HASAN AL-BANNA
Diterjemahkan dari
Fiqhul Waqi' Hasan al-Banna
Penulis
Tim Riset dan Kajian Darul Kilma
Penterjemah
Nurodin Usman MA.
Nandang Burhanudin Lc.
Editor
Harlis Kurniawan SS.
Diterbitkan Oleh
Kafila Press
ISBN: 979-96141-2-0
PENGANTAR
"Marilah Kita bersama-sama menyatukan persepsi"
Terbunuhnya Imam Hasan al-Banna 50 tahun lalu oleh rezim yang berkuasa di Mesir
saat itu, suatu indikasi untuk meredam da'wah Islam karena dianggap sebagai ancaman
terhadap kekuasaan rezim tersebut. Apa gerangan yang terjadi setelah itu? Belum
juga genap tiga tahun kekuasaannya lengser, ia dideportasi ke Eropa. Tetapi, Allah Maha
menjaga da'wah. Sehingga, suara Islam kembali menggema lebih kuat dan
tersosialisasi dari sebelumnya, untuk menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan
menasihati umat.
Namun, rezim pengganti tidak lebih baik dari sebelumnya. Mereka menyebarkan
tuduhan dusta kepada para aktivis da'wah, bahkan merencanakan suatu konspirasi
untuk meredam gerakan Islam dan menghancurkannya. Peristiwa Mansyiah, merupakan
bagian dari skenario untuk mencoreng Islam sehingga seolah melegitimasi
penangkapan, pengadilan, pembunuhan, dan pemenjaraan para aktivis da'wah yang tak
berdosa. Para syuhada da'wah berjatuhan. Mereka ditangkap, dipenjara, disiksa, dan
bahkan dibunuh baik dengan senjata api maupun tangan kosong.
Dengan tindakan represif di atas, mereka mengira telah membungkam
gerakan Islam. Akan tetapi, setelah 10 tahun berlangsung, suara Al-Haq semakin ya'lu
wala yu'la alaih. Da'wah Islam semakin menggema di kalangan masyarakat yang
justru makin membuat mereka kaget. Sebaliknya, faham sosialis yang mereka paksakan
tak menjaring pengikut kecuali kaum oportunis dan taklid buta yang tak beretika. Kondisi
Mesir sangat parah, instabilitas ekonomi dan sosial terus bergejolak.
Apa yang mereka gencarkan untuk menutupi kegagalan ini? Jawabannya adalah
dengan mengadili kembali para aktivis da'wah tanpa dasar hukum, membunuhnya atau
menjebloskan mereka ke penjara. Apakah hal ini mampu memberikan jawaban?
Ataukah mereka mampu menghapus da'wah Ilahiyyah dan para dainya? Kurang satu
tahun, kekalahan menimpa rezim penguasa yang menghapus peran politik mereka
selamanya. Hingga kematian menjemput sang pemimpin rezim berikut para pengikutnya
dengan ditimpa penyakit kotor, setelah mengalami kehidupan yang berlumur darah orang
yang tak berdosa. Bahkan, di antara mereka saling bunuh, saling caci, dan saling membuka
aib. Sebaliknya, Islam dan para dai tetap eksis, tahan uji, dan keimanan mereka lebih kuat.
Mereka yakin tempat para syuhada adalah di sisi Allah bersama para nabi, orang-orang
shidiq, para syuhada, dan Sholihin.
Orang yang keluar dari penjara, keyakinan dan keimanan mereka justru semakin
mantap dalam mensosialisasikan da'wah. Orang yang berhijrah menyebarluaskan
da'wah ke berbagai pelosok negeri, lebih aktif menebar benih-benih Islam ke seantero
negeri. Bahkan, kita mendengar salah seorang mereka berkata, "Saya menantikan suatu
hari salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin bisa menjadi pemimpin negara."
Demikian kebaikan muncul ketika mereka menghendaki keburukan. Da'wah terus
menguat, elemen-elemen da'wah semakin berurat akar menancap di hati orang-orang
mukmin. Kondisi da'wah ibarat kondisi mukmin itu sendiri, 'Semua urusan mukmin itu
mengandung kebaikan. Hal ini tidak dimiliki oleh selain mukmin. Jika kebaikan
teraih, dia bersyukur, ini sikap terbaik baginya. Sebaliknya, jika kemadharatan
menimpa, ia sabar dan itu lebih baik baginya. "
Kami manfaatkan kesempatan ini untuk mengajak saudara-saudara muslim di seluruh
dunia – baik pemerintah atau rakyat, kepala negara atau masyarakat biasa, raja-raja atau
suku bangsa – untuk kembali menghayati ayat yang menjadi landasan Ikhwanul
Muslimin,
"Kembalilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagai tuhan selain
daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah pada mereka,
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada
Allah)." (Ali Imran: 64)
Penerbit
BIOGRAFI
(Singkat) Imam Syahid Hasan al-Banna
Hasan al-Banna dilahirkan di Kota Mahmudiyah provinsi Buhairah, di Mesir tahun
1906 M. Ayahnya Ahmad Abdurrahman al-Banna adalah tokoh ulama' mahsyur yang
menyibukkan dirinya untuk mendalami ulumus sunnah. Ia memiliki beberapa karangan
dalam Ilmu Hadits yang di antaranya adalah kitab Al-Fathur Rabbany Li tartibi Musnad
Imam Ahmad.
Sejak usia muda, Hasan al-Banna tergolong aktif mengorganisir berbagai kegiatan
keislaman dalam kerangka amar ma'ruf, nahi munkar dan berda'wah ilallah, bersama
rekan kuliahnya beliau membentuk "Organisasi Penyeru Ahlaq" kemudian
"Organisasi Anti Barang Haram". Selain itu beliaupun turut andil pada peristiwa
revolusi 1919 M di Mesir, ketika itu beliau masih berumur 12 tahun. Sampai pada
akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke Dar al-Mutaallimin di Damanhur tahun
1920 dan menamatkan hafalan Al-Quran dalam usia 14 tahun.
Tahun 1927 beliau lulus dari fakultas Darul Ulum dan meraih ranking pertama hingga ia
ditunjuk menjadi pengajar di Kota Ismailiyah sampai beliau menetap di sana. Dari sinilah awal
mula beliau menempuh da'wah. Langkah pertamanya adalah menda'wahi orang-orang di
kafe-kafe, kedai kopi dan membawa mereka ke masjid. Beliau kerahkan segala
usaha untuk meminimalisir setiap perselisihan paham yang waktu itu begitu marak terjadi di
masyarakat muslim. Beliau mampu merintis elemen-elemen da'wah Islamiah yang
qualified, ketika beliau membulatkan tekad dengan enam orang ikhwan untuk
membentuk satu benih gerakan yang kemudian dikenal dengan sebutan Ikhwanul
Muslimin. Ini terjadi pada bulan Dzul Qa'dah tahun 1347 H, bertepatan Maret 1928 M.
Kabar penentangan Ikhwanul Muslimin terhadap penguasa menyebar ke seantero Mesir
dari kampung hingga kota. Ini bahkan menjadikan Ikhwanul Muslimin memiliki dukungan
kuat tidak sebatas di Ismailiyah saja.
Tahun 1932 M, Imam Hasan al-Banna pindah ke Kairo. Dengan kepindahannya,
markas Ikhwanul Muslimin pindah juga ke Kairo. Imam Hasan al-Banna sering
melakukan perjalanan ke pelosok negeri didampingi anggota baru Ikhwan sebagai salah
satu proses tarbiah untuk berperilaku da'wah dan mempersiapkan mereka menerima beban
da'wah. Ia menerjuni proses ini secara profesional hingga Ikhwanul Muslimin bisa
menjangkau seluruh wilayah Mesir.
Selain itu, Imam Hasan al-Banna menerbitkan majalah mingguan Ikhwanul
Muslimin dan majalah An-Nadzir serta beberapa buletin. Ia tak pernah berhenti menulis
dan mengarang buku. Bahkan, perhatiannya ia curahkan untuk tarbiah, sosialisi da'wah
dan memantapkan jama'ah yang hingga sekarang masih menjadi garda terdepan kebangkitan
Islam di seluruh dunia.
Imam Hasan al-Banna bercita-cita agar gerakan da'wahnya tidak bersifat nasional
sebatas Mesir saja, tetapi harus bersifat internasional seiring dengan karakter internasionalnya
da'wah Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kita bisa saksikan pada tahun 40-an, gerakan
Ikhwanul Muslimin telah mencakup seluruh dunia Arab yang menjadi batu loncatan
menuju dunia Islam yang tetap memfokuskan diri untuk da'wah di mana saja. Ia
secara rutin mengirimkan utusan ke seluruh dunia untuk melihat dari dekat kondisi kaum
muslimin yang kemudian ditransfer ke Kairo. Maka dari itu, Markas Ikhwanul
Muslimin di Kairo menjadi forum sentral negara-negara yang menginginkan
kemerdekaan dari kolonialisasi asing. Tokoh-tokoh yang datang di antaranya pemimpin
gerakan kemerdekaan Afrika Utara, Yaman, India, Pakistan, Indonesia, Afghanistan, Sudan,
Somalia, Suriah, Irak, dan Palestina.
Jihad adalah elemen asasi yang menjadi fokus gerakan Ikhwanul Muslimin. Masalah
Palestina meridapat perhatian serius dari Imam Hasan al-Banna. Bahkan, ia memiliki
pandangan tajam tentang bahaya Yahudi. Sejak awal revolusi-revolusi yang terjadi di
Palestina tahun 1936, Ikhwanul, Muslimin adalah satu-satunya penyeru untuk bersikap
hati-hati dan membebaskan diri dari bahaya Yahudi di dunia Arab. Juga ketika tentara
Arab menyerbu Palestina tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut andil dalam pertempuran
yang bergabung dalam barisan sukarelawan yang menerobos medan tempur sebelah barat
Mesir dan sebelah Timur Suriah. Pada pertempuran itu mereka diuji dengan sebaik-
baiknya ujian.
Tak lama kemudian keluar perintah dari negara-negara Barat kepada Pemerintah Mesir
untuk membubarkan jama'ah Ikhwanul Muslimin dan menangkap anggotanya yang baru
pulang dari medan tempur. Ini terjadi setelah penandatanganan perjanjian. Hanya
Imam al-Banna yang masih bebas dari penangkapan, setelah diputuskan untuk
membunuhnya di salah satu jalan Kairo tanggal 14 Rabius Tsani 1368 H/12 Februari
1949 prakeruntuhan Raja Faruk.
BAB I
TULISAN-TULISAN IMAM ASY-SYAHID
DALAM MAJALAH AL-MANAR
A. TERJUN KEMBALI KE MEDAN JIHAD
Dengan pertolongan-Mu, wahai Tuhan kami, di dalam perlindungan-Mu, di bawah
panji-panji da'wah-Mu yang bersih, di bawah syariat-Mu yang suci, dan berdasarkan
petunjuk nabi-Mu yang mulia junjungan kami Muhammad saw., majalah Al-Manar ini
meneruskan jihadnya dan terjun kembali ke medan jihad.
Semoga rahmat, keridhaan, dan ampunan-Mu dicurahkan kepada Tuan
Muhammad Rasyid Ridho, perintis pertama Al-Manar, yang menerbitkan sinarnya
sehingga menjadi ada. Ia telah berusaha dan berjihad di jalan da'wah kepada Islam,
mempertahankannya, menyatukan kalimat umat Islam, dan memperbaiki urusan-urusan
mereka baik urusan rohani, sipil maupun politik. Ini adalah sasaran-sasaran yang dijadikan
tujuan bagi jihadnya yang panjang sehingga datang apa yang telah ditetapkan oleh
Allah setelah majalah Al-Manar berjalan selama empat puluh tahun menjadi corong petunjuk
dan manhaj pembenaran serta petunjuk.
Tuan Rasyid telah meninggalkan kekosongan yang luas dan lebar. Ia wafat dengan
meninggalkan cita-cita yang sangat besar. Sebelum wafat, ia telah menyaksikan
perkembangan baru dalam kehidupan umat Islam. Ia merasa gembira dengan
perkembangan baru ini. Ia melihat kepadanya sebagai kebaikan, dan menggantungkan
banyak harapan kepadanya. Ia berazam untuk mengiringkan perkembangan ini
dengan Al-Manar dan da'wahnya, dan untuk menjadikannya pada ulang tahunnya yang
ketiga puluh lima sebagai lisan yang jujur bagi sebuah jama'ah yang pantas untuk
"menyerukan kepada Islam dan menyatukan kalimat umat Islam". Jama'ah yang meneruskan
jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad dan berbuat dengan mengambil faedah dari kondisi baru
yang dihadapi oleh umat Islam pada masa sekarang ini.
Ia telah menuliskan makna itu dalam pembukaan jilid ini dengan teksnya sebagai berikut:
"Mulai tahun ini Al-Manar akan menjadi penyambung lidah jama'ah untuk berda'wah kepada
Islam dan untuk menyatukan kalimat umat Islam. Sebuah jama'ah yang didirikan untuk
meneruskan jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad dalam cita-citanya yang paling tinggi. Atau,
selain pendidikan Islam melalui sekolah pada saat zaman yang lemah ini tidak sanggup
melakukan atau membangkitkannya. Sehingga, dibiarkan bagi orang yang dianugerahi
taufik dari Allah, yaitu orang-orang yang memahami da'wah Al-Qur'an, tauhid, serta
persatuan warga dan jama'ahnya. Selain mereka, tidak mampu melakukannya."
Setelah itu ia menyebutkan sebagian dari sejarah sekolah ad-Da'wah wal-Irsyad dan
hambatan atau serangan yang berakhir dengan mematikan idenya yang cemerlang.
Kemudian ia berkata, "Kesimpulannya bahwa saya bersama uji coba ini atau apa yang lebih
pedih dari itu, dan yang lebih sakit dari urusan peserta Al-Manar bersama pengakuan akan
kelemahan saya dalam menanggung urusan-urusan finansial baik yang bersifat khusus apalagi
yang umum, dan bersama usia saya yang sudah memasuki usia senja dan lemah, bersama itu
semua tidak bertambah kecuali rasa keyakinan dan harapan akan kesuksesan usaha saya
terhadap dasar-dasar reformasi Islam yang paling penting. Juga kesuksesan dalam
pembaharuan urusan agama dengan apa yang dimenangkan atas agama semuanya.
Sehingga, hidayah dan petunjuk-Nya dapat merata pada seluruh umat manusia. Saya tidak
putus asa akan adanya sebagian kelompok yang muncul di atas kebenaran, "Tidak
membahayakan orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang hari kiamat".
Hadits ini diriwayatkan oleh dua imam yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim juga imam-
imam lain dengan lafal dari berbagai (riwayat).
Kelompok ini, pada abad-abad terakhir, jumlahnya sedikit dan terpecah-pecah. Sejak dua
tahun yang lalu saya menulis tentang beberapa orang pilihan yang terpecah-pecah dalam
banyak negara. Saya berharap mereka menjadi anggota dalam kelompok tersebut meskipun
mereka memiliki nama, sifat, dan pekerjaan yang berbeda-beda untuk mengajak mereka
kepada kerja. Saya juga berharap kepada siapa saja yang bersedia bekerja sama dengan mereka
dalam pembaharuan dan jihad ini, agar menuliskan data mereka kepada kami. Ini adalah
berkas baginya untuk bekerja bersama mereka sehingga undangan mereka secara resmi
disebarkan.
Hal yang paling diharapkan kebaikannya bagi umat Muhammad saw. pada zaman yang
ditandai dengan kedekatan manusia antara satu dan yang lain, adalah terjadinya rasa
saling mengenal antara kelompok yang mengemban perintah Allah ini. Mereka
saling bekerja sama untuk menyebarkan da'wah dan menyatukan kalimat umat setelah
membuat sistem bagi pusat persatuan yang diharapkan mereka dapat mempercayainya.
Kelompok ini tidak memerlukan lagi kecuali ini. Saya sudah cukup lama memikirkannya.
Mudah-mudahan saya akan memberikan kabar gembira dalam waktu dekat ini dengan
berita yang menggembirakan darinya. Saya menyegerakan dengan izin Allah agar muncul
pada awal tahun ini apa yanc saya dan guru kita al-Ustadz al-Imam (semoga Allah
menyucikan , rohnya; harapkan di pusat Al-Azhar. Ini adalah apa yang disebut oleh kebiasaan
zamar kita sebagai kepribadian maknawi (syakhsyiah maknawiah).
Harapan yang diserahkan urusannya kepada Syekh Muhammad Musthofa al-
Maraghi ini sangat besar. Al-Azhar merupakan barang terpendam yang tersembunyi atau
mutiara yang tidak diketahui oleh pemiliknya, pemerintahnya maupun para
intelektualnya. Tidak ada seorang pun yanc berpikir sebelum al-Ustadz al-Imam tentang
kemungkinan perbaikan dunia Islam semuanya dengan Al-Azhar serta memegang
kepemimpinan seluruh bangsa muslim dalam bidang agama, sastra, dan fikih dengan
jalar memperbaiki pendidikan Al-Azhar yang umum. Akan tetapi, pengajaran dan pemikiran
al-Ustadz al-Imam r.a. yang telah membuahkan harapan ini di dalam sebuah kelompok
dari guru-gurunya serta persiapan dari murid-muridnya. Tidak ada yang diperlukan lagi
kecuali kesungguhan. Segala puji bagi Allah.
Demikianlah Tuan Muhammad Rasyid Ridho mengakhiri hidupnya dan dalam dirinya
menyimpan harapan-harapan yang besar. Yaitu, agar Al-Manar setelah tahun ini menjadi
lisan (juru bicara) bagi sebuah jama'ah untuk berda'wah kepada Islam; agar jama'ah ini
terdiri dari orang-orang yang memiliki akal, agama, dan kedudukan dalam bangsa-bangsa
muslim; dan agar Al-Azhar menguatkan ikatan jama'ah ini dan ia mengencangkan kekuatan
Al-Azhar karena kerja sama antara keduanya mengandung kebaikan semuanya.
Tuan Rasyid r.a. adalah orang yang memiliki keinginan yang jujur dan niat yang ikhlas
dalam harapan-harapannya ini, maka Allah mengabulkannya. Atas kehendak dan taufik dari
Allah, berdiri di atas Al-Manar "Jamaah Ikhwanul Muslimin" yang dikeluarkan atau
dimunculkan oleh orang-orang pilihan dari anggotanya, mengucapkan dengan lisannya
dan membawa manusia kepada da'wahnya.
Subhanallah. Jama'ah Ikhwanul Muslimin adalah jama'ah yang diimpikan oleh
Tuan Rasyid Ridho r.a. Ia telah mengenal jama'ah ini sejak kelahirannya. Ia selalu
memuji jama'ah ini dalam forum-forum khusus, dan mengharapkan darinya banyak
kebaikan. Ia telah menghadiahkan kepada jama'ah beberapa buku karyanya dan
menuliskan dengan tangannya kalimat berikut: "Dari penulis kepada jama'ah Ikhwan yang
bermanfaat". Akan tetapi, ia tidak mengetahui bahwa Allah telah menyimpan kepada jama'ah
ini untuk mengemban tugasnya, untuk menyempurnakan apa yang pernah ia mulai
serta merealisasikan harapan-harapan reformasi dan cita-cita umat Islam.
Tuan Rasyid Ridho telah berharap kepada jama'ah yang disyaratkan dapat
melakukan cita-cita tertinggi dari jama'ah ad-Da'wah wal-Irsyad yaitu selain pendidikan
sekolah. Ia juga berharap agar jama'ah yang baru menjadi seperti ini. Jama'ah Ikhwanul
Muslimin akan merealisasikan harapan ini dengan taufik dari Allah. Perbaikan pengajaran
sekolahan yang resmi termasuk di antara tujuan-tujuan utamanya. Pengaruhnya
kepada para mahasiswa di universitas Mesir ataupun sekolah-sekolah agama baik
sekolah menengah maupun privat sangat besar. Kami akan meneruskan usaha ini sehingga
sampai kepada tujuannya. Insya Allah pendidikan semuanya akan dipusatkan kepada dasar-
dasar yang lurus berasal dari semangat Islam, toleransi Islam, ajaran-ajaran Islam,
peradaban, dan kejayaan Islam. Allahlah tempat memohon pertolongan.
Ikhwanul Muslimin sejak awal da'wahnya sudah menyadari pentingnya hubungan di
antara intelektual-intelektual muslim. Ia telah berbuat untuk mencapainya sehingga
alhamdulillah memiliki banyak orang di berbagai negara yang menaruh simpati terhadap
pemikirannya dan mendukung da'wahnya. Salah seorang dari saudara kita dari tokoh
terpandang di Beirut, Tuan Anis Afandi asy-Syekh, telah mengusulkan agar kita
melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Tuan Rasyid Ridho, yaitu mengumpulkan data
para intelektual muslim yang memiliki kedudukan di dunia Islam. Kemudian kami
menghubungi mereka dan menulis tentang mereka dalam media kita agar masing-masing
dari mereka saling mengenal. Sekarang kita memanfaatkan kesempatan ini. Kita arahkan
harapan seperti yang telah diimpikan oleh pendiri Al-Manar sebelumnya kepada orang
yang mendapatkan dalam dirinya keinginan untuk mereformasi secara Islami, kepada tokoh-
tokoh umat Islam yang siap untuk bekerja. Diharapkan mereka menulis kepada kami
tentang bidang-bidang yang mereka inginkan dan akan mereka kerjakan. Terlebih lagi
kalau sudi kiranya menyertakan juga kiriman foto pribadi. Kami akan memberikan satu
halaman khusus dalam Al-Manar untuk menyebarkan data-data maupun foto-foto ini
yang kami namai dengan "Rubrik Perkenalan" antara aktivis-aktivis da'wah kepada
Islam. Kalau biodata tadi sudah terkumpul kita pikirkan cara yang ideal untuk saling tukar
pikiran dan pendapat.
Sejak awal da'wahnya, Ikhwan sudah menyadari akan kepribadian maknawi yang
dimiliki oleh Al-Azhar. Ia memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses reformasi
Islam. Kalau diarahkan kepadanya pastilah mereka akan menganggap diri mereka sebagai
pendorong bagi tugas-tugasnya. Ikatan yang kuat antara mereka dengan para syekh dan
mahasiswa Al-Azhar akan semakin mantap. Di antara para syekh dan mahasiswa yang mulia
tersebut terdapat kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran da'wah
Ikhwan dan membantu pemikirannya yang pada dasarnya adalah cita-cita setiap orang
Islam yang komit dan kewajiban setiap orang mukmin yang berakal.
Kita berharap semoga mendapatkan nasib yang lebih baik daripada pendiri Al-
Manar r.a. dalam kebaikan berinteraksi dengan para pesertanya. Sebesar apa pun modal
da'wah, tetap sedikit kalau dilihat dari berbagai segi aktivitasnya atau berbagai macam
kerjanya. Ketahuilah hakikat ini. Maka, mereka akan mendapatkan apa yang telah
diinfakkan di jalan ini di mata Allah berupa kebaikan dan pahala yang sangat besar.
Al-Manar Insya Allah akan kembali ke medan jihad. Menolong kebenaran di setiap
tempat, serta melawan kebatilan dengan dalil dan bukti. Syiarnya adalah da'wah
kepada Islam, mempertahankannya, menyatukan kalimat umat Islam, serta bekerja untuk
reformasi Islam dalam semua bidang baik ruhiah, pemikiran, politik maupun sipil. Al-
Manar memiliki musuh dan teman sebagaimana halnya seruan reformasi yang lain. Kita
mengharapkan dari para simpatisan agar mendapatkan jalan baru Al-Manar yang
menguatkan rasa simpati dan ikatannya. Adapun musuh-musuhnya, apabila permusuhan
mereka atas kebenaran dan dengan kebenaran, maka kami akan selalu siap untuk saling
mengerti dengan berdasarkan kepada kitab Allah dan petunjuk Rasulullah saw. serta
bekerja untuk kepentingan agama yang hanif dan toleran ini.
Syekh Rasyid Ridho bukanlah orang maksum yang tidak boleh salah. Ia adalah
manusia biasa. Bisa salah dan bisa benar. Kita juga tidak mengklaim bahwa diri kita
maksum. Kita pun demikian pula. Dari setiap orang kita ambil dan kita tinggalkan
perkataannya kecuali al-Maksum saw.. Kita tidak ingin mengetahui kebenaran melalui
orang-orangnya. Tetapi, kami ingin mengukur orang-orang dengan kebenaran. Apabila
ini adalah pendapat kita semua, dan selama syiar kita adalah mengembalikan
perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang diperintahkan kepada kita,
maka kita telah mengambil petunjuk dan sampai kepada hakikat dengan saling mencintai.
Permusuhan itu telah hilang dan kebatilan telah kalah dan hancur.
Berdasarkan kepada kaidah ini kami mengajak kepada umat dan lembaga-lembaga
Islam semuanya agar saling bekerja sama bersama kami. Kita memohon kepada Allah agar
memperlihatkan kebenaran itu sebuah kebenaran dan memberikan kekuatan untuk
mengikutinya. Juga semoga memperlihatkan kebatilan itu sebuah kebatilan serta
memberikan kekuatan untuk menjauhinya. Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-
baiknya wakil.
