuju pada suatu kebangkitan yang kita tunggu-
tunggu kedatangannya dan bersiap-siap menyongsong era baru. Tidak ada alasan bagi
mereka berpikir panjang untuk merapatkan barisan dan menyatukan kekuatan, sehingga
ketika tiba waktunya nanti kita dalam keadaan yang siap.
Saya berkeinginan sekali menyampaikan pemikiran ini kepada para aktivis pergerakan
Islam. Saya optimis akan berhasil mendekatkan pendapat-pendapat yang berseberangan
dan pengakuan mereka terhadap kebenaran. Sekaligus saya sangat berharap agar mereka
merenungkan masalah ini secara dalam. Jika mereka melihatnya bagus sebagai
sarana untuk menyatukan kata, maka kami akan mengambilnya sebagai
landasan berukhuwah, menyatukan cabang-cabang perbedaan, dan mengembalikan
orang-orang yang bercerai-berai kepada landasan ini.
Kepada yang mulia Syekh al-Azhar dan lembaga ulama Al-Azhar, sebagai suatu badan
yang bertanggung jawab secara resmi untuk menjelaskan yang hak dan menyeru umat
kepada kebenaran. Kemudian kalimat ini juga saya tujukan pula kepada para pemikir
Islam baik secara individu maupun kelompok.
1. Agama Islam adalah agama sosial yang menyeluruh dan mencakup semua segi
kehidupan.
2. Al-Qur`an dan As-Sunnah adalah sumber dari hukum Islam bagi setiap muslim. Al-
Quran dipahami menurut kaidah-kaidah bahasa Arab yang benar dan hadits-hadits
Nabi mengikuti para ahli hadits yang dipercaya. Kias (analogi) dan ijmak adalah
bersumber pada Al-Qur’an dan hadits.
3. Pendapat Imam dan wakilnya tentang perkara yang tidak ada nashnya atau ada
nash tetapi mengandung banyak arti serta masih dalam cakupan masalah "al-
maasholih Almursalah; kita mengamalkannya selagi tidak bertentangan dengan
kaidah syara' karena hukum kadang-kadang berubah dengan berubahnya keadaan.
4. Setiap orang perkataannya bisa salah dan benar kecuali al-Maksum saw. Setiap
yang datang dari ulama salaf yang tidak bertentangan dengan kitab dan Sunnah
kita terima. Kalau bertentangan, maka Al-Qur'an dan As-Sunnah lebih utama kita
ikuti. Kami tidak akan mencela atau menghina orang yang berselisih paham
dengan kita dan tidak akan menghalang-halanginya. Memperpanjang dalam
permasalahan yang tidak berakhir pada suatu perbuatan adalah memberatkan diri
sendiri yang dilarang oleh syara’. Termasuk dari itu adalah banyak membuat
cabang permasalahan hukum dan memperlebar dalam makna-makna ayat-ayat
Al-Qur’an yang tidak akan pernah selesai untuk digali dengan cabang ilmu apa pun.
Juga pembicaraan tentang masalah keutamaan para sahabat Nabi dan perbedaan
yang terjadi di antara mereka, karena setiap dari mereka mempunyai keutamaan
sebagai kawan perjuangan Rasul dan balasan yang setimpal atas niat mereka.
5. Setiap muslim yang belum sampai pada tingkatan menyimpulkan suatu hukum dari
sumber-sumbernya agar mengikuti pendapat salah seorang imam. Alangkah
bagusnya, selain mengikuti imam, dia juga berusaha mengenali dalil-dalil imam,
dan menerima segala nasihat yang disertai dengan dalil kuat yang disampaikan
oleh orang yang bisa dipercayai. Perbedaan hukum dalam cabang-cabang
permasalahan bukan sebab takfir atau keluar dari agama, serta tidak
menyebabkan rasa permusuhan dan dengki. Tidak ada salahnya melakukan
penelitian ilmiah yang objektif, jika hal itu tidak menimbulkan rasa sombong dan
fanatik. Pada akhirnya seorang hakim yang memutuskan perkara.
6. Setiap penambahan dalam agama yang tidak punya dasar, yang telah dianggap
baik oleh masyarakat dengan hawa nafsunya dan pengurangan atau
penambahan dalam ibadah, adalah kebatilan yang harus diperangi dengan sebaik-
baik sarana sehingga tidak menimbulkan hal yang lebih buruk. Bid'ah yang
menambahkan atau meninggalkan atau mewajibkan dalam ibadah-ibadah
tertentu adalah perbedaan pendapat dalam fikih. Setiap orang dengan dalilnya
dan berusaha membuktikan kebenarannya dengan dalil dan bukti.
7. Mengetahui tentang Allah, mengesakan-Nya, dan mensucikan-Nya merupakan
akidah Islam. Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat Tuhan, kami
mempercayainya seperti apa yang tertera dalam nashnya tanpa ditakwilkan. Kami
menyerahkan maksud kandungan maknanya kepada Allah SWT: Kami tidak ingin
turut campur dalam perbedaan pendapat di antara ulama. Kami merasa lapang
dengan apa yang dilapangkan Rasul dan para sahabatnya. Firman Allah, "Dan,
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, "Kami beriman dengan ayat-ayat
yang mutasyabihat. Semuanya datang dari Tuhan kami" (Ali Imran: 7)
8. Mencintai orang-orang saleh, menghormati mereka, dan memuji amal
kebaikannya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Tuhan. Para wali Allah adalah
mereka yang disebutkan dalam Al-Qur’an, "Mereka orang-orang yang beriman
dan bertakwa." (Yunus : 63)
Sifat karomah dimiliki bagi mereka yang beriman dan bertakwa serta memenuhi
syarat-syarat syara'. Dengan keyakinan bahwa mereka orang-orang yang diridhai
oleh Allah. Mereka tidak memiliki kekuasaaan untuk memberi manfaat dan
kemudaratan baik ketika mereka masih hidup maupun setelah meninggal, di
samping tidak dapat menghibahkan suatu apa pun kepada orang lain.
Ziarah kubur, walaupun termasuk Sunnah Rasul, tetapi meminta bantuan-
dari orang-orang yang sudah meninggal, memanggilnya atau meminta untuk
diselesaikan suatu urusan dari dekat atau jauh, bernazar untuk mereka, atau
membangun kuburan, meneranginya dengan lampu-lampu, bersumpah atas nama
selain Allah dan lain sebagainya termasuk dosa-dosa besar yang wajib
diperangi. Kami tidak akan menakwilkannya sebagai amalan untuk hati-hati.
Doa dengan perantara makhluk termasuk perbedaan dalam tata-cara berdoa dalam
hukum fikih, bukan termasuk dalam masalah akidah. Mantra, perdukunan,
saji-sajian, tukang ramal, dan mengklaim mengetahui barang gaib, semuanya
termasuk kemungkaran, wajib untuk dihilangkan, kecuali jika diambil dari
ayat-ayat Al-Quran atau hadits-hadits yang ma'tsur. Keimanan yang sungguh-
sungguh dan menahan nafsu itu adalah cahaya dan kenikmatan yang Allah
semayamkan ke dalam hati hambanya yang Ia kehendaki.
9. Kami tidak mengafirkan seorang muslim yang mengucapkan dua kalimat
syahadat, menunaikan ibadah wajib, kecuali jika mengakui kekafiran atau
mengingkari perkara yang sudah jefas kebenarannya dalam agama secara
mutlak, atau mendustakan ayat yang shorih. Atau, menafsirkannya dengan
tafsiran yang bertentangan dengan kaidah Islam, dan tidak terkandung dalam
gaya bahasa Arab, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak menerima takwil
lagi kecuali pelakunya menjadi kafir.
10. Agama Islam membebaskan akal dan mendorongnya untuk merenungi ciptaan-Nya,
meninggikan derajat para ulama, dan menerima segala sesuatu yang baik dalam
segala hal. Hikmah adaiah sesuatu yang hilang dari seorang mukmin. Siapa
saja yang menemukannya, maka dia orang yang paling berhak memilikinya.
Pandangan akal dan syara' tidak akan berbeda dalam masalah yang qath'i dan
tidak akan bertentangan dengan realitas ilmiah `yang benar. Jika bertentangan,
maka keduanya menjadi dalil dhonny dan diutamakan dalil dari nash daripada
dalil akal.

D. PERASAAN YANG HILANG


Kebanyakan orang memandang da'wah dari fenomena-fenomena praktis dan
warna-warna bentuknya. Kebanyakan orang tidak memperhatikan sisi motivasi
psikologis dan dorongan-dorongan kejiwaan, padahal dua hal inilah yang sebenarnya
menjadi penggerak utama dan penyubur da'wah. Di atas keduanya keberhasilan suatu
da'wah bisa tercapai dan berkembang. Ini adalah suatu realitas yang tidak diingkari lagi
kecuali oleh orang-orang yang tidak mengetahui hakikat da'wah dan rahasianya.
Sesungguhnya di balik setiap fenomena da'wah tentulah ada jiwa pendorong dan
kekuatan batin yang selalu menjalankan segala aktivitas da'wah, mengawasi dan
mendorong keberlangsungan proses da'wah. Merupakan suatu kemustahilan akan bangkit
suatu umat tanpa kebangkitan yang nyata dalam jiwa, hati, dan perasaan.
Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (ar-Ra'd: 11)
Oleh sebab itu saya bisa mengatakan bahwa "sesungguhnya yang paling utama kita
perhatikan dalam da'wah dan yang paling penting untuk dijadikan sandaran utama adalah
kebangkitan jiwa dan kehidupan hati yang bersih". Kebangkitan yang hakiki adalah
kebangkitan dalam hati nurani dan perasaan. Akan tetapi, bukan berarti kami tidak ingin
mengembangkan da'wah dari segi fisik dan bentuk operasionalnya. Namun, kebangkitan hati
dan jiwa lebih kami utamakan dari bentuk dan operasional da'wah.
Sesungguhnya Nabi Besar Muhammad saw. telah menyinari hati para sahabatnya dengan
tiga perasaan, yang telah terpaku dalam hati sanubari mereka.
Pertama, keagungan da'wah. Ditekankan dalam hati mereka bahwa segala yang datang
dari Islam adalah benar dan selainnya adalah kebatilan. Misi da'wahnya adalah sebaik-baik
misi, dan metodenya (manhaj) adalah sebaik-baik manhaj. Syariat Islam adalah aturan
yang paling sempurna yang akan menjamin kebahagiaan umat manusia. Kemudian
dibacakan firman Allah,
"Maka, berpegang°tegu,hlah kamu kepada agama yang telah diwahyukari kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan, sesungguhnya Al-Qur’an benar-
benar suatu kemuliaan yang besar bagimu dan kaummu, kelak kamu `akan diminta
pertanggungjawaban." (az-Zukhruf.- 43-44)
"Sebab itu, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya kamu berada di atas
kebenaran yang nyata." (an-Naml: 79)
"Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan suatu, maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui." (al-jaatsiyah: 18)
"Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerimanya dengan sepenuhnya." (an-Nisaa': 65)
Percayalah, yakinlah, dan tetaplah dengan da'wah ini.
Kedua, merasa mulia dalam mengemban risalah da'wah. Rasulullah menanamkan ke
dalam hati para sahabatnya sebuah keyakinan bahwa selagi mereka dalam kebenaran, dan
mengemban risalah da'wah yang penuh dengan cahaya kemuliaan, serta menggenggam
petunjuk langit untuk menunjuki orang-orang di bumi, maka selain mereka adalah dalam
keadaan gelap gulita. Mereka adalah seperti para guru bagi manusia lainnya, bertindak selaku
pembimbing bagi murid-muridnya, dan mengarahkannya kepada kebaikan dan jalan yang lurus.
Al-Qur'an telah mengabadikan makna ini dan nnenyebutkannya secara jelas bahwa
mereka adalah sebaik-baik umat. Mereka menerima ajaran nabi mereka yang datang dari
langit,
"Kamu sekalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada
yang makruf, mencegah pada yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imran:
110)
"Demikian pula kami telah menjadikan kamu pula umat yang adil dan pilihan, agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas perbuatanmu." (al-Baqarah: 143)
"Berjihadlah kamu padajalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak pernah menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan." (al-Hajj: 78)
Berimanlah, yakinlah, dan tetaplah dengan jalan ini.
Ketiga, harapan yang besar terhadap pertolongan Allah. Rasul telah menanamkan dalam
hati mereka, bahwa selagi mereka beriman dengan kebenaran ini, bangga sebagai
pengemban misi da'wah, Allah akan selalu bersama mereka, menolong mereka, membimbing
mereka, mendorongnya, dan mengantarkan mereka pada suatu kemenangan, ketika orang-
orang berpaling dari da'wah mereka. Allah selalu bersama mereka di mana pun mereka berada.
Jika tentara yang di bumi tidak menolongnya, maka Allah akan menurunkan tentara dari langit.
Mereka meyakini kebenaran ayat Al-Quran dengan sebenar-benar keyakinan. Allah berfirman,
"Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah dan dipusakakan-Nya kepada hamba-
hamba-Nya yang dikehendaki. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa." (al-A'raaf: 128)
"Dan, Kami (Tuhan) selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (ar-
Ruum: 47)
Baca dan renungkan ayat ini. Percayalah, yakinlah, dan tetaplah dalam jalan ini.
Tiga obor penerang ini telah membuat mereka selalu bersemangat dalam mengemban misi
da'wah; terpatri dalam dada, akhlak, dan perbuatan mereka; percaya dan yakin akan janji
Allah yang akan memuliakan dan memberi kemenangan bagi mereka. Maka, bumi dan
segala isinya tunduk pada mereka, diletakkannya sebuah tatanan masyarakat madani yang adil,
peradaban akhlak yang mulia, dan menggantikan kejelekan materialis dengan
kebaikan sifat "rabbaniyah" yang kekal. Allah sekali-kali tidak berkehendak kecuali
menyempurnakan pancaran cahaya-Nya.
Rasa yang kuat ini, yang telah memenuhi relung jiwa dan kebangkitan spiritual yang kita
mengajak manusia kepadanya, harus mempunyai pengaruh secara nyata dalam
kehidupan mereka. Tidak diragukan lagi bahwa suatu kebangkitan pasti akan
mencakup kebangkitan individu, keluarga, dan masyarakat.
Kebangkitan ini akan dimulai pada individu. Karena, dalam diri individu adalah
gambaran nyata atas keinginan Islam terhadap individu-individu. Islam
menginginkan seorang muslim berhati halus yang bisa merasakan kebaikan dan
kejelekan, memiliki kepekaan perasaan yang bisa membedakan antara yang batil dan yang
benar, memiliki kemauan yang kuat tidak lemah dan lentur di depan kebenaran, berbadan
kuat yang bisa melaksanakan kewajiban-kewajiban kemanusiaan dengan sebaik-baik
pelaksanaan, serta menjadi sarana untuk mencapai sebuah cita-cita yang baik dan sebagai
penolong kebenaran dan kebaikan.
Islam telah meletakkan kewajiban-kewajiban pribadi dengan kaidah-kaidah yang akan
mengantarkan kita mencapai semua tujuan. Ibadah ritual Islam itu adalah sebaik-sebaik sarana bagi
hati manusia untuk dekat dengan Tuhannya serta mendidik perasaan dan jiwa.
Pandangan yang Islami meningkatkan daya nalar akal, mendorongnya memikirkan
rahasia-rahasia alam, dan mengetahui rahasia kehidupan. Akhlak yang Islami membimbing dan
mengarahkan keinginan-keinginan yang kuat. Sistem yang Islami yang mengatur masalah makan,
minum, tidur, dan lain sebagainya. Jika seseorang mengikutinya, maka akan terjaga kesehatan
badannya dari bahaya penyakit. Oleh karena itu, wajiblah bagi saudara laki-laki yang
muslim untuk tunduk dan taat terhadap perintah-perintah Allah untuk memperhalus
perasaannya. Juga memperluas ilmu agar bertambah luas wawasan dan senantiasa
berakhlak mulia. Islam ketika meletakkan aturan-aturan ini, tidaklah membedakan
antara laki-laki dan wanita. Keduanya dalam hal ini mempunyai kedudukan yang sama, bagi seorang
saudara wanita muslimah, agar menjadi seperti saudara laki-laki dalam kepekaan perasaan,
kecerdasan, kemuliaan akhlaknya, dan kesehatan badannya.
Reformasi individu ini akan mempunyai pengaruh pada keluarga, karena keluarga tidaklah lain
adalah perkumpulan individu-individu. Jika laki-laki saleh dan wanita shalehah, maka suatu
keluarga akan bagus karena keduanya adalah tiang penopang kehidupan berumah tangga.
Jika baik keluarga, maka suatu masyarakat akan baik, karena umat adalah kumpulan
dari keluarga-keluarga. Keluarga adalah masyarakat kecil, sedangkan umat adalah keluarga
yang lebih besar. Islam telah meletakkan kaidah-kaidah tatanan sosial yang indah. Diikatnya
antara individu masyarakat dengan jalinan ukhuwah dan menjadikannya sebagi tanda-tanda
keimanan. Kemudian meninggikan jalinan ini sampai pada perasaan cinta, bahkan sampai pada
tingkatan itsaratau mengutamakan orang lain. Lalu mematikan segala sesuatu yang menodai dan
dapat membuat lemah ikatan batin ini.
Setelah itu, Islam mengobati masalah-masalah masyarakat. Pertama, menjaganya dari segala
hal yang menjurus kepada kebatilan dan memberikan terapi apa yang telah terjadi dalam
masyarakat. Bagi Islam, segala problematika masyarakat selalu ada solusinya. Solusi yang
pertama dalam segala permasalahan adalah memperbaiki hati dan solidaritas antara
sesama anggota masyarakat.
Ajaran Islam tidak pernah memakai jalan yang melelahkan dan tidak pernah
membawa manusia pada kesusahan. Islam menginginkan kemudahan, bukan
kesusahan. Islam meletakkan aturan yang menyeluruh dan meninggalkan cabang-cabang
permasalahan dan menentukan landasan operasionalnya. Oleh sebab itu, syariat Islam
selalu relevan di segala waktu dan tempat. Bersamaan dengan itu Islam mewajibkan
penyebaran da'wah Islam. Sehingga, misi Islam menyebar di tengah-tengah masyarakat dan
merealisasikan firman Allah,
"Tidaklah kami utus kamu kecuali sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta." (al-
Anbiyaa': 107)
Jika perasaan ini menggelora dalam dada kita, dan tercapai tujuan yang telah kita
terangkan sebelumnya, sistem Islam akan terwujud dalam individu, rumah tangga, dan
masyarakat. Risalah Islam masuk ke dalam hati dan perasaan umat. Kalau hal itu
terwujud, berarti misi kita telah berhasil dan da'wah kita telah diterima masyarakat. Allah
tidak berkehendak kecuali menyempurnakan cahaya-Nya.

E. FIQH DA'WAH: ANTARA COBAAN DAN KENIKMATAN


"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang
sebenar-benarnya. Kepada kamilah kamu dikembalikan." (al-Anbiyaa': 35)
Bukankah bakat akan terlihat jelas dan mutiara akan bersinar setelah diuji dengan ujian
dan kenikmatan? Ini adalah sunatullah dalam proses pembentukan individu dan
pendidikan umat.
Umat Islam sekarang berada di antara cobaan dan nikmat. Jika dipahami,
keduanya bersumber dari Allah SWT Sehingga, menyebabkan kewajiban yang menjadi
tuntutan dari keduanya, yaitu mensyukuri ketika berada dalam kenikmatan dan sabar serta
tsabat ketika dalam kesusahan. Perjalanan akan terus berlangsung dengan kekuatan
sampai tercapai kehendak Allah SWT, walaupun halangan dan rintangan yang
dihadapi begitu besar. Pertolongan Allah sudah dekat,
"Pastilah Allah akan menolong hamba-hambanya yang menolong agama-Nya.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (al-Hajj: 40)
Mahabenar ketika Rasulullah saw. bersabda,
"Sungguh mengherankan urusan orang mukmin, segala perkaranya berakibat
baik. jika diberi kenikmatan lalu bersyukur, maka baik baginya. jika ditimpa musibah
lalu bersabar, maka baik baginya."
Ikhwanul Muslimin pada hari ini, adalah umat Islam yang baru. Mereka berdiri
di atas kebenaran. Mereka mendapat petunjuk dari cahaya Allah. Mereka menyeru
kepada jalan-Nya yang lurus. Mereka sedang berada di antara cobaan dan kenikmatan.
Mereka harus mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan bersabar dengan sebenar-benar
kesabaran atas cobaan dan ujian walau bagaimanapun berat dan ketakutannya, agar
percaya akan janji-janji Allah kepada para pendahulu kita sebelumnya.
Firman Allah,
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka tipu daya mereka tidak akan membawa suatu
kemudharatan bagi kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah dengan apa yang mereka
perbuat Maha Mengetahui." (Ali Imran: 120)
Wahai Ikhwanul Muslimin. Di Masjid Al-Haram ini, di depan Ka'bah yang
dimuliakan, utusan-utusan kalian sedang duduk khusyu bersimpuh di depan Tuhan.
Dalam diri bercampur antara rasa malu dan takut terhadap kebesaran Tuhan rumah ini.
Pandangan mata tertuju kepadanya dari segala penjuru. Tangan-tangan menengadah ke atas
dengan penuh harap. Jama'ah haji yang datang dari berbagai negara, kota, dan daerah,
rnenghadapnya dengan hati-hati yang rindu memohon kepada Tuhannya dengan penuh
pengharapan.
Kalian semua adalah para Ikhwanul Muslimin? Kami ucapkan selamat datang. Betapa
kami merindukan untuk bertemu dengan kalian. Kami adalah saudara-saudara kalian
yang ada di Indonesia atau di Jawa, Sailan, India, Pakistan, Afrika Selatan, Madagaskar,
Nigeria, Kamerun, Iran, Afghanistan atau di tempat lain dari bumi Allah yang luas ini
yang telah diterangi dengan cahaya Islam yang lurus, dan tersebar hidayah Al-Quran dan
Sunnah Rasul.
Kami sangat salut dengan jerih-payah kalian dan amal da'wah. Kami tidak melihat
diri kami lebih berhak menjalankannya, dan tidak menganggapnya kecuali
pemberian dan keutamaan dari Allah SWT,
"Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah
mempunyai karunia yang besar." (al-Hadiid: 21)
Saudara-saudara telah kembali dari menuntut ilmu atau perjalanan dagang dari
negara Inggris, Amerika, Perancis atau dari negara-negara Barat lain yang penuh
dengan kezaliman. Dari perjalanan itulah, kami tahu sejauh mana pandangan masyarakat
terhadap perilaku dan amal usaha kalian. Mereka begitu antusias dengan da'wah dan
seruan jihad sehingga membuat mereka merasa berdosa karena mengabaikan tuntutan
da'wah. Mereka bertekad untuk berusaha semaksimal mungkin demi hidupnya da'wah
dan jihad di jalan Islam.
Saya telah mendengar sendiri salah seorang dari mereka berbicara kepada saya dengan
penuh semangat. Dia berkata, "Wahai saudaraku, demi Allah kita belum diketahui identitas
kita kecuali di riegara lain. Jika orang-orang ingin mengetahui identitas kita, bahkan kalau
kita ingin mengetahui tentang diri kita, dan sejauh mana pengaruh keberhasilan da'wah kita,
maka dia harus meninggalkan negaranya untuk berkunjung ke negara-negara ini. Kita
dengarkan dan lihat bagaimana sambutan penduduk setempat baik dalam pertemuan-pertemuan
mereka yang khusus maupun pertemuan yang umum. Kita akan melihat dari sebab keheranan
kita ketika saya katakan kepadanya, “Tidak apa-apa"
Ada pepatah mengatakan,
"Peniup seruling desa, tidak mendapat kehormatan dengan bernyanyi."
Seorang Nabi tidak mempunyai sifat karomah kecuali di tengah bangsa dan sukunya. Kaum
kita akan mengetahui dalam waktu dekat, siapa kita dan apa yang akan kita perbuat. Akhirnya
adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah beffirman,
"Sungguh Allah akan menolong siapa saja yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah
Mahakuat lagi Mahaperkasa." (al-Hajj: 40)
Dalam limpahan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian, maka wajib bagi
kalian untuk membalasnya dengan perkataan yang baik, mengingatnya serta
menghargainya dengan sebaik-baik penghargaan. Walaupun kata-kata penghinaan
sering kalian temui, namun Islam bisa masuk ke dalam hati orang-orang mukmin.
Orang-orang yang berburuk sangka kepada Allah itu akan menyangka dengan prasangka
yang buruk. Sebagian golongan dari mereka akan mengatakan seperti para
pendahulunya sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,
"Wahai penduduk Yastrib, tidak ada tempat bagi kamu, maka kembalilah kamu
sekalian." (al-Ahzab :13)
Sebagian yang lain akan berkata,
"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami kecuali tipu-daya." (al-Ahzab: 12)
Kamu sekalian melalui hal itu berjalan dalam naungan hidayah Nabimu dan orang-
orang mukmin selalu bersamanya, membaca doa-doa bersama mereka,
"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Yang demikian itu tidak menambah kepada mereka kecuali iman dan keislaman." (al-Ahzab:
22)
Wahai Ikhwanul Muslimin. Kesedihan dan cobaan akan hilang, jika Allah
menghendakinya. Kalian semua akan keluar dari segala penderitaan. Ketahuilah bahwa Allah
mendidik kamu sekalian dengan cobaan dan kenikmatan. Allah berfirman,
"Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Di waktu itu
binasalah orang-orang kafir." (al-Ghafir: 85)
"Bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu), dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200)
Allahu Akbar. Segala puji bagi Allah.
"janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar." (al-Anfaal: 46)
Saya yakin bahwa kaum salaf yang saleh, semoga Allah meridhai mereka, telah sampai
kepada kebahagiaan di dunia dan mendapat pahala di akhirat. Allah SWT telah menyebutkan
dalam Al-Qur an,
"Karena itu, Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di
akhirat." (Ali Imran: 148)
Allah telah menyifati mereka dengan dua sifat.
Pertama, kuatnya keimanan kepada Allah SWT Mereka menyerahkan diri
sepenuhnya, mengharap kemenangan hanya dari Allah SWT, dan bangga dengan
keimanan yang ada dalam hati-hati mereka.
Allah berfirman,
"Kemuliaan hanyalah..bagi Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman." (al-
Munaafiquun: 8)
Salah seorang di antara mereka tatkala berbicara, bekerja, atau berjihad merasa Allah
selalu bersamanya di mana pun ia berada. Allah selalu melihat, mengawasi, menjaga, dan
mendorongnya,
"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca satu ayat dari Al-Qur'an
serta kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di
waktu kamu melakukannya tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpur sebesar zarrah
(atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil, dan tidak pula yang lebih besar
dari itu kecuali semua tercatat dalam kitab yang nyata." (Yunus: 61)
Kedua, kokohnya pertalian-ukhuwah di antara mereka. Kekuatan mereka berlandaskan
pada kesucian hati dan penghargaan terhadap makna pemenuhan janji, jalinan tali ukhuwah,
mencintai karena Allah dan itsar,
"Orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar)
sebelum (kedatang-an) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Mereka tiada menaruh keinginan apa-apa terhadap apa yang mereka berikan
kepada kaum Muhajirin. Mereka mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Barangsiapa
yang terpelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(al-Hasyr: 9)
Sampai-sampai seorang dari mereka mengutamakan saudaranya (kaum Muhajirin)
dengan harta, keluarga, kekuatan, hidup, dan segala sesuatu yang dimilikinya.
Dengan dua sifat inilah, mereka para salaf yang saleh meraih kemenangan
padahal dengan jumlah yang sedikit, lemah persenjataan, dan tidak mempunyai sarana
yang lengkap untuk bersaing dengan musuh-musuhnya yang memiliki kekuasaan dan harta
yang lebih banyak dan lebih maju peradabannya. Akan tetapi, keimanan dan cinta kasih, tidak
diragukan lagi, adalah faktor kemenangan yang paling utama. Mahabenar Allah dengan
firman-Nya,
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama mereka keras
terhadap orang-orang yang kafir dan berkasih sayang terhadap sesamanya. Kamu lihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka
tampak pada muka-muka mereka dari bekas-bekas sujud. Demikian sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya. Maka, tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah ia dan
tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang
mukmin). Allah telah menjanjikan kepada orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." (al-Fath: 29)
Saya selalu mengatakan dan akan terus saya katakan dalam setiap kesempatan, bahwa
"sesungguhnya kalian tidak akan pernah mengalami kekalahan disebabkan jumlah yang
sedikit, kurang sarana atau karena jumlah dan kejamnya musuh-musuh. Walaupun
semua penghuni bumi bersatu untuk membawa kemudharatan, tidak akan tercapai hal
demikian kecuali sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT".
Akan tetapi, kamu akan mengalami kekalahan yang besar dan kehilangan segala
penyebab kemenangan, serta segala amal usahamu akan sia-sia, jika hati-hati kalian rusak
atau jika kita berseberangan pendirian dan pendapat. Adapun selagi kalian masih berhati satu,
berharap keridhaan Allah SWT; dan berjalan di atas manhaj yang benar, janganlah kamu
bersikap lemah dan bersedih hati karena Allah bersamamu dan tidak akan pernah
mengabaikan amal usahamu.
Apakah ada krisis yang sebenar-benar krisis di Tanah Air kita melainkan krisis
jiwa, keraguan hati, berbeda tujuan, dan berselisih pendapat? Apakah kita ingin Inggris
atau selain Inggris datang merampas hak kita, kebebasan kita, dan mengeruk lempengan-
lempengan emas dan perak, sementara kita tertidur pulas dan berselisih pandang serta
bercerai-berai dalam menentukan sarana untuk mencapai hal itu?
Harus ada perjuangan yang panjang, berkesinambungan, pahit, dan berat. Hal ini tidak
akan tercapai kecuali dengan persatuan yang kokoh, ukhuwah yang menyeluruh, dan
satu perasaan yang menyatukan hati dengan hati dan amal usaha dengan amal usaha. Juga
beristiqamah dalam manhaj yang benar, menuju pada arah yang benar mengarah pada
kebaikan. Pada hari tercapainya kesatuan hati, tidak akan ada halangan dan rintangan
yang menghalangi jalan kita. Kita harus dalam waktu dekat merebut hak kita dengan
seizin Allah. Keimanan dan cinta melahirkan kesatuan yang hakiki. Inilah yang menjadi
kebutuhan kita yang mendesak pada saat ini. Maka, apakah di sana ada jalan menuju pada
keimanan dan cinta kasih?
Ya Allah, kembalikan kejernihan akal pikiran kami, berilah kami taufik dan hidayah, dan
Engkau sebaik-baik pemberi nikmat dan penolong bagi kami. Amin.

F. PERANG TERHADAP ISLAM, BUKAN TERHADAP PARA DA’I


Sebenarnya apa yang terjadi pada wacana keislaman adalah sebuah proyek terencana
dari musuh-musuh dalam rangka memerangi Islam. Lalu diaplikasikan oleh sistem
pemerintahan yang ada dengan segala perangkatnya. Namun, ia berusaha menutup-nutupi
hakikat tersebut dan mengemasnya dengan dalih bahwa itu hanyalah diperuntukkan kepada
kelompok-kelompok teroris Islam seperti yang mereka gembar-gemborkan. Akan tetapi,
kedok mereka telah terbuka bagi setiap mata bahwa itu sebenarnya perang terhadap
Islam semata, bukan terhadap individu para dai yang dijadikan sasaran cambuk, peluru,
dan tempat gantungan. Dai-dai tersebut diancam dengan berbagai tuduhan yang bengis dalam
rangka mendukung kezaliman dan perang yang mereka lakukan terhadap Islam.
Begitulah para pejabat pemerintah telah nyata bahwa mereka adalah musuh-musuh Islam,
atau setidak tidaknya para pekerja musuh-musuh Islam, yang berusaha mewujudkan rencana-
rencana yang ada. Selanjutnya bangsa-bangsa muslim tidak akan tertipu lagi dengan
menganggap bahwa itu merupakan perang terhadap para dai. Para pejabat ini seharusnya
memahami borok mereka lalu mengubah haluan untuk bersama-sama dengan Islam, bukan
malah sebaliknya (memusuhi Islam). Mereka sebenarnya memahami dengan baik perasaan
beragama rakyat. Oleh karenanya, para pejabat in tidak berani terlalu lalim, meskipun
untuk itu mereka banyak berkorban.
Untuk menambahkan keterangan, saya akan mengungkapkan sebuah ide seputar
permasalahan ini jika dilihat sepanjang sejarah dan dengan jangkauan yang meliputi seluruh
daerah-daerah Islam internasional. Kita amati bahwa daya upaya kaum salib dalam rangka
memerangi Islam tidak terhenti pada perang-pernag salib semata. Namun, tetap berjalan dengan
menggunakan metode-metode baru berjalan dengan menggunakan metode-metode baru yang
jahat dan tersembunyi. Ada semacam kesepakatan tidak langsung antara kaum salib dan zionisme
untuk bersama-sama melawan Islam. Yahudi komunis internasional yang berpandangan
atheis juga secara terang-terangan mengungkapkan tugasnya untuk membasmi agama-
agama, selain Yahudi, terutama Islam.
Begitulah pada akhirnya terjadilah kesepakatan antara kaum salib, zionis, dan
komunis dalam rangka memberantas dan menghabisi Islam. Konspirasi-konspirasi pun
bermunculan, baik sebelum maupun setelah adanya kesepakatan itu. Tentara-tentara Inggris,
Perancis, Italia, dan Belanda menduduki negara-negara Islam. Mereka menghalalkan hal-
hal yang diharamkan kaum muslimin dan menjauhkan syariat Islam dari
pemerintahan. Lalu menggantikannya dengan hukum-hukum buatannya. Para penjajah
ini pun tak segan-segan menjatuhkan kekhalifahan Islam, lalu menghancurkan dunia
Islam menjadi negara-negara kecil.
Selanjutnya mereka menebarkan bermacam-macam kerusakan dan dekadensi moral.
Mulai dari khamar, wanita, perjudian, sampai kemungkaran-kemungkaran
lainnya. Para misionaris digerakkan dan yayasan-yayasan didirikan, baik berbentuk
sekolah, universitas, maupun rumah sakit. Propaganda-propaganda dan sistem-sistem
pemerintahan buatan ditegakkan, seperti komunisme, sosialisme, nasionalisme, dan
sekularisme. Semua itu ditujukan untuk mengumpulkan manusia kepada metpde
propagandis yang lugas dan membelokkan mereka dari agama Islam yang benar. Mereka
melangkah dalam bidang-bidang tersebut secara luas dan masih terus (sampai sekarang).
Bermacam-macam gerakan dan revolusi di negara-negara Islam bangkit melawan
penjajahan militer, sampai sebagian besar negara-negara Islam tersebut memperoleh kejayaan
setelah adanya perlawanan, bermacam-macam peperangan, dan para syuhada. Penduduk
Aljazair sampai membuat angka perbandingan para syuhada demi membela Tanah Air
terhadap penjajahan Perancis dengan jumlah lebih dari satu juta syuhada.
Namun, musuh-musuh Islam telah menertibkan urusan sebelum mereka ke4uar dari
negara-negara kita. Mereka menyiapkan para pengganti yang siap meneruskan perang ini,
melaksanakan proyek dan mewujudkan kepentingan-kepentingan mereka dengan melalui
para pejabat dan sistem-sistem pemerintahan yang secara lahirnya berasal dari kita, tapi
pada hakikatnya tunduk kepada musuh-musuh tersebut. Perang terhadap Islam ini terus
berkelanjutan dengan berbagai metode, baik secara terang-terangan maupun
tersembunyi. Sebagian dari para pejabat ini lebih kejam dalam memerangi Islam dan kaum
muslimin daripada para penjajah ketika mereka menduduki wilayah.
Sebagian besar negara-negara Islam waktu itu menggunakan sistem parlemen Partai-
partai yang ada bergantian memerintah melalui pemilihan umum. Partai-partai ini rata-rata
tidak jelas. Para pelaksananya pun juga demikian, kecuali sebagian kecil dari mereka
yang benar-benar tulus. Kelompok ini selalu dipisahkan dari pemerintahan. Dalam
kehidupan parlemen, ada kebebasan nisbi yang memberi kesempatan kepada gerakan-
gerakan Islam untuk beraktivitas dalam rangka membangkitkan roh keislaman
dalam hati rakyat, terutama para pemuda. Fenomena ini menyebabkan musuh-
musuh Islam khawatir dan hendak menguasai pemerintahan-pemerintahan untuk
memukul mundur gerakan-gerakan Islam. Namun anehnya, dalam sistem parlementer
ini pemerintahan-pemerintahan partai tidak akan menggunakan kekerasan yang
berlebihan, karena ia akan memerlukan rakyat pada pemilu berikutnya.
Oleh karenanya, para musuh Islam banyak yang mengganti sistem pemerintahan
parlementer ini dengan pemerintahan diktator di berbagai negara Islam. Hal itu dilakukan
dalam bentuk melakukan interaksi dengan unsur-unsur masyarakat yang lemah, tetapi
memiliki kesanggupan berkarya, yaitu para tentara. Lalu dirancanglah sebuah kudeta militer
dengan didukung oleh musuh-musuh tersebut. Kudeta militer ini terus terjadi berulang-ulang
di negara-negara Islam. Sebagiannya didukung oleh Barat dan sebagiannya lagi oleh Timur,
baik itu melalui perencanaan bersama dari para musuh maupun melalui persaingan antar
mereka. Yang jelas, jika kita tengok saat ini akan didapati 4/5 dari negara-negara Islam
atau lebih berada di bawah kungkungan sistem pemerintahan militer yang diktator.
Sedangkan selebihnya, tidak tahu apakah sedang berada dalam proses perubahan atau
sangat membutuhkan perubahan saat ini pula?
Begitulah yang terjadi pada Mesir, Sudan, Aljazair, Libya, Mauritania, Chad, Suriah,
Irak, Lebanon, Turki, Somalia, Pakistan, Yaman Utara, Yaman Selatan, Bangladesh,
Afghanistan, Indonesia, dan negara-negara Islam lainnya baik di Afrika maupun Asia.
Semua negara-negara tersebut berada dalam pemerintahan militer. Sebagiannya
mendeklarasikan berlakunya hukum adat, sebagiannya lagi cenderung berbuat
sewenang-wenang meskipun tidak secara terang-terangan menggunakan hukum adat.
Tentunya musuh-musuh Islam mendapati jenis para pejabat seperti mereka lebih taat
dan patuh serta lebih teliti dalam melaksanakan apa yang mereka inginkan. Karena,
pejabat-pejabat tersebut telah terbiasa belajar di kuliah-kuliah militer dan juga dalam
ketentaraan. Seperti patuh secara mutlak, teratur, dan teliti dalam melaksanakan
perintah maupun petunjuk. Musuh-musuh tersebut terus membonceng setiap
pemimpin. Sampai ketika ia turun atau keluar dari jalur yang ditentukan, telah tersedia
pengganti yang diusahakan sebisa mungkin tidak lepas dari kendali para musuh. Akan
tetapi, suatu saat pastia akan terlepas dengan izin Allah SWT, lalu berpindah ke
tangan orang-orang beriman yang rendah hati.
Rencana para musuh Islam yang lain adalah membekali para pejabat dengan berbagai
macam sarana pertahanan diri, melalui para intel yang bertugas menyiksa, memata-
matai, dan mengokohkan kekuasaan disertai dengan prasarana untuk mencapai hal itu.
Ada pula sarana-sarana untuk mencegah munculnya gerakan-gerakan separatis dalam
negeri terhadap pemerintah. Untuk itu, dilatihlah sekelompok pasukan yang khusus
menanganinya.
Dalam beberapa negara, seperti Mesir, jumlah pasukan ini seimbang dengan jumlah
angkatan bersenjata negara secara umum. Seakan-akan ada peperangan dalam negeri
antara negara dan rakyat. Akibatnya, anggaran negara banyak tersia-sia untuk
membiayai semacam lembaga-lembaga dan para pasukan tersebut. Lebih baik jika
anggaran ini dipergunakan untuk kepentingan produksi dan menyelarnatkan
perekonomian yang berada di ambang kehancuran.
Di antara rencana lain para musuh adalah membekali sistem-sistem pemerintahan yang
ada dengan seperangkat pers yang kuat, karena mereka mengetahui pengaruh pers terhadap
masa, guna memaksakan prinsip-prinsip bumi kepada manusia. Hal itu dilakukan dengan
melakukan propaganda yang bermacam-macam melalui cara-cara yang direkayasa. Di sisi
lain mereka juga memperburuk citra Islam dan mencampuri akidah melalui apa yang
mereka sajikan di media-media pers, baik itu berbentuk cerita bersambung maupun
sandiwara yang berisi kesangsian dan pelecehan.
Media-media pers berusaha menyebarkan kerusakan dan dekadensi melalui siaran-
siaran film, lagu-lagu, dan dansa. Jelas bahwa kerusakan moral ini ditujukan pada
budaya-budaya, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip agama Islam. Media ini digunakan
sebagai mimbar gunjingan dan celaan yang tidak senonoh antarpejabat. Sebagaimana
acara terencana yang semakin menyulut api perpecahan antarnegara atau antar
pemerintah.
Di samping itu, media-media pers juga digunakan sebagai mimbar kemunafikan oleh
para munafik di sekitar pejabat-pejabat pemerintah. Mereka mendesas-desuskan bisikan,
dukungan, nyanyian, dan lagu-lagu untuk memuji pemerintah. Juga menambah julukan-julukan
tertentu kepada pejabat-pejabat pemerintah, seperti bapak pimpinan yang beriman, tokoh
abadi, pemimpin yang mendapat ilham, pejuang agung, pahlawan negeri Arab, guru
kemanusiaan, dan sifat-sifat lain yang sebenarnya tidak terdapat pada salah seorang pun di
antara mereka. Justru yang ada adalah kelemahan para pejabat yang kemudiaan ditutup-tutupi
dengan cara-cara hina seperti itu.
Apakah ada salah seorang di antara kita yang pernah mendengar hal-hal seperti ini di
media-media pers milik negara-negara yang menghormati aspirasi masyarakat? Apakah kita
pernah mendengar sifat-sifat seperti ini dinisbatkan kepada Presiden Amerika atau
negara-negara lainnya yang memiliki posisi di tingkat internasional?
Tetapi, alhamdulillah, kita melihat masyarakat telah memahami cara-cara yang sengaja
digunakan tersebut. Mereka tidak sampai tertipu dengan realita keadaan yang sebenarnya, juga
hakikat para pejabat dan para munafik bayaran yang ada di sekitarnya. Sepintas lalu kita bisa
bergembira dengan terkikisnya bayang-bayang tersebut, di samping tersedianya kesempatan
untuk memunculkan jenis pejabat-pejabat yang berkredibilitas, jujur, dan
bersungguh-sungguh. Sehingga, masyarakat dapat menghirup udara kebebasan,
kepercayaan, dan kerja sama, baik di antara mereka sendiri maupun di antara para pejabat
berdasarkan kesempurnaan, persatuan, dan potensi agama Islam.
Rencana lain yang dicanangkan mereka adalah pengaruh langsung ataupun tidak
langsung dari kebijaksanaan politik di negara-negara kita agar tetap menjadi negara
pemasok, bukan penghasil, dan agar senantiasi membutuhkan para musuh dalam hal
kebutuhan-kebutuhan terpenting seperti senjata dan roti. Banyak kita dapati negara-
negara Islam yang dulunya terkenal menghasilkan biji-bijian dan roti sekarang berubah
menjad negara-negara pengimpor gandum dari Amerika dan lainnya. Sedangkan Amerika
sendiri tidak mau mengekspor gandum ke negara tersebut kecuali dengan kapasitas yang
sedikit agar tetap bergantung kepadanya.
Seperti yang telah diketahui pula bahwa suatu hal yang paling dikhawatirkan oleh
para pejabat adalah lenyapnya sepotong roti. Karena lapar adalah penyulut revolusi
yang dahsyat terhadap para pejabat. Begitulah para musuh mampu menekan para
pejabat pemerintah melalu rentetan yang kokoh dan berkaitan langsung dengan perut rakyat.
Di antara sasaran utama politik jenis ini adalah menyibukkan rakyat dengan urusar hidup
dan memalingkan mereka dari konspirasi musuh-musuh yang telah direncanakan. Akan
tetapi, kondisi tak akan selamanya demikian. Umat Islam akan bangkit dari
ketidaksadaran dan mengedepankan akidah di seluruh pelosok-pelosok bumi (da'wah-
penj).
Termasuk rencana mereka pula adalah menyulut perselisihan dar pertentangan
antargolongan. Di samping perselisihan dalam masalah batas teritorial negara yang
selanjutnya membawa perpecahan, bahkan mengakibatkan perang di antara beberapa
negara Islam. Oleh karenanya, musuh-musuh tersebut telah banyak mencapai
sasaran, terutama melemahkan persatuan kaum muslimin dengan adanya perpecahan
dan kerenggangan. Kekuatan-kekuatan materiil ataupun jasad umat Islam saling
beradu pada pertarungan ini. Hal itu semakin menyebabkan meningkatnya pabrik-
pabrik senjata di negara-negara musuh. Sedangkan, percobaan senjata-senjata baru pada
peperangan tersebut memakan korban nyawa umat Islam, instansi-instansi, dan harta
benda kita.
Pemerintahan-pemerintahan Islam terlilit utang dengan bunga yang berlipat-lipat. Lalu
utang tersebut dibayar dengan bahan-bahan mentah milik kita yang dijual murah kepada
mereka. Pada waktu yang sama mereka menjual kepada kita barang-barang produksi dan
senjata-senjata dengan harga yang mahal. Munculnya perselisihan dan peperangan
semacam ini juga semakin mengokohkan zionis untuk melaksanakan perannya dalam
memerangi Islam dan kaum muslimin.
Pembagian negara-negara Islam menjadi negara-negara kecil yang lemah dan
berjauhan juga termasuk salah satu dari agenda mereka. Agenda tersebut terlaksana pada
hari-hari menjelang keruntuhan kekhalifahan (Turki Usmani-penj), lalu terus berlanjut
sampai sekarang. Daerah Syam terbagi menjadi beberapa negara, yaitu Irak, Suriah,
Lebanon, Palestina, dan Yordania. Pakistan juga terlepas dari India dalam bentuk dua
bagian yang letaknya saling berjauhan. Pemisahan keduanya melicinkan jalan bagi
terlepasnya Bangladesh setelah itu.
Akhir-akhir ini India berusaha menganeksasi sebuah daerah di Pakistan dan
menganggapnya masuk ke dalam wilayah India. Negara Yaman juga terbagi menjadi dua,
Yaman Utara dan Yaman Selatan. Sedangkan, Lebanon juga sedang berada dalam
proses pemisahan. Mungkin Suriah dan Irak juga demikian.
Garudy dalam sebuah tulisannya tentang Israel mengatakan, "Di antara rencana
mereka adalah memecah-belah negara Mesir dan mendirikan negara Kristen di daerah
Utara dan Selatan. Hal itu juga telah terjadi pada negara Chad yang telah terbagi menjadi
daerah Utara dan Selatan. Konspirasi yang sedang dilakukan terhadap negara Chad
juga mengarah kepada pembagian wilayah menjadi Utara dan Selatan. Begitu pula yang
terjadi pada Sudan, bahkan mungkin Nigeria dan lainnya telah berada di ambang pintu.
Semua pemisahan wilayah ini dalam kerangka memerangi Islam agar kaum muslimin
tidak sampai bersatu, sehingga menjadi sebuah kekuatan yang ditakutkan oleh musuh-
musuh mereka." Selanjutnya yang termasuk dalam rencana mereka memerangi Islam adalah
menumbuh-kembangkan gerakan zionisme di jantung dunia Islam sebagai ganti pasukan
militer bagi mereka. Gerakan ini dijadikan sebagai titik-tolak segala gerakan militer jika
dibutuhkan di daerah tersebut. Di samping itu, ada pos-pos militer di beberapa negara Islam
dan juga perjanjian-perjanjian seperti yang terjadi antara Rusia dan Suriah. Latihan-latihan
militer para musuh juga diaktifkan di daerah-daerah kita, seperti kelompok najmus-sathi' dan
kelompok khaft. Masih banyak lagi sarana-sarana lainnya yang dipergunakan oleh para
musuh untuk membendung kegiatan-kegiatan militer yang dilancarkan umat Islam
terhadap mereka.
Sarana-sarana mengikat yang paling berbahaya adalah perjanjian Camp David yang
mengikat aktivitas militer Mesir terhadap zionisme. Bagi mereka, tidak akan ada lagi
aktivitas militer yang berbobot kecuali Mesir. Sehingga, mereka pun dengan leluasa dapat
memaksakan kehendak kepada negara-negara sekitarnya, juga kepada Tepi Barat, Gaza,
Gholan, dan Al-Quds. Apa yang diperbuat oleh musuh di Lebanon dan Tepi Barat
adalah sebuah bukti yang cukup terhadap apa yang kami katakan.
Ada pula rencana untuk menjauhkan umat Islam dengan kemahiran membuat senjata-
senjata modern yang telah maju, bahkan juga yang sudah kuno. Sebagai contoh misalnya
pukulan yang diberikan kepada Irak tersebab kegiatan atom di negaranya. Demikian pula yang
diberikan kepada Pakistan karena negara tersebut berpikir untuk mengeluarkan kekuatan
nuklir. Padahal di lain pihak Israel telah memiliki senjata-senjata atom sejak lama. Begitulah
akhirnya kaum muslimin membutuhkan senjata dari pihak para musuh. Sedangkan,
mereka tak akan mempergunakan senjata-senjata tersebut kecuali untuk kemaslahatan
dan tujuan mereka, seperti perang di antara kaum muslimin.
Setelah memaparkan sekilas tentang rencana-rencana para musuh dalam konteks
keislaman sejak dahulu sampai sekarang yang bertujuan memerangi dan membabat Islam,
kami tidak mengatakan tema ini sudah memuat isi yang lengkap, tapi justru masih
sedikit di antara lain-lainnya. Jelaslah bagi kita bahwa banyak dari para pejabat
pemerintah di negara-negara Islam yang bekerja sama dengan para musuh dalam
melaksanakan rencana ini, baik secara sadar dan puas maupun masa bodoh.
Atas dasar itulah, kami memfokuskan sebuah catatan ringkas. Pertama, kepada umat
Islam. Kedua, kepada para pejabat di negara-negara kita yang turut bekerja sama
memerangi Islam. Ketiga, kepada para pemuda muslim dan para dai yang selalu diancam
dan diperangi oleh para pejabat dan kroni-kroninya. Adapun untuk para musuh tidak perlu
diberikan catatan apa pun, karena tidak akan berguna bagi mereka. Kecuali jika kita
bersatu dan mempersiapkan kekuatan semampunya, lalu merasakan keberadaan kita
sendiri dafam rangka membela hak-hak yang terbengkalai sesuai dengan ajaran Islam.
Kepada umat Islam kami katakan kepada mereka, cukuplah kita berada dalam kehinaan
dan kerendahan. Cukuplah tidur dan ketidaksadaran serta peremehan terhadap hak-hak kita.
Telah nyata bagi kalian hakikat yang sebenarnya, juga kebatilan berita bohong dan sihir.
Kalian telah mengetahui kawan-kawan kalian yang pengecut, walaupun mereka berkulit
sama dan menggunakan nama-nama yang sama pula. Telah nyata orang yang menyukai kalian
dan menyukai agar kalian berada dalam kebaikan, lalu berkorban untuk kepentingan kalian.
Bukan mereka yang selalu berkorban untuk hawa nafsu dan kepentingan pribadi, lalu bersila
di atas jasad dan tengkorak kalian, melaksanakan rencana para musuh terhadap kalian.
Tinggalkanlah sikap yang pasif selama ini! Jadilah pemuda yang selalu bersikap proaktif
untuk menghentikan rencana-rencana tersebut, dan jadilah para pelaksananya. Tuntutlah para
pejabat agar meninjau kembali sikap mereka dan bersedia berpijak pada garis keislaman.
Atau jika tidak, mereka mengundurkan diri saja! Tuntut pula agar bersedia menerapkan syariat
Islam dan membersihkan masyarakat dari segala bentuk kerusakan dan pelanggaran!
Tuntutlah agar mereka senantiasa membersihkan sarana pers dan menjadikannya sebagai
mimbar da'wah Islam serta memerangi prinsip-prinsip yang bertentangan!
Tuntut para pejabat agar mereka menghapus segala kekangan dan pembatasan serta
agar memberikan kebebasan kepada kalian! Juga agar mereka bersatu di bawah
bendera Islam jika menginginkan kemuliaan dan kekuatan. Tentara-tentara lokal
yang khusus ditugaskan untuk menghalau rakyat hendaknya ditarik. Janganlah kalian
takut terhadap ancaman para pejabat dan segala sarana yang mereka miliki! Sampai
seandainya kalian harus mati itu lebih baik daripada mati berada dalam kehinaan.
Seperti pembantaian rakyat di beberapa kota atau adanya peperangan yang
berkepanjangan dan hanya memuaskan keinginan para pejabat serta melaksanakan
rencana para musuh.
Ketahuilah bahwa Allah SWT akan menanyakan setiap kelalaian untuk menghapus
kezaliman, juga kelalaian terhadap agama kalian. Generasi-generasi mendatang akan
mengenang segala bentuk kejelekan dan melaknati kalian jika menyerah begitu saja
terhadap para musuh dan konspirasi yang mereka lakukan untuk menghapus akidah Islam.
Sebaliknya, mereka akan mengenang kalian dengan segala kebaikan dan mencloakan kalian
agar mendapatkan pahala setimpal di sisi Allah SWT, jika kalian bergerak dan
melepaskan diri dari kezaliman dan para pelakunya. Mereka akan mengembalikan
kedudukan kalian sebagai sebaik-baik umat manusia.
Adapun kepada para pejabat (secara umum), juga kepada orang-orang yang
memerangi Islam dengan kekerasan dan ancaman (khususnya), kami katakan kepada mereka,
sadarlah kalian dan ketahuilah bahwa kalian tidaklah memerangi manusia dan jasad-jasad
para dai. Namun, sebenarnya kalian memerangi Allah SWT dan agama-Nya. Dia
berfirman,
"Allah SWT memenangkan urusan-Nya, namun kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya." (Yusuf: 21)
Musuh-musuh yang kalian jadikan sebagai penolong sebenarnya, seperti termuat
dalam surah al-Ankabuut ayat 41, "Seperti laba-laba yang membuat rumah.
Sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba jika mereka mengetahui".
Ketahui pula dengan penuh keyakinan bahwa peperangan antara kebenaran dan kebatilan
akibatnya sama, yaitu selalu dimenangkan oleh kebenaran dan para pendukungnya.
Adapun kebatilan dan para pendukungnya akan memperoleh kehinaan. Allah SWT yang
Mahaperkasa takkan membiarkan hamba-hamba-Nya yang beriman begitu saja. Ia akan
menolong dan mengokohkan mereka di muka bumi,
"Kami hendak memberi anugerah kepada orang-orang yang lemah di muka bumi,
menjadikan mereka sebagai para pemimpin dan orang-orang yang mewarisi (bumi). Kami
akan mengokohkan mereka di muka bumi dan memperlihatkan apa yang ditakutkan oleh
Fir'aun, Haman, dan tentara-tentara mereka". (al-Qashash: 5-6)
Apakah kalian tidak mempergunakan pikiran, merenungi dan memikirkan di
manakah Fir'aun, Haman, dan tentara-tentara itu? Di manakah Abdul-Nasher, Syah
Iran, dan Anwar Sadat? Ke manakah orang-orang yang bertingkah seperti mereka akan
lari? Padahal, Tuhan selalu mengintai mereka. Sadar dan angkatlah segala sesuatu yang
menutupi mata hati kalian! Lepaskan segala belenggu dan rintangan yang dibuat
musuh-musuh kalian.
Ketahuilah bahwa kemuliaan kalian dan rakyat sebenarnya tercapai manakala kalian
kembali kepada Allah SWT, dengan menjadikan Islam sebagai akidah, syariat, dan pegangan
hidup. Janganlah kalian memerangi para pemuda muslim yang sebenarnya mereka adalah
orang-orang yang setia menjaga dan memelihara negara. Mereka tidak bodoh dan bukan
pengkhianat. Hilangkanlah perselisihan di antara kalian dan bersatulah di bawah panji-
panji Islam, sehingga kalian menjadi sebuah kekuatan internasional yang dahsyat dan
ditakuti oleh para musuh.
Selanjutnya kami katakan kepada kalian, jika memang kalian bisa menerima itu lebih
baik bagi kalian. Tapi, jika kalian berpaling, ketahuilah bahwa keadaan yang kekal
(seperti kalian dambakan) adalah mustahil. Sebuah kezaliman takkan berumur
panjang. Kebenaran akan tetap membinasakan kebatilan. Firman Allah SWT,
"Demikianlah Allah SWT membuat perumpamaan bagi yang benar dan bagi yang batil.
Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya. Adapun yang
memberi manfaaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah SWT membuat
perumpamaan-perumpamaan". (ar-Ra'd: 17)
Setelah itu tunggulah beberapa saat lagi sebuah suara berseru tinggi, "Maka,
orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam." (al-An'aam: 45)
Terakhir kami sampaikan kepada para pemuda muslim dan dai-dai yang aktif dalam
naungan da'wah Islam dan menerima berbagai macam cemoohan, penangkapan,
penjara, penyiksaan, dan pembunuhan dari pejabat-pejabat seperti di atas melalui aparat
yang mereka miliki. Silakan jika para pejabat tersebut mencari dukungan secara terang-
terangan dalam rangka memerangi Islam dengan menuduh sebagai teroris, kelompok
ekstrem, dan tuduhan merongrong sistem penerintahan.
Kami katakan kepada para aktivis muslim tersebut, "Selamat buat kalian semua,
karena Allah SWT telah memilih kalian untuk beramal dan berjihad di jalan-Nya. Itu
merupakan kemuliaan yang besar. Oleh karenanya, janganlah kalian melalaikan hal ini.
Ingatlah perkataan Musa a.s. kepada kaumnya yang mendapatkan siksaan dari Fir'aun
dalam firman-Nya,
"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi
(ini) kepunyaan Allah dan dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (al-
A'raaf: 128)
Kami ingatkan pula petunjuk Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman dalam
surah Ali Imran,
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kalian beruntung." (Ali lmran: 200)
Kami juga membawa kabar gembira yang dianugerahkan Allah kepada rasul-
rasul-Nya setelah mereka diancam oleh para musuh Allah, (seperti dalam firman-Nya),
"Orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang diutus kepada mereka (para
rasul), 'Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu
kembali kepada agama kami.' Maka, Tuhan mewahyukan kepada mereka, 'Kami pasti
akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kamu
di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang
takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.' Mereka
memohon kemenangan atas musuh-musuh mereka dan binasalah semua orang yang
berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. "(Ibrahim: 13-15)
Wahai orang-orang yang beriman! Wahai para amilin 'orang yang beramal nyata'!
Wahai para mujahid! Itulah sebenarnya pertentangan antara kebenaran dan kebatilan.
Kebenaran yang kalian pegang teguh akan membinasakan kebatilan para musuh
Islam. Suara kalian akan semakin menggema sambil mengatakan, seperti yang
termuat dalam surah al-Israa' ayat 81, "Telah datang kebenaran dan binasalah
kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti binasa'. Namun, juga perlu kalian ketahui
bahwa itu semua adalah ujian dan cobaan dari Allah,
"Apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka. Tetapi,
Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain." (Muhammad: 4)
Maka, persiapkanlah diri kalian dengan akidah dan keimanan yang kuat! Rapatkanlah
barisan dengan tali kasih dan persaudaraan karena Allah semata! Karena itulah
sebenarnya ikatan yang paling kokoh. Persiapkanlah diri kalian dengan hal-hal yang
menyebabkan kekuatan untuk berjihad di jalan Allah. Karena jihad adalah kewajiban yang
terus berlaku dan merupakan jalan untuk memperoleh kemenangan dari Allah kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman,
"Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir
berperang di jalan thagut. Karena itu, perangilah kawan-kawan setan itu. Karena
sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah." (an-Nisaa': 76)
Teruslah berjuang dan berjihad, serta tunggulah salah satu dari dua kebaikan!
Kamenangan atau mati syahid. Tunggulah akibat yang akan ditimpakan Allah kepada
musuh-musuh kalian! Baik itu siksaan dari-Nya maupun siksaan melalui tangan-tangan
kalian!
Marilah berjuang! Marilah berjihad!Menuju kemenangan dengan izin Allah.

BAB V
DI ANTARA CERAMAH HARI JUMAT
A. KEIMANAN
"Mereka (tukang-tukang sihir) berkata, 'Kami sekali-sekali tidak akan
mengutamakan kamu (Fir'aun) daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah
datang kepada kami dan dari Tuhan Yang menciptakan kami. Maka, putuskanlah apa yang
hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanyalah akan dapat memutuskan
kehidupan yang ada di dunia ini saja. Kami beriman kepada Tuhan kami, agar Dia
mengampuni kesalahan-kesalahan kami, dan sihir yang kamu paksakan kepada kami.
Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)." (Thaahaa: 72-73)
Kebenaran yang bersinar terang telah tegak berdiri sendiri di hadapan kebatilan yang telah
dipersenjatai. Ia menghalau dan menumpasnya. Nabi Musa a.s. yang diutus-Nya berdiri
tegak di hadapan Fir'aun yang berbuat sewenang-wenang kepada hamba-hamba Allah.
Lalu Musa berkata kepadanya, seperti termuat dalam surah asy-Syu'araa ayat
16,
"Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam". Jadi yang dibawa Musa a.s.
merupakan da'wah menuju kebebasan. Kebenaran apalagi yang lebih terang dan lebih
mulia daripada da'wah menuju kebebasan, persamaan, keadilan, dan kejujuran.
Da'wah yang membiarkan manusia bebas seperti ketika dilahirkan oleh ibu-ibu mereka,
berjalan di muka bumi dengan kemuliaan, dan mengharap anugerah dari Allah.
Fir'aun takkan mengabulkan da'wah separatis ini, meskipun benar.
"Lalu ia (Fir'aun) mengumpulkan (manusia) dan berseru. Kemudian
mengatakan, 'Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi". (an-Naazi'aat: 23-24)
"Ia (Fir'aun) dan bala tentaranya menyombongkan diri di muka bumi." (al-Qashash:
39)
Selanjutnya Fir'aun berkata kepada kaumnya, "Aku tidak mengetahui ada Tuhan
lain bagi kalian selainku." (al-Qashash: 38)
Lalu Fir'aun mengumpulkan manusia di sebuah tanah lapang yang luas dan mengundang
setiap ahli sihir yang pandai untuk menghadapi Musa a.s. Selanjutnya datanglah para
ahli sihir yang dalam hatinya tersimpan kemarahan. Dalam kalbu mereka terbersit
sebuah kedengkian. Jiwa mereka loba terhadap kesenangan dunia. Mata-mata mereka
jelalatan terhadap harta melimpah-ruah yang akan diberikan oleh Fir'aun yang
dermawan. Juga terhadap pangkat yang akan diberikan oleh Fir'aun semampunya.
Fir'aun tidak akan mengabaikan dugaan mereka, namun justru memberikan santunan
ketika mereka mengatakan,
"Apakah kami benar-benar mendapatkan upah jika menang? Ia (Fir'aun) berkata, 'Ya,
dan kalian benar-benar termasuk orang-orang yang dekat (denganku)."' (asy-Syu'araa':
41-42)
Mereka mempercayai janji Fir'aun dan sangat yakin terhadap kekuasaan,
kekuatan, dan kebesarannya.
"Lalu mereka melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka sambil mengatakan,
'Dengan kemuliaan Fir'aunlah kami benar-benar menang."' (asy-Syu'araa': 44)
Oleh Nabi yang mulia (Musa a.s.) seakan-akan sihir mereka ini berjalan. Maka,
terbersit dalam jiwa Nabi Musa a.s. sebuah kekhawatiran. Tetapi, sejurus kemudian
muncullah ketenangan yang ditancapkan Allah ke dalam hati orang-orang yang dikasihi-
Nya sewaktu terdesak. Turunlah sebuah seruan seakan-akan Musa a.s. dipanggil oleh
Allah,
'Janganlah takut! Engkaulah yang lebih tinggi. Lemparkan apa yang ada di
tanganmu niscaya akan melahap sihir yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu hanyalah tipu-daya seorang penyihir. Seorang penyihir takkan
beruntung dari mana pun ia datang." (Thaahaa: 68-69)
Seakan-akan sepercik cahaya keimanan yang benar telah melekat pada tongkat
tersebut. Sorotan sisi-sisinya memancarkan (cahaya), menerangi hati-hati mereka.
Atau, mengalir sebuah anugerah rahmat Allah dan kenikmatan-Nya, lalu memenuhi hati-
hati tersebut.
"Akan tetapi, Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di hati kalian." (al-Hujuraat: 7)
Dalam jiwa seorang (yang berkebangsaan) Mesir ada kelembutan dan kehalusan.
Dalam dada seorang (berkebangsaan Mesir) sejak permulaan sejarah ada ketakwaan
dan keimanan. Tongkat yang penuh berkah ketika menelan tongkat-tongkat dan tali-tali
lainnya seakan-akan seperti menelan lingkaran kesyirikan dan keraguan. Lalu secara
perlahan kelalaian dan keraguan mulai bergeser dari hati-hati mereka, menuju kepada
tali keimanan yang kokoh. Memancarkan sinarnya yang terang.
"Mereka berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan semesta alam. (Yaitu) Tuhan Musa
dan Harun."' (al-A'raaf: 121-122)
Dengan serta-merta Fir'aun pun menggila. Ia sangat marah. Lalu menuduh mereka,
sebagaimana termuat dalam surah Thaahaa ayat 71,
'Apakah kalian beriman kepadanya sebelum aku izinkan? Dia (Musa) memang
pembesar kallan semua yang telah mengajar kallan sihir."
Kemudian ia mengatakan bahwa, seperti termuat dalam surah al-A'raaf ayat 123,
sesungguhnya sihir itu, "benar-benar sebuah makar yag kalian lakukan di kota
untuk mengeluarkan para penduduknya'
Selanjutnya Fir'aun mengancam mereka dengan siksaan yang hina, dan hukuman yang
berat lagi pedih.
"Sungguh aku akan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki kalian dengan
berseberangan. Kami akan menyalib kalian di pohon kurma. Kalian benar-benar
akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih hebat dan lebih kekal
siksaannya." (Thaahaa: 71)
Bagaimana bisa ancaman tersebut memalingkan hati mereka yang telah mengubah
angan-angan dan siksaan menuju kepada ridha Allah? Apakah takut kepada makhluk
yang dirasakan oleh orang yang telah mengetahui bisa melenyapkan rasa takut kepada
Tuhan semesta alam? Apabila mereka memang ditakdirkan mendapatkan kebahagiaan,
dengan nikmat Allah mereka akan menjadi orang-orang yang beriman.
Oleh karenanya, jawaban dari orang-orang terpilih lagi kuat (pendiriannya)
adalah sebagai berikut,
"Kami takkan mengutamakan kamu (Fir'aun) dari bukti-bukti yang nyata (mukjizat),
yang telah datang kepada kami dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami. Maka,
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanyalah akan dapat
memutuskan kehidupan yang ada di dunia ini. Kami beriman kepada Tuhan kami agar
Dia mengampuni dosa-dosa kami dan sihir yang kamu memaksakan kepada kami
melakukannya. Sesungguhnya Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)."
(Thaahaa: 72-73)
Sebelum peristiwa tersebut, mereka hidup bergelimang dengan kesenangan dan
kelezatan-kelezatan dunia yang fana dan hina. Namun, setelah hati-hati mereka bergumul
dengan keimanan dan memahami rahasia kehidupan ini dengan mata hati, mereka mampu
menimbang dua sisi. Mereka mampu membandingkan antara dua kehidupan. Lalu pada
akhirnya mereka lebih mengutamakan yang kekal daripada yang fana. Mereka lebih
memilih apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di hadapan mereka.
Firman-Nya,
"Apa yang ada di hadapan kalian akan lenyap, sedangkan apa yang ada di sisi Allah
tetap kekal." (an-Nahl: 96)
"Sesungguhnya barangsiapa yang mendatangi Tuhannya dalam keadaan melanggar
(perintah-Nya), ia akan (merasakan) neraka jahanam. Di dalamnya ia tidak mati dan
tidak pula hidup. Sedangkan, orang yang mendatangi Tuhannya dalam keadaan beriman
dan beramal saleh, mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi. (Yaitu) surga 'Aden
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan
orang yang mensucikan dirinya." (Thaahaa: 74-76)
Oleh karena itu, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir!
Begitulah keimanan yang hakiki. Keyakinan yang benar mampu menggoncang perasaan
dan emosi, memenuhi seluruh hati dan jiwa. Menghasilkan ucapan yang jujur dan
tindakan nyata dari segenap anggota badan. Pemiliknya akan merasa takut kepada Zat
Yang tunggal dan tidak takut kepada siapa pun dalam kebenaran kecuali kepada Allah
semata. Dunia baginya hanyalah kecil, bahkan tidak lebih dari potongan kuku. Tidak bisa
mendiamkan pemiliknya dari perkataan yang benar.
Maka, apakah kalian termasuk orang-orang yang beriman???

B. TAJARRUD 'MEMFOKUSKAN DIRI'


"Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tak ada sekutu bagi-Nya dan begitulah aku (Muhammad) diperintah. Aku adalah
orang muslim pertama." (al-An'aam: 162-163)
Manusia ada dua jenis:
Pertama, orang yang melakukan dan mengucapkan kebenaran dengan mengharap
pahala (upah) secepatnya dan balasan seketika. Baik itu harta yang terkumpul, pujian yang
diberikan, pangkat yang diterima, ataupun julukan yang disandangnya.
"Dijadikan perhiasan bagi manusia kecintaan kepada keinginan-keinginan, yang
terdiri dari wanita, anak-anak, harta banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Di sisi
Allahlah tempat kembali yang baik." (Ali Imran: 14)
Kedua, orang yang mengerjakan dan mengatakan sesuatu karena ia menyukai
kebaikan semata. Menghargai kebenaran semata. Ia memahami bahwa dunia ini
takkan lurus urusannya kecuafi dengan kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya
manusia tidak akan lurus sifat kemanusiaannya kecuali jika ia mengarahkan nafsunya
kepada kebenaran. Firman-Nya,
"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (al-‘Ashr: 1-3)
Juga karena ia mencintai, takut, dan mengharap kepada Allah. Ia merenungkan
nikmat yang diberikan Allah kepadanya, yang terdiri dari nikmat hidup, kemampuan,
kehendak, dan ilmu pengetahuan serta nikmat-nikmat lainnya. Dengan demikian, Allah
melebihkan manusia dari ciptaan-ciptaan-Nya yang lain.
Kelompok kedua ini juga memahami bahwa Allah sebenarnya memerintahkan
kebaikan,
"Berbuatlah kebaikan supaya kalian semua beruntung." (al-Hajj: 77)
Selanjutnya Allah juga berwasiat agar berpendirian kokoh dalam kebenaran,
"Dan, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya engkau benar-benar dalam
kebenaran yang nyata." (an-Naml: 79)
Dengan melakukan semua itu ia mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. Perkataan
dan perbuatannya ia tujukan untuk mencari ridha Allah semata. Terkadang perasaan
tersebut memuncak hingga ia memandang bahwa segala sesuatu selain Allah adalah
batil. Segala sesuatau yang menentang-Nya akan lenyap. Barangsiapa yang menemukan
Allah, maka ia telah menemukan segala sesuatu. Barangsiapa yang dalam perasaannya merasa
kehilangan Allah, maka ia telah kehilangan segala sesuatu. Firman-Nya,
"Dialah (Allah) Zat Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin. Dia
Maha mengetahui segala sesuatu." (al-Hadiid: 3)
Jenis orang seperti ini tidak akan memandang orang lain hingga bisa
memalingkannya dari Allah atau memalingkan kepada orang lain apa yang menjadi hak
Allah atasnya.
Firman-Nya, "Maka, bersegeralah kepada Allah. Sesungguhnya aku hanyalah seorang
pengingat yang nyata bagi kalian semua kepada Allah." (adz-Dzaariyaat: 50)
"Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah tempat pungkasan." (an-Najm: 42)
Atau, jenis orang seperti ini memahami bahwa dunia itu fana dan akan lenyap. Segala
apa yang ada di bumi hanyalah tawaran yang hina, ancaman yang singkat, tapi di
belakangnya ada hisab (hitungan amal) yang sulit. Sedangkan, akhirat adalah negeri yang
tetap. Ia akan meminimalisir balasan di dunia ini dan mengharapnya di akhirat kelak.
Harta benda akan lenyap atau diwariskan. Kedudukan juga akan menyusut dan
terlupakan. Sedangkan, usia semakin habis dan punah meskipun panjang,
"Apa yang ada di sisi kalian akan lenyap. Sedangkan, apa yang ada di sisi
Allah tetap kekal." (an-Nahl: 96)
"Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (al-A'laa: 17)
Ia mengharapkan pahala berupa kenikmatan di surga bersama para nabi, orang-orang
yang membenarkan, syuhada-syuhada, dan orang-orang yang saleh. Merekalah sebaik-baik
kawan.
Di antara manusia juga ada jenis ketiga yang berkeinginan untuk mengambil ini dan itu.
Jarang urusannya bisa lurus. Dalam diri mereka terdapat dua kelompok. Jika engkau memuaskan
satu kelompok, berarti engkau juga membuat marah kelompok yang lain. Sebagai
pertimbangan, apabila salah satunya lebih berat, maka yang lain pun akan cacat (ringan).
Tapi yang jelas, jika seseorang menginginkan kehidupan dunia saja, maka kehidupan
akhiratnya akan merugi. Sedangkan, bagi yang menginginkan akhirat, maka ia akan
memperoleh keduanya. Kesuksesan akan diraihnya dalam dua kehidupan ini (dunia-
akhirat).
Adapun bagi yang mencampur antara keduanya itu merupakan bahaya yang besar. Firman-
Nya,
"Barang siapa yang menginginkan balasan yang cepat (dunia), maka kami akan
menyegerakan apa yang kami kehendaki, kepada orang yang kami kehendaki. Kami
tentukan baginya neraka jahanam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela lagi
terusir. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh sedang ia mukmin, maka mereka itu orang-orang yang
usahanya dibalasi dengan baik." (al-Israa': 18-19)
Oleh karena itu, hamba-hamba Allah yang saleh di setiap zaman dan tempat
lebih memfokuskan kepada tujuan-tujuan yang mulia. Memasang niat, tujuan,
perbuatan, dan perkataan semata-mata karena Allah Yang Mahaagung dan
Mahatinggi. Tak ada embel-embel tujuan lainnya, juga terlepas dari segala syahwat.
Firman Allah,
"Mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (al-
bayyinah: 5)
Tak heran jika mendapati sejarah yang menceritakan betapa seseorang lebih mengutamakan
kebenaran daripada sekadar intan permata mahal pada peperangan Qadisiyyah. Lau
diserahkan kepada amirul mukminin dengan taat. Seketika itu orang yang diberi amanat
untuk menyampaikan benda tersebut kepada amirul mukminin terkesiap dan berkata,
"Ada seseorang yang memberikan harta benda seperti ini kepada amirul mukminin.
Siapa namamu agar saya beritahukan kepada amirul mukminin, sehingga beliau akan
memberikan hadiah kepadamu, juga memperhatikan namamu?"
Lalu orang itu menjawab, "Jika aku menginginkan sesuatu dari amirul mukminin tentu aku
tidak menyerahkan ini. Engkau tidak akan mengetahui hal ini, juga amirul-mukminin. Namun,
aku mengharapkan (keridhaan) Allah yang mengetahui segala rahasia dan kesamaran.
Cukuplah bagiku pengetahuan Allah dan pahala yang diberikan (kepadaku)."
Kemudian orang itu berpaling tanpa memberitahukan namanya. Ia lebih menyukai apa
yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di sisi manusia.
Hal-hal semacam itu banyak ditemui dalam sejarah kita yang penuh dengan makna
tajarrud hanya untuk kebaikan, kebenaran, dan amal saleh dengan mengharap ridha Allah.
Apakah jiwa jiwa lain mampu bersikap lurus sesuai dengan manhaj yang benar? Semoga
Allah mengabulkannya, amin.

C. PERBEKALAN
Saya hendak menulis tentang pembicaraan yang lagi marak ketika saya
disibukkan oleh sikap yang diambil oleh pemerintahan-pemerintahan dan negara-negara
Islam saat ini: Apabila tidak dikerjakan secepatnya, maka takkan ada yang mengerjakan
untuk selama-lamanya. Terutama sikap yang diambil oleh Pemerintah Mesir. Saya
telah menerangkan kepadanya karakteristik jalan (yang harus ditempuh), lalu saya
teringat sebuah ayat,
"Janganlah kalian lemah dalam mengejar mereka. jika kalian mengalami penderitaan
(sakit), sesungguhnya mereka pun mengalami penderitaan pula sebagaimana kalian
mengalaminya. Sedangkan, kalian mengharapkan dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (an-Nisaa':
104)
Tak ayal lagi jika kita lemah dalam bidang materi, persenjataan, harta benda, pasukan, dan
perlengkapan. Musuh-musuh kita pun juga telah mengalami penderitaan akibat perang.
Mereka telah dibabat habis. Agama bagi mereka terasa berat. Mereka ditimpa kelaparan dan
ketakutan. Kota-kota maupun pelosok desa banyak dihancurkan. Jiwa jiwa pun banyak yang
melayang. Mereka benar-benar telah mengalami apa yang kita alami. Bahkan lebih dari itu.
Namun, kita tetap kuat dengan kebenaran yang ada pada kita. Sedangkan, mereka
lemah karena kebatilan dan permusuhan yang mereka lakukan. Allah senantiasa berpihak pada
kita, karena kitalah pendukung kebenaran. Dia adalah musuh bagi mereka, karena Dia adalah
musuh para pendukung kebatilan. Allah sekali-kali takkan memperbaiki perbuatan orang-
orang yang berbuat kerusakan. Oleh karenanya, kita mengharapkan dari Allah (sesuatu) yang
tidak diharapkan oleh mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Sepanjang perputaran sejarah perkembangan bangsa-bangsa dalam berbagai peristiwa,
kebenaran takkan pernah bertemu dengan kebatilan kecuali ia akan menghinakan kebatilan
tersebut dan juga para pendukungnya.
Sedangkan, kebenaran dan para pendukungnya akan menang. Firman-Nya,
"Katakanlah (Muhammad), 'Telah datang kebenaran dan binasalah kebatilan.
Sesungguhnya kebatilan itu (akan) binasa."' (al-Israa: 81)
"Akan tetapi, kami melemparkan kebenaran di atas kebatilan, lalu ia menelan
kebatilan tersebut, lalu sekonyong-konyong kebatilan tersebut binasa." (al-Anbiyaa: 18)
"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya. Adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan" (ar-Ra'd: 17)
Al-Qur'an memerintahkan orang-orang mukmin untuk memeprhitungkan
musuh-musuh mereka, mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin, dan juga
mempersiapkan kuda-kuda yang ditambat, sehingga membuat musuh-musuh Allah dan
musuh-musuh mereka menjadi takut. Lalu Allah menegaskan kembali wasiat kepada orang-
orang mukmin agar berhati-hati dan senantiasa memanggul senjata (pasang kuda-kuda),
'Jika kamu (Muhammad) bersama mereka, lalu kamu mendirikan shalat bersama
mereka, maka berdirilah (untuk shalat) segolongan di antara mereka bersama kamu,
dan hendaknya mereka membawa senjata. Apabila golongan tersebut bersujud hendaknya
mereka berpindah ke belakang. Lalu majulah (untuk shalat) golongan kedua yang belum
shalat, dan hendaknya mereka shalat bersama kamu dengan berhati-hati dan
memanggul senjata. Sesungguhnya orang-orang kafir menginginkan kalian lalai
dari senjata dan barang-barang bawaan, lalu mereka akan menyerang kalian dengan serta-
merta. Tidak ada dosa bagi kalian meletakkan senjata jika kalian mengalami
kesusahan karena hujan atau kalian sakit , dan berhati-hatilah." (an-Nisaa': 102)
Allah benar-benar telah menjanjikan pahala yang baik kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman atas persiapan yang telah disebut dalam Al-Quran dan pesan Rasulullah saw.
tadi. Partisipasi mendapatkan pahala tersebut terdiri dari tiga kelompok, yaitu pembuat
senjata, pemanggul senjata, dan pelempar senjata. Barangsiapa yang melempar senjata dengan
maksud berlatih, maka dia berada pada jalan Allah. Barangsiapa yang menyimpan
perbekalan atau kuda di jalan Allah, maka setiap hari akan ditulis beberapa kebaikan
untuknya (pada neraca amalannya).
Meskipun terdapat perintah yang tegas dalam mempersiapkan senjata dan
perbekalan, AI-Quran juga membelokkan perhatian orang-orang mukmin agar
mempersiapkan perbekalan yang lebih dahsyat, keras, kokoh, kuat, dan mematikan, yaitu
dukungan, pertolongan, dan bantuan dari Allah,
"Kalian tidaklah membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka.
Kamu (Muhammad) tidak melempar (senjata kepada mereka) ketika kamu
melemparkannya, akan tetapi Allahlah yang melemparkan (senjata tersebut)." (al-
Anfaal: 1 7 )
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dari rumah-
rumah mereka pada pengusiran yang pertama. Kalian tidak mengira mereka akan
keluar, dan mereka pun mengira benteng-benteng mereka akan dapat mencegah dari
(siksaan) Allah. Lalu Allah mendatangi mereka dari arah yang tidak diduga-duga. Ia
menebarkan ketakutan dalam diri mereka. Mereka memusnahkan rumah-rumah sendiri
melalui tangan-tangan mereka dan juga melalui tangan-tangan orang-orang mukmin.
Maka, jadikanlah hal ini sebagai pelajaran wahai orang-orang yang memiliki
pengamatan." (al-Hasyr: 2)
Itulah dua perbekalan (materi dan nonmateri) yan jika salah satunya sempurna, maka yang
lain pun akan mengikut. Karena yang terakhir inilah yang membedakan antara orang-
orang mukmin dan selain mereka.
Selanjutnya kami menyarankan kepada pemerintah-pemerintah Arab dan negara-
negara Islam lainnya, terutama Pemerintah Mesir, agar memperkuat tekad dalam
menjalankan urusan pemerintahan, dan tidak memberikan urusan tersebut kepada bangsa
lain. Hendaknya mereka menghadapi urusan tersebut dengan kebenaran yang tegas,
tanpa ragu-ragu. Mendengarkan petuah Al-Qur'an dengan penuh keberanian,
keyakinan, dan tekad yang kokoh. Firman-Nya,
"Berkatalah dua orang yang termasuk orang-orang yang takut (kepada Allah),Allah
telah memberikan kenikmatan kepada keduanya. Serbulah mereka melalui pintu itu.
Apabila kalian memasukinya, tentu kalian akan menang. Hanya kapada Allahlah
hendaknya kalian bertawakal jika kalian termasuk orang-orang mukmin." (al-Maa'idah:
23)

D. HUJJAH
"Itulah hujjah yang kami berikan kepada Ibrahim. Kami akan mengangkat derajat
orang-orang yang kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui." (al-An'aam: 83)
Ibrahim datang sambil menyeru kepada Allah, meletakkan prinsip-prinsip ajaran
yang lurus dan toleran di muka bumi. Firman-Nya,
"Agama Ibrahim yang lurus (hanif). Bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik." (Ali
Imran: 95)
Manusia pada waktu itu banyak yang menyembah bintang-gemintang dan berhala,
menyembah manusia atau batu, atau lalai, tidak tahu apa rahasia kehidupan, tidak memahami
tugas hidup, dan tidak mengetahui jalan menuju kepada Allah. Lalu Ibrahim
membawa da'wah baru. Allah mengutusnya agar meletakkan prinsip-prinsip sosial
yang baru dan juga kaedah-kaedah yang berlandaskan pada ketuhanan (rabbaniyah) dan
tauhid (pengesaan kepada Allah).
Dengan demikian, Ibrahim ketika itu sebagai satu-satunya orang yang unik.
Orang-orang hampir semua mengingkarinya, termasuk bapaknya. Dengarkanlah
dialog yang terjadi antara beliau dengan bapaknya. Ibrahim berkata,
"Wahai bapakku, sesungguhnya aku telah mendapatkan ilmu yang tidak engkau
ketahui, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan jalan yang lurus. Wahai bapak,
janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka kepada Zat Yang
Maha Pengasih. Wahai bapak, sungguh aku takut kamu mendapatkan siksaan dari Zat
Yang Maha Pengasih, maka berarti kamu adalah penolong bagi setan." (Maryam: 43-45)
Kemudian jawaban sang bapak adalah sebagai berikut,
"Apakah kamu benci kepada Tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim. jika kamu tidak
berhenti, sungguh akan kurajam dan tinggalkanlah aku untuk selama-lamanya."
(Maryam: 46)
Semua manusia mendustakan Ibrahim, sampai bapaknya sendiri. Akan tetapi,
Ibrahim telah beriman. Oleh karenanya, ia tidak terkejut dengan pendustaan seperti itu. Ia
memiliki kemampuan berhujjah, dapat menerangkan dengan gamblang dengan
bahasa yang fasih. Allah telah memberikan kepadanya kemampuan berhujjah,
mengilhamkan petunjuk kepadanya, dan menjelaskan alasan lawan kepadanya. Oleh
karena itu, hujjah dan keterangan itulah yang menjadikan Ibrahim unggul dengan
kemampuan tersebut.
Lihatlah bagaimana ia berdebat dengan Raja Namrud dalam rangka mendustakan
ketuhanan yang didakwakannya. Ibrahim telah menyingkap kelemahan sosok manusia ini.
Ia berkata kepada Namrud, "Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan". Lalu
Namrud menanggapinya dengan mengatakan, 'Aku adalah orang yang menghidupkan dan
mematikan.' Selanjutnya Ibrahim mengatakan, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari arah Timur, maka terbitkanlah ia dari arah Barat. Lalu orang kafir tersebut terdiam.
Allah tidak menunjukkan orang-orang yang berbuat zalim." (al-Baqarah: 258)
Lihat pula bagaimana Ibrahim berdebat dengan kaumnya tentang matahari, bulan,
dan bintang-gemintang. Ia menetapkan hujjah kepada mereka, mengungkapkan dengan
bukti-bukti yang gamblang. Ibrahim memberitahukan kepada mereka bahwa bintang-
bintang itu akan lenyap, bulan pun akan menyusut (mengecil). Demikian pula
matahari akan tenggelam. Semua itu tidaklah pantas untuk dijadikan sebagai sesembahan. Ia
mengungkapkannya dengan gambaran yang lugas, melalui perdebatan yang
berkesinambungan dan sistematis, sampai kepada kesimpulan yang dikehendakinya.
Firman-Nya,
"Ibrahim berkata, 'Wahai kaumku, sungguh aku melepaskan diri dari syirik yang
kalian lakukan. Aku benar-benar menghadapkan mukaku dengan lurus kepada Zat Yang
menciptakan langit dan bumi. Aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik." (al-
An'aam: 78-79)
Begitulah setiap kondisi yang dialami Ibrahim, ia selalu berpegang teguh pada satu
hal, dengan logika yang gamblang, hujjah yang terang, dan bukti yang jelas. Maka, ia pun
beruntung, menang, dan mendapatkan pertolongan. Akhir yang baik akan selalu diperoleh
orang-orang yang bertakwa.
Telah menjadi hak kita untuk hidup di dunia dengan mulia dan untuk berpartisipasi
memelihara kaedah-kaedah dan warisan-warisan menakjubkan yang hanya kita pewaris
tunggalnya. Tidak seorang pun yang mewarisi peninggalan-peninggalan tersebut selain
kita. Warisan peradaban, filsafat, dan risalah kenabian. Peninggalan keluarga Musa, Harun, Isa,
dan Muhammad, semoga Allah menganugerahkan keselamatan kepada mereka semua.
Hak kita terhadap dua hal tersebut demikian jelas, seperti menyongsong esok.
Tak ada keremangan atau pun ketersembunyian. Umat Islam bukanlah umat yang masih
kecil sehingga butuh pengampuan. Bangsa kita juga bukan merupakan bangsa yang
terbelakang atau mengalami kegelapan sehingga memerlukan pencerahan dari bangsa
lain setelah menguasai dunia selama 500 tahun, bahkan lebih dari itu. Akan tetapi, itu
semua hanyalah kelaliman manusia terhadap manusia lainnya, kesewenangan yang terjadi
akibat kelalaian zaman. Kami mengharap semoga negara besar (daulah Islam) ini
akan segera sadar dari kesalahannya dan bergerak cepat menggapai keadilan di muka
bumi. Sehingga, ketentraman, keselamatan, dan keadilan merupakan prinsip pemerintah.
Sedangkan, kelaliman akan terangkat dan terbirit-birit ketakutan. Segala sesuatu
berada di tangan Allah.
"Bagi Allah segala urusan, baik sebelum maupun sesudah terjadi." (ar-Ruum: 4)
Kalian wahai orang-orang mukmin! Demi kebenaran yang kalian yakini dan
kehormatan negara-negara kalian, janganlah lesu dan lemah! Di tangan kalianlah segala
kekuatan! Di tangan kalian terdapat keimanan, kebenaran, hujjah, dan dalil. Allah telah
memuliakan kalian dengan perlengkapan yang kalian miliki. Itu sudah sangat cukup.
Akhir yang baik akan selalu didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa,
"Allah memenangkan urusan-Nya." (Yusuf: 21)

E. HIKMAH
"Barang siapa dianugerahi hikmah, sesungguhnya dia dianugerahi kebaikan
yang banyak. Tidak ada orang yang menyadari hal itu kecuali orang-orang yang
mempunyai pikiran." (al-Baqarah: 269)
Baitul Haram berada di hadapan Rasulullah saw. Begitulah mimpi yang dilihat oleh
beliau, mimpi para nabi adalah wahyu yang benar. Beliau bertawaf di Baitullah dan lari-lari
kecil antara bukit Shafa dan Marwa (sa'i). Beliau melakukannya dengan aman dan tenang.
Jadi, untuk selanjutnya harus ada pembenaran dari mimpi tersebut.
Pembenaran tersebut terealisir dengan mengadakan perjalanan ke Mekah al-
Mukarramah setelah melalui masa yang cukup lama dan mengatasi segala rintangan
yang ada. Para pilihan Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya berada di pintu gerbang
Mekah di daerah Hudaibiyyah. Mereka menggiring binatang ternak dan membaca talbiyah
ketika umrah.
Mendengar berita tersebut kaum Quraisy terkejut, lalu mereka merencanakan
makar dan bersumpah agar Muhammad dan para sahabatnya tidak memasuki wilayah
Mekah dengan kekerasan. Selanjutnya Rasulullah saw. mengirimkan Utsman bin Affan
sebagai delegasi agar melakukan negoisasi dengan mereka. Juga memberitahukan
bahwa kedatangan kaum muslimin bukanlah dengan maksud membuka wilayah baru
umat Islam atau memerangi mereka. Namun, hanya untuk berumrah dan beribadah. Kaum
Quraisy tidak boleh menghalangi seorang pun demi Baitullah atau memisahkan antara
orang tersebut dengan dengan thawaf dan sa'i yang ia kehendaki.
Untuk sementara waktu kaum Quraisy menahan umat Islam. Berita pun sampai pada
Rasulullah saw. Sambil bersandar pada sebuah pohon beliau memanggil para sahabatnya
untuk melakukan bai’at kematian dan pengorbanan, mempertahankan kebenaran sampai
titikdarah penghabisan.
Hati para pembesar Qurasy pun terkejut mendengar hal itu. Lalu mereka melepaskan Utsman
dan mengirimkan beberapa delegasi kepada Rasulullah saw. agar mengurungkan niatnya.
Delegasi-delegasi ini pun mondar-mandir antara kaum Quraisy dan Rasulullah saw. Sampai
pada akhirnya terjadilah kesepakatan yang dianggap kaum Quraisy sebagai kemenangan dan
tidak sedikit umat Islam yang menganggapnya sebagai kekalahan.
Ada sebagian kaum muslimin yang hampir mengira bahwa Rasulullah saw. rela dengan
kerendahan. Sehingga, mereka pun terheran-heran bagaimana bisa Rasulullah saw. rela dan
sepakat dengan keputusan seperti itu. Oleh Allah SWT, peristiwa ini dianggap sebagai
kemenangan yang dekat (fathan qariban) dengan rampasan perang yang banyak. Firman-
Nya,
"Allah benar-benar telah rela terhadap kaum mukminin ketika mereka mengadakan
bai'at di bawah sebuah pohon. Dia tahu apa yang ada di hati-hati mereka, lalu Dia
pun memberikan ketenangan dan menganugerahkan kepada mereka kemenangan yang
dekat. juga banyak harta rampasan perang yang mereka peroleh. Sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah menjanjikan kepada kalian harta rampasan
banyak yang akan kalian terima, maka Dia pun menyegerakan berita itu kepada
kalian dan menghalangi tangan-tangan manusia dari kalian, juga supaya hal ini menjadi
sebuah pertanda bagi kaum mukminin. Allah akan menunjukkan kepada kalian jalan
yang lurus. Allah juga menjanjikan (kemenangan-kemenangan) lain (atas negeri-negeri)
yang kalian tidak mampu meguasainya (dan) Allah telah menentukan hal tersebut. Allah
Mahakuasa terhadap segala sesuatu." (al-Fath: 18-21)
Tindakan Rasulullah saw inilah yang disebut sebagi hikmah. Bagi yang dianugerahi
hikmah tersebut berarti ia dianugerahi karunia yang banyak.
Rasulullah saw telah mengutus delegasi yang di dalamnya terdapat Amr bin ‘Ash.
Selanjutnya delegasi ini meminta bala bantuan. Lalu dikirimlah aminul-ummah orang
kepercayaan umat Islam; Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Ubaidah datang sebagai bala
bantuan. Sedangkan, Amr bin ‘Ash tetap bersikeras dengan kepemimpinannya semula. Amr
mengatakan kepada Abu Ubaidah, "Sebenarnya saya mengajukan bala bantuan, dan bala
bantuan tersebut bukan untuk diajukan sebagai amir (pemimpin)."
Sikap semacam ini menimbulkan pertentangan di kalangan para sahabat. Masing-
masing memiliki pendapat sendiri. Hampir saja terjadi fitnah kalaulah Abu Ubaidah r.a. tidak
memutuskan hal itu dan ia sepakat dengan Amr bin ‘Ash serta mematuhi perintahnya.
Dalam keputusan yang diambil oleh Abu Ubaidah ini, terdapat sebuah hikmah. Bagi yang
diberinya, berarti dia telah diberi kebaikan yang banyak.
Kaisar kaum salibis telah mengirimkan delegasi kepada Mu'awiyah ketika
pertentangan antara Mu'awiyah dan Ali berada pada puncaknya. Kaisar menawarkan bala
tentara dan perbekalan dengan maksud secara lahirnya memang untuk mempererat
hubungan negara tetangga dan menghargai ikatan yang telah terjalin antara keduanya.
Selanjutnya mereka juga menanti-nanti balasan yang sama.
Muawiyah pun mengirim sebuah ancaman terhadap kaisar. Jika ia melakukan itu,
Muawiyah akan bergabung dengan Ali dan menghadapi Kaisar dengan bala tentara
yang di depannya adalah pasukan Muawiyah, sedangkan belakangnya adalah pasukan
Ali. Itulah hikmah yang keluar dari Muawiyah dalam rangka menolak intervensi asing
yang sudah biasa terhadap daulah Islam. Bagi yang dianugerahi hikmah, ia telah
dianugerahi kebaikan yang banyak.
Umar dan beberapa 'golongan di antara kaum muslimin juga bersikeras
tentang permasalahan Khalid. Ia mengeluhkan hal tersebut kepada Abu Bakar r.a.
Umar meminta dengan sungguh-sungguh agar Abu Bakar memecat Khalid dan
menghukum serta menahannya. Abu Bakar merupakan orang yang paling tahu tentang
Khalid dalam kapabilitas, ujian, pengorbanan, jihad yang ia lakukan, dan watak yang jarang
ditemui. Abu Bakar tidak tergoyah sedikit pun di hadapan tegasnya pendapat Umar
tersebut. Lalu ia pun menjawab dengan ungkapan seperti ini, "Saya takkan merekahkan
sedikit pun pedang yang dipasang Allah terhadap kaum kafir. Banyak wanita yang tidak
mampu melahirkan putra seperti Khalid."
Khalid pun terus berlalu, berjihad di jalan Allah dengan disaksikan oleh umat Islam.
Inilah hikmah yang keluar dari Abu Bakar r.a. dan Umar pun telah mengakuinya ketika ia
berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Ia adalah orang yang paling
mengetahui keadaan bawahan-bawahannya".
Juga ketika Abu Bakar mengatakan kepada pembantu dekatnya ketika ia melihat
pembantu tersebut melerai wanita-wanita Makhzum agar tidak menangis. Abu Bakar
berkata kepadanya, "Biarkan wanita-wanita itu wahai Aslam! Sesungguhnya tidak akan
ada lagi wanita-wanita yang menangis terhadap orang seperti Abu Sulaiman."
Umar telah memecat Khalid ketika Khalid berada pada puncak kebesarannya. Hati-
hati pun telah terpaut kepadanya. Berbagai medan pertempuran dan kawasan-kawasan telah
ditaklukkan olehnya. Setiap kuda, malam, penduduk desa dan kota telah
mengenalnya. Lalu Umar memerintahkan Abu Ubaidah untuk mengoreksi Khalid
dengan lebih jeli. Saking jelinya sampai Bilal menelungkupkan kerah bajunya di sorban
yang dipakainya. Lalu patuh melaksanakan perintah amir (jenderal) baru.
Khalid melihat kejadian itu sambil tersenyum dan tetap patuh pada pimpinan. Lalu ia pun
kembali kepada barisan semula sebagai seorang jundi 'pasukan' yang berkorban dan
melaksanakan kewajibannya dengan berpegang teguh pada amanat dan ketulusan. Tidak
peduli apakah ia akan mengarak kepada kematian ataukah dia sendiri yang diarak menuju
kematian. Sikap yang diambil Khalid ini di dalamya terdapat hikmah yang setelah itu
jarang ditemui. Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, sesungguhnya ia dianugerahi
kebaikan yang banyak.
Bacalah sikap-sikap semacam itu yang masih banyak lagi, di mana hikmah secara
praktis lebih diutamakan daripada kepentingan-kepentingan teoritis semata. Apakah sejarah-
sejarah pengingat tersebut bisa menjelma menjadi sebuah imbauan suci yang dapat
menunjukkan kita kepada jalan yang lurus? Ya Allah, kabulkanlah! Amin.

F. TAK ADA PUTUS ASA


"Janganlah kalian berputus asa terhadap rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada
yang berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orang kafir." (Yusuf: 87)
Saya tidak habis berpikir ada orang yang beriman kepada Allah dan Al-Qur’an, tapi
hatinya bisa ditembus oleh putus asa, meskipun situasi di hadapannya sangat genting dan
berbagai peristiwa banyak yang menghimpitnya, serta rintangan-rintangan
menghadangnya.
Sesungguhnya Al-Quran telah meletakkan sifat putus asa pada derajat kekafiran. Juga
mengiringinya dengan kesesatan. Firman-Nya,
"Ibrahim berkata, 'Tidaklah berputus asa terhadap rahmat Tuhannya kecuali
orang-orang yang tersesat."' (al-Hijr: 56)
Sesungguhnya Al-Qur’an telah menetapkan hukum alam yang takkan berubah-ubah.
Sunnatullah yang tidak akan Anda temui perubahan di dalamnya.
Hari-hari silih berganti di hadapan manusia. Kekuatan pun tidak akan selamanya
berada pada posisinya. Kelemahan juga tidak akan terus berada pada posisinya (sepanjang
hidup manusia). Akan tetapi, perputaran dan perubahan terus melanda umat manusia dan
bangsa-bangsa. Sebagaimana hal itu juga terjadi pada setiap individu,
"Masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami jadikan silih berganti di antara manusia."
(Ali Imran: 140)
Hikmah Allah dalam hal ini adalah untuk menguji orang-orang yang beriman dan
memberi cobaan kepada orang-orang yang membenarkan (ajaran Islam). Memisahkan yang
jelek dari yang bagus. Lalu dijadikanlah kejelekan itu sebagiannya di atas sebagian yang
lain (bergabung), dan ditempatkan di neraka jahanam. Sedangkan, orang-orang
yang membenarkan dan berpendirian teguh di dalamnya, Allah akan
menganugerahi mereka kemenangan dan dukungan di dunia, serta pahala dan pengampunan
di akhirat. Firman-Nya,
"Sungguh kami akan menguji kalian, sampai kami mengetahui orang-orang
yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kalian. Dan, agar kami menyatakan
(baik-buruknya) hal-ihwal kalian." (Muhammad: 31)
"Apakah kalian semua mengira akan masuk surga, padahal kalian belum mengalami
seperti apa yang dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa kesempitan dan
kepayahan serta terus digoncang, sampai Rasul dan orang-orang beriman yang
bersamanya mengatakan, 'Kapankah datang pertolongan Allah?' Ketahuilah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (al-Baqarah: 214)
Pertolongan ini semakin dekat tatkala himpitan (yang ada) semakin memuncak.
Penglihatan-penglihatan pun menjadi tidak tetap lagi dan hati kaum mukmin menjadi sesak
sampai ke tenggorokan. Firman Allah,
"Sampai apabila para rasul itu putus asa dan menganggap bahwa mereka telah
didustakan, datanglah pertolongan kami. Lalu diselamatkanlah orang-orang yang
dikehendaki. Siksaan kami tidak akan bisa ditolak oleh orang-orang yang jahat."
(Yusuf: 110)
Hukum Tuhan ini takkan lepas dari umat-umat zaman dahulu. Berapa banyak umat yang
memiliki kekayaan berlimpah ruah, lalu mengufuri nikmat-nikmat Allah dan pada
akhirnya kekayaan tersebut lenyap serta digantikan dengan kelaparan dan ketakutan.
Semua itu disebabkan karena apa yang mereka perbuat. Firman-Nya,
"Kami telah menetapkan kepada Bani Israel bahwasanya kalian akan berbuat
kerusakan di muka bumi untuk yang kedua kalinya. Kalian akan berada pada puncak
kejayaan yang besar. Maka, apabila tiba saat hukuman (bagi kejahatan) yang pertama
dari keduanya, Kami akan mengutus kepada kalian hamba-hamba Kami yang memiliki
kekuatan besar. Lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti
terlaksana. Kemudian Kami berikan kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali.
Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan kalian Kami jadikan
kelompok yang lebih besar." (al-Israa': 4-6)
"Sesungguhnya Fir'aun telah memiliki kekuasaan yang tinggi di muka bumi dan
penduduk bumi ia jadikan berkelompok-kelompok. Ia melemahkan sebagian di antara
mereka dengan (cara) menyembelih anak-anak lelaki dan membiarkan anak-anak wanita
mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orana-orang yang berbuat kerusakan. Kami ingin
menganugerahkan kepada orang-orang yang lemah di muka bumi dan kami jadikan
mereka sebagai para pemimpin. Kami mengokohkan mereka di muka bumi dan
memperlihatkan kepada Fir'aun dan Haman serta tentara-tentara milik keduanya apa
yang mereka khawatirkan." (al-Qashash: 4-6)
Sesungguhnya Al-Qur’an telah memberikan jalan yang di dalamnya terkandung
sebuah kekuatan kepada orang-orang yang bersabar dan optimis, yang tidak
mengenal putus asa dalam hati mereka. Kekuatan tersebut tidak akan didapatkan kecuali
karena rahmat dan kekuasaan Allah. Di hadapan rahmat tersebut hancurlah seluruh
kekuatan makhluk. Usaha yang dilakukan oleh seluruh alam semesta akan sia-sia dan takkan
mampu meraih rahmat tersebut. Tidak ada yang mengetahui tentara-tentara Allah kecuali
Dia sendiri. Firman-Nya,
"(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah) ketika ada orang mengatakan kepada
mereka, 'Sesungguhnya manusia telah bergabung untuk memerangi kalian, maka
takutlah terhadap mereka!' Lalu bertambahlah keimanan mereka dan mereka katakan,
'Cukuplah bagi kami Allah (saja). Dialah sebaik-baik pelindung.' Kemudian mereka pun
kembali dengan memperoleh kenikmatan dan karunia (yang besar) dari Allah. Mereka
tidak mendapat bencana apa-apa. Mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai
karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti kalian terhadap kawan-kawannya, maka janganlah kalian takut kepada
mereka. Akan tetapi, takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman." (Ali Imran:
173-175)
"Berkatalah dua orang yang termasuk orang-orang yang takut (kepada Allah), yang
Allah telah memberikan kenikmatan kepada keduanya, 'Serbulah mereka melalui pintu itu.
Apabila kalian memasukinya, tentu kalian akan menang. Hanya kapada Allahlah
hendaknya kalian bertawakal jika kalian termasuk orang-orang mukmin." (al-Maa'idah:
23)
Terkadang tidak terbersit sama sekali dalam hati orang-orang mukmin yang bersabar
bahwa mereka akan sampai kepada tujuan atau bisa menggapai angan-angan
dengan semudah itu. Namun, Allah Yang Mahatinggi mendekatkan kepada mereka hal-
hal yang (sebelumnya) terasa jauh dan memudahkan hal-hal yang sulit. Allah
menganugerahkan kepada mereka kemenangan yang tidak diduga-duga. Firman-Nya,
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dari rumah-
rumah mereka pada pengusiran yang pertama. Kalian tidak mengira mereka akan keluar,
dan mereka pun mengira benteng-benteng mereka akan dapat mencegah dari (siksaan)
Allah. Lalu Allah mendatangi mereka dari,arah yang tidak diduga-duga. Ia menebarkan
ketakutan dalam diri mereka. Mereka memusnahkan rumah-rumah sendiri melalui
tangan-tangan mereka dan juga melalui tangan-tangan orang-orang mukmin. Maka,
jadikanlah hal ini sebagai pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pengamatan.
Kalaulah tidak karena Allah menetapkan pengusiran kepada mereka, tentulah Allah
akan mengazab mereka di dunia. Bagi mereka siksaan di akhirat adalah azab neraka."
(al-Hasyr: 2)
"Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan kesal dan mereka tidak
memperoleh keuntungan apa pun. Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari
peperangan. Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dia menurunkan orang-orang Ahli
Kitab (Bani Quraidzah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-
benteng mereka. Dia menebarkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka
kalian bunuh dan sebagian yang lain kalian tawan." (al-Ahzab: 25-26)
Oleh karena itu, wahai orang-orang yang percaya kepada Al-Qur’an yang mulia!
Apakah masih pantas bagi kalian mengatakan, "Apa yang akan kami perbuat,
sedangkan kami lemah dan musuh-musuh kami kuat?" Atau, berbasa-basi dengan salah
seorang di antara kalian untuk membelot, sedangkan dalam hati orang tersebut terdapat
sebuah harapan yang tinggi. Di belakangnya terdapat dukungan yang mengelilingi
barisan jihad! Ya Allah. Tidak mungkin ini terjadi.