Ada tulisan dari seorang penulis budiman yang meminta kepada saya agar menulis
tentang wanita dan sikapnya terhadap laki-laki ataupun sikap laki-laki terhadap wanita.
Bagaimana pendapat Islam dalam masalah ini, sehingga dapat mendorong manusia agar
berpegang teguh kepada agama mereka ataupun melaksanakan hukumnya.
Saya tidak mengingkari pentingnya tulisan tentang topik ini, demikian pula pentingnya
peranan wanita dalam umat Islam. Wanita adalah setengah masyarakat. Bahkan, ia
setengah yang pengaruhnya dalam kehidupan sangat besar karena ia adalah madrasah
pertama yang membentuk orang dan mendidik kader. Masa depan dan arah umat ini
sangat bergantung kepada gambaran seorang anak yang diberikan oleh ibunya. Terlepas
dari itu semua, wanitalah yang bisa mempengaruhi kehidupan para pemuda dan laki-
laki.
Saya tidak mengingkari itu semua. Islam juga tidak mengabaikan masalah ini. Islam,
agama yang diturunkan sebagai petunjuk dan cahaya bagi manusia, telah mengatur semua
urusan kehidupan dengan sangat detail dan dengan hukum atau kaidah yang sangat bagus.
Islam tidak mengabaikan ini semua. Islam tidak membiarkan manusia menguasai urusan
ini dalam segala hal. Bahkan, Islam telah menjelaskannya dengan sangat jelas hingga
tidak perlu ada tambahan lagi.
Pada hakikatnya tidak penting kita mengetahui pendapat Islam tentang laki-laki dan
wanita, beserta hubungan dan kewajiban masing-masing dari keduanya. Hal ini sesuatu
yang sudah diketahui oleh hampir semua orang. Tetapi, yang penting adalah pertanyaan
apakah kita siap untuk mengikuti hukum Islam tersebut?
Kenyataannya bahwa negara ini ataupun negara-negara Islam yang lain diserbu oleh
gelombang cinta taklid Eropa dengan sangat keras dan tenggelam ke dalamnya sampai ke
dagu.
Ada sebagian orang yang tidak cukup dengan hanya tenggelam dalam taklid itu. Bahkan,
mereka berusaha untuk menipu diri mereka sendiri dengan cara memutarbalikkan hukum-
hukum Islam sesuai dengan hawa nafsu Barat dan sistem-sistem Eropa. Mereka
memanfaatkan toleransi dan sifat elastis dari agama ini dengan cara yang sangat buruk.
Sehingga, benar-benar telah keluar dari apa yang digambarkan oleh Islam dan menjadi
sistem lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan Islam. Mereka mengabaikan
sama sekali semangat perundang-undangan dan banyak teks-teks agama yang tidak
sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Pada hakikatnya ini adalah bahaya yang berlipat ganda. Mereka tidak cukup
dengan hanya mengingkari tapi mencari jalan keluar dengan hukum bagi
penyimpangannya. Mereka menghukumi dengan halal atau boleh sehingga mereka
tidak perlu bertobat atau melepaskannya pada suatu ketika.
Yang penting bagi kita adalah melihat kepada hukum Islam dengan pandangan
yang bebas dari hawa nafsu. Kita persiapkan diri kita untuk menerima perintah-
perintah dan larangan-larangan Allah, khususnya dalam urusan ini yang sangat
fundamental dan strategis bagi kebangkitan kita pada masa sekarang.
Berdasarkan hal ini tidak ada salahnya kita mengingatkan kepada manusia dengan apa
yang telah dan harus mereka ketahui tentang hukum-hukum Islam dalam masalah itu.
Pertama, Islam telah meninggikan nilai wanita dan menjadikannya sebagai partner
bagi laki-laki dalam hak dan kewajiban. Masalah ini sepertinya sudah selesai. Islam
telah menaikkan kedudukan wanita, meninggikan nilainya, serta menganggap saudara
dan partner bagi laki-laki dalam kehidupannya. Laki-laki bagian dari wanita dan wanita
bagian d a r i laki-laki, "Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain', Islam telah
mengakui hak-hak privasi bagi wanita secara sempurna, demikian pula dengan hak-hak
sipil dan politik. Islam memperlakukan wanita sebagai manusia sempurna yang
memiliki hak dan kewajiban. Kalau menunaikan kewajiban akan disyukuri dan harus
disampaikan hak-haknya. Al-Qur'an dan Hadits penuh dengan nash-nash yang
menekankan makna ini.
Kedua, perbedaan dalam hak antara laki-laki dan wanita berdasarkan kepada
perbedaan-perbedaan alami yang tidak dapat dihindarkan di antara keduanya, sesuai
dengan perbedaan tugas yang harus dilaksanakan serta dalam rangka menjaga hak-hak
masing-masing dari keduanya.
Ada yang mengatakan bahwa Islam telah membedakan antara laki-laki dan wanita
dalam banyak hal dan situasi serta tidak menyamakan antara keduanya secara sempurna.
Pendapat ini benar tapi hanya dari satu segi. Hak yang tidak terdapat pada wanita adalah
sesuatu tapi pada saat yang lain justru mengandung kebaikan. Apakah ada seorang pun
yang berani mengatakan bahwa postur tubuh dan spiritual wanita sama persis dengan
postur tubuh dan spiritual laki-laki? Apakah ada seorang pun yang berani mengatakan
bahwa peran yang diemban oleh wanita sama persis dengan peran yang harus dilakukan
oleh laki-laki selama kita percaya akan adanya istilah bapak dan ibu.
Saya kira postur keduanya berbeda. Peran keduanya pun berbeda. Perbedaan ini
harus menimbulkan perbedaan dalam sistem hidup yang berhubungan dengan
keduanya. Ini adalah rahasia dari perbedaan antara laki-laki dan wanita baik dalam hak
maupun kewajiban seperti yang dijelaskan oleh agama Islam.
Ketiga, di antara laki-laki dan wanita terdapat naluri daya tarik-menarik yang kuat
yang menjadi dasar hubungan di antara keduanya. Tujuan dari hubungan tersebut, di
samping kenikmatan, adalah kerja sama dalam menjaga jenis dan menanggung beban
hidup.
Islam telah mengisyaratkan kecenderungan manusiawi ini bahkan mensucikan dan
menghindarkannya dari makna hewani dengan cara yang indah agar menjadi makna
spiritual yang memuliakan tujuannya, menjelaskan maksudnya, dan lebih tinggi dari
sekadar mencapai kenikmatan semata yaitu kerja sama yang sempurna. Allah berfirman,
"Di antara ayat-ayat Allah adalah menciptakan kalian dari diri kalian sendiri
secara berpasang-pasangan agar kalian mendapatkan ketenangan kepadanya dan
menjadikan di antara kalian cinta kasih dan rahmat." (ar-Ruum: 21)
BAB II
FATWA-FATWA ASY-SYAHID
DALAM MAJALAH AL-MANAR
A. FATWA TENTANG AYAT-AYAT SIFAT
Suatu masa pada zaman transisi pertama telah datang kepada umat Islam. Yaitu, ketika
berbagai kejadian politik dan sosial memalingkan mereka dari peran amal jihad di
belakang Rasulullah saw. dan para imam yang mendapat petunjuk setelahnya. Pada
saat itu keinginan seorang muslim adalah melaksanakan kewajiban dari Tuhannya;
mengawasi dalam diri sendiri; menentukan penjaga dalam diri sendiri yang
menghitung semua perbuatannya kemudian berjalan pada suatu tempat menjadi
mujahid di jalan Allah; membawa dirinya pada kematian seribu kali dalam sehari;
tidak berharap kecuali kehidupan mulia dan menyebarkan bendera Allah di seluruh alam
ini sampai menemui ajalnya; dan meninggalkan dunia ini dengan gembira menjadi syahid.
Umat Islam telah berpindah dari peran ini kepada peran yang menikmati fenomena hidup
baru mereka, sibuk mengatur kekuasaan mereka yang luas, menikmati hasil dari berbagai
peradaban dan kemajuan yang bersentuhan dan masuk kepada mereka dari semua tempat
baik berbentuk kemakmuran, sosial, kebudayaan maupun ilmiah. Mereka menerjemahkan
ilmu-ilmu asing, memperluas kajian-kajian di dalamnya; mencampuradukkan dengan ajaran
agama Islam yang toleran dan mudah ini; dan mengikuti jalan agama dengan jalan filsafat
hitung-hitungan padahal telah datang kepada mereka sebagai fitrah, dengan sifat
ketuhanan dan di atas semua ilmu dan filsafat. Ia menyentuh fitrah dengan tanpa perantara,
menarik hati dengan keindahan, rohani, dan pengarahan yang jujur.
Dalam peran dan kebingungan seperti ini ulama Islam terbagi menjadi dua kelompok:
Pertama, kelompok yang mengajak untuk menerapkan teori-teori agama terhadap
teori-teori filsafat serta menggabungkan antara keduanya. Dengan cara seperti ini
agama akan diwarnai oleh pendapat-pendapat para filsuf. Yang akan terjadi adalah
keagungan agama, keindahan wahyu, dan toleransi fitrah akan hilang. Pada pihak lain filsafat
akan terikat dengan sakralitas agama dan kebesaran akidah. Filsafat akan kehilangan salah
satu kriteria utamanya sebab filsafat adalah proses berpikir yang secara terus-menerus
dan berkesinambungan terkadang salah, benar, ragu-ragu, dan yakin. Kesalahan adalah
jalan menuju kepada kebenaran. Keraguan-raguan bagi filsafat merupakan salah satu
pendorong keimanan. Kelompok ini sering menamakan diri mereka atau disebut dengan
sebutan yang banyak, seperti ahli ra’yi, ahli qias, ahli nazhar, dan mutakallimin.
Semuanya tergantung kepada perbedaan sebutan untuk mereka dan sejauh mana mereka
menerapkan pendapat-pendapat tersebut.
Kedua, kelompok yang menyerukan agar agama tetap tidak dicampuri dengan semuanya
itu. Agama diambil dari sumbernya yang pertama yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Cara memahami dan menjelaskannya dikembalikan kepada pemahaman kaum salaf yang
saleh yang diridhai oleh Allah. Setelah itu akal dapat berperan dengan penelitian-
penelitian sebagaimana yang dikehendaki. Filsafat dapat berjalan sesuai dengan jalannya
sendiri. Ulama kaun 'alam' bisa salah dan bisa benar. Akan tetapi, semua ini hanyalah
berbentuk teori atau hitung-hitungan semata. Tidak membahas akidah manusia, tidak
menyentuh ibadah mereka, dan tidak mendekat kepada hakikat-hakikat agama yang sudah
ditetapkan dan dijamin dengan sikap pasrah dari akal atas kebenaran dan kejujurannya.
Kelompok ini sering menyebut diri sendiri atau disebut oleh orang lain dengan sebutan ahli
hadits, salafiyyiin, ahli sunnah, dan ahli atsar tergantung kepada perbedaan sebutan mereka
dan sejauh mana mereka mengambil pemikiran ini. Sudah tentu kebenaran ada bersama
kelompok kedua ini.
Kalau umat Islam mengikuti jalan ini, tidak menyibukkan diri dengan perdebatan, tidak
mewarnai agama mereka dengan warna seperti ini, serta membiasakan untuk mengikuti apa
yang diajarkan oleh Nabi saw. dan para sahabatnya, maka mereka akan memperoleh banyak
kebaikan. Mereka akan selamat dari perpecahan dan fitnah yang menjadi sebab utama bagi
hilangnya kebesaran mereka dan terbagi-baginya kekuasaan serta kejayaan mereka. Setiap
orang yang berakal dan menginginkan kejayaan dan kebesaran Islam kembali, tentu akan
mengajak umat Islam untuk mengambil pendapat ini. Inilah yang sedang kita perbuat
dan kita serukan. Kita memohon pertolongan kepada Allah, semoga Dia membuka
pintu-pintu hati yang tertutup agar dapat memahami dan menguasainya.
Mengambil, menolak, mendorong, dan tarik-menarik antara dua kelompok sangat
kuat dan keras dimulai sejak munculnya awal perselisihan ini. Anda tahu bahwa
perselisihan ini sudah ada sejak zaman permulaan Islam atau dekat dengan zaman itu.
Ketika umat Islam berjalan lebih dari satu abad setelah zaman Nabi saw., perselisihan
ini mulai menyentuh akidah, yaitu sesuatu yang paling mahal untuk dipertahankan. Oleh
karena itu, selalu diiringi oleh berbagai tindakan kekerasan. Begitulah yang terjadi. Kedua
pihak saling menuduh dengan sebutan yang tidak baik. Permusuhan semakin meningkat
sehingga sampai kepada tingkat mengafirkan, menuduh zindik, menuduh masing-masing
dengan tuduhan yang sangat kejam, dan bahkan menggunakan kata-kata yang emosional.
Ahli ra’yi dan ahli nazhar jahammiah, memberhentikan nash, tukang takwil,
pembual, zindik tidak mengenal Tuhan, dan tidak mengerti sifat-sifat Tuhan. Ahli hadits
dan atsar selalu menyamakan Tuhan dengan yang lain, mempersonifikasikan Tuhan,
jamu, fanatik, tidak mensucikan Allah, tidak mengerti keagungan Allah, dan
menempatkan Allah sama dengan makhluk. Mereka menggunakan ungkapan-ungkapan
yang pedas. Berbagai kitab ditulis dan masing-masing berusaha memenangkan
pendapatnya. Ketajaman ini tampak dari apa yang dikatakan dan ditulis. Begitulah
kenyataan dari sikap dan tuntutan perselisihan.
Demikianlah peran yang terjadi pada masa itu seperti yang saya sebutkan. Kita
kemudian mengambil sebagian dari warisan seperti ini. Padahal, kondisi, situasi, dan
perbedaan sudah berubah.
Di antara kita tidak ada lagi ahli ra’yi maupun ahli hadits. Saya sadar bahwa
kesimpulan ini masih diperdebatkan antara saya dengan sebagian pembaca. Mereka
melihat bahwa kedua belah pihak saling memenangkan pihaknya masing-masing. Maka,
apa arti menafikan semua ini?
Tetapi, saya menekankan kepada para pembaca bahwa kondisi zaman sekarang bukan lagi
kondisi zaman yang terjadi perselisihan di antara umat Islam. Problematika dan permasalahan
yang kita pikirkan sekarang bukan lagi problematika dan pemikiran seperti itu. Perselisihan
dalam masalah ini terbatas pada tempat yang hampir tidak disebut lagi dalam berbagai majelis
atau dinding-dinding berbagai lembaga. Bahkan, Al-Azhar sendiri, padahal ini fungsinya,
sudah melupakan perselisihan seperti ini.
Umat sekarang ini terbagi dalam banyak kelompok. Masing-masing kelompok
memiliki pemikiran yang disebarkan dan disampaikan. Ada kelompok yang mengajak
untuk mengikuti di belakang pemikiran dan fenomena Barat dalam segala sesuatu. Ada
kelompok yang membangkitkan makna nasionalisme dalam setiap jiwa dan menjadikannya
sebagai dasar bagi kebangkitan. Ada kelompok yang menarik manusia dan tenaganya
kepada masalah-masalah politik belaka yaitu stabilitas pemerintahan di dalam dan menjaga
kemuliaan di luar negeri. Mereka hanya sibuk dengan urusan ini. Ada juga kelompok-
kelompok selain seperti yang telah disebutkan di atas. Di balik semua itu ada kelompok
pengikut Muhammad dan Al-Qur’an yang mendorong kepada mereka semua bahwa
Islam telah menjamin kebahagiaan, kekuatan, dan semua yang kalian inginkan. Maka,
marilah bersama-sama menuju ke sana.
Dengan penjelasan ini saya ingin menyampaikan dua kesimpulan:
Pertama, pada hakikatnya di antara kita tidak terjadi perselisihan sebagaimana yang terjadi
pada masa lalu antara para filsuf dan salafi. Tidak ada gunanya kita menghidupkan perselisihan
ini kembali. Kita tidak perlu lagi menyampaikan dalil-dalil yang dipakai oleh masing-
masing mereka. Lebih baik kita membiarkan per-an mereka dan apa yang mereka tulis
sebagai warisan sejarah. Kita kembali kepada agama kita sebagai pedoman utama yang masih
dan akan senantiasa bersih dan suci tidak akan keroh dengan berbagai kejadian, tidak akan
berubah karena zaman, dan tidak akan rusak oleh perselisihan. Ia adalah Kitab Allah dan
Sunnah Rasulullah saw. yang sahih.
Kedua, kita bergabung dengan barisan mukmin yang kuat dan utuh untuk menyelesaikan
problematika zaman kita, mengajak manusia kepada kebaikan dan keagungan agama ini
serta menguatkan kelompok kita. Yaitu, kelompok yang mengajak kepada Islam di atas
kelompok-kelompok lain sehingga memiliki kekuatan pemikiran dan amal. Maka, Islam
akan kembali kepada masa lalu dengan menguasai semangat dan kerja.
Selanjutnya, ini adalah pendapat saya tentang masalah khilaf, wahai saudara penanya.
Anda menanyakan apakah boleh bagi kedua belah pihak untuk saling melemparkan
tuduhan-tuduhan di dalam lembaran-lembaran koran yang beredar dan disiarkan kepada
khalayak ramai?
Saya tidak mengakui dan tidak setuju dengan cara seperti ini. Lebih baik menggunakan
perkataan yang halus dan penyampaian yang baik. Bahasan-bahasan yang detail seperti
ini lebih baik dibahas oleh ahli ilmu dalam forum-forum terbatas mereka. Saya
mengingatkan mereka dengan sebuah hadits dari Imam Ali r.a. yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dalam kitab Sahih-nya,
"Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui. Apakah kalian ingin
mendustai Allah dan Rasul-Nya?"
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata, "Engkau tidak
menyampaikan perkataan kepada suatu kaum yang akal mereka tidak sampai
kepadanya kecuali hanya akan menimbulkan fitnah di antara mereka."
Kalau harus ada pembicaraan dalam pembahasan ini, maka sampaikanlah
dengan kata-kata yang halus dan dalam bahasan yang tenang. Sehingga, penyakit
perselisihan dan saling menyalahkan ini tidak menular dari orang-orang tertentu kepada
orang awam. Karena, penularan ini sangat membahayakan, sebagaimana yang terjadi pada
negara-negara yang sangat kuat sikap fanatik terhadap suatu pendapat. Saya sampaikan hal
ini dan saya tahu apa yang akan dikatakan orang tentang hal ini bahwa akidah adalah dasar
setiap perbaikan. Mereka mengatakan bahwa agama Allah sangat jelas dan terang, tidak
berhak untuk disembunyikan dari manusia semuanya; bahwa permusuhan ini adalah
permusuhan dalam kebenaran dan itu boleh; bahwa kemarahan ini hanya karena Allah dan
itu fadhilah (keutamaan); bahwa ini adalah dalam rangka membela agama Allah dan itu wajib;
bahwa ini adalah jihad dengan perkataan dan lisan yang apabila ditinggalkan, maka akan
mendapatkan dosa. Kalau memang demikian, bagaimana kita akan melakukan perbaikan
yang sifatnya parsial padahal akidah manusia rusak. Bagaimana hal ini akan dibahas dalam
forum-forum khusus padahal agama Allah bersifat umum untuk semua manusia.
Saya ingin mengatakan kepada mereka yang dalam pikiran dan hatinya terdapat perasaan
seperti ini. Hati-hati wahai saudara dari tipuan kata-kata dan jebakan-jebakan nama. Masalah
akidah berbeda dengan pertentangan dalam beberapa masalah yang tidak dapat
diketahui hakikatnya oleh setiap orang. Hukum agama yang bersifat umum untuk manusia
semua berbeda dengan cara penyampaian agama tersebut kepada manusia. Membuat-buat
permusuhan dan membakar fitnah adalah lain lagi. Ini adalah perdebatan yang terlarang dan
pertengkaran yang membuat Rasulullah saw. sangat marah kepada orang yang bertengkar.
Bagaimana tidak, padahal Rasulullah saw, telah bersabda:
"Suatu kaum tidak tersesat setelah mereka mendapatkan petunjuk kecuali mereka
mendatangkan perdebatan. Kemudian berkata, 'Mereka tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja."' (HR Imam at-Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Rasulullah saw. juga bersabda,
"Barangsiapa meninggalkan perdebatan dan ia salah, maka dibangun sebuah rumah
baginya di dasar surga. Barangsiapa yang meninggalkannya dan ia benar, maka akan
dibangun rumah di tengah-tengahnya. Barangsiapa yang membaguskan akhlaknya,
akan dibangun di atasnya." (HR Imam Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Baihaqi, dan yang
lain)
Dalam hadits yang lain-Rasulullah saw. bersabda,
Diriwayatkan oleh Imam at-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dari Abu Said al-
Khudhary r.a., dia berkata, "Kami duduk di sisi pintu Rasulullah saw. saling
memperingatkan. Ini dicabut dengan ayat dan ini dicabut dengan ayat. Maka,
Rasulullah saw. keluar kepada kami seakan-akan di wajahnya terbelah biji delima, ia
bersabda, 'Apa mereka itu. Kalian diutus dengan ini ataukah diperintahkan dengan
ini. Janganlah kalian kembali menjadi kafir setelahku, sebagian dari kalian
memukul leher sebagian yang lain."
Dalam sabdanya yang lain,
Dari Abu ad-Darda', Watsilah ibnul Asqa', dan Anas bin Malik r.a., mereka
berkata, "Rasulullah saw. keluar kepada kami pada suatu hari dan kami sedang
berbantah-bantahan dalam satu urusan agama. Ia menjadi sangat marah dan
tidak pernah sampai seperti itu kemudian membentak kami dan bersabda, 'Tenang
wahai umat Muhammad, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian rusak dengan
seperti ini. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena kebaikannya sedikit.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena seorang mukmin tidak saling berbantah-
bantahan. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang saling berbantah-
bantahan telah sempurna kerugiannya. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka
cukuplah dosa agar kamu tidak selalu menjadi orang yang berbantah-bantahan.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang berbantah-bantahan tidak akan aku
berikan syafaat pada hari kiamat. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka aku pemimpin
dengan tiga tempat di surga, di kebunnya, di tengahnya, dan di atasnya bagi orang yang
meninggalkan bantah-bantahan dan dia jujur. Tinggalkanlah berbantah-
bantahan karena pertama kali yang aku dilarang oleh Tuhanku setelah menyembah
berhala adalah berbantah-bantahan.'" (HR Imam at-Thabrani)
dari Abu ad-Darda', Watsilah ibnul Asqa', dan Anas bin Malik r.a., mereka
berkata, "Rasulullah saw. keluar kepada kami pada suatu hari dan kami sedang
berbantah-bantahan dalam satu urusan agama. Ia menjadi sangat marah dan
tidak pernah sampai seperti itu kemudian membentak kami dan bersabda, 'Tenang
wahai umat Muhammad, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian rusak dengan
seperti ini. Tinggalkanlah berbantah-bantahan ka.rena kebaikannya sedikit.
Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena seorang mukmin tidak saling berbantah-
bantahan. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena orang yang saling berbantah-
bantahan telah sempurna kerugiannya. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka cukuplah
dosa agar kamu tidak selalu menjadi orang yang berbantah-bantahan. Tinggalkanlah
berbantah-bantahan karena orang yang berbantah-bantahan tidak akan aku berikan syafaat
pada hari kiamat. Tinggalkanlah berbantah-bantahan, maka aku pemimpin dengan tiga
tempat di surga, di kebunnya, di tengahnya, dan di atasnya bagi orang yang meninggalkan
bantah-bantahan dan dia jujur. Tinggalkanlah berbantah-bantahan karena pertama kali
yang aku dilarang oleh Tuhanku setelah menyembah berhala adalah berbantah-bantahan."
(HR Imam at-Thabrani)
Apabila dikatakan bahwa berbantah-bantahan berbeda dengan apa yang kita lakukan
sekarang, maka saya katakan bahwa kalau ia bukan itu maka bagian dari padanya.
Barangsiapa yang mengelilingi di sekitar larangan, maka dikhawatirkan akan jatuh ke
dalamnya. Menjaga syubhat adalah membersihkan bagi agama. Wara' adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak apa-apa karena takut jatuh pada sesuatu yang apa-apa. Apakah setelah itu
masih ada lagi mazhab yang diikuti wahai ikhwan?
Adapun berbuat untuk menyatukan kedua belah pihak, merupakan perbuatan yang lebih
baik dan lebih disenangi oleh jiwa serta alangkah besar faedahnya. Kami berusaha untuk
itu, insya Allah. Saya kira kalau orang-orang yang berselisih saling bertemu dan
meninggalkan jalan dialog melalui tulisan menuju jalan saling memahami secara lisan,
maka perkenalan ini akan menghasilkan kebaikan yang banyak. Hal itu akan dapat
menyelesaikan banyak perselisihan dengan tenang, hemat waktu dan tenaga. Pada saat itu
setiap ketua jama'ah dapat membawa anggota jama'ah kepada satu pendapat atau dengan
pemikiran umum. Sehingga, insya Allah, akan dapat menghasilkan persatuan yang dicari.