G. DASAR-DASAR PERGERAKAN
Teman saya berkata, "Saya telah lama mengamati perjalanan kehidupan da'wah
Ikhwanul Muslimin, mengikuti dari dekat pola kerjanya di berbagai kesempatan, dan
banyak bergaul dengan para aktivisnya. Sungguh saya sangat kagum sekali dengan
apa yang saya lihat. Akan tetapi, saya melihat ada beberapa sisi kelemahan, dan saya
sampaikan hal ini untuk dijadikan nasihat saya kepada para anggota Ikhwanul Muslimin.
Saya yakin motivasi saya ini, tak lain ialah rasa iri terhadap perkembangan pergerakan
da'wah ini, semoga Allah memberkatinya:"
Saya katakan kepadanya, "Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan
semoga juga Allah membaguskan kamu. Ceritakan apa yang ada pada hatimu.
Sesungguhnya agama adalah nasihat, salah kalau ada manusia yang mengira bahwa
dirinya terhindar dari kesalahan, cukuplah hal ini menjadi dosa dan dia akan
berpaling dari kebenaran. Bukankah sifat maksum itu hanya milik para nabi, padahal
kenabian telah ditutup dengan diutusnya Muhammad saw.
Jika kami mengklaim bahwa diri kami telah sempurna, maka tidak ada lagi pembicaraan
uji coba da'wah masa depan demi kesempurnaan dalam kehidupan sosial dan individu.
Sampaikan kepadaku apa yang engkau ingin katakan. Kami akan berterima kasih. Maka, demi
Allah, kritikan para pengeritik yang ikhlas lebih menyenangkan kami daripada sanjungan
dengan kebenaran maupun dengan kebatilan, Karena kami ketika menerima kritikan, kalau
tidak terhindar dari kesalahan, maka akan semakin dekat dengan kebenaran. Namun sebaliknya,
ketika kami dipuji, tidaklah menambah pujian itu kecuali rasa sombong dan
bersenang-senang, keduanya menghancurkan. Kami berlindung kepada Allah dari
keduanya. Betapa pantas orang-orang itu dicampakkan ke wajah mereka dengan debu'.
Kemudian dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memilihkan kamu manhaj ini.
Kalau seandainya bukan karena pembekalan mental, tentulah itu dianggap suatu
keutamaan, yang mengecilkan banyak kelemahan-kelemahan yang justru dianggap
sebagai keutamaan. Tidak diragukan lagi engkau dan para pengikutmu akan sampai
pada suatu kesempurnaan Tidak ada yang menutup kesempurnaan manusia kecuali
perasaan bangga dengan dirinya sendiri. Namun saya, alhamdulillah, tidak banyak akan
mengkritik dan tidak pula bermaksud melukai perasaan, namun semuanya demi perbaikan.
Hanya kepada Allahlah kami mtnta pertolongan.
Saya melihat dalam diri para anggota Ikhwanul Muslimin, adanya kelambanan
dalam proses da'wah dan metode yang kuno serta sikap menjauhi kehidupan
masyarakat ramai. Juga memegang yang erat sekali terhadap permasalahan ibadah sehingga
menimbulkan kesan, seolah-seolah mereka adalah para penganut aliran sufisme yang
hanya beribadah dan meninggalkan kehidupan duniawi. Hal ini akan menyebabkan
kita jauh dari permasalahan aliran-aliran pergerakan yang menggoncang dunia pada saat ini.
Atau, menjauhi permasalahan-permasalah pergolakan politik yang mengatur perjalanan
umat dan kekuatan rakyat.
Ikhwanul Muslimin sebagai suatu kelompok pergerakan tentulah mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap opini publik pada saat ini. Saya kira sudah menjadi
kewajibannya untuk memperhatikan permasalahan ini, agar mempunyai sebuah opini
yang bisa dipegang oleh rakyat. Bukankah kamu sependapat dengan koreksi saya ini?"
Saya katakan, "Wahai saudaraku, dari segi bentuknya memang boleh jadi persepsi Anda
merupakan suatu kebenaran, namun tidak pada penafsirannya. Saya kira perilaku
seperti seorang yang hanya beribadah saja, yang terkesan pada diri seorang ikhwan, itu
hanya karena rasa malu mereka. Rasa malu itu merupakan cabang dari iman, di zaman
yang mulai hilang rasa malu dan diabaikannya cabang-cabang iman.
Karena sesungguhnya beban yang berat ialah bersungguh-sungguh yang telah
diwajibkan Islam atas umat yang telah lama terombang-ambing dan rusak kehidupan
mereka dengan kemaksiatan, hura-hura, dan kesenangan duniawi yang lainnya.
Adapun menjauhkan diri dari permasalahan politik, saya tegaskan kepada Anda
bahwa para anggota Ikhwanul Muslimin dalam hati mereka dipenuhi rasa cinta Tanah Air
dan semangat membangun negara mereka serta dunia Islam pada umumnya. Mereka
semua memperhatikan dengan benar terhadap hak-hak tanah air, kewajiban dan cita-cita
bangsa. Mereka tidak pernah melewatkan satu kesempatan pun kecuali mereka sampaikan
pendapat mereka kepada para pemimpin kita. Namun, mereka memahami betul apa yang
akan diakibatkan dari penyampaian nasihat yang tulus ikhlas ini. Karena kadang-
kadang disalahartikan sebagai tindak subversif yang ingin meruntuhkan pemerintahan
yang sah. Mungkin benar, Ikhwanul Muslimin dalam bidang ini, kurang begitu perhatian.
Namun, hal itu karena keadaan yang memaksa demikian dan akan berubah jika
keadaan memungkinkan .
Wahai saudaraku, pastilah engkau dan Tuhanmu sependapat denganku bahwasanya
masyarakat kita, bangsa Arab dan dunia Islam pada umumnya, membutuhkan pada model
tatanan yang baru dan renovasi yang mengarah pada perbaikan? Apakah cukup bagi kita
membangun masyarakat kita dengan model pembangunan politik saja, seperti yang terjadi di
negeri kita ini yang banyak sekali kekurangan dan kelemahan?
Saya yakin bahwa masyarakat kita, bangsa Arab dan dunia Islam, pada saat ini tidak
hanya membutuhkan suatu kepemimpinan yang adil, dukungan, dan perbaikan. Mereka
butuh suatu model bangunan baru yang berdiri di atas landasan baru yang dijalankan oleh
manusia-manusia yang baru pula, memiliki jiwa yang kuat, tahan banting, terus terang,
penyayang menghormati, jujur dalam perbuatan dan perkataan, jiwa yang tidak munafik, tidak
dengan basa-basi, tidak lari dari tanggung jawab, cinta dengan kebaikan, bersabar dalam
menghadapi ujian, dan bersabar dalam berjihad.
Betapa kita membutuhkan kepada jiwa-jiwa seperti ini, wahai saudaraku.
Kita sangat membutuhkan pada suatu tatanan baru yang berdiri pada suatu
landasan yang baru pula, jelas, terarah, dan menyeluruh. Landasan yang menjadi
tumpuan guna pencapaian cita-cita orang-orang yang bersungguh-sungguh ingin
menyebarkan kebaikan, perbaikan, dan kesungguhan. Juga untuk memperlihatkan hal
ini kepada mereka orang yang bersemangat, namun terombang-ambing oleh propaganda dan
aliran pemikiran, diembus oleh badai dari segala arah dan tersesat jalan.
Terakhir, kami membutuhkan proyek proyek lapangan pekerjaan agar kami bisa
mendapatkan keuntungan, terhindar dari pengangguran, berlatih bekerja, dan mendapatkan
keterampilan nyata yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan ini. Kami
memerlukan proyek-proyek pertanian, industri, dan perdagangan. Betapa luas dan
bagus sekali kalau kita mengikuti arah dan mengambil jalan ini. Kami tidak akan
membuang-buang waktu dengan angan-angan, dan tidak akan rela waktu berlalu
dengan begitu saja.
Wahai saudaraku, sungguh saya ingin menutup segala pintu-pintu untuk ikhwan
kecuali tiga pintu ini. Yaitu, mencukupkan atas diri mereka sendiri. Kemudian
mengikutinya dengan taat kepada Allah, sabar, mengalah, jujur, dan rela dengan manhaj-
Nya. Maka, mereka belajar hukum-hukumnya, ajarannya yang menyinari kehidupan
mereka ke arah jalan yang selamat, dan mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap
gulita menuju kehidupan yang terang dan jalan yang lurus.
Kemudian kami ingin bekerja dan berbuat sebagaimana firman Allah,
"Katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Kamu akan dikembalikan kepada Allah yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
kamu kerjakan."' (at-Taubah: 105)
Tiga hal inilah, wahai sahabatku, prinsip dasar pergerakan kami." Kemudian dia
berkata, "Semoga Allah bersamamu." Maka, saya jawab, "Itulah harapan kami dan
Dialah sebaik-baik penolong."

H. ARAB DAN ISLAM


"Al-Qur’an adalah sebagai peringatan bagi kamu dan kaummu. Kelak kamu akan
diminta pertanggungjawaban." (az-Zukhruf.• 44)
Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, dipilihnya seorang nabi dari bangsa
Arab, dan dalam agama ini Arab mempunyai makna yang khusus. Allah berfirman,
"Sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.
Dia dibawa turun oleh ar-roh al-amin (Jibril) ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang
jelas." (asy-Syu'araa: 192-195)
Al-Qur’an bagaikan penyihir yang menyihir jiwa bangsa Arab; melahirkan
manusia-manusia pilihan; menjadikan kebebasannya adalah revolusi terhadap
khurafat-khurafat; jihadnya adalah perang terhadap kebatilan; keberaniannya adalah
sebagai penolong terhadap kebenaran; serta menjadikan kemuliaan dan kehinaan
sebagai usaha di jalan Allah Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. Setelah itu Arabism
menjadi tersebar dari tempat asalnya hingga hampir sampai ke dua penghujung
dunia, berinteraksi dengan umat dan rakyat yang buta tentang apa itu iman dan kitabnya.
Dengan itu, Arabism menjadi semakin luas, darah Arab bercampur dengan bangsa-bangsa
lain, dan mendarah daging dalam jiwa-jiwa mereka sampai segala sesuatunya berubah
seperti orang Arab asli.
Umat Arab tidak akan menjadi ribuan yang terkungkung oleh hamparan padang
pasir dan tertutup dengan garis perbatasan kepulauan, tetapi telah menjadi 80 jutaan. Dari
satu peradaban manusia yang rendah, berhasil menguasai pusat peradaban dunia dari
Teluk Persia sampai ke Samudra Atlantik setelah Maroko, dan telah menaungi sekitar
300 juta manusia muslim.
Mereka berpikir dengan pemikirannya, menjiwai dengan perasaannya,
mempercayainya sebagai alat pemersatu yang hakiki dan kuat yang mengikat mereka.
Mereka meyakini bahwa kekuatannya adalah kekuatan bagi mereka dan lemahnya adalah
kelemahan bagi mereka. Juga menjadikannya sebuah kepentingan bersama, di samping sisi akidah
rohani, untuk melebur diri menjadi umat yang satu, senasib dan satu cita-cita.
Di antara keagungan Islam yang telah Allah berikan terhadap agama ini ialah Allah telah
memberi sifat dengan dua makna yang mulia dan agung;
Pertama, Allah telah menjadikannya sebagai agama yang membawa ajaran-ajaran
kemanusiaan yang tinggi, sehingga urusan langit dan bumi tidak akan sempurna kecuali
dengannya. Allah berfirman,
"Kalau seandainya kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, maka akan rusaklah
langit dan bumi dengan segala isinya." (al-Mukminuun: 71)
Agama Islam yang pertama kali menyeru pada ajaran Rabbani, berbaik sangka dalam
berhubungan dengan Allah, menyeru kepada ajaran kemanusiaan, meninggikan arti hakikat
manusia, menyeru kepada makna universalitas Islam, dan memperkuat makna tali
ukhuwah, sifat rahmah, dan hubungan di antara manusia. Juga memperkuat arti sebuah
kewajiban, sunnah-sunnah, ibadah, perbuatan, dan perkataan serta hukum. Semua itu
karena Islam ingin menanamkan makna-makna ini ke dalam hati manusia. Allah
berfirman,
"Perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah." (al-Baqarah: 193)
Kedua, agama universal ini telah terbentuk di atas makna toleransi, luas, pemaaf, dan
pengampun serta menjadikannya agama yang aman dan selamat serta adil, baikterhadap umat
Islam maupun non-Islam. Islam telah ditegakkan di atas sebuah dasar yang belum pernah
disaksikan dalam sejarah. Dia mengajarkan kepada para pengikutnya untuk beriman kepada
para nabi dan kitab-kitab samawi yang terdahulu; mengajarkan penghormatan
kepada para nabi, kitab-kitab, para pengikutnya, rasul-rasul, dan umat-umat terdahulu dan
menyeru kepada para pengikutnya untuk mengambilnya sebagai manhaj seperti yang
dilakukan oleh nabi-nabi mereka,
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sekalian penolong agama
Allah seperti perkataan Isa putra Maryam kepada para pengikutnya, 'Siapakah yang
akan menjadi penolong ajaran Allah?"' (ash-Shaaf: 14)
Seorang muslim mengetahuinya dengan sangat jelas dalam kitabnya tentang hakikat
makna-makna ini. Dia bisa membaca tentang Musa a.s.,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
menyakiti Musa. Maka, Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Adalah dia yang mempunyai kedudukan yang terhormat di sisi Allah." (al-
Ahzab: 69)
Tentang kitab Taurat Musa, Allah berfirman,
"Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya ada petunjuk
dan cahaya, yang dengan itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh para nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim di antara mereka dan pendeta-
pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan
mereka menjadi saksi terhadapnya." (al-Maa'idah: 44)
Tentang umat dan rakyat Musa, Allah berfirman,
"Telah kami berikan kepada Bani Israel Al-kitab, kekuasaan, dan kenabian. Kami
berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka dari bangsa-
bangsa. Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan
agama, maka mereka tidaklah berselisih kecuali setelah datang kepada mereka
pengetahuan karena kedengkian yang ada di antara mereka." (al-jaatsiyah: 16-17)
Tentang Al-masih a.s., Allah berfirman,
"Ingatlah ketika malaikat berkatam "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah
menggembirakanmu dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan kalimat
yang datang daripada-Nya, namanya Almasih putra Maryam, seorang yang terkemuka di
dunia dan di akhirat, serta termasuk orang-orang yang didekatkan oleh Allah. Dia
berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa. Dia
termasuk orang-orang yang saleh." (Ali Imran: 45-46)
Dan, tentang Injil Nabi Isa, Allah berfirman,
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan
orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya kami ini
orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan di antara mereka ada pendeta-
pendeta dan rahib-rahib, karena mereka itu tidak menyombongkan diri." (al-
Maa'idah: 82)
Disebutkan juga sanjungan kepada para rasul, nabi, dan kitab-kitab yang terdahulu.
Allah berfirman,
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur' an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengatakan, 'Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya."'
(al-Baqarah: 285)
Islam tidak berhenti sampai pada batas ini saja, bahkan membuka lebar-lebar pintu
kerja sama, saling tukar pikiran, baik antara sesama muslim maupun dengan nonmuslim.
Allah berfirman,
"Makanan orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal pula bagi mereka. Dihalalkan bagi kamu mengawini wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-kitab sebelum kamu, jika kamu telah
membayar maskawin mereka dengan maksud mengawini mereka, tidak bermaksud
berzina, dan tidak pula bermaksud mengambil gundik-gundik." (al-Maa'idah: 5)
Lihatlah sejauh mana Al-Islam mengajarkan ajaran persamaan sampai dalam
menggunakan ungkapannya. Betapa tinggi ajaran agama ini dan betapa besar
keinginannya untuk membuka jalan bagi persatuan dan kerja sama.
Dengan dua makna yang agung ini, Islam bisa menyumbangkan untuk dunia suatu
peradaban yang berdiri di atas keutamaan jiwa dan kehendak untuk bekerja. Islam
telah tercatat dalam sejarah sebagai penguasa peradaban yang tidak mengenal perbedaan
etnis dan akidah, di samping tercatat dalam sejarah sebagai simbol keadilan dan
toleransi.
Dari sini, maka bagi bangsa Arab semuanya, baik kaum muslimin maupun
nonmuslim, agar merasa bangga dengan Islam, selalu mengingatnya,
metnberikan loyalitas terhadapnya, serta menjadikan wawasan, hukum, dan
peradabannya sebagai landasan yang mewarnai kehidupan mereka sehari-hari.
Adapun orang-orang muslim, karena dia adalah agama dan akidah mereka, dan
adapun orang-orang nonmuslim karena dia adalah warisan sejarah, kebangsaan,
kebanggaan, dan mukjizat yang tersisa bagi mereka. Mahabenar Allah dengan firman-Nya,
"Al-Qur’an itu sesungguhnya merupakan peringatan bagi kamu dan kaummu. Kelak
kamu akan diminta pertanggungjawabannya." (az-Zukhruf: 44)
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kamu, maka apakah kamu tiada memahaminya."
(al-Anbiyaa: 10)

I. WAHAI BANGSA ARAB: BERTAHANLAH TERHADAP UJIAN


KEMENANGAN BERSAMA KESABARAN
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu serta bersabarlah.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud
ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. (Ilmu) Allah meliputi apa
yang mereka kerjakan." (al-An faal: 45-47)
Wahai bangsa Arab, apa yang kalian takuti? Apakah kalian takut terhadap bangsa-
bangsa tamak yang berkumpul menghadapi kalian? Ataukah, terhadap pemerintah-
pemerintah zalim yang menghancurkan hak kalian? Ataukah, terhadap umat-umat lain yang
bersatu melawan kalian? Ataukah, terhadap perkataan anggota Dewan Keamanan yang tidak
berada pada barisan kalian dan menjatuhkan kepada kalian sanksi-sanksi ekonomi atau
mengarahkan kepada kalian sanksi-sanksi militer? Apakah kalian takut terhadap ini semua?
Padahal, kalian memiliki teladan yang baik dan mulia dari para pendahulu kalian.
Firman Allah,
"(Yaitu), orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu. Karena itu, takutlah kepada mereka.' Maka, perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi penolong
kami dan Allah sebaik-baik pelindung.' Mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang
besar) dari Allah. Mereka tidak mendapat bencana apa-apa. Mereka mengikuti
keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak
lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy). Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka. Tetapi, takutlah
kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Ali Imran: 173-175)
Inilah, mobilisasi kebenaran mengajak kalian. Kitab Allah memanggil kalian,
"Mengapakah kamu takut kepada mereka, padahal Allahlah yang berhak untuk kamu
takuti jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman. Perangilah mereka niscaya Allah
akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu. Allah akan menghinakan
mereka dan menolong kamu terhadap mereka serta melegakan hati-hati orang-orang
yang beriman. )uga menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Allah menerima tobat
orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (at-
Taubah: 13-15)
Tidak ada yang berhak berbicara setelah perkataan Allah. Tidak ada lagi mazhab
bagi seseorang di balik (kehendak) Allah. Tetap tegar terhadap ujian dan sabar terhadap
kesulitan. Allah berfirman, "Kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) serta bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Ali
Imran: 200)
"Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang
beriman. "(Ali Imran: 139)
Sesungguhnya di antara kekalahan dan kemenangan itu hanyalah kesabaran sesaat.
Ketentuan-ketentuan yang dikehendaki Allah untuk ditunda tidak akan maju. Demikian pula
dengan usia yang dikehendaki Allah untuk habis tidak dapat ditunda lagi,
"Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ke tempat mereka terbunuh". (Ali
Imran: 154)
Allah menguji hamba-hamba-Nya yang jujur dengan sikap-sikap mulia, tanda-tanda
kepahlawanan, dan syahadah untuk menguji apa yang ada dalam hati mereka dan untuk
memeriksa apa yang ada dalam dada mereka. Allah Maha Mengetahui dengan apa yang
tersembunyi di dalam dada.
Muawiyyah berkata, "Sungguh saya ingin mengalah kalaulah saya tidak ingat dengan
perkataan seseorang,
'Aku berkata kepadanya telah terbang kilatan sinar
Dari para pahlawan. Celaka kamu yang tidak menjaga
Kalau kamu meminta kekalnya hari
Atas ketentuan yang untukmu, maka tidak dipenuhi
Maka, sabarlah dalam medan kematian sabarlah
Karena memperoleh kekekalan itu tidak didapati.'
Kemudian ia konsisten sehingga Allah menjaga saya dari aib dan hina karena kalah.
Bersabarlah dalam medan kematian. Bersabarlah wahai para pahlawan dari Arab. Sehingga,
Allah membuka kebenaran di antara kalian dengan manusia. Sesungguhnya Allah
sebaik-baik pembuka kemenangan. Allah Maha Menguasai urusan-Nya tetapi sebagian
besar dari manusia tidak mengetahui."
Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, kalian tidak akan kalah karena sedikit
padahal kalian sebanyak jumlah burung. Kalian tidak akan dikalahkan karena tidak adanya
persiapan, padahal kekuatan dan pasukan Allah yang tidak terkalahkan bersama kalian.
Firman Allah,
"Tidak ada yang tahu pasukan-pasukan Tuhanmu melainkan Dia." (al-Muddatsir: 31)
"Allah memiliki pasukan-pasukan di langit dan di bumi. Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana." (al-Fath: 7)
Akan tetapi, kalian akan dikalahkan karena dua hal. Pertama, kalian berselisih dan
bertentangan sehingga kalian gagal dan hilang kekuatan kalian. Kedua, kalian
merusak niat, membelokkan maksud, dan menempatkan dunia di hati kalian
pada tempat akhirat sehingga pertolongan Allah menjadi tertunda. Bantuan Ilahi dan
dukungan Rabbani menjadi tertunda. Pada saat itu tidak ada satu pun yang bermanfaat
bagi kalian,
"Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan
kamu. jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu. Karena itu,
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (Ali Imran: 160)
Kita tidak dapat membayangkan adanya seseorang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, baik ia seorang pemimpin maupun yang dipimpin, jiwanya mengalami
kegoncangan pada saat yang sangat menentukan seperti ini dalam sejarah kita tanpa
menceburkan dirinya dalam suatu kelompok dan mengikuti terhadap perintah Allah serta
berbuat untuk mencapai kemenangan berapa pun harganya. Setelah itu terserah apa yang
akan terjadi. Allah telah menceritakan kepada kita sejarah para pendahulu kita,
sehingga dapat mengembalikan pandangan yang penuh harapan dan memperingatkan
jiwa yang melayang. Firman Allah,
"Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih
dalam urusan itu serta mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan
kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan
ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka
untuk menguji kamu. Sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Allah mempunyai
karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." (Ali Imran: 152)
Wahai bangsa Arab. Tetaplah dalam ujian karena kemenangan itu bersama
kesabaran. Satukanlah kalimat kalian. Ikhlaskan niat kalian. Sucikan hati kalian.
Istiqamahlah pada perintah Allah. Setelah itu janganlah takut kepada siapa pun. Janganlah
menyerah kepada hukum orang-orang kafir siapa pun mereka. Jangan takut dengan
ancaman dan gertakan. Tetaplah bersama Allah, maka Allah akan bersama kalian. Allah
berfirman,
"Allah akan menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi
Mahaperkasa." (al-Hajj: 40)
Allahu Akbar. Segala puji bagi Allah.

J. JALAN DARI SINI.


"(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah.
Cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." (al-Ahzab: 39)
Umat Islam membawa risalah Allah kepada hamba-hamba-Nya. Mereka membawa
amanah Allah di muka bumi ini. Yaitu, sebuah amanah teladan mulia, akhlak yang baik,
dan kondisi selamat yang ditegakkan di atas keadilan, kebaikan, serta mencegah dari
perbuatan keji, mungkar, dan aniaya.
Allah telah mengambil perjanjian dan sumpah dari umat yang telah dipilih ini. Allah
tidak menjadikan mereka kesulitan dalam beragama. Allah menjadikan mereka sebagai
umat yang wasathan 'moderat'. Ia adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan kepada
manusia untuk menyampaikan risalah Allah bagi hamba-hamba-Nya. Tidak boleh
mengabaikan tugas tabligh ini dalam kondisi yang bagaimanapun, agar tetap menjaga
amanat yang suci ini, menjaganya dari setiap pelanggaran, mengerahkan semua yang
dimiliki baik jiwa, nyawa, darah maupun harta demi menjalankan dan menjaga tugas ini.
Allah telah mewajibkan jihad di jalan Allah dengan semuanya itu pada saat risalah dan
amanat Allah yang berada di tangan umat ini mendapatkan ancaman berupa aniaya dari orang-
orang zalim dan permusuhan dari orang-orang yang memusuhi.
Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa mereka dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh." (at-Taubah: 111)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar." (al-Hujuraat: 15)
Ketika Allah mengarahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dengan risalah-Nya dan
yang menjaga batasan-batasan-Nya dengan petunjuk Rabbani yang mulia dan lurus
ini, Allah menyelimuti mereka dengan kedamaian. Allah menumpahkan dalam hati
mereka ketenangan. Allah menutupi mereka dengan kesegaran iman. Allah
menetapkan mereka dengan petunjuk keyakinan. Mereka tidak takut kepada siapa pun.
Mereka tidak khawatir terhadap apa pun. Mereka tidak mengabaikan suatu
kewajiban. Mereka tidak memperhitungkan karena jumlahnya yang sedikit, atau banyak,
jumlah atau bekal. Cukup bagi mereka bahwa mereka beriman dengan sebenar-benarnya
iman; bahwa Allah akan menolong mereka; dan bahwa jika Allah menolong mereka, maka
tidak akan ada yang dapat mengalahkan mereka. Firman Allah,
"(Yaitu), orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu. Karena itu, takutlah kepada mereka.' Maka, perkataan
mereka itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukup Allah menjadi
penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung."' (Ali Imran: 173)
Pada jalan ini umat telah menempuh babak yang sangat jauh percaya dengan risalah dan
amanat Allah. Mereka sungguh-sungguh dalam menyampaikan hal tersebut baik
untuk menolak alasan-alasan maupun memberi peringatan. Mereka menghunuskan pedang
untuk menjaga keadilan, rahmat, dan kebenaran agar tidak hilang oleh kekuatan orang-orang
zalim dan teriakan orang-orang yang melampui batas. Kemudian Allah memenuhi janji-Nya
dan menolong mereka dengan kemenangan yang sungguh-sungguh.
Sekarang, hati manusia telah dikotori oleh dosa, kerusakan, aniaya, dan keangkuhan yang
telah mereka lakukan. Manusia telah tersesat dengan sangat jauh. Kekuatan jahat telah
berkumpul mengepung terhadap kebaikan yang masih tersisa di muka bumi ini. Iblis telah
memakai baju mafia zionisme yang keji dan di balik mereka Yahudi internasional yang jahat.
Mereka didukung oleh negara-negara kafir dan bangsa-bangsa kolonialisme yang
zalim, melampui batas, dan aniaya.
Sekarang, kita umat Islam di semua belahan dunia harus segera memperbaiki kesalahan
kita. Kita ubah garis perjalanan kita. Kita mulai lagi jalan yang dahulu pernah ditempuh
oleh generasi sebelum kita. Kita mengingkari semua sistem ini. Kita protes terhadap
semua kondisi ini. Kita boikot semua kesesatan ini. Karena kita beriman kepada Allah sebagai
Tuhan Yang Mahakuat, Mahakuasa, dan Mahaperkasa yang tidak dapat dikalahkan oleh
sesuatu karena di tangan-Nya kekuasaan terhadap segala sesuatu,
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, 'Jadilah,' maka terjadilah ia." (Yaasiin: 82)
Kita beriman dengan risalah Allah yang berada pada kita sebagai sistem sosial
ketuhanan yang tidak ada kesalahan dan keraguan. Kita berkumpul di sekitar risalah ini dari ujung
samudra sampai ujung samudra yang lain.
Dari Indonesia yang muslim sampai Dar Baidho' (Maroko) yang juga muslim. Kita
mengumandangkan jihad hanya untuk Allah, kebenaran, keadilan, dan kebaikan melawan
kezaliman yang merajalela, besar, serta melebihi perkiraan dan batasan. Kita dibakar
dengan api dan panasnya. Dunia ini sebentar lagi akan terbakar oleh bara dan panas
apinya kalau tidak segera diubah. Kalau kita menang kita akan hidup bahagia. Kalau
kita mati, kita akan menjadi syahid,
"Katakanlah, 'Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami kecuali salah satu dari
dua kebaikan. Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan
kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya atau (azab) dengan tangan kami." (at-Taubah:
52)
Kemenangan pasti datang kalau kita jujur. Firman Allah,
"Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah
Mahakuat lagi Mahaperkasa." (al-Hajj: 40)
Wahai para pemimpin dunia Islam. Wahai para pemimpin umat Islam. Hanya
kepada kalian saya maksudkan. Kepada kalian saya sampaikan perkataan ini. Jalan itu
dimulai dari sini.
K. TANDA-TANDA KEMENANGAN
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu serta
bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. janganlah kamu
menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan
dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. (Ilmu)
Allah meliputi apa yang mereka kerjakan." (al-An faal: 45-47)
Wahai bangsa Arab. Wahai umat Islam. Dengarkan, renungkan, dan kemudian ambil
pelajaran. Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya,
"Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur' an untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?" (al-Qamar: 17)
Sesungguhnya kebenaran dan ketepatan ayat-ayat Al-Quran lebih tetap dari
perhitungan matematis yang hasilnya tidak berubah dan angka-angkanya pasti. Siapakah
perkataannya yang lebih benar dari Allah?
Di bawah ini enam kaidah yang disebutkan dalam ayat di atas:
1. Ats-Tsabat 'Konsisten’: Seorang mukmin tidak boleh ragu-ragu, bingung, hina, dan
lemah karena ia hanya melihat kepada salah satu dari dua hal yaitu syahadah atau
kemenangan. Ia tidak memperkirakan kecuali apa yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Walaupun semua penduduk bumi sepakat untuk memberikan sesuatu yang
bermanfaat baginya, mereka tidak bisa melakukannya kecuali dengan sesuatu yang
sudah ditetapkan oleh Allah baginya. Sebaliknya, walaupun mereka sepakat untuk
memberikan suatu marabahaya, mereka tidak dapat melakukannya kecuali
dengan sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah kepadanya. Ia mendapatkan
balasan dari semua yang terjadi.
Apabila manusia terlalu mengharapkan kepada umur dan rezeki, maka mereka
akan sangat merasakan keragu-raguan dan kelemahan. Mereka takut terhadap usia ini
karena akan pendek dengan kematian. Mereka takut dengan rezeki karena
dikurangi dengan pengeluaran. Seorang mukmin sangat yakin bahwa kematian
dan rezeki berada di tangan Allah semata. Tidak ada yang dapat menentukan
keduanya selain daripada-Nya. Maka kenapa merasa ragu, takut, hina, atau
lemah? Seorang mukmin harus konsisten dan kuat. Betapa banyak perbedaan antara
kekalahan dan kemenangan itu sesaat dari konsisten. Firman Allah,
"Berapa banyaknya nabi berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu serta tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang bersabar." (Ali Imran: 146)
2. Zikrullah (Mengingat Allah) merupakan rasa aman bagi orang-orang yang
ketakutan dan harapan bagi orang-orang yang terbuang. Seorang mukmin benar-
benar tahu dan mengimani dengan iman yang paling dalam bahwa kekuasaan
Allah adalah kekuasaan yang paling besar. Kekuatan Allah adalah kekuatan yang
paling besar. Allah menguasai terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. Kalau ia sudah dikuasai oleh faktor-faktor putus asa, dikelilingi
oleh bisikan kekalahan dari setiap tempat, ataupun dikepung oleh kekuatan musuh
dari segala penjuru, maka ia ingat secara jujur bahwa di balik itu semua ada
kekuatan (Allah) Yang Mahakuat, Yang Mahatinggi dan Yang Mahabesar. Allah
yang memiliki semua langit dan bumi. Semua yang ada di dalamnya adalah
hamba-Nya. Di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Dia Mahakuasa terhadap
segala sesuatu. Dia memiliki kunci-kunci langit dan bumi. Tidak ada yang tahu
pasukan Tuhanmu kecuali Dia. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "jadilah", maka terjadilah ia. Apa
yang membuatnya takut terhadap dirinya dari ancaman orang yang menakut-nakuti,
kekuatan orang banyak ataupun persiapan orang-orang yang menganiaya? Sama
sekali tidak ada,
"(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada
mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu. Karena itu, takutlah kepada
mereka.' Maka, perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab, `Cukuplah Allah menjadi Penolong kami. Allah adalah sebaik-baik
pelindung."' (Ali Imran: 173)
3. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak berperang kecuali demi suatu tujuan dan
tidak berbuat kecuali dalam batasan-batasan. Tujuannya adalah mencapai keridhaan
Allah dan Rasul-Nya. Batasannya adalah batasan-batasan Allah dan Rasul-Nya.
Ataupun, berbagai macam sistem, metode (manhaj), hukum, dan kaidah yang
diletakkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal bagi hamba-
hamba-Nya yang menunjukkan dan memerintahkan kebaikan kepada mereka
serta memperingatkan dan melarang mereka dari kejahatan. Kalau seperti itu,
maka menjadi tujuan dan maksud yang sangat mulia. Untuk mencapainya,
setiap usaha terasa mudah dan perjuangan menjadi indah,
"Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang
kafir berperang di jalan Thaghut. Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu
karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah." (an-Nisaa': 76)
4. Persatuan dan persaudaraan. Menjaga persatuan dan persaudaraan baik dalam
perasaan, kepemimpinan, keprajuritan, perkataan, perbuatan, penglihatan, roh,
maksud, dan tujuan. Persatuan dalam segala sesuatu adalah asas kekuatan dan
tiang kehormatan. Kaum yang berpecah-belah akan lemah. Kaum yang
berbeda-beda akan hina. Persatuan adalah substansi keimanan. Perpecahan
adalah salah satu dari makna kekafiran,
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." (al-Hujuraat: 10)
5. Sabar adalah asal dari tsabat'konsisten'. Tidak akan konsisten kalau bukan
orang sabar. Konsisten adalah tanda dan kerja. Sabar adalah perasaan dan akhlak.
Orang-orang bersabar menerima balasan mereka dengan tanpa hisab (perhitungan),
yaitu di dunia berupa kemenangan kesuksesan dan di akhirat berupa pahala dan
imbalan,
"Berilah kabar gembira kepada orang-orang sabar." (al-Baqarah: 155)
"Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat." (al-Baqarah: 153)
"Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan, adalah mereka
meyakini ayat-ayat Kami." (as-Sajdah: 24)
6. Meluruskan niat dan mensucikan maksud. Tujuannya bukan untuk
menganiaya orang lain atau membatalkan kebenaran atau membenarkan
kebatilan atau menyerang orang-orang yang aman atau merampas orang lain.
Akan tetapi, tujuannya adalah membela kebenaran, menolong orang yang
teraniaya, menjaga agar hak teladan mulia tidak dilanggar, serta menjaga agar
kaidah-kaidah keadilan dan persamaan tidak dihancurkan oleh ketamakan dan
syahwat,
"Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi
(orang) dari jalan Allah. (Ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan." (al-
Anfaal: 47)
Wahai Bangsa Arab, wahai umat Islam. Pada waktu yang sulit ini telah datang
kepada kalian berbagai kekuatan jahat dari setiap tempat. Kemusyrikan dengan
pecahan-pecahan dan batu-batunya berkumpul di India. Yahudi internasional dengan
segala perlengkapan dan jumlahnya berkumpul di Palestina. Negara-negara kolonial
perampok dan penipu memanjangkan pertempuran untuk membagi-bagi hasil rampasannya
serta mengucurkan minyak ke dalam api sehingga bertambah menyala dan membakar
yang hijau maupun yang kering.
Kalian perhatikan kebenaran firman Allah berikut ini, "Sungguh kalian dapati orang-
orang yang paling permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-
orang Yahudi dan orang-orang yang musyrik." (al-Maa'idah: 82)
Pada saat ini wahai bangsa Arab dan umat Islam kalian jangan sampai putus asa,
menyerah, dan bersedih. Allah telah menjanjikan kemenangan kepada kalian. Janji
Allah adalah pasti jika kalian mengetahui kaidah-kaidahnya; mendirikan tiang-tiangnya;
ambil sebab-sebabnya; dan mengetahui bagaimana kalian dapat mewujudkan enam
kaidah di atas.
Allah bersama kalian. Barangsiapa yang Allah bersamanya, ia tidak akan terkalahkan.
Allah Mahabesar. Segala puji bagi Allah.

BAB VI
DARI PELAJARAN HARI SELASA
A. WANITA DALAM AL-QUR’AN
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Kita ucapkan shalawat dan
salam kepada junjungan kita Muhammad saw., para keluarga, sahabat, dan orang yang
mengajak kepada da'wahnya hingga hari kiamat.
Saudara-saudara sekalian. Saya sampaikan kepada kalian semua ucapan salam
yang penuh berkah dan suci dari Allah.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Topik pembicaraan malam ini, wahai saudara-saudara sekalian yang saya cintai, adalah
tentang wanita di dalam Al-Qur’an. Kita sudah memulai rangkaian pandangan di dalam
Al-Qur’an, Kitab Allah Yang Mahatinggi. Rangkaian ini sudah cukup panjang, dan
memang sepantasnya untuk panjang. Kitab Allah semuanya berisi kebaikan. Setiap
pembaca kitab Allah SWT mendapatkan dirinya berada dalam kebun buah-buahan yang
sangat matang. Ia memetiknya. Saya merasa takjub dalam makna ini, wahai
saudara-saudara sekalian, dengan perkataan Abdullah bin Masud, "Kala aku membaca
dalam (Alif Lam Haa Mimm), aku seperti berada dalam kebun buah-buahan yang sangat
matang."
Kitab Allah dengan susunan kata yang sangat menakjubkan merupakan
percampuran aneh yang tidak mungkin kecuali menjadi Kitab Allah. Logika yang teliti
dengan cara penyampaian yang sangat indah membahas tema-tema yang paling kering.
Seseorang secara tiba-tiba telah berada di hadapan kumpulan-kumpulan logika yang
sangat kuat.
Saudara-saudara sekalian. Orang yang membaca sejarah bermacam-macam bangsa akan
mendapatkan bahwa manusia memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang wanita.
Perbedaan ini membuat kita merasa heran dan aneh. Di antara mereka, misalnya, ada
yang menganggapnya sebagai budak. Ada juga yang menganggapnya sebagai
tempat pelampiasan kenikmatan. Ada yang menganggap wanita sebagai tempat hiburan
dan mainan. Pandangan seperti ini ditemukan juga dalam bangsa modern yang
menganggap bahwa kebanggaan utamanya adalah kemajuan wanita, kebangkitan wanita, dan
menyempurnakan hak-hak wanita. Meskipun, dalam bangsa-bangsa ini wanita dan
kedudukannya belum sampai kepada batasan Nil bagi haknya secara benar atau mencapai
kedudukannya yang benar.
Anda pantas heran, wahai saudara-saudara sekalian. Masyarakat Arab dahulu kacau
dalam memandang dan menghukumi wanita. Namun demikian, dalam beberapa kabilah,
wanita dianggap sebagai manusia yang memiliki hak kemanusiaannya. Dalam banyak
kesempatan, ia diminta pendapatnya dan diajak musyawarah. Ia juga memiliki hak memilih.
Banyak contoh dalam hal ini. Misalnya, Syamas bin Laai, seorang pemimpin kabilah Arab, telah
dihina dengan sangat keji oleh seorang penyair. Ketika penyair ini berhasil ditangkap
dan akan dibunuh, ia menemui ibunya memberitahukan kabar gembira.
Ibunya berkata, "Aku lihat di wajah kamu terdapat tanda-tanda gembira."
Ia menjawab, "Benar, wahai Ibuku. Aku telah menemukan penyair yang telah
menghinaku:"
Ibunya bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan terhadapnya?"
Ia menjawab, "Tentu saja akan kubunuh."
Ibunya berkata, "Di mana letak kelurusan dan pertimbangan otak kamu wahai
anakku Laai? Seorang penyair telah berkata tentang dirimu dan perkataannya telah
tersebar di kalangan manusia. Maka, siapakah menurutmu yang dapat menghapus celaan
ini?"
Ia berkata, "Apa yang harus aku lakukan?"
Ibunya menjawab, "Muliakanlah ia, wahai Syamas. Muliakanlah ia dan biarkan
memujimu. Ia yang akan menghapus penghinaan terhadap dirimu. Kalau tidak, maka
tidak ada yang akan menghapuskan celaan yang menempel pada dirimu itu
selamanya."
Benar saja, Syamas bin Laai melaksanakan wasiat dan pendapat ibunya. Padahal,
ibunya itu seorang wanita.
Saudara-saudara sekalian. Kita katakan hal ini pada saat beberapa kabilah
memperlakukan wanita seperti di atas, sebagian kabilah yang lain menguburkan wanita
secara hidup-hidup, memenjarakan wanita di dalam rumah secara keras dan kejam.
Hukum bangsa Arab dalam memandang wanita dan kedudukannya memiliki
pandangan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, benar-benar sangat menakjubkan apabila pandangan Al-Qur’an
tentang wanita adalah panda ngan yang sangat tinggi dan maju secara sosial. Masalah ini
ditempatkan pada proporsinya yang benar. Diselesaikan dengan kuat dan berani.

1. Dasar-Dasar Teoritis
Problematika ini, wahai saudara-saudara sekalian, pada dasarnya adalah
problematika kemanusiaan. Al-Qur'an membahasnya dengan penuh keyakinan, jelas,
berani, dan benar,
"Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrimu; serta
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan wanita yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (an-Nisaa': 1)
Ayat yang mulia ini, Saudara-saudara sekalian, menceritakan kepada kita secara jelas
bahwa asal jenis manusia semuanya adalah satu. Jenis ini kembali kepada satu jiwa.
Dari jenis yang satu ini diciptakan pasangannya. Laki-laki dan wanita berasal
dari satu jiwa. Dari sini engkau mendapati, wahai saudaraku, bahwa Islam telah
meletakkan kasus ini berdasarkan satu asas. Laki-laki dan wanita dari satu asal. Dari satu
benda. Firman Allah,
"Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain." (Ali Imran: 195)
Asas dalam masalah ini adalah persamaan,
"Dia memberikan anak-anak wanita kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau, Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan wanita (kepada siapa yang dikehendaki-
Nya) dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Mahakuasa." (asy-Syu’ara: 49-50)
Engkau temukan, wahai saudaraku, bahwa Allah telah memulai dengan wanita.
Menjadikan mereka sebagai hibah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dia juga menjadikan laki-laki sebagai hibah dari-Nya. Dia memberikan laki-laki dan
wanita kepada siapa yang Dia kehendaki. Baik keturunan itu berupa laki-laki maupun
wanita ataupun campuran dari laki-laki dan wanita, maka itu berasal dari pemberian
atau hibah Allah. Kalau kita renungkan urutan penyebutan wanita dan laki-laki dalam
ayat tersebut, kita akan menemukan, wahai saudaraku, bahwa Allah telah memulai dengan
wanita. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan tuduhan kekurangan,
"Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain."
Persamaan ini tidak hanya berhenti sampai pada makna umum ini.
Bahkan, juga persamaan dalam hukum-hukum yang umum. Allah berfirman, "(Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula)
menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. Ia tidak mendapat pelindung
dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan
amal-amal saleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka
mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit." (an-
Nisaa': 123-124)
Di sini engkau mendapatkan Allah SWT telah menetapkan bahwa asal laki-laki
dan wanita adalah satu. Nilai umum dalam perhitungan dan taklif juga satu,
"Di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya serta dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang." (ar-Ruum: 21)
Kalau kita renungkan makna yang mulia ini, wahai saudaraku, akan kita dapati bahwa
rasa tenteram di antara laki-laki dan wanita ini ditetapkan juga dalam ayat lain,
"Dia yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia
menciptakan istrimu agar ia merasa senang kepadanya." (al-A'raaf: 189)
Kata-kata “sukun" di dalam ayat tersebut bermakna tetap, tenang, dan penutup.
Asal kata "sa ka na" adalah campuran. Pada saat yang sama ia terdiri dari huruf-
huruf yang lembut. Ia kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan
hubungan antara laki-laki dan wanita. Wanita berlindung kepada laki-laki karena
kekuatan dan kehidupan. Laki-laki berlindung kepada wanita karena cinta dan
kehidupan. Al-Qur'an menggambarkan hal ini dengan ungkapan yang paling mulia
di samping juga sebagai tanda-tanda kekuasaan, karunia, dan pemberian Allah,
Di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya serta
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (ar-Ruum: 21)
Berdasarkan kepada dasar-dasar teoritis seperti ini, kita mendapatkan Al-
Quran telah menghapuskan bayangan umat yang terdahulu bahwa wanita
bukanlah bagian dari laki-laki. Wanita bukanlah dari jenis laki-laki. Al-Qur`an
telah menghapuskan bayangan-bayangan seperti ini dan menghancurkannya secara
sempurna.

2. Terapan Praktis
Adapun dari segi penerapan praktis, wahai saudaraku, laki-laki adalah wujud. Wanita
juga wujud. Laki-laki dengan fungsinya dan wanita dengan fungsinya. Kita
mendapatkan bahwa Allah telah menetapkan dalam masalah pembentukan keluarga
dalam firman-Nya,
"Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada istrinya." (al-Baqarah: 228)
Allah menetapkan bahwa keluarga bagaikan negara bagi mereka berdua. Keluarga
terdiri dari mereka berdua, sedangkan kepemimpinan (qawamah) berada di tangan
laki-laki,
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (an-Nisa: 34)
Hal itu, wahai saudaraku, karena harus ada yang memimpin. Soalnya kemudian adalah,
siapakah yang lebih berhak untuk memimpin? Laki-laki atau wanita? Laki-laki yang
keras dan tegas, yang hidup dengan akalnya ataukah wanita lemah lembut yang
hidup dengan hati, indra, dan perasaannya? Sudah barang tentu seorang laki-laki yang
lebih pantas untuk memegang tanggung jawab, beban, dan tugas ini. Wahai saudaraku,
inilah bedanya antara Islam dan budaya Barat. Dalam kasus ini, Islam telah
menerapkan hukum tabiat dan logika. Administrasi diberikan kepada laki-laki karena ia
lebih mampu untuk melakukannya. Hal ini tidak berarti otoriter, sewenang-wenang
maupun zalim.
Saya teringat, wahai saudara-saudara sekalian yang saya cintai, dengan cerita
sayidina Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Nafi' melihatnya sedang memotong dagunya
lebih dari satu genggam, ia mengatakan, "Allah, Allah, wahai Ibnu Abbas! Orang-
orang mencontohkan kepadamu ibarat hati unta dari ujung jazirah. Mereka
bertanya kepadamu tentang agama dan Al-Qur’an padahal engkau melakukan
begitu?" Ibnu Abbas berkata, "Celaka kamu wahai Nafi'. Aku sedang melakukan apa
yang diperintahkan oleh Allah kepadaku. Aku sedang berhias untuk istriku dan istriku
berhias untukku." Kemudian Nafi' berkata, "Apakah itu ada dalam kitab Allah?"
Ibnu Abbas menjawab, "Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang makruf."
Dengan kesempatan ini, mudah-mudahan kita mengetahui bahwa tenggelam dalam
menghias diri adalah dibenci oleh syara’.
Sebenarnya, wahai saudaraku, ketika Al-Qur’an memberikan hak kepemimpinan
kepada kaum laki-laki terhadap kaum wanita, maka hal itu tidak berarti mengurangi
hak wanita atau pilih kasih terhadap laki-laki. Akan tetapi, hal ini dimaksudkan
untuk menempatkan urusan pada tempatnya.
Al-Qur’an menjadikan persaksian wanita setengah daripada persaksian kaum
laki-laki,
"Persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki (di antaramu). jika
tidak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang wanita
dari saksi-saksi yang kamu ridhai supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi
mengingatkannya." (al-Baqarah: 282)
Hukum yang sudah tetap ini, wahai saudaraku, terdapat dalam Al-Qur’an
sesuai dengan hukum pembentukan wanita. Sebagai wanita ia hidup dengan indra, hati,
dan perasaannya yang lembut sehingga sangat mudah terkena pengaruh. Wanita lebih
cepat terkena pengaruh daripada laki-laki.
Wanita lebih cepat lupa daripada laki-laki. Dalam banyak peradilan Barat dikatakan,
"Ketika orang-orang yang bersumpah itu dari kaum wanita dan kasusnya sangat
mempengaruhi, mereka meninggalkan ruangan sidang. Mereka duduk dan menangis
karena situasi kasus yang dilemparkan di hadapan mereka, yang menuntut mereka untuk
mengeluarkan hukum. Tangisan ini berarti bahwa mereka telah mengeluarkan hukum
secara nyata bahkan sebelum prosedur-prosedur hukum menjadi sempurna."
Mudah terkena pengaruh, wahai saudaraku, merupakan tabiat riil yang
diperlukan bagi wanita. Oleh karena itu, Allah membuat jaminan bagi persaksian
mereka, yaitu,
"Supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi mengingatkannya".
Dari segi penerapan, setelah ini Al-Qur’an memerintahkan kepada wanita untuk
menundukkan pandangan,
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka.' Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya."' (an-Nuur: 30-31)
Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin dengan wasiat ini dan
memerintahkan wanita dengan wasiat yang sama. Akan tetapi, karena wanita
merupakan tempat kelembutan, kenikmatan, dan perhiasan, maka Allah
memerintahkannya agar memakai hijab,
"Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak
daripadanya. Hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara wanita mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang
mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti." (an-Nuur: 31)
Kemudian Allah berfirman,
"Tentang aurat wanita. Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (an-Nuur: 31)
Islam, wahai saudaraku, telah memerintahkan wanita untuk menutup perhiasannya
kecuali terhadap para muhrim mereka saja sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat-
ayat Al-Qur’an tersebut.

3. Hasil Praktis
Sebagai kaidah, wahai saudaraku, laki-laki dan wanita sama-sama merasa tenang
(sukun). Di balik itu adalah hikmah dari Allah SWT yang berupa hadirnya seorang
anak sehingga dunia menjadi terasa makmur dengannya. Orang yang keluar dari
hikmah ini adalah perusak di muka bumi. Harus dibedakan antara laki-laki dan
wanita. Siapa yang harus menahan dan siapa yang bebas. Menahan bagi partner
yang lembut dan tidak kuat. Bebas bagi yang kuat dan keras yang dibentuk dengan
postur yang membantunya urituk berusaha dan berjuang. Islam tidak menzalimi, tetapi
menjaga kehormatan, kemuliaan, dan hak-hak wanita. Islam mengatur hidup
teratur antara laki-laki dan wanita.
Tidak ada dalam syariat mana pun, wahai saudaraku, yang memberikan
keleluasaan bagi wanita kecuali syariat Islam. Undang-undang Perancis tidak
menganggap wanita memiliki kompetensi yang legal untuk mendayagunakan
hartanya kecuali dengan izin dari suaminya. Akan tetapi, Islam memberikan
kompetensi yang legal ini kepada wanita untuk mendayagunakan hartanya.
Ketika Islam menetapkan hukum seperti dalam ayat ini,
"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu
bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak wanita." (an-Nisaa':
11)
Hal itu, wahai saudaraku, karena ada hikmah mulia. Yaitu, Allah menjadikannya
terjamin secara nafkah, sedangkan seorang laki-laki dituntut dengan nafkah. Akan tetapi,
wanita harus mewarisi karena ia memiliki hubungan kerabat. Keadilan yang sempurna
dalam hal ini wanita mengambil setengah dari bagian laki-laki.
Sebagai kesimpulan dari apa yang telah kita bahas dalam masalah ini, wahai
saudara-saudara sekalian, saya katakan bahwa Islam telah menjadikan wanita sebagai
teman bagi laki-laki baik dari segi asalnya, keberadaannya maupun hak-haknya secara
umum. Islam telah menetapkan adanya ikatan di antara laki-laki dan wanita. Kemudian
meletakkan hak-hak praktis dan perundang-undangan yang harus dilaksanakan dengan
dasar menjaga kehormatan wanita dan memberikan karakteristik kewanitaannya.
Islam mendidiknya dengan cara yang paling sempurna dan menjadikan istri-istri Nabi
sebagai teladan utama,
"Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidak seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang
yang ada penyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al-
Ahzab: 32)
Kemudian Allah menyamakan istri-istri orang mukmin dengan istri-istri nabi,
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanita, dan istri-istri orang-
orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya."' (al-Ahzab: 59)
Engkau mendapatkan, wahai saudaraku, Allah telah memberikan contoh teladan
bagi istri orang-orang mukmin dan istri orang-orang kafir,
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya. Maka,
kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah
dan dikatakan (kepada keduanya), 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk (neraka).' Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang
yang beriman ketika ia berkata, 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya.
Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim." (at-Tahriim: 10- 11)
Setelah ini, lihatlah, wahai saudaraku, persamaan yang menakjubkan di bawah ini,
"Sesungguhnya laki-laki dan wanita yang muslim, laki-laki dan wanita yang
mukmin, laki-laki dan wanita yang tetap dalam ketaatan, laki-laki dan wanita yang
benar, laki-laki dan wanita yang benar, laki-laki dan wanita yang sabar, laki-laki dan
wanita yang khusyu, laki-laki dan wanita yang bersedekah, laki-laki dan wanita
yang berpuasa, laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
wanita yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar." (al-Ahzab: 35)
Sebenarnya, wahai saudaraku, Islam tidak menganiaya atau melampui batas.
Akan tetapi, mengikuti tabiat manusia dan kondisi kehidupan sebagaimana
diciptakan oleh Tuhan manusia dan kehidupan.
Semoga shalawat dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad saw., para
keluarga, dan sahabatnya.

Sepuluh Wasiat (Baca, Renungkan, dan Amalkan)

1. Dirikanlah shalat ketika mendengar panggilan bagaimana pun situasinya.


2. Bacalah Al-Qur’an, pelajari, dengarkan atau ingatlah Allah. Jangan membuang
sedikit pun dari waktumu tanpa faedah.
3. Berusahalah untuk berbicara dengan bahasa Arab fasih karena itu bagian dari syiar
Islam.
4. Janganlah memperbanyak perdebatan dalam setiap urusan apa pun juga karena
perdebatan itu tidak membawa kepada kebaikan.
5. Janganlah memperbanyak tertawa karena hati yang menyambung dengan Allah
tenang dan wibawa.
6. Janganlah bergurau karena umat yang berjihad tidak mengenal kecuali sungguh-
sungguh.
7. Janganlah meninggikan suara lebih dari apa yang dibutuhkan oleh pendengar
karena hal itu bodoh dan menyakitkan.
8. Jauhilah membicarakan (ghibah) orang, mencela lembaga-lembaga. Janganlah
berbicara kecuali kebaikan.
9. Kenalkan kepada saudara-saudaramu yang engkau temui meskipun dia tidak
meminta kepadamu karena dasar da'wah kita adalah cinta kasih dan perkenalan.
10. Kewajiban lebih banyak daripada waktu, maka bantulah saudaramu untuk
memanfaatkan waktunya. Kalau engkau memiliki tugas selesaikan dalam waktunya.

B. INILAH JALANKU
Saya berkeyakinan bahwa semua urusan adalah milik Allah; junjungan kita
Muhammad saw. rasul terakhir bagi manusia semuanya; pembalasan adalah benar; Al-
Qur’an adalah Kitab Allah; Islam adala undang-undang yang lengkap bagi sistem dunia
dan akhirat.
Saya berjanji bahwa saya akan menertibkan kepada saya satu hizb dari Al-Qur’anul-Karim;
saya akan berpegang kepada As-Sunnah yang suci saya akan mempelajari sirah Nabi dan
sejarah para sahabat yang mulia.
Saya berkeyakinan bahwa istiqamah, fadhilah, dan ilmu adalah bagian dari rukun-
rukun Islam.
Saya berjanji bahwa saya akan istiqamah melaksanakan ibadah dan menjauhi kemungkaran.
Lebih dari itu saya akan berakhlak dengan akhlak yang baik. Saya akan meninggalkan akhlak
yang jelek. Saya akan berusaha untuk melaksanakan adat Islam sejauh kemampuan saya.
Saya akan mendahulukan kasih sayang dan cinta daripada saling menghukumi dan
mengadili. Saya tidak akan berlindung kepada peradilan kecuali terpaksa. Saya bangga
dengan syiar-syiar Islam dan bahasanya. Saya akan berbuat untuk menyebarkan ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat dalam tingkatan-tingkatan umat.
Saya berkeyakinan bahwa seorang muslim dituntut untuk bekerja dan berusaha; dan
dalam harta yang diusahakannya terdapat hak yang harus disalurkan kepada orang yang
meminta dan yang tidak punya.
Saya berjanji bahwa saya akan bekerja untuk mendapatkan penghidupan saya.
Saya akan mengirit untuk masa depan saya. Saya akan menunaikan zakat harta saya dan akan
mengalokasikan sebagian dari pemasukan saya untuk amal baik dan kebaikan. Saya akan
mendorong setiap proyek ekonomi Islam yang bermanfaat. Saya akan memprioritaskan produk-
produk negeri, keturunan, agama, dan tanah air saya. Saya tidak akan bermuamalah dengan riba
dalam setiap urusan saya. Saya tidak akan terlibat dengan kemewahan di atas kemampuan
saya.
Saya berkeyakinan bahwa seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Di antara kewajibannya adalah menjaga kesehatan, akidah, dan akhlak keluarga.
Saya berjanji bahwa saya akan mengerjakan usaha saya untuk itu. Saya akan
menyebarkan ajaran-ajaran Islam dalam anggota keluarga saya. Saya tidak akan
memasukkan anak-anak saya dalam sekolah yang tidak menjaga akidah dan akhlak
mereka. Saya akan memboikot setiap media, selebaran, kitab, lembaga, kelompok atau
klub yang memusuhi ajaran-ajaran Islam.
Saya berkeyakinan bahwa menjadi kewajiban seorang muslim untuk menghidupkan
kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsa-bangsanya dan mengembalikan
perundang-undangannya; bendera Islam harus menguasai manusia; Dan tugas setiap
muslim adalah mendidik alam sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Saya berjanji bahwa saya akan berjihad di jalan melaksanakan risalah ini selama saya
masih hidup; dan saya akan berkorban di jalan tersebut dengan semua yang saya miliki.
Saya berkeyakinan bahwa umat Islam semuanya adalah umat yang satu yang diikat
oleh akidah Islam; dan Islam memerintahkan para pengikutnya untuk berbuat baik
kepada semua manusia.
Saya berjanji bahwa saya akan mengerahkan tenaga saya untuk menguatkan ikatan
persaudaraan di antara umat Islam semuanya dan menghilangkan jarak dan perbedaan di
antara para golongan dan kelompok mereka.
Saya berkeyakinan bahwa rahasia kemunduran umat Islam adalah karena mereka
menjauhkan diri mereka dari agama mereka; dasar perbaikan adalah kembali
kepada ajaran-ajaran Islam dan hukum-hukumnya; dan hal itu mungkin dicapai kalau
umat Islam bekerja untuk itu.

C. GAMBARAN SEORANG MUJAHID


Saya dapat menggambarkan mujahid adalah seorang yang telah mempersiapkan
bekalnya, mengambil kesiagaannya, menguasai pikiran tentang keadaan dirinya baik
segi-segi dirinya sendiri maupun sisi-sisi hatinya. Ia selalu berpikir, memperhatikan,
dan dalam keadaan siap.
Kalau diajak ia menjawab. Kalau dipanggil ia memenuhi. Pagi harinya, sore harinya,
perkataannya, pembicaraannya, kesungguhannya, dan permainannya tidak melampaui
lapangan yang sudah mempersiapkan dirinya di dalamnya. Ia tidak melakukan kecuali tugas
yang menjadi tempat berhenti bagi hidup dan kehendaknya.
Engkau lihat dalam raut muka dan sorotan matanya, serta engkau dengarkan dari
kekhilafan lisannya yang menunjukkan kepada hatinya yanc menyala dalam kedukaan
yang melekat dan kepedihan yang terpendam, Apa yang mengalir dalam dirinya berupa
keinginan yang jujur, harapar yang tinggi, dan tujuan yang jauh. Begitulah kondisi
mujahid dalam setiaF individu dan bangsa. Engkau akan melihat semua itu dengan jelas
dalarr umat yang telah mempersiapkan dirinya untuk berjihad.
Adapun mujahid yang tidur sepenuh kedua pelupuk matanya, makar sepenuh kunyahan
di mulutnya, tertawa selebar mulutnya, menghabiskan waktunya untuk hiburan dan
mainan, sia-sia, dan tanpa malu, maka alangkah jauhnya untuk menjadi orang-orang
yang beruntung atau ditulis dalam lembaran para mujahid.

BAB VII
MAKALAH PERTAMA YANG DITULIS
OLEH ASY-SYAHID: "DA'WAH KEPADA ALLAH"
"Katakanlah, 'Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata." (Yusuf: 108)
Segala puji bagi Allah. Salam bagi hamba-hamba-Nya yang telah dipilih untuk mendirikan
hujjah-hujjah-Nya. Allah menjadikan mereka sebagai tanda akan hikmah-Nya yang luas.
Menjadi dai bagi makhluk-Nya kepada agama-Nya. Pewaris para nabi dan pilihan-pilihan-
Nya. Menjadikan hati mereka sebagai penerang kegelapan, sebagai sumber hikmah, dan
sebagai tempat rahmat. Menjadikan mereka sebagai bintang-bintang gemerlapan, masa demi
masa, jika jalan sudah samar dan jika manhaj sudah gelap.
Mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya. Membangkitkan
mereka sebagai pemimpin kebenaran kalau zaman berputar dan masa berjalan kepada mereka.
Sunnah kemajuan mengharuskan mereka untuk berpindah dari masa menuju masa, berganti
dari keadaan menuju keadaan yang lain. Sehingga, perasaan mereka tidak dikuasai oleh
kesenangan sesuatu yang baru. Agar, pikiran sebagian dari mereka tidak mabuk dengan hal itu
dan hati mereka tersesat dalam memahami dan menetapkannya. Sehingga, kaki-kaki mereka
terjatuh ke jurang kehinaan atau sebuah aliran mendorong mereka menuju lumpur
kerusakan.
Dalam proses transisi ini, umat sangat membutuhkan pemimpin yang bijaksana,
pembimbing yang amanah, dan penunjuk jalan yang utama. Pemimpin yang mengantarkan
mereka kepada jalan bahagia, menghindarkan mereka dari bahaya perjalanan, dan senantiasa
mencari jalan selamat dengan setiap cara yang mungkin ataupun yang tidak mungkin.
Kadangkala menyimpulkan dari pelajaran sejarah, adakalanya membanding-bandingkan
antara kejadian-kejadian alam, pada saat yang lain dengan petunjuk yang diberikan oleh
pengalaman yang panjang maupun fitrah yang lurus atau dengan cara perbaikan dan
jalan kesuksesan yang ditunjukkan oleh Allah. Sebagaimana yang dilakukan oleh para
nahkoda ketika kehilangan jalan, diterjang ombak, tersesat di tengah-tengah samudra di
antara langit dan air. Apakah engkau lihat mereka mencari petunjuk tanpa ada yang
memberi petunjuk? Atau, selamat tanpa bimbingan?
Para pemimpin itu adalah pilihan Allah dari makhluk-Nya. Pemegang amanat-Nya
terhadap hamba-hamba-Nya. Mereka itulah pembaharu yang sebenarnya sebagaimana
diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dalam banyak haditsnya yang mulia.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad
saw. sebaik-baiknya pemberi petunjuk, imam para pembimbing-dan kepada para
keluarga serta sahabatnya. Mereka itulah contoh kemuliaan yang hidup. Teladan
makhluk yang baik dan bersih. Mukjizat zaman. Lompatan bangsa Arab, bahkan kalau
engkau kehendaki seluruh dunia, dari tingkat primitif yang paling rendah sampai
kepada tempat budaya yang paling maju.
Mereka itulah bapak bapakku. Maka, datangkanlah kepadaku seperti mereka. Jika engkau
mengumpulkan kami wahai kendali tempat perkumpulan, saya tidak yakin engkau akan
mendapatkan – meskipun engkau membalik lembaran sejarah, memeriksa perut zaman,
meramalkan sejarah dan meminta isyarat kejadian – kelompok kebenaran sebagaimana
mereka yang diberi makan dengan susu kenabian dan dididik dalam pangkuan Rasulullah
saw.
Wa ba'du. Saya tidak perlu untuk mengatakan bahwa bangsa Mesir – bahkan umat Islam
– dengan perkembangan yang berbolak-balik, dengan berbagai macam kejadian politik,
sosial yang dialami dan menindas agama dan akhlak mereka sehingga seperti terkatung-
katung. Saya tidak perlu mengatakan bahwa umat ini sangat memerlukan da'wah yang kuat
dan efektif yang mengembalikan umat ini kepada petunjuknya. Sehingga, menunjukkan
mereka dengan petunjuk Nabinya, membimbing mereka kepada jalan agamanya, dan
menyelamatkan mereka dari degradasi kesopanan dan kerusakan moral.
Ke mana pun wajahmu menengok engkau dapati kerusakan yang nyata,
pelanggaran yang hina, bahkan kekacauan dalam akidah dan kebingungan dalam
pendapat dan mazhab. Engkau akan mendapati orang yang menyerang kepada mayoritas
kita, menyakiti perasaan agama mereka, dan para tokoh kristenisasi mencuri keimanan dari
diri mereka. Di jalan-jalan engkau temui sesuatu yang pedih dan menyakitkan. Engkau
lihat kehidupan keluarga, maka akan kau temui sesuatu yang disesalkan. Putarkan
wajahmu kepada pemandangan di sekolah dan pusat-pusat ilmu, maka akan engkau temui
sesuatu yang hina dan memalukan. Katakan bahwa hal seperti itu ada dalam setiap lembaga
dan urusan kita. Sehingga, penyakit telah menjadi tersebar yang di kalangan individu maupun
jama'ah. Baik yang kecil maupun yang besar sama-sama minta pertolongan.
Janganlah melalaikan dirimu dari perkataan para penulis bahwa zaman sekarang
adalah zaman budaya dan pembaharuan, kemajuan dalam pengetahuan dan pemikiran,
kebudayaan bebas dan merdeka baik pribadi maupun bukan, ataupun kata-kata lain yang
disusun secara rapi dan dihiasi secara bagus. Mereka menipu orang-orang awam.
Keindahannya menipu orang-orang lemah. Ini adalah ungkapan yang memiliki ungkapan
lain. Mereka itu orang yang dikuasai fitnah dan takjub dengan apa yang mereka lihat.
Bahkan, sampai batas bahwa mereka tidak memahami dalilnya atau mengikuti hujjah
sebagaimana dalam firman Allah,
"Mereka tidaklah mengikuti kecuali sangkaan dan apa yang diinginkan oleh nafsu.
Sungguh telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan mereka." (an-Najm: 23)
Kalau mereka tidak seperti itu, pastilah akan kami diskusikan sebuah dalil dengan dalil
yang lain. Akan kami lawan satu alasan dengan alasan yang lain. Akan kami jelaskan
bahwa kebenaran tidak seperti yang mereka sangka. Kebaikan umat tidak dengan apa yang
mereka pahami. Meskipun demikian, kami tetap memiliki sikap terhadap mereka, insya
Allah, sehingga mereka bisa melihat kebenaran itu sebagai kebenaran dan kebatilan itu
sebagai kebatilan.
Sekarang saya arahkan panggilan yang jujur dan hangat ini kepada orang yang seperti
saya merasakan bangkitnya umat ini. Orang yang merasakan keinginan yang luas atau
duka yang menempel di antara sayap-sayapnya.
Dalam keadaan umat seperti ini, seorang mukmin tidak boleh diam terhadap apa yang
ia lihat. Ia harus mendapatkan sumber penyakit, merasakan harapan dan kepedihan,
dan tidak boleh menunjukkan gerakan atau meninggikan suara. Padahal, ia membaca
ayat Allah,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa mereka dan
harta mereka." (at-Taubah: 111)
Di antara orang-orang mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah." (al-Ahzab: 23)
"Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebil-b kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta (dari) berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik." (at-Taubah: 24)
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa
putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampui
batas." (al-Maa'idah: 78)
Adapun hadits-hadits mengenai masalah itu tidak bisa dihitung. Sikap-sikap para
sahabat, semoga Allah meridhai mereka dan para pengikut mereka dengan kebaikan, dan
orang-orang yang jujur dengan keimanan mereka setelah zaman sahabat dalam da'wah
kepada Allah, sudah disebutkan dan diketahui. Maka, di mana iman dalam hati kita? Di
mana agama dalam jiwa kita kalau kita tidak menunaikan amanah? Di mana
panggilan kalimat Allah atau melaksanakan hujjah dan berda'wah kepadanya?
Tidakkah engkau melihat mereka yang senantiasa menuduh jiwa jiwa yang bersih dan
akidah-akidah yang benar. Mereka tetap dengan keragu-raguan dan khayalan. Amirul
Mukminin Ali, yang Allah memuliakan wajahnya, berkata, "Demi Allah, saya sungguh heran
dengan kebersamaan suatu kaum terhadap kebatilan mereka dan keengganan kalian terhadap
kebenaran kalian'
Alangkah beraninya mereka. Mereka menampakkan rahasia jiwa mereka, tetapi
mereka melihat lapangan itu kosong. Mereka melupakan adanya pembela kebenaran. Mereka
segera menuntut celaan dan pertempur-an sendiri. Padahal, pembela kebenaran akan
menguatkan dan menjelaskan kebenaran itu. Sehingga, perkembangan mereka
menjadi berkurang, kezaliman mereka menurun, mereka terpuruk ke tempat-tempat
mereka secara hina, dan mereka itu kecil. Jiwa seseorang tidak mengetahui kadarnya selain dia
melihatnya apa yang tidak ia lihat. Ketahuilah wahai saudara yang semangat, semoga Allah
membantumu, tidak ada seorang pun yang dapat menyentuh umat ini baik keputusasaan
dari mereka sendiri ataupun tidak adanya perbaikan dari para pemimpin umat yang semangat.
Janganlah engkau tertipu dengan sesuatu yang dapat meracuni emosi, menidurkan semangat yang
menggelora, serta merintangi keinginan seperti kata-kata mereka bahwa ini tabiat zaman, aliran ini
tidak dapat dikalahkan, penyakit yang sudah kritis dan lain-lain yang menimbulkan
keputusasaan dan kelemahan, serta membawa kematian dan kehancuran. Kenapa mesti putus
asa padahal Allah telah menjanjikan kemenangan. Allah telah menetapkan kepada diri-Nya
sendiri untuk menolong orang-orang yang memberi petunjuk dan bimbingan. Lihatlah secara jelas
ketika membaca kitab yang mulia, lembaran-lembarannya, baris-barisnya, dan ayat-ayatnya,
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
(mereka itu) berbuat baik."
Suatu ketika saya pernah berbicara dengan salah seorang dai Allah dengan nada putus
asa. Ia berkata kepada saya, "Kasihan kau, wahai saudaraku, kalau yang menjaga
agama ini seorang makhluk, maka pastilah ada seorang makhluk yang dapat
menghancurkannya. Bahkan, sudah hilang sementara ia masih dalam gendongan. Akan
tetapi, penjaganya adalah Allah. Allah Maha Menguasai urusan-Nya. Janganlah bersedih
dengan apa yang mereka perbuat." Saya katakan kepadanya, "Semoga Allah memberi
rahmat kepadamu, wahai tuan saya, engkau telah memperingatkan saya ketika lupa.
Siapakah yang lebih jujur daripada Allah?"
Kesimpulannya bahwa da'wah hukumnya wajib bagi kita, menggantung di
pundak kita. Kalau kita capai apa yang kita inginkan berupa kebaikan dan petunjuk bagi umat
ini, maka itu yang kita cita-citakan atas kekuatan dan kehendak dari Allah. Kalau tidak,
cukuplah kita menjadi jembatan yang dilewati oleh pemikiran da'wah dan menunjukkan
kepada siapa yang lebih mampu dari kita untuk melaksanakannya. Atau, dengan kata
lain, kita cukup menjadi penyambung bagi pendahulu kita dan generasi yang akan datang
setelah kita. Kalau tidak, cukup bagi kita untuk meminta maaf kepada Allah. Kita
menunaikan amanah dan melaksanakan kewajiban. Melaksanakan kewajiban adalah
sebuah tujuan yang dimaksudkan untuk memperoleh tujuan pertama yaitu kewajiban
itu dan kedua adalah manfaatnya. Renungkan firman Allah berikut ini,
"Mereka mengatakan, 'Kami memiliki alasan (pelepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa."' (al-A'raaf: 164)
Di atas adalah tiga tingkatan dari tujuan-tujuan da'wah. Yang paling tinggi adalah yang
pertama. Saya tidak menyebutkan dua hal yang lain yaitu putus asa dari kesuksesan
atau ragu-ragu akan kebahagiaan dan kemenangan atau jauhnya dari kemenangan.
Akan tetapi, agar menjadi jelas bagi kita bagaimana bahwa da'wah itu menjadi
kewajiban kita kepada Allah yang tidak dapat dilepaskan kecuali dengan
melaksanakannya. Dalam da'wah ini tidak ada lagi alasan atau belas kasihan.
Sekiranya syair saya adalah bencana apa yang menyakitkan jiwa para reformis,
mendesirkan nyawa para pemimpin, menerbangkan gelora orang-orang yang penuh
semangat terhadap umat ini sehingga membuat mereka lebih mencintai kehidupan dunia
daripada akhirat, merasa berat ke bumi dan menahan jalan jihad, kejadian apa yang
telah menyentuh tempat keengganan mereka dan menggoncang tempat keberanian dalam
diri mereka?
Apakah telah dibangkitkan pohon-pohon kejayaan ataukah meresapkan alasan
semangat sampai-sampai bukan clad laki-laki? Firman Allah,
'Wahai orang-orang yang beriman kecuali sedikit." (at-Taubah: 38)
Kalian, wahai orang-orang kebanyakan yang kaya,
"Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada
jalan Allah. Maka, di antara kamu ada orang yang kikir. Siapa yang kikir
sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Allahlah yang Mahakaya
sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(-Nya). jika kamu berpaling,
niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan
seperti kamu (ini)." (Muhammad: 38)
Saya sungguh sedang mencium isyarat-isyarat keberhasilan. Saya sedang menghirup
bau harum kemenangan berupa kebangkitan penuh petunjuk yang terisap dalam jiwa kaum
muda dan menjadikan mereka sebagai para dai yang jujur. Di antara hasilnya adalah lahirnya
jama'ah yang memiliki tujuan mulia, yaitu Jamiyah asy-Syubban al-Muslimin 'Organisasi
Pemuda Islam', Jamiyah Makarim al-Akhlak 'Organisasi Akhlak Mulia' dan lainnya.
Setelah itu kita berharap sebuah tanda, dan ini – insya Allah – permulaan dari
pekerjaan yang akan diikuti oleh yang lain. Merealisasikan cita-cita yang diikuti oleh
cita-cita berikutnya. Janji ini dipegang oleh para cendekiawan dan mayoritas kita setelah
mereka dibangkitkan oleh berbagai macam kejadian. Mereka harus selalu bersedia untuk
membantu jama'ah-jama'ah ini dan merealisasikan tujuan-tujuannya. Sehingga,
menjadi sesuatu yang mudah dipetik, perlindungan yang luas, dan manfaat yang dalam.
Allahlah yang menunjukkan kepada kebenaran.
Semua ini adalah pandangan atau pendapat sebagian di antaranya merupakan hasil
uji coba dan sebagian yang lain hasil pemikiran. Saya sampaikan hal ini kepada siapa
saja yang sudi memikirkannya terutama mereka yang memiliki kecemburuan.
Barangkali di sana terdapat pelajaran dan peringatan.
Majalah Al-Fath
tahun kedua 24 Juni 1928.

BAB VIII
KEWAJIBAN DUNIA ISLAM TERHADAP
KONDISI SEKARANG (Tahun 1931)
Berbagai pelanggaran akhir-akhir ini datang secara bertubi-tubi kepada umat Islam
dalam setiap dataran tanah ini. Musuh-musuh mereka telah memperlihatkan taring
kebencian. Mereka telah mengizinkan untuk melancarkan perang yang sangat panjang.
Mereka telah menyatakan maksud-maksud mereka. Mereka telah membuka apa yang
tersembunyi di dalam hati mereka. Mereka menyatakan di depan mata kepala para
saksi bahwa mereka ingin untuk menjadikan agama semuanya milik mereka, pernerintahan
berada di tangan mereka, dan sisa-sisa umat Muhammad saw. hilang dari peredaran.
Berbagai protes dan pernyataan disampaikan oleh umat Islam di berbagai tempat.
Semuanya dengan nada keras, kata-kata kasar, dan huruf bagaikan api. Akan tetapi, kenapa
kita protes? Apakah kita protes terhadap bangsa yang sungguh-sungguh berusaha membuat
saudara-saudara kita menjadi Kristen? Bangsa yang menganiaya mereka setiap hari dengan
cara yang baru terhadap agama, kebebasan, harta-harta, dan anak-anak mereka. Siapa yang
berbicara, akan mendapatkan kehinaan dan siksaan yang keji.
Ataukah, kita protes terhadap bangsa yang- ikut berebut dengan saudara-saudara kita
dalam kehidupan di Tanah Air mereka? Membuat rencana-rencana pengusiran para
pemiliknya menuju ke gurun sahara. Mereka menguasai harta kekayaan mereka dengan
kekerasan dan paksaan sehingga sebagian besar dari mereka mati karena lapar dan haus.
Ataukah, kita protes terhadap umat yang rencana makarnya di dalam negara-negara
Islam melebihi hitungan? Bangsa yang bekerja dalam kegelapan lebih keji daripada
perbuatan yang ditampakkan oleh orang lain. Ataukah, kepada Liga Bangsa-Bangsa? Padahal
tidak ada Liga Bangsa-Bangsa kecuali yang kita ketahui?
Engkau telah memperdengarkan bahwa jika engkau memanggil hidup, tidak ada
kehidupan bagi siapa yang kau panggil.
Wahai umat Islam. Sia-sia belaka jika kalian berusaha untuk menjadikan lawan
sebagai wasit atau mendapatkan keadilan dari musuh-musuh kalian. Sia-sia untuk
menunggu rahmat dari hati mereka. Hati itu sudah membeku sehingga menjadi seperti batu
atau bahkan lebih keras. Hati itu telah gelap sehingga menjadi lebih pekat daripada
gelapnya malam. Hati itu telah buta sehingga tidak dapat melihat cahaya kebenaran.
Sia-sia untuk mendengarkan kata belas kasihan dari sebagian mereka. Mereka semua
telah bersatu memusuhi kalian. Mereka sepakat menggunakan sarana-sarana untuk
menakut-nakuti kalian. Meskipun mereka berselisih dalam ketamakan dan berbeda
dalam pertentangan,tetapi mereka mempunyai satu jalan yang mereka sepakati untuk
dilaksanakan, yaitu menghancurkan Islam dan umat Islam. Ini adalah dendam kaum
salib. Politik masa lalu yang mendorong mereka untuk berbuat kepada yang lebih kejam
sehingga seperti gila.
Janganlah kalian menipu diri kalian sendiri, wahai umat Islam. Kalian sudah cukup lupa
dan berbaik sangka dengan waktu. Allah memberi sifat kepada kalian sebagai kaum
seperti yang disebutkan dalam firman-Nya,
"Mereka senantiasa memerangi kalian sehingga kalian keluar dari agama kalian
jika mereka mampu." (al-Baqarah: 217)
Allah berkata kepada Nabi-Nya secara lebih jelas lagi. Mereka tidak merasa puas
kecuali murtad. Kalau tidak, menjauhkan. Setelah itu, mereka memiliki dendam lama yang
akan dilampiaskan kepada kalian.
Firman Allah,
"Seperti setan ketika ia berkata kepada manusia, 'Kafirlah'. Ketika telah menjadi kafir ia
berkata, 'Aku bebas darimu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan sekalian alam."'
(al-Hasyr: 16)
Ini adalah hakikat dari apa yang terjadi. Mereka telah menyatakannya dengan perkataan
berkali-kali. Mereka meyakinkannya lagi dengan perbuatan. Berita-berita ini telah
datang kepada kalian secara benar (mutawatir).
Percayalah kepadaku, wahai saudaraku, hati saya sudah meleleh karena sesal. Jiwa
saya tercabik-cabik karena duka dengan bencana yang terus-menerus menimpa umat
Islam. Saya mau protes kemudian saya bertanya pada diri sendiri, "Kepada siapa?"
Kemudian saya berubah pikiran. Saya mendatangkan umat-umat yang jauh tapi saya
tidak mendapati mereka penuh belas kasihan. Umat yang dekat ternyata dibelenggu dengan
ikatan-ikatan yang berat sehingga tidak mampu bergerak. Saya teringat dengan kalimat
yang menjadi judul bagi sebuah artikel yang ditulis oleh Pangeran Mulia "Syakib" ;
"Tampaknya hari ini semuanya tidak untuk kita. Kita tidak memiliki bagian sedikit
pun." Hal ini mengambil dari jiwa saya semua yang bisa diambil. Kalau bukan karena
sisa harapan bagi umat Islam untuk memperbaiki nasib mereka dan mengumpulkan
persatuan mereka, maka kematian akan lebih mulia daripada kehidupan rendah dan hina.
Hina orang yang menginginkan kehinaan dengan kehidupan. Barangkali kematian lebih
ringan dari pada kehidupan.
Saya tidak bermaksud mencela orang yang melakukan protes. Kalau protes itu
menunjukkan sikap emosi yang mulia, kecemburuan manusiawi, sentimen agama yang
menyambung jiwa umat Islam antara satu dengan yang lain, menguatkan ikatan mereka,
maka pelakunya berhak untuk dipuji dan dimuliakan. Akan tetapi, yang ingin saya
sampaikan adalah umat Islam harus yakin bahwa protes saja tidak cukup, bahkan tidak
berguna. Protes tidak menghilangkan beban. Pelakunya tidak dianggap telah menunaikan
kewajibannya. Tidak mungkin hanya berpegang kepada protes semata. Kita sudah sering
mengamuk dan protes. Tetapi, setelah protes itu disampaikan kita melupakan semuanya
seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Di antara kita sudah merasa lega hatinya karena sudah
memprotes. Kemudian datang lagi kejadian yang kedua dan sikap kita adalah sikap yang
pertama. Demikian kejadian-kejadian itu silih berganti, yang satu lebih keji daripada
saudaranya, dan kita menghadapi semuanya dengan protes!
Di sana masih ada sarana-sarana yang dapat kita lakukan yang lebih bermanfaat dan
pengaruhnya lebih kuat daripada sekadar protes. Sarana ini adalah jalan menuju
pembebasan.
Sarana pertama, merapatkan barisan. Menyatukan kekuatan. Saling mengenal
sehingga umat Islam yang semangat di setiap negara membentuk mata rantai hubungan.
Salah satu ujungnya bergerak dengan gerakan pihak lain. Kemudian mata rantai ini
menyambung di dalam semua negara Islam di bawah konferensi umum yang terdiri dari
para wakil dari setiap negara Islam. Konferensi ini seakan-akan menjadi kepemimpinan
tunggal bagi umat Islam. Menggerakkan umat Islam untuk mempertahankan hak-hak
bersama umat Islam. Melukiskan cara berbuat untuk pertahanan ini. Dengan demikian,
umat Islam akan memiliki suara yang didengarkan, perkumpulan yang menakutkan
bagi musuh-musuh mereka dan mengumpulkan kalimat mereka. Sarana-sarana
menuju ke arah itu sangat banyak dan mudah jika ditugaskan kepada orang-orang yang
memiliki semangat menggelora terhadap agama Allah dan aktif dalam jalan tersebut.
Sarana kedua, memboikot setiap segala sesuatu yang bukan dari Timur baik berupa
adat, tradisi maupun barang komoditas. Bangga dengan emosi ke-Timuran (Islam).
Menampakkan emosi ini agar musuh-musuh Islam merasa bahwa umat Islam
mempunyai kehormatan yang harus dijaga dan nasionalisme yang harus dipelihara.
Ingatlah, wahai umat Islam, kalianlah yang telah membuat orang Eropa maupun
selain Eropa berani untuk menghina agama kalian. Kalianlah yang membuka pintu
permusuhan mereka terhadap kalian. Mereka tidak akan menyentuh agama kalian
dengan kejelekan kecuali setelah mereka melihat kalian merasa bosan dengan agama
kalian. Kalian telah melalaikan agama kalian. Kalian membuat propaganda bagi adat dan
simbol kehidupan mereka. Perancis, kalau tidak melihat kalian telah membuat hukum-
hukum syariat tidak berjalan dalam negara-negara Islam, maka mereka tidak akan
memandulkannya di daerah Barbar. Kiaskan kepada yang lain.
Telah kita lihat dan dengarkan pengaruh keengganan kita terhadap agama kita dalam
berbagai pidato para misionaris. Bagaimana mereka menjadikan kelemahan umat Islam
sebagai salah satu sarana utama yang dijadikan pegangan untuk menghancurkan Islam
dan menyebarluaskan gerakan kristenisasi.
Jika kamu tidak melihat hak dalam dirimu karena menganggap sepele, maka manusia
akan menganggapnya lebih sepele lagi.
Ingatlah selalu bahwa pertama kali yang melakukan pidana terhadap Islam adalah para
pengikutnya sendiri yang telah terkena tipuan dan fitnah. Mereka meninggalkan dan
menantang syiar-syiarnya. Eropa mengamati mereka dari dekat. Menyediakan bantuan
kepada pelanggaran mereka. Mendorong mereka dengan cara-cara tersembunyi. Allah
memerangi para penganut atheisme dari umat Islam yang telah menghinakan dan
menjatuhkan wibawa Islam dengan cara meruntuhkan khilafah. Atau, dengan tindakan-
tindakan mereka yang melanggar larangan-larangan Allah. Ingatlah selalu diri kalian, wahai
saudaraku, bahwa musuh utama kalian adalah pengingkaran dari umat Islam. Kepala mereka
bertanggung jawab terhadap banyak beban yang terjadi pada negara-negara Islam sekarang ini.
Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia akan menanggung dosanya.
Bahkan, dosa orang yang melakukannya sampai hari kiamat dengan tidak mengurangi
dari dosanya sedikit pun.
Kita berkewajiban untuk menghalangi penyebaran pemikiran-pemikiran yang
ditularkan di antara kita. Kita harus memukul orang yang bermaksud untuk berbaik sangka
kepada musuh-musuh kita. Orang-orang yang meracuni otak kita dengan teori-teori
menyesatkan ataupun kata-kata manis tetapi di balik itu merusak nasionalisme ke-
Timuran kita dan menghilangkan persatuan Islam. Mereka tidak ada bedanya dengan orang-
orang Eropa. Barangsiapa yang menjadikan suatu kaum sebagai penolong, maka mereka sama
saja,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi
dan Nasrani sebagai penolong. Sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.
Barangsiapa menjadikan mereka sebagai penolong, maka ia termasuk dari bagian
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(al-Ma'aidah: 51)
Kalian harus memboikot segala sesuatu yang kafir sebagaimana memboikot segala
sesuatu yang bukan dari Timur. Keduanya sama saja. Apakah tidak bertentangan yang aneh,
jika kita menghilangkan kebingungan kita dengan menuntut bebas dari Eropa dan kita
mengajukan protes yang sangat keras terhadap perbuatan dan kemungkaran mereka, tapi
pada saat yang sama kita mensakralkan tradisi-tradisi mereka, kita mengikuti adat
kebiasaan mereka, dan kita memprioritaskan komoditas-komoditas mereka?
Sarana ketiga, kita berjihad dan mengatur diri kita sendiri. Kita kembalikan
kepada akal dan pelajaran. Kita pahami bahwa lezatnya kemuliaan, ketenangan hati,
dan kehidupan yang merdeka lebih tenang dari segala sesuatu. Tidak ada kelezatan
yang menyamainya dalam kehidupan ini. Juga kita pahami bahwa kenikmatan mated
dan nafsu jasmani akan rusak dan habis. Dengan demikian, kita dapat terbebas dari
tenggelam dalam kemewahan hidup. Eropa hanya menertawakan kita dengan peralatan
hias, band, alat-alat musik, dan sarana-sarana syahwat. Semua itu melupakan kita dari tugas-
tugas yang penting dan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Maka beginilah, kita tidak panda'i
dalam menemukan inovasi-inovasi sebagaimana kepanda'ian kita dalam menari dan bermain
film. Kita tidak cerdas dalam ilmu dan pengetahuan sebagaimana kecerdasan kita
dalam membuka atau menanggalkan pakaian.
Kalau kita mengakui dengan kesalahan kita dalam cara berpikir seperti ini dan kita dapat
terbebas dari budak nafsu, maka kita akan mampu membebaskan did kita dari kepentingan-
kepentingan bangsa Eropa dan tentu saja dari perbudakan mereka. Kita mampu mencukupi
biaya mahal yang kita bayarkan kepada Sekuoril, Alboun Marsieh, Slamindor, dan yang lain. Hal
ini adalah kebodohan dalam memperoleh hak pada masa sekarang ini.
Sarana keempat, kita selalu mengingat bencana ini. Kita renungkan dalam diri kita setiap
pagi dan sore. Kita ajarkan kepada anak-anak, istri-istri, dan saudara-saudara kita. Kita
sampaikan kepada teman-teman kita di tempat-tempat perkumpulan kita agar tumbuh
generasi muda yang memahami dengan jelas musuh-musuh mereka, mereka tidak tertipu
seperti kita, dan mereka tidak merasakan apa yang kira rasakan.
Di sini saya menyarankan sarana yang paling bermanfaat untuk membentuk anak-
anak kita menjadi kenyang dengan semangat agama. Sistem pendidikan kita, dengan
disesalkan sepenuh hati, tidak mengizinkan untuk itu. Ia lebih mendekatkan kita kepada
pemikiran Barat. Membunuh setiap sentimen Islam atau nasionalisme yang mulia dalam
setiap generasi baru yang muncul. Omat Islam yang mencintai agama ini dan menghendaki
agar anak-anaknya menjadi dewasa berdasarkan kepada Islam, harus memperhatikan
masalah ini. Mereka harus memikirkan sarana yang paling dekat untuk itu. Di depan
mereka banyak jalan tapi tidak mungkin disebutkan dalam tulisan ini. Kalau niatnya
jujur, maka jalannya pun akan jelas.
Kembali saya katakan bahwa kebanyakan dari generasi muda kita dan golongan atas
dari masyarakat kita semangat Islam dalam diri mereka sudah mati. Mereka tidak
memikirkan selain urusan, hawa nafsu, dan gaji mereka. Mereka tidak memikirkan saudara-
saudara mereka. Mereka tidak menghargai ukhuwah Islam. Maka, sebarkan berita duka ini
kepada mereka. Ingatkan mereka dengan hadits Rasulullah saw. dalam atsar yang
diriwayatkan darinya,
"Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan umat Islam, maka tidak termasuk
dalam golongan mereka."
Mudah-mudahan darah kemuliaan kembali mengalir dalam urat mereka. Jangan
putus asa dalam mengingatkan mereka. Kita telah mendengar bahwa (M G) yang
sudah terkenal mempromosikan kekafiran dan kehidupan gaya Barat setelah melihat
kekejaman Perancis di Maroko mengatakan bahwa bangsa Maroko berhak untuk fanatik
terhadap Islam. Kalau ini benar, sudah didengarkan darinya melalui perwakilan Al-
Fath di Perancis, maka menjadi alamat baik akan kembalinya sebagian domba yang
tersesat ini ke kandang Timur dan Islam.
Sarana kelima, segala urusan berada di tangan Allah. Bumi ini milik-Nya diwariskan
kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa. Sesungguhnya Allah Mahakuat dan Mahaperkasa. Tidak ada yang
dapat menghalangi-Nya untuk mencabut tanah ini dari negara yang paling kuat sekali
pun kemudian menjadikan negara yang paling lemah sebagai penguasa agar Dia melihat
bagaimana mereka berbuat. Sejarah sarat dengan semua ini dan menjadi saksi terhadap
semuanya ini. Bani Israel telah mewarisi tanah yang diberkati oleh Allah padahal
sebelumnya mereka adalah bangsa yang lebih hina daripada yang hina. Lebih sedikit
dari yang sedikit. Bangsa Arab mampu menundukkan banyak kerajaan padahal
sebelumnya mereka adatah.bangsa yang paling lemah dan terpecah-belah.
Saya bersumpah, wahai saudara-saudara sekalian, kalau Allah memberitahukan
bahwa di antara umat Islam ini ada yang pantas untuk menjadi khalifah Allah di muka
bumi ini, maka Allah akan mengirimkan kepada bangsa yang menindas mereka suatu
azab dari atas mereka dan dari bawah telapak kaki mereka. Allah akan mengutus pasukan
yang kalian tidak melihatnya. Tidak ada yang tahu pasukan-pasukan Allah kecuali hanya
Dia. Sungguh bumi ini akan segera terbebas dari tangan mereka dan akan diwariskan
kepada kalian.
Kita tidak maksudkan hal ini agar kita malas untuk bekerja. Akan tetapi, kita
maksudkan untuk menyegarkan jiwa, mensucikan roh, dan menguatkan akidah.
Sehingga, jiwa kita dipenuhi dengan harapan dan iman, agar kita mau bekerja
dengan kuat dan konsisten sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah
saw.
Kita berkewajiban untuk mengenal Allah dengan sesuatu yang membuat-Nya
ridha terhadap kita. Kita berjalan bersama perintah dan larangan-Nya. Kalau Allah ridha
dengan kita, Dia akan menolong kita dengan kemenangan. Dia akan menjelaskan jalan
pembebasan kepada kita. Dia akan bersama kita menghadapi musuh-musuh kita. Mereka
akan diambil dari tempat persembunyian mereka. Mereka dihancurkan dari rumah-rumah
mereka. Mereka akan merasakan akibat dari perbuatan mereka sendiri.
Muawiyah pernah menulis (surat) kepada Aisyah Ummul Mukminin r.a., "Tulislah
buat saya sebuah surat, Anda memberikan wasiat (nasihat) kepadaku dan jangan
membebankan banyak kepadaku." Aisyah kemudian menulis surat kepadanya, "Salam
kepadamu. Amma Ba'du. Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa mencari ridha Allah (meskipun) dengan kemarahan manusia, maka
Allah telah mencukupinya dari beban manusia. Barangsiapa mencari ridha
manusia (meskipun) dengan kemurkaan Allah, maka Allah menyerahkannya
kepada manusia".
Dalam kesempatan ini saya mengusulkan kepada kalian sebagi berikut. Di antara
hukum syara' bahwa qunut hukumnya sunnah dalam setiap shalat setelah ruku' yang
terakhir apabila bencana menimpa umat Islam. Karena umat Islam pada hari-hari ini
menghadapi setiap hari sebuah bencana baru melunakkan pedang di atas pedang, maka saya
berpendapat boleh menerapkan hukum ini pada setiap masjid dan dalam setiap shalat.
Setiap imam melakukan qunut dengan mendoakan umat Islam agar mendapatkan
kemenangan dan kebebasan, mendoakan musuh-musuh mereka agar menjadi lemah dan
kalah. Bagaimanakah pendapat para ulama dalam hal ini?
Sebagai penutup, wahai dunia Islam, jika engkau sanggup untuk berjuang terhadap
diri sendiri dan konsisten terhadap kerja, maka engkau akan menang dengan kebebasan.
Harinya sangat dekat.
Firman Allah,
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaannya sendiri." (ar-Ra'd: 11)
Kalau pekerjaanmu hanyalah bicara dan protes, maka ketahuilah bahwa musuh-
musuhmu tahu akan kejiwaan banyak bangsa. Mereka tidak takut kecuali dengan kekuatan.
Mereka tidak paham kecuali dengan bahasa perbuatan yang produktif. Penuhilah semua
protes ini dan relakan nasib kamu sekarang ini yang hina dan lemah. Keduanya adalah
jalan yang tidak ada jalan lagi yang ketiga.

BAB IX
SEPAK TERJANG IMAM HASAN AL-BANNA
A. PEMERHATI WARISAN ISLAM KLASIK DAN MASA DEPAN
DA'WAH DAN DA'IYAH
Ia adalah sosok penulis, khatib, dan penceramah tentang ayat-ayat Al-Qu'ran. Berkat
kemampuan baca, wawasan, dan kemampuan meriset, ia menjadi seorang yang memahami
turats Islam, mentransfernya ke ratusan manusia yang secara intens mengikuti ceramah dan
pengalaman da'wah.
Dr. Manshur Fahmi menuturkan, "Beliau memiliki kebesaran iman dan kecerdasan.
Ia termasuk orang-orang saleh pembawa gembira, dan sebaik-baiknya penyeru ke jalan
Allah dengan bentuk penyampaian terbaik pula yang ditransfer oleh sosok seorang guru
pilihan yang mendapat ilham ke arah jiwa dan nalar anak didiknya. Saya sempat
berkumpul dengan beliau dalam beberapa majelis yang memfokuskan pada
pembelaan kepentingan publik. Jika muncul isu atau peraturan penguasa yang
merugikan, maka majelis ini mengeluarkan bantahan dengan dalil-dalil kuat yang
terprogram menggunakan bahasa fasih, kecerdikan, ketawadhuan, dan keimanan
para da'i yang mukhlisin."
Ia adalah guide manusia menuju sumber asli pemahaman Rasulullah saw. dan para
sahabatnya. Imam Hasan al-Banna memahami Islam, menelaah dengan rinci semua perbedaan
dalam tatanan pemikiran, antara ahli fikih dan kaum sufi, antara ahli kalam dan pakar
filsafat atau antara ahlussunnah dan aliran yang lainnya.
Keyakinannya bahwa ia tak akan terjun ke medan da'wah yang sifatnya umum, kecuali
setelah benar-benar memahami perbedaan-perbedaan tersebut dengan luas dan detail.
Sebab, medan yang beliau terjuni lebih kurang 4.000 perkampungan yang tidak semua
penduduknya mengimani apa yang ia sampaikan. Selain itu, ada di antara penduduk yang
menjadi provokator penyebar rumor dan tantangan, baik dengan maksud tujuan
melemahkan pembicara maupun menguji kemampuan pemahaman sang da'i.
Tulisan-tulisan Imam Hasan al-Banna menjadi bukti kemampuannya memahami
semua masalah-masalah tersebut dan membimbing manusia menuju sumber-sumber asli
yang dipahami Rasulullah saw. dan sahabatnya yang jauh dari retorika rumit seperti yang
keluar dari orang-orang filsafat dan orang-orang kalam dari kaum mu'tazilah atau sufi.
Ia begitu jelas mampu menghadapi keadaan dengan bijak dan egaliter. Hal in bisa
kita baca dalam diari kecilnya yang berjudul Da'wah dan Da'iyah. Di sana akan kita
temukan ada kalangan yang berusaha untuk melontarkan pertanyaan sulit. Agama Allah
itu terbuka lebar dan lebih mudah daripada harus dihukumi oleh logika individu atau
kelompok.
Contohnya, ketika beliau ditanya tentang masalah tawassul. Jawaban beliau, "Saudaraku,
aku kira kau tak hanya ingin bertanya tentang masalah ini saja. Tetapi, lebih dari itu, kau
hendak bertanya tentang bacaan shalawat dan salam setelah azan, tentang membaca surat al-
Kahfi setiap hari Jumat, tentang kata "sayyidina" dalam tasyahud, tentang ibu bapak Rasul
di mana tempat akhirnya, tentang bacaan Al-Qur’an apakah pahalanya akan sampai ke
mayat atau tidak, juga tentang halaqah-halaqah yang dilakukan orang-orang tarikat
apakah termasuk maksiat atau sebaliknya termasuk salah satu upaya taqarrub kepada
Allah."
Selanjutnya rahimahullah berkata, "Saya terus mengungkapkan masalah-masalah
khilafiyah yang sering memicu fitnah dan menebar perselisihan di kalangan umat
Islam sejak ratusan tahun lalu hingga hari ini. Allah SWT meridhai kita untuk bersatu-padu
dan membenci perselisihan dan firqah. Saya berharap kalian berjanji untuk melupakan
masalah-masalah ini dengan tetap sungguh-sungguh mempelajari hal-hal ushul dalam agama
dan kaidah-kaidahnya, meninggalkan hal-hal yang sifatnya takalluf dan ta'ammuq
‘detail' sehingga jiwa kalian menjadi bersih. Tujuan kita adalah mengetahui kebenaran
bukan hanya keunggulan pendapat. Sebab, agama Allah itu lebih luas dan mudah dibanding
dihukumi oleh akal individu atau kelompok."
Inilah uslub beliau, "asasnya hikmah dan bara’ah."
Ketika ada yang menentang perkataannya di atas, beliau menjawab, "Ketahuilah akhi-
semoga Allah SWT melimpahkan curahan ruh, memberikan kepadamu kenikmatan
mengetahuinya, menyinari mata penglihatannmu dengan cahaya hidayah-Nya-untuk
mengomentari pertanyaan Anda, kita harus sama-sama sepakati beberapa titik temu. Saya
harapkan bisa kits sepakati, setelah itu jawaban. Namun, says katakan saya tidak mengetahui,
sebab di atas yang berilmu ada yang lebih berilmu lagi. Jika ada kebaikan, maka itu dari
Allah. Jika ada kesalahan, kits berharap Allah tidak menutup orang yang akan menunjukkan
kesalahan kits dan membimbing kits menuju kebenaran.
Ingin saya tekankan disini, bahwa paramater kebenaran dalam segala hal dengan kitab
dan Sunnah tanpa harus melihat kemasyhuran si penyampai atau validitas
riwayatnya. Betapa banyak tipu daya menoda'i ilmu dan menghapus banyak kebaikan.
Tinggalkan jidal (debat kusir), fanatisme, dan perselisihan. Sedikit saja celah perdebatan
dibuka dalam satu kaum, maka akibatnya adalah kesesatan. Sebaliknya, jika berpegang
teguh dengan rasa cinta dan persaudaraan, maka mereka akan memimpin."

B. KEBERHASILAN IMAM ASY-SYAHID MENGUNGKAP TIPU


DAYA REFORMASI ALA MATERIALISME
Allah SWT mengaruniai Hasan al-Banna kemampuan telaah terhadap berbagai aliran,
mazhab, dan ideologi yang baru muncul. Kemudian mendiagnosanya dalam kacamata
Islam untuk menemukan titik temu dan perbedaan aliran tersebut dengan Islam sebagai
manifestasi keimanan bahwa Islam adalah ajaran yang paling komprehensif dengan
kemanusiaan juga "sekaligus sebagai upaya pembinaan masyarakat yang valid.
Setelah menelaah paham demokrasi, marxist, dan membuka kedoknya, ia sampai
pada satu konklusi bahwa paham tersebut tidak bisa eksis selamanya di negara-negara Islam
yang erat kaitannya dengan agama, akhlak, dan nilai-nilai. Sebab, Islam telah menjadi
format hakiki, tanpa Islam semua negara tersebut tidak ada nilainya. Lebih jauh lagi,
Imam Hasan al-Banna menguak misteri orang-orang yang berusaha menampilkan Islam atau
para pemimpin Islam dari kacamata Barat yang bertujuan mengajukan alternatif
pengganti dan memangkas asal.
Hal ini secara jelas tampak dalam perkataannya, "Wahai para penulis tentang Islam,
Rasul, dan tarikhnya, apakah kalian benar-benar mengimani Islam sebagai aturan
masyarakat dan sistem kehidupan hakiki ?"
Selanjutnya menambahkan, "Tak sedikit dari mereka yang berusaha mencampur-adukkan
pemikiran materialisme dengan Islam dengan sasaran menjauhkan unsur "ishlah ijtima’i
"reformasi sosial' dalam ajaran Islam. Sekaligus sebagai upaya merobohkan bangunan
kokoh Islam dalam jiwa kaum muslimin digantikan dengan paham materialisme yang
surut dan lemah. Propaganda ini jangan sampai mengecoh orang-orang yang memilki atensi
dan ghirah keislaman. Umat juga wajib memfokuskan maksud, sasaran, dan arah
sesuai teknis dan tujuannya serta keharusan al-haq memiliki image yang berbeda
dengan kebatilan dalam pandangan masyarakat. Firman Allah,
"Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar
orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata pula." (al-Anfaal:
42)
Kaidah-kaidah reformasi sosial yang dicanangkan Islam menjamin bagi semua
kalangan untuk memenuhi kebutuhan materi dan hidup dengan tumaninah, tenang, dan
tenteram. Untuk itu, pertama, berserah dirilah kalian kepada Allah. Kedua, tegakkan
sistem kemasyarakatan di atas kaidah-kaidah Islam yang menjamin tercapainya tuntutan
kehidupan yang sifatnya materi dan hati-hatilah jangan sampai tertipu oleh propaganda dan
khayalan yang batil dan hilang.

C. IMAM SYAHID DENGAN THAHA HUSEIN


Sikap Imam Hasan al-Banna terhadap Thaha Husein adalah salah satu bukti
kepahlawanannya dalam menghadapi dan mengungkap kebatilan tipu daya musuh-musuh
Islam. Sebaliknya, ia memberikan informasi valid kepada masyarakat. Hal itu dilakukan
dengan penuturan yang tinggi.
Dalam sebuah perayaan mahasiswa fakultas sastra, Dr. Thaha Husein mengklaim dirinya
sebagai "nashirul Islam" 'Penolong Islam'. Ia berkata, "Harapan saya semoga Allah
menakdirkan adanya pembela bagi agama Islam sebagaimana aku membelanya,
menyebarkan Islam, dan membuat publik simpati terhadap Islam sebagaimana yang saya
lakukan." Imam Hasan al-Banna mengirimkan surat kepadanya yang berbunyi,
"Wahai Doktor. Jika demikian halnya, maka kita berada dalam satu komunike.
Oleh karena itu, wahai da'iyah Islam sejak saat ini kami adalah jundi-mu. Demi dan
untuk Islam kita hidup serta di jalan da'wah ilal Islam kita mati sebagai syuhada.
Percayalah wahai Doktor tanpa harus bersumpah – dan jika harus bersumpah,
maka saya bersumpah – bahwa hati saya penuh harap suatu hari Anda menjadi da'i
Islam, mensosialisasikannya, dan menarik simpati publik terhadap ajaran-ajaran
Islam.
Anda adalah sosok potensial. Kemampuan kalam, lisan, dukungan fanatis murid-
murid dan kawan-kawan yang mukhlis, semuanya Anda miliki. Selain itu, Anda juga
memiliki ketekunan, etos kerja, dan jiwa produktif. Kami tidak iri akan semua hal
itu, tetapi kami berharap agar semuanya terbingkai dalam koridor Islam bukan
sebaliknya menjadi alat pelemah bagi Islam sendiri secara tidak langsung. Apakah hari
tersebut benar-benar akan jadi kenyataan? Saya bertanya demikian, wahai Doktor,
untuk menenangkan bukan menantang.
Anda sekarang memiliki murid-murid khusus yang menjadikan Anda sebagai guru
khususnya. Maka, murid Anda yang mana yang terpengaruh oleh da'wah Anda, yang
menyuarakan suara Islam atau tulisan Islam atau lembaran pemikiran Islam atau
penampilan yang menampakkan tamassuk ‘kekonsistenan' terhadap ajaran Islam?
Sumbangsih Anda dalam masalah sosial sangat banyak. Anda pun telah menjadi
peserta berbagai perayaan dan konferensi baik di dalam maupun di luar Mesir. Dari
semua ini, dalam kesempatan apa Anda berbicara atas nama Islam atau menyerukan
ajaran-ajarannya?
Sejak muda, Anda telah menjadi dosen di universitas-universitas Mesir, lalu
pernahkah Anda mengingat kembali isi kuliah atau orasi untuk mahasiswa yang
memalingkan mereka untuk sejenak melihat keagungan, kekomprehensifan, dan
keindahan syariat agama ini? Padahal, materi yang menjadi spesialisasi Anda dalam
pengajaran lebih erat kaitannya dengan materi kuliah tentang Islam.
Tanpa tedeng aling-aling, saya katakan, wahai Doktor – hanya kebenaran
yang aku harapkan – apakah kehidupan keseharian Anda relevan dengan pola hidup
Islami, mencetak keluarga Anda sebagai kepala rumah tangga dengan pola Islami?
Apakah Anda telah menunaikan dalam kehidupan pribadi kewajiban sebagai
muslim? Lebih-lebih sebagai da'i yang dijadikan Allah sebagai benteng yang akan
mempertahankan Islam?
Tak ada maksud mendeskriditkan Anda dengan pertanyaan saya terakhir ini
dan bukan jawaban yang saya harapkan. Anda semua wahai para da'i modern telah
mengisolasi kehidupan pribadi dari kehidupan publik, seolah tugas-tugas mulia dan
ajaran-ajaran Islam tidak ada kaitannya sama sekali. Juga seakan kehidupan
bermasyarakat tidak ada kaitannya dengan kehidupan individu!
Kemudian, wahai Doktor, apakah termasuk dalam da'wah kepada Islam jika
Anda mengusulkan merevisi ulang terhadap Al-Qur'an dengan uslub yang Anda
pilih sendiri, semoga Anda telah menganulir pendapat ini, hingga da'wah menjadi
teori ilmu semata?
Apakah dikatakan da'wah kepada Islam ketika Anda menyikapi dua buku bahasa
Inggris yang sama sekali tidak ada ekses negatif untuk Anda dan pihak universitas
untuk kebebasan berpikir ketika seharusnya Anda menanggapi pendapat murid-
murid Anda yang dalam persepsi mereka kedua buku tersebut berisi hujatan
terhadap hal-hal yang dianggap suci. Protes mereka lakukan sesuai jalan hukum
dengan tertib dan penuh etika. Atau, bukankah lebih baik bagi seorang da'i
terhadap Islam untuk memberikan dukungan terhadap semangat tersebut, merasa
gembira, dan menyikapi mereka dengan lembut?
Apakah tidak ada lagi kevulgaran selain ungkapan bahwa tak ada jalan lain
menuju kemajuan kecuali mengekor apa yang dilakukan Eropa tanpa reserve agar
kita menjadi mitra peradaban mereka, baik-buruknya, manis-pahitnya, manfaat-
mudharatnya, yang disenangi atau tidak, yang dipuji atau dicerca. Barangsiapa yang
berkeyakinan selain demikian, maka ia penipu atau tertipu.
Kemungkinan arah perkataan Anda seperti yang saya katakan "bahwa sasaran da'wah
itu adalah ilmu pengetahuan, kekuatan, daya cipta, dan sistem. Ini sangat baik.
Namun, tidakkah Anda melihat bahwa bukankah Islam tidak membawa umat Islam
menuju sasaran tersebut kecuali sebelum Eropa keluar dari masa gulita kebodohannya
ratusan tahun? Jadi, mengapa Anda mengajak kami menuju sasaran ilmu, kekuatan, daya
cipta, dan sistem atas nama Eropa yang baru jatuh bangun? Sebaliknya, mengapa Anda
tidak mengajak kami menuju sasaran tersebut atas nama Islam yang konstan dan kuat
pilar-pilarnya?
Apakah termasuk da'wah ilal Islam ketika Anda, wahai Doktor, membiarkan
ikhtilath antara muda-mudi sedemikian rupa di fakultas adab yang tak ada bedanya
dengan kuliah yang lainnya?
Bahkan, Anda fasilitasi untuk ikhtilath ini dengan menyuruh kaum mudi
berpenampilan seronok dan Anda jangan bersembunyi di balik perkataan Anda
bahwa ini adalah pengaruh perbuatan orang lain, padahal tangan dan mulut Anda
begitu aktif. Tidak ada yang menyerukan atau mempropagandakan hal tersebut dengan
memanfaatkan pengaruh yang dimilikinya kecuali Anda!
Kemungkinan Anda mengira bahwa percampuran lelaki dengan wanita adalah
salah satu kebanggan Anda. Namun, saya menentang Anda, wahai Doktor, bahwa
ikhtilath ini bukan dari ajaran Islam. Kita sudah saksikan dan akan terus kita lihat
efek apa yang akan ditimbulkan.
Wahai Doktor, ini adalah suara yang Anda katakan sebagai membela Islam dan
menda'wahkannya. Lalu apakah setelah evaluasi ringan yang tanpa ada tendensi atau
permusuhan ini, Anda akan tetap mengharapkan agar Allah menjadikan orang yang
akan membela Islam, menyebarkan, dan menarik simpati manusia seperti yang Anda
lakukan?
Kami senantiasa dalam kondisi siap untuk melupakan masa lalu – seluruhnya – dan
sebaliknya memetik hasil baru di atas landasan yang Anda buat dan kami ridhai. Yaitu,
agar tertancap dalam jiwa kami dan jiwa Anda keagungan Islam, membelanya,
memasayarakatkan ajaran-ajarannya, dan menarik simpati masyarakat. Dengan syarat,
Islam yang dimaksudkan adalah kitabullah sebagaimana penafsiran bahasa Arab yang
jelas dan Sunnah Rasul-Nya yang konstan juga sebagaimana yang dipahami para
salafussaleh. Semoga Allah meridhai mereka.
Apakah Dr. Taha bersedia meletakkan tangannya di atas tangan kami dalam asas
ini. Lalu kita ber-mu'ahadah kepada Allah untuk menjadi penjaga umana 'penerima
amanah' bagi Islam dengan penuh keikhlasan dan semangat jihad di jalannya.
Kata terakhir wahai Doktor; seperti yang pernah saya katakan bahwa hidup kita dan
semua isi kehidupan sudah ditentukan. Sungguh Allah Mahamampu menarik kembali
pemberiannya (yaitu kehidupan). Kapan pun juga Dia mampu mengambil apa yang
diberikan kepada kita dalam kehidupan.
Betapa indahnya iman ini. Dalam kesempatan ini, saya ingatkan bahwa usia Anda
telah melewati usia harapan yang memikat dan lebih dekat kepada akhirat. Saya berdoa
kepada Allah agar mamanjangkan hidup Anda sebagai khadim yang mukhlis untuk Islam.
Ketahuilah bahwa bangsa ini adalah bangsa yang mulia, berhati baik yang secepat kilat satu
kebaikan akan melupakan banyak keburukan. Allah Mahaluas ampunan-Nya,
Mahaagung karunia-Nya, dan Mahapemaaf. Maka, tak ada kewajiban bagi Anda wahai
Doktor kecuali menutup layar hidup Anda dengan sebenar-benarnya taubat nasuha dan
mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengabdi kepada Islam, menyebarkannya, dan menarik
simpati umat terhadap ajaran-ajarannya. Maka, Anda pasti akan mendapatkan
kebaikan dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Inilah yang menjadi harapan kami dari Anda dan untuk Anda. Allah SWT mampu
membolak balikkan hati manusia seperti yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang Allah
kehendaki diberi hidayah, maka ia akan melapangkan hatinya untuk Islam.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Inilah sikap tegas Imam Hasan al-Banna menghadapi ahlul kufr dengan ketinggian
hikmah dan rasa egaliter dalam menjelaskan segala hal hingga manusia tidak tertipu
dengan slogan palsu.