Kita akan menunggu kesempatan yang tepat untuk mengadakan pertemuan semacam
ini. Kita akan berbuat untuk merealisasikannya. Insya Allah. Cukuplah Allah bagi kami dan
betapa nikmatnya menjadi wakil.
"Bismillahirahmanirrahim.
Kepada yang terhormat Syekh Hasan al-Banna Pemimpin Redaksi Majalah Al-
Manar.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waba'du. Kami telah membaca apa yang dimuat dalam edisi terakhir dari Al-Manar
ini dengan judul Kritik Al-Manar sebagai jawaban terhadap surat dari salah seorang
pembaca yang budiman. Jawaban ini mendorong kami untuk mengirimkan tulisan
ini kepada Saudara dengan sedikit kejelasan.
Ketika saya membaca edisi Al-Manar yang telah Saudara mulai penerbitannya,
kami segera membuka-buka halamannya. Terasa kurang enak dalam jiwa saya
tentang apa yang ditulis dalam surat salah seorang pembaca kepada Saudara
Redaksi. Yang saya pahami dari kata-kata Saudara tentang perbedaan dua
majalah (yaitu Al-Huda dan Al-Islam) sama seperti yang dipahami oleh Saudara
yang mengkritik. Barangkali saya juga salah dalam memahaminya. Akan tetapi,
dalam makalah tersebut Saudara tidak mengatakan kesalahan dua majalah.
Saudara hanya mengisyaratkan tentang keikhlasan dan jihad kedua majalah tersebut.
Kami menjadi terkejut dengan apa yang Saudara sebutkan dalam edisi terakhir
tentang kesalahan pendapat kedua majalah di atas.
Dengan merujuk kepada perkataan dan makalah-makalah yang terdapat pada kedua
majalah itu kami menduga bahwa kesimpulan Saudara tentang kesalahan kedua
majalah hampir-hampir merupakan kesimpulan kepada dua pihak selain kedua
majalah tersebut. Kami telah berusaha untuk mengulas kedua majalah dan kami
tidak menemukan akidah penafsiran "al-istiwa" dengan "al-istiqrar" dan pihak
lain tidak secara jelas mentakwilkan "al-istiwa" dengan "al-istiila" saja.
Barangkali Saudara dalam kesimpulan Saudara ini dipengaruhi oleh apa yang sering
diucapkan atau diisukan. Saya mengharapkan agar Al-Manar jauh dari semua ini.
Oleh karena itu, demi mengucapkan kebenaran dan meletakkan permasalahan pada
proporsinya, kami menyarankan agar Saudara melihat kembali perkataan kedua majalah
kemudian membuat kesimpulan dengan apa yang dikatakan oleh kedua majalah, bukan
dengan apa yang dikatakan oleh sebagian orang atau yang diisukan oleh orang
awam maupun kebanyakan.
Catatan berikutnya terhadap edisi terakhir, kami ingin agar Saudara menjelaskan
hakikatnya yaitu apa yang Saudara nisbatkan kepada Ali bin Abu Thalib, yang
dimuliakan wajahnya, dalam bab tafsir. Perkataan aneh dari segi susunan kata maupun
maknanya tidak seperti perkataan Ali yang biasa sampai kepada kita. Pada dewan
umat Islam yang mana Saudara mendapatkan berita ini? Beritahukanlah kepada kami
wahai Saudara yang dirahmati Allah. Kalau Saudara tidak mendapatkannya, apakah
Saudara melihat seperti hawadiit ini yang banyak ditemui dalam kitab-kitab yang
tidak diketahui sumbernya seperti balaghah maupun yang lain dapat dijadikan
sebagai alasan atau untuk menetapkan akidah Islam?
Meskipun antara saya dan Saudara saling mengenal, tetapi saya ingin tetap
tersembunyi sampai pada suatu ketika nanti.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pembaca Al-Manar."
Catatan: Saya lupa untuk mengingatkan kepada saudara bahwa musuh Al-Huda an-
Nabawy pada masa sekarang ini adalah musuh Al-Manar dan pendirinya, baik diri
mereka maupun tulisan-tulisan mereka.
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita harus berbicara tentang beberapa bahasan
kita simpulkan sebagai berikut.
1. Kepribadian Roh.
Sebagian besar dari para peneliti dan yang mempercayai masalah kejiwaan ini
berpendapat bahwa kekuatan roh yang dihadapinya ini adalah roh orang yang sudah mati
itu sendiri. Berikut ini dalil-dalilnya.
a. Roh itu berbicara dengan bahasa orang yang sudah mati, menggunakan kata-kata
yang biasa dipakai, dan mengingatkan keluarganya akan kejadian-kejadian
masa lalu yang sudah mereka lupakan karena sudah terlalu lama dan tidak ada
yang tahu selain mereka.
b. Ia menunjukkan kertas-kertas atau berkas-berkas yang hilang yang diletakkan
oleh orang yang meninggal pada tempat-tempat itu sebelum mati tanpa
diketahui oleh orang lain.
c. Ia menulis dengan tulisan tangannya sendiri, menandatangani dengan tanda
tangannya sendiri, dan mengungkapkan dengan susunan katanya sendiri
meskipun ia termasuk penulis yang hebat. Ketika diajukan kepada dua orang
ahli tentang garis-menggaris, mereka menyimpulkan kemiripan kedua tulisan
dan susunan kata tersebut.
d. Ia muncul dalam jasad orang yang sudah meninggal seperti ketika masih
hidup di bumi, bahkan ia berbicara dengan bentuk dan lahjahnya.
e. Kesepakatan pada semua penjuru bumi yang menekankan bahwa ia adalah
roh orang yang meninggal. Ia bukan malaikat, jin, atau roh lain yang tidak
diketahui tabiatnya.
f. Ia mencintai keluarganya, mengharapkan kehadiran mereka, menyuruh mencari
mereka, dan membantu mereka.
Meskipun banyak dalil seperti ini, tetapi orang-orang yang percaya dengan usaha
menghadirkan roh tidak melihat sampai kepada tingkatan yakin, tidak pula bersifat
mengharuskan atau terbatas kepada kepribadian roh itu sendiri meskipun hal itu cukup
kuat.
Kita sendiri melihat masalah ini menurut petunjuk ajaran-ajaran Islam tentang roh. Hal
ini menuntut kita untuk menjelaskan sikap Islam tentang dunia roh.
Allah SWT telah mengisahkan cerita Nabi Adam a.s. dalam Al-Qur’an kepada kita.
Dialah yang menciptakannya, meniupkan roh ke dalamnya, kemudian menempatkan
Adam dan istrinya di dalam surga. Setelah itu Allah SWT melarang Adam untuk
memakan buah khuldi seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya,
"Dan, kami berfirman, 'Diamilah oleh kamu dan istri kamu surga ini, dan makanlah
makanan-makanan yang banyak lagi baik yang kamu sukai. janganlah kamu dekati
pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (al-
Baqarah: 35)
Namun, setan selalu menggoda dan menipu Adam dengan bersumpah bahwa ia
termasuk golongan orang-orang yang memberi nasehat, Adam tertipu dengan sumpah setan
ini. Sehingga, dia lupa dengan larangan Tuhanya yaitu mendekati pohon khuldi. Keduanya,
Adam dan Hawa, memakan buah larangan itu. Setelah mengetahui bahwa perbuatan tersebut
berdosa, maka keduanya bertobat kepada Allah SWT kemudian Allah SWT
mengilhamkan sebuah doa, yaitu,
"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tidak mengampuni kami dan menyayangi kami, maka pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi." (al-A'raaf: 23)
Allah SWT menerima tobat keduanya. Ia tidak menghukumnya kecuali dengan
menurunkan keduanya ke bumi untuk memakmurkan dan membuat keturunan di dalamnya.
Setan akan selalu menggoda keturunan Adam sampai hari kebangkitan. Maka, barangsiapa
yang mengikuti bisikan-bisikan setan, dia termasuk orang-orang yang berdosa. Dan,
barangsiapa yang tidak mengikuti hawa nafsu setan, maka akan selamat dari siksa api
neraka.pada hari kiamat nanti. Setan akan meninggalkan orang-orang yang mengikuti nafsu
setan, seperti apa yang digambarkan oleh Allah SWT dalam surah Ibrahim,
"Berkatalah setan tatkala perkara hisab telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepada kamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan janji
kepada kamu namun aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku
terhadapmu, melainkan aku menyuruh kamu lalu kamu mematuhinya. Oleh sebab
itu, janganlah karnu mencela aku, tetapi celalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali
tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (al-Baqarah:
22-23)
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh dimasukkan ke dalam surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan izin dari Tuhan
mereka. Ucapan penghormatan kepada mereka dalam surga itu adalah "salam":
Ini adalah cerita global yang dikisahkan oleh Allah kepada kita dalam Al-Qur’an. Dari
ayat di atas kita mengetahui hal-hal berikut.
Pertama, dosa Nabi Adam a.s. adalah berbaik-sangka terhadap bisikan-bisikan setan
sampai ia memakan buah khuldi.
Kedua, taubat yang dilakukan Adam adalah karena ilham dari Allah SWT berupa doa
agar diampuni kesalahan-kesalahannya.
Disebabkan oleh doa inilah, Allah SWT kemudian mengampuninya dan menerima
tobatnya, seperti disebutkan dalam firman-Nya,
"Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya
petunjuk." (Thaahaa: 122)
Adapun tentang bagaimana iblis menggodanya dengan bisikan-bisikan sesat, hal
itu karena tabiat manusia yang selalu mengikuti bisikan-bisikan setan. Bisikan-bisikan
setan itu selalu masuk dalam jiwa manusia walaupun dia jauh dari kita sebagaimana
sampainya gelombang suara yang sangat jauh melalui udara atau yang lebih tipis
lagi. Setiap Bani Adam tidak mungkin terhindar dari bisikan-bisikan setan, karena
itu merupakan tabiat dari jiwa manusia. Kecuali, mereka yang dijaga oleh Allah SWT
dan senantiasa menutup pintu masuk setan, menjauhkan diri dari tempat-tempat maksiat
serta menyibukan hati dengan zikrullah. Allah berfirman,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.
Cukuplah Tuhanmu sebagai pelindung."
Ada sebuah hadits yang mengatakan setan itu masuk ke dalam urat nadi manusia.
Mungkin juga iblis masuk ke dalam surga setelah diusir oleh Allah, padahal Allah
telah melarangnya untuk masuk. Akan tetapi, iblis merayu Adam untuk memakan buah
khuldi. Ia memalingkan wajah Adam ke atas pohon khuldi, kemudian membisikkan ke
dalam hatinya dengan kata-kata yang lembut sampai berhasil menguasai hatinya.
Sehingga, lalai bahwa setan adalah musuhnya yang telah diperingatkan oleh Allah akan
bujuk rayuannya.
Adapun pertanyaan bagaimana Adam berbuat dosa padahal dia adalah seorang Nabi
yang maksum dari dosa. Pertanyaan ini telah dijawab oleh banyak orang dengan jawaban-
jawaban sebagai berikut.
Pertama, hal itu mungkin terjadi karena kelalaian Adam. Oleh karena itu, diungkapkan
dengan memakai kata-kata seperti kesalahan, maksiat atau sesat karena ketinggian
derajat dan kedekatannya di sisi Allah SWT. Semakin dekat seorang hamba dengan
Tuhannya, semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Allah. Dia akan selalu waspada
terhadap bujuk-rayu setan. Ayat di atas menyebutkan dengan jelas kata "nussiya" yang
artinya bahwa perbuatan iblis yang membuat lupa Adam adalah perintah Allah SWT,
seperti pendapat sebagian ulamaa tafsir, walaupun sebagian besar ulama mengartikan
"fanussiya" berarti 'meninggalkan, bukan bermakna lalai'.
Kedua, Adam menakwilkan perintah dan larangan Tuhan bukan sebagai kewajiban
namun hanya petunjuk. Sebagaimana halnya dengan pendapat sebagian ahli fikih yang
mengartikan perintah penulisan utang sebagai pengarahan bukan perintah kewajiban
yang apabila ditinggalkan tidak berdosa. Al-Qur’an telah jelas menyebutkan sebagai
perbuatan yang zalim apabila mendekati pohon tersebut.
"Janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-
orang-orang yang zalim."
Ketiga, perbuatan memakan buah khuldi menyebabkan dosa yang kecil. Namun,
pendapat yang mengatakan bahwa Nabi tidak maksum dari dosa-dosa kecil adalah
pendapat yang lemah. Dibantah juga bahwa Al-Qur'an sendiri secara terang
menyebut hal itu dengan maksiat dan kesesatan yang mengakibatkan dikeluarkannya
dari surga.
Keempat, dosa Nabi Adam terjadi sebelum masa kenabian di mana Adam belum
memiliki sifat maksum, seperti pendapat Abu Bakar bin Faruk dengan dalil kata-kata
"maksiat" disebutkan setelah kata "al-Ijtiba" 'pengangkatan menjadi Rasul' dan kata
"Al-hidayah" 'diberi petunjuk'. Ini adalah pendapat yang bagus jika larangan dan
perintah dari Allah SWT disampaikan kepada Adam tanpa perantara yang menjadi ciri-ciri
kenabian dan hal itu terjadi sebelum memakan buah khuldi. Dari sisi lain pendapat yang
bisa menenangkan hati ialah pendapat yang mengatakan bahwa para nabi itu maksum
dari segala maksiat dalam segala kondisi, walaupun pendapat kebanyakan ulama dan ijma'
mengatakan bahwa sifat maksum para nabi itu setelah diangkat menjadi rasul.
Kelima, Allah SWT melarang Adam memakan buah khuldi dengan memperlihatkan
pohon tersebut. Namun, Adam a.s. mengira bahwa larangan tersebut berlaku pada pohon
itu saja, bukan pada jenis pohonnya. Maka, ia memakan dari pohon lain yang sejenis
dengan pohon khuldi. Takwil ini bagus walaupun terkesan direkayasa.
Di sana ada pemahaman yang lebih menyejukkan hati. Yaitu, pemahaman yang
mengatakan bahwa hakikat maksiat ialah menyalahi perintah Allah SWT secara sengaja dan
dengan niat, dan makna taat ialah mematuhi perintah-Nya dengan tulus ikhlas. Oleh karena
itu, yang menjadi sebab pemberian pahala dan pemberian hukuman atas kesalahan manusia
adalah niat dan maksud dari perbuatan itu sendiri, sesuai dengan firman-Nya,
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
Tidak diragukan lagi bahwa Adam ketika memakan buah khuldi tidak sadar bahwa
perbuatan tersebut merupakan maksiat, bahkan mengira dengan itu dia bisa lebih banyak
beribadah kepada Tuhan sebab dia akan manjadi malaikat yang kekal. Iblis telah
menipu dengan bersumpah memakai lafal Tuhan. Tertipunya Adam inilah yang dihukum
oleh Allah, karena Allah telah memperingatkannya sebelumnya agar berhati-hati
dengan rayuan iblis, namun Adam tidak mematuhinya. Seperti pendapat Ibnu Qutaibah
yang mengatakan, "Perbuatan Adam memakan buah khuldi, bukan dari niat yang benar,
akan tetapi hasil dari tipu daya iblis. Buktinya adalah ketidaktahuan Adam akan
kesalahannya kecuali setelah ditegur oleh Allah SWT, seperti firman Allah,
"Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, 'Bukankah Aku telah melarang kamu
berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagi kamu berdua."' (al-A'raaf: 22)
Kemudian Allah menyerunya untuk bertobat dan bersimpuh di hadapan-Nya
mengakui kelalaiannya kemudian berdoa,
"Mereka berdua berkata, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri.jika engkau tidak mengampuni kami dan
mengasihi kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang merugi." (al-A'raaf: 22)
Allah telah menegurnya dengan teguran keras yang disebabkan oleh Adam yang
teperdaya oleh bisikan-bisikan setan. Kemudian ia sadar dan bertobat dari kelalaiannya,
seperti dalam ungkapan sebuah kaidah "hasanaatul abror sayyiaatul muqarabiin"
'kebaikan orang baik, adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Tuhan'.
Adapun apa yang dikatakan bahwa perbuatan itu adalah perintah secara implisit dan
larangan eksplisit sama sekali tidak benar. Tidak ada dalil yang mendukungnya.
Menerima pendapat ini berarti menafikan adanya ‘Taklif" dari Allah. Ada sebagian
ulama sufi yang membedakan antara maksiat seorang wali dengan fasik. Mereka
mengatakan bahwa wali sama sekali tidak pernah bermaksud berbuat maksiat dan tidak
bersuka-ria dengan perbuatan maksiat. Pendapat ini jelas tidak memiliki dalil dan tidak
punya makna.
Pendapat yang mengatakan bahwa kisah ini ada dalam Al-Qur’an hanya sebagai
perumpamaan saja adalah tidak bisa diterima, sebab Al-Qu'ran menyebutkannya secara
shorih 'terang' yang tidak bisa ditakwilkan lagi. Jika dibolehkan menakwilkan suatu ayat
yang shorih berarti telah dibenarkan menakwilkan seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang shorih
walaupun jelas sekali makna-maknanya. Pendapat-pendapat seperti ini biasanya
dianut oleh para penganut paham kebatinan, padahal tidak ada qorinah 'tanda' yang bisa
menakwilkan makna ayat yang shorih.
Ada beberapa orang-orang terpelajar didikan Barat yang berpendapat bahwa makna lahir
ayat ini bertentangan dengan teori Darwin dan kawan-kawannya dari para ahli ilmu
kedokteran hewan dan peneliti asal-muasal makhluk hidup. Tuduhan ini jelas tidak benar,
karena Darwin sendiri tidak mengatakan bahwa manusia hasil keturunan dari binatang-
binatang yang lain, baik itu kera ataupun hewan yang lainnya.
Darwin sendiri mengakui bahwa teori ini tidak bisa memberi jawaban secara pasti
tentang asal-muasal makhluk hidup. Dia mengakui bahwa di sana ada faktor lain yang
belum bisa diketahui yang dengan pasti. Disebutkan dalam bukunya Asal-Muasal Makhluk
Hidup, "Saya meyakini bahwa hukum pemilihan secara alam adalah faktor utama
pembentuk genetika makhluk hidup sehingga melahirkan berbagi jenis makhluk, akan
tetapi itu bukan satu-satunya faktor penyebab evolusi." Kemudian dia menunjukkan dua
perkara penting. Pertama, proses pemilihan alam secara alam penyebab utama timbulnya
proses evolusi, bukan penyebab timbulnya makhluk hidup itu sendiri. Kedua, bukan satu-
satunya hukum alam dalam masalah itu. Darwin menambahkan lagi, "Perkenankanlah saya
tambahkan lagi di sini bahwa saya bukanlah orang yang sedikit akalnya, sampai saya
mengatakan bahwa keberhasilan saya sanggup memahami asal-muasal makhluk yang sangat
luas itu." Di samping itu banyak dari para ilmuwan di Barat yang menyalahkan teori evolusi
Darwin bahkan menolak pondasi teori ini. Mereka mengarang banyak buku-buku
dikhususkan untuk membantah teori Darwin, berikut beberapa contoh dari tulisan-tulisan
mereka.
1. Professor Fond Bayer dari Jerman, seorang pakar ilmu genetika, fisiologi, dan biologi
yang mengarang sebuah buku yang berjudul Bantahan Teori Darwin. Ia
mengatakan, "Pendapat yang mengatakan bahwa jenis manusia hasil dari proses
evolusi kera, jelas pendapat orang yang gila dan bodoh yang belum terjadi sepanjang
sejarah manusia, pendapat ini jelas tidak mungkin ada dalilnya."
2. Professor Qirku seorang kebangsaan Jerman yang seide dengan Prof.
Dukanziv dari Perancis, dalam bukunya, Gen Manusia, mengatakan, "Saya harus
mengumumkan bahwa segala perkembangan keilmuaan yang terjadi dalam bidang
ilmu antropologi atau ilmu sejarah biologis manusia sebelum masehi, membuat
teori hubungan manusia dengan kera sedikit demi sedikit, bertambah jauh dari
kebenaran. Jika kita mempelajari fosil manusia primitif pada masa keempat, kita
temui jenis manusia yang hampir menyerupai bentuk kita. Semua tulang tengkorak
dari fosil-fosil manusia itu tumbuh dengan cara alami yang tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa mereka hidup berkomunitas dengan damai. Besarnya tengkorak kepala
banyak hampir menyerupai manusia pada zaman kita. Jika dilakukan perbandingan
jenis manusia itu dengan apa yang kita lihat pada masa kini, kita bisa
menyimpulkan bahwa cacat tubuh banyak diderita oleh manusia pada zaman
sekarang dibandingkan dengan manusia pada fase keempat. Saya tidak berani
mengambil hipotesa bahwa penemuan-penemuan kerangka manusia zaman
purbakala tidak kita jumpai kecuali manusia-manusia permulaan zaman keempat
sebelum Masehi. Kebiasaan kita (dalam penelitian ilmiah), sering mengambil
kesimpulan dengan menganalogikan bentuk susunan kerangka secara umum dengan
susunan kerangka manusia yang hidup sejaman. Dan apa pun masalahnya, saya
harus mengatakan bahwa tidak ada sama sekali tengkorak kera menyerupai
tengkorak manusia. Di samping itu, ada perbedaan yang mendasar sekali antara
keduanya. Maka, kami tidak hanya tidak bisa mengajari masyarakat bahwa
manusia keturunan dari kera atau hewan yang lain, bahkan "saya tidak bisa
menganggap bahwa teori ini ilmiah".
3. Profesor Illie Dusion, seorang ahli ilmu fisiologi memberikan komentar tentang
teori Darwin dalam bukunya yang berjudul Tuhan dan Ilmu sebagai berikut,
"Setelah 20 tahun berjuang mempertahankan teori Darwin yang dilancarkan
musuhnya, teori ini runtuh berkeping-keping."
Kemudian dia menukilkan apa yang ditulis Horbret Sibsner yang meruntuhkan teori
hukum pemilihan secara alami. Setelah itu dia menyalin tulisan Professor Wisman yang
menentang teori perpindahan sifat (gen) dan teori ciri-ciri yang didapat. Kedua teori
inilah yang menjadi landasan utama teori Darwin.
Masih banyak lagi tulisan-tulisan para ilmuwan Barat yang termuat dalam majalah-
majalah dan buku-buku. Para pengekor teori Darwin mengatakan, "Bagi kami,
semuanya memakai ilmu modern. Mereka berpanjang-panjang dalam pembicaraan
dalam mendukung pendapat Darwin." Bukan hanya itu saja, bahkan sebagian para
ilmuwan Barat mulai berhasil membuktikan antitesis dari Teori Darwin.
Berhadapan dengan pendapat-pendapat seperti ini, apakah kita masih berhak untuk
menakwilkan perkataan orang yang sangat jenius ini dan memindahkan dari makna yang
lahir kepada makna takwil maupun tamsil (perumpamaan)? Meskipun tinggi nilainya
teori ini, tetapi ia hanyalah sekadar hipotesa ilmiah yang masih perlu dibuktikan lagi
kebenarannya.
Yang menarik bagi saya, sebuah pendapat dalam tafsir Al-Manar dalam surah al-
Baqarah,
"Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku telah
menciptakan seorang khalifah di muka bumi."' (al-Baqarah: 30)
Dalam tafsir tersebut disebutkan bahwa adalah suatu kesalahan bagi orang-orang
yang mengatakan bahwa dalil akal adalah asal dari segala dalil. Apabila ada dalil naqli
(Al-Qu'ran dan As-Sunnah) yang bertentangan dengan dalil akal, maka wajib ditakwil
agar sesuai dengan dalil akal. Yang benar adalah seperti pendapat Syekh Islam Ibnu
Taimiyah. Dia berkata, "Setiap dari kedua dalil itu, bisa berupa dalil qath'i ‘pasti' juga
bisa berupa dalil dhonny. Dua dalil yang qath'i tidak mungkin saling bertentangan.
Apabila bertentangan, maka keduanya adalah dhonny. Apabila bertentangan antara
dhonny dan qath'i, maka harus mendahulukan dalil qath'i. Dan, jika bertentangan antara
dhonny dan dhonny, maka diutamakan dalil naqliy daripada dalil akal. Sebab, mengikuti
kemungkinan kebenaran dari perkataan Allah dan Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti
daripada kemungkinan kebenaran menurut akal manusia, karena akal manusia terbatas
dan seringkali salah. Oleh karena itu, ayat-ayat tentang kisah Nabi Adam a.s. mempunyai
makna yang terang lebih diutamakan daripada teori-teori ilmiah baik itu tentang rahasia
makhluk hidup, analisa bentuk maupun sistem biologis yang bertentangan dengan ayat
di atas, selama teori-teori tersebut belum pasti kebenarannya.
Setelah itu penulis buku Al-Manar, sebelum dan sesudahnya menerangkan panjang
lebar tentang seputar ayat di atas. Kemudian dia menyebutkan pendapat yang
mengatakan bahwa kisah Adam hanya perumpamaan saja itu berasal dari para ulama
khalaf dan menisbatkan pendapat yang lahir kepada ulama salaf. Namun, sebenarnya
pendapat ini perlu dipertanyakan lagi, siapa yang dimaksud ulama khalaf? Dan, siapa di
antara mereka yang mengatakan pendapat ini? Ini adalah dua pertanyaan yang memerlukan
jawaban. Akan tetapi, yang terpenting bagi kita ialah kita yakin bahwa ayat-ayat kisah Nabi
Adam mempunyai makna yang lahir dan bahwa kisah Adam adalah kisah nyata seperti
yang dikisahkan Allah SWT kepada kita-dalam Al-Qur'an. Firman Allah selalu benar
dan Dialah yang menunjukkan jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
BAB IV
PIDATO DA'WAH HASAN AL-BANNA
A. WAHAI ORANG-ORANG YANG KEBINGUNGAN
Wahai orang-orang yang kebingungan mengarungi bahtera kehidupan, sampai
kapan berhenti kesesatan, padahal di tanganmu ada lentera yang menerangi kehidupan
ini. Allah berfirman, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan dari kitab itu pulalah Allah mengeluarkan orang-
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (al Maa'idah: 15-16)
Wahai orang yang lelah kebingungan mencari arah kehidupan, kemudian tersesat
jalan, dengarlah panggilan Tuhanmu yang Maha Mengetahui,
"Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Kemudian capailah setelah itu ketenteraman jiwa, ketenangan perasaan, dan
balasan yang baik. Firman Allah,
"Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mere-ka.
Siapa lagi yang bisa mengampuni dosa-dosa mereka selain Allah? Mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya."(Ali Imran: 135-136)
Wahai saudara yang terperosok dalam kubangan dosa dan maksiat.
Saya ingin mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya pintu rahmat Tuhanmu
sangatlah luas dan tidak tertutup. Tangisan tobat orang yang berbuat maksiat lebih dicintai
Allah daripada doanya orang taat. Ratapan doamu di waktu petang, tetesan air mata penyesalan,
zikir istigfar, dan tobatmu akan menghapuskan kesalahanmu, meninggikan derajatmu,
dan menjadikanmu orang-orang yang dekat dengan-Nya. Setiap manusia tidak terlepas dari
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang mau
bertobat.
Betapa dekat Tuhanmu denganmu, namun engkau tidak mengetahuinya.
Betapa besar cinta Allah terhadapmu, namun kamu tidak menghargainya. Rahmat
Tuhanmu sangatlah besar, namun engkau melupakannya.
BAB V
DI ANTARA CERAMAH HARI JUMAT
A. KEIMANAN
"Mereka (tukang-tukang sihir) berkata, 'Kami sekali-sekali tidak akan
mengutamakan kamu (Fir'aun) daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah
datang kepada kami dan dari Tuhan Yang menciptakan kami. Maka, putuskanlah apa yang
hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanyalah akan dapat memutuskan
kehidupan yang ada di dunia ini saja. Kami beriman kepada Tuhan kami, agar Dia
mengampuni kesalahan-kesalahan kami, dan sihir yang kamu paksakan kepada kami.
Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)." (Thaahaa: 72-73)
Kebenaran yang bersinar terang telah tegak berdiri sendiri di hadapan kebatilan yang telah
dipersenjatai. Ia menghalau dan menumpasnya. Nabi Musa a.s. yang diutus-Nya berdiri
tegak di hadapan Fir'aun yang berbuat sewenang-wenang kepada hamba-hamba Allah.
Lalu Musa berkata kepadanya, seperti termuat dalam surah asy-Syu'araa ayat
16,
"Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam". Jadi yang dibawa Musa a.s.
merupakan da'wah menuju kebebasan. Kebenaran apalagi yang lebih terang dan lebih
mulia daripada da'wah menuju kebebasan, persamaan, keadilan, dan kejujuran.
Da'wah yang membiarkan manusia bebas seperti ketika dilahirkan oleh ibu-ibu mereka,
berjalan di muka bumi dengan kemuliaan, dan mengharap anugerah dari Allah.
Fir'aun takkan mengabulkan da'wah separatis ini, meskipun benar.
"Lalu ia (Fir'aun) mengumpulkan (manusia) dan berseru. Kemudian
mengatakan, 'Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi". (an-Naazi'aat: 23-24)
"Ia (Fir'aun) dan bala tentaranya menyombongkan diri di muka bumi." (al-Qashash:
39)
Selanjutnya Fir'aun berkata kepada kaumnya, "Aku tidak mengetahui ada Tuhan
lain bagi kalian selainku." (al-Qashash: 38)
Lalu Fir'aun mengumpulkan manusia di sebuah tanah lapang yang luas dan mengundang
setiap ahli sihir yang pandai untuk menghadapi Musa a.s. Selanjutnya datanglah para
ahli sihir yang dalam hatinya tersimpan kemarahan. Dalam kalbu mereka terbersit
sebuah kedengkian. Jiwa mereka loba terhadap kesenangan dunia. Mata-mata mereka
jelalatan terhadap harta melimpah-ruah yang akan diberikan oleh Fir'aun yang
dermawan. Juga terhadap pangkat yang akan diberikan oleh Fir'aun semampunya.
Fir'aun tidak akan mengabaikan dugaan mereka, namun justru memberikan santunan
ketika mereka mengatakan,
"Apakah kami benar-benar mendapatkan upah jika menang? Ia (Fir'aun) berkata, 'Ya,
dan kalian benar-benar termasuk orang-orang yang dekat (denganku)."' (asy-Syu'araa':
41-42)
Mereka mempercayai janji Fir'aun dan sangat yakin terhadap kekuasaan,
kekuatan, dan kebesarannya.
"Lalu mereka melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka sambil mengatakan,
'Dengan kemuliaan Fir'aunlah kami benar-benar menang."' (asy-Syu'araa': 44)
Oleh Nabi yang mulia (Musa a.s.) seakan-akan sihir mereka ini berjalan. Maka,
terbersit dalam jiwa Nabi Musa a.s. sebuah kekhawatiran. Tetapi, sejurus kemudian
muncullah ketenangan yang ditancapkan Allah ke dalam hati orang-orang yang dikasihi-
Nya sewaktu terdesak. Turunlah sebuah seruan seakan-akan Musa a.s. dipanggil oleh
Allah,
'Janganlah takut! Engkaulah yang lebih tinggi. Lemparkan apa yang ada di
tanganmu niscaya akan melahap sihir yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu hanyalah tipu-daya seorang penyihir. Seorang penyihir takkan
beruntung dari mana pun ia datang." (Thaahaa: 68-69)
Seakan-akan sepercik cahaya keimanan yang benar telah melekat pada tongkat
tersebut. Sorotan sisi-sisinya memancarkan (cahaya), menerangi hati-hati mereka.
Atau, mengalir sebuah anugerah rahmat Allah dan kenikmatan-Nya, lalu memenuhi hati-
hati tersebut.
"Akan tetapi, Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di hati kalian." (al-Hujuraat: 7)
Dalam jiwa seorang (yang berkebangsaan) Mesir ada kelembutan dan kehalusan.
Dalam dada seorang (berkebangsaan Mesir) sejak permulaan sejarah ada ketakwaan
dan keimanan. Tongkat yang penuh berkah ketika menelan tongkat-tongkat dan tali-tali
lainnya seakan-akan seperti menelan lingkaran kesyirikan dan keraguan. Lalu secara
perlahan kelalaian dan keraguan mulai bergeser dari hati-hati mereka, menuju kepada
tali keimanan yang kokoh. Memancarkan sinarnya yang terang.
"Mereka berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan semesta alam. (Yaitu) Tuhan Musa
dan Harun."' (al-A'raaf: 121-122)
Dengan serta-merta Fir'aun pun menggila. Ia sangat marah. Lalu menuduh mereka,
sebagaimana termuat dalam surah Thaahaa ayat 71,
'Apakah kalian beriman kepadanya sebelum aku izinkan? Dia (Musa) memang
pembesar kallan semua yang telah mengajar kallan sihir."
Kemudian ia mengatakan bahwa, seperti termuat dalam surah al-A'raaf ayat 123,
sesungguhnya sihir itu, "benar-benar sebuah makar yag kalian lakukan di kota
untuk mengeluarkan para penduduknya'
Selanjutnya Fir'aun mengancam mereka dengan siksaan yang hina, dan hukuman yang
berat lagi pedih.
"Sungguh aku akan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki kalian dengan
berseberangan. Kami akan menyalib kalian di pohon kurma. Kalian benar-benar
akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih hebat dan lebih kekal
siksaannya." (Thaahaa: 71)
Bagaimana bisa ancaman tersebut memalingkan hati mereka yang telah mengubah
angan-angan dan siksaan menuju kepada ridha Allah? Apakah takut kepada makhluk
yang dirasakan oleh orang yang telah mengetahui bisa melenyapkan rasa takut kepada
Tuhan semesta alam? Apabila mereka memang ditakdirkan mendapatkan kebahagiaan,
dengan nikmat Allah mereka akan menjadi orang-orang yang beriman.
Oleh karenanya, jawaban dari orang-orang terpilih lagi kuat (pendiriannya)
adalah sebagai berikut,
"Kami takkan mengutamakan kamu (Fir'aun) dari bukti-bukti yang nyata (mukjizat),
yang telah datang kepada kami dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami. Maka,
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanyalah akan dapat
memutuskan kehidupan yang ada di dunia ini. Kami beriman kepada Tuhan kami agar
Dia mengampuni dosa-dosa kami dan sihir yang kamu memaksakan kepada kami
melakukannya. Sesungguhnya Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)."
(Thaahaa: 72-73)
Sebelum peristiwa tersebut, mereka hidup bergelimang dengan kesenangan dan
kelezatan-kelezatan dunia yang fana dan hina. Namun, setelah hati-hati mereka bergumul
dengan keimanan dan memahami rahasia kehidupan ini dengan mata hati, mereka mampu
menimbang dua sisi. Mereka mampu membandingkan antara dua kehidupan. Lalu pada
akhirnya mereka lebih mengutamakan yang kekal daripada yang fana. Mereka lebih
memilih apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di hadapan mereka.
Firman-Nya,
"Apa yang ada di hadapan kalian akan lenyap, sedangkan apa yang ada di sisi Allah
tetap kekal." (an-Nahl: 96)
"Sesungguhnya barangsiapa yang mendatangi Tuhannya dalam keadaan melanggar
(perintah-Nya), ia akan (merasakan) neraka jahanam. Di dalamnya ia tidak mati dan
tidak pula hidup. Sedangkan, orang yang mendatangi Tuhannya dalam keadaan beriman
dan beramal saleh, mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi. (Yaitu) surga 'Aden
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan
orang yang mensucikan dirinya." (Thaahaa: 74-76)
Oleh karena itu, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir!
Begitulah keimanan yang hakiki. Keyakinan yang benar mampu menggoncang perasaan
dan emosi, memenuhi seluruh hati dan jiwa. Menghasilkan ucapan yang jujur dan
tindakan nyata dari segenap anggota badan. Pemiliknya akan merasa takut kepada Zat
Yang tunggal dan tidak takut kepada siapa pun dalam kebenaran kecuali kepada Allah
semata. Dunia baginya hanyalah kecil, bahkan tidak lebih dari potongan kuku. Tidak bisa
mendiamkan pemiliknya dari perkataan yang benar.
Maka, apakah kalian termasuk orang-orang yang beriman???
C. PERBEKALAN
Saya hendak menulis tentang pembicaraan yang lagi marak ketika saya
disibukkan oleh sikap yang diambil oleh pemerintahan-pemerintahan dan negara-negara
Islam saat ini: Apabila tidak dikerjakan secepatnya, maka takkan ada yang mengerjakan
untuk selama-lamanya. Terutama sikap yang diambil oleh Pemerintah Mesir. Saya
telah menerangkan kepadanya karakteristik jalan (yang harus ditempuh), lalu saya
teringat sebuah ayat,
"Janganlah kalian lemah dalam mengejar mereka. jika kalian mengalami penderitaan
(sakit), sesungguhnya mereka pun mengalami penderitaan pula sebagaimana kalian
mengalaminya. Sedangkan, kalian mengharapkan dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (an-Nisaa':
104)
Tak ayal lagi jika kita lemah dalam bidang materi, persenjataan, harta benda, pasukan, dan
perlengkapan. Musuh-musuh kita pun juga telah mengalami penderitaan akibat perang.
Mereka telah dibabat habis. Agama bagi mereka terasa berat. Mereka ditimpa kelaparan dan
ketakutan. Kota-kota maupun pelosok desa banyak dihancurkan. Jiwa jiwa pun banyak yang
melayang. Mereka benar-benar telah mengalami apa yang kita alami. Bahkan lebih dari itu.
Namun, kita tetap kuat dengan kebenaran yang ada pada kita. Sedangkan, mereka
lemah karena kebatilan dan permusuhan yang mereka lakukan. Allah senantiasa berpihak pada
kita, karena kitalah pendukung kebenaran. Dia adalah musuh bagi mereka, karena Dia adalah
musuh para pendukung kebatilan. Allah sekali-kali takkan memperbaiki perbuatan orang-
orang yang berbuat kerusakan. Oleh karenanya, kita mengharapkan dari Allah (sesuatu) yang
tidak diharapkan oleh mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Sepanjang perputaran sejarah perkembangan bangsa-bangsa dalam berbagai peristiwa,
kebenaran takkan pernah bertemu dengan kebatilan kecuali ia akan menghinakan kebatilan
tersebut dan juga para pendukungnya.
Sedangkan, kebenaran dan para pendukungnya akan menang. Firman-Nya,
"Katakanlah (Muhammad), 'Telah datang kebenaran dan binasalah kebatilan.
Sesungguhnya kebatilan itu (akan) binasa."' (al-Israa: 81)
"Akan tetapi, kami melemparkan kebenaran di atas kebatilan, lalu ia menelan
kebatilan tersebut, lalu sekonyong-konyong kebatilan tersebut binasa." (al-Anbiyaa: 18)
"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya. Adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan" (ar-Ra'd: 17)
Al-Qur'an memerintahkan orang-orang mukmin untuk memeprhitungkan
musuh-musuh mereka, mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin, dan juga
mempersiapkan kuda-kuda yang ditambat, sehingga membuat musuh-musuh Allah dan
musuh-musuh mereka menjadi takut. Lalu Allah menegaskan kembali wasiat kepada orang-
orang mukmin agar berhati-hati dan senantiasa memanggul senjata (pasang kuda-kuda),
'Jika kamu (Muhammad) bersama mereka, lalu kamu mendirikan shalat bersama
mereka, maka berdirilah (untuk shalat) segolongan di antara mereka bersama kamu,
dan hendaknya mereka membawa senjata. Apabila golongan tersebut bersujud hendaknya
mereka berpindah ke belakang. Lalu majulah (untuk shalat) golongan kedua yang belum
shalat, dan hendaknya mereka shalat bersama kamu dengan berhati-hati dan
memanggul senjata. Sesungguhnya orang-orang kafir menginginkan kalian lalai
dari senjata dan barang-barang bawaan, lalu mereka akan menyerang kalian dengan serta-
merta. Tidak ada dosa bagi kalian meletakkan senjata jika kalian mengalami
kesusahan karena hujan atau kalian sakit , dan berhati-hatilah." (an-Nisaa': 102)
Allah benar-benar telah menjanjikan pahala yang baik kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman atas persiapan yang telah disebut dalam Al-Quran dan pesan Rasulullah saw.
tadi. Partisipasi mendapatkan pahala tersebut terdiri dari tiga kelompok, yaitu pembuat
senjata, pemanggul senjata, dan pelempar senjata. Barangsiapa yang melempar senjata dengan
maksud berlatih, maka dia berada pada jalan Allah. Barangsiapa yang menyimpan
perbekalan atau kuda di jalan Allah, maka setiap hari akan ditulis beberapa kebaikan
untuknya (pada neraca amalannya).
Meskipun terdapat perintah yang tegas dalam mempersiapkan senjata dan
perbekalan, AI-Quran juga membelokkan perhatian orang-orang mukmin agar
mempersiapkan perbekalan yang lebih dahsyat, keras, kokoh, kuat, dan mematikan, yaitu
dukungan, pertolongan, dan bantuan dari Allah,
"Kalian tidaklah membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka.
Kamu (Muhammad) tidak melempar (senjata kepada mereka) ketika kamu
melemparkannya, akan tetapi Allahlah yang melemparkan (senjata tersebut)." (al-
Anfaal: 1 7 )
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dari rumah-
rumah mereka pada pengusiran yang pertama. Kalian tidak mengira mereka akan
keluar, dan mereka pun mengira benteng-benteng mereka akan dapat mencegah dari
(siksaan) Allah. Lalu Allah mendatangi mereka dari arah yang tidak diduga-duga. Ia
menebarkan ketakutan dalam diri mereka. Mereka memusnahkan rumah-rumah sendiri
melalui tangan-tangan mereka dan juga melalui tangan-tangan orang-orang mukmin.
Maka, jadikanlah hal ini sebagai pelajaran wahai orang-orang yang memiliki
pengamatan." (al-Hasyr: 2)
Itulah dua perbekalan (materi dan nonmateri) yan jika salah satunya sempurna, maka yang
lain pun akan mengikut. Karena yang terakhir inilah yang membedakan antara orang-
orang mukmin dan selain mereka.
Selanjutnya kami menyarankan kepada pemerintah-pemerintah Arab dan negara-
negara Islam lainnya, terutama Pemerintah Mesir, agar memperkuat tekad dalam
menjalankan urusan pemerintahan, dan tidak memberikan urusan tersebut kepada bangsa
lain. Hendaknya mereka menghadapi urusan tersebut dengan kebenaran yang tegas,
tanpa ragu-ragu. Mendengarkan petuah Al-Qur'an dengan penuh keberanian,
keyakinan, dan tekad yang kokoh. Firman-Nya,
"Berkatalah dua orang yang termasuk orang-orang yang takut (kepada Allah),Allah
telah memberikan kenikmatan kepada keduanya. Serbulah mereka melalui pintu itu.
Apabila kalian memasukinya, tentu kalian akan menang. Hanya kapada Allahlah
hendaknya kalian bertawakal jika kalian termasuk orang-orang mukmin." (al-Maa'idah:
23)
D. HUJJAH
"Itulah hujjah yang kami berikan kepada Ibrahim. Kami akan mengangkat derajat
orang-orang yang kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui." (al-An'aam: 83)
Ibrahim datang sambil menyeru kepada Allah, meletakkan prinsip-prinsip ajaran
yang lurus dan toleran di muka bumi. Firman-Nya,
"Agama Ibrahim yang lurus (hanif). Bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik." (Ali
Imran: 95)
Manusia pada waktu itu banyak yang menyembah bintang-gemintang dan berhala,
menyembah manusia atau batu, atau lalai, tidak tahu apa rahasia kehidupan, tidak memahami
tugas hidup, dan tidak mengetahui jalan menuju kepada Allah. Lalu Ibrahim
membawa da'wah baru. Allah mengutusnya agar meletakkan prinsip-prinsip sosial
yang baru dan juga kaedah-kaedah yang berlandaskan pada ketuhanan (rabbaniyah) dan
tauhid (pengesaan kepada Allah).
Dengan demikian, Ibrahim ketika itu sebagai satu-satunya orang yang unik.
Orang-orang hampir semua mengingkarinya, termasuk bapaknya. Dengarkanlah
dialog yang terjadi antara beliau dengan bapaknya. Ibrahim berkata,
"Wahai bapakku, sesungguhnya aku telah mendapatkan ilmu yang tidak engkau
ketahui, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan jalan yang lurus. Wahai bapak,
janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka kepada Zat Yang
Maha Pengasih. Wahai bapak, sungguh aku takut kamu mendapatkan siksaan dari Zat
Yang Maha Pengasih, maka berarti kamu adalah penolong bagi setan." (Maryam: 43-45)
Kemudian jawaban sang bapak adalah sebagai berikut,
"Apakah kamu benci kepada Tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim. jika kamu tidak
berhenti, sungguh akan kurajam dan tinggalkanlah aku untuk selama-lamanya."
(Maryam: 46)
Semua manusia mendustakan Ibrahim, sampai bapaknya sendiri. Akan tetapi,
Ibrahim telah beriman. Oleh karenanya, ia tidak terkejut dengan pendustaan seperti itu. Ia
memiliki kemampuan berhujjah, dapat menerangkan dengan gamblang dengan
bahasa yang fasih. Allah telah memberikan kepadanya kemampuan berhujjah,
mengilhamkan petunjuk kepadanya, dan menjelaskan alasan lawan kepadanya. Oleh
karena itu, hujjah dan keterangan itulah yang menjadikan Ibrahim unggul dengan
kemampuan tersebut.
Lihatlah bagaimana ia berdebat dengan Raja Namrud dalam rangka mendustakan
ketuhanan yang didakwakannya. Ibrahim telah menyingkap kelemahan sosok manusia ini.
Ia berkata kepada Namrud, "Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan". Lalu
Namrud menanggapinya dengan mengatakan, 'Aku adalah orang yang menghidupkan dan
mematikan.' Selanjutnya Ibrahim mengatakan, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari arah Timur, maka terbitkanlah ia dari arah Barat. Lalu orang kafir tersebut terdiam.
Allah tidak menunjukkan orang-orang yang berbuat zalim." (al-Baqarah: 258)
Lihat pula bagaimana Ibrahim berdebat dengan kaumnya tentang matahari, bulan,
dan bintang-gemintang. Ia menetapkan hujjah kepada mereka, mengungkapkan dengan
bukti-bukti yang gamblang. Ibrahim memberitahukan kepada mereka bahwa bintang-
bintang itu akan lenyap, bulan pun akan menyusut (mengecil). Demikian pula
matahari akan tenggelam. Semua itu tidaklah pantas untuk dijadikan sebagai sesembahan. Ia
mengungkapkannya dengan gambaran yang lugas, melalui perdebatan yang
berkesinambungan dan sistematis, sampai kepada kesimpulan yang dikehendakinya.
Firman-Nya,
"Ibrahim berkata, 'Wahai kaumku, sungguh aku melepaskan diri dari syirik yang
kalian lakukan. Aku benar-benar menghadapkan mukaku dengan lurus kepada Zat Yang
menciptakan langit dan bumi. Aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik." (al-
An'aam: 78-79)
Begitulah setiap kondisi yang dialami Ibrahim, ia selalu berpegang teguh pada satu
hal, dengan logika yang gamblang, hujjah yang terang, dan bukti yang jelas. Maka, ia pun
beruntung, menang, dan mendapatkan pertolongan. Akhir yang baik akan selalu diperoleh
orang-orang yang bertakwa.
Telah menjadi hak kita untuk hidup di dunia dengan mulia dan untuk berpartisipasi
memelihara kaedah-kaedah dan warisan-warisan menakjubkan yang hanya kita pewaris
tunggalnya. Tidak seorang pun yang mewarisi peninggalan-peninggalan tersebut selain
kita. Warisan peradaban, filsafat, dan risalah kenabian. Peninggalan keluarga Musa, Harun, Isa,
dan Muhammad, semoga Allah menganugerahkan keselamatan kepada mereka semua.
Hak kita terhadap dua hal tersebut demikian jelas, seperti menyongsong esok.
Tak ada keremangan atau pun ketersembunyian. Umat Islam bukanlah umat yang masih
kecil sehingga butuh pengampuan. Bangsa kita juga bukan merupakan bangsa yang
terbelakang atau mengalami kegelapan sehingga memerlukan pencerahan dari bangsa
lain setelah menguasai dunia selama 500 tahun, bahkan lebih dari itu. Akan tetapi, itu
semua hanyalah kelaliman manusia terhadap manusia lainnya, kesewenangan yang terjadi
akibat kelalaian zaman. Kami mengharap semoga negara besar (daulah Islam) ini
akan segera sadar dari kesalahannya dan bergerak cepat menggapai keadilan di muka
bumi. Sehingga, ketentraman, keselamatan, dan keadilan merupakan prinsip pemerintah.
Sedangkan, kelaliman akan terangkat dan terbirit-birit ketakutan. Segala sesuatu
berada di tangan Allah.
"Bagi Allah segala urusan, baik sebelum maupun sesudah terjadi." (ar-Ruum: 4)
Kalian wahai orang-orang mukmin! Demi kebenaran yang kalian yakini dan
kehormatan negara-negara kalian, janganlah lesu dan lemah! Di tangan kalianlah segala
kekuatan! Di tangan kalian terdapat keimanan, kebenaran, hujjah, dan dalil. Allah telah
memuliakan kalian dengan perlengkapan yang kalian miliki. Itu sudah sangat cukup.