D. MEMPERJUANGKAN KEBENARAN DI HADAPAN PENGUASA


TIRAN
Siapa saja yang menelaah karya tulis dan peninggalannya, akan menemukan sosok
Imam yang senantiasa memperjuangkan al-haq di depan penguasa dan memposisikan Islam
ketika perannya dimarginalkan.
Wahai para penguasa yang tengah ongkang-ongkang kaki di atas kursi kekuasaan,
apakah kalian tidak memahami bahwa siapa saja yang mencari izzah 'kekuatan' kepada
selain Allah akan hina. Manusia yang takut terhadap kehinaan adalah hina, dan yang
takut kepada kefakiran adalah fakir. Sebaliknya, siapa saja yang bersemangat untuk mati,
maka Allah akan memberikannya kehidupan. Jika kalian sungguh-sungguh
menginginkan kekuatan yang benar, maka realisasikanlah dalam taat kepada Allah,
menunaikan faraidh, membantu menerapkan hukum-hukum-Nya, dan mendukung para
mujahidin yang berjihad menjaga tanah Islam dan kesucian Islam. Janganlah kalian
menjadikan teman setia selain Allah dan Rasul-Nya serta kaum mukminin. Bersikap
sidiklah kepada Allah satu jam di waktu siang, dan tempuhlan jalan ini serta yakinilah
bahwa kalian adalah orang-orang yang beruntung.
"Bukankah Allah cukup menjadi pelindung hamba-Nya." (az-Zumar: 36)
Suatu waktu beliau mengirim surat kepada ketua partai politik terbesar di Mesir
untuk mengklarifikasikan ucapannya, "Saya benar-benar takjub dengan Kemal Ataturk,
bukan hanya dalam segi kemiliteran, tetapi karena kejeniusannya yang murni dan
pemahamannya terhadap arti negara modern."
Isi surat Imam tersebut berbunyi,
"Ucapan ini bukan ucapan hampa, bukan pula basa-basi yang kosong dari ide
dasar yang hendak muncul di permukaan ketika kondisi mengizinkan. Ucapan
tersebut adalah ucapan kuno yang maksudnya sudah kita ketahui.
Dalam penjelasanmu itu terdapat satu nama yaitu negara modern menurut
pemahaman Kemal Ataturk yang menjadi landasan berdirinya negara Turki.
Penjelasan kalian juga mengandung kesimpulan bahwa hanya tipe negara seperti ini
yang akan mampu eksis dan berkembang di tengah percaturan global.
Sudah maklum bahwa negara modern ala Ataturk telah melepaskan seluruh atribut
keislaman. Seolah maksud ucapan kalian adalah sebagai deklarasi bahwa Mesir
tidak akan mampu eksis dan tumbuh di tengah percaturan global modern kecuali
setelah melucuti atribut keislaman seperti yang dilakukan Turki.
Juga seolah-olah kalian mendeklarasikan program kerja dan sasaran reformasi
yang kalian rencanakan setelah tuntas dari masalah eksternal negara. Anda adalah
bukan sembarang tokoh, tetapi Anda adalah pemimpin yang diprediksikan akan
menerima tongkat kekuasaan dan kepercayaan umat. Izinkanlah saya untuk
mengingatkan pada satu titik kosong. Yaitu, bahwa Kamal Ataturk memanggul
senjata berjihad untuk memerdekakan negaranya, mengusir penjajah asing,
mengembuskan ruh izzah dan karamah, menyumbangkan situasi stabil dalam
ekonomi dan materi. Ini semua tidak bisa disepelekan.
Ataturk adalah muslim yang senantiasa membawa tasbih, membaca Al-Qur’an,
bersujud kepada Allah di atas kerikil padang pasir di tengah bangsa Arab Anadhal dan
muslimnya. Namun, ketika Allah merealisasikan harapannya di muka bumi, ia lupa akan
apa yang dulu ia cita-citakan dan selalu ia doakan. Pasti kemudahan berlipat dalam
gerakan reformasi akan ia temukan jika seandainya ia senantiasa konsisten dengan
keislamannya. Islam sama sekali tidak pernah menjadi penghalang menuju kedigjayaaan.
Maka, adalah zalim jika kita mendistorsi hakikat dengan menisbatkan keberhasilan
gerakan reformasi yang dibawa Atatruk di Turki berkat pengingkaran, ilhad, tari-tarian,
minuman keras, dan lainnya dari hal-hal yang tidak berarti."
Ucapan ini adalah bukti materiil bagi orang-orang yang memiliki persepsi bahwa Partai
Wafd sama sekali tidak aspiratif terhadap Islam atau paling tidak memiliki sensitifitas
keislaman. Hal ini akan menajadi lahan empuk untuk mengikis para pendukungnya.
Model ini memberikan frame akan keberanian sosok Imam al-Banna dan etikanya
dalam membuka kedok arah angin perpolitikan yang waktu itu diramaikan dengan sistem
multipartai di negara-negara Arab.
Dalam kesempatan lain Imam Hasan al-Banna menghadapi penguasa tentang masalah
syariat Islamiah. Dia berkata, "Wahai para pemimpin, para tokoh, para penguasa, dan
para cendekiawan Mesir; betapa berat tanggung jawab kalian di depan Allah dan di
hadapan generasi mendatang jika keadaan tetap dalam keadaan seperti sekarang. Kalian
telah menyia-nyiakan kesempatan dengan kesibukan dan perpecahan melawan lawan
kalian. Kesempatan yang sudah terbuka lebar untuk bangsa ini yang telah
menggantungkan kepercayaan kepada kalian, namun kalian tidak bisa menjaga
amanah.
Sucikan jiwa kalian dari kotoran. Buang kesombongan dusta yang disisipkan setan
nafsu angkara. Pikirkan Mesir dan berkaryalah untuk Mesir. Jika kalian mengerjakannya,
maka itu adalah bagian kalian di dunia dan akhirat. Jika tidak, - saya tidak akan
mengulang – maka kalian akan merasakan akibat kelalaian dan kami akan
menghisab hasil kerja kalian seteliti-telitinya yang akan mencoreng sejarah kalian
dengan tuduhan terbuas sepanjang sejarah manusia. Sedangkan, kami akan terus menapaki
jalan kami, berusaha memperjuangkan apa yang terbaik untuk bangsa ini dengan jalan jihad
yang benar sebagai upaya menyempurnakan kebebasan dan mengembalikan
kedaulatannya. Kalian meridhai atau menjadi penghalang jihad tersebut, Allah tidak
akan meluluskan urusan penghalang jihad. Akan tetapi, kami menginginkan kalian berjuang
bersama kami hingga bisa memperpendek jalan yang ditempuh. Apakah kalian siap?"
Dengan lugas asy-Syahid menghadapi pemerintah. Dia berkata, "Orang-orang yang
membuat UUD Mesir pasal 149 yang di antara poinnya berbunyi: agama resmi negara
adalah agama Islam. Maka, ini berarti tidak lebih dari dua hal:
Pertama, mereka sungguh-sungguh dengan apa yang mereka undangkan baik dalam
diri mereka atau dalam undang-undang negara. Maka apa yang diundangkan wajib
mereka hormati dan wajib bersungguh-sungguh memperjuangkannya hingga aturan
Islam menggantikan semua aturan yang tidak Islami dalam berbagai aspek baik dalam
hukum, jurisprudensi, adat, muamalah, dan semua latar kehidupan. Dengan demikian,
Islam benar-benar menjadi agama resmi negara dan UUD Mesir akan senantiasa
dihormati dan terjaga. Dihormati si pembuatnya dan diterapkan dalam hukum.
Kedua, mereka tidak sungguh-sungguh dengan apa yang mereka katakan, dan tidak
mengimani apa yang mereka tuliskan. Dengan demikian, mereka telah mempermainkan,
menipu, dan mengelabui rakyat dengan nash ini yang sama sekali tidak terealisasi dalam
realita. Maka, kewajiban kita para da'i untuk menyumbangkan andil berupa nasihat bagi
para penguasa dan rakyat yang tertipu. Jika mereka menerima dan melaksanakan, maka itu
sebaik-baiknya nikmat. Jika tidak, maka kita tetap konsisten dengan jihad kita untuk terus
memperjuangkan tujuan kendati bagaimanapun akibatnya. Kita tetap bersungguh-sungguh
membangkitkan fikrah Islamiah yang tertanam dalam jiwa setiap muslim yang berhati mulia,
hingga ia mengetahu haknya, semangat memperjuangkan agamanya, dan mengungkapkan
kehendaknya kepada penguasa, sampai mereka menerapkan Islam. Dengan demikian,
agama resmi negara adalah benar-benar Islam.
Inilah sikap yang menjadi pilihan para penjaga dan pembuat UU yang akan
dipertanggungjawabkan di depan umat. Inilah sikap kami berdasarkan Al-Qur’an dan
UU. Kami senantiasa akan terus demikian di masa depan sampai tercapainya tujuan.
Yaitu, sesuainya poin-poin UU dengan ajaran Al-Qur’an, dan ajaran Al-Qur’an menjadi
intisari UU dan poros utamanya. UU ketika itu bersumber dari kitabullah dengan konteksnya
yang terluas tanpa berlebih-lebihan, jumud, dan pemaksaan. Demi Allah, kami telah
berusaha untuk menyadarkan mereka dan akan senantiasa demikian. Kami
menyerukan kepada mereka untuk menempuh program yang lurus, apakah mereka
menerima?" Ia selalu berkata, "Saya berharap semoga Allah menyempurnakan nikmat-
Nya padaku dengan mencabut nyawaku dan aku dalam keadaan suci. Semoga Allah
menganugerahkan kematian suci, yang senantiasa dipinta oleh kaum sufi dalam setiap
doanya dan senantiasa aku wiridkan. Kematian suci itu adalah syahadah."
Dalam satu mauqif yang masyhur di depan ratusan yang ikut menyimak
pengajiannya tentang jihad fi sabilillah ia berkata, "Tidakkah kita merasa takjub terhadap
saudara-saudara kita ahli ibadah yang tak pernah berhenti membaca doa Syekh Abil
Hasan Sadzili dalam hizb barr. Mereka senantiasa mengulang-ulang doa, 'Ya
Allah semoga Kau anugerahkan kepada kami kematian suci.' Apakah mereka
berhasil menghayati makna kematian suci?"
"Ingatlah bahwa kematian suci yang dicintai Allah adalah ini;" ujarnya sambil
mengangkat tangannya ke arah lehernya seakan semua yang hadir terkena setruman
listrik. Di hadapan hadirin, ia menuturkan drama pengorbanan dan penyembelihan
yang benar-benar terjadi. Air mata bercucuran, perasaan memberontak, dan takbir
berkumandang tinggi.
Makna ini ia abadikan dalam tulisannya yang banyak beredar dengan judul Shinaatul
Maut. Ia berkata, "Kematian adalah bagian dari karya. Ada manusia yang pandai
memperindahnya, mengetahui bagaimana ia mati mulia, bagaimana memilih medan yang mulia
dan kondisi yang pas. Maka, ia menjual setetes darahnya dengan harga tinggi. Ia meraih
keuntungan besar dibanding apa yang menjadi persepsi manusia. Ia berhasil meraih
kebahagiaan hidup dan pahala akhirat yang tidak mengurangi sebiji zarrah pun dari
usianya, tidak kehilangan sehari pun dari kehidupannya, dan tidak tergesa-gesa dengan
kematian tersebut kecuali ajal yang telah Allah tentukan."
Loyang akan jelas berbeda dengan emas murni. Jiwa manusia bersinar dengan
pakaian mujahid hakiki laksana cahaya mutiara setelah terbuka rumah karangnya. Emas
murni bertambah kualitasnya di bawah tekanan api yang menyakitkan. Berangkatlah
sekelompok pahlawan-pahlawan kaum muslimin yang kembali mengukir karya kematian.
Mereka senantiasa memohon dengan jalan kematian suci hak mereka untuk hidup.
Gelombang ini terus mengalir dalam jiwa kelompok kecil mujahidin di tanah haram Baitul
Maqdis merasuk ke seluruh jiwa pemuda Islam.
Palestina adalah garda pertahanan pertama dan gempuran awal setengah peperangan.
Para mujahidin sebenarnya mempertahankan masa depan Tanah Air, jiwa raga, dan
keturunan mereka tatkala mempertahankan Palestina. Problem Palestina bukanlah problema
regional ketimuran bukan pula problema bangsa Arab. Akan tetapi, ia adalah
problema Islam, problema keluarga Islam keseluruhan. Sama sekali kurang
relevan membicarakan hak-hak bangsa Arab di Palestina.
Imam Hasan al-Banna sungguh telah membenarkan panggilan Rabbnya. Palestina
adalah pertunjukkan awal untuk jihadnya. Di Palestinalah frame kesuksesan usaha al-
Banna tampak. Anak didiknya dan generasi binaannya telah mengorbankan arwah suci
mereka dengan penuh ikhlas yang membuat kagum kekuatan koloni Barat sekatigus
merasakan bahaya yang akan menimpa jika aliran ini berhasil dengan suksess.
Untuk itu, Imam Hasan al-Banna rela mengorbankan hidup dan rohnya dengan
penuh keyakinan akan "shinaatulmauf"karya maut'seperti yang ia canangkan dan ia
pahami. Ia mati dengan kematian suci setelah mengguncangkan dunia bahwa kata
"jihad'tidak akan pernah mati dalam jiwa kaum muslimin. Sebab, kata itu mampu
membangkitkan hidup dan amal. Kata jihad pula yang mereinkarnasi jiwa muslim
kembali baru untuk membuktikan bahwa Islam mampu membangun umat kembali.
Hasan al-Banna telah mengorbankan hidupnya sebagai pembayar untuk
keimanannya. Akan tetapi, itu semua setelah berhasil membina bangunan yang takkan
goyah, setelah membangun umat mukminah yang mengimani Islam dan apa yang
diturunkan Al-Qur’an.

E. MANHAJ IMAM HASAN AL-BANNA DALAM MENJELASKAN


AQIDAH
Manhaj-nya dalam masalah akidah sejauh mungkin terhindar dari ilmu kalam dan
terminologi yang menjadi sepesialisasi ulama akidah. Juga jauh dari teori-teori filsafat
dan retorika mantik yang biasanya menjadi lahan khusus para mutakallimun. Imam al-
Banna menempuh metode baru yang bersandar pada dua pilar asasi.
Pertama, menempuh langsung cara yang ditempuh Al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw.
dalam mentransfer akidah Islam ke dalam jiwa yang mampu menawan rasa dan nurani.
Metode ini adalah cara yang ditempuh salafussaleh.
Kedua, menstimulus dengan menjelaskan pengaruh akidah terhadap jiwa dan
memberikan parameter agar si muslim dapat mengukur derajat pengaruh akidah
terhadap jiwa tersebut dalam tataran aplikasi.
Akidah menurut salaf kita adalah suatu rasa yang eksis di hati dan perasaan yang
berhasil menawan jiwa. Tatkala jidal, perselisihan pendapat, dan debat kusir berlangsung,
maka iman melemah dan terjadilah kholal 'korsleting' dan wahn dalam jiwa.
Terminologi akidah menurut Imam al-Banna adalah "satu hal yang mesti dibenarkan
oleh hati, dan mesti dirasakan tenang oleh jiwa. Dengan demikian, kita berada dalam kondisi
yakin yang tidak terkontaminasi rasa ragu atau bimbang":
Imam al-Banna memberikan satu perumpamaan tentang derajat kekuatan dan
kelemahan akidah manusia. Ia menuturkan, "Andai seseorang mendengar keberadaan suatu negeri
yang tidak pernah ia lihat, contohnya Yaman dari kawannya yang terkenal tidak pernah
dusta, maka ia pasti akan membenarkan keberadaan negeri ini dengan penuh yakin. Jika ia
mendengar kabar yang sama dari beberapa kawannya, maka keyakinannya akan bertambah kuat,
walaupun kondisi demikian masih labil ke arah ragu jika dihadapkan pada syubhat. Namun, jika ia
melihat peta Yaman fotografi, maka ia bertambah yakin dan sangat sulit untuk ragu dengan
kualitas dalil yang dimiliki. Jika ia melakukan safar dan tanda-tanda Yaman semakin jelas,
ia akan bertambah yakin dan keraguan akan hilang. Jika ia turun dan melihat negeri
Yaman dengan mata kepala sendiri, maka tak ada lagi celah keraguan. Maka, tertanamlah
kekuatan akidah yang tidak mungkin labil walaupun seluruh manusia bertolak
belakang dengan pendapatnya. Jika ia berjalan-jalan di Kota Yaman dan jalan
rayanya, mempelajari keadaan, situasi, dan kondisi, maka pengalaman dan
pengetahuannya bertambah. Hal demikian menjadi penjelas bagi keyakinannya".
Jika Anda memahami hal ini, ketahuilah bahwa tingkat kualitas akidah agama manusia terbagi
beberapa bagian. Perlama, ada orang yang menerima akidah secara talqin. Ia berkeyakinan secara
adat. Maka, dapat dipastikan bahwa tingkatan ini sangat labil dan mudah digoyahkan
keyakinannya jika dihadapkan pada syubhat. Kedua, ada orang yang menerima akidah berkat
kontemplasi dan hasil berpikir. Maka, keimanannya akan terus bertambali dan keyakinannya
menguat. Ketiga, ada orang yang kontinyu dalarn kontemplasi dan berpikir serta
dibantu dengan ketaatannya kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya, dan
memperbaiki kualitas ibadanya. Maka, pelita-pelita hidayah akan bersinar terang
dalam hatinya. Ia akan melihat dengan cahaya bashirah, jika berhasil menyempurnakan
iman, menekadkan keyakinan dan hatinya. Firman Allah, "Orang-orang yang mendapat
petunjuk, Allah akan menambah petunjuk dan memberikan mereka pahala
ketakwaannya." (Muhammad: 17)
Kami kemukakan perumpamaan ini agar jiwa kalian meningkat dari pengikut taklid
dalam tauhid, menggunakan daya fikri dalam memahami akidah kalian dan meminta
bantuan Allah dengan menaati perintah Tuhanmu untuk mengetahui ushul agamamu
hingga mencapai derajat "rijal" dan menaiki tangga-tangga kesempurnaan.
Umat mendelegasikanmu pada satu urusan jika kamu mampu. Tempuhlah dengan
jiwamu dan merangkak dengan peluh air mata.
Ada beberapa elemen akid'ah menurut Imam Hasan al-Banna.
Pertama, meyakini keberadaan Allah secara dzati tanpa bantuan dari yang lain, dan
mensifati-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan sebagai hasil dari perenungan alam semesta.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil elemen ini, di antaranya,
"Dialah Allah Yang Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dialah Allah Yang Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang
Mahasuci, Yang Mulia Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha
Memelihara, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa
yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling baik. Bertasbih kepadanya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (al-
Hasyr: 22-24)
Kedua, menafikan sifat musyabahah 'serupa' dan sifat naqsh 'kurang' dalam Zat Allah
SWT. Sebab, materi terus berubah, sedang Sang Khalik jauh dari sifat perubahan.
Ketiga, tidak memperdebatkan hakikat dan eksistensi zat dan sifat dengan
memperbandingkan antara eksistensi Zat Allah dan sifat-sifat-Nya yang suci dengan
eksistensi makhluk dan sifat-sifatnya yang terus berubah, "(Yang memiliki sifat-sifat yang)
demikian itu ialah Allah Tuhan kamu. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Dia. Pencipta segala sesuatu. Maka, sembahlah Dia. Dia adalah Pemelihara segala
sesuatu. Dia tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala penglihatan itu. Dialah Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui." (al-An'aam:
102-103)
Keempat, meretas jalan untuk mengetahui sifat-sifat Sang Khalik dan menemukan
kemuliaan, karakteristik, dan pengaruh keuluhiahan Allah SWT. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengamati alam semesta dengan pengamatan yang benar, dan memerdekakan
akal dan pemikiran dari warisan nenek moyang, hawa nafsu, dan unsur tendensi kepentingan
hingga bisa mencapai validitas hukum.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa Allah mendorong kita untuk mengungkap
keajaiban tumbuhan, hewan, dan benda mati yang disusul dengan keharusan merasa
takut (al-khasyah) kepada Allah. Ini menjadi isyarat hubungan erat antara pengetahuan
terhadap alam semesta dan pengetahuan terhadap penciptanya. Karena itu, ada beberapa
hal yang hendak disampaikan dengan pemberian isyarat ini.
Pertama, memperkuat hubungan vertikal antara nalar manusia dan Pencipta hingga
manusia mampu mencapai derajat makrifat rohani yang merupakan makrifat terindah
dan paling valid di antara semua makrifat.
Ia menambahkan bahwa daya nalar manusia mampu mengungkap hal tersurat
nonmateri dari pemikiran terbatas. Sedangkan, daya nurani yang terkandung dalam jiwa
manusia mengobarkannya hingga menapak naik ke hadirat al-Mala'al A'la dan merasakan
kenikmatan makrifatullah Ta’ala.
Kedua, keharusan kaum muslimip mereflesikan pengaruh unsur-unsur imani aqidi
ini dalam ucapan dan perbuatan mereka keseharian.
Dengan gambaran rind integral yang komprehensif dengan fitrah dan akal yang
terhindar dari penyakit turunan sosial budaya, Imam Hasan al-Banna berhasil
menampilkan satu frame akidah kepada Allah dengan mudah, komprehensif, jauh dari
sikap konservatif, penyelewengan, serta menfalsafati dengan kebatilan dan jidal demi
sebuah ketenaran kendati jauh dari kebenaran dan hakikat. Terutama dalam masalah
akidah paling suci yang begitu urgen bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang merasakan kenikmatan ma’ani akidah
komprehensif seperti di atas, tidak perlu sama sekali menghapal makalah ulama kalam
bahwa sifat wajib bagi Allah ada 13 sifat atau 20 sifat.
Ketiga, keterbatasan akal manusia. Unsur ini termasuk stimulasi manhaj untuk
memposisikan pemikiran tentang alam semesta dalam koridor alami yang tidak mengarah
kepada ekstremisme terhadap pengakuan atau pengingkaran hal-hal tersurat.
Para ahli pikir bersepakat bahwa keterbatasan akal dalam mencapai pengetahuan,
adalah termasuk salah satu karakteristik dan ciri khas. Adapun hakikat-hakikat
mengambang belum masuk dalam penangkapan akal.
Cendekiawan pakar ilmu dan iman berkata, "Hal di atas belum mampu ditangkap
akal, dan setiap akal berusaha mendiagnosa tabiatnya untuk sampai pada satu titik
kesimpulan hitam-putihnya. Akal kembali menjauh tidak mampu hingga hakikat-hakikat
tersebut meninggalkan kesan beberapa karakteristik dan sifat-sifatnya pada akal".
Ketidakberdayaan akal menemukan hakikat Zat Allah dan sifat-sifat-Nya serta
keterbatasan indra manusia untuk mencapai sedikit saja dari hakikat tersebut, berarti
pengingkaran atau pengkufuran. Akan tetapi, sebagaimana akal dan indra manusia
menyerah tidak mampu menemukan kekuatan-kekuatan yang mengelilinginya, maka
keduanya pasti menyerah terhadap Si Empunya kekuatan ini dan bertaslim ke hadapan-
Nya. Kita diperintahkan untuk bertaslim kepada Tuhan semesta alam.

F. MANHAJ IMAM ASY-SYAHID DALAM TAFSIR


Dalam pandangan Imam Hasan al-Banna, tafsir paling komprehensif adalah penafsiran
yang terhindar dari kesan dibuat-buat, atau tendensi mazhab, atau perdebatan. Hal ini ia
ungkapkan ketika ditanya tentang tafsir yang paling komprehensif dan jalan terdekat
untuk memahami Al-Qur'an? Jawabannya hanya dalam satu kata, "Qolbuka 'hatimu".
Hati seorang mukmin tidak diragukan lagi adalah penafsiran yang paling
komprehensif terhadap kitabullah. Sedangkan, cara terdekat untuk memahaminya adalah
dengan membacanya penuh tadabur dan khusuk; meminta Allah memberikan ilham
berupa petunjuk dan kelurusan; mengkonsentrasikan daya pikirnya ketika membaca;
dan memahami sirah nabi lebih khusus lagi yang berkaitan dengan asbabun nuzul dan
kaitannya dengan kondisi dalam sirah tersebut. Dengan demikian, ia akan menemukan modal
ke arah pemahaman yang benar. Jika sesudahnya ia membaca tafsir, maka itu sebagai
pembantu untuk mengetahui makna lafaz yang lebih rinci atau susunan kalimat yang
tersembunyi atau sebagai tambahan wawasan yang berkaitan erat dengan pemahaman
terhadap kitabullah. Ini adalah hal-hal yang bisa membantu pemahaman. setelah paham,
hingga akan menyinari nurani paling dalam.Salah satu wasiat Imam Muhammad Abduh
kepada anak didiknya, "Biasakanlah membaca Al-Qur’an, pahamilah perintah, larangan,
mauidzah, dan ibrahnya sebagaimana Al-Qur'an ditilawahkan saat awal turunnya wahyu.
Hindarilah menilik tafsiran-tafsiran kecuali untuk memahami apa yang tidak dipahami
sebagaimana orang Arab memahaminya, atau ada kaitan tersembunyi antara satu
hal dengan lainnya yang sulit dicerna. Konsentrasikan dirimu pada Al-Qur’an
yang menjadi perhatianmu, dan giringlah dirimu dengan apa yang diiramakan Al-
Qur'an."
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mengaplikasikan metode ini akan
mendapatkan pengaruh Al-Qur'an pada dirinya yang mengubah pemahaman
menjadi karakter dan nur yang akan menerangi dirinya di dunia dan akhirat, insya
Allah. Untuk mengaplikasikan tahapan-tahapan di atas, Imam al-Banna telah
menempuh cara ini dengan metode ilmiah dalam menafsirkan surah al-Baqarah.
Beliau mewariskan metode yang menakjubkan tersebut sebagai upaya memahami Al-
Qur'an.
Contoh penerapan manhaj tersebut.
Yang dimaksud dengan "Al-Kitab" adalah Al-Qur’an ul-Karim. Makna "raib" adalah
keraguan. Ayat ini menyatakan bahwa Al-Qur’an dengan sendirinya adalah benar dan
terpercaya. Maka, tidak benar jika sesorang mencampurkan sedikit saja keraguan dalam
kebenaran dan keterpercayaan Al-Qur'an bahwa ia berasal dari Allah dan isinya berupa
kabar, hidayah bagi manusia. Terkadang sebagian qari berhenti pada kata "la raiba" lalu
melanjutkan membaca kata "fiihi hudan lil muttaqin". Sebenarnya hal ini adalah pendapat
yang dibuat-buat, walaupun secara makna benar kendati didhaifkan oleh ayat pembuka
surah as-Sajadah,
Ayat ini tidak mengandung makna “isti'naf" ‘memulai bacaan setelah berhenti'
sebagaimana yang terkandung pada ayat pertama.
Isyarat akan kebenaran, keotentikan, berkah, dan validitas Al-Quran terulang-ulang
dalam beberapa ayat seperti firman Allah,
Sebagaimana tak sedikit ayat Al-Qur’an mengisyaratkan kepada dalil-dalil logis yang
membenarkan kebenaran Al-Qur’an dan menafikan keraguan dan syak wasangka. Di
antaranya firman Allah yang menunjukkan kekonsistenan nudzum dan keserasian
makna.

BAB X
BUNGA RAMPAI IMAM HASAN AL-BANNA
A. HASAN AL-BANNA ANTARA SANJUNGAN DAN CELAAN
Setiap manusia akan menghadapi sanjungan dan celaan tergantung pada pengaruh dan
karisma hidupnya. Bagi yang sama sekali tidak memiliki pengaruh, sanjungan dan celaan
seakan tiada. Sebaliknya, jika ia memiliki pengaruh dan karisma besar, maka celaan dan
sanjungan akan besar pula.
Al-Qur'anul-Karim mengisahkan perjalanan para rasul yang mendapatkan
celaan dan penghinaan dari kaum mereka. Begitu halnya dengan Rasulullah saw. Beliau
pernah dituduh sebagai tukang syair, orang gila, tukang sihir, pendusta, atau dukun.
Celaan ini sama sekali tidak mengurangi kedudukan Nabi. Sebab, semua celaan keluar
dari manusia yang tidak beragama, tidak ada pengaruh sama sekali karena adanya unsur
tendensi permusuhan dan kedengkian.
Selain itu, pengaruh amaliah Nabi saw. dalam kehidupan manusia cukup untuk
mengeleminir semua rumor sekaligus menetapkan sifat-sifat baik baginya. Nabi dan
mukminin tidak mempedulikan perilaku mereka, semua perhatian terfokus pada da'wah.
Sejarah mereaktualisasi sosok-sosok penuh karisma dan pengaruh yang tidak terlepas
dari sanjungan dan celaan. Kita tidak akan menemukan sosok yang dominan diridhai atau
dibenci.
Hasan al-Banna adalah salah seorang di antaranya. Secara singkat, kita bisa
mengindikasikan kualitas celaan dan kondisi psikologi para penyanjung dan
pencelanya sehingga bisa dibedakan antara orang yang memposisikan nilai tambah
baginya dengan orang yang mengingkarinya. Orang yang mengakui sumbangsih Imam
al-Banna terhadap Islam dan kaum muslimin biasanya mereka adalah jiwa-jiwa takwa,
objektif, saleh. Sedangkan, penentangnya adalah mayoritas musuh-musuh Islam seperti
komunis dan pengikut isme-isme bumi yang menyadari bahaya jama'ah yang dipimpin
Imam al-Banna terhadap kebatilan mereka.
Bila menilik rentang waktu ke belakang, akan jelas tampak pengaruh jama'ah yang
dibentuk Imam Hasan al-Banna terhadap forum dunia Islam berupa perubahan-perubahan
mendasar dalam jiwa umat Islam yaitu paham yang benar dan syamil tentang Islam untuk
segala bidang kehidupan. Aplikasinya adalah tersosialisasikannya Islam dalam individu,
keluarga, dan masyarakat serta tergambar dalam kesatuan rasa seluruh umat Islam
terhadap problematika, harapan, dan cita-cita mereka. Roh jihad dan semangat berjihad
serta ritme kehidupan beragama yang aktif antara kaum muda-mudi di dunia Islam,
semuanya tidak ada kecuali Imam Hasan al-Banna bangkit dengan da'wahnya..
Tidakkah hal tersebut bisa dijadikan bukti nyata akan kesidikan, keikhlasan, dan
keprofesionalannya yang karyanya diberkahi Allah sehingga pohon perjuangan tersebut
terus berbuah dengan izin Rabb. Sebab, perjuangan yang dikobarkan adalah da'wah Allah,
yaitu Islam agama Allah, bukan da'wah Hasan al-Banna. Insya Alah umat Islam akan
memetik buah pohon baik ini sebagai penguat agama Allah dan upaya menegakkan negara
Allah bi idznillah.
Hasan al-Banna adalah manusia biasa yang tidak maksum. Tak ada yang berpendapat
selain itu. Akan tetapi, Allah telah mendistribusikan kemampuan besar manifestasi
hidayah, cahaya, dan taufik-Nya yang menjadikan Imam al-Banna siap menjadi
pembaharu Islam di zaman ini walhamdulillah.
Semua orang mengetahui konspirasi yang dilancarkan musuh hanya dikarenakan peran
anggota Ikhwanul Muslimin dalam perang Palestina dan sikap tegas mereka melawan
semua konspirator tersebut terutama dalam masalah Palestina. Rasa lega menyelimuti
negara-negara Barat ketika mendengar kabar terbunuhnya Imam Hasan al-Banna.
Mereka mengira dengan pembunuhannya telah berhasil membungkam da'wah dan
jama'ahnya. Tetapi itu hanya mimpi mereka. Sebab, da'wah yang diembannya
adalah da'wah Allah dan agama Allah yang tidak akan pernah berhenti dengan
terbunuhnya Hasan al-Banna atau tokoh-tokoh lainya.
Ikhwan tidak intens untuk membalas orang-orang yang berada di balik layar
pembunuhan Imam Hasan al-Banna. Baik mereka musuh-musuh Islam maupun yang
lainnya. Sebab, Imam al-Banna menemui Tuhannya yang akan memberikan pahala
untuk apa yang telah ia lakukan. Sama sekali tidak ada efeknya baik dari pencela atau
penyanjung. Akan tetapi, barangsiapa yang memposisikan kebaikan kepada Imam al-
Banna secara proporsional, layak bagi mereka memanjatkan doa untuknya. Semoga Allah
memberikan pahala padanya karena sumbangsih yang disumbangkan untuk Islam dan kaum
muslimin dengan sebaik-baiknya pahala. Tidak ada yang pelit mendoakannya kecuali
penghalang kebaikan.
Pesan buat Ikhwan jangan terjebak ke dalam dialog, atau perdebatan baik tulisan maupun
lisan melawan orang-orang yang tidak menyukai Imam al-Banna. Serahkan semuanya
kepada Allah. Marilah kita menyibukkan diri kita untuk terus bersungguh-sungguh
menjalankan kontinyunitas amal bagi Islam sebagaimana yang diwasiatkan almarhum.
Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Waktu itu adalah kehidupan.

B. KEDAULATAN ISLAM HANYA DENGAN ISLAM


Meniadakan semua ikatan kecuali ikatan Islami saja menjadi ciri khas Imam al-
Banna. Cita-cita yang idealis dalam hidupnya adalah menjadi sosok rabbani yang
terhindar dari kemewahan yang bisa membelokkan arah. Para pemimpin seringkali
menggunjingkan Imam Hasan al-Banna berikut pengikutnya sebagai "tipe yang tidak
bisa dipegang dalam satu tongkat. Loyalitas mereka semuanya diserahkan kepada
Allah dan Al-Qur'an".
Demikian halnya Imam Hasan al-Banna menolak bergabung dengan lembaga-lembaga
internasional apa pun, misalnya Rotary Club. "Beliau tidak membutuhkan kebaikan
Rotary. Walaupun Rotary memiliki kebaikan, maka Islam tidak membutuhkannya.
Sebagaimana ia tidak peduli dengan kejelekannya. Sebab, Islam yang menjadi sumber
inspirasi keimanan dan kerja tidak membutuhkan media atau cara kotor agar
memimpin. Islam sudah sangat agung, komprehensif, dan jelas yang mampu
memuaskan semua akal sehat dan meridhakan setiap hati yang selamat.
Imam al-Banna memiliki wacana pemikiran ke depan. Beliau mampu memposisikan
hakikat dengan jelas di hadapan pengikutnya. Dalam risalah terakhirnya ia berkata,
"Orasi ini kusampaikan agar kalian bisa memposisikan fikrah di depan pandangan kalian.
Kemungkinan saat sulit telah menanti yang akan memisahkanku dengan kalian hingga waktu
yang tidak ditentukan. Maka, aku tidak bisa berbincang atau menulis untuk kalian.
Kalian bukan organisasi amal kebajikan. Bukan pula partai politik atau lembaga yang
dibentuk atas dasar sasaran sempit. Akan tetapi, kalian adalah roh baru yang akan menerangi
kegelapan mated dengan makrifatullah. Suara rendah yang akan meninggi mengulang-
ngulang da'wah Rasulullah saw.
Kalian harus menyadari bahwa pundak kalian memikul beban da'wah ketika ditinggalkan
orang. Jika kalian ditanya, kepada apa kalian berda'wah, jawablah bahwa kalian
berda'wah kepada Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Pemerintah adalah
bagian dari da'wah Islam dan kebebasan adalah bagian dari faridah-nya. Jika ditanya
kembali bahwa tindakan kalian ini politik; maka katakan bahwa ini adalah Islam, dan kalian
tidak mengakui dikotomi. Jika dikatakan bahwa kalian adalah da'i-da'i pemberontak,
maka jawablah bahwa kalian adalah da'i kepada kebenaran dan perdamaian. Ini sangat
membanggakan, jika kalian menekan dan menentang da'wah kami, maka Allah
mengizinkan untuk mempertahankan diri. Kalianlah para pemberontak zalim. Jika
dikatakan bahwa kalian berkolaborasi dengan pribadi dan lembaga tertentu, maka
katakanlah bahwa kalian beriman kepada Allah yang Maha Esa dan kufur terhadap
semua syirik mereka. Jika mereka tidak menghentikan permusuhannya, katakan,
"Keselamatan atas kalian. Kami tidak menginginkan dialog dengan orang-orang jahil."
Seiring 40 tahun aktif dalam karya Islami, Imam al-Banna selalu introspeksi dan
mengevaluasi masa lalu demi masa depan. Dalam diarinya ia menulis, "Wahai Mukmin!
Dirimu telah kau serahkan kepada Allah. Hidupmu telah kau sumbangkan untuk da'wah
kepada Al-Haq. Sehelai rambut, semua rasa, dan semua yang Allah karuniakan kepadamu
berupa organ tubuh atau bakat adalah nikmat Allah dan milik-Nya. Sepatutnya semua nikmat
tersebut dialokasikan untuk jihad dan da'wah ila//ah. Kewajibanmu adalah memelihara
nikmat Allah untuk kau gunakan fi sabilillah. Dirimu tidak memiliki hak sedikit pun."
Selanjutnya ia menulis, "Saya ibarat lembaran putih bersih. Saya adalah manifestasi
cahaya Muhammad saw. sekaligus tawanannya. Inilah rahasia keberhasilan saya di
samping taufik dari Allah. Terus terang saya tidak jenius seperti yang kalian bayangkan.
Bukan pula ahli spesialis dalam ilmu atau pengalaman. Inilah sosok agung al-Banna
yang saham pembangunannya dimiliki sosok-sosok majhul. Semoga Allah melimpahkan
pahala besar atas jasa mereka. Saya telah meraih ketenaran di dunia yang tidak diraih
mereka. Semoga Allah menjadikan kemahsyuran ikhlas hanya karena Allah dan untuk
da'wah serta menjadikan kecintaan massa sebagai penolong untuk da'wah dan agama.
Kesuksesan hanya dari Allah berkat kerja keras bukan hanya saya, tetapi semua
jundullah yang tidak diketahui, seperti termuat dalam surah al-Muddatstsir ayat 31,
'Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia (Allah)'. Akan tetapi,
sebagai patokan, orang yang berpegang teguh dengan hablullah 'agama Allah' yang
bisa mendeteksi kesuksesan ini. Setiap orang yang menapaki jalan madrasah
muhammadiyah, tidak syak lagi akan sampai ke tujuan tersebut."
Kemudian Imam al-Banna menulis, "Dengan sendirinya Islam adalah mukjizat bagi
pemikiran dan sejarah. Saya tidak berbuat apa pun untuk menaklukkan mereka. Apa yang
saya lakukan tidak lebih dari da'wah Islam sesuai dengan apa yang saya pahami dan imani,
lain tidak. Da'wah Islam yang saya sampaikan kepada semua tipe akal, pemikiran, dan
pribadi tanpa pandang bulu disesuaikan dengan kapabilitas tentunya.
Materi yang saya sampaikan adalah mukjizat yang mampu menyihir massa, akal, dan
pemahaman. Sebab, Islam adalah mukjizat bagi sejarah dan kemanusiaan. Tak jarang orang
jenius yang mumpuni dalam berpikir, ilmu, dan jabatan datang berkunjung. Saya
da'wahkan Islam. Dia takluk dan menerima, sebab Islam lebih agung dari sekadar
kejeniusan.
Saya berwasiat agar Ikhwan menjadikan Islam sebagai senjata melawan semua
orang. Sejenius orang jenius, Islam lebih agung darinya.
Sebab, Islam adalah hasil karya Allah, seperti firman-Nya dalam surah al-Baqarah
ayat 138, "Celupan Allah. Celupan siapa yang lebih baik dari Allah?" ; Al-Qur’an adalah
karya Allah yang profesional dalam segala hal". Saya pribadi tidak menaklukkan
manusia sedikit pun, tetapi Islamlah yang menaklukkannya.
Untuk itu, kerjaku adalah mengimani dan mengambil inspirasi dari Islam selain ber-
izzah dan bergantung kepada Allah. Dialah Pembuat kesuksesan.
Adapun saya dengan saudara-saudara saya, terikat dengan ikatan ukhuwah dan hubbu
Allah. Cinta interaktif hanya kepada Allah. Saya tidak pernah merasa memiliki kelebihan
mencolok dari mereka. Antara saya dan mereka ada 'ahdullah dan hududullah. Inilah yang
menghukumi dan menjadi undang-undang kami.
Setiap bertambah hari kesyahidan sosok Hasan al-Banna bertambah terang. Karya
peninggalannya makin hari semakin bersinar. Ia seperti lukisan monumental. Semakin jauh
jarak memandang, semakin tampak keindahan dan keterampilan prestisius. Benar, setiap
tahun berlalu,.sejarah Imam Hasan al-Banna semakin jelas dalam medan da'wah
Islamiah. Semakin tampak ganjaran Allah atas kerja kerasnya untuk Islam dan kaum
muslimin.
Umar Tilmitsani

BAB XI
KATA MEREKA TENTANG HASAN AL-BANNA
A. USTADZ AHMAD HASAN ZIYAT (PEMIMPIN MAJALAH
RISALAH): Sosok Mushlih Yang Allah Pilih
Saya temukan sesuatu yang tidak ditemukan pada generasi sebelumnya atau
generasi masanya berupa keimanan mantap yang tidak terombang-ambing ghurur ilmu
atau pemikiran nyeleneh. Hasan al-Banna memahami agama dengan putih bersih
seputih es yang tidak terkotori kesesatan akal atau kerusakan naql. Kapabilitas bayan
Imam al-Banna bersinar sebagaimana bersinarnya wahyu mampu menembus hati yang
tidak terhalang oleh kepongahan lisan dan kezaliman rasa. Orator penyatu ruh yang
memikat juga pribadi yang mampu membuat Anda tunduk.
Penulis berkata pada diri sendiri setelah berselang lama dari kesyahidannya,
'Ajaib. Hasan al-Banna tumbuh dan besar sebagaimana bayi-bayi di perkampungan
Mesir. Belajar sebagaimana yang lain belajar di Darul Ulum. Menjadi guru sebagai
mana yang lain menjadi guru di kementerian Ma'araif (Depdiknas). Namun, yang
membedakan, dari mana ia warisi keimanan, dari mana ia peroleh kemampuan bayan,
dan dari mana ia tiru perilaku tersebut?
Bersikap nyeleneh dari kaidah-kaidah lingkungan jahiliah. Berperilaku lain di tengah
keborokan sistem masyarakat. Berakhlak mulia di tengah kehancuran moral masyarakat
modern berupa karakteristik Rasul atau sosok mushlih. Allah Yang Maha Mengetahui
momentum risalah-Nya, hendak mengutus Nabi atau seorang mushlih 'reformis' yang
akan dimunculkan pada saatnya yang akan mengeratkan ikatan dengan Allah dan
menjelaskan hal-hal yang tampak samar. Fitrah dan sumber daya Hasan al-Banna adalah
bukti bahwa ia seorang mushlih yang dipilih Allah untuk memperbaiki kerusakan
manusia.
Gerakan islah yang diemban Imam Hasan al-Banna berbeda dengan yang dibawa Ibnu
Taymiyah, Ibnu Abdul Wahab; dan Muhammad Abduh.
Mereka hanya mengishlah hal-hal yang berkaitan dengan bid'ah dan kebatilan dalam segi
akidah. Adapaun gerakan islah Imam Hasan al-Banna. mengikuti islah yang dilakukan
Rasulullah saw., yaitu islah agama dan dunia, membina fardi dan masayarakat, dan
mengatur politik serta pemerintahan. Beliau menjadi pioner islah keagamaan yang
memahami Islam sesuai hakikatnya hingga mengantarkan gerakan islah sesuai tuntutan
Islam. Hasan al-Banna tidak memahami Islam dalam paradigma sebagai pensuci bumi,
pembebas makhluk, dan pencetus kebenaran yang hanya sebatas ritual ibadah, doa, dan
wirid. Namun, ia memahaminya seperti pemahaman Rasul dan Umar serta Khalid.
Yaitu, Islam sebagai cahaya bagi indra mata dan penglihatan, undang-undang yang
mengatur qadha dan administrasi pemerintahan, serta jihad atas hawa nafsu dan musuh.
Cara yang ditempuh Imam al-Banna meniru dari Al-Qur’an yang diperkuat ilmu,
mensosialisasikannya dengan bayan, dan memperkokohnya dengan proses soial
bermasyarakat. Semuanya ia lakukan penuh kesungguhan, dedikasi, shidiq, dan
azimah hingga mampu mengguncang kekuatan penjajah, menggoyang stabilitas tiran,
dan memupus harapan para penjilat.
Oleh karena itu, semua kekuatan pihak musuh (kekuatan batil dan syirik)
berkolaborasi untuk menekan da'wah secara membabi buta. Namun, mereka seolah
melawan arus. Sebab, Hasan al-Banna adalah fikrah bukan shurah 'gambar; dan mabda
'prinsip' bukan syakhs pribadi'. Fikrah yang benar akan terus tumbuh laksana tumbuhan
dan mabda yang benar akan abadi seperti abadinya kebenaran.
Ustadz Umar Bahaudin seorang pujangga mahsyur menuturkan, "Saya sering
mengawasi Imam al-Banna dengan cermat. Hingga ketika ia shalat di kamarnya sebelum
tidur, saya perhatikan di sela-sela pintu. Ia melamakan sujud. Saya cermati kehusyuan
yang lebih dibanding ketika ia shalat dengan kami."

B. AL-FUDHAIL AL-WARTILY: Memiliki Sifat-Sifat Ulil Azmi


Imam Hasan al-Banna memiliki sifat-sifat yang sangat jarang terkumpul dalam
satu pribadi, kecuali dimiliki oleh sebagian kecil ulil azmi.
Ia memiliki potensi luar biasa yang tidak dimiliki orang lain. Jika ahli fikih
berbincang dengan Imam al-Banna, si faqih akan menemukan sosok kepakaran Hasan
al-Banna dalam fikih. Si faqih akan mengira Imam al-Banna adalah ahli fikih. Begitu
pun bila seorang adib 'sastrawan' atau pakar politik akan menemukan sifat yang sama
dalam diri Imam al-Banna. Namun, jika ia sedang berkhotbah di depan khalayak, massa
melihatnya hanya sebagai khatib saja.
Ringkasnya, Imam Hasan al-Banna adalah potret besar yang mengumpulkan
seluruh sifat di atas dengan sempurna hingga menyamai orang-orang yang spesialis
dalam bidang-bidang yang menjadi sifatnya.

C. USTADZ ABDURRAHMAN AL-BANNA: Memenuhi Rumah


dengan Tilawah Al-Qurlan
Imam al-Banna selalu tidak menampakkan akhlaknya kepada Tuhannya di
hadapan khalayak. Hingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali keluarga sendiri.
Ketika di rumah, ia tidak pernah lepas dengan mushaf Al-Qur’an, tidak pernah surut
untuk membacanya, dan tidak ]alai untuk mengingatnya. Ia seringkali melakukan tasmi'
hapalan baik kepada kami atau jika tidak ada ia memberikan mushaf kepada anak
kecil dan mengulang hapalan bersamanya. Sungguh rumahnya dipenuhi tilawah Al-
Qur’an, mendalami ayat-ayatnya, dan tenggelam dalam zikir, naik ke langit. Ia memahami
betul dan mempraktekkan cara Nabi saw. membaca Al-Qur’an. Juga mengetahui
mawaqif tempat Nabi berhenti sejenak untuk mentadaburi, maka beliau pun berhenti di
mawaqif tersebut.
Badannya bergetar dan jiwanya menikmati. Bergetar ketika melewati ayat-ayat wa'id
'ancaman' dan ceria ketika mentadaburi ayat-ayat b u s yr o wan-na'im 'kabar gembira
dan kenikmatan' jauh dari lingkungan sekitar.
Demi Allah, sangat sedikit qari at-tanzil (pembaca Al Qur'an) Yang mampu
merasakan suara Rasul
Ia adalah sosok yang mampu menguasai diri, hilm terhadap ocehan manusia jahil yang
bisa membuat marah orang yang tidak mengetahui ke-hilm-annya, pemaaf kepada orang
yang telah bersikap buruk terhadapnya, hingga sama sekali tidak diketahui ia mempunyai
musuh. Suatu waktu ia pernah berujar, "Salah satu aibku adalah ketika saya tidak tahu
cara memusuhi atau membalasnya."
Ia sangat zuhud, tawadhu, tidak senang penampilan luar atau ambisi terhadap
kemewahan duniawi. Ia selalu memakai jilbab (baju panjang) putih seputih hatinya,
mantel sederhana, dan mengenakan imamah 'tutup kepala' yang cerah. Ia bepergian
didasarkan pada tuntutan masyarakat yang membutuhkan. Ia tidak pernah merasa lelah
memenuhi kebutuhan manusia kendati sangat berat dan sulit. Jika telah selesai
memenuhinya, ia merasa bahagia dan bersyukur kepada Allah SWT.
Ia tidak pernah membicarakan kejelekan seorang pun, kecuali kebaikan. Hal ini
menutup celah para pencela untuk mendeskriditkan Imam Hasan al-Banna.
Bila membahas suatu masalah, ia selalu terbuka dan egaliter melihat masalah dengan
tinjauan terbuka dari berbagai sisi.

D. SYEIKH THANTAWI JAUHARY: Berhati Ali dan Berakal


Mu'awiyah
Menurut saya, Imam Hasan al-Banna adalah sosok ideal yang mengumpulkan
jiwa takwa dan kelihaian politik. Ia berhati Ali dan berakal Mu'awiyah. Ia sukses
memasukkan unsur kemiliteran dalam kebangkitan da'wah dan menyisipkan unsur
keislaman dalam gerakan nasionalisme. Oleh karena itu, bisa dibilang generasi Islami era
Hasan al-Banna sebagai potret generasi Islam kedua setelah generasi Islam pertama di
zaman Rasulullah saw.

E. BRIGJEN MUHAMMAD SHOLAH HARB: Tulang Punggung


Generasi Pilihan
Ketakjuban puluhan ribu manusia terhadap sosok Imam al-Banna tidak sia-sia, karena
keluhungan ilmu yang Allah karuniakan padanya. Ketika menulis atau berkhotbah, ia ibarat
lautan pasang atau aliran deras sungai. Bila berkhutbah di depan khalayak, semua menyimak
dan menerima kendati ia berkhotbah berjam-jam lamanya. Padahal, di antara khalayak ada
orang awam dan orang cerdik pandai. Ia benar-benar pandai meramu seni khotbah.
Kadang menggunakan gaya bahasa tinggi untuk segmen khusus seperti para khatib
dan cendekiawan. Di sisi lain ia menggunakan gaya bahasa yang mudah dicerna dan
dipahami seluruh khalayak yang hadir, walaupun tentu tidak semua yang hadir bisa
mengiringinya.
Keluhungan ilmu yang dimiliki Imam al-Banna tampaknya bukan dari pengaruh
bacaan atau telaah. Sebab, betapa banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk
membaca dan me nelaah, tidak mampu mendiskripsikan hasil bacaannya ke dalam
tulisan atau ceramah. Akan tetapi, saya meyakini ada beberapa hal yang membantu
Imam al-Banna memiliki kemampuan khusus tersebut. Yaitu, kebersihan jiwa dan
kecerdasan akal, ketakwaan hati dan penghambaannya kepada Allah dengan
sungguh-sungguh, perenungan yang kontinyu terhadap ayat-ayat Allah baik yang sifatnya
kauniyah 'alam semesta' maupun qur’aniyah, dan kesungguhannya untuk
mengaplikasikan semua yang ia baca dan pahami dalam kehidupan fardi 'individu' dan
masyarakat.
Sangat wajar bila ia mampu mengobarkan bara api pemikiran Islam dalam dada
ribuan pemuda. Juga mampu mensosialisikan Islam kepada masyarakat yang asalnya
jahil tentang Islam. Untuk semua itu, ia telah korbankan semua potensi, mujahadah,
waktu, dan jiwa yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh tulang punggung generasi
pilihan.

F. USTADZ MUHAMAD ABDUL HAMID: Generasi Binaan Pertama


Dalam keagungan roh yang dimiliki Imam al-Banna terdapat suatu kekuatan penyihir
yang mampu mengkooptasi dan mengarahkan roh lainnya ke dalam rotasi Islam,
menggerakkan kepribadian menunggangi awan cahaya di langit, dan mendorong
tabiat kepemimpinan ke dalam mihrab kebaikan dan kedamaian.
Dalam keagungan roh Imam al-Banna, terdapat suatu aliran deras yang
mempengaruhi tapi tidak terpengaruh, yang mendorong kuat. Dalam rohnya, terdapat suatu
daya yang terus mengalir dan tidak terbendung oleh apa pun. Ia terus menerobos masuk ke
dalam roh-roh dengan lembut dan halus, sebagaimana ia menyusup ke anak sungai yang
tenang di antara gunung dan tebing-tebing yang melahirkan kesuburan, lindungan
pepohonan, dan ketenangan.
Karakteristik pribadi Imam al-Banna yang menonjol adalah jiwa pergerakan yang
telah menjadi tabiat dan merupakan sumber daya besar dalam denyutan nadi dan
darahnya. Suatu pribadi yang benar-benar menakjubkan baik dari segi roh, akal, atau
jasad.
Rohnya merupakan nyala api samawi yang terus mengobarkan hawa panas dan cahaya.
Akalnya merupakan timbangan pengukur yang tidak pernah goyah ditempa kesulitan
dan beragam peristiwa. Jasadnya suatu alat yang mewadahi kekuatan,besar tersebut dan
semua potensi ruhi yang suci dan agung.
Imam al-Banna memiliki pribadi yang aktif, tidak pernah diam atau berhenti. Ia
bagaikan orbit manusia yang berotasi bersama galaksi, penuh etos kerja, senantiasa
mengarahkan, mempersiapkan, mengatur, dan menghasilkan generasi pelanjut baru
dalam beberapa bulan atau tahun yang tidak mampu dilakukan yang lainnya.
Ketika al-'amilun menghadap Allah dengan berjalan, ia berlari. Ketika mukhlisun
berlari menghadap Allah, ia loncat. Dan, ketika shalihun loncat, ia terbang menghadap-
Nya. Ia senantiasa mengikuti perilaku Rasulullah saw. dalam jihad hingga salah satu
sifatnya adalah "tak ada waktu santai".
Ia ibarat satu kesatuan peralatan listrik yang tidak terpengaruh oleh materi dalam segi
daya atau waktu. Senantiasa bercahaya dengan pemikirannya yang cerdik. Suatu silsilah
mata rantai dalam pemikiran, karya, dan pembinaan yang tidak pernah terputus. Ia benar-
benar sosok pemimpin yang duduk berlesehan di tanah dan berinteraksi dengan masyarakat
bawah sambil ikut merasakan kepedihan dan problematika mereka.