Akhir yang baik akan selalu didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa,
"Allah memenangkan urusan-Nya." (Yusuf: 21)
E. HIKMAH
"Barang siapa dianugerahi hikmah, sesungguhnya dia dianugerahi kebaikan
yang banyak. Tidak ada orang yang menyadari hal itu kecuali orang-orang yang
mempunyai pikiran." (al-Baqarah: 269)
Baitul Haram berada di hadapan Rasulullah saw. Begitulah mimpi yang dilihat oleh
beliau, mimpi para nabi adalah wahyu yang benar. Beliau bertawaf di Baitullah dan lari-lari
kecil antara bukit Shafa dan Marwa (sa'i). Beliau melakukannya dengan aman dan tenang.
Jadi, untuk selanjutnya harus ada pembenaran dari mimpi tersebut.
Pembenaran tersebut terealisir dengan mengadakan perjalanan ke Mekah al-
Mukarramah setelah melalui masa yang cukup lama dan mengatasi segala rintangan
yang ada. Para pilihan Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya berada di pintu gerbang
Mekah di daerah Hudaibiyyah. Mereka menggiring binatang ternak dan membaca talbiyah
ketika umrah.
Mendengar berita tersebut kaum Quraisy terkejut, lalu mereka merencanakan
makar dan bersumpah agar Muhammad dan para sahabatnya tidak memasuki wilayah
Mekah dengan kekerasan. Selanjutnya Rasulullah saw. mengirimkan Utsman bin Affan
sebagai delegasi agar melakukan negoisasi dengan mereka. Juga memberitahukan
bahwa kedatangan kaum muslimin bukanlah dengan maksud membuka wilayah baru
umat Islam atau memerangi mereka. Namun, hanya untuk berumrah dan beribadah. Kaum
Quraisy tidak boleh menghalangi seorang pun demi Baitullah atau memisahkan antara
orang tersebut dengan dengan thawaf dan sa'i yang ia kehendaki.
Untuk sementara waktu kaum Quraisy menahan umat Islam. Berita pun sampai pada
Rasulullah saw. Sambil bersandar pada sebuah pohon beliau memanggil para sahabatnya
untuk melakukan bai’at kematian dan pengorbanan, mempertahankan kebenaran sampai
titikdarah penghabisan.
Hati para pembesar Qurasy pun terkejut mendengar hal itu. Lalu mereka melepaskan Utsman
dan mengirimkan beberapa delegasi kepada Rasulullah saw. agar mengurungkan niatnya.
Delegasi-delegasi ini pun mondar-mandir antara kaum Quraisy dan Rasulullah saw. Sampai
pada akhirnya terjadilah kesepakatan yang dianggap kaum Quraisy sebagai kemenangan dan
tidak sedikit umat Islam yang menganggapnya sebagai kekalahan.
Ada sebagian kaum muslimin yang hampir mengira bahwa Rasulullah saw. rela dengan
kerendahan. Sehingga, mereka pun terheran-heran bagaimana bisa Rasulullah saw. rela dan
sepakat dengan keputusan seperti itu. Oleh Allah SWT, peristiwa ini dianggap sebagai
kemenangan yang dekat (fathan qariban) dengan rampasan perang yang banyak. Firman-
Nya,
"Allah benar-benar telah rela terhadap kaum mukminin ketika mereka mengadakan
bai'at di bawah sebuah pohon. Dia tahu apa yang ada di hati-hati mereka, lalu Dia
pun memberikan ketenangan dan menganugerahkan kepada mereka kemenangan yang
dekat. juga banyak harta rampasan perang yang mereka peroleh. Sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah menjanjikan kepada kalian harta rampasan
banyak yang akan kalian terima, maka Dia pun menyegerakan berita itu kepada
kalian dan menghalangi tangan-tangan manusia dari kalian, juga supaya hal ini menjadi
sebuah pertanda bagi kaum mukminin. Allah akan menunjukkan kepada kalian jalan
yang lurus. Allah juga menjanjikan (kemenangan-kemenangan) lain (atas negeri-negeri)
yang kalian tidak mampu meguasainya (dan) Allah telah menentukan hal tersebut. Allah
Mahakuasa terhadap segala sesuatu." (al-Fath: 18-21)
Tindakan Rasulullah saw inilah yang disebut sebagi hikmah. Bagi yang dianugerahi
hikmah tersebut berarti ia dianugerahi karunia yang banyak.
Rasulullah saw telah mengutus delegasi yang di dalamnya terdapat Amr bin ‘Ash.
Selanjutnya delegasi ini meminta bala bantuan. Lalu dikirimlah aminul-ummah orang
kepercayaan umat Islam; Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Ubaidah datang sebagai bala
bantuan. Sedangkan, Amr bin ‘Ash tetap bersikeras dengan kepemimpinannya semula. Amr
mengatakan kepada Abu Ubaidah, "Sebenarnya saya mengajukan bala bantuan, dan bala
bantuan tersebut bukan untuk diajukan sebagai amir (pemimpin)."
Sikap semacam ini menimbulkan pertentangan di kalangan para sahabat. Masing-
masing memiliki pendapat sendiri. Hampir saja terjadi fitnah kalaulah Abu Ubaidah r.a. tidak
memutuskan hal itu dan ia sepakat dengan Amr bin ‘Ash serta mematuhi perintahnya.
Dalam keputusan yang diambil oleh Abu Ubaidah ini, terdapat sebuah hikmah. Bagi yang
diberinya, berarti dia telah diberi kebaikan yang banyak.
Kaisar kaum salibis telah mengirimkan delegasi kepada Mu'awiyah ketika
pertentangan antara Mu'awiyah dan Ali berada pada puncaknya. Kaisar menawarkan bala
tentara dan perbekalan dengan maksud secara lahirnya memang untuk mempererat
hubungan negara tetangga dan menghargai ikatan yang telah terjalin antara keduanya.
Selanjutnya mereka juga menanti-nanti balasan yang sama.
Muawiyah pun mengirim sebuah ancaman terhadap kaisar. Jika ia melakukan itu,
Muawiyah akan bergabung dengan Ali dan menghadapi Kaisar dengan bala tentara
yang di depannya adalah pasukan Muawiyah, sedangkan belakangnya adalah pasukan
Ali. Itulah hikmah yang keluar dari Muawiyah dalam rangka menolak intervensi asing
yang sudah biasa terhadap daulah Islam. Bagi yang dianugerahi hikmah, ia telah
dianugerahi kebaikan yang banyak.
Umar dan beberapa 'golongan di antara kaum muslimin juga bersikeras
tentang permasalahan Khalid. Ia mengeluhkan hal tersebut kepada Abu Bakar r.a.
Umar meminta dengan sungguh-sungguh agar Abu Bakar memecat Khalid dan
menghukum serta menahannya. Abu Bakar merupakan orang yang paling tahu tentang
Khalid dalam kapabilitas, ujian, pengorbanan, jihad yang ia lakukan, dan watak yang jarang
ditemui. Abu Bakar tidak tergoyah sedikit pun di hadapan tegasnya pendapat Umar
tersebut. Lalu ia pun menjawab dengan ungkapan seperti ini, "Saya takkan merekahkan
sedikit pun pedang yang dipasang Allah terhadap kaum kafir. Banyak wanita yang tidak
mampu melahirkan putra seperti Khalid."
Khalid pun terus berlalu, berjihad di jalan Allah dengan disaksikan oleh umat Islam.
Inilah hikmah yang keluar dari Abu Bakar r.a. dan Umar pun telah mengakuinya ketika ia
berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Ia adalah orang yang paling
mengetahui keadaan bawahan-bawahannya".
Juga ketika Abu Bakar mengatakan kepada pembantu dekatnya ketika ia melihat
pembantu tersebut melerai wanita-wanita Makhzum agar tidak menangis. Abu Bakar
berkata kepadanya, "Biarkan wanita-wanita itu wahai Aslam! Sesungguhnya tidak akan
ada lagi wanita-wanita yang menangis terhadap orang seperti Abu Sulaiman."
Umar telah memecat Khalid ketika Khalid berada pada puncak kebesarannya. Hati-
hati pun telah terpaut kepadanya. Berbagai medan pertempuran dan kawasan-kawasan telah
ditaklukkan olehnya. Setiap kuda, malam, penduduk desa dan kota telah
mengenalnya. Lalu Umar memerintahkan Abu Ubaidah untuk mengoreksi Khalid
dengan lebih jeli. Saking jelinya sampai Bilal menelungkupkan kerah bajunya di sorban
yang dipakainya. Lalu patuh melaksanakan perintah amir (jenderal) baru.
Khalid melihat kejadian itu sambil tersenyum dan tetap patuh pada pimpinan. Lalu ia pun
kembali kepada barisan semula sebagai seorang jundi 'pasukan' yang berkorban dan
melaksanakan kewajibannya dengan berpegang teguh pada amanat dan ketulusan. Tidak
peduli apakah ia akan mengarak kepada kematian ataukah dia sendiri yang diarak menuju
kematian. Sikap yang diambil Khalid ini di dalamya terdapat hikmah yang setelah itu
jarang ditemui. Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, sesungguhnya ia dianugerahi
kebaikan yang banyak.
Bacalah sikap-sikap semacam itu yang masih banyak lagi, di mana hikmah secara
praktis lebih diutamakan daripada kepentingan-kepentingan teoritis semata. Apakah sejarah-
sejarah pengingat tersebut bisa menjelma menjadi sebuah imbauan suci yang dapat
menunjukkan kita kepada jalan yang lurus? Ya Allah, kabulkanlah! Amin.
G. DASAR-DASAR PERGERAKAN
Teman saya berkata, "Saya telah lama mengamati perjalanan kehidupan da'wah
Ikhwanul Muslimin, mengikuti dari dekat pola kerjanya di berbagai kesempatan, dan
banyak bergaul dengan para aktivisnya. Sungguh saya sangat kagum sekali dengan
apa yang saya lihat. Akan tetapi, saya melihat ada beberapa sisi kelemahan, dan saya
sampaikan hal ini untuk dijadikan nasihat saya kepada para anggota Ikhwanul Muslimin.
Saya yakin motivasi saya ini, tak lain ialah rasa iri terhadap perkembangan pergerakan
da'wah ini, semoga Allah memberkatinya:"
Saya katakan kepadanya, "Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan
semoga juga Allah membaguskan kamu. Ceritakan apa yang ada pada hatimu.
Sesungguhnya agama adalah nasihat, salah kalau ada manusia yang mengira bahwa
dirinya terhindar dari kesalahan, cukuplah hal ini menjadi dosa dan dia akan
berpaling dari kebenaran. Bukankah sifat maksum itu hanya milik para nabi, padahal
kenabian telah ditutup dengan diutusnya Muhammad saw.
Jika kami mengklaim bahwa diri kami telah sempurna, maka tidak ada lagi pembicaraan
uji coba da'wah masa depan demi kesempurnaan dalam kehidupan sosial dan individu.
Sampaikan kepadaku apa yang engkau ingin katakan. Kami akan berterima kasih. Maka, demi
Allah, kritikan para pengeritik yang ikhlas lebih menyenangkan kami daripada sanjungan
dengan kebenaran maupun dengan kebatilan, Karena kami ketika menerima kritikan, kalau
tidak terhindar dari kesalahan, maka akan semakin dekat dengan kebenaran. Namun sebaliknya,
ketika kami dipuji, tidaklah menambah pujian itu kecuali rasa sombong dan
bersenang-senang, keduanya menghancurkan. Kami berlindung kepada Allah dari
keduanya. Betapa pantas orang-orang itu dicampakkan ke wajah mereka dengan debu'.
Kemudian dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memilihkan kamu manhaj ini.
Kalau seandainya bukan karena pembekalan mental, tentulah itu dianggap suatu
keutamaan, yang mengecilkan banyak kelemahan-kelemahan yang justru dianggap
sebagai keutamaan. Tidak diragukan lagi engkau dan para pengikutmu akan sampai
pada suatu kesempurnaan Tidak ada yang menutup kesempurnaan manusia kecuali
perasaan bangga dengan dirinya sendiri. Namun saya, alhamdulillah, tidak banyak akan
mengkritik dan tidak pula bermaksud melukai perasaan, namun semuanya demi perbaikan.
Hanya kepada Allahlah kami mtnta pertolongan.
Saya melihat dalam diri para anggota Ikhwanul Muslimin, adanya kelambanan
dalam proses da'wah dan metode yang kuno serta sikap menjauhi kehidupan
masyarakat ramai. Juga memegang yang erat sekali terhadap permasalahan ibadah sehingga
menimbulkan kesan, seolah-seolah mereka adalah para penganut aliran sufisme yang
hanya beribadah dan meninggalkan kehidupan duniawi. Hal ini akan menyebabkan
kita jauh dari permasalahan aliran-aliran pergerakan yang menggoncang dunia pada saat ini.
Atau, menjauhi permasalahan-permasalah pergolakan politik yang mengatur perjalanan
umat dan kekuatan rakyat.
Ikhwanul Muslimin sebagai suatu kelompok pergerakan tentulah mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap opini publik pada saat ini. Saya kira sudah menjadi
kewajibannya untuk memperhatikan permasalahan ini, agar mempunyai sebuah opini
yang bisa dipegang oleh rakyat. Bukankah kamu sependapat dengan koreksi saya ini?"
Saya katakan, "Wahai saudaraku, dari segi bentuknya memang boleh jadi persepsi Anda
merupakan suatu kebenaran, namun tidak pada penafsirannya. Saya kira perilaku
seperti seorang yang hanya beribadah saja, yang terkesan pada diri seorang ikhwan, itu
hanya karena rasa malu mereka. Rasa malu itu merupakan cabang dari iman, di zaman
yang mulai hilang rasa malu dan diabaikannya cabang-cabang iman.
Karena sesungguhnya beban yang berat ialah bersungguh-sungguh yang telah
diwajibkan Islam atas umat yang telah lama terombang-ambing dan rusak kehidupan
mereka dengan kemaksiatan, hura-hura, dan kesenangan duniawi yang lainnya.
Adapun menjauhkan diri dari permasalahan politik, saya tegaskan kepada Anda
bahwa para anggota Ikhwanul Muslimin dalam hati mereka dipenuhi rasa cinta Tanah Air
dan semangat membangun negara mereka serta dunia Islam pada umumnya. Mereka
semua memperhatikan dengan benar terhadap hak-hak tanah air, kewajiban dan cita-cita
bangsa. Mereka tidak pernah melewatkan satu kesempatan pun kecuali mereka sampaikan
pendapat mereka kepada para pemimpin kita. Namun, mereka memahami betul apa yang
akan diakibatkan dari penyampaian nasihat yang tulus ikhlas ini. Karena kadang-
kadang disalahartikan sebagai tindak subversif yang ingin meruntuhkan pemerintahan
yang sah. Mungkin benar, Ikhwanul Muslimin dalam bidang ini, kurang begitu perhatian.
Namun, hal itu karena keadaan yang memaksa demikian dan akan berubah jika
keadaan memungkinkan .
Wahai saudaraku, pastilah engkau dan Tuhanmu sependapat denganku bahwasanya
masyarakat kita, bangsa Arab dan dunia Islam pada umumnya, membutuhkan pada model
tatanan yang baru dan renovasi yang mengarah pada perbaikan? Apakah cukup bagi kita
membangun masyarakat kita dengan model pembangunan politik saja, seperti yang terjadi di
negeri kita ini yang banyak sekali kekurangan dan kelemahan?
Saya yakin bahwa masyarakat kita, bangsa Arab dan dunia Islam, pada saat ini tidak
hanya membutuhkan suatu kepemimpinan yang adil, dukungan, dan perbaikan. Mereka
butuh suatu model bangunan baru yang berdiri di atas landasan baru yang dijalankan oleh
manusia-manusia yang baru pula, memiliki jiwa yang kuat, tahan banting, terus terang,
penyayang menghormati, jujur dalam perbuatan dan perkataan, jiwa yang tidak munafik, tidak
dengan basa-basi, tidak lari dari tanggung jawab, cinta dengan kebaikan, bersabar dalam
menghadapi ujian, dan bersabar dalam berjihad.
Betapa kita membutuhkan kepada jiwa-jiwa seperti ini, wahai saudaraku.
Kita sangat membutuhkan pada suatu tatanan baru yang berdiri pada suatu
landasan yang baru pula, jelas, terarah, dan menyeluruh. Landasan yang menjadi
tumpuan guna pencapaian cita-cita orang-orang yang bersungguh-sungguh ingin
menyebarkan kebaikan, perbaikan, dan kesungguhan. Juga untuk memperlihatkan hal
ini kepada mereka orang yang bersemangat, namun terombang-ambing oleh propaganda dan
aliran pemikiran, diembus oleh badai dari segala arah dan tersesat jalan.
Terakhir, kami membutuhkan proyek proyek lapangan pekerjaan agar kami bisa
mendapatkan keuntungan, terhindar dari pengangguran, berlatih bekerja, dan mendapatkan
keterampilan nyata yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan ini. Kami
memerlukan proyek-proyek pertanian, industri, dan perdagangan. Betapa luas dan
bagus sekali kalau kita mengikuti arah dan mengambil jalan ini. Kami tidak akan
membuang-buang waktu dengan angan-angan, dan tidak akan rela waktu berlalu
dengan begitu saja.
Wahai saudaraku, sungguh saya ingin menutup segala pintu-pintu untuk ikhwan
kecuali tiga pintu ini. Yaitu, mencukupkan atas diri mereka sendiri. Kemudian
mengikutinya dengan taat kepada Allah, sabar, mengalah, jujur, dan rela dengan manhaj-
Nya. Maka, mereka belajar hukum-hukumnya, ajarannya yang menyinari kehidupan
mereka ke arah jalan yang selamat, dan mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap
gulita menuju kehidupan yang terang dan jalan yang lurus.
Kemudian kami ingin bekerja dan berbuat sebagaimana firman Allah,
"Katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Kamu akan dikembalikan kepada Allah yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
kamu kerjakan."' (at-Taubah: 105)
Tiga hal inilah, wahai sahabatku, prinsip dasar pergerakan kami." Kemudian dia
berkata, "Semoga Allah bersamamu." Maka, saya jawab, "Itulah harapan kami dan
Dialah sebaik-baik penolong."
BAB VI
DARI PELAJARAN HARI SELASA
A. WANITA DALAM AL-QUR’AN
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Kita ucapkan shalawat dan
salam kepada junjungan kita Muhammad saw., para keluarga, sahabat, dan orang yang
mengajak kepada da'wahnya hingga hari kiamat.
Saudara-saudara sekalian. Saya sampaikan kepada kalian semua ucapan salam
yang penuh berkah dan suci dari Allah.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Topik pembicaraan malam ini, wahai saudara-saudara sekalian yang saya cintai, adalah
tentang wanita di dalam Al-Qur’an. Kita sudah memulai rangkaian pandangan di dalam
Al-Qur’an, Kitab Allah Yang Mahatinggi. Rangkaian ini sudah cukup panjang, dan
memang sepantasnya untuk panjang. Kitab Allah semuanya berisi kebaikan. Setiap
pembaca kitab Allah SWT mendapatkan dirinya berada dalam kebun buah-buahan yang
sangat matang. Ia memetiknya. Saya merasa takjub dalam makna ini, wahai
saudara-saudara sekalian, dengan perkataan Abdullah bin Masud, "Kala aku membaca
dalam (Alif Lam Haa Mimm), aku seperti berada dalam kebun buah-buahan yang sangat
matang."
Kitab Allah dengan susunan kata yang sangat menakjubkan merupakan
percampuran aneh yang tidak mungkin kecuali menjadi Kitab Allah. Logika yang teliti
dengan cara penyampaian yang sangat indah membahas tema-tema yang paling kering.
Seseorang secara tiba-tiba telah berada di hadapan kumpulan-kumpulan logika yang
sangat kuat.
Saudara-saudara sekalian. Orang yang membaca sejarah bermacam-macam bangsa akan
mendapatkan bahwa manusia memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang wanita.
Perbedaan ini membuat kita merasa heran dan aneh. Di antara mereka, misalnya, ada
yang menganggapnya sebagai budak. Ada juga yang menganggapnya sebagai
tempat pelampiasan kenikmatan. Ada yang menganggap wanita sebagai tempat hiburan
dan mainan. Pandangan seperti ini ditemukan juga dalam bangsa modern yang
menganggap bahwa kebanggaan utamanya adalah kemajuan wanita, kebangkitan wanita, dan
menyempurnakan hak-hak wanita. Meskipun, dalam bangsa-bangsa ini wanita dan
kedudukannya belum sampai kepada batasan Nil bagi haknya secara benar atau mencapai
kedudukannya yang benar.
Anda pantas heran, wahai saudara-saudara sekalian. Masyarakat Arab dahulu kacau
dalam memandang dan menghukumi wanita. Namun demikian, dalam beberapa kabilah,
wanita dianggap sebagai manusia yang memiliki hak kemanusiaannya. Dalam banyak
kesempatan, ia diminta pendapatnya dan diajak musyawarah. Ia juga memiliki hak memilih.
Banyak contoh dalam hal ini. Misalnya, Syamas bin Laai, seorang pemimpin kabilah Arab, telah
dihina dengan sangat keji oleh seorang penyair. Ketika penyair ini berhasil ditangkap
dan akan dibunuh, ia menemui ibunya memberitahukan kabar gembira.
Ibunya berkata, "Aku lihat di wajah kamu terdapat tanda-tanda gembira."
Ia menjawab, "Benar, wahai Ibuku. Aku telah menemukan penyair yang telah
menghinaku:"
Ibunya bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan terhadapnya?"
Ia menjawab, "Tentu saja akan kubunuh."
Ibunya berkata, "Di mana letak kelurusan dan pertimbangan otak kamu wahai
anakku Laai? Seorang penyair telah berkata tentang dirimu dan perkataannya telah
tersebar di kalangan manusia. Maka, siapakah menurutmu yang dapat menghapus celaan
ini?"
Ia berkata, "Apa yang harus aku lakukan?"
Ibunya menjawab, "Muliakanlah ia, wahai Syamas. Muliakanlah ia dan biarkan
memujimu. Ia yang akan menghapus penghinaan terhadap dirimu. Kalau tidak, maka
tidak ada yang akan menghapuskan celaan yang menempel pada dirimu itu
selamanya."
Benar saja, Syamas bin Laai melaksanakan wasiat dan pendapat ibunya. Padahal,
ibunya itu seorang wanita.
Saudara-saudara sekalian. Kita katakan hal ini pada saat beberapa kabilah
memperlakukan wanita seperti di atas, sebagian kabilah yang lain menguburkan wanita
secara hidup-hidup, memenjarakan wanita di dalam rumah secara keras dan kejam.
Hukum bangsa Arab dalam memandang wanita dan kedudukannya memiliki
pandangan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, benar-benar sangat menakjubkan apabila pandangan Al-Qur’an
tentang wanita adalah panda ngan yang sangat tinggi dan maju secara sosial. Masalah ini
ditempatkan pada proporsinya yang benar. Diselesaikan dengan kuat dan berani.
1. Dasar-Dasar Teoritis
Problematika ini, wahai saudara-saudara sekalian, pada dasarnya adalah
problematika kemanusiaan. Al-Qur'an membahasnya dengan penuh keyakinan, jelas,
berani, dan benar,
"Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrimu; serta
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan wanita yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (an-Nisaa': 1)
Ayat yang mulia ini, Saudara-saudara sekalian, menceritakan kepada kita secara jelas
bahwa asal jenis manusia semuanya adalah satu. Jenis ini kembali kepada satu jiwa.
Dari jenis yang satu ini diciptakan pasangannya. Laki-laki dan wanita berasal
dari satu jiwa. Dari sini engkau mendapati, wahai saudaraku, bahwa Islam telah
meletakkan kasus ini berdasarkan satu asas. Laki-laki dan wanita dari satu asal. Dari satu
benda. Firman Allah,
"Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain." (Ali Imran: 195)
Asas dalam masalah ini adalah persamaan,
"Dia memberikan anak-anak wanita kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau, Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan wanita (kepada siapa yang dikehendaki-
Nya) dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Mahakuasa." (asy-Syu’ara: 49-50)
Engkau temukan, wahai saudaraku, bahwa Allah telah memulai dengan wanita.
Menjadikan mereka sebagai hibah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dia juga menjadikan laki-laki sebagai hibah dari-Nya. Dia memberikan laki-laki dan
wanita kepada siapa yang Dia kehendaki. Baik keturunan itu berupa laki-laki maupun
wanita ataupun campuran dari laki-laki dan wanita, maka itu berasal dari pemberian
atau hibah Allah. Kalau kita renungkan urutan penyebutan wanita dan laki-laki dalam
ayat tersebut, kita akan menemukan, wahai saudaraku, bahwa Allah telah memulai dengan
wanita. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan tuduhan kekurangan,
"Sebagian dari kalian berasal dari sebagian yang lain."
Persamaan ini tidak hanya berhenti sampai pada makna umum ini.
Bahkan, juga persamaan dalam hukum-hukum yang umum. Allah berfirman, "(Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula)
menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. Ia tidak mendapat pelindung
dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan
amal-amal saleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka
mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikit." (an-
Nisaa': 123-124)
Di sini engkau mendapatkan Allah SWT telah menetapkan bahwa asal laki-laki
dan wanita adalah satu. Nilai umum dalam perhitungan dan taklif juga satu,
"Di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya serta dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang." (ar-Ruum: 21)
Kalau kita renungkan makna yang mulia ini, wahai saudaraku, akan kita dapati bahwa
rasa tenteram di antara laki-laki dan wanita ini ditetapkan juga dalam ayat lain,
"Dia yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia
menciptakan istrimu agar ia merasa senang kepadanya." (al-A'raaf: 189)
Kata-kata “sukun" di dalam ayat tersebut bermakna tetap, tenang, dan penutup.
Asal kata "sa ka na" adalah campuran. Pada saat yang sama ia terdiri dari huruf-
huruf yang lembut. Ia kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan
hubungan antara laki-laki dan wanita. Wanita berlindung kepada laki-laki karena
kekuatan dan kehidupan. Laki-laki berlindung kepada wanita karena cinta dan
kehidupan. Al-Qur'an menggambarkan hal ini dengan ungkapan yang paling mulia
di samping juga sebagai tanda-tanda kekuasaan, karunia, dan pemberian Allah,
Di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya serta
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (ar-Ruum: 21)
Berdasarkan kepada dasar-dasar teoritis seperti ini, kita mendapatkan Al-
Quran telah menghapuskan bayangan umat yang terdahulu bahwa wanita
bukanlah bagian dari laki-laki. Wanita bukanlah dari jenis laki-laki. Al-Qur`an
telah menghapuskan bayangan-bayangan seperti ini dan menghancurkannya secara
sempurna.
2. Terapan Praktis
Adapun dari segi penerapan praktis, wahai saudaraku, laki-laki adalah wujud. Wanita
juga wujud. Laki-laki dengan fungsinya dan wanita dengan fungsinya. Kita
mendapatkan bahwa Allah telah menetapkan dalam masalah pembentukan keluarga
dalam firman-Nya,
"Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada istrinya." (al-Baqarah: 228)
Allah menetapkan bahwa keluarga bagaikan negara bagi mereka berdua. Keluarga
terdiri dari mereka berdua, sedangkan kepemimpinan (qawamah) berada di tangan
laki-laki,
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (an-Nisa: 34)
Hal itu, wahai saudaraku, karena harus ada yang memimpin. Soalnya kemudian adalah,
siapakah yang lebih berhak untuk memimpin? Laki-laki atau wanita? Laki-laki yang
keras dan tegas, yang hidup dengan akalnya ataukah wanita lemah lembut yang
hidup dengan hati, indra, dan perasaannya? Sudah barang tentu seorang laki-laki yang
lebih pantas untuk memegang tanggung jawab, beban, dan tugas ini. Wahai saudaraku,
inilah bedanya antara Islam dan budaya Barat. Dalam kasus ini, Islam telah
menerapkan hukum tabiat dan logika. Administrasi diberikan kepada laki-laki karena ia
lebih mampu untuk melakukannya. Hal ini tidak berarti otoriter, sewenang-wenang
maupun zalim.
Saya teringat, wahai saudara-saudara sekalian yang saya cintai, dengan cerita
sayidina Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Nafi' melihatnya sedang memotong dagunya
lebih dari satu genggam, ia mengatakan, "Allah, Allah, wahai Ibnu Abbas! Orang-
orang mencontohkan kepadamu ibarat hati unta dari ujung jazirah. Mereka
bertanya kepadamu tentang agama dan Al-Qur’an padahal engkau melakukan
begitu?" Ibnu Abbas berkata, "Celaka kamu wahai Nafi'. Aku sedang melakukan apa
yang diperintahkan oleh Allah kepadaku. Aku sedang berhias untuk istriku dan istriku
berhias untukku." Kemudian Nafi' berkata, "Apakah itu ada dalam kitab Allah?"
Ibnu Abbas menjawab, "Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang makruf."
Dengan kesempatan ini, mudah-mudahan kita mengetahui bahwa tenggelam dalam
menghias diri adalah dibenci oleh syara’.
Sebenarnya, wahai saudaraku, ketika Al-Qur’an memberikan hak kepemimpinan
kepada kaum laki-laki terhadap kaum wanita, maka hal itu tidak berarti mengurangi
hak wanita atau pilih kasih terhadap laki-laki. Akan tetapi, hal ini dimaksudkan
untuk menempatkan urusan pada tempatnya.
Al-Qur’an menjadikan persaksian wanita setengah daripada persaksian kaum
laki-laki,
"Persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki (di antaramu). jika
tidak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang wanita
dari saksi-saksi yang kamu ridhai supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi
mengingatkannya." (al-Baqarah: 282)
Hukum yang sudah tetap ini, wahai saudaraku, terdapat dalam Al-Qur’an
sesuai dengan hukum pembentukan wanita. Sebagai wanita ia hidup dengan indra, hati,
dan perasaannya yang lembut sehingga sangat mudah terkena pengaruh. Wanita lebih
cepat terkena pengaruh daripada laki-laki.
Wanita lebih cepat lupa daripada laki-laki. Dalam banyak peradilan Barat dikatakan,
"Ketika orang-orang yang bersumpah itu dari kaum wanita dan kasusnya sangat
mempengaruhi, mereka meninggalkan ruangan sidang. Mereka duduk dan menangis
karena situasi kasus yang dilemparkan di hadapan mereka, yang menuntut mereka untuk
mengeluarkan hukum. Tangisan ini berarti bahwa mereka telah mengeluarkan hukum
secara nyata bahkan sebelum prosedur-prosedur hukum menjadi sempurna."
Mudah terkena pengaruh, wahai saudaraku, merupakan tabiat riil yang
diperlukan bagi wanita. Oleh karena itu, Allah membuat jaminan bagi persaksian
mereka, yaitu,
"Supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi mengingatkannya".
Dari segi penerapan, setelah ini Al-Qur’an memerintahkan kepada wanita untuk
menundukkan pandangan,
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka.' Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya."' (an-Nuur: 30-31)
Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin dengan wasiat ini dan
memerintahkan wanita dengan wasiat yang sama. Akan tetapi, karena wanita
merupakan tempat kelembutan, kenikmatan, dan perhiasan, maka Allah
memerintahkannya agar memakai hijab,
"Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak
daripadanya. Hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara wanita mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang
mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti." (an-Nuur: 31)
Kemudian Allah berfirman,
"Tentang aurat wanita. Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (an-Nuur: 31)
Islam, wahai saudaraku, telah memerintahkan wanita untuk menutup perhiasannya
kecuali terhadap para muhrim mereka saja sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat-
ayat Al-Qur’an tersebut.
3. Hasil Praktis
Sebagai kaidah, wahai saudaraku, laki-laki dan wanita sama-sama merasa tenang
(sukun). Di balik itu adalah hikmah dari Allah SWT yang berupa hadirnya seorang
anak sehingga dunia menjadi terasa makmur dengannya. Orang yang keluar dari
hikmah ini adalah perusak di muka bumi. Harus dibedakan antara laki-laki dan
wanita. Siapa yang harus menahan dan siapa yang bebas. Menahan bagi partner
yang lembut dan tidak kuat. Bebas bagi yang kuat dan keras yang dibentuk dengan
postur yang membantunya urituk berusaha dan berjuang. Islam tidak menzalimi, tetapi
menjaga kehormatan, kemuliaan, dan hak-hak wanita. Islam mengatur hidup
teratur antara laki-laki dan wanita.
Tidak ada dalam syariat mana pun, wahai saudaraku, yang memberikan
keleluasaan bagi wanita kecuali syariat Islam. Undang-undang Perancis tidak
menganggap wanita memiliki kompetensi yang legal untuk mendayagunakan
hartanya kecuali dengan izin dari suaminya. Akan tetapi, Islam memberikan
kompetensi yang legal ini kepada wanita untuk mendayagunakan hartanya.
Ketika Islam menetapkan hukum seperti dalam ayat ini,
"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu
bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak wanita." (an-Nisaa':
11)
Hal itu, wahai saudaraku, karena ada hikmah mulia. Yaitu, Allah menjadikannya
terjamin secara nafkah, sedangkan seorang laki-laki dituntut dengan nafkah. Akan tetapi,
wanita harus mewarisi karena ia memiliki hubungan kerabat. Keadilan yang sempurna
dalam hal ini wanita mengambil setengah dari bagian laki-laki.
Sebagai kesimpulan dari apa yang telah kita bahas dalam masalah ini, wahai
saudara-saudara sekalian, saya katakan bahwa Islam telah menjadikan wanita sebagai
teman bagi laki-laki baik dari segi asalnya, keberadaannya maupun hak-haknya secara
umum. Islam telah menetapkan adanya ikatan di antara laki-laki dan wanita. Kemudian
meletakkan hak-hak praktis dan perundang-undangan yang harus dilaksanakan dengan
dasar menjaga kehormatan wanita dan memberikan karakteristik kewanitaannya.
Islam mendidiknya dengan cara yang paling sempurna dan menjadikan istri-istri Nabi
sebagai teladan utama,
"Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidak seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang
yang ada penyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al-
Ahzab: 32)
Kemudian Allah menyamakan istri-istri orang mukmin dengan istri-istri nabi,
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanita, dan istri-istri orang-
orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya."' (al-Ahzab: 59)
Engkau mendapatkan, wahai saudaraku, Allah telah memberikan contoh teladan
bagi istri orang-orang mukmin dan istri orang-orang kafir,
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya. Maka,
kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah
dan dikatakan (kepada keduanya), 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk (neraka).' Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang
yang beriman ketika ia berkata, 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya.
Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim." (at-Tahriim: 10- 11)
Setelah ini, lihatlah, wahai saudaraku, persamaan yang menakjubkan di bawah ini,
"Sesungguhnya laki-laki dan wanita yang muslim, laki-laki dan wanita yang
mukmin, laki-laki dan wanita yang tetap dalam ketaatan, laki-laki dan wanita yang
benar, laki-laki dan wanita yang benar, laki-laki dan wanita yang sabar, laki-laki dan
wanita yang khusyu, laki-laki dan wanita yang bersedekah, laki-laki dan wanita
yang berpuasa, laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
wanita yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar." (al-Ahzab: 35)
Sebenarnya, wahai saudaraku, Islam tidak menganiaya atau melampui batas.
Akan tetapi, mengikuti tabiat manusia dan kondisi kehidupan sebagaimana
diciptakan oleh Tuhan manusia dan kehidupan.
Semoga shalawat dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad saw., para
keluarga, dan sahabatnya.
B. INILAH JALANKU
Saya berkeyakinan bahwa semua urusan adalah milik Allah; junjungan kita
Muhammad saw. rasul terakhir bagi manusia semuanya; pembalasan adalah benar; Al-
Qur’an adalah Kitab Allah; Islam adala undang-undang yang lengkap bagi sistem dunia
dan akhirat.
Saya berjanji bahwa saya akan menertibkan kepada saya satu hizb dari Al-Qur’anul-Karim;
saya akan berpegang kepada As-Sunnah yang suci saya akan mempelajari sirah Nabi dan
sejarah para sahabat yang mulia.
Saya berkeyakinan bahwa istiqamah, fadhilah, dan ilmu adalah bagian dari rukun-
rukun Islam.
Saya berjanji bahwa saya akan istiqamah melaksanakan ibadah dan menjauhi kemungkaran.
Lebih dari itu saya akan berakhlak dengan akhlak yang baik. Saya akan meninggalkan akhlak
yang jelek. Saya akan berusaha untuk melaksanakan adat Islam sejauh kemampuan saya.
Saya akan mendahulukan kasih sayang dan cinta daripada saling menghukumi dan
mengadili. Saya tidak akan berlindung kepada peradilan kecuali terpaksa. Saya bangga
dengan syiar-syiar Islam dan bahasanya. Saya akan berbuat untuk menyebarkan ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat dalam tingkatan-tingkatan umat.
Saya berkeyakinan bahwa seorang muslim dituntut untuk bekerja dan berusaha; dan
dalam harta yang diusahakannya terdapat hak yang harus disalurkan kepada orang yang
meminta dan yang tidak punya.
Saya berjanji bahwa saya akan bekerja untuk mendapatkan penghidupan saya.
Saya akan mengirit untuk masa depan saya. Saya akan menunaikan zakat harta saya dan akan
mengalokasikan sebagian dari pemasukan saya untuk amal baik dan kebaikan. Saya akan
mendorong setiap proyek ekonomi Islam yang bermanfaat. Saya akan memprioritaskan produk-
produk negeri, keturunan, agama, dan tanah air saya. Saya tidak akan bermuamalah dengan riba
dalam setiap urusan saya. Saya tidak akan terlibat dengan kemewahan di atas kemampuan
saya.
Saya berkeyakinan bahwa seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Di antara kewajibannya adalah menjaga kesehatan, akidah, dan akhlak keluarga.
Saya berjanji bahwa saya akan mengerjakan usaha saya untuk itu. Saya akan
menyebarkan ajaran-ajaran Islam dalam anggota keluarga saya. Saya tidak akan
memasukkan anak-anak saya dalam sekolah yang tidak menjaga akidah dan akhlak
mereka. Saya akan memboikot setiap media, selebaran, kitab, lembaga, kelompok atau
klub yang memusuhi ajaran-ajaran Islam.
Saya berkeyakinan bahwa menjadi kewajiban seorang muslim untuk menghidupkan
kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsa-bangsanya dan mengembalikan
perundang-undangannya; bendera Islam harus menguasai manusia; Dan tugas setiap
muslim adalah mendidik alam sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Saya berjanji bahwa saya akan berjihad di jalan melaksanakan risalah ini selama saya
masih hidup; dan saya akan berkorban di jalan tersebut dengan semua yang saya miliki.
Saya berkeyakinan bahwa umat Islam semuanya adalah umat yang satu yang diikat
oleh akidah Islam; dan Islam memerintahkan para pengikutnya untuk berbuat baik
kepada semua manusia.
Saya berjanji bahwa saya akan mengerahkan tenaga saya untuk menguatkan ikatan
persaudaraan di antara umat Islam semuanya dan menghilangkan jarak dan perbedaan di
antara para golongan dan kelompok mereka.
Saya berkeyakinan bahwa rahasia kemunduran umat Islam adalah karena mereka
menjauhkan diri mereka dari agama mereka; dasar perbaikan adalah kembali
kepada ajaran-ajaran Islam dan hukum-hukumnya; dan hal itu mungkin dicapai kalau
umat Islam bekerja untuk itu.
BAB VII
MAKALAH PERTAMA YANG DITULIS
OLEH ASY-SYAHID: "DA'WAH KEPADA ALLAH"
"Katakanlah, 'Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata." (Yusuf: 108)
Segala puji bagi Allah. Salam bagi hamba-hamba-Nya yang telah dipilih untuk mendirikan
hujjah-hujjah-Nya. Allah menjadikan mereka sebagai tanda akan hikmah-Nya yang luas.
Menjadi dai bagi makhluk-Nya kepada agama-Nya. Pewaris para nabi dan pilihan-pilihan-
Nya. Menjadikan hati mereka sebagai penerang kegelapan, sebagai sumber hikmah, dan
sebagai tempat rahmat. Menjadikan mereka sebagai bintang-bintang gemerlapan, masa demi
masa, jika jalan sudah samar dan jika manhaj sudah gelap.
Mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya. Membangkitkan
mereka sebagai pemimpin kebenaran kalau zaman berputar dan masa berjalan kepada mereka.
Sunnah kemajuan mengharuskan mereka untuk berpindah dari masa menuju masa, berganti
dari keadaan menuju keadaan yang lain. Sehingga, perasaan mereka tidak dikuasai oleh
kesenangan sesuatu yang baru. Agar, pikiran sebagian dari mereka tidak mabuk dengan hal itu
dan hati mereka tersesat dalam memahami dan menetapkannya. Sehingga, kaki-kaki mereka
terjatuh ke jurang kehinaan atau sebuah aliran mendorong mereka menuju lumpur
kerusakan.
Dalam proses transisi ini, umat sangat membutuhkan pemimpin yang bijaksana,
pembimbing yang amanah, dan penunjuk jalan yang utama. Pemimpin yang mengantarkan
mereka kepada jalan bahagia, menghindarkan mereka dari bahaya perjalanan, dan senantiasa
mencari jalan selamat dengan setiap cara yang mungkin ataupun yang tidak mungkin.
Kadangkala menyimpulkan dari pelajaran sejarah, adakalanya membanding-bandingkan
antara kejadian-kejadian alam, pada saat yang lain dengan petunjuk yang diberikan oleh
pengalaman yang panjang maupun fitrah yang lurus atau dengan cara perbaikan dan
jalan kesuksesan yang ditunjukkan oleh Allah. Sebagaimana yang dilakukan oleh para
nahkoda ketika kehilangan jalan, diterjang ombak, tersesat di tengah-tengah samudra di
antara langit dan air. Apakah engkau lihat mereka mencari petunjuk tanpa ada yang
memberi petunjuk? Atau, selamat tanpa bimbingan?
Para pemimpin itu adalah pilihan Allah dari makhluk-Nya. Pemegang amanat-Nya
terhadap hamba-hamba-Nya. Mereka itulah pembaharu yang sebenarnya sebagaimana
diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dalam banyak haditsnya yang mulia.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad
saw. sebaik-baiknya pemberi petunjuk, imam para pembimbing-dan kepada para
keluarga serta sahabatnya. Mereka itulah contoh kemuliaan yang hidup. Teladan
makhluk yang baik dan bersih. Mukjizat zaman. Lompatan bangsa Arab, bahkan kalau
engkau kehendaki seluruh dunia, dari tingkat primitif yang paling rendah sampai
kepada tempat budaya yang paling maju.
Mereka itulah bapak bapakku. Maka, datangkanlah kepadaku seperti mereka. Jika engkau
mengumpulkan kami wahai kendali tempat perkumpulan, saya tidak yakin engkau akan
mendapatkan – meskipun engkau membalik lembaran sejarah, memeriksa perut zaman,
meramalkan sejarah dan meminta isyarat kejadian – kelompok kebenaran sebagaimana
mereka yang diberi makan dengan susu kenabian dan dididik dalam pangkuan Rasulullah
saw.
Wa ba'du. Saya tidak perlu untuk mengatakan bahwa bangsa Mesir – bahkan umat Islam
– dengan perkembangan yang berbolak-balik, dengan berbagai macam kejadian politik,
sosial yang dialami dan menindas agama dan akhlak mereka sehingga seperti terkatung-
katung. Saya tidak perlu mengatakan bahwa umat ini sangat memerlukan da'wah yang kuat
dan efektif yang mengembalikan umat ini kepada petunjuknya. Sehingga, menunjukkan
mereka dengan petunjuk Nabinya, membimbing mereka kepada jalan agamanya, dan
menyelamatkan mereka dari degradasi kesopanan dan kerusakan moral.
Ke mana pun wajahmu menengok engkau dapati kerusakan yang nyata,
pelanggaran yang hina, bahkan kekacauan dalam akidah dan kebingungan dalam
pendapat dan mazhab. Engkau akan mendapati orang yang menyerang kepada mayoritas
kita, menyakiti perasaan agama mereka, dan para tokoh kristenisasi mencuri keimanan dari
diri mereka. Di jalan-jalan engkau temui sesuatu yang pedih dan menyakitkan. Engkau
lihat kehidupan keluarga, maka akan kau temui sesuatu yang disesalkan. Putarkan
wajahmu kepada pemandangan di sekolah dan pusat-pusat ilmu, maka akan engkau temui
sesuatu yang hina dan memalukan. Katakan bahwa hal seperti itu ada dalam setiap lembaga
dan urusan kita. Sehingga, penyakit telah menjadi tersebar yang di kalangan individu maupun
jama'ah. Baik yang kecil maupun yang besar sama-sama minta pertolongan.
Janganlah melalaikan dirimu dari perkataan para penulis bahwa zaman sekarang
adalah zaman budaya dan pembaharuan, kemajuan dalam pengetahuan dan pemikiran,
kebudayaan bebas dan merdeka baik pribadi maupun bukan, ataupun kata-kata lain yang
disusun secara rapi dan dihiasi secara bagus. Mereka menipu orang-orang awam.
Keindahannya menipu orang-orang lemah. Ini adalah ungkapan yang memiliki ungkapan
lain. Mereka itu orang yang dikuasai fitnah dan takjub dengan apa yang mereka lihat.
Bahkan, sampai batas bahwa mereka tidak memahami dalilnya atau mengikuti hujjah
sebagaimana dalam firman Allah,
"Mereka tidaklah mengikuti kecuali sangkaan dan apa yang diinginkan oleh nafsu.
Sungguh telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan mereka." (an-Najm: 23)
Kalau mereka tidak seperti itu, pastilah akan kami diskusikan sebuah dalil dengan dalil
yang lain. Akan kami lawan satu alasan dengan alasan yang lain. Akan kami jelaskan
bahwa kebenaran tidak seperti yang mereka sangka. Kebaikan umat tidak dengan apa yang
mereka pahami. Meskipun demikian, kami tetap memiliki sikap terhadap mereka, insya
Allah, sehingga mereka bisa melihat kebenaran itu sebagai kebenaran dan kebatilan itu
sebagai kebatilan.
Sekarang saya arahkan panggilan yang jujur dan hangat ini kepada orang yang seperti
saya merasakan bangkitnya umat ini. Orang yang merasakan keinginan yang luas atau
duka yang menempel di antara sayap-sayapnya.
Dalam keadaan umat seperti ini, seorang mukmin tidak boleh diam terhadap apa yang
ia lihat. Ia harus mendapatkan sumber penyakit, merasakan harapan dan kepedihan,
dan tidak boleh menunjukkan gerakan atau meninggikan suara. Padahal, ia membaca
ayat Allah,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa mereka dan
harta mereka." (at-Taubah: 111)
Di antara orang-orang mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah." (al-Ahzab: 23)
"Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebil-b kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta (dari) berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik." (at-Taubah: 24)
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa
putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampui
batas." (al-Maa'idah: 78)
Adapun hadits-hadits mengenai masalah itu tidak bisa dihitung. Sikap-sikap para
sahabat, semoga Allah meridhai mereka dan para pengikut mereka dengan kebaikan, dan
orang-orang yang jujur dengan keimanan mereka setelah zaman sahabat dalam da'wah
kepada Allah, sudah disebutkan dan diketahui. Maka, di mana iman dalam hati kita? Di
mana agama dalam jiwa kita kalau kita tidak menunaikan amanah? Di mana
panggilan kalimat Allah atau melaksanakan hujjah dan berda'wah kepadanya?
Tidakkah engkau melihat mereka yang senantiasa menuduh jiwa jiwa yang bersih dan
akidah-akidah yang benar. Mereka tetap dengan keragu-raguan dan khayalan. Amirul
Mukminin Ali, yang Allah memuliakan wajahnya, berkata, "Demi Allah, saya sungguh heran
dengan kebersamaan suatu kaum terhadap kebatilan mereka dan keengganan kalian terhadap
kebenaran kalian'
Alangkah beraninya mereka. Mereka menampakkan rahasia jiwa mereka, tetapi
mereka melihat lapangan itu kosong. Mereka melupakan adanya pembela kebenaran. Mereka
segera menuntut celaan dan pertempur-an sendiri. Padahal, pembela kebenaran akan
menguatkan dan menjelaskan kebenaran itu. Sehingga, perkembangan mereka
menjadi berkurang, kezaliman mereka menurun, mereka terpuruk ke tempat-tempat
mereka secara hina, dan mereka itu kecil. Jiwa seseorang tidak mengetahui kadarnya selain dia
melihatnya apa yang tidak ia lihat. Ketahuilah wahai saudara yang semangat, semoga Allah
membantumu, tidak ada seorang pun yang dapat menyentuh umat ini baik keputusasaan
dari mereka sendiri ataupun tidak adanya perbaikan dari para pemimpin umat yang semangat.
Janganlah engkau tertipu dengan sesuatu yang dapat meracuni emosi, menidurkan semangat yang
menggelora, serta merintangi keinginan seperti kata-kata mereka bahwa ini tabiat zaman, aliran ini
tidak dapat dikalahkan, penyakit yang sudah kritis dan lain-lain yang menimbulkan
keputusasaan dan kelemahan, serta membawa kematian dan kehancuran. Kenapa mesti putus
asa padahal Allah telah menjanjikan kemenangan. Allah telah menetapkan kepada diri-Nya
sendiri untuk menolong orang-orang yang memberi petunjuk dan bimbingan. Lihatlah secara jelas
ketika membaca kitab yang mulia, lembaran-lembarannya, baris-barisnya, dan ayat-ayatnya,
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
(mereka itu) berbuat baik."
Suatu ketika saya pernah berbicara dengan salah seorang dai Allah dengan nada putus
asa. Ia berkata kepada saya, "Kasihan kau, wahai saudaraku, kalau yang menjaga
agama ini seorang makhluk, maka pastilah ada seorang makhluk yang dapat
menghancurkannya. Bahkan, sudah hilang sementara ia masih dalam gendongan. Akan
tetapi, penjaganya adalah Allah. Allah Maha Menguasai urusan-Nya. Janganlah bersedih
dengan apa yang mereka perbuat." Saya katakan kepadanya, "Semoga Allah memberi
rahmat kepadamu, wahai tuan saya, engkau telah memperingatkan saya ketika lupa.