G. SYADZILY AL-MAKKI: Yang Saya Tahu Tentang Hasan Al-Banna


Hasan al-Banna adalah sosok yang lemah lembut baik tabiat atau akhlaknya. Saking
lembut dan tolerannya, orang mengira ia tipe yang mutasahil 'mengangap gampang semua
hal'. Ucapan Imam al-Banna indah dan mampu menggiring lawan bicaranya ke dalam nilai-
nilai yang diemban. Nilai-nilai yang bila tertancap dalam hati, niscaya menjadikan si
pemilik hati itu mengimaninya.
Ia sangat konsisten dalam mempertahankan prinsip, sehingga rela menapaki jalan
berduri dalam memperjuangkannya. Konsisten kepada saudara dan teman-temannya
dengan senantiasa memberikan nasihat dan mengarahkan mereka ke arah yang benar.
Konsisten dengan kemanusiaan yang telah diharu-biru oleh gerakan ilhadiyah dan
materialisme hingga tersesat, dan ia berusaha mengembalikan kemanusiaan kepada
kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Dalam da'wahnya, ia sangat profesional dan memiliki seni-seni tersendiri.
Yaitu, mempelajari, me-muqoronah-kan 'komparasi', dan kemudian membuat suatu
kesimpulan untuk mensosialisasikan prinsip-prinsip (mabadi) Al-Qur' an dan petunjuk
Rasul dengan jelas seperti mentari pagi yang terang bercahaya, suci seperti purnama, dan
kuat laksana hujjah. Ia benar-benar da'i reformis dan pemberi nasihat yang mursyid dan
mujadid.
Demikian sosok Imam Hasan al-Banna yang saya ketahui sejak 1945 hingga syahidnya.
Menurut saya, bila para pendahulu Imam al-Banna yang menyerukan kepada ishlah
seperti Umar bin Abdul Aziz, Ghazaly, Ibnul Qayyim, Ibnu Taimiyah, Jamaludiin al-
Afghany, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Abdul Hamid bin Badis, dan lainnya telah
memiliki platform tersendiri sesuai dengan sabda Nabi Saw, "Sesungguhnya Allah SWT
akan mengutus kepada umat Islam dalam rentang waktu 100 tahun orang yang akan
mentajdid urusan agamanya." Maka, Imam Hasan al-Banna telah menggariskan
suatu platform islah tersendiri yang belum ada sebelumnya. Suatu platform yang tidak
hanya berbentuk petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Namun,
lebih dari itu, yaitu berisi asas dan rukun islah. Oleh karena itu, pantas bila Imam al-Banna
mendapat predikat "akbarul mujaddidin al-muslihin' tokoh pembaharu reformis terbesar'
bagi umat ini.

H. ALAI AL-FASI (PEMIMPIN PARTAI KEMERDEKAAN


BERHALUAN MARXISME): Da'wah yang Tidak Dipermainkan
Zaman
Hal yang paling tampak dalam kepribadian Hasan al-Banna adalah keimanannya
kepada Allah, kesidikannya dalam berda'wah yang sekaligus menjadi sasaran da'wahnya.
Adapun sifat al-Banna yang paling menonjol adalah kemampuan memberikan
mulahadzah dan kedisiplinan. Dengan kedua sifat ini, ia mampu meretas jalan da'wah di
tengah kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukannya.
Saya yakin, perjuangan da'wah banyak mengambil manfaat dari kehidupan al-Banna
seanda'inya ajal tidak cepat menjemput. Namun, 20 tahun yang telah dilaluinya siang
malam untuk menebarkan benih-benih pemikiran, mengurus dan memeliharanya, telah
cukup untuk menjadikan da'wah tetap dalam kondisi aman, tidak dipermainkan zaman.

I. ALI AL-BAHLAWAN (WAKIL SEKJEN PARTAI LIBERAL


TUNISIA): Manifestasi dari Keluhungan Nilai-Nilai Islam
Dalam persepsi bangsa Tunisia, nama Hasan al-Banna identik dengan gerakan tajdid dan
tathir 'pembersihan' yang diwujudkan dalam gerakan Ikhwanul Muslimin. Sehingga,
nama al-Banna menjadi simbol bagi suatu pemikiran aktif dan prinsip agung yang
menggerakkan bangsa Tunisia.
Oleh karena itu, gerakan Ikhwanul Muslimin mampu menjadi pioner perjuangan di
Tunisia. Karena bangsa Tunisia memiliki keimanan bahwa Islam adalah din amal
'agama yang menyerukan kerja' dan tadhiyah 'pengorbanan'. Kedua persepsi ini telah
mendarah daging dalam-jiwa Mursyid Imam Hasan al-Banna rahimahullah. Sehingga,
beliau menjadi menara hidayah bagi semua gerakan kebangkitan Islam yang asasnya kuat
dan pucuknya menjulang tinggi.

J. MAKRAM ABID DALAM SUATU CERAMAH DI DEPAN


ANGGGOTA IKHWANUL MUSLIMIN: Camkan Semua yang
Disampaikan Imam Hasan al-Banna
Jika sekarang kalian tengah mengingat fadhilah Hasan al-Banna di dalam kuburnya,
camkan juga apa yang senantiasa ia sampaikan. Bahkan, dalam penjara pun,
kebebasan selalu ia sebut.

K. MUHAMMAD HARUN AL-MUJADDIDI (SEKRETARIS


KEDUTAAN BESAR AFGHANISTAN): Imam yang Melawan Arus
Ilhad
Imam al-Banna adalah potret terbaik bagi para sahabat pemimpin kita tertinggi yaitu
Rasuluullah saw. Hati dan pemikirannya telah dikuasai prinsip-prinsip Islam ideal dalam
setiap irama kehidupan. Ia tidak hidup untuk dirinya sendiri. Namun, ia hidup untuk
umat Islam yang senantiasa menghadapi kemelut dan tantangan zaman.
Saat itu arus ilhad tengah melanda kaum cendekiawan yang menjadi urat nadi umat ini.
Namun, Allah SWT memberikan ilham kepada Imam Hasan al-Banna sebagaimana
yang Allah berikan kepaa hamba-hamba-Nya yang saleh. Imam Hasan al-Banna
melawan arus ilhad dan memeranginya serta menuntun kembali orang-orang sesat
kepada kebaikan untuk agama atau dunia mereka dan menancapkan ajaran Al-Qur’an
dalam hati mereka.

L. ROBERT JACKSON: Hasan al-Banna "Rajul Qur'ani"


Al-Banna memulai gerakannya dari Kota Ismailiyah kemudian di pinggiran
Kairo, Haratur Rum, pasar senjata, Atfah Nafi, dan Harah Samsyargi. Sedikit demi
sedikit pengikutnya bertambah.
Imam Hasan al-Banna adalah da'i pertama di dunia Timur yang menawarkan
program yang telah teruji dan integral. Belum ada yang melakukan sebelumnya, baik
Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, maupun para pemimpin partai atau jama'ah
yang nama-namanya berkibar setelah perang dunia kedua.
Dari hasil riset saya yang luas, saya bisa menyimpulkan bahwa kehidupan al-
Banna dan gerak-geriknya adalah manifestasi dari prinsip-prinsip (mabadi) yang ia
serukan. Islam memberikan pemahaman seperti yang dipahami dan diserukan para
sahabat terdahulu. Sehingga, besar pengaruhnya terhadap jiwa yang tidak diberikan
kepada para tokoh politik atau tokoh-tokoh agama.
Ia bukan tipe yang membeli kesuksesan dengan harga murah. Bukan pula sosok yang
menjadikan tujuan menghalalkan wasilah (cara) seperti yang dilakukan tokoh-tokoh
politik. Jalan yang ditempuhnya penuh onak, duri, kerikil tajam, dan batu-batu terjal yang
melelahkan. Inilah yang ia serukan kepada pengikutnya hingga mencapai kehormatan. Yaitu,
mendorong mereka mengalahkan arus zaman, dan bersikap arogan terhadap syahwat yang bisa
menggerogoti perahu keselamatan tanpa bisa menepi ke darat.
Ia bercita-cita bisa sampai pada suatu solusi ideal, kendati harus menempuh jalan
panjang berliku. Oleh karena itu, ia menolak tawaran musawamah 'pemberian konsesi'.
Ia senantiasa berpendirian bahwa tidak ada pengkotakan dalam al-haq al-muqaddas
'kebenaran suci' baik dalam kebebasan, nasionalisme maupun kedaulatan.
Pendirian ini yang mengakibatkan timbulnya kelelahan dan kesakitan.
Sebagian pengikutnya ada penjilat hingga tidak mampu menghadapi gemuruh guntur.
Mereka jatuh di pertengahan jalan.
Imam al-Banna sangat realistis dan memahami hakikat setiap hal terhindar dari
ilusi. Ia tampak tenang di permukaan, tetapi hatinya bergejolak dengan semangat
yang berkobar terhadap problematika dunia Islam. Jiwanya serasa terbakar tatkala
mendengar ada di belahan dunia Islam yang tertimpa musibah atau kemelut. Tetapi, ia
tidak menumpahkan amarahnya dalam bentuk ucapan, teriakan, atau yel-yel serta
tidak terjerembab dalam ilusi. Yang dilakukannya untuk memanfaatkan potensi besar
yang dimilikinya. Yaitu, dengan bekerja dan mempersiapkan untuk menyambut suatu
hari di saat terealisasinya cita-cita umat'.
Dalam akal Imam al-Banna terdapat elastisitas, liberal dalam pemikirannya,
rohnya memancarkan sinar, dan dalam nurani paling dalam terdapat kualitas iman yang
tinggi.
Ia sangat tawadhu, optimis, dan pandai menjaga lisan juga tulisan sehingga terhindar dari
kelatahan. Visi politik Imam al-Banna adalah mereposisi akhlak dalam kehidupan politik setelah
lama bersifat profan. Hal ini menolak teori yang menyatakan bahwa politik dan akhlak tidak
bisa disatukan, dan sekaligus mendustakan teori Talyron yang menyatakan bahwa fungsi
bahasa adalah untuk menyembunyikan pendapat kita sesungguhnya. Ia sangat anti terhadap
partisan politik yang sering menyesatkan pendengar, pengikut, dan umat. Usahanya
diarahkan utnuk memposisikan masa dan orang-orang biasa di atas semua tipuan
lipstik politik dan penyesatan partisan partai politik. Seolah ia hendak membangun
suatu roh baru dari nilai-nilai permanen di dunia Timur, nilai-nilai ini telah lama hilang
di dunia Timur.
Ia hendak menciptakan suatu kekuatan yang mampu membendung dua kekuatan
adidaya yang mengancam dunia, yaitu atheisme dan gerakan eliminasi (al-ilhad wal-
istib'ad).
Suatu kekuatan yang bersumber dari Islam untuk mengusir kekuatan sesat komunisme
dan tipu daya kapitalisme. Ambisinya adalah mengangkat Islam secara proporsional,
bukan sekadar budak bagi kolonialisme atas nama demokrasi, atau budak komunisme
atas nama sosialisme. Ia melihat Islam adalah suatu sistem integral di atas komunisme,
diktator, atau kapitalisme.
Hal paling menakjubkan yang terpancar dalam diri Imam al-Banna adalah
kesabarannya mengikuti rihlah-rihlah ke sha'id 'daerah pedalaman' Mesir. Biasanya
rihlah ini dimulai pada awal musim panas di saat wilayah wajhul qabaly 'padang pasir
Mesir' dalam kondisi panas mendidih. Kendaraan yang digunakan adalah kereta api,
mobil, binatang berkaki empat, perahu, atau berjalan kaki. Di sini kita bisa melihat
kekuatan mental dan fisiknya. Ia tak mengeluhkan sorotan matahari, dan tak ada pengaruh
lelah akibat rihlah. Ia terus melaju ibarat anak panah, serta tegak dan ramah terhadap
orang yang ada di sekitarnya.
Rihlah ini berlangsung selama 15 tahun. Daerah yang telah dikunjunginya
sebanyak 4.000 kampung. Setiap kampung pernah dikunjungi berulang kali dengan bekal
keluhungan ilmu, pemahaman terhadap sejarah baik sejarah kuno maupun modern yang
berkaitan dengan seluk beluk suatu keluarga, suku, atau puak dalam peran politik dan
lainnya.
Terkadang ia mengunjungi suatu daerah yang sedang terjadi kemelut perselisihan antara
dua puak masyarakat yang sedang memperebutkan pengaruh. Ia langsung menuju
masjid atau mengubah rute perjalanan agar tidak disambut oleh satu pihak pun kecuali
bila disambut oleh pihak yang paling fakir di negeri tersebut.
Orasinya mampu menenangkan hati masyarakat Mesir yang jarang bisa dilakukan
pemimpin atau da'i sebelumnya. Jika kita tambahkan semangat membaca dan menelaah semua
tulisan Arab baik dari Timur atau Barat yang berkaitan dengan teori-teori cendekiawan dan
pakar filsafat, kita akan tercengang dengan potensi besar ini yang telah hilang di dunia
Timur.
Dari semua kunjungan yang dilakukannya, kita bisa menarik benang merah bahwa
sosok Imam al-Banna sangat sederhana. Ia tidur di gubuk, duduk di atas tikar kasar,
dan memakan apa yang disodorkan. Tekadnya hanya satu, yaitu agar masyarakat tidak
memiliki persepsi bahwa ia seorang syeikh tarikat sufisme atau termasuk golongan
orang yang ambisius terhadap manfaat yang sementara.
Suatu ketika ia pernah masuk ke suatu kampung yang satu pun tidak ada yang ia kenal.
Ia masuk masjid dan mengikuti shalat berjama'ah. Setelah shalat, ia manyampaikan
kultum tentang Islam. Terkadang masyarakat di kampung tersebut tidak
mengacuhkannya hingga ia tidur di atas tilam kasar masjid berbantalkan tas dan
berselimutkan bawaannya.
Tidak syak lagi, juhud yang sangat besar menakdirkannya bertemu dengan puluhan
ribu pendukung juga musuh, tua muda, kaum cendekiawan dan manusia biasa. Ia telah
banyak berbincang dengan mereka dan mengambil faedah dari pengalaman semuanya
yang menjadi nilai tambah bagi usaha dan wawasannya.
Saya yakin Imam al-Banna adalah sosok yang tidak ada cacat di Mesir. Ia seperti
perantau yang melalui sejarah Mesir dan tidak akan pernah kembali terulang.
Maka, sewajarnya bila sosok seperti Imam al-Banna yang telah menulis sejarah, wafat
dalam keadaan syahid sebagaimana wafatnya Umar, Ali, dan Husein. Sebab, ia mengikuti
jejak mereka, semoga Allah meridhai semuanya. Kehidupan ia lalui dengan penuh prinsip.
Semua cara dan upaya untuk mengubah kesucian fikrah dan kelurusan tujuan, gagal. Sama
sekali beliau tidak pernah menundukkan kepala dan tidak pernah ragu atau goyah ketika
menghadapi ancaman dan tantangan. Dalam persepsi sebagian orang, ia adalah sosok
jelata, hingga banyak pihak yang hendak memanfaatkan kekuatan yang dikuasai Imam
al-Banna. Ia berkata kepada mereka, "Pengikut Allah tidak dikomandoi oleh satu
tangan pun, sebab mereka adalah hanya demi Allah semata."
Sebagian lagi berusaha menjadikan Imam al-Banna masuk dalam kelompok
mereka. Namun, tidak semudah itu menguasai Imam al-Banna hingga mereka pun
gagal. Sebab, sosok Imam al-Banna selain kuat memegang prinsip, juga selalu hati-
hati memilih kawan yang akan menjadi teman perjuangannya.
Imam al-Banna tidak berkonfrontasi kecuali dengan pihak yang menghalangi laju
da'wah. Namun, ia pun selalu menutup-nutupi rivalnya sepanjang belum terbongkar
permusuhannya terhadap da'wah. Ia tidak pernah memboikot suatu perjanjian yang tidak
berpengeruh negatif kepada da'wah. Kekuatan semuanya ia simpan untuk membela Tanah
Air dan selalu menghindari diri dan kekuatan yang dimilikinya untuk menjadi pemicu konflik
intern dalam negeri. Sebagian orang mengira sikap demikian sebagai suatu kelemahan,
ketidakberdayaan, atau minimalisasi prinsip. Padahal, tidak demikian. Sebab, sosok
Imam al-Banna dengan sendirinya tidak senang terhadap konflik peperangan sampingan,
juga tidak menerima pemecahan kekuatannya. Ia hanya meyakini suatu peningkatan dan
perpindahan dari satu marhalah ke marhalah lainnya, dari satu putaran ke putaran
selanjutnya dengan tetap konsisten berdiri di atas kematangan dan integralitas. Taktik ini
sangat mengganggu lawan Imam al-Banna yang tidak menapaki proses politik di atas
ambisi pribadi, tujuan-tujuan indvidu, atau kepentingan sesaat. Dengan seluruh potensi yang
dimiliki, ia berhasil menghadapi dan melalui semua krisis.
Selain itu, ia juga sangat moderat. Ia hidup dengan gaji yang tidak lebih dari gaji
seorang guru yang sangat terbatas. Padahal, ia memegang harta melimpah amanah dari
pengikutnya. Padahal, gaji para pekerja yang membantunya berlipat ganda dari gaji yang
diterima Imam al-Banna.

A. JUDUL TULISAN IHSAN ABDUL QUDDUS PADA TANGGAL


12/9/1945: Pejuang Setengah Juta Pengikut
Naikilah taksi mana saja dan katakan ke supir; "Ikhwanul Muslimin, Pak Supir",
tidak lebih. Si supir taksi tanpa banyak bertanya apa itu Ikhwanul Muslimin dan di mana
letak kantor pusatnya, akan langsung mengantarkan Anda setelah mempersilakan Anda
dengan ramah dan senyuman yang tidak mudah ditemukan pada supir taksi. Bahkan, terkadang
Anda bisa gratis tanpa dipungut bayaran.
Juga si supir taksi akan menitipkan salam pada Anda sebelum turun dari taksi kepada tuan
mulia Ustadz Hasan al-Banna Mursyid Am Ikhwanul Muslimin. Sepanjang jalan masuk kantor
pusat Ikhwanul Muslimin, Anda akan menyaksikan simpanan berharga Ikhwanul Muslimin
yaitu para pemuda yang memenuhi kantor pusat. Di wajah mereka tampak nur ketakwaaan dan
keimanan. Di wajahnya terbersit semangat jihad. Antara dua bibirnya tersungging
senyuman yang memikat kepada kecintaan dan persaudaraan.
Kendati demikian, para pemuda tersebut adalah generasi modern yang modis dan
tidak jumud seperti kebanyakan tokoh-tokoh agama dan pengikutnya. Mereka semua
sangat realistis. Berbicara tentang kehidupan bukan kematian. Hati mereka menjulang di
langit, tetapi kaki mereka tertancap di bumi turut serta memikirkan problematika dan
merasakan kebahagiaan atau kesedihannya. Anda akan mendengar sebagian mereka yang
berbicara dengan lemah lembut. Juga ada yang mengajak Anda berdiskusi tentang
ekonomi, hukum, perundangan, permesinan, dan kedokteran. Mereka semua adalah aset.
Di isyarat pertama, Anda akan menemukan ruangan Imam al-Banna. Anda akan disambut
dengan senyuman khas yang mengembang, ayat Al-Qur'an yang disusul dengan dua bait
syi'ir dan diakhiri dengan gelak tawa yang semuanya mencerminkan kebahagiaan.
Penampilan sang imam tidak ada yang istimewa. Anda tidak bisa terhindar dari
pertanyaan bagaimana ia bisa mengumpulkan semua ikhwan yang Anda temui dan sekaligus
mengaturnya dengan benar.
Akan tetapi, Anda tidak akan susah mencari jawaban, tatkala mendengar daya tarik
ucapan al-Banna, dari gaya bicara yang teduh, lembut serta dari transendelasi pemikiran yang
sangat mantiqi dan saling berkaitan.
Satu hal asing yang akan Anda temukan adalah rasa sensitivilasnya terhadap semua
interupsi yang muncul dalam diri Anda. Ia langsuno menjawab dan mengikis semua
keraguan dalam diri Anda sebelum terbuka celah terjadinya konflik batin dalam diri Anda.
Ia sangat jenius mampu mendiagnosa kepribadian Anda dan mempelajari
kejiwaan Anda dalam pandangan pertama. Waktu saya pertama kali masuk, ia seolah
merasakan bahwa dalam lisan saya terdapat ratusan tuduhan yang akan saya lontarkan.
Dengan kejeniusannya, waktu itu ia langsung memberikan buku laporan keuangan untuk
jama'ah Ikhwanul Muslimin.
Dalam laporan tersebut, Anda akan membaca takjub sebuah laporan berbunyi sebagai
berikut.
1. Akh anu hendak ikut andil memberikan saham untuk membeli sebuah kantor
Ikhwanul Muslimin. Namun, ia tidak memiliki cukup uang. Lalu ia menjual
hartanya dan mengkhususkan 400 meter persegi dari tanahnya untuk jam'iyah.
Bentuk akad dan spesialisasi tertulis dalam zincograpy melengkapi laporan.
2. Seorang istri ia tidak memiliki sesuatu untuk ia sumbangkan ke Ikhwanul Muslimin.
Lalu ia menghibahkan anting emasnya, perhiasan satu-satunya. Gambar cincin
juga masuk dalam daftar laporan.
3. Seorang muslim Bombay India membuka dompet sumbangan di daerahnya
dalam rangka ikut kontribusi membangun kantor pusat Ikhwanul Muslimin.
4. Seorang suami bertengkar dengan istrinya ketika sang suami hendak menyumbangkan
satu pound padahal sang istri hendak menyumbang tiga pound. Keduanya
menghadap kepada Imam al-Banna untuk meminta fatwa. Imam al-Banna
memutuskan keduanya menyumbangkan dua pound sebagai solusi.
5. Seorang lelaki dari Irak menitipkan sumbangannya via yang terhormat Abdurahman
Azzam Basha. Yang lainnya berjanji menyumbangkan seluruh hartanya untuk
kebutuhan Ikhwan berupa harta dan lainnya. antara penyumbang terdapat para
anggota parlamen dan tokoh-tokoh terkenal. Saya tidak mengira, mereka
termasuk dari setengah juta pendukung Imam al-Banna.
Setengah juta lebih yang terdistribusi di 1.500 cabang yang tersebar di seluruh desa dan
kampung. Di antaranya 250 cabang di Kairo saja, selain cabang-cabang di Paris, London,
Jenewa sebelum terjadinya perang.
Ia mengutarakan seluk-beluk pemikiran Ikhwanul Muslimin dan bagaimana bisa
tumbuh berkembang.
Latar belakang fikrah Ikhwanul Muslimin didasari kondisi Mesir yang dilanda krisis
multidimensi berupa krisis moralitas, politik, ekonomi, dan sosial. Benih pemikiran reformasi
Imam al-Banna tidak terkonsentrasikan pada salah satu dimensi seperti yang menjadi misi
partai-partai yang terkonsentrasikan pada politik atau ekonomi. Lebih dari itu, misinya
adalah mereformasi multikrisis yang melanda Mesir dan dunia Timur pada umumnya. Ia
tidak menemukan suatu sistem integral yang mampu memberikan solusi kecuali sistem
Islam dengan konstitusi asasinya, Al-Qur'an.
Proses pertama yang ia tempuh adalah memahamkan Islam kepada umat Islam secara
benar jauh dari ketahayulan. Kemudian menumbuhkan rasa mahabbah dan ukhuwah di
kalangan umat Islam. Yang terakhir, menerapkan sistem sosial ekonomi yang Islam
ajarkan kepada mereka.
Ia meyakini bahwa kondisi masyarakat Mesir dan dunia Timur sangat responsif bila
dikaitkan dengan agama. Tidak ada satu gerakan atau program bernilai yang mengatasnamakan
agama kecuali mendapatkan respons positif dari masyarakat berupa tumbuhnya rasa cinta
Tanah Air, saling mengasihi sesama saudara, berjihad dan berpartisipasi atas nama agama.
Semua propaganda di Mesir yang tidak berpedoman pada agama akan gagal total.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi konstitusi abadi yang senantiasa relevan dengan
kondisi zaman mulai dari berakhirnya kejahiliahan hingga terjadinya kiamat. Andai kita
membuka Al-Qur’an , kita akan menemukan antara untaian ayat-ayatnya suatu frame
undang-undang yang sedang dicari negara-negara adidaya untuk mengatur penggunaan
bom atom dalam peperangan.
"Kami tidak mengatakan bahwa setiap perundangan yang kita butuhkan dari Al-Qur’an
harus detail terperinci. Kita dituntut berijtihad membuat butir-butir perundangan yang selaras
dengan prinsip-prinsip ideal dan utama dari agama," tuturnya.
Ketika saya saya bertanya, "Apakah Anda yakin bahwa warga negara asing yang
residen di negara kita akan ridha diterapkan undang-undang Al-Qur'an seperti
memotong tangan misalnya?"
Pertanyaan ini yang sempat membuat polemik terbuka antara Imam Hasan al-Banna
dengan wakil parlemen, dokter, dan advokat. Imam al-Banna menjawab, "Seandainya seorang
warga negara Inggris yang muslim lalu di negeri mereka diterapkan undang-undang Islam,
maka tidak akan ada seorang pun yang bertanya apakah warga negara asing ridha dengan
hukuman potong tangan terhadap pencuri atau tidak. Inilah kelemahan dan keimperioran kita
hingga muncul pertanyaan seperti itu dan kita rela mengadopsi undang-undang Eropa untuk
diterapkan di negara kita menggantikan syariat Islam.
Pernah terjadi di jazirah Arab vonis hukuman potong tangan terhadap seorang tentara
Amerika karena pencurian. Komandannya mengajukan protes kepada Raja Ibnu
Su'ud disertai ancaman bila hukum tersebut diterapkan, maka seluruh aset Amerika di
negara Saudi akan ditarik. Namun, akhirnya Amerika tunduk dan hukum tetap ditegakkan.
Selepas itu Raja Ibnu Su'ud menerima surat penghargaan dari Presiden Rosevelt
atas perhatian Raja menjaga aset negara.
Kemudian penerapan hukum hudud terpulang kepada pihak qadhi 'yudikatif'sesuai
sabda Rasulullah saw., "Tangguhkan hududkarena syubhat (keraguan)." Dengan prinsip ini,
bisa diprediksi berat ringannya hubungan."
Saya bertanya, "Apakah tidak menyadari bahwa da'wah Anda adalah kemunduran
yang mengipasi sumbu api pergolakan antargolongan? Hal ini tentunya akan
dimanfaatkan koloni Inggris untuk campur tangan terhadap urusan internal kita
seperti yang terjadi sekarang di India?"
Ia menjawab, "Islam berpesan kepada kita untuk bersikap positif terhadap Ahli Kitab.
Kami siap mendukung semua gerakan yang berjalan di atas asas agama yang benar. Semua,
agama samawi bertautan dalam asas dan prinsip dasar. Hubungan kami hingga hari ini dengan
pengikut agama non-Islam masih baik dan harmonis."
Saya balik bertanya kembali, "Apakah Anda mencari kursi kementerian?"
Jawabnya, "Kami senantiasa mendukung setiap kementerian yang memiliki program yang
sejalan dengan ajaran agama yang benar. Terlepas siapa yang menjadi menteri, kami
atau bukan. Undang-undang sekarang menjadi patokan bagi kami. Sebab, salah
satu poinnya menyatakan bahwa agama resmi negara adalah Islam. Konsekuensinya
adalah semua sistem, peraturan perundangan, dan gerak langkah kita didasarkan pada
kaidah-kaidah Islam."

BAB XII
UNTAIAN DUKACITA
A. AHMAD ABDURAHMAN AL-BANNA: Putraku dalam Lindungan
Allah
Anas bin Malik r.a. meriwayatkan kisah wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhamad saw.
Rasul tiba melayat dan mendekapnya kemudian mengurusinya dengan tangan beliau
sendiri. Aku melihat kedua mata Rasul berlinangan air mata. Rasul bersabda, "Mata
berlinang, hati sedih. Akan tetapi, kita tidak boleh mengucapkan sesuatu kecuali yang
diridhai Rabb kita SWT. Demi Allah wahai Ibrahim, kematianmu membuat kami
sedih."
Anakku tercinta, untukku kau mencerminkan dua gambaran. Pertama, ketika
kau masih bayi tidak lebih dari 6 bulan. Kau tidur pulas dalam ayunan ibumu. Waktu itu
tengah malam aku baru pulang dari kantor, aku melihat sesuatu yang membuat hati terenyuh
dan jiwa terguncang. Di sampingmu melingkar seekor ular yang kepalanya menjulur
ke arah kepalamu sangat dekat.
Hatiku gundah-gulana. Aku rengkuh memohon pertolongan Allah agar
menenangkan hati dan menghilangkan rasa takut. Bibirku terus berguman membaca
jampi-jampi (wirid) pengusir ular. Belum tuntas membacanya, si ular mencengkam
diri dan kembali ke sarangnya. Allah SWT menyelamatkanmu anakku dari bahaya ular
dengan kehendak-Nya
Kali kedua wahai anakku, tatkala kau terkapar bersimbah darah dan aku memangkumu di
kegelapan malam. Jiwamu telah pergi. Badanmu terkoyak. Kesakitan yang menimpamu
hanya menakutkan ular di hutan belantara, sedang badanmu mampu menggigit ular-ular
manusia. Hal ini berkat karunia dan takdir Allah semata hingga engkau bisa teguh berpendirian,
mampu melewati semua kendala dan musibah. Aku melihat cahaya terang dari wajahmu
tercinta yang mencerminkan kebahagiaan syahadah 'mati syahid'. Air mata mengalir dan
hati sedih, namun kami tidak bisa bertutur kata selain yang diridhai Allah SWT, "inna
lillahi wainna ilaihi rajiu'un'.
Anakku, alhamdulillah aku bisa memandikan dan mengkafanimu. Aku pula
sendirian menshalatimu. Aku berjalan membawamu dengan setengah jiwa, dan
setengahnya lagi terbang terbawa. Aku serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Allah
yang Maha Mengetahui akan hamba-hamba-Nya.
Sedang engkau wahai anakku, telah menemui kesyahidan yang selalu kau pinta kepada
Allah dalam setiap sujud. Hanian 'selamat' atas kesyahidanmu. Imam Bukhari
meriwayatkan hadits dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Tidak ada seorang pun yang masuk surga ingin kembali ke dalam kehidupan
dunia kecuali kesyahidan yang dimiliki di dunia. Ia selalu berharap bisa kembali ke dunia
terbunuh berpuluh kali, sebab yang ia lihat dari karamah."
Ya Allah, muliakan kuburnya, tinggikan martabatnya, dan jadikan surga sebagai
tempat tinggal selamanya. Ya Allah jangan Kau kurangi pahalanya, jangan Kau buat
fitnah setelahnya, ampunilah kami dan ia, ijabahlah cita-citanya untuk lebih dekat
dengan Rasul-Mu saw. sesuai firman-Mu,
"Bersama orang-orang yang Allah limpahkan nikmat yaitu para nabi, shiddiqin,
syuhada, dan shalihin. Yang demikian adalah sebaik-baiknya teman." (an-Nisaa': 69)
Buat Anda semua yang mengenal anakku dan mengikuti jalannya, ketahuilah bahwa
usaha terbaik untuk mengingatnya adalah dengan menyusun dan mengaplikasikan
juklak dan juknis perjuangan yang telah ia gariskan. Konsistenlah dengan adab Islami
dan berpegang teguhlah dengan ikatan ukhuwah serta ikhlaskan semua amal dan niat
karena Allah.
Aku berpesan, hendaklah kalian menjadi potret yang baik bagi perjalanan hidup
anakku rahimahullah. Jangan sekali-kali mengharap pamrih dari masyarakat. Jangan
takut selain kepada Allah, dan jangan sekali-kali memendam niat buruk atau rencana
jahat kepada seorang pun.

B. AHMAD ABDURAHMAN AL-BANNA: Putraku Asy-Syahid


Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ayub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa
Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada pemberian terbaik dari seorang ayah kepada
anaknya kecuali adab etika yang baik". Sejak saya menginginkan memiliki seorang putra
saleh dari Allah SWT, dari sana saya mulai bercita-cita hendak mendidik dan membinanya
dengan sebaik-baiknya agar ia menjadi keturunan yang baik, amal jariyah yang terus
mengalir, dan peninggalan yang abadi. Allah mengabulkan doa dan merealisasikan
cita-citaku dengan menganugerahkan seorang bayi suci yang kemudian dinamai
"Hasan al-Banna".
Sejak kecil Allh telah memperhatikan dan menjaganya dari kesulitan dan bahaya.
Suatu malam seekor ular telah melingkar di samping Imam al-Banna yang sedang
lelap. Dengan khusu’ aku berdoa, dan Allah menjauhkan bahaya ular. Suatu waktu
bersama saudaranya Abdurrahman, atap rumah kami di Mahmudiyah jatuh. Namun,
Allah menyelamatkan keduanya dengan menyandarkan atap di atas tangga. Kedua
putraku keluar dengan selamat berkat inayah Allah SWT.
Di lain kesempatan, putraku Hasan al-Banna terkepung anjing yang terus
menggonggong hingga membuat ia gemetaran. Saking takutnya dengan refleks ia
loncat ke dalam sebuah selokan besar yang saat itu air Nil melimpah setelah peristiwa
banjir yang meluap.
Alhamdulilah ia ditolong oleh seorang ibu tua di kampung tersebut (Rasyidiah)
hingga ia selamat dari luapan air berkat karunia dan inayah Allah.
Pertumbuhan putraku tidak seperti pertumbuhan anak-anak lainnya. Di awal masa
kanak-kanak, bakat kecerdikannya telah tampak. Ia mulai cerewet bertanya tentang siapa
pembuat alam dan siapa yang menciptakan bulan. Maka, saya dorong ia menghapal Al-
Qur’an sejak kecil, saya ajarkan Sunnah, dan saya didik dengan adab yang baik.
Ketika saya daftarkan ke sekolah Mu'allimin al-Awwaliyah (setingkat SD 3 tahun) di
Kota Damanhur, prestasinya semakin jelas. Ia tumbuh di atas rel kebaikan, zuhud, dan
ibadah. Ia selalu menjadi juara pertama setiap tahun di angkatannya. Semua teman di
sekolah mengahargainya. Setelah selesai, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Darul Ulum
(prakuliah selama 6 tahun) yang ia tempuh hanya empat tahun.
Ia berangkat ke Kairo tanpa teman, saudara, atau keluarga yang dituju. Sesampai di
Kairo, ia menjadi tamu Allah di rumah-Nya dan tinggal di Mesjid Al-Azhar. Ketika lulus
dari Darul Ulum, ia menjadi juara pertama pada ujian diploma (sarjana muda).
Prestasi spektakuler yang diraihnya menarik minat kementerian pendidikan
(Ma'arif) untuk memasukkan nama Hasan al-Banna ke dalam rombongan yang akan
diutus ke Eropa. Ia menolak dengan alasan yang Allah kehendaki. Selanjutnya ia
diangkat menjadi guru salah satu sekolah di Provinsi Ismailiyah. Di Ismailiyahlah da'wah
lahir, ketika Hasan al-Banna membumikan fikrah dan membentuk jama'ahnya yang
dikenal dengan jama'ah Ikhwanul Muslimin.
Fikrah putraku menggema ke seluruh pelosok dunia. Da'wahnya tersebar ke seluruh
dunia Islam. Risalahnya banyak menyibukkan para pemikir dan cendekiawan. Sekolahnya
menjadi tempat tarbiah kaum muda Universitas Al-Azhar. Alhamdulillah, Allah mentajdid
da'wah Islam di abad 20 dengan fikrah Hasan al-Banna yang menyinari rumah-rumah
dan da'wahnya yang menjadi pelita samudra luas. Allah menguatkan ikatan antar
saudara dan melekatkan hubungan antar kelompok.

C. HASAN HUDHAIBI: Al-Mursyid al-Mulhim


Hal pertama sekali yang saya ketahui tentang Hasan al-Banna adalah ketika saya
memasuki berbagai kota atau pedesaan. Di sana saya menemukan tulisan pamflet
yang berbunyi, 'Ikhwanul Muslimin, da'wah kepada Al-Haq, kekuatan dan
kebebasan' Dalam benak saya membayangkan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah
sebuah yayasan yang bergelut dalam bidang tahfidzul qur'an, bidang sosial kebaikan
untuk menyantuni fakir miskin, penguburan mayat, atau penyeru kepada ibadah seperti
shalat dan shaum. Sedangkan, semboyan "da'wah kepada Al-Haq, kekuatan dan kebebasan"
tidak saya perhatikan.
Betapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an, namun tidak dipahami dan
diamalkan. Betapa banyak pula orang yang melakukan shalat, shaum, atau berangkat haji
ke Baitullah tanpa memberikan sama sekali pengaruh positif terhadap dirinya. Juga
betapa banyak makna berbuat ihsan kepada fakir miskin sudah tidak proporsional lagi.
Sama sekali saya tidak berusaha untuk mencari tahu apa sih Ikhwanul Muslimin itu?
Lalu selang beberapa hari saya bertemu dengan beberapa pemuda desa yang tidak
seperti biasanya disertai seseorang yang lebih tua dan menjadi sentral perhatian. Saya
tertegun takjub melihat adab dan etika mereka dalam majelis tanpa dibuat-buat. Tak ada
seorang pun yang merasa lebih dibanding lainnya. Yang menjadi bahan diskusi adalah
problematika Mesir. Mereka mengamati perkembangan seperti seorang terpelajar yang
memiliki wawasan. Ketika berbicara urusan keislaman, mereka ibarat seorang
mujtahid. Pengetahuan tentang sejarah dan sirah Rasul melebihi mahasiswa di universitas.
Hal ini membuat penasaran hingga saya bertanya, "Dari mana kalian semua belajar
semua ini?" Mereka menjawab, “Dari Ikhwanul Muslimin." Da'wah mereka universal
mencakup segala hal. Sangat memperhatikan tarbiah, akhlak, politik, masalah
konglomerasi, kefakiran, ekonomi, perbaikan keluarga, dan lain-lain.
Mulai saat itu, saya selalu mengikuti gerak-gerik Ikhwanul Muslimin. Semua terbitan
Ikhwanul Muslimin saya baca di samping selalu berhubungan dengan anggota-
anggotanya. Saya mengenal lebih dalam tentang Ikhwanul Muslimin, tanpa mengetahui
pemimpinnya. Akan tetapi, saya bisa mengetahui dari hasil kerjanya, sebelum mengetahui
pribadi Imam al-Banna.
Ketika saya dan kawan-kawan keluar berjalan-jalan di sisi sungai Nil, kami
menjumpai gerombolan orang yang sedang berjalan kaki. Ketika ditanya, mereka
menjawab hendak mengikuti ceramah umum yang akan disampaikan oleh Imam Hasan
al-Banna. Kami mengikuti mereka dan mendengarkan ceramah sosok yang diidamkan.
Penglihatan kami, demi Allah, terpikat olehnya. Jiwa kami tersedot magnet atau
cahaya dari wajah mulia Imam al-Banna yang menambah keterpikatan kami olehnya.
Ia berkhotbah selama satu jam empat puluh menit. Perasan kami merasa khawatir tidak
bisa mengikuti setiap kata-katanya yang mengandung kenikmatan.
Ucapannya keluar dari hati mengarah kepada hati, cerminan seorang pembicara yang
mengikhlaskan niatnya hanya untuk Allah semata. Sebelumnya bila mendengar
ceramah, saya selalu berharap bisa selesai dengan cepat dalam waktu sesingkat
mungkin. Namun, Khatib kali ini ibarat sungai kecil yang airnya mengalir tenang, tidak
ke atas juga tidak ke bawah. Khotbahnya menyentuh perasaan hingga berkobar, menyentuh
hati hingga diluapi keimanan, serta menyentuh akal dengan beragam informasi dan ilmu.
Waktu berputar. Lama saya tidak menjumpainya. Ketika Allah mengizinkan,
kami bisa berjumpa. Sungguh saya melihat sosoknya yang begitu tawadhu, sopan tanpa
dibuat-buat, luhung ilmu, akalnya brilian, memiliki wawasan luas, memahami setiap hal
dengan detail, serta memiliki idealisme dan cita-cita yang agung. Semua itu dihiasi roh
keagamaan yang objektif, tidak fanatik juga tidak irresponsible. “Demikian kami jadikan
kalian sebagai umat yang moderat".
Ia adalah sosok yang mulhim. Demi Allah, selama pertemuan dan interaksi saya
dengannya, saya tidak pernah mendengar satu kata pun yang keluar dari lisan Imam al-
Banna yang menyinggung kehormatan atau agama seseorang, apalagi orang-orang yang
pernah menyakiti dan melukai kehormatan serta agamanya. Ia tetap iltizam dengan
apa yang diperintahkan Allah.
Inilah sosok Imam al-Banna yang dibunuh rezim diktator. Mereka telah membunuh sosok
da'i paling berbahaya di dunia sejak puluhan abad. Sekarang, benih yang ditanam Imam al-
Banna telah tumbuh membesar. Da'wah kepada kitab Allah yang dikibarkannya senantiasa
eksis dalam setiap hati. Murid-murid hasil binaannya mengajarkan dan menularkan apa yang
mereka terima dari Imam al-Banna. Jumlah mereka semakin terus bertambah dalam segala
kondisi, hingga mereka menjadi jiwa-jiwa kuat dari sebelumnya. Bahkan, mereka paling
hapal dengan roda kehidupan, paling sabar mengahdapi kezaliman, dan paling tahu bahwa
musuh-musuh da'wah lebih banyak dari pada pembela da'wah. Oleh karena itu, mereka
mempersiapkan dirinya untuk suatu perjuangan panjang di jalan da'wah.
Nama "Ikhwanul Muslimin" tidak sebatas menjadi sebuah lembaga di Mesir, bahkan
lebih dari itu menjadi prototipe kebangkitan eksistensi Islam di pelosok dunia Islam.
Nama Ikhwanul Muslimin tidak asing lagi di Indonesia, Pakistan, atau negara-negara Arab.
Da'wah Ikhwanul Muslimin menjadi simbol menakutkan para penjajah dan para penjilat
serta orang munafik dan orang-orang zalim. Sebab, kebatilan senantiasa takut terhadap
kebenaran bagaimana pun bentuknya dan di mana pun berada.
D. USTADZ MUSTHAFA MASHUR (MURSYID AM IKHWANUL
MUSLIMIN): Imam Hasan Al-Banna dan Ma'alim Alat-Thariq
Ketika hendak menuliskan sosok Imam Hasan al-Banna dalam rangka peringatan hari
kesyahidannya, kalimat dan pena tidak mampu melukiskannya. Sungguh
sosoknya adalah sosok spektakuler mulai lahir hingga syahidnya. Islam benar-benar
telah mengkooptasi eksistensi dan langkah hidupnya. Imam al-Banna merasakan kondisi
kaum muslimin yang tengah dilanda kehilangan identitas dan perpecahan. Khususnya setelah
runtuhnya khilafah Usmaniyah yang saat itu ia masih menjadi mahasiswa di Darul Ulum.
Waktu itu, ia telah memprediksikan pudarnya pengikat kaum muslimin. Ia menemukan
bahwa Islam mengharuskan umatnya memiliki eksistensi yang bisa menyatukan
dan negara yang menerapkan Islam dan mempropagandakannya. Keduanya adalah
kewajiban agama.
Setelah lulus kuliah dan ditunjuk menjadi guru di Ismailiyah, timbul dalam benaknya
ide untuk membentuk sautu jama'ah yang top goal-nya adalah berusaha untuk memerdekakan
tanah Islam dari semua tangan-tangan asing dan menegakkan negara Islam di atas tanah yang
telah dimerdekakan. Ia meyakini bahwa tujuan ini bukan tujan mudah, tetapi membutuhkan
waktu panjang dan kerja keras serta persiapan yang tidak sepele.
Berkat taufik Allah, Imam al-Banna me-recharge idenya dengan mereaktualisasi sirah
Rasululullah saw. yang sukses menegakkan negara Islam pertama. Setelah menelaah
panjang sirah Rasul, ia menemukan bahwa negara Islam pertama tegak di atas tiga pilar, yaitu
kekuatan akidah dan keimanan, kekuatan persatuan dan kesatuan, kemudian persiapan
untuk berjihad melawan musuh-musuh Islam.
Untuk itu, ia sangat memperhatikan proses tarbiah dan pembinaan individu muslim
pria atau wanita, sebagaimana intensnya yang sangat besar terhadap ukhuwah dan
saling mencinta (at-tahabb). Hingga gerakannya dinamai "Ikhwanul Muslimin".
Ia menyusun strategi da'wah dalam tiga fase yaitu pengenalan (at-ta'rif), pembinaan
(takwin), dan penerapan (tanfidz). Semangatnya sangat tinggi mensosialisasikan da'wah
Islam yang integralis seperti yang dibawa Rasulullah saw.
Allah telah mengaruniakan kualitas daya nalar. Selain kemampuan luas menelaah, ia
memiliki khibrah ‘pengalaman' mengenai jiwa dan cara mengarahkan serta menguasainya.
Ia mampu menghapal nama setiap orang yang menemuinya walau baru pertama kali.
Tidak syak lagi, kemampuan menghapal dan perhatian besar terhadap lawan bicara
menjadikan magnet yang bisa membuka hati dan menaklukkannya.
Uslub (gaya bicara) dalam mengajak kepada orang lain mudah dan menyenangkan.
Hal ini tentu meninggalkan bekas mujarab dalam jiwa para pendengarnya. Hingga
massa sangat antusias menyimak ceramah dan muhadharah Imam al-Banna. Ia mengitari
seluruh pelosok dari utara hingga selatan. Usahanya tidak sia-sia, sebab dalam jiwa
masyarakat bangkit kesadaran terhadap kewajiban agama yang menuntut pemeluknya
tentang keharusan bekerja keras untuk menegakkan negara Islam.
Ia juga sangat intens terhadap tarbiah dan pembekalan ruhi mengikuti
Rasulullah saw. Sebab, keimananlah yang menggerakkan jiwa seseorang untuk bekerja
keras dan menunaikan kewajiban serta iltizam dengan ajaran-ajaran Islam baik besar
maupun kecil. Demikian pula ia begitu intens dengan mendeskripsikan secara benar
tentang Islam dan menjadikannya rukun pertama dari beberapa poin bai'at. Ia susun 20 ushul.
Tidak diragukan lagi, hal ini sangat urgen agar anggota Ikhwan mampu bersatu dalam
satu pemahaman. Sebab, ikhtilaf dalam memahami akan memecah-belah persatuan
jama'ah ke dalam beberapa jama'ah kecil dengan pemahaman berbeda pula.
Selain itu, ia susun sistem "usrah" untuk membadani tarbiah dan agar menjadi
perekat bagi elemen-elemen jama'ah. Ia memiliki visi jelas masa depan. Sejak dulu ia
telah memprediksikan bahwa Ikhwan akan menghadapi tipu daya dan perang terbuka dari
pihak musuh. Oleh karena itu, ia senantiasa berwasiat untuk bersabar, tsabat, dan siap
memikul cobaan. Ia ketengahkan contoh yang menimpa Rasul dan para sahabatnya berupa
penyiksaan dan rasa sakit. Namun, mereka tetap sabar hingga Allah menurunkan
pertolongannya.
Ia sangat intens untuk membangkitkan rasa optimis dalam jiwa bahwa masa depan untuk
Islam kendati dihadang kebatilan. Setelah mengutarakan kerikil-kerikil da'wah, ia utarakan
perangkat-perangkat kesuksesan yang menumbuhkan optimisme bahwa masa depan untuk
Islam. Perhatikan ceramahnya berikut ini, "Ketahuilah bahwa da'wah kami adalah da'wah
kepada kebangkitan dan keselamatan yang berdiri di atas pilar keimanan mendalam, intensitas
pembinaan, dan kerja keras, yang kontinyu:"
Ia senantiasa mengedepankan transparansi agar anggota Ikhwan benar-benar jelas
terhadap suatu hal. Ungkapan beliau, "Da'wah kalian masih gelap di kalangan kebanyakan
orang. Di saat mereka mengetaliui dan menemukan sasaran dan tujuannya, kalian akan
menghadapi permusuhan dan kebencian sengit dari mereka dan setelah itu kalian akan
memasuki suatu fase uji coba dan ujian. Kalian akan dipenjarakan, ditangkap, diusir, harta
kalian disita, pekerjaan kalian ditutup, dan rumah kalian akan digeledah.
Terkadang cobaan akan berlangsung lama. Akan tetapi, Allah SWT telah
menjanjikan bagi kalian setelah itu suatu kemenangan mujahidin, pahala orang-orang
yang senantiasa beramal saleh. Apakah kalian akan tetap konsisten untuk menjadi,
anshorullah?"
Setelah itu ia utarakan perangkat-perangkat kemenangan, di antaranya, "Kita
semua berda'wah di jalan Allah yang merupakan da'wah paling mulia dan paling kuat.
Kita tawarkan syariat Allah yang merupakan syariat paling adil di antara syariat, dan dunia
membutuhkannya. Kita pun menanti-nanti pertolongan Allah. Perangkat-perangkat
kemenangan tidak ada yang menghadang atau menghalanginya."
Ia berpesan untuk tidak menggunakan kekerasan dan teror. Akan tetapi, da'wah
dengan hikmah dan mau'idzah hasanah serta keharusan bersabar hingga benih tumbuh
menjadi pohon dan berbuah sehingga datang waktu menuainya. Adapun orang yang
bergesa-gesa, silakan untuk mencari da'wah yang lainnya.
Ia juga menegakkan syura dan persatuan shaf serta keharusan mengalah dari minoritas
kepada mayoritas dalam rangka penyatuan kalimah dan keputusan.
Di antara kata-kata warisannya adalah, "Wahai Ikhwan, kalian bukan yayasan sosial,
bukan pula partai politik atau lembaga untuk tujuan tertentu dan terbatas. Akan tetapi,
kalian adalah roh baru yang akan mengalir di hati umat ini dan menghidupkannya
dengan Al-Qur'an. Kalian adalah cahaya baru yang akan menyinari dan memecah
kegelapan mated dengan makrifatullah. Kalian adalah suara yang menggema tinggi
dan selalu mengulangi da'wah Rasulullah saw."
Hasan al-Banna sangat intens mengobarkan semangat umat Islam melawan musuh
abadi, zionis, dengan apa yang mereka perbuat di Palestina yang didukung Inggris. Ia telah
aktif mengikuti problem Palestina sejak bergeraknya Syeikh Izzuddin al-Qossam
tahun 1936. Ia berkolaborasi dengan Haji Amin Husaini dan Lembaga Tinggi Arab. Ia
menyerukan negara-negara Arab untuk mendukung perjuangan Palestina. Ia mengutus
divisi-divisi militer berani mati anggota Ikhwanul Muslimin untuk memerangi
pasukan lengkap zionis yang mengusir dan menyiksa warga Palestina.
Peran kepahlawanan telah ia tunjukkan hingga membuat musuh goyah dan
meminta bantuan sekutunya, Amerika, Inggris, dan Perancis, Negara-negara sekutu
menekan Mesir melalui dubes mereka untuk mengeluarkan surat keputusan yang
membubarkan jama'ah Ikhwanul Muslimin dan menangkap seluruh anggotanya.
Pemerintah Nuqrasyi tunduk dengan tekanan mereka. Selain itu, diumumkan gencatan
senjata dan distribusi tanah Palestina. Maka, serta merta berhentilah peperangan.
Menyusul hal di atas, terjadilah pembunuhan Imam asy-Syahid Hasan al-Banna di tengah
usahanya untuk mencari solusi atas kemelut yang terjadi. Para musuh mengira dengan
pembunuhannya akan menghabisi gerakan jama'ah Ikhwanul Muslimin. Akan tetapi,
da'wah Ikhwanul Muslimin bukan da'wah Hasan al-Banna. Da'wah Ikhwanul Muslimin
adalah da'wah Allah dan Allah akan senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati. Maka,
da'wah akan tetap eksis menguat, akar-akarnya semakin dalam, dahan-dahannya
mengeras, dan cabang-cabanya menjulang.
Ia memiliki peran yang mampu membangkitkan masyarakat dari tidur panjang.
Terbukti, berkat karunia Allah, da'wah terus berlangsung dan tumbuh di relnya yang
telah terpola. Kendati cobaan dan ujian begitu besar menimpa da'wah. Akan tetapi, da'wah
tidak akan pernah mati dengan izin Allah. Perjalanan da'wah akan terus berlangsung bekerja
sama dengan gerakan-gerakan Islam di medan laga.
"Sehingga tidak ada fitnah dan agama hanya untuk Allah." (al-Baqarah: 193)

E. HAJI AHMAD HUSNAIN: Imam Hasan al-Banna Pioner


Kebangkitan Islam Modern
Selama 70 tahun jama'ah Ikhwanul Muslimin terus-menerus menjadi prototipe tadhiyah
'pengorbanan' dan fida 'perjuangan'. Mereka adalah rijal yang selalu berlemah lembut
kepada orang mukmin dan tegas terhadap orang kafir, berjihad fl sabilillah dan tidak takut
dengan celaan. Mereka adalah rijal yang berpegang teguh dengan janji mereka terhadap
Allah. Sebagian mereka ada yang wafat dan sebagiannya lagi ada yang menunggu. Sedikit
pun mereka tidak mengubah janjinya.
Imam asy-Syahid Hasan al-Banna sukses membentuk sahabat dan anak didiknya
menjadi sosok-sosok ideal yang mengingatkan kembali kaum muslimin kepada masa sahabat
dan thabiin. Masih banyak anak didik Imam al-Banna yang masih hidup di tengah-
tengah kita, semoga Allah memanjangkan usia mereka. Mereka tetap konsisten
memegang janji, komitmen dengan da'wah. Akan tetapi, seperti biasa, mereka bekerja secara
sembunyi, berkorban dengan sabar, dan penuh perhitungan. Di antara mereka adalah Haji
Ahmad Husnain. Sejak bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, ia telah menjadi mujahid di
Palestina di Suez Canal. Keluar masuk penjara sejak zaman kerajaan, zaman revolusi
Nahirisme, zaman Sadat hingga sekarang. Kendati tahun ini usianya akan genap 80
tahun (ia kelahiran Desember 1919 M), namun berkat karunia Allah, ia dalam kondisi
sehat, penuh konsentrasi, masih fit, dan penuh semangat melakukan aktivitas yang
tidak kalah dari pemuda sekarang. Ia murid paling mukhlis. Maka, sangat wajar bila ia
sangat dekat dengan Imam al-Banna. Ia adalah rekaman hidup tentang Imam al-Banna,
tentang da'wah secara umum dan aset da'wah masa lalu, sekarang, dan masa datang.
Haji Ahmad Husnain mengisahkan proses bergabungnya dengan da'wah yang
mennyebabkan ia kenal dengan Imam al-Banna tahun 1940. Ia berkata, "Secara alami waktu
itu saya adalah pemuda aktif. Saya tinggal di Desa Qolyub (terletak di Provinsi Qolyubiyah
sebelah utara Kairo). Saya selalu bergaul dengan kawan yang lebih tua. Tujuannya adalah
menimba pengalaman dari mereka. Selain itu, saya juga aktif di beberapa klub olahraga,
kepemudaan, dan partai politik seperti Partai Wafd dan Partai Mesir al-Fatat.
Kehidupan sekeliling saya terjebak dengan rutinitas. Mayoritas penduduk adalah
petani, sebagian kecil pengrajin tangan dan sangat sedikit kaum terpelajar. Namun, dalam
hati saya merasa bahwa semua kegiatan yang saya geluti baik olahraga maupun politik
tidak memiliki sasaran jelas kecuali penghabisan waktu. Karena ketidakjelasan tujuan
itulah, yang mendorong saya untuk mengisolir diri kehidupan umum kecuali pergi ke
masjid. Setelah menyelesaikan studi industri, saya bekerja di Kairo di bagian persenjataan
dan pembekalan di Qal'ah (benteng Shalahudin-penj) bulan Oktober 1939. Di Kairo saya
tinggal di daerah Maghrblain, sedang kantor pusat Ikhwanul Muslimin saat itu di
Hilmiya. Tiga tempat ini membentuk segitiga sama kaki.
Ketika masuk kerja, ternyata teman-teman akrab saya lebih awal terdaftar di tempat
kerja. Saya tercengang, ketika tiba-tiba salah seorang mereka mengajak berkunjung ke
kantor pusat Ikhwanul Muslimin. Saat itu tepatnya tahun 1940. Mungkin ini adalah kali
pertama saya mendengar nama Ikhwanul Muslimin. Untuk mengobati penasaran, saya pergi
menghadiri pengajian hari Selasa. Kebetulan yang memberikan ceramah adalah Imam
Hasan al-Banna. Dari pendengaran pertama, saya bisa langsung menebak arah dan tujuan
yang selama ini hilang dan saya rindukan. Saya berkata pada diri sendiri, 'Demi Allah,
inilah jalan yang selama ini saya cari: Salah satu kelebihan Imam Hasan al-Banna
sebagai juru da'wah adalah cara penyampaiannya dalam setiap ceramah baik panjang maupun
pendek. Selesai menyimak ceramah, saya pulang sambil berjanji kepada Allah dan diriku
untuk menapaki tujuan ini. Dengan antusias saya mengajak teman-teman satu kerja untuk
masuk ke dalam Ikhwanul Muslimin dan mengikuti pengajian di kantor pusat. Jumlah mereka
lebih dari 300 orang.
Sejak itu saya terus aktif datang ke markas pusat Ikhwanul Muslimin terutama setelah
pindah tempat tinggal ke kompleks Sayyidah Aisyah. Di tempat baru, kami
membentuk cabang Ikhwanul Muslimin hingga dibubarkan tahun 1948.
Pada hakikatnya kehidupan Imam al-Banna sangat transparan, baik ketika di rumah,
bersama rekan seperjuangan maupun yang lainnya. Ia memulai da'wah pada usia 21
tahun. Kendati masih belia, ia adalah seorang alim yang amil. Maka, ia dewasa (dituakan)
dengan ilmu, kebenaran yang dibawa, sifat sidik dalam ucapan, suri tauladan dalam
kerja, dan ketawadhuannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah,
"Katakan, 'Inilah jalanku (agama). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. "' (Yusuf: 180)
Selama hidupnya, Imam al-Banna sangat sederhana. Ia tidak memiliki sumber
rezeki lain selain dari gaji. Bahkan, putranya, Saiful Islam, mengabari bahwa pemilik
sekolah memecatnya karena tidak ada dana untuk menggaji. Di saat syahid, ia tidak
meninggalkan warisan kekayaan sedikit pun. Akan tetapi, ia menyerahkan mereka
semuanya kepada Allah SWT!
Tempat tinggalnya di Hilmiya adalah rumah paling tua. Dinding flatnya sangat tipis dan
rapuh. Bila ada tamu, ia bersikap seadanya.
Kesibukannya adalah berda'wah di wajhul daerah dekat laut' dan wajhul qabili
'daerah yang kebanyakannya padang pasir'. Yang mengherankan, ia memilih
berda'wah ke wajhul qabili pada setiap musim panas di tengah panas yang sangat terik.
Sebaliknya, ia memilih wajhul bahari pada musim dingin di tengah cuaca dingin yang
menusuk tulang. Ia tidak memiliki alat transportasi ke luar Kairo kecuali kereta api kelas
tiga dan di dalam Kairo menggunakan term. Kendati sibuk dengan aktivitas da'wah, ia
tidak lalai dengan tugas sebagai pengajar. Belum pernah absen satu jam pelajaran pun,
apalagi jam pelajaran pertama.
Makanan dan minuman yang dikonsumsinya sama sekali tidak mencerminkan
sosoknya. Namur; jika Anda duduk dan bergaul, pasti akan merasakan kebesaran sosok
Imam al-Banna karena ilmu yang dibawa dan da'wah kepada al-haq. Saya teringat suatu saat ia
ikut serta dalam demonstrasi yang dimulai dari medan Al-Azhar. Ketika mendekati medan
Atabah, polisi menembakkan senjata ke arah demonstran hingga semuanya terpecah ke
trotoar jalan. Tidak tersisa di medan kecuali Imam al-Banna. Kami melihat tangannya
terluka bekas peluru. Lalu ia ditangkap dan dimasukkan ke bagian intel untuk didakwa
sebagai penentang pemerintah PM Sidqi. Apa yang terjadi, semua demonstran kembali
bergerombol di medan dan ticlak ada seorang pun yang pergi kecuali setelah Imam al-
Banna dibebaskan.
Dalam perang Palestina, ia sangat aktif memiliterkan umat. Selain itu, ia memiliki
hubungan erat dengan tokoh-tokoh berpengaruh baik agamawan, politikus, maupun
sosial. Kendati kebanyakan mereka secara usia lebih tua, namun mereka selalu
mengedepankan Imam al-Banna baik dalam iringan massal atau ketika shalat. Mereka
di antaranya adalah Muhammad Ali Alubah, Abdurrahman Azzam Basya, dan Haji
Amin Husaini mufti Palestina.
Imam asy-Syahid Hasan al-Banna orang pertama yang mengubah opini publik
bahwa tanah Islam adalah tanah umum internasional bukan tanah regional. Perjuangan
Ikhwanul Muslimin adalah membebaskan tanah Islam dari cengkraman penjajah
asing. Imam al-Banna mampu memiliterisasi pengikutnya untuk perjuangan ini.
Ikhwanul Muslimin memiliki peran besar dalam pembebasan Suriah, Lebanon, Mesir,
Libya, Maghrib Arabi (Maroko, Tunisia, Aljazair, Mauritania), dan Yaman.
Dalam proyek ini, semua anggota Ikhwanul Muslimin mencari senjata untuk pergi
berjihad di Palestina ketika di kantor pusat Ikhwanul Muslimin tidak terdapat sepucuk
senjata pun. Petani menjual hewan ternaknya, pedagang melelang seluruh barang
dagangan, dan sang istri menjual perhiasan untuk membeli senjata. Sebab, Ikhwanul
Muslimin menolak semua tawaran bantuan. Imam al-Banna berada pada garda depan
katibah yang berangkat ke Palestina disertai Muhammad Farghali dan Yusuf Tala'at yang
menemui kesyahidan.
Dalam mengomentari buah pikiran Imam al-Banna, apakah masih relevan setelah 50
tahun kesyahidan atau harus ada revisi, pertama kali yang mesti kita renungkan adalah materi
yang beliau tulis dalam rasail yang penuh beirisi bekal yang menggiring pembacanya
menuju ridha Allah. Risalah-risalah Imam al-Banna yang berkaitan erat dengan
masalah tarbawiyah, politik, ekonomi, dan sosial, adalah sebagai upaya pengobatan
terhadap realitas umat Islam. Realitas ini tidak akan hilang bahkan akan terus-menerus
bertambah. Umat Islam sekarang terjebak dalam perselisihan dan semakin menjauh
dari Allah serta berpaling dari kebenaran.
Imam al-Banna telah mencapai puncak berkat ilmu, pemahaman, dan tajarrud-nya
kepada Allah. Saya kira, bisa saja ilmu dan tajarrud dimiliki mereka (penerus al-Banna).
Akh Umar Tilmistani ketika berada di penjara bersama kami di Wahat, sama sekali tidak
pernah terbetik dalam pikirannya untuk menjadi Mursyid Am Ikhwanul Muslimin.
Akan tetapi, berkat keprofesionalan dalam kerja dan da'wah, ia menjadi sosok
berbeda. Demikian pula dengan al-Akh Musthafa Masyhur. Ia bukan sastrawan, juga bukan
penulis. Ia hanya merupakan orang lapangan saja. Akan tetapi, kondisi menuntut dirinya
untuk menjelaskan visi dan prinsip Islam berkaitan dengan problematika yang terjadi.
Wajib kita akui bahwa kebangkitan Islam yang sedang berlangsung sekarang di
penjuru dunia adalah buah dari tajarrud dan keikhlasan da'i pertama penyeru kepada
da'wah ini. Apa yang sedang kita perjuangkan sekarang adalah pohon kebangkitan.
Sedangkan, Rasail Imam Hasan al-Banna merupakan bekal utama yang integral untuk
mengetahui da'wah Islam. Rasail inilah yang menyatukan jutaan hati kaum muslimin
dalam da'wah Ikhwanul Muslimin.
Sedangkan, mengenai divisi khusus yang terdapat dalam Ikhwanul Muslimin,
menurut saya bukan merupakan sesuatu yang baru. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa setiap partai politik atau jama'ah memiliki divisi khusus seperti yang dimiliki
Partai Wafd, Masril Fatat, dan Saraya Partai Kerajaan. Sebab, hal ini merupakan
keharusan, terutama saat itu di tengah gencarnya penjajahan Inggris dan perampasan
Yahudi terhadap Palestina. Demikian pula Abdun Nasr dan pendukungnya ketika
hendak menghadapi kondisi ini, mereka membentuk divisi khusus yang
beranggotakan perwira-perwira menengah. Semua lembaga ini bergandeng tangan melawan
Inggris sesuai kemampuannya baik dalam Perang Palestina atau pada Perang Suez Cannal.
Lalu semua lembaga divisi khusus ini bubar setelah kemerdekaan hingga terjadi
peristiwa revolusi Juni. Namun, Abdun Nasr mulai membentuk kembali divisi
khusus yang dinamakan "at-tandhim at-thali'i'.
Demikian halnya dengan divisi khusus milik Ikhwanul Muslimin. Divisi inilah yang
sangat berperan dalam pembinaan anggota agar siap terjun ke medan jihad. Peran
mereka dalam Perang Palestina dan pertempuran Swiss Canal sangat tampak. Namun,
peristiwa Juli menghendaki lain, semua divisi khusus Ikhwanul Muslimin ditangkap dan
dipenjarakan. Padahal, semua mengetahui bahwa anggota dewan revolusi hampir
rata-rata semuanya pernah dibina dalam divisi khusus Ikhwanul Muslimin. Penjara pun
dipenuhi mereka. Namun, Ikhwanul Muslimin tetap bersabar dan penuh perhitungan. Sesuai
firman Allah,
"Sebagian mereka ada yang gugur, dan sebagiannya lagi ada yang menunggu.
Namun, mereka tidak pernah memudar janjinya."
Memang terjadi sebagian peristiwa seperti peristiwa Khazandar. Namun, hal ini
adalah peristiwa fardi 'individu' yang tidak ada kaitannya dengan jama'ah. Adapun
peristiwa Nuqrasyi, terjadi setelah pembubaran Ikhwanul Muslimin, penyitaan seluruh
aset Ikhwanul Muslimin, pembredelan aktivitas da'wah Ikhwanul Muslimin,
pengadudombaan antara pemimpin Ikhwanul Muslimin, penangkapan dan pengadilan
pasukan sukarelawan Ikhwanul Muslimin di Palestina tanpa adanya proses hukum.
Jika semua lembaga atau partai politik memiliki divisi khusus, mengapa tidak
disentuh dan hanya terfokus kepada divisi khusus milik Ikhwanul Muslimin? Allahumma
kecuali sasarannya adalah tiada lain memerangi semua yang berbau Islami. Divisi
khusus Ikhwanul.Muslimin berlangsung hingga tahun 1954 dan berakhir ketika
pembubaran Ikhwanul Muslimin hingga sekarang. Sejak saat itu, beragam peristiwa
memilukan di Mesir terjadi tanpaada sangkut pautnya dengan Ikhwan. Kita tidak
melupakan semua yang menimpa Ikhwan berupa siksaan, perlakuan buas, teror,
pembunuhan di dalam penjara, dan lebih khusus lagi peristiwa pembantaian Turrah yang
memakan korban 23 syuhada Ikhwan di dalam terali besi di samping puluhan luka-
luka dan cacat oleh para sipir yang seharusnya menjaga keamanan dan ketenteraman."

F. IMAM MUJAHID ABDUL KARIM KHATTABI


(PERNYATAANNYA DALAM MAJALAH AL-MUSLIMUN):
Imam Jihad, Tsabat, dan Sabar
Rugilah Mesir dan saudaraku bangsa Mesir dengan apa yang mereka perbuat. Mereka
telah mengalirkan darah sorang wali yang paling mulia di sisi Allah. Perhatikan, ke mana
para wali jika Imam al-Banna bukan termasuk salah satunya bahkan ia adalah purnama
para wali yang tidak akan ditemukan lagi semisalnya dalam kehidupan kaum
muslimin.
Gerbong yang membawa para da'i ilallah akan terus beruntun. Yang terdepan adalah
para syuhada suci. Memang kepergian mujahid dan imam-imam ternama adalah kerugian
besar yang sulit dilukiskan. Namun, semuanya tidak mungkin menggoyang ke-tsiqoh-
an dan keyakinan kita dengan nashrullah. )uga mustahil bisa menggoyahkan para 'amilin
yang sedang bekerja keras menapaki langkah lurus menuju sasaran.
Penghargaan semestinya (al-wafa) kepada mereka adalah membulatkan azam
untuk memoles bala tentara da'wah agar terus bisa bertolak tanpa ada rasa wahn 'rasa
enggan' dan taraddud 'ragu'. Sebab, da'wah Islam sama sekali tidak ada kaitannya
dengan hidup mati rijal da'wah. Ajal sudah tertulis. Setiap makhluk yang ada di dunia
ini adalah fana, yang tetap hanyalah Zat Allah SWT yang Mahaperkasa dan Mahamulia.
Patut kita perhatikan prinsip Abu Bakar Shiddiq seusai mendengar kabar wafatnya
Rasulullah saw, "Wahai manusia, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka
Muhammad telah mati. Barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah senantiasa
hidup tidak pernah akan mati."
Senantiasa pembela al-haq akan terus bermunculan. Tidak terhina dan pesimis
kendati banyak yang menjadi musuhnya sampai hari kiamat. Medan da'wah tak pernah
kosong dari sosok pahlawan yang memikul panji da'wah. Da'i ilalllah tidak akan
terganggu dengan rasa takut, dan tidak akan putus asa karena banyaknya rintangan.
Sebaliknya, akan senantiasa berada di barisan terdepan, berjihad dan bersabar. Hal yang
paling esensial baginya adalah berjalan di jalan yang benar dan mengharap ridha Allah.
Imam al-Banna berkata, "Pada hakikatnya apa yang disatukan al-haq tidak bisa
diceraikan oleh manusia. Ketika pertama kali kita bergerak, belajar, dan berda'wah
semuanya adalah demi Allah (billah), dari Allah (minallah), dan hanya untuk Allah
(ilallah). Terbukti Allah telah menjaga da'wah ini 17 tahun lamanya, sekarang pada hari
yang sama telah melewati 70 tahun, merintangi semua kerikil terjal, melalui beragam
musibah, kelelahan, dan kesulitan. Sudah semestinya Allah memiliki kehendak untuk
da'wah. Da'wah kita insya Allah tetap eksis tegak berdiri di atas kesatuan pundak, hati-
hati yang penuh keimanan, kerja keras dari kelompok dan individu tanpa pamrih yang
hampir tidak dikenal orang. Suatu kelompok yang jauh dari ria dan sum'ah ‘pencari
ketenaran'. Oleh karena itu, Allah akan senantiasa menolong, memberikan kekuatan,
dan menegakkan pilar-pilarnya dengan taufik-Nya. Kelompok yang mewakili berbagai
kalangan dalam masyarakat; petani, pengrajin, pelajar, fakir miskin, orang kaya, dan
sosok al-atqiya al-akhfiya yang sangat dekat dengan Allah. Kelompok yang senantiasa
menjunjung nilai, insya Allah."
Selanjutnya Imam al-Banna menuturkan, "Keislaman kita wahai ikhwah sekalian adalah
keislaman yang menjunjung akidah dan amal saleh, menjunjung kebebasan mutlak dan
rasa izzah 'harga diri'. Bila demikian sepatutnya kita mengajak kepada manusia "Ucapkan la
ilaha illallah, tunaikan shaum, dan terus berjihad sehingga tegak hukum Allah bagi kalian,
berjihad hingga titik darah penghabisan atau terealisirnya rasa izzah dalam diri kalian.
"Hanya Allahlah Pemilik izzah, juga Rasul dan orang-orang mukmin." (al-
Munafiquun: 8)
Iman Hasan al-Banna lahir di kota Mahmudiyah Provinsi Buhairah Mesir tahun 1906 M.
Lulus dari Darul Ulum tahun 1927 dengan predikat rangking pertama. Ditunjuk menjadi
guru di Kota Ismailiyah. Di kota yang berada di atas Suez Cannal inilah, ia berhasil
merintis pilar-pilar da'wah Islam yang spektakuler, bersama 6 orang rekan seperjuangan.
Maka, lahirlah Ikhwanul Muslimin pada bulan Dzul Qa'dah 1347 H, bertepatan dengan Maret
1928 M.
Perhatian utama waktu itu adalah terhadap problem Palestina. Ketika tentara Arab
menyerbu Palestina tahun 1948, pasukan Ikhwanul Muslimin dengan kataib 'divisi militer'
sukarelawannya terjun ke medan tempur melawan Yahudi. Dalam pertempuran itu, mereka
mendapat ujian yang baik. Ketika musuh-musuh Islam mengendus kekuatan Ikhwanul
Muslimin dan semangat jihad mereka, negara-negara yang menamakan dirinya sebagai negara
adidaya mengeluarkan perintah kepada Pemerintah Mesir untuk membubarkan
Ikhwanul Muslimin dan menangkap sukarelawan Ikhwanul Muslimin yang baru kembali
dari medan pertempuran. Tinggal tersisa hanya Imam al-Banna yang telah dipersiapkan
untuknya sebuah rencana jahat, yaitu membunuhnya atas perintah Raja Faruk di salah satu
jalan raya Kota Kairo pada tanggal 14 Rabi'uts Tsani 1268 H, bertepatan dengan tanggal 12
Februari 1949 M.
Takdir menghendaki adanya benang merah antara tanggal lahir dan syahidnya dengan
dua peristiwa besar di dunia Timur. Beliau dilahirkan tahun 1906 yaitu tahun (dalam
buku asli sampai di sini tanpa penyebutan keterangan. Kemungkinan tahun ketika
Yahudi Danuma melobi Khalifah Abdul Hamid untuk memberikan tanah bagi Yahudi di
Palestina-penj.) dan tahun syahidnya adalah tahun 1949 yaitu tahun berdirinya negara
Yahudi.
Allah telah menjaga Imam al-Banna dari tiga hal penggoda, yaitu harta, kedudukan,
dan wanita. Tiga perkara yang sering ditawarkan para penjajah kepada kaum mujahidin.
Semua usaha dan upaya untuk menggoda Imam al-Banna gagal.
Interaksinya terhadap musuh dan pendukungnya sama. Ini yang sangat menakjubkan. Ia
tidak pernah menyerang atau bersikap konfrontatif dengan musuhnya. Akan tetapi, ia
menjunjung tinggi hiwar 'dialog' terbuka dan polemik pemikiran, tanpa mengarahkannya ke
polemik individu.

G. PENGAKUAN SAKSI WANITA ATAS PERISTIWA


PEMBUNUHAN IMAM AL-BANNA
Kendati peristiwa pembunuhan Imam al-Banna telah 50 tahun berlalu, dan kendati
beragam tulisan muncul mengisahkan proses pembunuhan yang diiringi pencarian fakta oleh
polisi, namun para saksi mata yang menyaksikan pembunuhan tersebut tidak pernah diberi
kesempatan untuk membeberkan kesaksian mereka. Salah seorang saksi yang masih hidup
adalah Siti In'am as-Subki, mantan perawat rumah sakit Qasr Aini, berusia 66 tahun yang
bersemangat merekam kesaksiannya di bawah ini.
Siti In'am berkata, "Karena alasan studi, saya melakukan urbanisasi dari Provinsi Bani
Suwep (bagian utara Shaid Mesir) ke Kairo di paruh awal tahun 1949. Saat itu usia saya
16 tahun. Sekolah yang saya tuju adalah sekolah perawat Hakimat yang terletak di Qasr
Aini (Qasr Faransi sekarang). Ketika itu saya baru mendengar nama Imam Hasan al-
Banna dari kakak laki-laki saya bernama Mahmud yang kemudian dia menamai
anaknya dengan Hasan al-Banna.
Ketika saya di rumah sakit, saya mendengar perawat dan para dokter saling berbisik,
'Mereka telah membunuh sang pemimpin, berulang kali: Suasana hening di rumah sakit
berubah menjadi gaduh dan kacau. Bersama seorang teman, saya berusaha mengorek
informasi tentang sosok pemimpin yang dibunuh dan pelaku pembunuhannya. Kami berhasil
mendapati Imam asy-Syahid tergeletak di ruang gawat darurat Moro Basya (Moro
Basya adalah bagian bedah operasi terandal di Mesir saat itu). Tidak ada yang
menemaninya kecuali sebagian besar perawat. Sedangkan, para dokter bedah dilarang
masuk ke kamar operasi.
Kondisi Imam al-Banna sangat krisis. Ia membujur lemah di atas meja rumah sakit.
Darah terus mengalir. Ia terus mengulang-ulang kalimat syahadat. Sedangkan, kami
dilarang melakukan penyelamatan pertama.
Saat itu rumah sakit seolah berubah menjadi barak militer yang dipenuhi para polisi partisan
politik. Mereka melarang Dr. Muhammad Zeini, ahli bedah dan ketua bagian bedah rumah
sakit, memasuki ruang operasi. Hal ini mengakibatkan ia terkena penyakit jiwa tak lama
setelah peristiwa itu. Tanpa sadar ketika mengajar di fakultas kedokteran, kotoran keluar
dari mulut dan lubang pori-pori dengan bentuk yang menjijikkan. Walau berusaha
menutupi dengan kedua tangannya, namun tak berhasil.
Imam al-Banna masuk rumah sakit jam 12 sore. Ia tergeletak di kamar operasi
tanpa ada yang menemani. Pada jam 3 tengah malam, Raja Faruk datang mengunjungi
rumah sakit. Sebelumnya saya belum pernah melihat langsung Raja Faruk, saya ketahui
hanya dari berita atau gambarnya yang terpampang di media masa. Teman saya
berteriak mengajak kami melihat raja. Kami melongokkan kepala kami melalui jendela
kamar, kami melihat Raja Faruk yang dikawal ketat pasukan pengawal dan polisi partisan
politik. Ia datang hanya untuk memastikan kematian Imam Hasan al-Banna rahimahullah
dengan mata kepala sendiri, seolah tidak percaya bahwa anak buahnya telah melaksanakan
komando dengan cermat. Atau, dia merasa khawatir jika ada salah satu anak buahnya yang
hatinya terenyuh dan belas kasih hingga tidak rela melaksanakan perintah. Imam al-Banna
telah meninggal sebelum kedatangan Raja Faruk dalam jangka waktu yang cukup lama.
Selesai memastikan kematian Imam al-Banna, Raja Faruk pulang kembali dari rumah
sakit.
Tak pelak lagi, peristiwa laknat tersebut menimbulkan guncangan besar di Mesir.
Para mahasiswa dan pelajar berdemonstrasi. Akan tetapi, polisi politik masih bisa
menguasai rumah sakit dengan membuat pagar betis berlapis-lapis hingga pintu kamar
tempat terbaringnya Imam Hasan al-Banna."
Siti In'am Subki menutup kisahnya dengan mengatakan, "Buasnya kejahatan dan
kedatangan raja untuk sekadar memastikan kematian Imam al-Banna membuat kami
berpikir berulang kali, dalam kapasitas kami sebagai perawat, dokter, dan pihak rumah
sakit, akan sosok penting pribadi Imam al-Banna yang mendorong raja untuk menyempatkan
hadir ke rumah sakit. Dari sana kami mulai menelaah buku, risalah karya Imam al-Banna.
Hal ini menjadi faktor pendukung tersosialisasinya fikrah Ikhwanul Muslimin di kalangan
dokter, perawat, dan bahkan di Mesir secara umum."

H. DA'IYAH ISLAMY FARAJ AN-NAJJAR: Kenangan Bersama


Imam al-Banna
Faraj an-Najjar termasuk generasi pertama jama'ah Ikhwanul Muslimin yang bertemu
dengan Imam al-Banna pada awal tahun 1939. Setelah memahami fikrah dan manhaj
Imam al-Banna, Syekh Faraj langsung berbai'at untuk amal Islami sebagai manhaj yang
integral dan komprehensif Konsekuensinya, Syekh Najjar keluar dari tarikat sufi yang
selama ini ia geluti.
Ia sezaman dengan Imam al-Banna dan berhasil menyelami bersih dan eloknya fikrah
Ikhwanul Muslimin. Ia juga telah banyak mengalami cobaan dan musibah, namun
kabar gembira yang akan diterimanya.
Di bawah ini Syekh Faraj akan menceritakan salah satu kenangannya selama
berinterkasi dengan Imam al-Banna. Ia juga bercerita seputar rahasia nilai lebih
Imam al-Banna dibanding syekh-syekh tarikat sufi, peristiwa perjumpaan pertama
dengan Imam, potensi dan sumber daya yang dimiliki Imam, kondisi awal mula
munculnya gerakan Ikhwanul Muslimin, kedudukan Imam al-Banna di hati
pengikutnya, dan konspirasi laknat untuk membunuhnya.
Syekh Faraj berkisah, "Pada tahun 1939 sebelum perang dunia II, saya sangat aktif
mengikuti kegiatan tarekat sufi. Seperti rekan segenerasi, saya diharuskan mengikuti
kegiatan tersebut. Tarekat yang saya ikuti adalah tarekat Syadziliah. Namun, tatkala
terjadi perbedaan pendapat dengan syekh tarikat, saya sering tidak aktif mengikuti zikir
disebabkan penolakan saya terhadap beberapa aksi. Ketika ayahku tiba tengah malam
dan mengetahui bahwa saya telah keluar dari tarekat, ia memaksa untuk kembali aktif di
tarekat yang lain. Waktu itu tarekat sufi tumbuh bak jamur di musim hujan. Hal ini
disebabkan keyakinan mayoritas masyarakat bahwa keselamatan terjamin dengan aktif di
tarekat-tarekat sufi.
Di tengah kebingungan, saya berjumpa dengan seorang ikhwan yang bekerja di Kairo.
Ia mengabari bahwa ada salah seorang syekh di Kairo yang mengajak kepada tarekat
baru. Dalam benak saya terdetik tarekat baru tersebut adalah tarekat sufi. Ikhwan
tersebut membawa buletin yang berisi tulisan Ustadz Abdurahman as-Sa'ati yang
singkatnya berbunyi,
'Serulah dunia, kami telah memiliki tekad. Serulah manusia untuk mengikuti kami,
akan kami bacakan dzikra (Al-Qur’an). Kami akan obati orang sakit dengan obat ramuan
kami. Kami hembuskan roh kami. Dunia akan tuli jika tidak mendengar kami. Allah adalah
tujuan kami. Rasul adalah pemimpin kami. Al-Qur'an adalah undang-undang kami. Jihad
adalah jalan kami. Mati Fi sabilillah adalah cita-cita kami yang tertinggi”.
Membaca tulisan tersebut, hati saya luluh. Kemudian bersama seorang teman,
kami bersepakat untuk pergi mengunjungi tarekat ini di Kairo. Setibanya di kantor pusat
Ikhwanul Muslimin, kami menjumpai Imam al-Banna sedang menyampaikan muhadharah
di depan mahasiswa.
Penampilan Imam al-Banna berbeda dengan penampilan sosok syekh-syekh sufi
yang telah saya kenal. Tatapan pertama mengantarkan pada ta’aruf. Ia meminta saya
untuk menunggu hingga selesai menghadiri pertemuan dengan Shalih Basya, Ketua
Jam'iyah Syubbanul Muslimin.
Perjumpaan kami waktu itu pada waktu shalat shubuh. Selesai shalat, kami membaca
ma'tsurat dan berolahraga. Imam al-Banna mengundang saya untuk mengunjugi
rumahnya. Kami berangkat bersama. Tidak kurang dari dua jam kami berbincang. Selesai
sarapan, ia mengambil bai'at untuk amal Islami seperti yang telah ia jelaskan, 'Islam
adalah sistem integral yang menyentuh seluruh aspek kehidupan.' Kami sepakat dengan
jadwal liqa hari Selasa tiap minggunya. Selanjutnya saya lebih akrab dengan pria tersebut
dibanding kepada ayah, ibu, dan semua keluargaku."
Sambil berlinang air mata, ia melanjutkan kisah kenangannya dengan Imam al-Banna,
"Kenangan ini selalu membangkitkan rasa pilu juga rasa bahagia ke dalam diriku.
Kenangan ini merasuk ke dalam jiwa mengiringi sang waktu yang semakin diselimuti
awan kejelekan. Andai saja saya disuruh memilih kalimat, maka akan saya katakan,
'Seandainya kenangan itu kembali'. Akan tetapi, inilah realitas kehidupan sebagaimana
firman Allah,
"Di kalangan orang mukmin ada rijal yang konsisten dengan janji mereka kepada
Allah. Sebagian mereka ada yang gugur, dan sebagiannya lagi ada yang menunggu.
Namun, mereka tidak pernah memudar janjinya." (al-Ahzab: 23)
Tidak pernah terdetik dalam pikiran saya, bahwa suatu hari akan menjadi juru
bicara tentang Imam Hasan al-Banna setelah wafatnya. Sebab, maqam beliau begitu tinggi,
tidak cukup hanya dengan untaian kata ringkas. Akan tetapi, saya sebagai saudara yang lekat
berinteraksi dengannya dan juga sebagai tentara selama 10 tahun, mengetahui persis
tentang sosok Imam al-Banna yang sangat luhur. Purnama gerakan islah dan tajdid muncul di
Kota Mahmudiyah Provinsi Buhairah di tengah lelap penduduknya. Cahayanya
semakin terang setelah mendirikan jama'ah Ikhwanul Muslimin yang sekaligus peletak
dasar tujuan dan syiar Ikhwanul Muslimin yang berbunyi, 'Sesungguhnya sasaran
gerakan Ikhwanul Muslimin adalah membentuk generasi yang memahami Islam
dengan benar dan mengamalkannya: Fokus da'wahnya adalah mengajak kepada
syumuliyah Islam di tengah kondisi umat yang bodoh akan hakikat Islam dalam tatanan
praktek. Sedangkan, yang lainnya hanya memahami Islam secara parsial, jauh dari realitas
kehidupan dan sangat jauh dari realitas di saat Ruhul Amin (Jibril) ketika pertama kali
turun.
Imam Hasan al-Banna sangat cerdik dan memiliki daya nalar tinggi. Wajahnya
menampakkan tanda prestasi dan kematangan. Selain itu, ia adalah seorang taqi'
takwa' dan naqiy 'bersih'. Jika Anda berinteraksi dengannya, Anda akan merasa seolah
di alam roh. Andai berpisah, Anda akan merasakan izzah. Ia berjiwa mulia, tidak
menyenangi kesewenangan,
"Bersikap. lemah lembut terhadap orang mukmin, dan tegas terhadap kafir." (al-
Maa'idah: 54)
Idealismenya tinggi, tidak ada yang menandinginya. Ia menjaga janji dan murah
(kehormatan). Anda akan merasakan kepeduliannya baik di kala senang maupun susah
tanpa Anda pinta. Sangat brilian dalam manajemen dan administrasi, namun ia sangat
tawadhu. Jika Anda mengkomparasikan, kualitasnya menyamai seluruh anggota
masyarakat. Getaran suara membentuk orkestra indah yang merasuk akal dan hati
semua kalangan. Seolah-olah getaran suara dari zaman Rasul saw. yang menjelajah
angkasa setiap generasi sepanjang zaman.
Jiwanya segar dan bersih laksana embun yang menetes pada bunga putih. Kecintaan
terhadap Allah, diaplikasikannya untuk menyebarkan mahabbah di kalangan manusia.
Keahliannya lengkap. Ia alim; insinyur, dokter jiwa, olahragawan, dan komandan
tentara. Ia ahli mendiagnosa jiwa-jiwa manusia, sehingga tidak pernah memvonis dalam
berbagai kondisi dengan dzhan 'syak wasangka'. Apa pun tak ada yang bisa memisahkannya
dengan Al-Haq, bagaimanapun eratnya hubungan."
Syekh Faraj kembali menuturkan, "Seorang manusia biasa tidak akan bisa mengukur
sejauhmana kejuhudan Imam al-Banna untuk mensosialisasikan da'wah Ikhwanul
Muslimin, kecuali jika ia menelaah generasi yang lebih awal muncul sebelum Ikhwanul
Muslimin. Selain itu, ia mampu menelusuri penyakit dan rintangan yang menghadang Imam
al-Banna."
Kerikil pertama yang menghalangi da'wah Ikhwanul Muslimin adalah faktor kebodohan
umat terhadap hakikat Islam. Juga kelemahan para ulama menemukan mutiara Islam harak
Tarekat-tarekat sufi yang tersebar luas .di perkotaan hingga pelosok pedesaan yang
dipinpin masyayikh 'bentuk jamak dari syekh' yang sama sekali tidak memperhatikan
keselamatan akidah dan kesalehan ibadah. Tanpa sadar, mereka telah melakukan maksiat.
Ironisnya mereka selalu mengaku sebagai ahlul ilmi dan makrifah.
Faktor lain adalah faktor internal umat. Yaitu, kekuatan penjajah yang senantiasa
berupaya melemahkan potensi umat. Pihak penguasa kerajaan yang perilakunya jauh dari
moral. Komunisme antituhan yang beranggapan agama adalah borok suatu bangsa. Para
pengabdi kerajaan di pedesaan yang tidak lain adalah kepanjangan tangan besi
kediktatoran yang meluluh-lantahkan roh umat. Semua penyakit telah menjangkiti semua
individu akibat dari kebodohan yang fanatik.
Dalam kondisi ini, Allah mengutus Imam Hasan al-Banna unluk mengislah
kehidupan umat dan men-tajdid 'mereaktualisasi' agama. Kendala-kendala yang mirip
dengan rudal-rudal untuk menghancurkan Islam, membuat Imam Hasan al-Banna
terpanggil untuk membangun kembali puing-puing umat yang berserakan melawan
musuh-musuh Islam dan mengancurkannya. Imam al-Banna menggariskan sasaran
pertama, yaitu tujuan Ikhwanul Muslimin adalah membentuk generasi baru yang
memahami Islam dengan benar dan mengamalkannya.
Namun, supaya Anda mengetahui juhud Imam Hasan Al-Banna, sebaiknya kita
mengetahui bahwa bangunan Ikhwanul Muslimin yang telah mencakup seluruh dunia
berawal dari asas takwin fardi 'pembinaan individu’.
Imam al-Banna menelusuri seluruh pelosok mencari pribadi (fardi) yang memiliki
kriteria-kriteria mukminin dan shadiqin dalam kehidupan sosial dan ibadah. Setelah itu ia
mengajak, menemani, dan memba'iatnya agar siap bekerja untuk Allah (Allah). Kemudian
ia mengundangnya untuk menghadiri pengajian tiap hari Selasa di Kairo. Jika ia
merasa tenang terhadap pribadi dan pemahamannya terhadap Islam dengan benar, ia
membai'atnya untuk bergerak dan beramal di jalan Islam.
Pada hakikatnya, karakteristik dominan yang dimiliki Imam al-Banna adalah
kejeniusannya dalam mengatur (tandhim) dan pengaturan (idarah). Ia menjadikan untuk
setiap kelompok generasi baru, divisi yang akan mengawasi, mengikuti aktivitas, dan
memperhatikan kondisi anggotanya hingga pada akhirnya terbentuklah generasi baru yang
matang dan berkualitas.
Dengan perencanaan dan tujuan di atas, da'wah Ikhwanul Muslimin berjalan tenang
sesuai relm benar dalam niat, dan sabar dalam kontinyunitas amal, sehingga menjadi
kekuatan utama di Mesir. Oleh karena itu, pihak penjajah dan antek-anteknya tidak
menemukan solusi kecuali membubarkan Ikhwanul Muslimin. Hal ini setelah mereka
mengakui bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kekuatan Allah bagi umat ini. Suatu
kekuatan yang tidak isti’jal 'tergesa' untuk meraih kemenangan. Namun, tetap
konsekuen dengan keimanan mendalam, pembinaan yang detail terorganisir,
kontinyunitas amal, dan waktu adalah bagian dari pengobatan."
Selanjutnya Syekh an-Najjar bercerita tentang perbincangannya disertai dua orang
pemuda yang rata-rata berusia 14-15 tahun dengan Imam al-Banna di kantor pusat
Ikhwanul Muslimin pada tahun 1942.
Topik perbincangan adalah mengenai da'wah Ikhwanul Muslimin. Ketiga pemuda bertanya
tentang kapan da'wah Ikhwanul Muslimin akan menang? Sang Imam menjawab, "Saya
barusan saja datang dari Aswan. Sebentar lagi akan ke Iskandariyah. Beginilah yang saya
lakukan siang malam dalam rangka kontinyunitas amal. Kendati semua itu, saya tidak bisa
mengira-ngira kapan saya melihat kemenangan dengan mata kepala sendiri. Demikian pula
dengan kalian. Saya tidak bisa mengira bahwa kalian akan menyaksikan kemenangan dengan
mata kepala sendiri. Namun, saya tetap optimis bahwa generasi setelah kalian akan
merasakan kemenangan berkat izin Allah!!"
Selanjutnya Syekh Faraj berkata, "Kami merasakan perubahan drastis dari kebodohan
kepada cahaya makrifah. Dari kegelapan yang kelam menuju ke nur yang terang-benderang.
Hal ini implikasi dari interaksi kami dengan Imam al-Banna. Kami bersyukur bisa
mengenalnya, dan kami mencintainya sepenuh hati.
Berkat asy-Syahid, kami bisa mensinkronkan antara perasaan dengan penglihatan akal.
Oleh karena itu, kami sangat respek dan sepenuh jiwa menjadikannya sebagai pemimpin
kami. Juga kami bisa mengetahui tata cara menarik simpati masyarakat akan kebaikan.
Sungguh ia adalah belahan hati kami."
Mengenai konspirasi jahat musuh-musuh Imam Hasan al-Banna, Syekh Faraj
berkomentar, "Pihak penjajah dan antek-anteknya berkonspirasi menekan Ikhwanul
Muslimin setelah mengetahui hakikat da'wahnya. Mereka memerintahkan Pemerintah
Mesir untuk membubarkan Ikhwanul Muslimin, menangkap anggotanya, dan menolak
memenjarakan Imam Hasan al-Banna. Dari sini sangat jelas niat busuk mereka untuk
membunuh Imam al-Banna.
Pihak Ikhwanul Muslimin memutuskan untuk mengamankan Imam al-Banna dari
pembunuhan, sebab da'wah sangat membutuhkannya. Namun, Imam al-Banna menolak pindah
ke tempat yang telah disiapkan hanya dengan tujuan tersebut. Ia berkata, 'Sekarang saya sedang
melakukan negosiasi dengan pihak pemerintah. Besok ada janji dengan perwakilan
pemerintah di kantor Syubbanul Muslimun. Tidak baik bila saya mengingkari janji. Kita
semua berharap, pertemuan ini bisa membawa kebaikan. Sejak dulu saya merancang
slogan Ikhwanul Muslimin dan selalu menekankan bahwa mati fi sabilillah adalah cita-
cita kami yang tertinggi. Sekarang di depan saya ada kewajiban syahadah. Saya taka
kan menghindar darinya.' Lalu, ia membaca sebuah nasyid,
Hari manakah yang bisa kuhindari dari kematian
Hari yang tidak ditakdirkan, atau yang telah ditakdirkan
Hari yang tidak ditakdirkan, tidak kutakuti
Sebab kehati-hatian tak akan membantu menghindari apa yang ditakdirkan
Berakhirlah perjumpaan dengannya. Saya tak memiliki hak untuk memutuskan apa
pun. Saya hanya seorang prajurit biasa. Sedangkan, ia adalah guru, pemimpin.
Kepercayaan kami penuh padanya. Saya meninggalkannya jam 8 tanggal 10 Februari
1949. Pada saat yang sama di malam 12 Februari, musuh-musuh laknat menjalankan
operasinya dengan membunuh seorang Imam yang andai masih hidup akan mengubah
sejarah. Namun, ia pergi ke sisi Rabb-nya bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan
shalihin. Musuh-musuh yang melakukan konspirasi tidak sadar bahwa mereka telah
menjangkitkan wabah kegelapan kepada umat.