Siapakah yang lebih jujur daripada Allah?"
Kesimpulannya bahwa da'wah hukumnya wajib bagi kita, menggantung di
pundak kita. Kalau kita capai apa yang kita inginkan berupa kebaikan dan petunjuk bagi umat
ini, maka itu yang kita cita-citakan atas kekuatan dan kehendak dari Allah. Kalau tidak,
cukuplah kita menjadi jembatan yang dilewati oleh pemikiran da'wah dan menunjukkan
kepada siapa yang lebih mampu dari kita untuk melaksanakannya. Atau, dengan kata
lain, kita cukup menjadi penyambung bagi pendahulu kita dan generasi yang akan datang
setelah kita. Kalau tidak, cukup bagi kita untuk meminta maaf kepada Allah. Kita
menunaikan amanah dan melaksanakan kewajiban. Melaksanakan kewajiban adalah
sebuah tujuan yang dimaksudkan untuk memperoleh tujuan pertama yaitu kewajiban
itu dan kedua adalah manfaatnya. Renungkan firman Allah berikut ini,
"Mereka mengatakan, 'Kami memiliki alasan (pelepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa."' (al-A'raaf: 164)
Di atas adalah tiga tingkatan dari tujuan-tujuan da'wah. Yang paling tinggi adalah yang
pertama. Saya tidak menyebutkan dua hal yang lain yaitu putus asa dari kesuksesan
atau ragu-ragu akan kebahagiaan dan kemenangan atau jauhnya dari kemenangan.
Akan tetapi, agar menjadi jelas bagi kita bagaimana bahwa da'wah itu menjadi
kewajiban kita kepada Allah yang tidak dapat dilepaskan kecuali dengan
melaksanakannya. Dalam da'wah ini tidak ada lagi alasan atau belas kasihan.
Sekiranya syair saya adalah bencana apa yang menyakitkan jiwa para reformis,
mendesirkan nyawa para pemimpin, menerbangkan gelora orang-orang yang penuh
semangat terhadap umat ini sehingga membuat mereka lebih mencintai kehidupan dunia
daripada akhirat, merasa berat ke bumi dan menahan jalan jihad, kejadian apa yang
telah menyentuh tempat keengganan mereka dan menggoncang tempat keberanian dalam
diri mereka?
Apakah telah dibangkitkan pohon-pohon kejayaan ataukah meresapkan alasan
semangat sampai-sampai bukan clad laki-laki? Firman Allah,
'Wahai orang-orang yang beriman kecuali sedikit." (at-Taubah: 38)
Kalian, wahai orang-orang kebanyakan yang kaya,
"Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada
jalan Allah. Maka, di antara kamu ada orang yang kikir. Siapa yang kikir
sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Allahlah yang Mahakaya
sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(-Nya). jika kamu berpaling,
niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan
seperti kamu (ini)." (Muhammad: 38)
Saya sungguh sedang mencium isyarat-isyarat keberhasilan. Saya sedang menghirup
bau harum kemenangan berupa kebangkitan penuh petunjuk yang terisap dalam jiwa kaum
muda dan menjadikan mereka sebagai para dai yang jujur. Di antara hasilnya adalah lahirnya
jama'ah yang memiliki tujuan mulia, yaitu Jamiyah asy-Syubban al-Muslimin 'Organisasi
Pemuda Islam', Jamiyah Makarim al-Akhlak 'Organisasi Akhlak Mulia' dan lainnya.
Setelah itu kita berharap sebuah tanda, dan ini – insya Allah – permulaan dari
pekerjaan yang akan diikuti oleh yang lain. Merealisasikan cita-cita yang diikuti oleh
cita-cita berikutnya. Janji ini dipegang oleh para cendekiawan dan mayoritas kita setelah
mereka dibangkitkan oleh berbagai macam kejadian. Mereka harus selalu bersedia untuk
membantu jama'ah-jama'ah ini dan merealisasikan tujuan-tujuannya. Sehingga,
menjadi sesuatu yang mudah dipetik, perlindungan yang luas, dan manfaat yang dalam.
Allahlah yang menunjukkan kepada kebenaran.
Semua ini adalah pandangan atau pendapat sebagian di antaranya merupakan hasil
uji coba dan sebagian yang lain hasil pemikiran. Saya sampaikan hal ini kepada siapa
saja yang sudi memikirkannya terutama mereka yang memiliki kecemburuan.
Barangkali di sana terdapat pelajaran dan peringatan.
Majalah Al-Fath
tahun kedua 24 Juni 1928.
BAB VIII
KEWAJIBAN DUNIA ISLAM TERHADAP
KONDISI SEKARANG (Tahun 1931)
Berbagai pelanggaran akhir-akhir ini datang secara bertubi-tubi kepada umat Islam
dalam setiap dataran tanah ini. Musuh-musuh mereka telah memperlihatkan taring
kebencian. Mereka telah mengizinkan untuk melancarkan perang yang sangat panjang.
Mereka telah menyatakan maksud-maksud mereka. Mereka telah membuka apa yang
tersembunyi di dalam hati mereka. Mereka menyatakan di depan mata kepala para
saksi bahwa mereka ingin untuk menjadikan agama semuanya milik mereka, pernerintahan
berada di tangan mereka, dan sisa-sisa umat Muhammad saw. hilang dari peredaran.
Berbagai protes dan pernyataan disampaikan oleh umat Islam di berbagai tempat.
Semuanya dengan nada keras, kata-kata kasar, dan huruf bagaikan api. Akan tetapi, kenapa
kita protes? Apakah kita protes terhadap bangsa yang sungguh-sungguh berusaha membuat
saudara-saudara kita menjadi Kristen? Bangsa yang menganiaya mereka setiap hari dengan
cara yang baru terhadap agama, kebebasan, harta-harta, dan anak-anak mereka. Siapa yang
berbicara, akan mendapatkan kehinaan dan siksaan yang keji.
Ataukah, kita protes terhadap bangsa yang- ikut berebut dengan saudara-saudara kita
dalam kehidupan di Tanah Air mereka? Membuat rencana-rencana pengusiran para
pemiliknya menuju ke gurun sahara. Mereka menguasai harta kekayaan mereka dengan
kekerasan dan paksaan sehingga sebagian besar dari mereka mati karena lapar dan haus.
Ataukah, kita protes terhadap umat yang rencana makarnya di dalam negara-negara
Islam melebihi hitungan? Bangsa yang bekerja dalam kegelapan lebih keji daripada
perbuatan yang ditampakkan oleh orang lain. Ataukah, kepada Liga Bangsa-Bangsa? Padahal
tidak ada Liga Bangsa-Bangsa kecuali yang kita ketahui?
Engkau telah memperdengarkan bahwa jika engkau memanggil hidup, tidak ada
kehidupan bagi siapa yang kau panggil.
Wahai umat Islam. Sia-sia belaka jika kalian berusaha untuk menjadikan lawan
sebagai wasit atau mendapatkan keadilan dari musuh-musuh kalian. Sia-sia untuk
menunggu rahmat dari hati mereka. Hati itu sudah membeku sehingga menjadi seperti batu
atau bahkan lebih keras. Hati itu telah gelap sehingga menjadi lebih pekat daripada
gelapnya malam. Hati itu telah buta sehingga tidak dapat melihat cahaya kebenaran.
Sia-sia untuk mendengarkan kata belas kasihan dari sebagian mereka. Mereka semua
telah bersatu memusuhi kalian. Mereka sepakat menggunakan sarana-sarana untuk
menakut-nakuti kalian. Meskipun mereka berselisih dalam ketamakan dan berbeda
dalam pertentangan,tetapi mereka mempunyai satu jalan yang mereka sepakati untuk
dilaksanakan, yaitu menghancurkan Islam dan umat Islam. Ini adalah dendam kaum
salib. Politik masa lalu yang mendorong mereka untuk berbuat kepada yang lebih kejam
sehingga seperti gila.
Janganlah kalian menipu diri kalian sendiri, wahai umat Islam. Kalian sudah cukup lupa
dan berbaik sangka dengan waktu. Allah memberi sifat kepada kalian sebagai kaum
seperti yang disebutkan dalam firman-Nya,
"Mereka senantiasa memerangi kalian sehingga kalian keluar dari agama kalian
jika mereka mampu." (al-Baqarah: 217)
Allah berkata kepada Nabi-Nya secara lebih jelas lagi. Mereka tidak merasa puas
kecuali murtad. Kalau tidak, menjauhkan. Setelah itu, mereka memiliki dendam lama yang
akan dilampiaskan kepada kalian.
Firman Allah,
"Seperti setan ketika ia berkata kepada manusia, 'Kafirlah'. Ketika telah menjadi kafir ia
berkata, 'Aku bebas darimu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan sekalian alam."'
(al-Hasyr: 16)
Ini adalah hakikat dari apa yang terjadi. Mereka telah menyatakannya dengan perkataan
berkali-kali. Mereka meyakinkannya lagi dengan perbuatan. Berita-berita ini telah
datang kepada kalian secara benar (mutawatir).
Percayalah kepadaku, wahai saudaraku, hati saya sudah meleleh karena sesal. Jiwa
saya tercabik-cabik karena duka dengan bencana yang terus-menerus menimpa umat
Islam. Saya mau protes kemudian saya bertanya pada diri sendiri, "Kepada siapa?"
Kemudian saya berubah pikiran. Saya mendatangkan umat-umat yang jauh tapi saya
tidak mendapati mereka penuh belas kasihan. Umat yang dekat ternyata dibelenggu dengan
ikatan-ikatan yang berat sehingga tidak mampu bergerak. Saya teringat dengan kalimat
yang menjadi judul bagi sebuah artikel yang ditulis oleh Pangeran Mulia "Syakib" ;
"Tampaknya hari ini semuanya tidak untuk kita. Kita tidak memiliki bagian sedikit
pun." Hal ini mengambil dari jiwa saya semua yang bisa diambil. Kalau bukan karena
sisa harapan bagi umat Islam untuk memperbaiki nasib mereka dan mengumpulkan
persatuan mereka, maka kematian akan lebih mulia daripada kehidupan rendah dan hina.
Hina orang yang menginginkan kehinaan dengan kehidupan. Barangkali kematian lebih
ringan dari pada kehidupan.
Saya tidak bermaksud mencela orang yang melakukan protes. Kalau protes itu
menunjukkan sikap emosi yang mulia, kecemburuan manusiawi, sentimen agama yang
menyambung jiwa umat Islam antara satu dengan yang lain, menguatkan ikatan mereka,
maka pelakunya berhak untuk dipuji dan dimuliakan. Akan tetapi, yang ingin saya
sampaikan adalah umat Islam harus yakin bahwa protes saja tidak cukup, bahkan tidak
berguna. Protes tidak menghilangkan beban. Pelakunya tidak dianggap telah menunaikan
kewajibannya. Tidak mungkin hanya berpegang kepada protes semata. Kita sudah sering
mengamuk dan protes. Tetapi, setelah protes itu disampaikan kita melupakan semuanya
seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Di antara kita sudah merasa lega hatinya karena sudah
memprotes. Kemudian datang lagi kejadian yang kedua dan sikap kita adalah sikap yang
pertama. Demikian kejadian-kejadian itu silih berganti, yang satu lebih keji daripada
saudaranya, dan kita menghadapi semuanya dengan protes!
Di sana masih ada sarana-sarana yang dapat kita lakukan yang lebih bermanfaat dan
pengaruhnya lebih kuat daripada sekadar protes. Sarana ini adalah jalan menuju
pembebasan.
Sarana pertama, merapatkan barisan. Menyatukan kekuatan. Saling mengenal
sehingga umat Islam yang semangat di setiap negara membentuk mata rantai hubungan.
Salah satu ujungnya bergerak dengan gerakan pihak lain. Kemudian mata rantai ini
menyambung di dalam semua negara Islam di bawah konferensi umum yang terdiri dari
para wakil dari setiap negara Islam. Konferensi ini seakan-akan menjadi kepemimpinan
tunggal bagi umat Islam. Menggerakkan umat Islam untuk mempertahankan hak-hak
bersama umat Islam. Melukiskan cara berbuat untuk pertahanan ini. Dengan demikian,
umat Islam akan memiliki suara yang didengarkan, perkumpulan yang menakutkan
bagi musuh-musuh mereka dan mengumpulkan kalimat mereka. Sarana-sarana
menuju ke arah itu sangat banyak dan mudah jika ditugaskan kepada orang-orang yang
memiliki semangat menggelora terhadap agama Allah dan aktif dalam jalan tersebut.
Sarana kedua, memboikot setiap segala sesuatu yang bukan dari Timur baik berupa
adat, tradisi maupun barang komoditas. Bangga dengan emosi ke-Timuran (Islam).
Menampakkan emosi ini agar musuh-musuh Islam merasa bahwa umat Islam
mempunyai kehormatan yang harus dijaga dan nasionalisme yang harus dipelihara.
Ingatlah, wahai umat Islam, kalianlah yang telah membuat orang Eropa maupun
selain Eropa berani untuk menghina agama kalian. Kalianlah yang membuka pintu
permusuhan mereka terhadap kalian. Mereka tidak akan menyentuh agama kalian
dengan kejelekan kecuali setelah mereka melihat kalian merasa bosan dengan agama
kalian. Kalian telah melalaikan agama kalian. Kalian membuat propaganda bagi adat dan
simbol kehidupan mereka. Perancis, kalau tidak melihat kalian telah membuat hukum-
hukum syariat tidak berjalan dalam negara-negara Islam, maka mereka tidak akan
memandulkannya di daerah Barbar. Kiaskan kepada yang lain.
Telah kita lihat dan dengarkan pengaruh keengganan kita terhadap agama kita dalam
berbagai pidato para misionaris. Bagaimana mereka menjadikan kelemahan umat Islam
sebagai salah satu sarana utama yang dijadikan pegangan untuk menghancurkan Islam
dan menyebarluaskan gerakan kristenisasi.
Jika kamu tidak melihat hak dalam dirimu karena menganggap sepele, maka manusia
akan menganggapnya lebih sepele lagi.
Ingatlah selalu bahwa pertama kali yang melakukan pidana terhadap Islam adalah para
pengikutnya sendiri yang telah terkena tipuan dan fitnah. Mereka meninggalkan dan
menantang syiar-syiarnya. Eropa mengamati mereka dari dekat. Menyediakan bantuan
kepada pelanggaran mereka. Mendorong mereka dengan cara-cara tersembunyi. Allah
memerangi para penganut atheisme dari umat Islam yang telah menghinakan dan
menjatuhkan wibawa Islam dengan cara meruntuhkan khilafah. Atau, dengan tindakan-
tindakan mereka yang melanggar larangan-larangan Allah. Ingatlah selalu diri kalian, wahai
saudaraku, bahwa musuh utama kalian adalah pengingkaran dari umat Islam. Kepala mereka
bertanggung jawab terhadap banyak beban yang terjadi pada negara-negara Islam sekarang ini.
Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia akan menanggung dosanya.
Bahkan, dosa orang yang melakukannya sampai hari kiamat dengan tidak mengurangi
dari dosanya sedikit pun.
Kita berkewajiban untuk menghalangi penyebaran pemikiran-pemikiran yang
ditularkan di antara kita. Kita harus memukul orang yang bermaksud untuk berbaik sangka
kepada musuh-musuh kita. Orang-orang yang meracuni otak kita dengan teori-teori
menyesatkan ataupun kata-kata manis tetapi di balik itu merusak nasionalisme ke-
Timuran kita dan menghilangkan persatuan Islam. Mereka tidak ada bedanya dengan orang-
orang Eropa. Barangsiapa yang menjadikan suatu kaum sebagai penolong, maka mereka sama
saja,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi
dan Nasrani sebagai penolong. Sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.
Barangsiapa menjadikan mereka sebagai penolong, maka ia termasuk dari bagian
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(al-Ma'aidah: 51)
Kalian harus memboikot segala sesuatu yang kafir sebagaimana memboikot segala
sesuatu yang bukan dari Timur. Keduanya sama saja. Apakah tidak bertentangan yang aneh,
jika kita menghilangkan kebingungan kita dengan menuntut bebas dari Eropa dan kita
mengajukan protes yang sangat keras terhadap perbuatan dan kemungkaran mereka, tapi
pada saat yang sama kita mensakralkan tradisi-tradisi mereka, kita mengikuti adat
kebiasaan mereka, dan kita memprioritaskan komoditas-komoditas mereka?
Sarana ketiga, kita berjihad dan mengatur diri kita sendiri. Kita kembalikan
kepada akal dan pelajaran. Kita pahami bahwa lezatnya kemuliaan, ketenangan hati,
dan kehidupan yang merdeka lebih tenang dari segala sesuatu. Tidak ada kelezatan
yang menyamainya dalam kehidupan ini. Juga kita pahami bahwa kenikmatan mated
dan nafsu jasmani akan rusak dan habis. Dengan demikian, kita dapat terbebas dari
tenggelam dalam kemewahan hidup. Eropa hanya menertawakan kita dengan peralatan
hias, band, alat-alat musik, dan sarana-sarana syahwat. Semua itu melupakan kita dari tugas-
tugas yang penting dan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Maka beginilah, kita tidak panda'i
dalam menemukan inovasi-inovasi sebagaimana kepanda'ian kita dalam menari dan bermain
film. Kita tidak cerdas dalam ilmu dan pengetahuan sebagaimana kecerdasan kita
dalam membuka atau menanggalkan pakaian.
Kalau kita mengakui dengan kesalahan kita dalam cara berpikir seperti ini dan kita dapat
terbebas dari budak nafsu, maka kita akan mampu membebaskan did kita dari kepentingan-
kepentingan bangsa Eropa dan tentu saja dari perbudakan mereka. Kita mampu mencukupi
biaya mahal yang kita bayarkan kepada Sekuoril, Alboun Marsieh, Slamindor, dan yang lain. Hal
ini adalah kebodohan dalam memperoleh hak pada masa sekarang ini.
Sarana keempat, kita selalu mengingat bencana ini. Kita renungkan dalam diri kita setiap
pagi dan sore. Kita ajarkan kepada anak-anak, istri-istri, dan saudara-saudara kita. Kita
sampaikan kepada teman-teman kita di tempat-tempat perkumpulan kita agar tumbuh
generasi muda yang memahami dengan jelas musuh-musuh mereka, mereka tidak tertipu
seperti kita, dan mereka tidak merasakan apa yang kira rasakan.
Di sini saya menyarankan sarana yang paling bermanfaat untuk membentuk anak-
anak kita menjadi kenyang dengan semangat agama. Sistem pendidikan kita, dengan
disesalkan sepenuh hati, tidak mengizinkan untuk itu. Ia lebih mendekatkan kita kepada
pemikiran Barat. Membunuh setiap sentimen Islam atau nasionalisme yang mulia dalam
setiap generasi baru yang muncul. Omat Islam yang mencintai agama ini dan menghendaki
agar anak-anaknya menjadi dewasa berdasarkan kepada Islam, harus memperhatikan
masalah ini. Mereka harus memikirkan sarana yang paling dekat untuk itu. Di depan
mereka banyak jalan tapi tidak mungkin disebutkan dalam tulisan ini. Kalau niatnya
jujur, maka jalannya pun akan jelas.
Kembali saya katakan bahwa kebanyakan dari generasi muda kita dan golongan atas
dari masyarakat kita semangat Islam dalam diri mereka sudah mati. Mereka tidak
memikirkan selain urusan, hawa nafsu, dan gaji mereka. Mereka tidak memikirkan saudara-
saudara mereka. Mereka tidak menghargai ukhuwah Islam. Maka, sebarkan berita duka ini
kepada mereka. Ingatkan mereka dengan hadits Rasulullah saw. dalam atsar yang
diriwayatkan darinya,
"Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan umat Islam, maka tidak termasuk
dalam golongan mereka."
Mudah-mudahan darah kemuliaan kembali mengalir dalam urat mereka. Jangan
putus asa dalam mengingatkan mereka. Kita telah mendengar bahwa (M G) yang
sudah terkenal mempromosikan kekafiran dan kehidupan gaya Barat setelah melihat
kekejaman Perancis di Maroko mengatakan bahwa bangsa Maroko berhak untuk fanatik
terhadap Islam. Kalau ini benar, sudah didengarkan darinya melalui perwakilan Al-
Fath di Perancis, maka menjadi alamat baik akan kembalinya sebagian domba yang
tersesat ini ke kandang Timur dan Islam.
Sarana kelima, segala urusan berada di tangan Allah. Bumi ini milik-Nya diwariskan
kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa. Sesungguhnya Allah Mahakuat dan Mahaperkasa. Tidak ada yang
dapat menghalangi-Nya untuk mencabut tanah ini dari negara yang paling kuat sekali
pun kemudian menjadikan negara yang paling lemah sebagai penguasa agar Dia melihat
bagaimana mereka berbuat. Sejarah sarat dengan semua ini dan menjadi saksi terhadap
semuanya ini. Bani Israel telah mewarisi tanah yang diberkati oleh Allah padahal
sebelumnya mereka adalah bangsa yang lebih hina daripada yang hina. Lebih sedikit
dari yang sedikit. Bangsa Arab mampu menundukkan banyak kerajaan padahal
sebelumnya mereka adatah.bangsa yang paling lemah dan terpecah-belah.
Saya bersumpah, wahai saudara-saudara sekalian, kalau Allah memberitahukan
bahwa di antara umat Islam ini ada yang pantas untuk menjadi khalifah Allah di muka
bumi ini, maka Allah akan mengirimkan kepada bangsa yang menindas mereka suatu
azab dari atas mereka dan dari bawah telapak kaki mereka. Allah akan mengutus pasukan
yang kalian tidak melihatnya. Tidak ada yang tahu pasukan-pasukan Allah kecuali hanya
Dia. Sungguh bumi ini akan segera terbebas dari tangan mereka dan akan diwariskan
kepada kalian.
Kita tidak maksudkan hal ini agar kita malas untuk bekerja. Akan tetapi, kita
maksudkan untuk menyegarkan jiwa, mensucikan roh, dan menguatkan akidah.
Sehingga, jiwa kita dipenuhi dengan harapan dan iman, agar kita mau bekerja
dengan kuat dan konsisten sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah
saw.
Kita berkewajiban untuk mengenal Allah dengan sesuatu yang membuat-Nya
ridha terhadap kita. Kita berjalan bersama perintah dan larangan-Nya. Kalau Allah ridha
dengan kita, Dia akan menolong kita dengan kemenangan. Dia akan menjelaskan jalan
pembebasan kepada kita. Dia akan bersama kita menghadapi musuh-musuh kita. Mereka
akan diambil dari tempat persembunyian mereka. Mereka dihancurkan dari rumah-rumah
mereka. Mereka akan merasakan akibat dari perbuatan mereka sendiri.
Muawiyah pernah menulis (surat) kepada Aisyah Ummul Mukminin r.a., "Tulislah
buat saya sebuah surat, Anda memberikan wasiat (nasihat) kepadaku dan jangan
membebankan banyak kepadaku." Aisyah kemudian menulis surat kepadanya, "Salam
kepadamu. Amma Ba'du. Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa mencari ridha Allah (meskipun) dengan kemarahan manusia, maka
Allah telah mencukupinya dari beban manusia. Barangsiapa mencari ridha
manusia (meskipun) dengan kemurkaan Allah, maka Allah menyerahkannya
kepada manusia".
Dalam kesempatan ini saya mengusulkan kepada kalian sebagi berikut. Di antara
hukum syara' bahwa qunut hukumnya sunnah dalam setiap shalat setelah ruku' yang
terakhir apabila bencana menimpa umat Islam. Karena umat Islam pada hari-hari ini
menghadapi setiap hari sebuah bencana baru melunakkan pedang di atas pedang, maka saya
berpendapat boleh menerapkan hukum ini pada setiap masjid dan dalam setiap shalat.
Setiap imam melakukan qunut dengan mendoakan umat Islam agar mendapatkan
kemenangan dan kebebasan, mendoakan musuh-musuh mereka agar menjadi lemah dan
kalah. Bagaimanakah pendapat para ulama dalam hal ini?
Sebagai penutup, wahai dunia Islam, jika engkau sanggup untuk berjuang terhadap
diri sendiri dan konsisten terhadap kerja, maka engkau akan menang dengan kebebasan.
Harinya sangat dekat.
Firman Allah,
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaannya sendiri." (ar-Ra'd: 11)
Kalau pekerjaanmu hanyalah bicara dan protes, maka ketahuilah bahwa musuh-
musuhmu tahu akan kejiwaan banyak bangsa. Mereka tidak takut kecuali dengan kekuatan.
Mereka tidak paham kecuali dengan bahasa perbuatan yang produktif. Penuhilah semua
protes ini dan relakan nasib kamu sekarang ini yang hina dan lemah. Keduanya adalah
jalan yang tidak ada jalan lagi yang ketiga.
BAB IX
SEPAK TERJANG IMAM HASAN AL-BANNA
A. PEMERHATI WARISAN ISLAM KLASIK DAN MASA DEPAN
DA'WAH DAN DA'IYAH
Ia adalah sosok penulis, khatib, dan penceramah tentang ayat-ayat Al-Qu'ran. Berkat
kemampuan baca, wawasan, dan kemampuan meriset, ia menjadi seorang yang memahami
turats Islam, mentransfernya ke ratusan manusia yang secara intens mengikuti ceramah dan
pengalaman da'wah.