I. SYEKH MAHMUD JAUHARI: Imam al-Banna dan Peranannya


dalam Pendidikan Wanita dan Memerangi Khurafat
Kedudukan wanita memiliki tempat istimewa dalam pemikiran Imam asy-Syahid Hasan
al-Banna. Sejak pertama kali mendirikan gerakan da'wah Ikhwanul Muslimin, ia sangat
intens untuk membentuk badan tersendiri khusus bagi akhwat muslimat. Badan ini
yang nantinya bertugas menyampaikan pelajaran keislaman dalam setiap
perkumpulan keputrian di masjid dan kantor-kantor cabang Ikhwanul Muslimin. Selain
itu, badan ini memiliki pelayanan sosial dan perawatan anggota keluarga yang
dipenjarakan.
Ia mendirikan sekolah khusus wanita yang menerapkan dua kurikulum. Pertama formal dan
yang kedua adalah berupa kurikulum yang secara khusus berisi etika moral Islam serta arahan-
arahannya bagi kaum hawa.
Imam al-Banna meluangkan waktu khusus untuk mengajar sekali dalam seminggu.
Kepala badan ini adalah Syekh Mahmud Jauhari yang berikut ini mengisahkan atensi
Imam Hasan al-Banna terhadap peran wanita dalam da'wah.
Syekh Mahmud Jauhari menuturkan, "Fikrah Imam Hasan al-Banna sejak awal
mengatakan bahwa peran wanita sangat urgen. Peran wanita sangat berpengaruh terhadap
pembinaan rffa/dan pembentukan perangkat-perangkat utama yang menjadi fokus gerakan
Ikhwanul Muslimin yang termanifestasi dalam pembinaan fardmuslim, keluarga,
masyarakat hingga pemerintah Islam.
Langkah pertama da'wah yang ditempuh Imam Hasan al-Banna di Ismailiyah adalah
membangun masjid. Kemudian di atas masjid di bangun sekolah yang bernama Ma'had Hura
lil-akhwat. Setelah eksis namanya diubah menjadi Madrasah Ummahatul Mukminin. Ia
menerapkan sistem kurikulum yang menyatukan antara kurikulum pemerintah dalam
masalah ilmu modern dengan adab Islam dan petunjuknya bagi pemudi, kaum ibu, dan istri.
Setelah Madrasah Ummahatul Mukminin sukses melaksanakan perannya,
timbullah ide membentuk badan khusus untuk akhwat muslimat di mana anggotanya
adalah kaum wanita Ikhwanul Muslimin, putri-putri serta kerabat dekat keluarga
Ikhwanul Muslimin. Tim pengajarnya adalah para guru di Madrasah Ummahatul
Mukminin. Badan tersebut diberi nama badan Akwat Muslimat berdiri tahun 1932.
Sasaran badan ini adalah:
1. Berpegang teguh dengan etika keislaman dan da'wah kepada keutamaan.
2. Menjelaskan bahaya khurafat yang tersebar di kalangan muslimat.
3. Memberikan pengajian, ceramah dalam ijtima khusus kalangan muslimat.
4. Memberikan nasihat baik secara individu maupun melalui tulisan juga
penerbitan.
Ketika kantor pusat Ikhwanul Muslimin pindah ke Kairo, dipilih Siti Labibah
Ahmad mengepalai badan ini. Tahun 1940 saya bergabung dengan Ikhwanul Muslimin,
yang kemudian menjadi kepala badan khusus akhwat."
Mengenai contoh peran muslimat, Syekh Jauhari mengungkapkan, "Peran tersebut
di antaranya adalah memberikan pengajian di beberapa masjid dan surau milik Ikhwanul
Muslimin. Kegiatan ini tersebar hingga 50 pengajian, bahkan hingga ke pelosok Mesir.
Ketika terjadi peristiwa "mobil Jeep" di mana sebagian anggota putra Ikhwanul
Muslimin divonis hukuman penjara 3 tahun dan ditempatkan di penjara sekitar Qal'ah
(benteng Shalahudin). Badan khusus akwat (Qism Akhwat) menyewa flat dekat penjara
dan menjadwal tugas harian untuk mencuci pakaian anggota putra Ikhwanul Muslimin
yang dipenjara, selain menyiapkan makanan dan obat-obatan. Pekerjaan ini berlangsung
hingga selesainya masa hukuman.
Juga tatkala turun keputusan kerajaan untuk membubarkan Ikhwanul Muslimin, Imam al-
Banna meminta saya menugaskan beberapa akwat untuk menjadi delegasi ke beberapa
intansi pemerintah seperti istana kerajaan, kantor kementerian, MPR, DPR, dan kantor
provinsi untuk membawa pesan yang telah disiapkan Imam al-Banna yang berisi
kezaliman yang menimpa Ikhwanul Muslimin dan tuntutan untuk mecabutnya.
Di tengah tugas tersebut, anggota Qism Akhwat bertemu dengan pembantu-pembantu
ratu di Istana Raja Abidin. Qism Akwat mampu memikat hati, hingga para pembantu ratu
tersebut menyanggupi untuk menyampaikan pesan Imam al-Banna ke ratu dan
memberikannnya ke raja.
Demikian peran penting muslimat Ikhwanul Muslimin, di samping peran-peran sosial yang
bermanfaat seperti klinik, taman kanak-kanak, panti asuhan buat anak yatim, sekolah,
membantu keluarga fakir miskin, dan mengumpulkan sumbangan untuk keluarga
Ikhwanul Muslimin yang dipenjara.
Peran ini membuktikan keberanian, kesigapan, pengorbanan, dan keluasan peran
wanita. Contoh lainnya adalah ketika istri Imam Hudhaibi dalam suatu perjalanan
diperiksa salah seorang perwira menengah, dia sangat keterlaluan dalam pemeriksaanya
sampai makanan ia curigai. Ia berkata, 'Hai anakku, ini bukan wewenang dan tugasmu.
Tugasmu adalah di medan tempur membela negara.' Si perwira tersebut gemetar dan
meminta maaf padanya.
Contoh ketiga adalah ketika salah seorang akhwat bernama "Fatimah Taufiq", lulusan
Sekolah Tinggi Pendidikan khusus putri. Ia termasuk mahasiswa berprestasi. Ketika
itu Imam al-Banna menugasinya untuk membuat badge warna hijau (tanda pengenal)
yang terbuat dari sutra dan tertera nama Ikhwanul Muslimin. Ketika ia akan menerima
penghargaan dari raja, ia membawa badge tersebut ke depan raja untuk menerima
penghargaan dengan gagah berani.
Selanjutnya, Syeik Mahmud Jauhari bercerita tentang kenangannya ketika mengepalai
Qism Akhwat dengan Imam Hasan al-Banna, "Kenangan ini terpulang ketika pertama kali
membentuk awal perkumpulan wanita dari para cendekiawati, sarjana, pelajar ma'had,
sebagian besar karyawan, dokter, dan lainnya. Perhatian Imam al-Banna terhadap
perkumpulan ini sangat besar karena ia melihat perkumpulan ini sebagai benih yang baik
untuk menjadi pemimpin Qism Akhwat muslimat dan sebagai tulang punggung untuk
memahami Islam dan mensosialisasikannya dengan nilai-nilai otentik di kalangan wanita.
Selama satu tahun Imam al-Banna menjadi pembina khusus perkumpulan dalam
pengajian mingguan. Hingga suatu ketika ia sakit berat, namun tetap menyampaikan
pengajian kendati telah diminta istirahat demi kesehatannya.
Kenangan indah yang tak terlupakan adalah ketika bersama Imam al-Banna selama
kurang lebih 6 tahun, pergi bersamanya dalam berbagai perjalanan menuju pelosok. Suatu
waktu saya mengajukan permohonan pengunduran diri dari Qism Akhwat. Ia tersenyum
lebar dan menegaskan kembali urgensi kontinyunitas dalam proyek tersebut. Saya tak
berani menentang."
Syekh Mahmud pun melanjutkan perkataannya dengan menguraikan upaya muslimah
menghadapi tantangan yang mengancam hijab, iffah, dan nilai. Ia berkata, "Wanita, jika
mempelajari agamanya pasti akan menghadapi tantangan dengan penuh kekuatan. Semua
upaya marjinalisasi muslimah, pasti gagal sepanjang terdapat akidah yang kuat, dan
keimanan yang tidak mudah goyah di hadapan rayuan, pemikiran, slogan-slogan
tipuan yang akan menjadikan sosok wanita sebagai barang dagangan dan barang mainan
yang diperdagangkan menyalahi nilai, prinsip, dan akhlak keislaman yang agung.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, wajib bagi wanita muslimah untuk mampu
memahami dengan mendalam semua rencana yang bertujuan menghancurkannya;
membentengi diri dalam upaya menghadapi tantangan tersebut dengan benteng berupa
pemahaman yang benar terhadap integralitas ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek
kehidupan; meniru dan menapaki tangga-tangga yang dilalui para wanita shalehah
yang menjadi qudwahsepanjang jaman. Mereka adalah para pioneer, contoh ideal yang diuji
dengan ujian kebaikan dalam medan da'wah. Merekalah yang melahirkan para
pemimpin, tokoh-tokoh yang memimpin umat ini dalam masa-masa sulit. Masa
pertama, masa kenabian, dan masa modern saat ini dipenuhi sosok-sosok ideal yang mampu
menampilkan peran terbaik dalam kepahlawanan, pengorbanan, dan keberanian.
J. MUHAMAD HASAN AN-NADWI (PEMIMPIN REDAKSI
MAJALAH AL-BA'TSU AL-ISLAMY 'KEBANGKITAN ISLAM'
DI INDIA): Imam Hasan al-Banna dalam Naungan Sejarah
Sebuah nama yang tersebar di seluruh negara asing sebagaimana terkenal di Kairo
dan Damaskus. Sebuah nama yang kilatan cahayanya diakui kawan dan lawan.
Sebuah nama yang pemiliknya mendapatkan respek dan kasih sayang dari para
pemuda, kaum tua, lelaki, dan wanita di dunia Islam tanpa kecuali. Sebuah nama tercinta
yang senantiasa menjadi purnama dalam kegelapan sejarah modern.
Sungguh, Imam al-Banna telah berhasil membentuk suatu generasi baru yang terdiri
dari para pemuda muslim dan dibinanya dalam landasan hubbu fillah wal bughdu fillah.
Suatu generasi beriman dan berislam yang tidak pernah menyerah karena celaan
presiden dan para menteri, serta hinaan para raja dan para amir. Generasi yang tidak
pernah lelah karena kediktatoran penguasa untuk memperjuangkan syariat, membela
agama, dan menyelesaikan problematika yang menyentuh Islam dan kaum muslimin.
Generasi yang tidak takut dengan celaan dan hinaan.
"Generasi ketika damai ibarat kijang penjaga perbatasan, dan ketika perang ibarat
singa penjaga kedaulatan wilayah."
Generasi baru, cendekia, kuat, terpercaya, dan pemberani ini semuanya tidak lain kecuali
buah dari kerja keras Imam Hasan al-Banna serta hasil dari kecintaan dan keikhlasannya
kendati kezaliman dan kegelapan menimpa.
Malam panjang akan berlalu, fajar akan menyingsing. Perhatikan alamat-alamat
yang menggembirakan telah tampak di angkasa, walau diingkari para pengingkar.
Imam al-Banna yang telah memenuhi hati kami dengan keimanan dan pengetahuan.
Memenuhi harakah Islam dengan semangat, enegri baru, dan mengganti hati dalam
jasad harakah Islam dengah hati baru yang revolusioner, darah yang bergejolak.
Imam al-Banna dengan da'wahnya, telah membangunkan orang-orang yang tidur,
membangkitkan orang-orang yang lalai dengan mimpi, dan menjadikan umat yang
pemalas menjadi umat yang semuanya adalah gerakan, energik dengan amal dan jihad.
Tiba-tiba pandangan dunia tertuju ke Ismailiyah. Titik sensitif di atas Nil. Tempat da'wah
muncul. Tak lama kemudian, cahaya da'wah menyinari dunia Arab dan seluruh dunia Islam.
Semua ini terpulang kembali kepada Imam asy-Syahid berkat kebaikan hubungan dengan
Allah, ruh dan hatinya bercahaya dengan keimanan, aktif berda'wah di depan khalayak.
Rahasia keberhasilan Imam asy-Syahid dalam berda'wah tercermin dalam beberapa
simat 'ciri khas'.
Pertama, sifat hilm 'lemah-lembut; sifat shafh 'tidak temperamen, ghufran
'pemaaf; hubb 'rasa cinta; irfan 'mengetahui' seni da'wah, dan ukhuwah yang lekat. Sisi
inilah yang hilang dalam diri kita sehingga kebaikan dan keberkahan tidak bisa kita tuai.
Seorang yang memusuhi Imam al-Banna dan memendam seribu tipu muslihat dan
kejelekan, ketika berjumpa dengan Syekh al-Banna berubah drastis menjadi
mencintai. Kebencian dan rasa dendam terkikis oleh keindahan iman, cahaya wajah,
dan kecantikan perilakunya.
Tidak berlebihan jika saya katakan, "Sesungguhnya tidak pernah terjadi di Mesir, rakyat
semuanya satu persepsi tentang Imam al-Banna. Juga tidak pernah mencintai seorang pun,
sebesar cinta yang diberikan kepada Imam al-Banna. Cinta yang diberikan secara sukarela
dan tumbuh dengan sendirinya tanpa keterpaksaan atau dibuat-buat. Rasa cinta yang
bersumber dari kedalaman jiwa tanpa ada paksaan dari luar. Cinta yang diberkahi malaikat,
yang tidak tersentuh setan. Cinta yang penuh kebaikan bukan kejelekan." Rasa cinta
samawi yang agung, transparan, suci, dan segar semuanya milik Imam al-Banna sejak kecil.
Ya Allah, betapa mulia nasibnya.
Kedua, kelebihan yang dimiliki Imam al-Banna sendiri yang mampu menyatukan
beragam pengetahuan dan wawasan. Seeolah sosok al-Banna adalah paduan dari beberapa
sosok yang mewakili keberagaman visi, namun semuanya masih dalam satu kerangka yaitu
kerangka da'wah jihad, serta ikhlas dalam ucapan dan perbuatan.
Ia memiliki roh keislaman dan mengetahui roh modern. Paham betul terhadap tuntutan
generasi dan kekosongan pemuda. Juga memahami kekurangan peradaban modern.
Ia adalah seorang alim yang laduni, seorang mursyid ruhi bagi Ikhwanul Muslimin
yang mampu mendeteksi tipu daya dan rayuan nafsu syahwati. Juga selain itu, adalah
seorang khatib yang mempu menyihir, membawa hati, dan memiliki keindahan ucapan. Ia
juga seorang mujahid yang mengorbankan kerja keras, waktu, harta, dan jiwa raganya fi
sabilillah.
Seorang reformis sosial yang mengetahui penyakit-penyakit kejiwaan, penyakit
moralitas, dan problematika sosial. Seorang politikus andal yang tegas dengan prinsip,
tidak sombong, dan mampu membuktikan kualitasnya dalam medan politik di atas rivalnya.
Ia juga seorang penulis yang panda'i berbalaghah, kata-katanya mudah dicerna, penuh
makna, panda'i mengkritik tanpa dibuat-buat, dan tidak bersilat lidah. Ia adalah
seorang bapak, akh, dan teman dalam satu waktu. Ia mampu mendiagnosa dan
memberikan terapi pada setiap masalah kejiwaan disertai penyelesaiannya. Seolah ia
lebih lincah dari pada ombak lautan, bebas dari ikatan. Ikatan syubhat dan waswasah
'bisikan setan dan hawa nafsu'.
Sosok da'i dan imam seperti di atas sangat pantas memimpin umat., membangun prestise,
mencetak sejarah, dan menciptakan cara baru untuk berda'wah menyatukan unsur ruhi
yang gaib dan suci dengan akal seorang mukmin bercahaya, sebagai contoh ideal yang
mesti diikuti dan perjalanan hidup yang suci.
Demikianlah Imam al-Banna telah menyiapkan generasi yang dikenal dengan visinya
yang terhormat, tangannya yang bersih, hatinya yang selamat, berbajukan Al-Haq,
dan taat terhadap mursyid. Ia telah membangun umat dengan baik. Hal ini
berkat taufik ilahi yang membantunya setiap waktu, kejuhudan yang konsisten,
rihlahnya yang tak berhenti, kerja keras dalam medan da'wah, perhatian secara langsung
dalam mengatur kantor Ikhwanul Muslimin dari pusat hingga cabang, serta hubungan
kekeluargaan yang erat dan menyentuh problematika mereka baik ekonomi maupun
ruhi.
Ketiga, hubungannya dengan masyhur beserta kesalehannya. Ia meniru dan mengikuti
mereka. Hubungan yang menjaga manusia dari terperosok ke dalam hawa nafsu. Menjaga dari
fitnah siang malam, bisikan hati, keraguan, setan, manusia, dan jin, serta terhindar dari
gemerlapan dunia. Juga sekaligus menancapkan kedua kaki ketika menghadapi ancaman
atau rayuan dari penguasa dan kedudukan, juga dalam masa gembira dan kesulitan.
Pagar penghalang yang bersumber dari hubungan dengan sosok manusia yang kuat
hubungannya dengan Allah, yang hatinya kosong dari kecintaan terhadap dunia, yang telah
sampai kepada derajat kabul (diterima) dan keyakinan. Mereka seolah melihat akhirat dengan
mata telanjang. Pagar ini yang menjaga Imam Hasan al-Banna baik ketika kecil, pemuda,
menjadi seorang khatib, penulis, reformis sosial, politik, pendiri jama'ah, dan pernimpin da'wah
dari setiap kesalahan fatal yang biasa dilakukan sebagian besar kaum cendekia dan pemimpin
gerakan islah ketika hubungan pribadi mereka mengendur dengan tarbiyah diniyah yang
menjadikan mereka merasa bangga dengan ilmunya. Seolah lisan mereka mengatakan
sebagaimana yang termuat dalam surah al-An'aam ayat 53, "Orang-orang semacam
inikah yang diberi anugerah oleh Allah di antara kita?" Ya, demikian pula Imam al-
Banna, "Bukankah Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bersyukur."
Hubungan yang memberikan kekuatan kepada Imam al-Banna hingga
menjadikannya tinggi di atas segala keinginan dalam segala bidang, semua peran, dan
sikap da'wah serta kepahlawanannya. Akan tetapi, ia tidak terjebak dalam sisi atau
ruangan kosong ataupun dalam pertapaan yang tenang. Namun, ia keluar dengan bekal
keimanan, bahan bakar, dan muatan baru keimanan ke medan amal dan peduangan.
Dari titik ini, ia berbeda dengan beberapa tokoh tersebut. Namun, ia tidak
mendeskriditkan atau mencela mereka. Sebab, ia mengetahui kelebihan mereka
yang tidak dimilikinya. Ia juga mengetahui pengaruh positif kelebihan ini jika
terdapat dalam hatinya. Ia merasakan kekuatan dan kenikmatan yang sangat asing
terutama tatkala menghadapi gelombang kerusakan dan melawan fitnah serta
rayuan. Bagaimana ia mengangap enteng mereka, padahal ia telah banyak mengambil
manfaat dan mengambil bekal dari mereka untuk masa depan. Siapa yang berbekal dan
mengetahui kenikmatan ruhi, maka tidak ada kenikmatan dunia yang bisa menyamainya.
Itulah kenikmatan cinta dan iman yang diramu dengan kenikmatan jihad ketika menghadapi
kesulitan-kesulitan di jalan Allah dalam menegakkan kalimat Al-Haq di depan
pemerintahan yang zalim.
Suatu kelebihan yang jarang ditemukan pada satu sosok. Imma mursyid ruhi
yang mengisolasi dari kehidupan, dan waiimma sosok sosial yang penuh dedikasi kerja
keras dalam medan da'wah yang tidak merasakan kenikmatan ruh.
Adapun Imam al-Banna telah menyatukan kedua sisi penting tersebut dengan sempurna.
Ia mengamalkannya sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
Naungan sejarah Islam sangat luas yang tidak bisa Anda temukan dalam semua
peradaban klasik atau modern. Suatu naungan yang tidak masuk ke dalamnya kecuali
mereka para pembesar sejarah Islam, sosok-sosok brilian, jenius, tokoh-tokoh besar guru
da'wah dan jihad fi sabilillah baik dengan tulisan, lisan, darah, maupun ruh.
Dialah naungan agung yang seluruh penjurunya bersinar, cerah, dan bercahaya. Suatu
naungan yang dimulai dari Nabi terakhir Muhamad bin Abdullah al-Hasyimi saw., para
sahabatnya, dan seterusnya.
Satu hal yang meyakinkan bahwa maqam Imam al-Banna dalam naungan ini
sangat besar. Sebab, ia membawa da'wah ini di atas kedua pundaknya di zaman
pamungkas di saat kerusakan tampak baik di laut maupun di darat. Di saat orang
yang memegang agamanya ibarat memegang bara api.
Selamat kami ucapkan atas keagungan ini. Juga selamat bagi generasi mukmin
yang senantiasa komit dengan janji dan jalan perjuangan Imam al-Banna. Kendati malam
semakin panjang, sunyi mencekam, dan kegelapan menyelimuti.
Kilatan cahaya yang menyinari dunia laksana kilatan orang asing yang tergesa, atau
tamu yang numpang lewat, kemudian meninggalkannya dan pergi.
Apa yang diambil kilatan tersebut dari dunia? Atau, apa yang ia kumpulkan dari
gemerlapan dunia untuk dirinya? Dan, apa yang kilatan cahaya tinggalkan untuk dunia ini
ketika ia sinari dunia dengan cahaya suci dari dunia suci untuk jiwa-jiwa yang disucikan
dan dibersihkan?
Begitulah Imam al-Banna. Ia tidak mengambil sedikit pun untuk dirinya. Padahal, ia
tinggalkan segalanya untuk manusia. Imam al-Banna turun ke dunia ini, sedang gelombang
materialisme merasuk ke dalam setiap akal dan hati manusia. Materialisme pemikiran,
perasaan, dan syahwat. Kami dan kaum muda telah menempuh setengah dari gelombang ini.
Kami mengira bahwa fadhilah-fadhilah Islam dan contoh idealnya adalah teori belaka yang
tidak ada kaitannya sama sekali dengan realitas hidup. Semua manusia mengulang-ngulang
fadhilah Islam ibarat mengulang syair dan sastra indah.
Manusia hidup dalam rangkulan gemerlapnya dunia. Sampai munculnya Imam Hasan al-
Banna menyinari lingkaran cahaya yang memiliki prinsip, dan contoh ideal. Lingkaran
tersebut adalah fikrah Islamiah. Ia menghidupkannya dengan hati, akal, jiwa, daya nalar,
dan rasa. Prinsip-prinsip pemikiran dalam visi Imam al-Bana adalah kebenaran (Al-Haq).
Selainnya adalah batil. Contoh idealnya adalah syariat amali yang otentik. Selainnya adalah
fatamorgana yang menipu. Di depan matanya, segala kemewahan dunia tak berarti kecuali
kebahagiaan rezeki Allah. Kezuhudannya dalam dunia materi tidak ada yang menyetarainya
kecuali kezuhudan orang yang memiliki materi dengan mulia, ideal, dan proporsional.
Dunia seringkali menawarkan dirinya dengan kondisi yang menggiurkan. Namun,
semuanya tidak mampu menggoyang jiwa yang sibuk dengan hakikat kejiwaan yang
tinggi.
Ketika awal pertama berda'wah tahun 1932, ia ditawari kedudukan basah asal
bersedia bersikap lunak dalam menunaikan kewajibannya sebagai da’i. Seandainya ia
menerima apa yang ditawarkan, maka anak-anaknya akan mendapatkan jabatan dan
merasakan nikmat yang membuat iri-dengki yang lain. Di awal perang dunia, Inggris
menawarkan ribuan bahkan puluhan ribu emas murni. Di balik semua itu tersimpan syarat
ketaatan kepada semua perintah dan isyaratnya. Akan tetapi, sosok tawadhu yang
sederhana dan moderat merendahkan kesombongan pihak yang datang merayunya untuk
meminimalisasi prinsip dan karamahnya. Sehingga, semua pemimpin mengetahui
bahwa emas dan perak tidak bisa menaklukkannya. Oleh karena itu, perlu diambil tindakan
yang tegas untuk membungkam da'wah dan mengurangi gaungnya selamanya. Kalau
seandainya ia bersikap lembut kepada mereka, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu
mengungkap rahasianya. Tidak akan menghadapi dendam-kesumat orang-orang dengki. Ia
pasti meninggalkan sesuatu bagi keturunannya yang bisa membuat kaya dan akan
menjadikan mereka orang-orang berharta banyak.
Memang betul ia menjadi komisaris banyak perusahaan milik Ikhwanul Muslimin. Tentu
ia berhak mendapatkan gaji dan upah yang menggiurkan. Namun, ia menginginkan upah dari
Allah bukan dari manusia. Maka, semua kerjanya di semua perusahan tersebut ia serahkan
hisabnya kepada Allah.
Baru pertama kali, di dunia perusahaan dan ekonomi ada sosok yang sangat jarang
ini. Hasan al-Banna adalah fikrah besar yang tidak menginginkan harta atau tujuan yang
temporer. Oleh sebab itu, kita melihat ia hidup di tengah kita dengan lembut dan tanpa
beban. Menjadikan dunia sama sekali tidak berarti. Ia tidak mengumpulkan dan tidak
intens sedikit pun dari unsur dunia kecuali sesuai proporsinya. Ia tidak mengambil dunia
kecuali sesuai kebutuhan utamanya. Ia memakan makanan seadanya, memakai
pakaian secukupnya, tinggal di tempat tinggal secukupnya, dan hidup bersahaya. Ia tidak
meninggalkan sedikit pun untuk anak-anaknya. Ia serahkan semuanya kepada Allah.
Cendera mata dan kebanggaan jiwanya adalah ketika ia mengajak manusia dengan
kalimat Allah. Mengungkapkan kepada khalayak apa yang menjadi rahasianya. Melihat
keutamaan fikrah dan prinsipnya dalam tatanan realitas kehidupan. Dan, ketika melihat suri
tauladan yang hidup di tengah kehidupan manusia di atas dua telapak kaki, memenuhi
celah-celah yang selama ini dikuasai kebatilan dan menjaga wajah dunia dengan kehormatan
dan iffahnya. Jika semua itu tercapai, fikrahnya ridha penuh ketenangan dalam jiwa.
Jiwanya tersenyum dalam kelembutan hati berkat cahaya, nikmat, dan nur Allah.
Manusia sebelum Imam Hasan al-Banna membaca nash-nash agama dan menyimak
nasihat-nasihatnya. Namun, hampir tak ada yang menyangkut dalam diri mereka.
Ketika ia datang, ia cairkan kebekuan, gerakkan kelesuan, menuruni duri, dan
menggantungkan visi di atas ufuq al-a'la.
Imam Hasan al-Banna tidak membawa ilmu baru, bukan pula ulama yang paling tahu. Ia
sama seperti yang lainnya. Perbedaanya adalah terletak bahwa orang lain menawarkan fikrah
Islamiah semampunya. Sedang fikrah Islamiah yang diemban Imam al-Banna laksana
patukan ular. Melalui lisannya, ia ketengahkan penjelasan yang rinci dan bermakna. Ia
tamnakkan dalam alunan suaranya rasa khusu, rasa rindu, dan roh asing yang
menenangkan hati. Dalam mimik wajahnya, ia gambarkan kekuatan orasi sesuai
keinginannya.
Dalam sorotan matanya, ia pancarkan pandangan yang menusuk jiwa dengan ilham
yang mengilhami hati dan jiwa sekaligus. Seketika itu, cahaya baru muncul menyinari sisi
jiwa dan kehidupan baru menggairahkan kematian hati. Seketika itu, manusia melihat
sosok Islam yang hidup dan kekal, seolah mereka adalah orang yang baru mengenal
Islam.
Hasan al-Banna muncul, dan ajaran Islam telah diajarkan. Islam di beberapa kalangan
telah sempit hanya sebatas rakaat shalat, puasa beberapa waktu, dan ritual yang
dipraktekkan di mesjid atau selainnya. Lalu muncullah praktek-praktek permisif yang
menggerogoti puing fadhilah yang masih kita miliki. Jiwa-jiwa seakan mati dan telah
tunduk kepada genggaman pencuri di bawah rayuan-rayuan hina. Jiwa-jiwa yang
telah jauh dari semangat jihad. Padahal, hanya jihad yang mampu mengeluarkan mereka dari
genggaman rayuan dan mampu menjaga dari semua bencana.
Ia muncul ketika kaum muda melihat Islam sebatas kumpulan kuno pemikiran
terbelakang di atas perahu peradaban modern. Ia muncul ketika pemerintah berusaha
mencopot syariat samawi, sebaliknya menggembar-gemborkan kelayakan syariat asing. Ia
datang ketika penjajah memfasilitasi semua kerusakan dan mendukung agar tersebar ke
seluruh penjuru. Ibarat-ibarat di sini bukan berarti menjustifikasi bahwa Imam al-Banna
sukses menawarkan nilai-nilai Islam secara sempurna. Sebab, Islam sendiri adalah din dan
daulah, shalat dan jihad, rohani dan mated, akidah dan syariat, serta perilaku dan kerja.
Yang dimaksud bukan seperti itu, bukan pula keberhasilannya secara praktek dalam
membina divisi-divisi tempur yang siap keluar dari tanah leluhur untuk jihad fi sabilillah yang
merupakan pertama kali dalam sejarah Islam modern. Bukan pula kesuksesannya menarik
simpati kaum muda bahwa Islam memiliki perangkat-perangkat sistem andal bagi
masyarakat maju. Bukan pula bahwa ia telah mendorong syariat Islam dalam lingkungan
perundangan dan tasyri' sehingga ia menemukan pendukung sedang di luar terdapat opini publik
yang menyerukannya. Bukan semua ibrah ini yang dimaksud. Bukan pula bahwa ia telah
memerangi medan ekonomi atas nama Islam hingga sukses mendirikan perusahaan dagang
dan yayasan industri. Ibrah bukan dari semua itu atau dari semua yang jika kami sebutkan
sangatlah panjang. Akan tetapi, intisari ibrah yang dapat kita simpulkan dari dua sisi
tebing. Sisi pertama yaitu pergumulan panjang yang muncul antara dirinya dengan beragam
kekuatan. Atau, antara dirinya dengan perangkat-perangkat kebodohan, kelemahan,
kelaliman, dan hawa nafsu.
Ia menyerukan kepada jihad dan kekuatan, serta mengkritik pihak yang
meninggalkan kewajiban tersebut. Ia melawan dan membuat penjajah keteteran. Sehingga,
pemerintah berteriak, "Pengacau dan subversif melawan hukum." Ia menyeru orang-
orang yang tiarap menjauhi jihad seperti katak dalam kebodohan, "Apa yang telah kita
lakukan untuk berjihad. Jihad seperti zaman Nabi dan khulafa. Di mana diri kita dari hari-
hari itu?"
Imam al-Banna sangat aktif menyerukan keadilan Islam serta mewanti-wanti
bahaya kapitalisme dan kezaliman orang-orang yang memeras keringat rakyat lemah
yang bukan haknya. Mereka berteriak seperti kebakaran jenggot bahwa komunis yang
mengajak kepada keruntuhan kasta.
Pihak atheis komunis tidak mampu memerangi seorang muslim di tempat asalnya.
Muslim akan melakukan konfrontasi dengan kekuatan dan keimanan. Maka, pihak
komusime berteriak bahwa provokator yang menyerukan diktatorisme dan fanatisme.
Fikrah Islamiah mengumumkan hak kedaulatan Tanah Air dan kesatuan lembah. Ia
menolak kecuali berkata sejujurnya bagi seorang muhsin 'yang berbuat baik' ahsanta,
bagus', dan bagi si musi 'yang berbuat kejelekan' istiqamahlah dengan perintah Allah.
Adalah kiamat besar dan bencana total ketika partai-partai politik beranggapan
bahwa "tidak ada hak agama dalam politik, juga tidak ada tempat bagi politik yang
bercampur dengan agama":
Karena memperjuangkan integralitas Islam, Imam al-Banna menghadapi
permusuhan, kemarahan, desas-desus dari orang-orang yang memusuhi, memendam rasa
dendam dan tipu daya. Juga akhlak, agama, dan kehormatannya dideskriditkan. Ia dituduh
sebagai orang bayaran dan tukang suap. Karena isu itu, hilanglah ribuan kesepakatan bisnis,
juga mobil-mobil dan saham perusahaan yang disimpan oleh dajjal atas nama agama.
Tidak hanya itu, mereka tidak puas dengan semua yang meninrpa Imam al-Banna.
Mereka membunuh Imam Hasan al-Banna dengan buas sehingga meninggalkan anak
dan keluarganya dalam flat rumah yang keropos menanti kehancuran. Ia membayar sewa
rumah sebesar 180 qirsy (LE 1.80 pound Mesir) setiap bulan. Padahal, biaya untuk bayi
wanita menghabiskan ribuan bahkan ratusan ribu. Ia meninggalkan mereka di dunia
ini tanpa air dan pepohonan.
Kolaborasi musuh-musuhnya bersatu-padu. Mereka adalah makar pihak penjajah,
kediktatoran penguasa, kezaliman kapitalisme, komunisme antituhan, kedengkian partai
politik, kebodohan masyarakat awam tatkala mereka mengoposisi sesuatu yang tidak
mereka pahami, serta tipu daya Yahudi dan non-Yahudi yang penuh dendam dan
kesumat. Seandainya Imam al-Banna adalah pengikut pemikiran ardhi, maka ia akan
memelas kasihan dari kebiadaban kekuatan tersebut. Ia akan meminta amnesti, di saat
para da'i yang menyerukan kamuflase jihad meminta amnesti.
Jika saja Imam Hasan al-Banna pengikut aliran pemikiran, ia akan mencari selamat
dari kebiadaban. Namun, ia adalah sosok yang telah terkooptasi fikrah yang menyebar ke
dalam akal, hati, azimah, dan anggota badan, hingga ia tunduk mengikuti kehendaknya. Ia
adalah muatan yang berisi rohani Islam. Kewajibannya adalah menyampaikan semua
bayyinat, wacana, dan paradigma yang ada di hadapannya dengan izin Allah.
Ia sama sekali tidak berwenang untuk melawan sebagian musuh, dan berdamai
dengan lainnya. Sangat tidak wajar demi agama Allah, bila ia memerangi kapitalisme
dan membiarkan faham antituhan komunisme dalam kegembiraan dan tersebar ke
seluruh negeri. Sangat tidak pantas demi agama ini, ketika ia membiarkan Palestina
menjadi ghanimah 'rampasan perang' Yahudi dengan alasan bahwa ia tidak mampu
memerangi dalam tiga front pertempuran. Sedikit pun dari semua ini tidak dimiliki dan tidak
mampu. Sebab, sosok Imam al-Banna adalah fikrah. Dan, fikrah adalah satuan yang erat
kaitan satu sama lain. Jika matahari memancarkan sinarnya, sinarnya akan tersebar ke
seluruh penjuru dan lingkungan. inilah ibrah utama dari jihad Imam al-Banna.
Apakah Imam al-Banna berhasil mengemban risalahnya? Pertanyaan ini memiliki
jawaban beragam. Ada yang berkata bahwa ia berhasil. Hal ini didasarkan pada bangunan
yang ia dirikan dan dari struktur yang ia susun. Ada pula yang berkata selain itu.
Alasannya karena komunisme masih eksis. Palestina hilang dari tangan Arab. Para
perampas masih eksis dengan gagahnya di depan kita.
Kedua kelompok ini dua-duanya masih buta terhadap hakikat Imam al-Banna.
Parameter yang kita ambil bukan dari keberhasilannya mendirikan perusahaan, membentuk
lembaga dan jama'ah. Betapa gampangnya membuat simbol luar yang penuh kedustaan.
Bukan pula parameter yang didasarkan pada menang atau tidaknya ia dalam pergumulan dengan
kekuatan tersebut. Namun, parameter yang terkandung dalam rahasia di balik semua itu. Imam
Hasan al-Banna adalah sumber daya besar dari kehidupan yang Allah kehendaki untuk
memperbaharui masyarakat, melepaskannya dari ikatan kejumudan. Tanpa rahasia ini, betapa
rendahnya sosok seorang pemimpin atau da'i, risalah tidak akan tegak, dan tidak akan muncul
paradigma baru.
Di muka, sedikit telah kita bahas kekuatan-kekuatan musuh yang sepakat
berkolaborasi menghancurkan Mursyid. Tidak lain kekuatan tersebut adalah bakteri kejelekan
dan kerusakan. Jika menyentuh jiwa yang sakit, tidak akan memberi kesempatan hidup.
Bakteri akan menggerogoti hingga roboh.
Dengan asma Allah, kehidupan merangkak masuk ke dalam jasad lemah
memberikan keberkahan dan kesucian. Membasmi bakteri pembusukan, mengganti
sel-sel kematian, dan mematikan semua binatang jelata beracun yang kotor.
Namun, ini belum berakhir seiring berjalannya kehidupan tumbuh berganti. Tiupan
kematian terus menggema dengan sel-sel baru yang mensucikan sel-sel busuk dan
mereinkarnasi kulit-kulit yang telah lapuk. Di tengah hiruk-pikuk tiupan kematian dan
teriakan pengingkaran serta kebingungan, muncul di angkasa setruman perkembangan baru.
Imam al-Banna mengembuskan napas terakhir hidupnya bersama denyutan hati
pentutupan.
Barangsiapa yang hendak mengetahui lebih dalam, maka silakan perhatikan dari
bangunan yang didirikan, susunan organisasi, karya tulis, dan taujihatnya. Juga mesti
diperhatikan bahwa generasi baru lahir dalam kondisi hiruk-pikuk kabar pembunuhan,
penangkapan, pemenjaraan, arwah syuhada, peristiwa-peristiwa menggetirkan, dentuman
bom, serta beragam ujian dan cobaan. Mereka lahir dalam konsisi mencekam dan
instabilitas. Kondisi yang membuka mata dan hati generasi baru bahwa mereka adalah mode
baru yang akan menerima estafet perjuangan di masa depan.
Kondisi yang lengkap dengan kekuatan, harapan, dan azam adalah santapan
generasi baru. Santapan yang merupakan risalah hidup yang dirancang Imam al-Banna
bagi masyarakat selama 20 tahun dengan peluh darah dari hati dan roh. Sehingga, pada hari
pembunuhannya, suasana hanyut menggigil dengan putusnya akhir aliran listrik kehidupan
yang berkah.
Masyarakat histeris. Ada yang berkata bahwa Imam Hasan al-Banna telah mati. Yang
lainnya berkata bahwa ini takdir Allah. Dia tidak mati. Ia hidup di tengah pengikutnya.
Bahkan, dia hidup lebih dari itu. Ia telah menyatu dengan generasi baru, tanpa disadari.
Imam Hasan al-Banna tidak mati. Sebab, wacana dan paradigmanya bertolak dari poros
yang telah ia programkan. Membebaskan fikrah Islamiah dari persepsi darah dan daging
(fanatisme kebangsaan, kesukuan, keturunan) dan terus mengalir kepada yang lain.
Fikrah Islamiah telah bertolak dari satu hati yang selanjutnya tumbuh subur di hati-hati
baru yang telah Allah persiapkan. Adapun penggerak yang suci dan jasad yang agung
telah kembali ke hadapan Yang Mahakuasa. Agar ia keluar dari dunia ini dalam kondisi
tawadhu penuh kesederhanaan, sebagaimana ia lahir ke dunia dengan tawadhu dan
sederhana. Demikian pula ia menjalani kehidupannya.
Pihak penguasa setidaknya membantu ketawadhuan dan kesederhanaan ini.
Rezim penguasa melarang para pelayat mendekat mayat yang telah terbujur kaku. Seluruh
masyarakat yang hadir keheranan melihat jenazah kali ini. Di mana baru pertama kali dalam
sejarah manusia, usungan mayat dipikul wanita. Di antaranya yang paling depan seorang
pemudi penyabar yang meneriaki bapaknya, "Berbahagialah wahai ayahanda. Kami tidak
akan berpangku-tangan dengan risalahmu. Semoga Anda menghadap Allah di barisan
depan syuhada. Kendati rezim penguasa melarang para pelayat bertakziyah. Namun, kami
merasa bangga dan bahagia sebab arwah syuhada berjalan mengiringi kami. Ahli samawi
menjadi pelayat, ketika ahli bumi tidak mampu melakukannya."
Sepanjang jalan sunyi, sepi mencekam. Jenazah melaluinya dengan tenang. Melalui
jendela-jendela rumah di kedua bahu jalan bergemuruh tangisan dan pujian. Mereka
menyaksikan jenazah Imam Hasan al-Banna diusung pundak istri dan putrinya menuju
tempat pembaringan terakhir.

K. SYEKH HAMAWI: Yang Saya Ketahui tentang Imam Hasan al


Banna
Puji syukur milik Allah SWT Shalawat dan salam semoga tercurah bagi Nabi kita
saw., keluarga, sahabat, keturunan, dan orang-orang yang berda'wah dengan da'wahnya.
Saya ditugasi untuk mempersiapkan tulisan tentang Imam Hasan al-Banna, semoga Allah
mencurahkan keluhungan rahmat dan menjaclikan bagian dari kekasih-Nya. Saya sempat
menolak. "Apa yang mampu dilakukan orang seperti saya yang lemah daya nalar dan bayan
untuk mendeskripsikan sosok agung yang memiliki segalanya. Tidak ada celah kosong
yang tidak diisi Imam al-Banna dengan wangi bunga dan semerbak wewangian. Padahal, para
tokoh sebelumnya terjebak dalam spesialisasi masing-masing.
Ia melebihi fuqaha dalam kedetilan pandangan dan kesahihan istinbath hukum. Melebihi
sastrawan dalam keindahan deskripsi ide. Mengalahkan ahli khotbah dalam mempengaruhi
roh. Ketepatan firasat dan visi masa depan melebihi para pakar. Ia juga di atas para pemikir
dalam keluasan wacana dan paradigma. Tidak konservatif, juga tidak frontal. Namun, menjadi
solusi bagi hal sulit dan pembuka bagi ketertutupan dengan mudah.
Yang aneh, Anda akan menemukan orang yang berguru kepadanya tidak semuanya
dalam satu persepsi. Ada juga yang hatinya memendam rasa permusuhan dan kebencian.
Namun, Imam Hasan al-Banna mampu menyatukan semua visi dan persepsi dalam satu
frame da'wah yang dipenuhi ulfah ‘keharmonisan’ rasa mawaddah yang mengeliminasi
ikhtilaf dan perselisihan.
Kebulatan azimah, kemantapan cita-cita, kontinyunitas perjuangan, dan keluhungan
ilmu, adalah faktor yang membuatnya teguh berpendirian, tidak goyah karena beratnya
beban. Seluruh unsur ini telah menyatu dalam jiwa Imam al-Banna yang
dimanifestasikan dalam akhlak mulia, sikap egaliter terhadap beragam visi anggota
Ikhwanul Muslimin. Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kami
denganya. Selain itu ia juga ramah, humoris, dan ceria yang membuat anggota Ikhwan
berada dalam naungan kebahagiaan.
Penulis melihat shibghah Imam Hasan al-Banna kepada para pengikutnya yang
shadiqin sangat kuat. Seperti shibghah yang memoles seorang murid dari syekhnya
dalam segala hal baik ucapan, perilaku, maupun isyarat. Hal ini sangat tampak
terutama dalam diri para pengikut khusus Imam al-Banna.
Lantas saya mengetahui bahwa Imam Hasan al-Banna termasuk arbabul qulub
‘pendidik hati' yang memiliki hubungan khusus dengan Allah. Ia adalah murabbi dengan
roh tidak hanya dengan lisan. Selama hayat di kandung badan, ia tempuh jalan hidup
beserta fase-fasenya dengan mujahadah dan tashfiyah ‘pensucian jiwa'. Sehingga, ia
mampu mencapai puncak tertinggi, dan menduduki kursi yang tertinggi pula. Ia adalah
sosok penzikir dan pemikir. Juga termasuk dari segelintir kaum yang telah
memenuhi kewajiban kepada Allah, berserah diri, dan ridha terhadap hukum-hukum
Allah.
Ketika infirad ‘menyendiri dengan Allah; kedua kelopak matanya selalu berlinang air
mata karena rasa cinta dan rindu pada-Nya. Ia senantiasa berharap agar ada malam kosong
yang ia lalui dalam bahtera zikrullah, menyimak hal yang bisa menggerakkan semangat
dan menerbangkan roh menuju Allah. Suatu waktu ia berkata kepada saya, "Ya Syekh
Hamawi, apakah Anda hendak membangkitkan rasa rindu kami pertama kali atau rasa duka
kami yang lalu?!"
Betapa sering kami, saya dan dia, berikhtilaf dalam beberapa masalah furu'iyah secara
terbuka dalam setiap perkumpulan Ikhwanul Muslimin. Ketika ia melihat kebenaran, cepat
kembali dengan terang-terangan tanpa takabur. Bahkan, suatu waktu ikhtilaf kami
meruncing. Hingga saya berusaha melunakkan dirinya dengan dalil secara tematis dari
kitab-kitab. Ia pun menerima. Tidak segan-segan ia menyatakan revisi terhadap
pendapatnya pada malam Rabu sebelumnya dalam pengajian umum. Ia berkata kepada
saya, "Kita berselisih paham secara terbuka dan terang-terangan, lalu kita berdamai secara
rahasia." Maksudnya, ia mengharuskan mushalahah ‘rembuk' juga dilakukan dengan
terang-terangan.
Ketika mengenang hari Rabu tersebut, saya berkata kepadanya bahwa malam itu
malam kebanjiran. Di mana Allah melimpahkan pengetahuan (irfan) ke dalam
hati, menganugerahkan bayan kepada lisannya, dan menurunkan kebahagiaan kepada kami
para pendengar.
Selanjutnya, kesedihanku berpisah dengan akhi ‘saudara', habibi 'kekasih', dan sayyidi
‘tuan' Imam Hasan al-Banna tidak pernah reda. Dia akan terus menyertai sepanjang
hidupku dan tidak akan pernah terlupakan.
Saya berharap Allah menerima kesyahidan yang telah diraih Imam asy-syahid Hasan
al-Banna fi sabilillah. Saya pun berharap bisa meraih kesyahidan hingga kami bisa
berkumpul bersama, amin.
Dalam mimpi saya melihat tanda-tanda Allah telah menerimanya. Dalam mimpi
tersebut, saya berkumpul bersamanya dan beberapa Ikhwan dalam satu hidangan yang
bagus. Ada roti beberapa piring raihan yang sangat indah. Ketika bangun, saya teringat
firman Allah,

L. USTADZ SHALIH ASHMAWI: Kemampuan Hasan al-Banna yang


Beragam
Tidak pernah terdetik dalam benak saya pada suatu hari akan menulis tentang Hasan al-
Banna. Ia telah kekal di alam baqa, sedang kita masih di alam fana. Kami penuh harap bisa
berjumpa dengan Allah menjadi syuhada seperti Allah meridhai Imam Hasan al-Banna.
Kita biarkan Imam dan Mursyid Am mengusung da'wah di tengah gelombang
badai dan guyuran hujan menuju pantai keselamatan, serta membawa umat yang
sedang dilanda kebingungan menuju jalan izzah, keagungan, dan kebahagiaan. Namun,
semua ini adalah takdir Allah. Tidak ada yang mampu menolak qadha-Nya. Inna lillahi
wainna ilahi raji'un.
Apa yang akan kita bicarakan tentang Imam Hasan Al-Banna? Apakah sosoknya
sebagai Murabbi? Kita merasa bahwa setiap kita adalah laksana murid dengan
syekhnya. Kepemimpinan telah kita serahkan, untuk selanjutnya akan ia bawa menuju
Allah dan jalan al-haq, kebaikan, kesucian, dan kebersihan.
Atau, kita membicarakan dirinya sebagai seorang mualim (guru)? Masing-masing
kita telah berguru, mengaji, menerima ilmu, men-tajdid keimanan, dan meluruskan
pemahaman tentang Islam darinya dalam setiap pengajian dan pengajarannya.
Atau, kita berbicara tentang sosoknya sebagai seorang walid 'ayah'? Kita telah
merasakan bahwa ia adalah seorang ayah yang penuh kasih sayang, lembut, penuh
perhatian, tidak kenal lelah, tempat mengadu berbagai problematika rumah tangga,
jalan keluar dari krisis keuangan, bahkan seolah ia adalah anak tunggal dari keluarga
besar ini!!
Atau, kita akan mengetengahkan sosoknya sebagai seorang za'im ‘pemimpin' atau
qa'id 'panglima'? Ketika kita dipusingkan dengan beragam problem dan bingung dalam
menentukan hakikat. Kita menemukan dalam kebrilianan akal dan kebersihan hatinya suatu
solusi termudah bagi problem tersulit.
Imam Hasan al-Banna adalah sumber daya manusia yang sempurna. Sumber daya
ruhiyah yang menyinari kegelapan hati, dan menyalakan cahaya iman dalam jiwa
setiap mukmin dari gelombang nafsu yang merajalela. Suatu sumber daya yang
kemampuannya bisa menghidupkan suatu harapan yang telah mati dalam jiwa orang-
orang yang putus asa, dan membangkitkan semangat berkorban dalam jiwa orang
mukmin.
Hasan al-Banna adalah daya nyata yang istimewa. Daya yang mendirikan
madrasah, mengeluarkan murid-murid, men-tajdid makna-makna Islam, memecahkan
banyak keraguan, dan meninggalkan warisan kekal berupa ilmu dan pengetahuan.
Hasan al-Banna adalah daya yang berlimpah penuh sensitivisme dan berperasaan
halus. Ia merasakan setiap rasa sakit yang diderita Ikhwan dan pengikutnya, kendati mereka
menyembunyikan rasa sakit dalam hati yang terdalam.
Hasan al-Banna adalah daya besar terdiri dari hikmah, jiwa bijaksana, dan kejeniusan
dalam seni kepemimpinan serta politik. Sangat pantas ia mampu mengusung da'wah
berjalan memikul jama'ah di bawah telinga dan mata para penjajah, serta para boneka
dan partai politknya tanpa mereka rasakan. Mereka tidak menyadari bahaya jama'ah
Ikhwanul Muslimin terhadap ketamakan dan hawa nafsu mereka, kecuali setelah akar-
akarnya menyebar, menguat, cabang dan dahannya meninggi, dan mulai berbuah dengan
izin Allah.

BAB XIII
PUBLIKASI WARISAN HASAN AL-BANNA
Yang Belum Diketahui Umum Dalam Bentuk Buku Dan CD
(Hadiah Keluarga Imam Hasan Al-Banna Bagi Kaum Muslimin Dalam
Rangka Peringatan 50 Tahun Atas Pembunuhannya)
Peristiwa pembunuhan Imam Hasan al-Banna tanggal 12 November 1949 oleh rezim
penguasa bertujuan bukan hanya sebatas meniadakan Imam al-Banna dari dunia,
tetapi untuk membungkam da'wah. Namun, seperti yang dinyatakan Al-Qur’an ,
"Allah juga memiliki makar. Allah sebaik-baiknya pembuat makar." ( al-Anfaal
ayat 30 )
Sekarang, jama'ah Ikhwanul Muslimin yang didirikan dan disiram dengan darah
suci oleh Imam al-Banna telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Sekarang, rosail dan
buah pemikirannya telah masuk ke setiap perkampungan dan pelosok desa.
Sebelum membahas warisan Imam al-Banna, sebaiknya kita mengingat kembali
bahwa Imam al-Banna tumbuh besar di dalam keluarga ilmu. Ayahnya Syekh Ahmad
Abdurrahman adalah seorang ulama hadits terkenal. Ia yang mengarang kitab Al-fathur
Rabbani Li tartibi Musnad el-Imam Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani dengan
syarahnya 'Bulughul Amani min Asraril Fathir Rabbani'.
Berkaitan dengan peringatan 50 tahun pembunuhan Imam Hasan al-Banna, maka
hadiah yang relevan untuk rohnya yang suci adalah kembali menerbitkan warisan-warisannya
yang belum dipublikasikan ke masyarakat. Tentu warisannya yang belum diketahui berlipat-
ganda jumlahnya daripada yang dipublikasikan sekarang. Insya Allah warisan ini
akan menjadi tambahan penguat bagi pemikiran Islam secara umum dan bagi madrasah
Ikhwanul Muslimin secara khusus.
Mengomentari persiapan publikasi warisan Imam Hasan al-Banna, Ustadz Saiful
Islam Hasan al-Banna putra Imam Hasan al-Banna, Sekjen Organisasi Advokat Mesir,
berkata, "Usia saya ketika terjadi peristiwa pembunuhan ayah 14 tahun lebih sedikit.
Usia ini tentunya sudah bisa merekam semua peristiwa yang terjadi di sekitarku. Secara
politik juga demikian. Sebab, waktu itu saya adalah pelajar SMA dan menjadi anggota
divisi pelajar di Ikhwanul Muslimin. Bersama kawan-kawan, kami memimpin demonstrasi
dan berdialog dengan pelajar lainnya.
Saya beruntung masih bisa tinggal bersama kakek saya Syekh Ahmad Abdurrahman yang
setelah pembunuhan ayah saya, hidup selama 9 tahun dan meninggal tahun 1958. Dialah
yang banyak memberikan pengetahuan saya tentang ayah. Selain dari kakek, saya terima
juga dari rekan-rekan seperjuangan ayah, juga orang-orang yang senantiasa membaca
tulisan, makalah, dan risalah khusus ayah.
Setelah melalui proses agak panjang, berkat karunia Allah saya bisa mengumpulkan
semua gambaran tentang ayah dan beragam masalah dengan jelas. Orang-orang tidak
mengetahui bahwa Imam al-Banna sering berkonsultasi dengan ayahnya dalam masalah
politik. Kakek saya sangat dekat dengan da'wah Ikhwanul Muslimin. Bahkan, ia
pernah menjadi penanggung jawab penerbitan majalah mingguan Ikhwanul Muslimin.
Ia menjadi penulis tetap kolom sunnah yang membahas tentang beberapa tokoh
masyhur di kalangan sahabat, tabiin, dan para perawi hadits.
Sembilan tahun lebih hidup bersama kakek, memberikan fikrah jelas tentang sosok
Imam al-Banna. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
pendidikanku. Dialah yang mendorong saya untuk mendalami ilmu syariat dan
menyarankan untuk masuk ke kuliah Darul Ulum. Akhirnya, saya masuk kuliah Darul
Ulum dan kuliah Huquq (hukum). Dalam satu waktu saya mempelajari dua kurikulum. Saya
lulus menggondol gelar BA (Lc.) dari Darul Ulum dan Huquq. Kakeklah yang banyak
berjasa dalam kerja dan da'wahku."

A. PENGUMPULAN TURATS (WARISAN IMAM AL-BANNA) DAN


PENYUSUNANNYA
Tujuan utama kami dalam mempublikasikan turas Imam al-Banna adalah
menghidupkan kembali mabadi ‘prinsip dan paradigma' yang diperjuangkannya sejak
70 tahun lalu. Mabadi ini akan senantiasa menjadi bingkai keselamatan bagi bangsa
Arab dan umat Islam. Ia akan abadi seperti keabadian Al-Qur'an dan Sunnah.
Alhamdulillah, berkat karunia Allah, kami telah menyelesaikan pengumpulan
dan penyusunan semua tulisan Imam Hasan al-Banna sejak makalah pertama yang
dimuat surat kabar Al-Fath tahun 1928 dengan judul Da'wah kepada Allah sampai
makalah terakhirnya yang dimuat majalah harian milik Ikhwanul Muslimin yang terbit
tanggal 3 Desember 1948 dengan judul Bainal Minhah wal Mihnah 'Antara Nikmat
dan Cobaan' beberapa hari menjelang dibubarkannya Ikhwanul Muslimin tanggal 8
Desember 1948.
Warisan ini berisi semua tulisan Imam Hasan al-Banna tentang tafsir, hadits, ilmu
hadits, tasawuf, akidah, fatwa, dan tak sedikit tulisan tentang da'wah ilallah yang
ditujukan kepada rezim penguasa, kepada masyarakat umum. Selain itu, beberapa tulisan
yang ditujukan kepada pemuda-pemuda dalam rangka mengishlah sosial, juga tulisan
berkaitan dengan problematika dunia Islam dari Indonesia, Pakistan di Timur hingga ke
dunia Barat. Di tambah dengan tulisan-tulisan dalam bidang sastra yang sebagiannya ditiru
oleh beberapa sastrawan sezamannya yang telah terkena virus westernisasi. Turas ini akan
menjadi pelengkap bagi beragam problematika dan sikap.
Dalam waktu dekat turas ini akan dipublikasikan dalam bentuk cetakan buku dan
CD yang dilengkapi dengan catatan kaki yang akan membantu pembaca mereguk
pemikiran Imam Hasan al-Banna dalam beragam masalah yang ditawarkan.

B. SEBAB KETERLAMBATAN PUBLIKASI


Kondisi sulit yang dilalui Ikhwanul Muslimin berlangsung lama. Sudah berulang kali
saya mencoba mempublikasikan turas ini, namun situasi politik belum mengizinkan untuk
diterbitkan. Tahun 60-an pernah dicoba dengan menerbitkan kitab As-salam Fl Islam
'Perdamaian dalam Islam' yang langsung dibredel dan pemilik percetakan ditangkap.
Kali kedua tahun 1965 yang mengantarkan saya ke penjara. Oleh karena itu, tulisan-tulisan
Imam al-Banna yang dipublikasikan sekarang sangat sedikit, karena alasan situasi tersebut.
Kebanyakan turas ini dimuat majalah milik Ikhwanul Muslimin, seperti majalah harian
dan mingguan milik Ikhwanul Muslimin. Juga majalah Al-Manar, As-syabbab, dan An-
Nadzir.

C. MENGOMENTARI TULISAN-TULISAN MIRING TENTANG


IMAM HASAN AL-BANNA
Kami tidak begitu peduli dengan rival da'wah yang menguasai kekuasaan di
negara-negara Arab dan negara Islam yang melancarkan kritik dan serangan terhadap
fikrah Islamiah dan da'wah. Sebab, hal ini adalah bagian dari karakteristik politik dan
ketamakan mereka dalam politik atau ekonomi. Namun, yang menyakitkan kami adalah
adanya dukungan dari kaum muslimin terhadap gelombang ini. Lebih menyakitkan lagi
adanya aksi bisu atau sikap apatis dari kalangan penulis dan cendekiawan muslim dari
berbagai afiliatif pemikiran untuk membendung propaganda pemutar-balikkan
fakta baik secara ilmiah maupun sejarah sekaligus.
Akan tetapi, hal ini tidak akan berpengaruh dalam upaya penyembunyian
al-haq dan pengungkapan kebatilan. Sebab, orang yang membuat hakikat dengan
kepahitan tidak akan pernah luput satu generasi ahli hakikat sedikit pun.
Tidak ragu lagi bahwa masa depan adalah untuk da'wah ini, insya Allah.

D. FILM TENTANG HASAN AL-BANNA


Belum lama ini beberapa penulis dan wartawan telah mempersiapkan sebuah film tentang
kehidupan Imam Hasan al-Banna. Untuk lebih jelasnya, Ustadz Saiful Islam
mengomentari, "Beberapa surat kabar memberitakan bahwa akan diputar film
televisi tentang Hasan al-Banna yang dipersiapkan salah seorang wartawan. Saya
mengajukan permohonan untuk melihat film ini sebelum dilempar ke pasar. Bukan tidak
setuju. Namun, ini berkaitan hak saya pribadi uhtuk menghindari pemutar-balikkan
fakta yang tidak benar. Bukan saja menyalahi fakta, lebih dari itu akan
mengakibatkan efek negatif bagi orang-orang yang ada ikatan darah. Seandainya film
itu sebagai dokumenter yang menceritakan fakta riil yang sebenarnya, maka bebas
menilai fakta, mengemukakan pendapat. Juga yang lainnya berhak menilai dan dan
memilah.
Saya katakan didasari rasa tawadhu bahwa Imam Hasan al-Banna adalah pemimpin dunia
Islam paling bersih dan paling sidiq terhadap diri, kepada Allah dan pengikut da'wahnya.
Hingga hari ini tak ada seorang pun yang menyebutkan satu hakikat yang kontradiktif
dengannya. Saya katakan demikian, sebab film yang disebutkan mengandung
propaganda batil tentang Imam Hasan al-Banna, juga hubungan yang tidak benar
bersama Inggris dan Raja Faruk."

E. REVISI PEMIKIRAN IMAM HASAN AL-BANNA


Mengomentari tentang keharusan turas Imam Hasan al-Banna untuk direvisi agar
relevan dengan roh zaman dan problematikanya, Ustadz Saiful Islam berkata, "Betul,
pengembangan (tathwir) selamanya sangat penting. Da'wah Ikhwanul Muslimin adalah
da'wah Islam yang memiliki tsawabit 'permanen' dalam kulliyat 'universal' dan
memiliki mutaghayyirat ‘nonpermanen' dalam masalah juz’iyat ‘parsial'. Imam Hasan al-
Banna sendiri termasuk mujaddid. Salah satu pepatahnya berbunyi, ‘Kita tidak boleh
menjadi suatu halaqah 'pertemuan' bawah tanah yang menjadi pelanjut silsilah zaman
amaliah Islam. Anak dan cucu kita menjuluki kita dengan tawakul 'berdiam diri' dan
taqhsir 'jumud'. Akan tetapi, saya ingin halaqah kita ini sangat kuat mengusung ilmu-
ilmu Islam dengan format yang bisa dicerna oleh akal Ikhwanul Muslimin.'
Kebanyakan kitab Imam al-Banna adalah berkaitan dengan tsawabit. Dalam kitab-kitab
tersebut, ia kembalikan semua makna ke dalam ushulnya dengan menjadikan petunjuk Al-
Qur’an sebagai parameter standar dan hal-hal yang tsawabit. Dalam kurun waktu 50
tahun lampau, hal ini tidak pernah berubah. Bahkan, hal-hal mutaghayirat tidak berubah
kepada lebih baik, sebaliknya kepada yang lebih jelek.
Rasionalitas Imam Hasan al-Banna tidak menolak wacana tajdid 'pembaharuan'
atau ra’yu lainnya yang kontra dengan ra’yu dirinya. Ia juga sama sekali tidak anti
dengan sarana teknologi modern. Bahkan, ia menganjurkan untuk memanfaatkannya
semaksimal mungkin."
Menjawab tuduhan yang mengatakan pemikiran Imam al-Banna cenderung umum
dan sama sekali jauh dari solusi yang diharapkan bagi problematika modern, bahkan
kontra dengan fakta, Ustadz Saiful Islam berkata, "Imam Hasan al-Banna banyak menulis
beberapa rekomendasi islah (reformasi) yang ditujukan kepada beragam intansi pemerintah.
Rekomendasi-rekomendasi ini menyuarakan kepentingan masyarakat Mesir yang sangat
vital. Mungkin salah satu rekomendasi yang belum dipublikasikan satu surat kabar pun adalah
berkaitan dengan problematika kesewenangan di Mesir. Selain itu, rekomendasi untuk
mengislah sistem pendidikan, peradilan, amandemen konstitusi, penerapan syariat Islam,
cara-cara mengislah keluarga dan wanita, problematika kaum muda, dan juga rekomendasi
berkaitan dengan sikap politik terhadap semua pemerintahan di Mesir. Di samping itu,
Ikhwanul Muslimin juga mempersiapkan program penyusunan undang-undang seperti undang-
undang sipil. Kesimpulannya, hal-hal yang sifatnya tsawabit 'permanen' tidak menerima
perubahan. Hal yang tsawabit di antaranya prinsip-prinsip dasar Islam. Adapun mutaghayyirat
tentunya terbuka terhadap ijtihad dan bagi setiap peristiwa ada pembahasan."
Mengenai pertanyaan apakah turas Imam Hasan al-Banna memerlukan orang yang
menjelaskannya, Ustadz Saiful Islam menjawab, "Tidak perlu. Sebab, turas Imam al-
Banna sangat mudah dan gampang. Akan tetapi, dibutuhkan wacana khusus yang
menjelaskan kondisi dan kesimpang-siuran yang diarahkan kepada turas Imam al-Banna.
Sebagaimana dibutuhkan ada orang yang mampu mentransedalkan antara bagian-bagiannya,
di samping perlu ada yang menyatukan satu dengan yang lain agar gambaran pemikiran Imam
al-Banna jelas.
Mengenai hubungah Imam al-Banna dan partai politik, Syekh Saiful Islam menuturkan,
"Berbicara tentang hubungan Imam al-Banna dengan partai politik tidak terlepas dari misi
dan visi latar belakang pendirian parpol-parpol. Juga cara atau teknis yang ditempuh parpol
tersebut yang sangat jauh dari nilai-nilai akhlak, sosial, dan hak-hak nasionalisme. Hal
ini jelas dalam semua tulisan Imam al-Banna.
Secara prinsip ia tidak anti terhadap keberadaan parpol dalam arti yang benar. Bahkan,
Imam Al-Banna sendiri telah mendeklarasikan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah parpol
yang bersih. Selain itu, makalah-makalah Imam al-Banna semuanya mencerminkan
keterbukaannya untuk menerima perbedaan pendapat, oposisi politik, dan menyerukan
kepada kebebasan mengemukakan pendapat.
Pada surat kabar harian Ikhwanul Muslimin tanggal 5 September 1948 berkaitan
dengan pemilu, ia menulis bahwa Ikhwanul Muslimin melihat sistem kepartaian modern
sekarang ini sebagai sistem yang tidak menyejukkan bagi Ikhwanul Muslimin. Ini
tidak berarti bahwa Ikhwanul Muslimin mengingkari prinsip-prinsip syura atau kaidah-
kaidah pokok yang menjadi landasan perundangan Mesir. Secara prinsip umum,
undang-undang tersebut sesuai dengan Islam. Yang dimaksud adalah bahwa
Ikhwanul Muslimin tidak merativikasi uslub, cara, dan teknis yang bisa memecah-
belah kesatuan kalimat umat, menipu kehendak mereka, dan menggiring umat
menerapkan prinsip-prinsip salim 'lurus, baik' dengan jelek sehingga melahirkan hasil
yang tidak baik pula".
Ketika ditanya tentang sosok Imam al-Banna sebagai ayah apakah meluangkan
waktu cukup untuk rumah dan putra-putrinya, kendati kesibukannya dalam kerja dan
da'wah, Ustadz Saiful Islam menjawab, "Tentu, Hasan al-Banna dalam benak saya adalah
qudwah dalam setiap perilakunya. Saya dan keluarga merasa hak rumah tidak kurang.
Makalah pertama yang ia tulis tentang da'wah ilallah, ia membagi da'wah ke dalam dua
bagian.
Da'wah umum dan da'wah khusus, yaitu berkaitan dengan keluarga. Ia memiliki file
khusus setiap individu anggota keluarga yang mencatat rincian penjelasan. Tentunya
ihtimam-nya 'perhatian' terhadap kebutuhan rumah seperti kebutuhan dapur lebih besar lagi.
Sebagaimana ia selalu mengawasi seluruh individu anggota keluarga dengan terpogram.
Saya yakin Allah telah melimpahkan kemampuan ruhi dan imani yang membuat kami
menaatinya. Kami sangat terpengaruh cara memberikan sugesti tanpa adanya taujih
instruksi' secara langsung."
Mengenai pengaruh Imam Hasan al-Banna kepada cucu-cucunya, Ustadz Saiful Islam
berkata, "Putra saya terbesar Hasan al-Banna kelas 2 Aliyah Azhar telah hafal Al-Qur'an
sejak usia 8 tahun. Juga adik wanitanya Latifah telah hafal seluruh Al-Qur’an. Demikian
dengan Tsana (12 tahun) kelas 1 Tsanawiyah telah hapal 20 juz dan sedang menamatkan
sisanya. Utsman (5 tahun) kelas 1 SD telah hapal Juz Amma. Saya berharap Allah SWT
menganugerahi mereka dengan anugerah yang diberikan kepada kakek mereka yang bisa
menjadikan mereka istiqamah dalam jalan-Nya yang lurus."

Al-Haq dan Keagunggan Semata Milik Allah

Anda mungkin juga menyukai