Dr. Manshur Fahmi menuturkan, "Beliau memiliki kebesaran iman dan kecerdasan.
Ia termasuk orang-orang saleh pembawa gembira, dan sebaik-baiknya penyeru ke jalan
Allah dengan bentuk penyampaian terbaik pula yang ditransfer oleh sosok seorang guru
pilihan yang mendapat ilham ke arah jiwa dan nalar anak didiknya. Saya sempat
berkumpul dengan beliau dalam beberapa majelis yang memfokuskan pada
pembelaan kepentingan publik. Jika muncul isu atau peraturan penguasa yang
merugikan, maka majelis ini mengeluarkan bantahan dengan dalil-dalil kuat yang
terprogram menggunakan bahasa fasih, kecerdikan, ketawadhuan, dan keimanan
para da'i yang mukhlisin."
Ia adalah guide manusia menuju sumber asli pemahaman Rasulullah saw. dan para
sahabatnya. Imam Hasan al-Banna memahami Islam, menelaah dengan rinci semua perbedaan
dalam tatanan pemikiran, antara ahli fikih dan kaum sufi, antara ahli kalam dan pakar
filsafat atau antara ahlussunnah dan aliran yang lainnya.
Keyakinannya bahwa ia tak akan terjun ke medan da'wah yang sifatnya umum, kecuali
setelah benar-benar memahami perbedaan-perbedaan tersebut dengan luas dan detail.
Sebab, medan yang beliau terjuni lebih kurang 4.000 perkampungan yang tidak semua
penduduknya mengimani apa yang ia sampaikan. Selain itu, ada di antara penduduk yang
menjadi provokator penyebar rumor dan tantangan, baik dengan maksud tujuan
melemahkan pembicara maupun menguji kemampuan pemahaman sang da'i.
Tulisan-tulisan Imam Hasan al-Banna menjadi bukti kemampuannya memahami
semua masalah-masalah tersebut dan membimbing manusia menuju sumber-sumber asli
yang dipahami Rasulullah saw. dan sahabatnya yang jauh dari retorika rumit seperti yang
keluar dari orang-orang filsafat dan orang-orang kalam dari kaum mu'tazilah atau sufi.
Ia begitu jelas mampu menghadapi keadaan dengan bijak dan egaliter. Hal in bisa
kita baca dalam diari kecilnya yang berjudul Da'wah dan Da'iyah. Di sana akan kita
temukan ada kalangan yang berusaha untuk melontarkan pertanyaan sulit. Agama Allah
itu terbuka lebar dan lebih mudah daripada harus dihukumi oleh logika individu atau
kelompok.
Contohnya, ketika beliau ditanya tentang masalah tawassul. Jawaban beliau, "Saudaraku,
aku kira kau tak hanya ingin bertanya tentang masalah ini saja. Tetapi, lebih dari itu, kau
hendak bertanya tentang bacaan shalawat dan salam setelah azan, tentang membaca surat al-
Kahfi setiap hari Jumat, tentang kata "sayyidina" dalam tasyahud, tentang ibu bapak Rasul
di mana tempat akhirnya, tentang bacaan Al-Qur’an apakah pahalanya akan sampai ke
mayat atau tidak, juga tentang halaqah-halaqah yang dilakukan orang-orang tarikat
apakah termasuk maksiat atau sebaliknya termasuk salah satu upaya taqarrub kepada
Allah."
Selanjutnya rahimahullah berkata, "Saya terus mengungkapkan masalah-masalah
khilafiyah yang sering memicu fitnah dan menebar perselisihan di kalangan umat
Islam sejak ratusan tahun lalu hingga hari ini. Allah SWT meridhai kita untuk bersatu-padu
dan membenci perselisihan dan firqah. Saya berharap kalian berjanji untuk melupakan
masalah-masalah ini dengan tetap sungguh-sungguh mempelajari hal-hal ushul dalam agama
dan kaidah-kaidahnya, meninggalkan hal-hal yang sifatnya takalluf dan ta'ammuq
‘detail' sehingga jiwa kalian menjadi bersih. Tujuan kita adalah mengetahui kebenaran
bukan hanya keunggulan pendapat. Sebab, agama Allah itu lebih luas dan mudah dibanding
dihukumi oleh akal individu atau kelompok."
Inilah uslub beliau, "asasnya hikmah dan bara’ah."
Ketika ada yang menentang perkataannya di atas, beliau menjawab, "Ketahuilah akhi-
semoga Allah SWT melimpahkan curahan ruh, memberikan kepadamu kenikmatan
mengetahuinya, menyinari mata penglihatannmu dengan cahaya hidayah-Nya-untuk
mengomentari pertanyaan Anda, kita harus sama-sama sepakati beberapa titik temu. Saya
harapkan bisa kits sepakati, setelah itu jawaban. Namun, says katakan saya tidak mengetahui,
sebab di atas yang berilmu ada yang lebih berilmu lagi. Jika ada kebaikan, maka itu dari
Allah. Jika ada kesalahan, kits berharap Allah tidak menutup orang yang akan menunjukkan
kesalahan kits dan membimbing kits menuju kebenaran.
Ingin saya tekankan disini, bahwa paramater kebenaran dalam segala hal dengan kitab
dan Sunnah tanpa harus melihat kemasyhuran si penyampai atau validitas
riwayatnya. Betapa banyak tipu daya menoda'i ilmu dan menghapus banyak kebaikan.
Tinggalkan jidal (debat kusir), fanatisme, dan perselisihan. Sedikit saja celah perdebatan
dibuka dalam satu kaum, maka akibatnya adalah kesesatan. Sebaliknya, jika berpegang
teguh dengan rasa cinta dan persaudaraan, maka mereka akan memimpin."
Inilah sikap tegas Imam Hasan al-Banna menghadapi ahlul kufr dengan ketinggian
hikmah dan rasa egaliter dalam menjelaskan segala hal hingga manusia tidak tertipu
dengan slogan palsu.
BAB X
BUNGA RAMPAI IMAM HASAN AL-BANNA
A. HASAN AL-BANNA ANTARA SANJUNGAN DAN CELAAN
Setiap manusia akan menghadapi sanjungan dan celaan tergantung pada pengaruh dan
karisma hidupnya. Bagi yang sama sekali tidak memiliki pengaruh, sanjungan dan celaan
seakan tiada. Sebaliknya, jika ia memiliki pengaruh dan karisma besar, maka celaan dan
sanjungan akan besar pula.
Al-Qur'anul-Karim mengisahkan perjalanan para rasul yang mendapatkan
celaan dan penghinaan dari kaum mereka. Begitu halnya dengan Rasulullah saw. Beliau
pernah dituduh sebagai tukang syair, orang gila, tukang sihir, pendusta, atau dukun.
Celaan ini sama sekali tidak mengurangi kedudukan Nabi. Sebab, semua celaan keluar
dari manusia yang tidak beragama, tidak ada pengaruh sama sekali karena adanya unsur
tendensi permusuhan dan kedengkian.
Selain itu, pengaruh amaliah Nabi saw. dalam kehidupan manusia cukup untuk
mengeleminir semua rumor sekaligus menetapkan sifat-sifat baik baginya. Nabi dan
mukminin tidak mempedulikan perilaku mereka, semua perhatian terfokus pada da'wah.
Sejarah mereaktualisasi sosok-sosok penuh karisma dan pengaruh yang tidak terlepas
dari sanjungan dan celaan. Kita tidak akan menemukan sosok yang dominan diridhai atau
dibenci.
Hasan al-Banna adalah salah seorang di antaranya. Secara singkat, kita bisa
mengindikasikan kualitas celaan dan kondisi psikologi para penyanjung dan
pencelanya sehingga bisa dibedakan antara orang yang memposisikan nilai tambah
baginya dengan orang yang mengingkarinya. Orang yang mengakui sumbangsih Imam
al-Banna terhadap Islam dan kaum muslimin biasanya mereka adalah jiwa-jiwa takwa,
objektif, saleh. Sedangkan, penentangnya adalah mayoritas musuh-musuh Islam seperti
komunis dan pengikut isme-isme bumi yang menyadari bahaya jama'ah yang dipimpin
Imam al-Banna terhadap kebatilan mereka.
Bila menilik rentang waktu ke belakang, akan jelas tampak pengaruh jama'ah yang
dibentuk Imam Hasan al-Banna terhadap forum dunia Islam berupa perubahan-perubahan
mendasar dalam jiwa umat Islam yaitu paham yang benar dan syamil tentang Islam untuk
segala bidang kehidupan. Aplikasinya adalah tersosialisasikannya Islam dalam individu,
keluarga, dan masyarakat serta tergambar dalam kesatuan rasa seluruh umat Islam
terhadap problematika, harapan, dan cita-cita mereka. Roh jihad dan semangat berjihad
serta ritme kehidupan beragama yang aktif antara kaum muda-mudi di dunia Islam,
semuanya tidak ada kecuali Imam Hasan al-Banna bangkit dengan da'wahnya..
Tidakkah hal tersebut bisa dijadikan bukti nyata akan kesidikan, keikhlasan, dan
keprofesionalannya yang karyanya diberkahi Allah sehingga pohon perjuangan tersebut
terus berbuah dengan izin Rabb. Sebab, perjuangan yang dikobarkan adalah da'wah Allah,
yaitu Islam agama Allah, bukan da'wah Hasan al-Banna. Insya Alah umat Islam akan
memetik buah pohon baik ini sebagai penguat agama Allah dan upaya menegakkan negara
Allah bi idznillah.
Hasan al-Banna adalah manusia biasa yang tidak maksum. Tak ada yang berpendapat
selain itu. Akan tetapi, Allah telah mendistribusikan kemampuan besar manifestasi
hidayah, cahaya, dan taufik-Nya yang menjadikan Imam al-Banna siap menjadi
pembaharu Islam di zaman ini walhamdulillah.
Semua orang mengetahui konspirasi yang dilancarkan musuh hanya dikarenakan peran
anggota Ikhwanul Muslimin dalam perang Palestina dan sikap tegas mereka melawan
semua konspirator tersebut terutama dalam masalah Palestina. Rasa lega menyelimuti
negara-negara Barat ketika mendengar kabar terbunuhnya Imam Hasan al-Banna.
Mereka mengira dengan pembunuhannya telah berhasil membungkam da'wah dan
jama'ahnya. Tetapi itu hanya mimpi mereka. Sebab, da'wah yang diembannya
adalah da'wah Allah dan agama Allah yang tidak akan pernah berhenti dengan
terbunuhnya Hasan al-Banna atau tokoh-tokoh lainya.
Ikhwan tidak intens untuk membalas orang-orang yang berada di balik layar
pembunuhan Imam Hasan al-Banna. Baik mereka musuh-musuh Islam maupun yang
lainnya. Sebab, Imam al-Banna menemui Tuhannya yang akan memberikan pahala
untuk apa yang telah ia lakukan. Sama sekali tidak ada efeknya baik dari pencela atau
penyanjung. Akan tetapi, barangsiapa yang memposisikan kebaikan kepada Imam al-
Banna secara proporsional, layak bagi mereka memanjatkan doa untuknya. Semoga Allah
memberikan pahala padanya karena sumbangsih yang disumbangkan untuk Islam dan kaum
muslimin dengan sebaik-baiknya pahala. Tidak ada yang pelit mendoakannya kecuali
penghalang kebaikan.
Pesan buat Ikhwan jangan terjebak ke dalam dialog, atau perdebatan baik tulisan maupun
lisan melawan orang-orang yang tidak menyukai Imam al-Banna. Serahkan semuanya
kepada Allah. Marilah kita menyibukkan diri kita untuk terus bersungguh-sungguh
menjalankan kontinyunitas amal bagi Islam sebagaimana yang diwasiatkan almarhum.
Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Waktu itu adalah kehidupan.
BAB XI
KATA MEREKA TENTANG HASAN AL-BANNA
A. USTADZ AHMAD HASAN ZIYAT (PEMIMPIN MAJALAH
RISALAH): Sosok Mushlih Yang Allah Pilih
Saya temukan sesuatu yang tidak ditemukan pada generasi sebelumnya atau
generasi masanya berupa keimanan mantap yang tidak terombang-ambing ghurur ilmu
atau pemikiran nyeleneh. Hasan al-Banna memahami agama dengan putih bersih
seputih es yang tidak terkotori kesesatan akal atau kerusakan naql. Kapabilitas bayan
Imam al-Banna bersinar sebagaimana bersinarnya wahyu mampu menembus hati yang
tidak terhalang oleh kepongahan lisan dan kezaliman rasa. Orator penyatu ruh yang
memikat juga pribadi yang mampu membuat Anda tunduk.
Penulis berkata pada diri sendiri setelah berselang lama dari kesyahidannya,
'Ajaib. Hasan al-Banna tumbuh dan besar sebagaimana bayi-bayi di perkampungan
Mesir. Belajar sebagaimana yang lain belajar di Darul Ulum. Menjadi guru sebagai
mana yang lain menjadi guru di kementerian Ma'araif (Depdiknas). Namun, yang
membedakan, dari mana ia warisi keimanan, dari mana ia peroleh kemampuan bayan,
dan dari mana ia tiru perilaku tersebut?
Bersikap nyeleneh dari kaidah-kaidah lingkungan jahiliah. Berperilaku lain di tengah
keborokan sistem masyarakat. Berakhlak mulia di tengah kehancuran moral masyarakat
modern berupa karakteristik Rasul atau sosok mushlih. Allah Yang Maha Mengetahui
momentum risalah-Nya, hendak mengutus Nabi atau seorang mushlih 'reformis' yang
akan dimunculkan pada saatnya yang akan mengeratkan ikatan dengan Allah dan
menjelaskan hal-hal yang tampak samar. Fitrah dan sumber daya Hasan al-Banna adalah
bukti bahwa ia seorang mushlih yang dipilih Allah untuk memperbaiki kerusakan
manusia.
Gerakan islah yang diemban Imam Hasan al-Banna berbeda dengan yang dibawa Ibnu
Taymiyah, Ibnu Abdul Wahab; dan Muhammad Abduh.
Mereka hanya mengishlah hal-hal yang berkaitan dengan bid'ah dan kebatilan dalam segi
akidah. Adapaun gerakan islah Imam Hasan al-Banna. mengikuti islah yang dilakukan
Rasulullah saw., yaitu islah agama dan dunia, membina fardi dan masayarakat, dan
mengatur politik serta pemerintahan. Beliau menjadi pioner islah keagamaan yang
memahami Islam sesuai hakikatnya hingga mengantarkan gerakan islah sesuai tuntutan
Islam. Hasan al-Banna tidak memahami Islam dalam paradigma sebagai pensuci bumi,
pembebas makhluk, dan pencetus kebenaran yang hanya sebatas ritual ibadah, doa, dan
wirid. Namun, ia memahaminya seperti pemahaman Rasul dan Umar serta Khalid.
Yaitu, Islam sebagai cahaya bagi indra mata dan penglihatan, undang-undang yang
mengatur qadha dan administrasi pemerintahan, serta jihad atas hawa nafsu dan musuh.
Cara yang ditempuh Imam al-Banna meniru dari Al-Qur’an yang diperkuat ilmu,
mensosialisasikannya dengan bayan, dan memperkokohnya dengan proses soial
bermasyarakat. Semuanya ia lakukan penuh kesungguhan, dedikasi, shidiq, dan
azimah hingga mampu mengguncang kekuatan penjajah, menggoyang stabilitas tiran,
dan memupus harapan para penjilat.
Oleh karena itu, semua kekuatan pihak musuh (kekuatan batil dan syirik)
berkolaborasi untuk menekan da'wah secara membabi buta. Namun, mereka seolah
melawan arus. Sebab, Hasan al-Banna adalah fikrah bukan shurah 'gambar; dan mabda
'prinsip' bukan syakhs pribadi'. Fikrah yang benar akan terus tumbuh laksana tumbuhan
dan mabda yang benar akan abadi seperti abadinya kebenaran.
Ustadz Umar Bahaudin seorang pujangga mahsyur menuturkan, "Saya sering
mengawasi Imam al-Banna dengan cermat. Hingga ketika ia shalat di kamarnya sebelum
tidur, saya perhatikan di sela-sela pintu. Ia melamakan sujud. Saya cermati kehusyuan
yang lebih dibanding ketika ia shalat dengan kami."
BAB XII
UNTAIAN DUKACITA
A. AHMAD ABDURAHMAN AL-BANNA: Putraku dalam Lindungan
Allah
Anas bin Malik r.a. meriwayatkan kisah wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhamad saw.
Rasul tiba melayat dan mendekapnya kemudian mengurusinya dengan tangan beliau
sendiri. Aku melihat kedua mata Rasul berlinangan air mata. Rasul bersabda, "Mata
berlinang, hati sedih. Akan tetapi, kita tidak boleh mengucapkan sesuatu kecuali yang
diridhai Rabb kita SWT. Demi Allah wahai Ibrahim, kematianmu membuat kami
sedih."
Anakku tercinta, untukku kau mencerminkan dua gambaran. Pertama, ketika
kau masih bayi tidak lebih dari 6 bulan. Kau tidur pulas dalam ayunan ibumu. Waktu itu
tengah malam aku baru pulang dari kantor, aku melihat sesuatu yang membuat hati terenyuh
dan jiwa terguncang. Di sampingmu melingkar seekor ular yang kepalanya menjulur
ke arah kepalamu sangat dekat.
Hatiku gundah-gulana. Aku rengkuh memohon pertolongan Allah agar
menenangkan hati dan menghilangkan rasa takut. Bibirku terus berguman membaca
jampi-jampi (wirid) pengusir ular. Belum tuntas membacanya, si ular mencengkam
diri dan kembali ke sarangnya. Allah SWT menyelamatkanmu anakku dari bahaya ular
dengan kehendak-Nya
Kali kedua wahai anakku, tatkala kau terkapar bersimbah darah dan aku memangkumu di
kegelapan malam. Jiwamu telah pergi. Badanmu terkoyak. Kesakitan yang menimpamu
hanya menakutkan ular di hutan belantara, sedang badanmu mampu menggigit ular-ular
manusia. Hal ini berkat karunia dan takdir Allah semata hingga engkau bisa teguh berpendirian,
mampu melewati semua kendala dan musibah. Aku melihat cahaya terang dari wajahmu
tercinta yang mencerminkan kebahagiaan syahadah 'mati syahid'. Air mata mengalir dan
hati sedih, namun kami tidak bisa bertutur kata selain yang diridhai Allah SWT, "inna
lillahi wainna ilaihi rajiu'un'.
Anakku, alhamdulillah aku bisa memandikan dan mengkafanimu. Aku pula
sendirian menshalatimu. Aku berjalan membawamu dengan setengah jiwa, dan
setengahnya lagi terbang terbawa. Aku serahkan semuanya kepada Allah. Hanya Allah
yang Maha Mengetahui akan hamba-hamba-Nya.
Sedang engkau wahai anakku, telah menemui kesyahidan yang selalu kau pinta kepada
Allah dalam setiap sujud. Hanian 'selamat' atas kesyahidanmu. Imam Bukhari
meriwayatkan hadits dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Tidak ada seorang pun yang masuk surga ingin kembali ke dalam kehidupan
dunia kecuali kesyahidan yang dimiliki di dunia. Ia selalu berharap bisa kembali ke dunia
terbunuh berpuluh kali, sebab yang ia lihat dari karamah."
Ya Allah, muliakan kuburnya, tinggikan martabatnya, dan jadikan surga sebagai
tempat tinggal selamanya. Ya Allah jangan Kau kurangi pahalanya, jangan Kau buat
fitnah setelahnya, ampunilah kami dan ia, ijabahlah cita-citanya untuk lebih dekat
dengan Rasul-Mu saw. sesuai firman-Mu,
"Bersama orang-orang yang Allah limpahkan nikmat yaitu para nabi, shiddiqin,
syuhada, dan shalihin. Yang demikian adalah sebaik-baiknya teman." (an-Nisaa': 69)
Buat Anda semua yang mengenal anakku dan mengikuti jalannya, ketahuilah bahwa
usaha terbaik untuk mengingatnya adalah dengan menyusun dan mengaplikasikan
juklak dan juknis perjuangan yang telah ia gariskan. Konsistenlah dengan adab Islami
dan berpegang teguhlah dengan ikatan ukhuwah serta ikhlaskan semua amal dan niat
karena Allah.
Aku berpesan, hendaklah kalian menjadi potret yang baik bagi perjalanan hidup
anakku rahimahullah. Jangan sekali-kali mengharap pamrih dari masyarakat. Jangan
takut selain kepada Allah, dan jangan sekali-kali memendam niat buruk atau rencana
jahat kepada seorang pun.
BAB XIII
PUBLIKASI WARISAN HASAN AL-BANNA
Yang Belum Diketahui Umum Dalam Bentuk Buku Dan CD
(Hadiah Keluarga Imam Hasan Al-Banna Bagi Kaum Muslimin Dalam
Rangka Peringatan 50 Tahun Atas Pembunuhannya)
Peristiwa pembunuhan Imam Hasan al-Banna tanggal 12 November 1949 oleh rezim
penguasa bertujuan bukan hanya sebatas meniadakan Imam al-Banna dari dunia,
tetapi untuk membungkam da'wah. Namun, seperti yang dinyatakan Al-Qur’an ,
"Allah juga memiliki makar. Allah sebaik-baiknya pembuat makar." ( al-Anfaal
ayat 30 )
Sekarang, jama'ah Ikhwanul Muslimin yang didirikan dan disiram dengan darah
suci oleh Imam al-Banna telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Sekarang, rosail dan
buah pemikirannya telah masuk ke setiap perkampungan dan pelosok desa.
Sebelum membahas warisan Imam al-Banna, sebaiknya kita mengingat kembali
bahwa Imam al-Banna tumbuh besar di dalam keluarga ilmu. Ayahnya Syekh Ahmad
Abdurrahman adalah seorang ulama hadits terkenal. Ia yang mengarang kitab Al-fathur
Rabbani Li tartibi Musnad el-Imam Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani dengan
syarahnya 'Bulughul Amani min Asraril Fathir Rabbani'.
Berkaitan dengan peringatan 50 tahun pembunuhan Imam Hasan al-Banna, maka
hadiah yang relevan untuk rohnya yang suci adalah kembali menerbitkan warisan-warisannya
yang belum dipublikasikan ke masyarakat. Tentu warisannya yang belum diketahui berlipat-
ganda jumlahnya daripada yang dipublikasikan sekarang. Insya Allah warisan ini
akan menjadi tambahan penguat bagi pemikiran Islam secara umum dan bagi madrasah
Ikhwanul Muslimin secara khusus.
Mengomentari persiapan publikasi warisan Imam Hasan al-Banna, Ustadz Saiful
Islam Hasan al-Banna putra Imam Hasan al-Banna, Sekjen Organisasi Advokat Mesir,
berkata, "Usia saya ketika terjadi peristiwa pembunuhan ayah 14 tahun lebih sedikit.
Usia ini tentunya sudah bisa merekam semua peristiwa yang terjadi di sekitarku. Secara
politik juga demikian. Sebab, waktu itu saya adalah pelajar SMA dan menjadi anggota
divisi pelajar di Ikhwanul Muslimin. Bersama kawan-kawan, kami memimpin demonstrasi
dan berdialog dengan pelajar lainnya.
Saya beruntung masih bisa tinggal bersama kakek saya Syekh Ahmad Abdurrahman yang
setelah pembunuhan ayah saya, hidup selama 9 tahun dan meninggal tahun 1958. Dialah
yang banyak memberikan pengetahuan saya tentang ayah. Selain dari kakek, saya terima
juga dari rekan-rekan seperjuangan ayah, juga orang-orang yang senantiasa membaca
tulisan, makalah, dan risalah khusus ayah.
Setelah melalui proses agak panjang, berkat karunia Allah saya bisa mengumpulkan
semua gambaran tentang ayah dan beragam masalah dengan jelas. Orang-orang tidak
mengetahui bahwa Imam al-Banna sering berkonsultasi dengan ayahnya dalam masalah
politik. Kakek saya sangat dekat dengan da'wah Ikhwanul Muslimin. Bahkan, ia
pernah menjadi penanggung jawab penerbitan majalah mingguan Ikhwanul Muslimin.
Ia menjadi penulis tetap kolom sunnah yang membahas tentang beberapa tokoh
masyhur di kalangan sahabat, tabiin, dan para perawi hadits.
Sembilan tahun lebih hidup bersama kakek, memberikan fikrah jelas tentang sosok
Imam al-Banna. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
pendidikanku. Dialah yang mendorong saya untuk mendalami ilmu syariat dan
menyarankan untuk masuk ke kuliah Darul Ulum. Akhirnya, saya masuk kuliah Darul
Ulum dan kuliah Huquq (hukum). Dalam satu waktu saya mempelajari dua kurikulum. Saya
lulus menggondol gelar BA (Lc.) dari Darul Ulum dan Huquq. Kakeklah yang banyak
berjasa dalam kerja dan da'wahku."